236473991-askep-perioperatif.docx

  • Uploaded by: Baiq Rista Ananta Pratiwi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 236473991-askep-perioperatif.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,965
  • Pages: 19
ASKEP PERIOPERATIF Ns. SUMARDA

· · · · ·

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif. Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang. Kriteria hasil: Pasien menyatakan kecemasannya berkurang Pasien mampu mengenali perasaan ansietasnya Pasien dapat mengidentifikasikan penyebab atau faktor yang memengaruhi ansietasnya Pasien kooperatif terhadap tindakan Wajah pasien tampak rileks Intervensi Rasional Mandiri Bantu pasien mengekspresikan Ansietas berkelanjutan memberikan dampak seramgan jantung. perasaan marah, kehilangan, dan takut. Kaji tanda asietas verbal dan Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan nonverbal. Dampingi pasien dan gelisah. lakukan tindakan bila pasien mulai menunjukkan prilaku merusak. Jelaskan tentang prosedur Pasien yang teradapatasi dengan prosedur pembedahan yang akan pembedahan sesuai jenis dilaluinya akan merasa lebih nyaman. operasi. Beri dukungan prabedah Hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan mememgaruhi peneriamaan pasien terhadap pembedahan. Aktif mendengar semua kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah bagain penting dari evaluasi praoperatif. Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan atau kejadian pascaoperatif yang diharapkan akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap anestesi. Bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah suatu peristiwa hidup yang bermakna. Kemampuan perawat dan dokter untuk memandang pasien dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk didengarkan dan diminta pendapat ikut menentukan hasil pembedahan. Egbert et al. (1963) dalam Gruendemann (2006) memperlihatkan bahwa kecemasan pasien yang dikunjungi dan diminta pendapat sebelum operasi akan berkurang saat tiba di kamar operasi dibandingkan mereka yang hanya sekedar diberi premedikasi dengan fenobarbital. Kelompok yang mendapat premedikasi melaporkan rasa mengantuk, tetapi tetap cemas. Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan. Beri lingkungan yang tenang Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak diperlukan. dan suasana penuh istirahat. Tingkatkan kontrol sensasi Kontrol sensasi pasien dalam menurunkan ketakutan dengan cara pasien. memberikan informasi tentang keadaan pasien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, dan memberikan respons balik yang positif. Orientasikan pasien terhadap Orientasi dapat menurunkan kecemasan.

prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan ansietasnya. Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.

Dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan terhadap kehawatiran yang tidak diekpresikan. Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan rasa cemas, dan prilaku adaptasi. Kehadiran keluarga dan teman-teman yang dipilih pasien untuk menemani aktivitas pengalih (misalnya: membaca akan menurunkan perasaan terisolasi).

Kolaborasi Berikan anticemas sesuai Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan. indikasi, contohnya diazepam.

· · · ·

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis pembelahan, ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan, dan ketidakmampuan menggali koping efektif. Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pasien mampu mengembangkan koping yang positif. Kriteria evaluasi: Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan. Pasien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi. Pasien mampu menyatakan peneriamaan diri terhadap situasi. Pasien mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif. Intervensi Rasional Mandiri Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Menentukan bantuan individual dalam menyusun hubungan dengan derajat ketidakmampuan. rencana perawatan atau pemilihan intervensi. Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi Beberapa pasien dapat menerima dan mengatur pada pasien. perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sedangkan yang lain mempunyai kesulitan dalam membandingkan mengenal, dan mengatur kekurangan. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan Menunjukkan penerimaan, membantu pasien untuk perasaan. mengenal dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut. Catat ketika pasien menyatakan sekarat, Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau mengingkari, dan menyatakan inilah kematian. perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional. Mengingatkan pasien tentang fakta dan realita Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat bahwa pasien masih dapat menggunakan sisi menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang tubuh. Mengizinkan pasien untuk meraskan adanya sehat. harapan dan mulai menerima situasi baru. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan memperbaiki kebiasaan. mengontrol lebih dari satu area kehidupan. Anjurkan orang terdekat pasien untuk Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan mengizinkan pasien melakukan hal sebanyak- membantu perkembangan harga diri serta banyaknya. memengaruhi proses rehabilitasi. Dukung prilaku atau usaha seperti peningkatan Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan minat atau partisipasi dalam aktivitas pengertian tentang peran individu masa mendatang. rehabilitasi. Dukung penggunaan alat-alat yang dapat Meningkatkan kemandirian untuk membantu

membuat pasien, tongkat, alat bantu jalan, tas panjang untuk kateter. Monitor gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi, letargi, dan meanrik diri. Kolaborasi Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.

· · · · · · · · ·

·

·

pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial. Dapat mengindikasikan terjadinya depresi. Umumnya memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut. Dapat memfasilitasi perubbahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.

Kurangnya pengetahuan tentang implikasi pembedahan berhubungan dengan kurang pengalaman tentang operasi dan kesalahan informasi. Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pengetahuan pasien dan keluarga tentang pembedahan dapat terpenuhi. Kriteria evaluasi: Pasien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan. Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan. Pasien dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melakukan aturan atau prosedur prabedah yang telah dijelaskan. Pasien dan keluarga memahami tahap-tahap intraoperatif daan pascaanestesi. Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi mengenai itervensi prosedur pascaanestesi. Pasien dan keluarga mengunkapkan alasan pada setiap instruksi dan latihan praoperatif. Pasien dan keluarga memahami respons pembedahan secara fisiologis dan psikologis. Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosinonal. Pasien mampu menghindarkan cedera selama periode perioperatif. Intervensi Rasional Kaji tingkat pengetahuan dan Menjadi data dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan dan sumber informasi yang telah mengklarifikasi sumber yang tidak jelas. diterima. Diskusikan perihal jadwal Pasien dan keluarga harus diberikan mengenai waktu dimulianya pembedahan. pembedahan. Apabila rumah sakit mempunyai jadwal kamar operasi yang padat, maka lebih baik pasien dan keluarga diberitahukan tentang banyaknya jadwal operasi yang telah ditetapkn sebelum pasien. Diskusikan perihal lamanya Kurang bijaksana bila memberitahukan pasien dan keluarganya tenetang pembedahan. lamanya waktu operasi yang akan dijalani. Penundaan yang tidak antisipasi dapat terjadi karena berbagai alasan. Apabila pasien tidak kembali pada waktu yang diharapkan, maka keluarga akan menjadi sangat cemas. Anggota keluarga harus menunggu di ruang tunggu bedah untuk mendapat berita yang terbaru dari staf. Lakukan pendidikan Manfaat dasri instruksi praoperatif telah dikenal sejak lama. Setiap pasien kesehatan paroperatif. diajarkan sebagai seorang individu, dengan mempertimbangkan segala keunikan tingkat ansietas, kebutuhan, dan harapan-harapannya. Programkan instruksi yang Jika sisi penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum pembedahan, maka didasrkan pada kebutuhan pasien mungkin tidak ingat tentang apa yang telah dikatakan. Jika individu, direncanakan, dan instruksi diberikan terlalu dekat dengan waktu pembedahan, maka pasien diimplementasikan pada mungkin tidak dapat berkonsentrasi atau belajar karena ansietas dan efek waktu yang tepat. dari medikasi praanestesi. Beritahu persiapan pembedahan. Pembersihan dengan enema atau laksatif mungkin dilakukan pada malam Persiapan intestinal. sebelum operasi dan diulang jika tidak efektif. Pembersihan ini dilakukan untuk mencegah defekasi selama anestesi atau untuk mencegah trauma yang tidak diinginkan pada intestinal selama pembedahan abdomen. Persiapan kulit. · Tujuan dari persiapan kulit praoperatif adalah untuk mengurangi sumber bakteri tanpa mencederai kulit. Bila ada waktu, seperti pada bedah efektif, pasien dapat diinstruksikan untuk menggunakan sabun yang mengandung

·

·

·

Pembersihan area operasi.

·

Pencukuran area operasi.

Informsikan perihal· persiapan pembedahan. · Persiapan istirahat dan tidur. ·

·

·

Persiapan kosmetik.

rambut

dan

deterjen germisida untuk membersihkan area kulit selama beberapa hari sebelum pembedahan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah organisme yang ada kulit. Persiapan ini dapat dilakukan di rumah. Sebelum pembedahan, pasien harus mandi air hangat, relaksasi, serta menggunakan sabun yang mengandung iodine. Meskipun hal ini sering dilakukan pada hari pembedahan, tetapi jadwal pembedahan membuat hal tersebut dilakukan pada malam sebelumnya. Tujuan menjadwalkan mandi pembersihan sedekat mungkin dengan waktu pembedahan adalah untuk mengurangi risiko kontaminasi kulit terhadap luka bedah. Mencuci rambut sehari sebelum pembedahan sangat disarankan kecuali kondisi pasien tidak memungkinkan hal tersebut. Kulit di sekitar area operatif sangat disarankan untuk tidak dicukur. Selama mencukur, kulit mungkin mengalami cedera oleh silet dan menjadi pintu masuknya bakteri. Jaringan yang cedera ini dapat menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Selain itu, semakin jauh interval antara bercukur dan operasi, maka makin tinggi pula angka infeksi luka paroperatif. Kulit yang dibersihkan dengan baik tetapi tidak cukur lebih jarang menyulitkan dibanding dengan kulit yang dicukur. Pencukuran area operasi dilakukan apabila protkol lembaga atau ahli bedah mengharuskan kulit untuk dicukur. Pasien diberitahukan tentang prosedur mencukur, dibaringkan dalam posisi yang nyaman, dan tidak memajan bagian yang tidak perlu. Istirahat merupakan hal yang penting untuk penyembuhan normal. Kecemasan tentang pembedahan dapat dengan mudah mengganggu kemampuan untuk istirahat atau tidur. Kondisi penyakit yang membutuhkan tindakan pembedahan mungkin akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat sehingga mengganggu istirahat. Perawat harus memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk pasien. Dokter sering memberi obat hipnotik-sedatif atau antiansietas pada malam hari sebelum pembedahan. Obat-obatan hipnotik-sedatif seperti flurazepam (Dalmane) dapat menyebabkan dan mempercepat pasein tidur. Obat-obatan antianietas, misalnya: alprazolam (xanax) dan diazepam (Valium), bekerja pada korteks serebral dan sistem limbik untuk menghilangkan ansietas. Untuk menghindari cedera, perawat meminta pasien untuk melepas jepit rambutnya sebelum masuk ke ruang operasi. Rambut palsu juga harus di lepas. Rambut panjang dapat dikepang agar tetap pada tempatnya. Pasien harus memakai tutup kepala sebelum memasuki ruang operasi. Selama dan setelah pembedahan, ahli anestesi dan perawat mengakaji kulit dan membran mukosa untuk menentukan status oksigenasi dan sirkulasi pasien. Oleh karena itu, seluruh riasan muka seperti lipstik, bedak, pemerah muka, dan cat kuku harus dihilangkan untuk memperlihatkan warna kulit dan kuku yang normal. Semua alat bantu dan perhiasan harus dilepas.

Pemeriksaan alat bantu (protese) dan perhiasan. · Persiapan administrasi Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan mengetahui perihal biaya dan informed consent. pembedahan. Pasien sudah mendapat penjelasan dan menandatangani informed consent. Ajarkan aktivitas pascaoperasi. · Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan praoperatif adalah untuk · Latihan panas diafragma. mengajarkan pasien cara untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setalah anestesi umum. Hal ini dicapai dengan memeragakan pada pasien bagaimana melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal), dan bagaimana mengembuskan napas dengan lambat. Pasien diposisikan dalam posisi

·

·

Ajarkan latihan batuk· efektif dan gunakan bantal untuk mengurangi respons nyeri. ·

Ajarkan aktivitas pascaoperasi · · Latihan tungkai. ·

·

·

Ajarkan teknik manajemen nyeri keperawatan · Atur posisi imobilisasi pada area pembedahan. · Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung dan istirahatkan pasien. · Ajarkan teknik distraksi untuk mengurangi nyeri.

duduk untuk memberikan ekspansi paru yang maksimum. Peranapasan diafragma mengacu pada pendataran rongga dafragma selama inspirasi sehingga mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk. Selama ekspirasi, otot-otot abdomen akan berkontraksi. Tujuan dari latihan batuk efektif adalah untuk memobilisasi sekret sehingga dapat dikeluarkan. Napas dalam yang dilkukan sebelum batuk akan merangsang refleks batuk. Jika pasien tidak dapat batuk secara efektif, maka dapat terjadi pneumonia hipostatik atau komplikasi paru lainnya. Bila akan dilakukan insisi abdomen atau toraks, maka perawat memeragakan bagaimana cara menyokong garis insisi sehingga tekanan dapat diminimalisasikan dan nyeri dapat di kontrol. Tujuan peningkatan pergerakan tubuh secara hati-hati setalah operasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah statis vena, dan menunjang fungsi pernapasan yang optimal. Pasien ditunjukkan bagaimana cara untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya dan mengambil posisi lateral. Posisi ini akan digunakan setelah operasi (bahkan sebelum pasien sadar) dan dipertahankan setiap dua jam. Latihan ekstremitas meliputi ekstensi dan fleksi lutut dan sendi panggul (sama dengan mengendarai sepeda tapi dengan posisi berbaring miring). Telapak kaki diputar seperti membuat lingkaran sebesar mungkin. Siku dan bahu juga ditalih ROM. Pada awalnya pasien akan dibantu dan diingatkan untuk melakukan latihan ini, tetapi selanjutnya dianjurkan untuk melakukan latihan secara mandiri. Tonus oto dipertahankan sehingga ambulasi akan lebih mudah dilakukan. Perawat diingatkan untuk tetap menggunakan pergerakan tubuh yang tepat dan mengintruksikan pasien untuk melakukan hal yang sama. Ketika pasien dibringkan dalam posisi apa saja, tubuhnya harus dipertahankan dalam kelurusan yang sesuai. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama kompresi saraf dan nyeri.

Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulasi nyeri ekskternal. Pembatasan pengunjung akan membantu meingkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurnga apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2jaringan perifer. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menrunkan stimulasi internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblokir serptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks sereberi, sehingga menurunkan persepsi nyeri. · Berikan manajemen Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa bentuk dukungan psikologis sentuhan. yang dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran dan suplai darah serta oksigen ke area nyeri. Beritahu pasien dan keluarga Pasien akan mendapat manfaat bila mengetahui kapan keluarganya dan kapan pasien bisa dikunjungi. temannya bisa dikunjungi setelah pembedahan.

Diagnosis keperawatan Di ruang prabedah, diagnosis keperawatan yang paling lazim ditegakkan adalah sebagai berikut : 1.

Kecemasan berhubungan dengan suasana menjelang pembedahan

2.

Resiko cedera perioperatif berhubungan dengan prosedur premedikasi anestesi Rencana Intervensi dan Kriteria Evluasi Kecemasan berhubungan dengan suasana menjelang pembedahan Tujuan: Kecemasan pasien teradaptasi Kriteria evalusasi: Pasien kooperatif terhadap intervensi prainduksi anestesi dan pasien mendapat dukungan prainduksi. Intervensi Rasional Saat pasien masuk ruang sementara, sambut Pasien yang merasa diterima oleh petugas ruang dengan ramah dan panggil pasien dengan sementara akan mendapatkan dukungan psikologis namanya. yang menurunkan stimulus rasa cemas. Pemanggilan nama akan memberikan rasa aman pada pasien dan menegaskan bahwa dia merupakan pasien yang benar untuk mendapat intervensi. Bantu pasien untuk mengganti pakaian rawat Pasien dengan pembedahan efektif dari ruangan akan inap dengan pakaian kamar bedah. diganti bajunya di ruang prabedah. Beri lingkungan yang tenang dan jangan Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak berbicara tentang pembedahan. diperlukan. Suasana tenang akan meningkatkan efektifitas pemberian premedikasi. Perbincangan yang tidak menyenangkan atau percakapan harus dihindari karena dapat diartikan bereda oleh pasien yang mendapatkan sedatif. Orientsikan pasien terhadap prosedur prainduksi Orientsi dapat menurunkan kecemasan. dan aktivitas yang diharapkan. Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap mengungkapkan ansitesnya. keahwatiran yang tidak diekspresikan.

Resiko cedera perioperatif berhubungan dengan prosedur premedikasi anestesi Rasional Intervensi Jelaskan prosedur rutin prabedah Perawat perioperatif menjelaskan tahap-tahap yang akan dilaksanakan untuk menyiapkan pasien menjalani pembedahan Periksa tanda-tanda vital prabedahProsedur standar dalam melakukan prainduksi bedah dengan membandingkan hasil tanda-tanda vital sewaktu di ruang rawat inap Siapkan sarana kateter IV dan Piñata obat-obatan anestesi biasanya mempersiapkan sarana kateter IV yang berukuran besar agar premediksi pemasukan cairan menjadi lebih mudah Obat-obat premediksi dipertimbangkan secara individual . prosedur premediksi juga harus diadaptasikan setelah mempertimbangkan factor lain, misalnya lama pembedahan keseluruhan dan kebutuhan pemulihan pasca bedah yang segera pencapaian pemulihan dan aktivitas yang cepat sangat penting dalam konteks Obat yang paling sering digunakan pada premediksi adalah dari golongan benzodiazepine . diazepam adalah salah satu golongan benzodiazepine yang mempunyai sifat tidak larut air sehingga apabila dilarutkan dengan air steril akan memberikan rasa nyeri pada pemberian intravena. Waktu paruh eliminasi diazepam adalah kira-kira 21-37 jam (kee, 1996) sehingga tidak dipertimbangkann pada pemberian pasien

Lakukan

Lakukan

Lakukan

one day surgery. pemasangan kateterIV Di dalamdan ruang sementara , perawat, perawat anestesi. Atau ahli anestesi memasang pertimbangan pemberian agen kareter infuse ketangan pasien untuk memberikan prosedur rutin premediksi penggantian cairan dan obat-obatan melalui intravena. Pemasangan kateter IV di ruang prabedah berfungsi untuk mempermudah intervensi premediksi. pengiriman pasien Perawat ke kamar memindahkan pasien ke kamar operasi dengan menggunakan brankar dengan operasi pagar terpasang, pasien biasanya masih sadar dan akan memperhatikan perawat dan dokter menggunakan masker, pakain khusus, dan penutup mata untuk pembedahan secara lengkap. pengaturan posisi Pasien pada dengan saat pembedahan dengan posisi terlentang yang tidak menggunakan pemindahan pasien yang tidak anestesi memerlukan pengaturan posisi dengan hati-hati. Petugas memerlukan anestesi dari memindahkan pasien ke atas meja operasi .pastikan brankar dan meja brankar ke meja operasi operasi telah terkunci.

ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF Ns. SUMARDA Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi umum Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder dari intervensi anestesi umum tidak terjadi. Kriteria evaluasi: · Pasien kooperatif terhadap intervensi anestesi. · Pasien dapat menjadi tidak sadar sesuai tahapan anestesi umum. Intervensi Rasional Kaji ulang identitas Perawat ruang operasi memeriksa kembali identifikasi dan kardeks pasien; pasien melihat kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan; memastikan bahwa alat protese dan barang berharga telah dilepas; dan mermeriksa kembali rencana perawatan praoperatif yang berkaitan dengan rencana perawtan intraoperatif. Siapkan obat-obatan Obat-obatan anestesi yang dipersiapkan meliputi obat pelemas otot danobat pemberian anestesi anestesi umum. Intubasi endotrakeal dilakukan setelah pemberian pelemas umum. otot kerja singkat seperti suksinikolin (Anectine, Burroughs Wellcome) dan mivikurium (Mivicron, Burroughs Wellcome), atau obat yang bekerja lebih lama misalnya vekuronium (Norcuron, Organon) atau atrakurium (Tracium, Burroughs Wellcome). Anestesi umum dapat diinduksi dengan obat intravena misalnya metoheksital (Brevital sodium, Lilly), tiopental (Sodium Pentothal, Abbott), atau propofol (Gruendemann, 2006). Siapkan alat-alat intubasi Intubasi endotrakeal digunkan untuk menjaga kepatenan jalan napas endotrakeal. intraoperasi. Penata anestesi memeriksa kondisi lampu pada laringoskop dan apakah kondisi selang endotrakeal berfungsi optimal sebelum pemasangan dilakukan. Penata anestesi harus mempertimbangkan faktor umum dan kondisi penyulit dalam melakukan intubasi pada pemilihan persiapan sarana intubasi. Misalnya, pada anak kecil akan digunakan laringoskop dan selang endotrakeal yang ukurannya sesuai. Siapkan sarana Pemilihan dan pemeliharaan peralatan anestesi dan perlengkapannya pemantauan dasar. biasanya menjadi taggung jawab penata anestesi. Alat dan sarana yang disikan merupakan sarana atau perangkat pemantauan (monitoring) dasar, meliputi:

· Stetoskop preekordial · Pengukuran tekanan darah · Oksimetri pulsasi. Siapkan obat dan Selain pemantau, peralatan darurat dasar, obat-obatan, dan protokol peralatan emergensi. pengobatan juga harus tersedia. Defivrilator juga harus dipastikan berfungsi baik. Peralatan jalan napas meliputi laringoskop, selang endotrakeal, jalan napas oral, dan napas faringal. Selain itu, masker dan kantong resussitasi self-inflating (ambu type)adalah alat yang penting dan harus mudah diakses. Lakukan pemasangan· Stetoskop prekordial dibiarkan menempel di dada pasien, menyalurkan stetoskop prekordial, informasi mengenai operasi mekanis jantung dan adanya bunyi napas secara manset tekanan darah, kontinu. Perubahan yang dapat dideteksi mencakup bising jantung, monitor dasar, oksimetri aksentuasi bunyi jantung kedua, dan denyut jantung yang abnormal. pada jari, dan pertahankan· Perawt juga memasang manset tekanan darah. Manset tetap terpasang pada kelancaran kateter IV. lengan pasien selama pembedahan berlangsung sehingga ahli anestesi dapat mengkaji tekana darah pasien. · Pemasangan oksimetri dalam penilaian saturasi oksigen pada jari memudahkan perawat anestesi mengobservasi status respirasi pasien. · Kelancaran keteter IV dapat menjadi prosedur dasar sebelum memberikan anestesi secara intravena. Kaji faktor yang Tindakan penting yang dilakukan dengan mengkaji faktor-faktor penyulit merugikan selama selama anestesi, seperti adanya riwayat reaksi alerfi pada agen anestesiatau pemberian anestesi alergi terhadap banyak komponen, riwayat penyakit kardiaskuler dan paru, intraoperatif. masalah jalan napas, dan faktor usia lanjut. · Riwayat alergi Riwayat reaksi alergi pada agen anestesi atau alergi teerhadap banyka komponen harys diteliti dan diperjelas oleh pasien. Untuk menentukan kemungkinan timbulnya masalah besar, misalnya demam yang membahayakan dan asidosis akibat hipertermia maligna atau paralisis otot berkepanjangan yang dijumpai pada orang dengan pseudokolinesterase atipikal (Kee, 1996). Evaluasi fungsi berbagai sistem utama tubuh, terutama sistem kardiovaskular dan pernapasan, merupakan parameter penting pada evaluasi pra-anestesi. Pasien yang mengaku alergi terhadap banyak obat mungkin sangat peka terhadap obat-obat yang melepaskan histamin, misalnya sebagian pelemas otot, narkotik, dan barbitturat. Informasi mengenai eiwayat alerfi terhadap antibiotik, zat warna kontras, preparat indium, plester, dan lateks sangat penting. Riwayat reaksi hebat dan mendadak dari seseorang setelah terpajan produk atau peraltan medis yang mengandung lateks harus dilaporkan. Etiologi pasti alerfi lateks tidak diketahui, tetapi protein larut air dari lateks tampaknya adalah alergen utamanya (Gruendemann, 2006). · Riwayat penyakit Riwayat penyakit kardiovaskular dan paru harus mendapat persetujuan kardiovaskular dan paru. medis dari dokter jantung dan paru sebelum dijadwalkan menjalani prosedur bedaha elektif. Riwayat infark miokardium, angina, gagal jantung kongestif, hipertensi, diabetes, aritmia jantung, penyaktit vaskular perifer, merokok, penyakit paru obstruktif menahun, atau tandur pintas arteri koroner mungkin merupakan prediktor untuk morbiditas jantung pascaoperatif. · Masalah jalan napas · Masalah jalan napas yang kondisinya kurang optimal tanpa patologi jalan napas yang jelas, visualisasi glotis kadang-kadang sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan. Faktor predisposisi yang dapat menyulitkan intubasi adalah leher yang pendek dan berotot dengan gigi lengkap, rahang bawah yang mundur disetai sudut mandibula yang tumpul, menonjolnya gigi seri atas, penyempitan ruang antara sudut-sudut mandibula disertai palatum

·

·

Faktor luar

·

·

·

·

yang melengkung tinggi, serta peningkatan jarak dari gigi seri atas ke batas posterior ramus mandibula (Rob, 1968). Pengamatan klinis tambahan adalah apabila jarak antara dagu ke tulang rawan tiroid kurang dari 3 atau 4 cm (lebar dua jari tangan), maka visualisasi glotis diperkirakan akan sulit dilakukan (Rosenberg dan Rosenberg (1983) dikutip Gruendemannn (2006)). Selama pemeriksaan praoperatif, pasien dengan riwayat apnea tidur obstruktif, sindrom kongenital, bedah leher atau wajah, stridor atau suara serak, nyeri, atau parestesia sewaktu meggerakkan leher, gigi tanggal atau goyang, atau perangkat gigi, misalnya kawat gigi mungkin menyulitkan kita saat membebaskan jalan napas. Catatan anestesi sebelumnya harus dikaji untuk mencari keterangan mengenai kualitas jalan napas, upaya laringoskopi, dan keberhasilan intubasi. Saat pemeriksaan fisik, ahli anestesi atau penata aanestesi harus secara teliti memeriksa leher, mandibula, dan struktur serta mobilitas mulut. Kesejajaran tiga sumbu (oral, faring, dan trakea) mempermudaha visualisasi laring. Kesejajaran sumbusumbu tersebut dilakukan dengan fleksi anterior spina servikalis bawah ditambah ekstensi sendi atlanto-oksipitalis (Rosenberg dan Rosenberg (1983) dalam Gruendemannn (2006)). Faktor usia lanjut dimana pasien sebelumnya menggunakan agen obat antihepertensi, antiparkison, dan psikotropik merupakan obat-obat yang paling sering menimbulkan reaksi simpang pada orang tua (Kee, 1996). Pasien berusia lanjut cenderung tentan terhadap obat-obat penekan susunan saraf pusat. Hal ini mungkin disebabkan oleh berkurangnya bahan-bahan sel dan penurunan fungsi sinaps secara progresif. Kecepatan hantaran diketahui menurun seiring dengan penuaan. Penuruan konsentrasi alveolus minimal (minimal alvolar concentration) yang memerlukan anestesi inhalasi pada orang tua mungkin disebabkan oleh penururna kepadatan sel di otak, penurunan konsumsi oksigen otak, dan penurunan aliran darah otak (Rob (1968) dalam Gruendemann, (2006)). Korteks dan regio subkorteks yang bertanggung jawab menghasilkan neurotransmiter, mengalami penurunan kapasitas fungsional terbesar akibat penuaan. Walaupun meknsime peningkatan kepekaan orang tua terhadap obat anestesi dan sedatif masih belum jelas, tetapi proses degeneratif yang berperan dalam peningkatan kepekaan juga ikut berkontribusi tehadap tingginya risiko perburukan mental pascaoperatif yang dialami oleh lanjut usia (McLeskey (1992) dalam Gruendemann, (2006)). Pada pasien usia lanjut, penurunan aliran darah hati yang paling diamati sebanding dengan penurunan keseluruhan curah jantung total. Penururnan aliran ini adalah penentu utama penurunan bersihan (clearance) obat plasma. Pada penuaan, konsentrasi dan fungsi enzim mikrosom hati diperkirakan tetap berada dalam tentang normal. Penurunan aliran darah dan berkurangnya kapasitas fungsisonal yang terjadi cenderung mempercepat penuaan hati sehingga berisiko tinggi mengalami kerusakan akibat hipoksemia, obat, atau transfusi darah. Penurunan aliran darah hati, kemungkinan defisit enzim, dan penurunan kemampuan ekskretorik ginjal dapat memperpanjang waktu parah eliminasi beta dan memperlama efek obat-obat yang diberikan (Kee, 1996). Obat-obat pada sistem kardiovaskular, hati, dan ginjal akan memberikan dampak besar pada pemberian anestesi. Sebagai vcontoh, propranolol tanpaknya tidak mengubah kebutuhan anestesi pasien dengan insufisiensi ginjal, tetapi obat ini dapat menimbulkan agitasi, kebingungan, tremor, minoklonus, atau kejang. Efek hipotensi dan bradikardi darri propranolol dan anestesi umum yang muncul mungkin bersifat adiktif. Verapamil, suatu

·

·

·

·

·

penghambatsaluran kalsium, diketahui dapat menurunkan kebutuhan aanestesi sebesar 25% dan memperkuat pelemas otot depolarisasi dan nondepolarisasi. Tetapi jangka panjang dengan bretilium dapat menyebabkan hipersensitivitas terhadap obat golongan vasopresor (McLeskey (1992) dalam Gruendemann, (2006)). Verapamil maupun nifedipine diketahi memperlihatkan kadar digoksin serum yang tinngi (sampai 30%), sehingga tidak saja menurunkan kebutuhan digoksin, tetapi juga membuat pasien semakin berisiko menagalami toksisitas (Chelly et al., (1987) dalam Gruendemann, (2006)). Aliran darah yang lamaban dan kongesti kronis hati yang berkaitan dengan gagal jantun kronik memperlambat metabolisme obat-obat misalnya teofili. Pada pasien dengan keadaan tersebut, waktu paruh teofilin dalam serum adalah sekitar 23 jam, dibandingkan dengan nilai normal sebesar 7 jam (Gruendemann, 2006). Kaji adanya kelainan· Prosedur untuk menilai adanya gangguan pada organ-organ vital dapat pada prosedur dagnostik. mempersulit jalannya anestesi. · Prosedur penilaian laboratorium dan dagnostik harus dilakukan seiring dengan adanya riwayat proses penyakit dan medikasi yang dikonsumsi. Beberapa institusi menetapkan pemeriksaan prosedur standar pada pasien usia di atas 40 tahun, meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, urinalisis, dan EKG. EKG Pada populasi pasien rawat inap, EKG praoperatif yang dijalani oleh kelompok tertentu dapt memberikan informasi yang menyempunakan perencanaan dan hail akhir keseluruhan pada pasien pria berusia di atas 40 tahun; wanita berusia di atas 50 tahun; pasien yang menderita penyakit arteri koroner misalnya hipertensi, diabetes, atau penyakit pembuluh darah perifer; pasien dengan penyakit yang mungkin berefek pada jantung misalnya kegaansan, penyakit kolagen vaskular, dan proses infeksi serius. Kelompok lain yang berisiko tinggi adalah pasien yang mendapat obat seperti fenotiazin dan antidepresan, mereka yang mengalami ketidakseimbangan elektrolit, atau menjalani bedah intratoraks, intraperitoneum, aorta, saraf elektif, atau bedah darurat serius (Schwartz, 2000). Hemoglobin Kadar hemoglobin yang aman bagi pasien direkomendasikan lebih dari 10 g/dl. Tetapi nilai hemoglobin yang lebih rendah dari 10g/dl atau anemia biasnya masih bisa ditoleransi pada orang yang sehat karena berbagai mekanisme kompensasi masih aktif bekerja. Mekanisme tersebut antara lain peningkatan curah jantung, penurunan resistensi sistemik, dan peningkatan rasio ekstraksi oksigen. Namun, keadekuatan mekanisme tersebut dalam mengatasi stres yang berlebihan saat pembedahan atau pendarahan mendadak yang banyak, masih dipertanyakan. Pembahasana akan kurang kontroversial jika pemerian darah dan produk darah selama pembedahan aman 100%. Penitng diingat bahwa anemia menyebabkan penurunan cadangan darah dan deplesi mekanisme kompensasi. Dengan demikian, nilaia hemoglobin praoperatif yang optimal adalah nilai yang memiliki cadangan cukup untuk menghadapi stres selama prosedur pembedahan. Urine rutin Pemeriksaan urine rutin sperti berat jenis urine berguna untuk mengetahui status hidrasi pasien. Adanya glukosa dalam urine jelas mengindikasikan kemungkinan adanya diabetes dan hipovolemia akibat diuresis osmotik. Proteinuria atau hematuria mengindikasikan adanya penyakit ginjal yang serius. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi praoperatif diprlukan untuk identifikasi pasien yang berisiko tinggi atau mendasari penilaian tingkat keparahan perubhan paru intraoperatif dan pascaoperatif. Beri dukungan praanestesi Hubungan emosional yang baaik antara penata anestesi dan pasien akan

Lakukan pemberian anestesi secara intravena.

Lakukan pemasangan· selang endotrakeal, pemasangan oral airway, dan kaji efektivitas jalan napas. ·

· Lakukan pemberian napas bantuan, pemberian oksigen, pengisapan, dan pemberian anestesi inhalasi. Lakukan pemantauan status kardiovaskular dan respirasi selama pembedahan. Lakukan pemberian cairan dan transfusi sesuai kondisi dan lamanya pembedahan sera kontrol keluaran urine.

Lakukan pemberian obatobat pemulih anestesi setelah pembedahan selesai. Lakukan pembersihan jalan napas setelah pembedahan selesai dilaksanakan.

memegaruhi penerimaan anestesi. Pemberian anestesi intravena biasanya dilakukan penata anestesi dengan sepengetahuan ahliaanestesi. Pemberian suksinikolin (succinylcholine) secara intravena sebagai obat intravena pertama bertujuan untuk menghambat saraf dan menyebabkan paralisis pita suara sementara dan otot pernapasan selama selang endotrakeal terpasang. Pemasangan selang endotrakeal biasanya dilakukan ahli anestesi atau penta anestesi dengan diketahui oleh ahli anestesi. Selang endotrakeal bertujuan untuk tetap menjaga kepatenan jalan napas, sera mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi dan komplikasi pernapasan lainnya akibat depresi pada brokus efek dari anestesi. Penata anestesi akan membantu melakukan peenekanan tulang rawan krikoid (perasat Sellick) untuk menyumbat esofagus pada saat perasat endotrakeal dilakukan. Pemasangan oral airway akan menjaga kepatenan jalur napas dan memudahkan penata anestesi untuk memonitor kepatenan jalan napas. Ahli anestesi atau penata anestesi akan memberikan ventilasi bantuan sampai efek suksinikkolin hilang dan pasien kembali bernapas secara spontan. Mulai saat itu, gas atau uap anestesi biasanya diberikan secara inhalasi melalui selang endotrakeal. Beberapa obat-obatan yang sering digunakan adalah halotan, supran, dan foran. Risiko terbesar dari anestesi umum adalah efek samping obat-obatan anestesi, termasuk di antaranya depresi, iritabilitas kardiovaskular dan depresi pernapasan. Kontrol status kardiovaskular dan repirasi dapt mendeteksi risiko kegawatan sedini mungkin. Dilakukan pada prosedur pembedahan yang berlangsung lama atau apabila dilakukan antisipasi terhadap perubahan volume cairan yang besar. Pengukuran pengeluaran cairan dan darah secara cermat serta perkiraan darah yang terdapat di dalam spons menjadi tugas bersama ahli anestesi dan perawat sirkulasi. Apabila pasien adalah anak-anak, penata anestesi sirkulasi harus menimbang spons operasi (1 g setara dengan 1 ml darah) untuk menentukan pengeluaran darah secara lebih akurat. Karena volume darah anak lebih sedikit, maka perawat harus mengingatkan ahli anestesi mengenai darah yang keluar dalm interval tertentu selama pembedahan. Pemberian obat-obat pemulih anestesi biasanya dilakukan ahli atau penata anestesi dengan diketahui oleh ahli anestesi.

Jalan napas dibersihkan dengan pengisapan, dan setelah refleks laring dan faring pulih maka dilakukan ekstubasi. Penata anestesi tetap berada di kamar operasi dengan ahli anestesi, sampai pasien siap dipindahkan ke ruang pemulihan. Secara umum, peralatan dan instrumen jangan dipindahkan dari ruangan sampai pasien stabil dan siap dipindahkan.

PROSES KEPERAWATAN PEMBERIAN ANESTESI REGIONAL Diagnosis Keperawatan Pada kondisi pemberian anestesi regional dana intraoperatif, diagnosi keperawatan yang paling lazim ditegakkan adalah sebagai berikut: 1.

Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi regional.

2.

Kecemasan intraoperatif berhubungan dengan prosedur intrabedah.

Rencana Intervensi dan Kriteria Evaluasi Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi regional. Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder intervensi anestesi regional tidak terjadi. Kriteria evaluasi: Pasien kooperatif terhadap intervensi anestesi, pengaruh anestesi regional dapat optimal, dan pembedahan dapat berjalan lancar. Intervensi Rasional Kaji ulang Perawat ruang operasi memeriksa kembali identifikasi dan kardeks pasien; melihat identitas kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, dan pasien. berbagai hasil pemeriksaan; pastikan bahwa alat prtese dan barang berharga telah dilepas; dan memeriksa kembali rencana perawatan praoperatif yang berkaitan dengan rencana perawatan intraoperatif. Siapkan obat- Obat-obat anestesi regional yang dipersiapkan untuk memudahkan ahli anestesi dalam obatan anestesi melakukan fungsi. regional. Lakukan Memnuhi kebutuhan hidrasi intaroperasi dan jalur penting apabila diperlukan pemberian pemasangan agen obat pada kondisi kedaruratan. infus. Atur posisi Pengaturan posisi anestesi regional disesuaikan dengan permintaan ahli anestesi. Atur pasien. posisi pasien untuk memudahkan akses ahli anestesi dalam melakukan fungsi. Bantu ahli Pemberian anestesi spinal dilakukan dengan teknik steril. Perawat membantu persiapan anestesi dalam kelengkapan alat dan sarana yang diperlukan dalam desinfeksi area fungsi. melakukan desinfeksi area fungsi. Beri dukungan Pada saat ahli anestesi melakukan fungsi, pasien akan cenderung melakukan pergerakan. psikologis Sebelum hal tersebut terjadi, perawat praoperatif perlu memberikan penjelasan bahwa pada saat ahli fungsi tidak memberikan rasa sakit dan dianjurkan pasien kooperatif sewaktu fungsi anestesi dilakukan. melakukan fungsi. Lakukan Pemenuhan oksegenasi yang diperlukan pasien setelah dilakukan anestesi spinal. pemberian oksigen via nasal. Lakukan · Efek sistemik utama yang dimonitor setelah anestesi spinal umumnya bersifat pemantauan kardiovaskular dan disebabkn oleh blok preganglion simpatis oleh anestesi lokal. pada statsu Hipotensi arteri sering terjadi dan derajatnya berhubungan langsung dengan tingkat kardiovaskular ketinggian blok simpatis. Bradikardi terjadi akaibat paralisis serabut kardioakselerator dan respirasi (T1-4) yang menuju ke jantung. Paralisis serabut saraf simpatis akan mengurangi aliran selama balik vena akibat venodilatasi (Gruendemann, 2006). pembedahan · Anestesi spinal biasanya hanya menyebabkan perubahan ventilasi spontan yang akibat efek minimal sampai sedang. Hal ini disebabkan karean diafragma adalah organ utama samping dari pernapasan dan persarafan fungsional otot ini datang dari pleksus saraf C3-C5. Pada anestesi spinal. pasien yang sehat, anestesi spinal tidak menyebabkan perubahan yang bermakna dalam ventilasi respirasi. Dispnea dapat terjadi selama anestesi spinal jika tingkat paralisis hantaran cukup tinggi ddi segmen toraks. Akibatnya, terjadi penurunan informasi proprioseptif aferen yang dalam keadaan normal disalurkan dari daerah antariga, ke pusat yang lebih tinggi di otak. Informasi ini secara normal berisi pemberihauan dari otak mengenai tingkat gerakan sangkar dada dan besar peregangan paru selama inspirasi.

Karena penuruan tersebut, digunakan oksimetri pulsasi untuk mengamati gerakan dada dan memastikan kualitas oksigenasi secara adekuat, walaupun pasien tidak dapat merasakan pergerakan dadanya dan menganggap bahwa pernapasannya tidak adekuat (Gruendemann, 2006).

PROSES KEPERAWATAN PROSEDUR INTRABEDAH Ns. Sumarda

Diagnosis Keperawatan Pada kondisi prosedur intraoperatif diagnosis keperawatan yang paling lazim ditegakkana adalah sebagai berikut: 1.

Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi bedaha, proseddur invasif bedah.

2.

Risiko infeksi intraoperatif berhubungan dengan adanya port de entree prosedur bedah, penurunan imunitas efek anestesi. Rencana Intervesni dan Kriteria Evaluasi

· · · ·

Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi bedah, prosedur invasif bedah Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder pengaturan posisi bedah, prosedur invasif bedah tidak terjadi. Kriteria evaluasi: Selama intraoperatif, tidak terjadi gangguan henmodinamik akibat pndarahan serius. Pascaoperatif tidka ditemukan cedera tekan dan cedera listrik. Perhitungan spons dan instrumen sesuai dengna jumlah yang dikeluarkan. Tidak ditemukan adanya kram otot. Intervensi Rasional Kaji ulang· Perawat ruang operasi memeriksa kembali identitas dan kardeks pasein; melihat identitas pasien. kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan; dan memeriksa kembali rencana perawatan praoperatif yang berkaitan dengan rencana perawatan intraoperatif. · Pemeriksaan darah terutama kadar trombosit, waktu pembekuan, dan waktu pendarahan. Adanya hasil yang abnormal pada pemeriksaan ini bermanifestasi pada kewaspadaan yang sangat tinggi oleh ahli bedah dan asisten operasi dalan melakukan prosedur bedah. Lakukan Dilakukan oleh perawat administratif dalam mengatur dan menentukan staf pada manajemen setiap pembedahan agar kelancaran proses pembedahan dapat terlaksana secara kamar operasi. optimal. Siapkan kamra· Beberapa jenis pembedahan tertentu akan dilaksanakan pada ruangan atu kamar bedah yang bedah khusus, seperti kamar operasi bedah saraf. sesuai dengan· Perawat sirkulsi melakukan persipan tempat operasi sesuai prosedur yang biasa dn jenis jenis pembedahan yang akan dilaksanakan. Tim bedah harus diberi tahu jika terhadap pembedahan kelainan kulit yang mungkin dapat menjadi kontraindikasi pembedahan. pasien. · Perawat sirkulasi memeriksa kebersihan dan kerpain ruang operasi sebelum pmebedahan. Perawat sirkulasi juga harus memastikan bahwea peralatan telah siap dan dapat digunakan. Semua peralatan harus dicoba sebelum prosedur pembedahan. Apabila prosedur ini tidak dilaksanakan, maka dapat menyebabkan penundaan atau

kesulitan dalam pembedahan. meja Meja bedah akan disipakan perawat sirkulasi dan disesuaikan dengan jensi dan pembedahan. Perawat sirkulasi mempersiapkan asesori tambahan meja bedah agar dalam pengaturan posisi dapat efektif dan efisienl.

Siapkan bedah asesori pelengkap sesuai dengan jenis pembedahan. Siapkan sarana pendukung pembedahan. Siapkan alat hemostasis dan cadangan alat dalam kondisi siap pakai. Lakukan pemasangan kateter urine dengan teknik steril. Lakukan pengaturan posisi bedah.

Bantu ahli bedah pada saat dimulainya insisi.

Bantu ahli bedah dalam melakukan intervensi hemostasis. Bantu ahli· bedah dalam membuka jaringan dan lakukan · pengisapan apabila diperlukan. ·

Sarana pendukung seperti kateter urine lengkap, alat pengisap lengkap, spons dalam kondisi siap pakai. Alat hemostasis merupakan fondasi dari tindakan operasi untuk mencegah terjadinya pendarahan serius akibat kerusakan pembuluh darah arteri. Perawat mmeriksa kemampuan alat tersebut untuk menghindari cedera akibat pendarahan intraoperasi.

Pemasangan kateter dilakukan untuk mengindari keluarnya urine pada saat intraoperatif akibat hilangnya kontrol menahan urine efek dari anestesi. Kateter Foley harus dipasang sebelum pasien diberi posisi. Gunakan teknik aseptik untuk pemasangan kateter. Cegah terjadinya tekukan atau tekanan pada kateter selama proses pemindahan tersebut. Periksa kepatenan sestem drainase setelah pemberian posisi. Catat keluaran urine dan pemasangan kateter. Manajemen pengaturan posisi (lihat kembali materi manajemen pengaturn posisi) dilakukan untuk memudahkan akses atau pajanan pada dokter bedah, akses vaskular seperti infus dan alat monitor standar tidak terganggu, drainase urine optimal, dan fungsi status srikulsi serta pernapasan adekuat. Posisi tidak boleh mengganggu struktur neuromuskular. Insisi bedah memerlukan skalpel (alat penjepit) dan pisau bedah yang sesuai dengan ares yang akan dilakukan insisi. Perawat instrumen bertanggung jawab menyerahkan alat insisi dan mempersiapkan kauter listrik yang diperlukan dalam tindakan hemostasis. Asisten pertama berperan membantu menyerap darah yang keluar saat dan menjepit pembuluh darah akibat kerusakan vaskular pada area insisi dengan menggunakan spons dan klem arteri. Perawat instrumen atau asisten bedah menggunakan alat hemostasis listrik pada klem arteri untuk menjepit atau menghentikan pendarahan.

Pembukaan jaringan dilakukan lapis demi lapis, dari kulit, lemak, fasia, dan jaringan dalam, misalnya peritoneum pada pemedahan area abdomen. Pembukaan jaringan dilakukan sampai akses yang akan dituju sesuai jenis dan tujuan pembedahan dapat tercapai. Asisten bedah membantu menarik dengan menggunakan refraktor dan melakukan pengisapan apabila banyak cairan yang mengganggu akse bedah. Pemakaian dan pemilihan jenis refraktor disesuaikan dengan jenis dan ares jaringan atau pembedahan yang dilakukan. Perawat instrumen berperan dalam memenuhi keprluan yang sesuai pada setiap momen pembedahan, seperti keperluan penggunaan guntin mayo oleh ahli bedah atau keperluan refraktor. Lakukan · Perawat sirkulasi mendukung poerawat instrumen dan ahli bedah dari zoan tidak manajemen steril selam prosedur pembedahan untuk mengawasi atau membantu serip kesulitan sirkulasi yang mungkin memrlukan bahan dari luar lapangan steril. Perawat sirkulasi intraoperatif melakukan manajemen alat pengisap (sucton), memastikan alat hemostasis terpasang ruang operasi. dengan benar, sera memeriksa alat-alat tersebut dalam kondisi power on.

·

·

Bantu ahli bedah pada saat akses bedah tercapai sesuai· dengan tujuan pembedahan. · · ·

· ·

Bantu ahli· bedah dalam penutupan jaringan. ·

·

Lakukan penutupan luka pembedahan.

Perawat sirkulasi mencatat barang yang digunakan seperti jumlah spons, alat instrumen intraoperatif yang mempunyai risiko tertinggal pada jaringan bedah dan meningkatkan risiko ceder bedah, serta mencatat penyulit yang terjadi selam pembedahan yang sering disampaikan oleh ahli beah, asisten, atau instrumentator. Selam fase intraoperatif, perawat sirkulasi meljutkan dokumentasi tentan jensi aseptik, jumlah cairan IV yang digunakan, dan memantau kelurasn urine dan lambung melalui selang NGT. Selam prosedur pembedahana beralangsung, perawat menjaga agar pencatatan aktivitas perawatan pasien dan prosedur yang dilakukan oleh petugas ruang operasi tetap akurat. Dokumentasi perawatan intraoperatif memberi data yang bermanfaat bagi perawat yang akan merawat pasien setelah pembedahan. Peran perawat perioperatif baik asisten bedah, perawat instrumen dan sirkulator mendukung ahli bedah agar tujuan pembedahan dapat tercapai. Tujuan pembedahan pada saat akse tercapai, meliputi: Diagnostik (pembedahan untuk pemeriksaan lebih lanjut), misalnya pengambilan sampel biopsi tumor. Ablatif (pengangkatan bagian tubuh yang mengalami masalah atau penyakit), misalnya amputasi, pengangkatan tumor, dan apendektomi. Paliatif (menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit, tetapi tidak menyembuhkannya), misalnya kolostomi dan debridemen jaringan nekrotik. Rekonstruktif (mengembalikan fungsi atau penampilan jaringan yang mengalami malfungsi atau trauma), misalnya fiksasi interna dan eksterna fraktur dan perbaikan jaringan parut. Transplantasi (mengganti organ atau struktur yang mangalami malfungsi), misalnya cangkok (transplantasi) ginjal, total hip replacement. Konstruktif (mengembalikan fungsi yang hilang akibat anomali kongenital), misalnya: bibir sumbing, penutupan defek katup jantung dan perbaikan hiperekstensi lutut (genurecurvatum)). Prosedur penutupan jaringan dilakukan setelah tujuan pembedahan sudah selesai dilaksanakan. Penutupan dilakukan lapis demi lapis sesuai area tau jaringan yang telah dilakukan pembedahan. Perawat instrumen menurunkan risiko cedera dengan mempersiapkan dan memilih sarana penjahitan dengan memperhatikan ketajaman jarum jahit, benang jahitan yang akan digunakan sesuai jaringan yang di jahit dan kondisi atau kelayakan instrumen agar kerusakan jaringan dapat minimal. Penjahitan bisa dilakukan ahli bedah atau asisten bedah. Apabila dilakukan ahli bedah, maka asistern bedah membantu penutupan jaingan agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien agar kerusakan jaringan dapat minimal. Penutupan luka selain bertujuan menurunkan risiko infeksi juga bertujuan untuk menurunkan risiko cedera pajanan langsung ke area bedah atau jaringan yang masih belum stabil. Perawat biasanya memasang spons dan plester adhesi yang menutupi seluruh spons.

Risiko infeksi intraoperatif berhubungan adanya port de entree prosedur bedah, penurunan imunitas efek anestesi. Tujuan: Optimalisasi tindakan asepsis dapat dilaksanakan selama prosedur itrabedah. Kriteria evaluasi: Luka pascabedah tertutup dengan kasa. Intervensi Rasional Kaji ulang· Perawat ruang operasi memeriksa kembali riwayat kesehatan, hasil pmeriksaan fisik, identitas pasien dan berbagai hasil pemeriksaan. Pastikan bahwa alat protese dan barang berharga telah dan pemeriksaan di lepas. diagnostik. · Riwayat kesehatan yang mempunyai risiko penurunan imunitas seperti pasien yang

memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus. Hasil pemeriksaan darah albumin untuk menentukan aktivitas agen-agen obat dan pertumbuhan jaringan luka. · Berbagai prtese yang masih belum dilepas akan memberikan akses pajanan yang mengontaminasi area steril. Siapkan Sarana scrub, meliputi cairan antiseptik cuci tangan pada tempatnya, gaun yang terdiri sarana scrub dari gaun kedap air dan baju bedah steril, duk penutup, dan duk berlubang dalam kondisi lengkap dan siap pakai. Siapkan Manajemen insrumen dari perawat scrub sebelum pembedahan disesuaikn dengan jenis instrumen sesuai pembedahan. Sebelum antisipasi apabila diperlukan instrumen tambahan perawat jenis mempersiapkan alat cadangan dalam suatu tromol steril yang akan memudahkan pembedahan. pengambilan apabila diperlukan tambahan alat instrumen. Lakukan Manajemen asepsis selalu berhubungan dengan pembedahan dan perawatan manajemen perioperatif. Asepsis prabedah meliputi teknik aseptik atau pelaksanaan scrubbing cuci asepsis tangan (lihat kembali bab manajemen asepsis). prabedah. Lakukan · Manajemen asepsis dilakukan untuk menghidari kontak dengan zona steril (lihat manajemen kembali manajemen asepsis) meliputi pemakaian baju bedah, pemakaian sarung asepsis tangan, persiapan kulit, pemasangan duk, penyerahan alat yang diperlukan intraoperasi. petugasscrub dengan perawat sirkulasi. · Manajemen aseosi intraoperasi merupakan tanggung jawab perawat insturmen dengan mempertahankan integritas lapangan steril selama pembedahan dan bertanggung jawab untuk mengomunikasikan kepada tim bedah setiap pelanggan teknik aseptik atau kontaminasi yang terjadi selama pembedahan. Lakukan Penutupan luka bertujuan menurunkan risiko infeksi. Perawat biasanya memasang penutupan luka spons dan plester adhesif yang menutup seluruh spons. pembedahan. ·

DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN PREOPERATIF 1. Pengetahuan kurang ( knowledge defisite ) NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional NOC: Pengetahuan tentang penyakit, setelah diberikan penjelasan selama 2 x pasien mengerti proses penyakitnya dan Program perawatan serta Therapi yg diberikan dg: Indikator: Pasien mampu: 

Menjelaskan kembali tentang penyakit,



Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas NIC: Pengetahuan penyakit

INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya 2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi tentangklien 3. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan

4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi 5. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya 6. Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/ mendukung 7. Instruksikan kapan harus ke pelayanan 8. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur operasi

NIC : Teaching (Pre operatif) 1. Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur operasi/perawatan 2. Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur operasi/perawatan 3. Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur operasi yang akan dilakukan 4. Jelaskan tujuan prosedur operasi/perawatan 5. Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama prosedur operasi/perawatan 6. Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur operasi/perawatan 7. Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa aspek selama prosedur operasi/perawatan (relaksasi da imagery) 8. Pastikan persetujuan operasi telah ditandatangani 9. Lengkapi ceklist operasi

2. Kecemasan : NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam cemas ps hilang atau berkurang dg: Indikator: Ps mampu: 

Mengungkapkan cara mengatasi cemas



Mampu menggunakan coping



Dapat tidur



Mengungkapkan tidak ada penyebab fisik yang dapat menyebabkn cemas

NIC: Penurunan kecemasan 1. Bina Hub. Saling percaya

2. Libatkan keluarga 3. Jelaskan semua Prosedur 4. Hargai pengetahuan ps tentang penyakitnya 5. Bantu ps untuk mengefektifkan sumber support 6. Berikan reinfocement untuk menggunakan Sumber Coping yang efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN INTRAOPERATIF

Resiko infesi, dengan faktor resiko: Prosedur invasif: pembedahan, infus, DC NOC: Kontrol infeksi Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi. Indikator: Alat dan bahan yang dipakai tidak terkontaminasi NIC: kontrol infeksi intra operasi Aktifitas: 1. gunakan pakaian khusus ruang operasi 2. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptik

Resiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dingin NOC: control temperature Criteria: Temperature ruangan nyaman Tidak terjadi hipotermi NIC: pengaturan temperature: intraoperatif Aktivitas: Atur suhu ruangan yang nyaman Lindungi area diluar wilayah operasi

Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi NOC: control resiko Indicator: tidak terjadi injuri NIC: surgical precousen Aktifitas: 1. Tidurkan klien pada meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan 2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa

3. Pastikantidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien

More Documents from "Baiq Rista Ananta Pratiwi"