PROPOSAL TERAPI BERMAIN “MEWARNAI”PADA ANAK PRE SCHOOL USIA 2-5 TAHUN DI RUANG PAVILIUN V RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA
Oleh: Kelompok 1D
1. 2. 3. 4. 5.
Astriani Rohmawati Dewa Ayu Made Farid Armansyah Maratus Sholikah Nevinda Hervi Farendita
(183.0016) (183.0030) (183.0041) (183.0058) (183.0066)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU HANG TUAH SURABAYA 2019 LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TERAPI BERMAIN “MEWARNAI”PADA ANAK PRE SCHOOL USIA 2-5 TAHUN DI RUANG PAVILIUN V RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA
Disusun oleh 1. 2. 3. 4. 5.
Astriani Rohmawati Dewa Ayu Made Farid Armansyah Maratus Sholikah Nevinda Hervi Farendita
(183.0016) (183.0030) (183.0041) (183.0058) (183.0066)
Mengetahui,
Pembimbing Intitusi
Pembimbing Lahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009). Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia pre school (1-5 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia pre school dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil
warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia pre school dengan cara mewarnai gambar. 1.2 1.2.1
Tujuan Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain dapat meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan anak. 1.2.2 a. b.
Tujuan Khusus Menurunkan tingkat kecemasan pada anak Meningkatkan perkembangan mental, imajinasi dan kreativitas
anak usia pre-school. c. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam hal pemilihan warna dalam mewarnai gambar. d. Dapat menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan sehingga anak tidak kehilangan waktu bermain. 1.3 a. 1. 2.
b.
Manfaat Bagi anak-anak Memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi Mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan keterampilan
motorik halus 3. Mengurangi kecemasan karena hospitalisasi 4. Meningkatkan ekspresi emosional Bagi perawat 1. Mengatasi hospitalisasi pada anak 2. Meningkatkan komnikasi yang efektif 3. Meningkatkan efektifitas dan efisien kerja 4. Menjalin hubungan yang saling percaya
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1
Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Suhendi, 2001). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. 2.2
Kategori Bermain
a.
Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari
anak sendiri. Contoh: bermain sepak bola. b.
Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu
melakkan aktivitas (hanya melihat). Contoh: Memberikan support. 2.3 a. b. c. d. e.
Ciri-Ciri Bermain Selalu bermain dengan sesuatu atau benda Selalu ada timbal balik interaksi Selalu dinamis Ada aturan tertentu Menuntut ruangan tertentu
2.4 a.
Klasifikasi Bermain Menurut Isi Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b.
Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir. c.
Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda. d.
Dramatic play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu. 2.5 a.
Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak pre school. b.
Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school. Contoh : bermain balok c.
Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
d.
Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen. 2.6 a.
Berdasarkan Kelompok Usia Anak Bayi usia 0-3 bulan. Seperti yang disinggung pada uraian
sebelumnya karakteristik khas permainan bagi usia bayi adalah adanya
interaksi social yang menyenangkan antara bayi dan orang tua dan atau orang dewasa sekitarnya. Selain itu, perasaan senang juga menjadi cirri khas dan permainan untuk bayi usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan misalnya mainan gantung yang berwarna terang dan bunyi music yang menarik. b. Bayi usia 4-6 bulan. Untuk menstimulasi penglihatan dapat dilakukan permainan seperti mengajak bayi menonton TV, member mainan yang mudah dipeganggnya dan berwarna terang, serrta dapat pula dengan cara member cermin dan meletakkan bayi di depannya sehingga memungkinkan
bayi
dapat
melihat
bayangan
di
cermin.stimulasi
pendengaran dapat dilakukan dengan cara selalu membiasakan memanggil namaya. Untuk stimulasi taktil berikan mainan yang dapat digenggamnya lembut dan lentur, atau pada saat memandikan biar bayi bermain air di dalam bak mandi. Bayi usia 7-9 bulan. Untuk stimulasi penglihatan dapat dilakukan dengan memberikan mainan yang berwarna terang atau berikan kepadanya kertas dan alat tulis biarkan ia mencoret-coret sesuai keinginannya. c. Anak usia pre school (2-5 tahun). Anak usia pre school kegiatan belajar menunjukan karakteristik yang khas yaitu banyak bergerak, tidak bias diam, dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk dapat mandiri.jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia pre school adalah solitary play dan parallel play. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia pre school anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan social dengan temannya semakin meningkat. Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic play, dan skill play. d.
Anak usia sekolah (6-12 tahun). Karakteristik permainan untuk
anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki misalnya mobilmobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapt
menstimulasi untuk mengembangkan perasaan, pikiran, dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka. e. Anak usia remaja (13-18 tahun). Melihat karakteristik ank remaja demikian, mereka perlu mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olahraga, mendengar, dan atau bermain music serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif serta kelompok basket, sepak bola, karang taruna dan lain-lain.prinsipnya, kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenagan dan meningkatkan perkembangan fisiemosional, tetapi juga lebih kearah menyalurkan minat. Bakat, aspirasi, serta membantu remaja untuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias berupa berbagai macam alat olahraga, alat musik, dan alat gambar atau lukis. 2.7
Fungsi Bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangannya: a.
Perkembangan Sensorik Motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya meraih pensil. b. Perkembangan Kognitif Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan). c. Kreatifitas Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok. d. Perkembangan Sosial Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam kelompok. e.
Kesadaran Diri (Self Awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap orang lain. f.Perkembangan Moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran g.
Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak, misalnya: marah, takut, benci. h.
Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran. 2.8 a. b.
Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif
terganggu c. Jenis kelamin d. Lingkungan lokasi, negara, kultur e. Alat permainan senang dapat menggunakan f.Intelegensia dan status sosial ekonomi 2.9 Tahap Perkembangan Bermain a. Tahap eksplorasi Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain b. Tahap permainan Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan c. Tahap bermain sungguhan Anak sudah ikut dalam permainan d. Tahap melamun Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya. 2.10 a.
Bermain Di Rumah Sakit Tujuan 1. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan 2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat 3.
Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau
dirawat 4.
Meningkatkan hubungan antara pasien (anak keluarga) dan
perawat karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan
menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi yang elektif antara perawat dan pasien. 5. Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak. 6. Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal dan atau pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut. 7. Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif. 8. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya. b. Prinsip 1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak dan/atau yang tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak melelahkan anak (misalnya, menggambar/mewarnai, bermain boneka dan membaca buku cerita 2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang 3. Kelompok umur sama. Apabila permainan dilakukan khusus di kamar bermain secara berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada kelompok umur yang sama. Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah. 4. Melibatkan keluarga/orangtua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat orang tua harus terlibat secara
aktif dan mendampingi anak dari awal permainan sampai mengevaluasi permainan anak bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya. c.
Upaya Perawatan Dalam Pelaksanaan Bermain 1. Lakukan saat tindakan keperawatan 2. Sengaja mencari kesempatan khusus
d. 1. 2. e.
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Alat bermain Tempat bermain
Pelaksanaan Bermain Di Rumah Sakit 1. Faktor pendukung Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan keluarga 2. Faktor penghambat Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain
2.11
Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan
anak
sesuai
dengan
usia
dan
tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995). Agar orang tua dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat – syarat berikut ini yang perlu diperhatikan adalah: a. Keamanan Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak terlalu kecil, cat tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak mudah pecah, karena pada usia ini anak kadang – kadang suka memasukkan benda kedalam mulut. b. Ukuran dan berat Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia anak. Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar menjangkau atau memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan akan mudah tertelan. c. Desain APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran, susunan, ukuran dan warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk menghindari kebingungan anak. d. Fungsi yang jelas APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli perkembangan anak.
e. Variasi APE APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar pasang), namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak terlalu mudah, karena anak akan cepat bosan. f. Universal APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa. Jadi, dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua orang. g. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat luas Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka setiap lapisan masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi maupun rendah, hendaknya dapat menyediakannya. APE bias didesain sendiri asal memenuhi persyaratan. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus: gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan: alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll. 2.12 Bermain Mewarnai Gambar a. Definisi Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak. b. Manfaat
1.
Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan
sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”). 2. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk, mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus. 3. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia pre school, karena menggunakan media kertas gambar dan crayon. 4. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata. 5. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negative. 6. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci. 7. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN “MEWARNAI GAMBAR” Hari / Tanggal
: Kamis, 6 Maret 2019
Waktu
: 09.00 WIB
Pokok Bahasan
: Terapi Bermain “Mewarnai Gambar”
Sub Pokok Bahasan
: Mewarnai Gambar
Sasaran
: Anak Usia Pre School (2-5 tahun) di ruang Paviliun V
Tempat
: Ruang Paviliun V Rumkital dr. Ramelan Surabaya
I.
Tujuan Instruksional Umum Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
II.
Tujuan Instruksional Khusus Setelah diajak bermain selama 15 menit, anak diharapkan: a.
Gerakan motorik halusnya lebih terarah
b.
Berkembang kognitifnya
c.
Dapat mewarnai gambar yang disukainya
d.
Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang
dirawat di ruang yang sama e. III.
Kejenuhan selama dirawat di rumah sakit berkurang
Sasaran Keluarga pasien dan pasien (anak) di Ruang Poli Anak
IV.
Metode a.
V.
Mewarnai gambar dengan crayon
Media dan Alat Peraga a. b.
Crayon Kertas bergambar
c. VI.
Lembar penilaian
Pengorganisasian Pembawa Acara: Astriani Rohmawati Pemandu terapi : Maratus Sholikah Fasilitator : Nevinda Hervi Farendita Dewa Ayu Made Dokumentasi : Farid Armansyah
VII.
Strategi Pelaksanaan No.
1.
Waktu 5 menit
Kegiatan
Peserta
Pembukaan : 1. Membuka
kegiatan
dengan
mengucapkan salam. 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan dari terapi bermain 4. Kontrak waktu anak dan orang
1. Menjawab salam 2. Mendengarkan 3. Memperhatikan
tua 4. Memperhatikan 2.
20 menit Pelaksanaan : 1. Menjelaskan pelaksanaan
tata terapi
cara
1. Memperhatikan
bermain
mewarnai kepada anak 2. Memberikan kesempatan
2. Bertanya
kepada anak untuk bertanya jika belum jelas 3. Membagikan kertas bergambar
3. Antusias saat
dan crayon 4. Fasilitator mendampingi anak
menerima peralatan 4. Memulai untuk
dan memberikan motivasi kepada
mewarnai gambar 5. Menjawab
anak 5. Menanyakan
kepada
anak
apakah telah selesai mewarnai gambar 6. Memberitahu waktu
yang
anak diberikan
bahwa telah
pertanyaan 6. Mendengarkan 7. Memperhatikan
selesai 7. Memberikan pujian terhadap anak yang mampu mewarnai 3.
5 menit
gambar sampai selesai Terminasi: 1. Memberikan motivasi dan
1. Memperhatikan
pujian kepada seluruh anak yang telah mengikuti program terapi bermain 2. Mengucapkan terima kasih kepada anak dan orang tua 3. Mengucapkan salam penutup VIII.
2. Mendengarkan 3. Menjawab salam
Evaluasi 1. Evaluasi Struktur a. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai b. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan c. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi bermain dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan dilaksanakan 2. Evaluasi Proses a. Praktikkan memandu terapi bermain dari awal hingga akhir kegiatan b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung d. Anak mau dan dapat mewarnai gambar dengan baik didampingi oleh praktikkan e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses bermain f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik 3. Evaluasi Hasil a. Kegiatan bermain dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan b. Anak dapat melakukan pemilihan warna sesuai dengan yang disukainya c. Anak mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir d. Pasien/anak ikut berpartisipasi aktif dalam terapi bermain dan dapat menyelesaikan proses mewarnai hingga selesai.