Sap Menopause Fix.docx

  • Uploaded by: Theresia Sulistyaningrum
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap Menopause Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,722
  • Pages: 21
SATUAN ACARA PENYULUHAN “MENOPAUSE” SAP Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan Dosen Pembimbing

: Linda Ratna Wati, M. Kes.

Kelompok 1 : 1. Riska Dwi Prihatiningsih

(125070607111051)

2. Rizza Alifatul Affa

(125070607111034)

3. Imroatus Sholihah

(125070607111054)

4. Theresia Sulistyaningrum

(125070607111056)

5. Woro Tamia Nuningtyas

(125070607111059)

6. Azizah Rahmah

(125070607111000)

7. Zahra Listia Ardiyasa

(125070607111060)

8. Siti Khotijah

(125070607111000)

Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Oktober, 2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN “Menopause” Topik

: Menopause

Sub – topik

: Perubahan pada Menopause, keluhan yang dialami dan cara mengatasi

Sasaran

: Ibu usia 30 - 40 tahun serta anggota keluarga (anak, suami)

Tempat

: Balai Desa Ujung Karang, Malang

Hari/tanggal

: Senin, 19 Oktober 2015

Waktu

: 09.00 – 09.45 WIB

Pemateri

:Riska Dwi Prihatiningsih, Rizza Alifatul Affa, Imroatus Sholihah,

Theresia

Sulistyaningrum,

Woro

Tamia

Nuningtyas, Azizah Rahmah, Zahra Listia Ardiyasa, Siti Khotijah

A. Latar belakang Setiap wanita akan mengalami masa menopause pada usia yang berbeda, namun pada umumnya wanita akan mengalami masa menopause sekitar usia 4555 tahun. Ratna (2014) menemukan bahwa usia wanita menopause terbanyak adalah umur 45-54 tahun (73,1%) dengan usia rata-rata yaitu 50 tahun. Menurut Prawirohardjo (2008), menopause mulai pada umur 50-51 tahun dengan usia menopause yang relatif sama antara di Indonesia maupun negara-negara Barat dan Asia yaitu sekitar 50 tahun. Namun menurut Mulyani (2013), ada beberapa kasus menopause dapat terjadi pada usia paling muda yaitu 30-40 tahun yang disebut menopause prematur. Di sisi lain, juga ada ,menopause terlambat yang biasanya terjadi pada usia 58 tahun. Pada masa menopause, wanita akan mengalami berbagai macam perubahan dari berbagai sisi. Terlalu awal maupun terlalu lambat ini bisa terjadi akibat berbagai faktor yang sifatnya sangat komprehensif, baik dari sisi psikologis maupun fisiologisnya.

Secara teori, masa menopause merupakan berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan(Wijayanti, 2009). Begitu pula halnya menurut WHO yang mendefinisikan Menopause dari segi fisiologisnya merupakan penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuntjoro, 2007). Di negara Indonesia, perubahan-perubahan yang tejadi pada wanita yang mengalami menopause sering dianggap sebagai suatu hal yang terkadang membingungkan bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. Menurunnya ingatan, berkata yang tidak wajar, bisa berjalan sendiri tanpa tahu arah, bahkan rasa ingin diperhatikan yang begitu besar merupakan salah satu perubahan yang terjadi pada wanita menopause dan membuat bingung anggota keluarga disekitarnya dalam menyikapi. Namun, jika ingin dipelajari lebih jauh, perubahanperubahan tersebut sebenarnya merupakan perubahan fisiologis yang lumrah dialami oleh semua wanita menopause. Untuk menambah pengetahuan, memberikan informasi serta menghindari pemahaman yang keliru mengenai menopause, kami ingin memberikan penyuluhan tentang perubahan fisiologis yang terjadi pada menopause serta keluhan dan cara mengatasi keluhan itu.

B. Sub Pokok Bahasan 

Definisi Menopause



Perubahan Pada Menopause



Perubahan Psikologi Menopause



Tanda dan Gejala Menopause

C. Tujuan Tujuan Instruksional Umum Pada akhir proses penyuluhan diharapkan sasaran bisa menambah pengetahuan, mampu mengerti, memahami dan memiliki kemauan untuk bersikap bijaksana dalam menghadapi perubahan saat menopause.

Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai perubahan pada Menopause, keluhan yang dialami dan cara mengatasinya, diharapkan ibu dan anggota keluarga dapat memahami dan mendiskripsikan: 

Konsep dan perubahan yang terjadi pada masa menopause



Keluhan yang terjadi pada menopause



Penatalaksanaan keluhan yang terjadi pada menopause

D. Strategi Media (Alat bantu) 1. Leaflet 2. LCD 3. Laptop 4. Poster 5. PowerPoint Slide Show 6. Video

Layout

: POSTER

: PDDM

: OBSERVER

: MC

: PESERTA

: PEMATERI

: LCD

: PINTU

Metode 1. Persentasi/Ceramah 2. Tanya Jawab

E. Persiapan 1. Menyiapkan pokok bahasan 2. Menyiapkan tempat, waktu, dan sasaran 3. Menyiapkan materi 4. Menyiapkan hadiah bagi peserta

F. Rencana Kegiatan Penyuluhan (POA)

TAHAPAN KEGIATAN Pembukaan

MEDIA WAKTU

KEGIATAN PENYAJI/PEMATERI

KEGIATAN PESERTA

METODE

DAN ALAT

5 menit

 Penyampaian salam

 Menjawab salam

 Perkenalan

 Memperhatikan

ceramah

-

Audio-visual

Video

penyampaian

penyaji Pre-Test

5 menit

 Menanyakan beberapa pertanyaan untuk

mengetahui

pemahaman

 Menjawab pertanyaan dengan mengacungkan

tangan

dan

(menyaksikan

materi

dipersilahkan oleh penyaji

video

dan

memberikan analisa) Penyuluhan I

10 menit

Penyampaian materi oleh pemateri :  Konsep dan perubahan pada masa Menopause



Mendengarkan memberikan tehadap

dan umpan

materi

Ceramah

balik

Dan

yang

jawab

Power tanya

Point Slide Show,

disampaikan.

poster+le aflet Penyuluhan

15 menit

Penyampaian materi oleh pemateri : 

II



 Mendengarkan

Keluhan yang terjadi pada masa

memberikan

menopause

tehadap

Penatalaksanaan keluhan pada

disampaikan

dan umpan

materi

balik

Ceramah,

Power

tanya jawab,

Point Slide

yang

Show, poster+le

masa menopause

aflet Post-Test

4 menit

 Menanyakan beberapa pertanyaan untuk

mengetahui

pemahaman

Menjawab

pertanyaan

mengacungkan

tangan

dengan dan

dipersilahkan oleh penyaji

materi

Audio-visual

Video

(menyaksikan video

dan

memberikan analisa) Penutup

6 menit

Penutup

Memperhatikan kegiatan dan ikut

 Pemberian Reward

serta dalam penarikan kesimpulan

a.

Penanya

dan manfaat yang diperoleh selama

b.

Penjawab Pertanyaan

penyuluhan

 Menjelaskan

kesimpulan

ceramah

dari

materi penyuluhan  Ucapan terima kasih  Salam penutup

G. Evaluasi 1. Evaluasi Struktural 

SAP sudah dipersiapkan



Media sudah dipersiapkan



Waktu, tempat, dan sasaran sudah sesuai

2. Evaluasi Proses 

Audiance cukup aktif



Pemaparan materi sesuai dengan konsep dan waktu yang sudah ditentukan

Hadiah



Media yang digunakan sesuai kebutuhan

3. Evaluasi Hasil 

Penyaji melakukan kegiatan sesuai peran



Peserta yang datang sesuai dengan target yang sudah ditetapkan



Diakhir kegiatan sudah dilakukan evaluasi hasil kegiatan dengan cara peserta mengajukan pertanyaan pada peserta.

H. Lampiran

Materi 2.1 Menopause 2.1.1 Definisi Menopause Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuntjoro, 2007). Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono P, 2008). 2.1.2 Perubahan Pada Menopause Perubahan pada masa menopause adalah perubahan-perubahan yang bersifat drastis.Perubahan pada masa menopause itu menyangkut perubahan organ reproduksi, perubahan hormon, perubahan fisik, maupun perubahan psikologis.Seorang yang berada pada masa menopause, harus siap menjalani masa ini, karena masa menopause adalah masa peralihan, yang biasanya seseorang mengalami masalah pada masa transisi ini. Menurut Lastiko (2004), perubahan yang terjadi selama masa menopause adalah: 1. Perubahan Organ Reproduksi Perubahan organ reproduksi disebabkan oleh berhentinya haid, berbagai reproduksi akan mengalami perubahan. Sel telur tidak lagi di produksi, sehingga juga akan mempengaruhi komposisi hormon dalam organ reproduksi. 2. Perubahan Hormon Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang. Meski perubahan terjadi juga pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi, juga psikis adalah perubahan hormon estrogen. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi sedikit, jarang, dan bahkan

siklus haidnya mulai terganggu. Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen. 3. Perubahan Fisik Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada masa menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 4. Perubahan Emosi Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause sangat tergantung pada masing-masing individu, pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya tentang masa menopause.

2.2 Perubahan Psikologis Pada Menopause Melambatnya rangsangan sensoris/sensory information berpengaruh terhadap kemampuan untuk menangani lingkungan secara keseluruhan antara lain untuk akses terhadap pengetahuan tentang kehidupan dunia. Kondisi ini akan menimbulkan keterbatasan dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan lingkungan dan orang-orang sekelilingnya. Kondisi seperti ini mengakibatkan Lansia mengalami perubahan dalam beberapa hal sebagaimana uraian dibawah ini (BKKBN, 2012: 11-12). 1. Perubahan pada aspek kemampuan berpikir Perubahan pada aspek kemampuan berpikir berkaitan dengan kemampuan belajar, pemahaman, kinerja, pemecahan masalah, daya ingat/memori ,motivasi dan pengambilan keputusan dengan uraian sebagai berikut. a. Kemampuan belajar Lanjut usia yang tidak mengalami masalah fisik atau mental, masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bahwa manusia itu memiliki kemampuan untuk belajar sejak dilahirkan sempai akhir hayat. Namun, apabila lanjut usia mengalami gangguan fisik atau mental maka akan terjadi penurunan kemampuan belajar disebabkan karena gangguan tersebut. Akibatnya Lansia

merasa

tertinggal

disekitarnya.Sebenarnya

sulit

dengan untuk

perkembangan

yang

terjadi

menemukan seberapa banyak

berkurangnya kemampuan belajar sebagai pengaruh dari usia tua/lanjut usia. Meskipun kelompok lanjut usia lebih parah dibandingkan dengan kelompok muda namun hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan perbedaan yang kecil dan tergantung kepada teknik penelitian yang dilakukan. b. Kemampuan pemahaman Pada lanjut usia, kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian dipengaruhi oleh fungsi pendengarannya. Penurunan fungsi inderapen dengaran mempengaruhi daya tangkap serta kemampuan pemahaman terhadap sesuatu. Lansia sering kali tidak dapat memahami sesuatu dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut sebaiknya dilakukan kontak mata ;saling memandang jika berbicara dengan Lansia. Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan pendengarannya dapat diatasi dan dapat lebih mudah memahami maksud orang lain. Peran keluarga dan pasangan hidup berpengaruh besar terhadap kondisi lanjut usia untuk menumbuhkan motivasi agar tetap dapat menjalankan kehidupan yang lebih bahagia 2. Kinerja Pada individu dengan lanjut usia yang sangat tua memang akan terlihat penurunan kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Penurunan itu bersifat wajar sesuai dengan perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan yang sifatnya patologis. Agar para Lansia dapat mempertahankan kinerjanya perlu diberikan latihan-latihan keterampilan. 3. Pemecahan masalah Masalah-masalah yang dihadapi lanjut usia tentu semakin banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi penurunan pada fungsi panca indra. Hambatan yang lain dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman dan lain-lain, yang berakibat penanganan dalam pemecahan masalah menjadi lebihl ama. 4. Daya ingat/memori Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, mencamkan, menyimpan dan menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang pernah dialami seseorang.

Daya ingat merupakan salah satu fungsi kemampuan berpikir yang banyak berperan dalam proses belajar, memecahkan masalah, maupun kecerdasan (intelegensia), bahkan hampir semua tingkah laku manusia itu dipengaruhi oleh daya ingat. Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi yang sering kali paling awal mengalami penurunan. Gangguan yang terjadi pada seseorang dengan lanjut usia dan menderita dimensia, adalah mereka tidak dapat mengingat peristiwa atau kejadian yang baru dialami, akan tetapi hal-hal yang telah lama terjadi masih diingat. 5. Motivasi Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku demi

mencapai

sesuatu

yang

diinginkan

atau

yang

dituntut

oleh

lingkungannya. Motivasi dapat bersumber dari fungsi berpikir dan fungsi kasih sayang. Pada lanjut usia, motivasi untuk mencapai/memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi. Tersebut seringkali kurang didukung oleh kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal-hal yang diinginkan banyak berhenti ditengah jalan. Dalam kondisi seperti ini dukungan keluarga dan pasangan hidup sangat berarti untuk dapat tetap memelihara dan menumbuhkan rasa percaya diri yang besar. Lingkungan yang seperti ini sangat dibutuhkan untuk kehidupan lanjut usia. 6. Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan masalah. Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan pada data yang terkumpul, kemudian dianalisis, dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai positif (menguntungkan), selanjutnya diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah-olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil tanpa adanya bimbingan akan menimbulkan kekecewaan dan mungkin depresi serta dapat memperburuk kondisi Lansia.

2.5

Perubahan Psikologi Masa Menopause

Aspek psikologi yang terjadi pada wanita menopause amat penting perananya pada kehidupan sosial, terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya jabatan, atau pekerjaan sebelumnya sangat menjadi kebanggaan. Beberapa gejolak psikologi yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas dan depresi sampai kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual (Brien, 1994). Menurut Efendi (2009: 246) perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun. Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pension, yakni kehilangan suber finansial atau pemasukan berkurang, kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang

cukup tinggi,

lengkap dengan segala fasilitasnya, kehilangan teman atau relasi, kehilangan pekerjaan atau kegiatan dan merasakan atau kesadaran akan kematian. Perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek psikologis maupun kognitif wanita (Andira, 2010: 66) diantaranya : a) Perubahan Emosi Perubahan emosi disini tampak pada kelelahan mental, menjadi lekas marah, dan perubahan suasana hati yang begitu cepat. Biasanya perubahan yang terjadi tidak disadari oleh wanita tersebut. Tak jarang orang disekitarnya dibuat bingung akan perubahan ini. Maka diperlukan pendekatan khusus seperti obrolan ringan dengan sahabat atu siapa saja yang pernah mengalami hal yang sama seringkali dapat menjadi dukungan emosi terbaik. b) Perubahan kognitif Memasuki masa menopause daya ingat wanita menurun. Terkadang, sesuatu yang harus dia ingat, harus diulang-ulang terlebih dahulu. Selain itu, kemampuan berpikirnya pun mengalami penurunan. c) Depresi Tidak sekadar perubahan suasana hati atau emosional yang berlangsung drastis, tetapi si wanita juga merasa tertekan, terpuruk, dan merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi. Pada masa menopause ini, anakanaknya yang sudah tumbuh dewasa biasanya mereka cenderung sibuk

dengan urusan masing-masing. Pada saat itulah si wanita benar-benar merasa kehilangan perannya. Gejala depresi diantaranya murung atau letih, sulit tidur pulas terutama menjelang dini hari, lelah terus-menerus, sulit membuat keputusan, rasa bersalah, rasa sedih dan dorongan untuk menangis, terkadang penderita depresi cenderung suka makan, minum, merokok, dan terkadang bisa pula kehilangan nafsu makan Menurut Manuaba (2009: 207) perubahan kejiwaan yang dialami seorang wanita menjelang menopause meliputi merasa tua, tidak menarik lagi, rasa tertekan karena takut menjadi tua, mudah tersinggung, mudah terkejut sehingga jantung berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut bahwa suami akan menyeleweng, keinginan seksual menurun dan sulit mencapai kepuasan (orgasme). Mereka juga merasa sudah tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu, merasa memberatkan keluarga dan orang lain. Menurut Nirmala (2003) beberapa keluhan psikologi yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu: 1) Ingatan menurun Gejala ini terlihat bahwa sebclumnya wanita menopause dapat menginat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahwa sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnyn otomatis langsung ingat. 2) Kecemasan Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekawatiran pada ibu-ibu menopause yang bersifat relatif, artinya ada orang yang kembali cemas dan dapat kembali tenang, setelah mendapat semangat atau dukungan dari orang sekitarnya. Akan tetapi banyak juga wanita mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang tidak berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama saja dengan pubertas yang dialami oleh seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang kawatir, namun juga yang biasa-biasa saja sehingga tidak menimbulkan gejolak (Nirmala, 2003). Adapun gejolak-gejolak psikologi adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Wade (2007) adalah :

a. Suasana hati Yaitu keadaan yang menunjukkan ketidak tenangan psikis seperti mudah marah dan perasaan sedang.

b. Pikiran Yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu seperti khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya. c. Motivasi Yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan. d. Perilaku gelisah Yaitu keadaan diri yang tidak terkendali, seperti gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi. Reaksi-reaksi biologi yang tidak terkendali e. Gangguan kecemasan Gangguan kecemasan dianggap berasal dan suatu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh mahiuk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya. f. Mudah tersinggung Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita menopause lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu. g. Stress Tidak ada orang bisa lepas sama sekali dan was-was dari rasa cemas, termasuk para menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan. Pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup kedalam tidur. h. Depresi Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih. Karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita

merasa tertekan karena kehilangan sluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya. Menurut penelitian Daulay dkk (2013) menunjukkan adanya perbedaan psychological well-being (kesejahteraan psikologis) antara wanita menopause yang bekerja dan tidak bekerja. Pada keenam dimensi psychological well-being (yaitu: otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, pertumbuhan positif dengan orang lain, tujuan hidup, penerimaan diri) nilai rata-rata wanita menopause yang bekerja lebih besar dari wanita menopause yang tidak bekerja. Sementara itu perbedaan psikologis antara wanita diperkotaan dan wanita dipedesaan berdasarkan penelitian Sholikah (2011) dapat diketahui bahwa, wanita menopause yang sering mengalami kecemasan lebih banyak terjadi pada wanita menopause yang ada di perkotaan dibandingkan wanita menopause pedesaan. 2.3 Tanda-tanda dan Gejala Menopause Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikologis. Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal (Proverawati, 2009).. Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium (Proverawati, 2009). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause(Angila, 2010): 1. Ketidakteraturan siklus haid Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan seperti ini terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan. 2. Gejolak rasa panas (hot flash)

Ini gejala klasik yang sekaligus menjadikan para wanita ketika mengalami menopause mendapatkan perawatan. Pada saat memasuki menopause wanita akan mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar keseluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada dada, wajah dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30 detik sampai dengan beberapa menit. Hal ini disebabkan karena hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH (Leutenizing Hormone). Diduga disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen. Seperti diketahui, pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun drastis sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan estrogen akan mengenai sistem alfa-adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada pusat thermoregulasi dan neuron pelepas LH. Sampai sekarang fenomena ini masih cukup menjadi misteri.Belum ada hasil riset mendetail membahas masalah ini.Rasa panas terkadang terjadi bahkan sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun. Berkas panas yang diderita ini biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan lembab.Selain itu, juga berhubungan dengan ruang sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas.Hal yang menyusahkan wanita selain merasa panas dan muncul kemerahan di tubuhnya, juga keluarnya keringat pada malam hari.Hal ini menjadikan tidur terasa tidak nyaman. Keluhan hot flushes mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25 % penderita masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun. Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi dalam meredakan keluhan hot flushes pada 90 % kasus. 3. Keluar keringat di malam hari Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes. Semua wanita akan mengalami arus panas ini. Arus panas mungkin sangat ringan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh orang lain. Mungkin hanya terasa seolah-olah suhu meningkat secara tiba-tiba sehingga menyebabkan kemerahan disertai keringat yang mengucur diseluruh tubuh anda. Arus ini tidak membahayakan dan akan cepat berlalu. Sisi buruknya adalah tidak nyaman tetapi tidak pernah disertai rasa sakit.

4. Gejala pada vagina

Muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah rasa sakit saat berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit pada saat kencing (Angila, 2010). 5. Perubahan kulit Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika mensturasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada sekitar wajah, leher dan lengan (Hurlock, 2002). Sulit tidur 6. Insomnia (sulit tidur) Lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam. 7. Perubahan pada mulut Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal. 8. Kerapuhan tulang Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur. Osteoporosis paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Kehilangan 1% tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. 9. Badan menjadi gemuk Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan.

10. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause, dari sudut pandang medik ada 2 perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). 11. Linu dan nyeri otot sendi Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan pembahasan

kurangnya penyerapan kalsium yang telah ditemukan

sebelumnya. 12. Perubahan pada indra prasa Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada indra pengecapnya. Sementara wanita yang memiliki riwayat penyakit gigi dan gusi, maka kemungkinan giginya akan lebih cepat tanggal ( Angila, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia. Jakata: Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan. Hal 11-12. Efendi F dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Andira, D. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: A Plus Books Manuaba et al. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. Nirmala. 2003. Hidup Sehat dengan Menopause. Jakarta: Buku Nirmala Wade, Carole, Carol Tavris. 2007. Psikologi, Edisi 9. Jakarta: Erlangga. Daulay, D.A., Dan Siregar N.Z. 2013. Perbedaan Psychological Well-Being Antara Wanita Menopause Yang Bekerja Dan Tidak Bekerja. Psikologia, 2013, Vol. 8, No. 2. Sholikah, T.A. 2011. Perbedaan Usia Menopause Pada Wanita Pedesaan Dan Perkotaan Serta Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Publikasi Ilmiah UMS Vol. 3 No. 1.

Lampiran 1

Daftar Hadir Peserta

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

NAMA

TTD

28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Related Documents


More Documents from ""

Sap Menopause Fix.docx
April 2020 8
Tugas Arya.docx
April 2020 3
Dopler.doc
April 2020 7
Lmbr Visite Dr.xlsx
December 2019 18