PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (KGD) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes HANG TUAH PEKANBARU TA.2018/2019
FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Materi
: Penanganan syok hipovolemik
Pokok bahasan
:Penanganan syok hipovolemik yang dapat dilakukan dirumah sebelum dibawa ke IGD
Hari/Tanggal
: Sabtu, 23 Maret 2019
Estimasi waktu
: 30 menit
Tempat
: IGD RSUD Arifin Ahmad
Sasaran
: Keluarga pasien
A. Latar belakang Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan
pelayanan
gawat
darurat
sesuai
dengan
kompetensi
dan
kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan respons time yang cepat dan tepat (KepMenKes, 2009). Sebagai salah satu penyedia layanan pertolongan, dokter dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat agar dapat menangani kasus-kasus kegawatdaruratan (Herkutanto, 2007; Napitupulu, 2015). Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera adalah syok. Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai tidak adekuatnya transpor oksigen ke jaringan yang disebabkan oleh gangguan hemodinamik. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor yang tidak
adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafilaktik). (Hardisman, 2013). Syok hipovolemik yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara akut (syok hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu penyebab terjadinya syok hemoragik tersebut diantaranya adalah cedera akibat kecelakaan. Menurut World Health Organization (WHO) cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya 5 juta kematian diseluruh dunia. Angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%. Sedangkan angka kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 36% (Diantoro, 2014). Diare dan muntah berlebihan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya syok hipovolemik. Sebagian besar pasien syok hipovolemik meninggal karena tidak mendapat penatalaksanaan yang tepat dan adekuat (Lupy et al., 2014). Ketika terjadi perfusi jaringan yang tidak adekuat akibat sedikitnya jumlah volume sirkulasi darah, tubuh akan mengaktifkan mekanisme kompensasi sebagai usaha untuk meningkatkan perfusi.
B. Tujuan 1. Tujuan umum Pasien dan keluarga memahami penanganan syok hipovolemik yang disebabkan oleh perdarahan akibat trauma atau kecelakaan, diare, luka bakar dan mual muntah berlebihan. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui deifinisi syok b. Mengetahui jenis-jenis syok c. Mengetahui manifestasi klinis syok d. Mengetahui penanganan syok hipovolemik e. Mengetahui penanganan perdarahan
f. Mengetahui penanganan luka bakar
3. Pelaksanaan Kegiatan a. Metode Ceramah, demonstrasi dan tanya jawab b. Media LCD proyektor, laptop dan leaflet c. Waktu dan tempat Kamis, 21 Maret 2019 Pukul 10.00 WIB di Ruang tunggu IGD d. Pengorganisasian -
Moderator
: Sulistiana
-
Leader
: Syarifah Rahmi
-
Co leader
: Tia Arieska
-
Fasilitator
: Oldhi Hanafi dan Ferdian Hidayat
-
Observer
: Annisa Dwi Kartika
e. Deskripsi tugas 1. Moderator a. Membuka acara b. Memperkenalkan diri dan anggota kelompok c. Menyampaikan tujuan d. Menutup acara 2. Leader a. Menyampaikan penyuluhan pada peserta b. Melemparkan pertanyaan pada peserta c. Menjawab pertanyaan peserta d. Menyimpulkan materi penyuluhan 3. Co. Leader a. Membantu leader dalam mempresentasika nmateri penyuluhan b. Membagi leaflet pada audience
4. Fasilitator a. Memotivasi peserta agar berperan aktif b. Membuat absensi penyuluhan 5. Observer a. Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
f. Setting tempat
Ket: : Moderator
: Leader
: Co leader
: Fasilitator : Observer
:Layar Infokus : Audience
g. Kegiatan penyuluhan Waktu N
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
o 5 1menit
15 menit
Pembukaan: 1. Mengucapkan salam
1. Menjawab salam
2. Perkenalan mahasiswa
2. Memperhatikan
3. Perkenalan dengan preseptor
3. Memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan
4. Memperhatikan
5. Menjelaskan kontrak waktu
5. Memperhatikan
Penyampaian materi: 1. Menjelaskan definisi syok
1.Memperhatikan
2. Menjelaskan jenis- jenis syok
2.Memperhatikan
3. Menjelaskan penyebab syok
3.Memperhatikan
4. Menjelaskan dan mendemonstrasikan
4.Memperhatikan
penanganan diare dirumah 5. Menjelaskan dan mendemonstrasikan 5.Memperhatikan penanganan perdarahan dirumah 6. Menjelaskan penanganan luka bakar 6. Memperhatikan dirumah 7. Menjelaskan
penanganan
muntah 7. Memperhatikan
berlebihan dirumah
10 menit
Penutup:.
1. Memperhatikan
1. Memberi kesempatan untuk bertanya. 2. Menjawab pertanyaan yang diajukan. 3. Menanyakan
kembali
pada
2. Memperhatikan
klien
tentang apa yang telah dijelaskan.
3. Menjawab
4. Memberikan reinforcement positif atas jawaban peserta.
4. Memperhatikan
5. Menyimpulkan dan menutup diskusi. 6. Mengucapkan salam.
5. Memperhatikan 6. Menjawab salam
h. Evaluasi 1. Evaluasi struktur -
Peserta dan keluarga menghadiri penyuluhan
-
Tempat, media serta alat penyuluhan tersedia sesuai rencana
2. Evaluasi proses -
Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
-
Peserta yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
-
Peserta yang hadir berperan aktif selama kegiatan berlangsung
3. Evaluasi hasil Seluruh audience memahami tentang penanganan syok hipovolemik dirumah sebelum dibawa ke IGD.
i. Materi penyuluhan A. Konsep syok 1. Defenisi Syok atau renjatan dapat diartikan sebagai keadaan terdapatya pengurangan yang sangat besar dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen serta unsur- unsur gizi lainnya secara efektif ke berbagai jaringan sehingga timbul cidera seluler yang mulamula reversible dan kemudian bila keadaan syok berlangsung lama menjadi irreversible (Isselbacher, 1999: dalam Fitria, 2010).
2. Jenis- jenis syok a. Syok hipovolemik Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguang kehilangan akut dari darah (syok hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Penyebab terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar, muntah, dan trauma maupun perdarahan karena obsetri. Syok hipovolemik merupakan salah satu syok dengan angka kejadian yang paling banyak dibandingkan syok lainnya. b. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung mengalirkan cukup darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal akibat gangguan fungsi pompa jantung. Definisi klinis di sini mencakup curah jantung yang buruk dan bukti adanya hipoksia dengan adanya volume darah intravaskular yang cukup. Syok terjadi jik kerusakan otot jantung lebih dari 40% dan angka kematiannya lebih dari 80% (Mansjoer, 1999). c. Syok anafilaktik Syok anafilaktik adalah suatu reaksi alergi yang dapat menyebabkan kehilangan kesadaran atau bahkan kematian. Kondisi ini terjadi apabila pasien alergi terhadap makanan, obat-obatan, bisa serangga, dan lateks. Reaksi ini dapat terjadi dalam hitungan detik atau menit dari paparan agen alergi, di mana tekanan darah pasien turun secara tiba-tiba dan saluran udara terhambat dan mengganggu pernapasan. d. Syok septik Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus. e. Syok neurogenik Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat vasomotor sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Syok neurogenik terjadi karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh (Corwin, 2000).
3. Manifestasi klinis syok
a.
Syok hipovolemik
Manifestasi klinik dari syok adalah hipotensi, pucat, berkeringat dingin, sianosis, kencing berkurang, oligouria, ganggua kesadaran, sesak nafas. b.
Syok septik Fase Hiperdinamik/ Syok panas (warm shock):
Gejala dini: 1) Hiperventilasi 2) Tekanan vena sentral meninggi 3) Indeks jantung naik 4) Alkalosi 5) Oligouria 6) Hipotensi 7) Daerah akral hangat 8) Tekanan perifer rendah 9) Laktikasidosis Fase Hipodinamik: 1) Tekanan vena sentral menurun 2) Hipotensi 3) Curah jantung berkurang 4) Vasokonstriksi perifer c.
Syok neurogenik Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bradikardi, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Pengumpulan darah di dalam arteriol,kapiler, dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
d.
Syok kardiogenik 1) Pasien tidak sadar atau hilangnya kesadaran secara tiba- tiba 2) Sianosis akibat dari aliran perifer berhenti 3) Dingin
e.
Syok anafilaktik Urtikaria, udem, edema laring, mual, muntah, nyeri perut, diare, spasme bronkus. (Fitria, 2010)
B. Penanganan syok hipovolemik Ketika mendapati seseorang yang menunjukan gejala gejela hipovolemia maka yang pertama harus dilakukan adalah mencari bantuan medis,sembari menunggu bantuan medis datang berikan pertolongan pertama pada penderita hipovolemia, perlu digaris bawahi bahwa penangan pertama yang tepat pada penderita hipovolemia sangat dibutuhkan karena dapat menghindari kematian pada penderita. Berikut hal hal atau langkah langkah untuk memberi pertolongan pertama pada penderita: 1. Perdarahan a. Luka terbuka Seseorang yang mengalami trauma tajam seperti pisau, kapak, cangkul, kaca, terjatuh, dan lain sebagainya yang dapat mengakibatkan luka terbuka dan mengeluarkan darah dengan volume yang banyak, dapat dilakukan pertoloingan pertama menjelang dibawa ke IGD atau rumah sakit. Adapun pertolongan pertama yang dapat dilakukan antara lain: a. Amankan pasien ketempat atau lingkungan yang aman dan nyaman. b. Hubungi tim medis atau pelayanan kesehatan terdekat c. Jangan memberi cairan apapun pada mulut penderita contoh memberi minum. b. Bersihkan luka dengan air mengalir (air kran) bila memungkinkan. c. Lakukan penekanan pada luka menggunakan kassa atau handuk/kain yang bersih untuk menghentikan perdarahan. d. Jika memungkinkan ikat luka dengan kassa tebal atau kain bersih. e. Berikan sanggahan atau tinggikan kaki atau tangan yang mengalami luka 45° atau 30 cm untuk meningkatkan peredarahan darah. (Fitria, 2010; Enita & Sri, 2010). b. Fraktur atau patah tulang a. Amankan pasien ketempat atau lingkungan yang aman dan nyaman. b. Segera hubungi paramedis atau pelayanan kesehatan terdekat c. Bila ditemukan adanya cedera pada kepala, leher atau punggung jangan memindahkan posisinya.
d. Jika terdapat luka terbuka lakukan penekanan menggunakan handuk atau kain bersih e. Jika ada tanda-tanda patah tulang jangan lakukan pergerakan memindahkan posisi yang berlebihan. f. Jika terdapat patah tulang yang keluar atau menembus kulit jangan mencoba untuk mengembalikan tulang yang keluar. g. Jika terdapat tulang yang keluar jangan lakukan penekanan, namun tutup luka dan tulang dengan kain bersih. h. Hubungi paramedis atau ambulans. i. Jangan mengangkat korban yang terluka di bagian kepala, leher atau tulang belakang tanpa memakai tandu. Jaga kepala tetap lurus dengan badan. c. Luka tusuk a. Amankan pasien ketempat yang aman dan nyaman. b. Hubungi tim medis atau pelayanan kesehatan terdekat c. Gunting baju atau celana pada area yang tertusuk benda tajam (pisau, gunting, garpu, ddl) d. Jangan cabut atau melepaskan benda tajam yang tertusuk atau menancap. Karena dapat meyebabkan perdarahan hebat. e. Lakukan balutan pada tusuk menggunakan kassa selanjutnya fiksasi dengan plester atau ikat supaya benda yang menancap tidak bergerak atau tetap pada posisinya.
2. Luka bakar a. Luka bakar suhu tinggi (Termal burn) 1) Segera hindari korban dari sumber api atau sumber panas. 2) Amankan korban ketempat yang aman dan nyaman 3) Hubungi tim medis atau pelayanan kesehatan terdekat 4) Lepaskan atau gunting baju, lepaskan ikat pinggang, perhiasan dan bendabenda lain yang tidak menempel. Jika baju dan perhiasan menempel pada kulit jangan memaksa untuk melepasnya.
5) Setelah sumber panas dihilangkan, rendam atau siram luka bakar dengan air bersih yang mengalir selama 15 sampai 20 menit. 6) Jika
ada
gelembung
berisi
cairan
jangan
sekali-kali
untuk
memecahkannya. 7) Tidak dianjurkan menggunakan air es untuk luka bakar 8) Tidak dibenarkan memberikan atau mengoleskan bahan lain seperti mentega, kecap, kopi ataupun pepsodent pada luka bakar, karena dapat mengiritasi kulit yang terbakar dan menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut. (Barbara, 2013).
b. Luka bakar sengatan listrik 1) Matikan sumber arus listrik atau cabut kabel yang menyebabkan sengatan. 2) Jika arus listrik tidak bisa dihentikan, dorong korban dengan alat yang tidak menghantarkan listrik, misalnya sapu, kursi, atau tongkat kayu. 3) Pastikan penolong berdiri pada lantai yang kering 4) Gunakan alas kaki atau berdirilah di atas bahan yang tidak menghantarkan listrik seperti matras karet atau tumpukan koran. 5) Hubungi tim medis atau pelayanan kesehatan terdekat 6) Setelah pasien aman, panggil pasien untuk menilai responnya 7) Jangan berikan minum ataupun makanan
c. Luka bakar bahan kimia Bahan kimia yang dapat menimbulkan luka bakar kimiawi, antara lain: asam baterai mobil, zat pemutih, amonia, zat pembersih, zat klorinasi di kolam. Adapun langkah-langkah penanganan luka bakar bahan kimia, antara lain: 1) Jauhkan bahan kimia yang menyebabkan luka bakar 2) Lepaskan pakaian atau perhiasan atau kain yang terkena bahan kimia. Lepaskan dengan hati-hati jangan sampai pakaian yang terkena bahan kimia mengenai bagian tubuh lain yang tidak terpapar zat kimia
3) Bila bahan kimia terkena mata maka bilas mata dengan air mengalir terus menerus selama minimal 20 menit. 4) Bila bahan kimia mengenai anggota tubuh yang lain maka cuci dengan air bersih dan mengalir pada pada tubuh yang terkena bahan kimia selama ± 20-30 menit. 5) Cuci dengan hati-hati dan hindari bagian tubuh yang bersih jangan sampai bahan kimia mengenai bagian tubuh yang tidak terkena bahan kimia. 6) Hubungi tim medis atau pelayanan kesehatan terdekat
DAFTAR PUSTAKA
Barbara AB, Glen G, Marjorie S. (2013). Willard and Spackman's Occupational Therapy (12th Ed). Lippincott Williams & Wilkins.
Corwin, Elizabeth J. (2000) .Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Eni, D., & Sri, R. (2010). Kegawadaruratan syok hipovolemik. Berita ilmu keperawatan
ISSN
1979-2697,
2(2).
Diperoleh
dari
http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/download/3799/2459 Fitria, C. N. (2010). Syok dan penanganan. Jurnal Gaster, 2(7). First Aid Guide and Emergency Treatment Instructions. Saporo fire bureau. Available at [https://www.city.sapporo.jp]. Diakses pada [10 oktober 2016]. Kemenkes RI. (2011). Situasi diare di indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.