Sabar Berbuah Sehat

  • Uploaded by: Prof. DR. H. Imam Suprayogo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sabar Berbuah Sehat as PDF for free.

More details

  • Words: 785
  • Pages: 2
Sabar Berbuah Sehat Suatu saat saya naik taksi ke Bandara Sukarno Hata dalam perjalanan pulang ke Malang. Begitu naik taksi, sopirnya tampak baru menemui sesuatu yang menjadikan hatinya tidak. Biasanya sopir taksi ketika mendapatkan penumpang, selalu menunjukkan sikap ramah. Tetapi sopir ini tidak demikian. Merasakan sikapnya itu, saya yakin ada sesuatu yang tidak beres. Saya lalu mencoba menyapa dengan menanyakan tentang hal yang ringan, seperti misalnya sejak kapan mulai pegang taksi dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan ternyata dijawab dengan baik. Tetapi kegundahan sopir taksi ini tidak bisa disembunyikan. Bahkan dengan menjawab pertanyaan itu saya semakin yakin bahwasanya pikiran atau perasaaan sopir taksi ini terganggu. Hal itu bisa dirasakan dari jawaban-jawaban yang diberikan terasa kaku, dan pembicaraan tidak berlangsung rileks. Saya sadar bahwa apa yang saya lakukan terhadap sopir taksi adalah merupakan hal yang tidak biasa. Umumnya, justru sopir taksi yang seharusnya menghormati penumpangnya, menyapa dengan kata atau kalimat yang menyenangkan. Tamu seharusnya diperlakukan sebaik mungkin. Tidak terkecuali penumpang taksi bagi sopirnya. Hal seperti itu sudah dipahami oleh para sopir taksi, sehingga jika tidak demikian, maka jelas sekali ada sesuatu di luar kebiasaaan. Setelah berjalan beberapa menit kemudian, sopir taksi mengaku bahwa baru saja mendapatkan pengalaman pahit dengan penumpangnya. Dia ceritakan bahwa baru saja membawa penumpang dari satu tempat yang saya kurang jelas persisnya, menuju stasiun gambir. sampai di tempat tujuan, penumpang tersebut mengaku tidak memiliki cukup uang untuk membayarnya. Ia meminta sopir taksi agar menunggu, sementara dia akan mengambil uang lewat ATM di bagian dalam stasiun Gambir. Penumpang tersebut hanya bisa menyerahkan uang Rp.60.000,- sementara yang seharusnya dibayarkan sebesar Rp. 130.000,Sopir taksi percaya atas janji dan permintaan penumpangnya itu. Ia menungguinya di luar stasiun. Akan tetapi setelah ditunggu lebih dari setengah jam, penumpang yang dimaksudkan tidak muncul kembali. Tidak sabar menunggu, dia mencoba mencari ke bagian dalam stasiun, tetapi tidak menemukan orang dimaksud. Bahwa memang benar di bagian dalam stasiun gambir terdapat pelayanan ATM, tetapi orang dimaksud tidak ada di situ lagi. Atas kenyataan itu, sopir taksi tersebut merasa sangat jengkel, sebab merasa dirugikan dalam dua hal. Pertama, ia tidak mendapatkan upah atas jasanya secara penuh dan kedua, ia harus kehilangan waktu lama untuk menunggu. Umpama saja penumpang tersebut jujur, yaitu mengatakan apa adanya, bahwa dia memang tidak memiliki cukup uang, maka dia akan bisa memahaminya. Atas perlakuan seperti itu, sopir taksi benar-benar merasa telah dikerjai oleh penumpangnya. Memahami suasana batin sopir taksi tersebut, saya mencoba menghibur dengan mengajak berbincang-bincang dengannya. Saya mengatakan bahwa hidup di kota besar memang

susah, apalagi akhir-akhir ini, ternyata orang jujur semakin langka. Saya mengatakan bahwa lembaga pendidikan semakin banyak, bahkan juga jenis jenjang pendidikan semakin komplit. Saat ini jarang orang yang tidak mengenyam pendidikan, bahkan di kota-kota orang bisa menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Tetapi semakin tinggi pendidikan yang dilalui seseorang, ternyata tidak ada jaminan bahwa yang bersangkutan berhasil menjaga diri, dalam arti menjadi semakin jujur. Apa yang saya sampaikan tersebut, ternyata dirasakan sama oleh sopir taksi. Dia rupanya tertarik dengan ungkapan saya itu. Selanjutnya dia mengaku bahwa sekalipun dia tidak menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi, ia masih bisa menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sopir taksi tersebut mengaku bahwa selama ini ia berusaha menjaga amanah sebaik-baiknya dan tentu selalu berusaha memberikan pelayanan kepada penumpang sebaik mungkin. Sebagai sopir taksi, dia mengaku bahwa hanya melalui ketrampilannya mengendarai taksi itu saja, dia bisa berbuat baik kepada orang lain dan berusaha bisa menyenangkan orang. Lewat perbincangan itu rupanya suasana hati sopir taksi menjadi semakin cair. Dia tidak lagi setegang sebelumnya. Kemudian sambil mengendarai taksi, dia saya ajak untuk meneruskan perbincangan, termasuk membayangkan apa yang baru saja telah dialaminya. Saya ajak dia membayangkan, apa yang sedang dirasakan oleh penumpang yang baru saja membohonginya. Saya mengatakan bahwa penumpang yang tidak jujur tersebut, saat sekarang bisa jadi merasa senang dan puas karena berhasil menghindar dari memenuhi kewajibannya. Tetapi juga saya katakan bahwa, hati kecilnya tidak akan merasa tenang, karena khawatir kalau suatu ketika bertemu kembali. Dari pembicaraan itu, menjelang sampai di terminal bandara, ternyata sopir taksi tersebut mampu menyimpulkan sendiri kejadian yang dialami. Sopir taksi mengatakan bahwa, jika dia secara terus menerus merasa jengkel atas peristiwa itu, justru kerugiannya bertambah. Selain tidak akan mendapatkan haknya dari penumpang yang tidak jujur tersebut, serta kehilangan waktu harus menunggu lama, maka kerugiannya masih harus ditambah lagi, yaitu hatinya merasa sakit terus menerus. Sedangkan penumpang yang membohonginya, mungkin sudah melupakan dan bahkan gembira karena berhasil mengelabui sopir taksi. Atas dasar hasil berbincang-bincang itu, sebelum saya meninggalkan taksinya, sopir mengatakan bahwa memang sikap yang benar adalah segera melupakan apa saja yang mengecewakan, tidak perlu dendam dengan siapapun, dan sebaiknya selalu berusaha menata hati agar mampu bersabar, dan dengan begitu hatinya akan sehat. Selanjutnya, jika hatinya sehat maka jasmaninya pun juga akan terjaga sehingga menjadi ikut sehat pula. Wallahu a’lam

Related Documents

Sabar Berbuah Sehat
June 2020 11
Sabar
May 2020 23
Sabar
May 2020 20
Sabar
May 2020 27
Sabar
October 2019 27

More Documents from ""