Rps 12 Koperasi Dan Umkm.docx

  • Uploaded by: meira
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rps 12 Koperasi Dan Umkm.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,041
  • Pages: 18
MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM : “Aliansi Strategik serta Pengembangan Klaster Koperasi dan UMKM” Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Manajemen Koperasi dan UMKM Pengampu : Ida Bagus Sudiksa, S.E., M.M

Disusun Oleh : Kelompok 10

Muhammad Rifandy Taufik

(1607522141)

Ni Kadek Ari Trisnawati

(1607522142)

I Gede Dharmayuda Oktanta Bn

(1607522144)

PROGRAM NON REGULER FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2018

i

KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yang Mahaesa karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Koperasi dan UMKM dengan judul “Aliansi Strategik serta Pengembangan Klaster Koperasi dan UMKM.” Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, kerabat dan teman-teman kami, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak dosen bidang studi Manajemen Koperasi UMKM yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kelompok kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini. 2. Orang tua, teman dan kerabat yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan pembelajaran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Semoga paper ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Selanjutnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yang Mahaesa dan dalam hal perbaikan paper ini ke depannya.

Denpasar, November 2018

Tim Penulis

ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep dan Realitas Aliansi Strategik Koperasi dan UMKM ................. 3 2.2 Pengertian Klaster .................................................................................... 6 2.3 Alur Pikir Pengembangan Klaster di Indonesia…………………………11 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13 3.2 Saran ........................................................................................................ 13 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Di Indonesia aliansi strategis pada umumnya terjadi pada rentang waktu tertentu,

selain itu pihak yang melakukan aliansi bukanlah pesaing langsung, namun memiliki kesamaan produk atau layanan yang ditujukan untuk target yang sama. Dengan melakukan aliansi, maka pihak-pihak yang terkait haruslah menghasilkan sesuatu yang lebih baik melalui sebuah transaksi. Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia sebagai penyangga ekonomi. Ini dikarenakan tiga alasan utama; Pertama, kinerja UKM cenderung lebih baik menghasilkan tenaga kerja yang produktif; Kedua, sering meningkatkan produktivitasnya melalui investasi dan aktif mengikuti perubahan teknologi; Ketiga, diyakini memiliki keunggulan fleksibilitas dibandingkan usaha besar. Peran pemerintah dibutuhkan agar memiliki daya saing yang tinggi dalam capacity building dan membentuk Clustering dengan melakukan dua hal yaitu pertama, kerjasama antar UKM di dalam klaster harus kuat dalam produksi, pengadaan bahan baku, pemasaran, inovasi, dan lainnya, serta klaster harus memiliki jaringan kerja sama yang kuat dengan semua stakeholders. Klaster adalah konsentrasi geografi antara perusahaan yang saling terkait dan bekerjasama, yang diantaranya melibatkan pemasok barang, penyedia jasa, industri yang terkait, serta jumlah lembaga yang secara khusus berfungsi sebagai penunjang dan atau pelengkap. Definisi klaster juga sebagai kelompok usaha atau industri yang saling terkait. Klaster memiliki dua elemen kunci yaitu : pertama, perubahaannya harus saling berhubungan dan kedua, berlokasi di suatu tempat yang saling berdekatan. Strategi penentuan lokasi usaha dipandang sangat penting dikarenakan kesalahan peletakan usaha akan menimbulkan kesalahan lain yang berantai, seperti kesalahan penentuan harga, kesalahan strategi dan upaya pemasaran yang lain dan kesalahan penyediaan barang karena kurangnya informasi mengenai konsumen dan perilakunya.

1

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah

sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana konsep serta realitas aliansi strategik koperasi dan umkm? 1.2.2 Apa pengertian dari klaster? 1.2.3 Bagaimana alur pikir pengembangan klaster di Indonesia? 1.3

Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui konsep serta realitas aliansi strategik koperasi dan umkm. 1.3.2 Untuk mengetahui pengertian klaster. 1.3.3 Untuk mengetahui alur pikir pengembangan klaster di Indonesia.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1

KONSEP SERTA REALITAS ALIANSI STRATEGIK KOPERASI DAN UMKM (Strategik)

2.1.1 Pengertian Aliansi Strategis Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Aliansi strategis pada umumnya terjadi pada rentang waktu tertentu, selain itu pihak yang melakukan aliansi bukanlah pesaing langsung, namun memiliki kesamaan produk atau layanan yang ditujukan untuk target yang sama. Dengan melakukan aliansi, maka pihak-pihak yang terkait haruslah menghasilkan sesuatu yang lebih baik melalui sebuah transaksi. Rekanan dalam aliansi dapat memberikan peran dalam aliansi strategis dengan sumberdaya seperti produk, saluran distribusi, kapabilitas manufaktur, pendanaan proyek, pengetahuan, keahlian ataupun kekayaan intelektual. Dengan aliansi maka terjadi kooperasi atau kolaborasi dengan tujuan muncul sinergi. 2.1.2 Keuntungan Aliansi Strategis Keuntungan aliansi strategis antara lain : 1. Memungkinkan partner untuk konsentrasi pada aktivitas terbaik yang sesuai dengan kapabilitasnya 2. Pembelajaran dari partner dan pengembangan kompetensi yang mungkin untuk memperluas akses pasar 3. Memperoleh kecukupan sumber daya dan kompetensi yang sesuai agar organisasi dapat hidup. 2.1.3 Bantuan Teknis (TA) untuk Kelas Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Proyek Canada Indonesia Private Sector Enterprise Development (CIPSED) ini menyampaikan bantuan teknis khusus untuk kluster-kluster UKM dibidang subjek seperti perencanaan usaha; desain produk; sistem produksi; pembuatan/pemanenan; kualitas produk; analisa pasar; strategi pemasaran; logistik; administrasi usaha; manajemen keuangan; penjualan dan pengembangan pasar; ekspor; teknologi dan manajemen sumber daya manusia, dll. Setiap kluster UKM yang bekerjasama dengan CIPSED juga menerima bantuan teknis 3

yang berhubungan dengan kesetaraan gender dan perlindungan lingkungan. Proyek CIPSED bekerja sama dengan mitra Indonesia saat ini bekerja dengan kluster UKM berikut : 1) Sulawesi Selatan: a. Rumput Laut b. Kacang Mete

2) Sulawesi Utara: a. Kelapa 3) Sulawesi Tenggara: a. Rumput Laut b. Kelapa 2.1.4 Penguatan Kelembagaan untuk Pusat Pelayanan Pengembangan Usaha (BDSPs) Komponen Penguatan Kelembagaan dari Proyek CIPSED adalah memberikan bantuan kepada Pusat Pelayanan Pengembangan Usaha dalam mengembangkan perluasan jangkauan dari layanan dukungan nyata danp roduk yang akan menjadi menarik dan bermanfaat bagi masing-masing anggota. Proyek ini bekerja sama baik dengan Nasional (berlokasi di Jakarta) dan BDSP di daerah (Pulau Sulawesi) dalam usaha ini. Para BDSP juga menerima bantuan teknis yang berhubungan dengan kesetaraan gender dan perlindungan lingkungan. Proyek CIPSED bekerja sama dengan mitra Indonesia yang saat ini bekerja dengan BDSPs berikut ini di Pulau Sulawesi dan ditingkat nasional di Jakarta. 1) Sulawesi Selatan: a. RETPC : Pusat Pelatihan dan Promosi Ekspor Daerah 2) Sulawesi Utara: a. KAPET Manado-Bitung

: Badan Zona Pengembangan Ekonomi Terpadu Sulawesi Utara

b. BIMP-EAGA

: Cabang Sulawesi Utara untuk Pertumbuhan Daerah Brunei-Indonesia-Malaysia-Filipina-ASEAN Timur.

c. Dewan Pariwisata Sulawesi Utara (NSTB).

4

3) Sulawesi Tenggara: a. KAPET BANK Sejahtera (KBS) : Badan Zona Pengembangan Ekonomi Terpadu untuk Sulawesi Tenggara. 4) Gorontalo: a. Kawasan Industri Agro Terpadu (KIAT) (Termasuk sejumlah agrobisnis UKM) b. Program Pelatihan Kewirausahaan ToT CIPSED-UNG. 5) Pusat Pelayanan Pengembangan Usaha Nasional (BDSPs): a. Pusat Promosi SME : SMEsCo UKM (MOCSME). b. Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN/NAFED)-Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI). 2.1.5 Pembiayaan Mikro Area Program Pembiayaan Mikro CIPSED memiliki dua komponen utama: 1) kapasitas pembangunan kelembagaan dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM); dan, 2) penyediaan pembiayaan bergulir dari LKM untuk mendukung penyediaan kredit mikro bagi Usaha Mikro, Kecildan Menengah (UMKM). Proyek ini memberikan bantuan teknis (TA) untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan oleh LKM, termasuk pengembangan rencana usaha; peningkatan dalam penyelenggaraan aturan, kebijakan dan prosedur pengelolaan dana lebih baik, dan, desain produk keuangan. Akses ke sumber dana tambahan akan diperoleh untuk LKM sehingga peningkatan pembiayaan untuk usaha mikro dan kecil dapat terjadi. LKM juga menerima bantuan teknis yang berhubungan dengan kesetaraan gender dan perlindungan lingkungan. Program keuangan mikro diperkenalkan pertama kali di Sulawesi Selatan (20082009/2009- 2010), diikuti oleh Sulawesi Utara (2010-2011). Proyek CIPSED bekerja sama dengan mitra Indonesia yang saat ini bekerja dengan Lembaga Keuangan Mikro utama berikut : 1) Sulawesi Selatan: a. Koperasi Tani Hidayat, Jeneponto b. Koperasi Rahmat, Jeneponto c. KSP Teratai, Makassar d. KSP Syariah Al Ikhlas, Takalar e. KSP Syariah Al Azhar, Maros 5

f. KSP Jasa Niaga, Maros g. KSP Syariah Al Amin, Makassar 2) Sulawesi Utara: a. KUD Muung, Tomohon b. KSP Ayamen, Minahasa c. KSP Panaesaan, Minahasa d. KSU Mandiri Nasional, Manado e. KSU Makaria, Tomohon f. KUD Kawangkoan, Minahasa 2.2

PENGEMBANGAN KLASTER KOPERASI DAN UMKM (STRATEGIK)

2.2.1 Pengertian Klaster Dalam bahasa sederhana klaster (cluster) berarti kelompok, namun tidak semua kelompok industri dapat disebut sebagai klaster. Ciri utama klaster menurut Schmitz and Nadvi dalam Hartarto (2004) adalah sectoral and spatial concentration of firms, atau konsentrasi usaha sejenis pada lokasi tertentu. Pembentukan klaster (clustering) juga didefinisikan sebagai proses dari unit-unit usaha dan aktor-aktor terkait untuk membangun usahanya pada lokasi yang sama dalam area geografis tertentu, yang selanjutnya bekerja sama dalam lingkungan fungsional tertentu, dengan mewujudkan keterkaitan dan kerjasama yang erat untuk meningkatkan kemampuan kompetisi bersama (collective competitiveness) dalam suatu pertalian usaha. Dalam definisinya Porter (1990) juga lebih menekankan pada konsep pertalian usaha yang bernilai (value chain) dalam rangka menghasilkan suatu jenis produk. Kedekatan jarak antar kelompok usaha selanjutnya dapat diterjemahkan menjadi ukuran nilai tambah optimal karena adanya aglomerasi. Dampak kompetisi dalam klaster menyebabkan peningkatan produktivitas perusahaan melalui inovasi dan perluasan serta perkuatan perusahaan di dalam klaster itu sendiri (Porter, 1998). 

Sentra Konsep pemberdayaan UKM melalui pendekatan ”Sentra” diartikan sebagai model

perkuatan, pengembangan dan penumbuhan UKM yang dilakukan melalui pengelompokkan berdasar jenis usaha. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa model pembinaan UKM secara massal dinilai sangat tidak efektif, dan terkesan menghabiskan anggaran. Sentra UKM, adalah pengelompokan jenis usaha yang sejenis (minimal 20 UKM) dikelompokkan dalam satu wilayah tertentu (Maschasin, 2013). 6



Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah usaha kecil yang berskala “one man

enterprise” (mandiri) antara 5 -20 karyawan, memiliki kebebasan yang relatif lebih tinggi dalam memilih “masuk ke” atau “keluar dari” pasar dibandingkan dengan skala usaha yang lain (Soeryadjaya, 1988, p.188). Selanjutnya, sentra UKM dapat dicirikan sebagai berikut : 1. Merupakan unit kecil kawasan, memiliki ciri tertentu (minimal 20 UKM). 2. Didalamnya terdapat kegiatan proses produksi suatu jenis usaha yang menghasilkan produk unggulan. 3. Satu kesatuan fungsional secara fisik lahan, geografis, agroklimat, infrstruktur, dan kelembagaan sumber daya manusia. 4. Berpotensi untuk berkembangnya kegiatan ekonomi dibawah pengaruh pasar dari suatu produk yang mempunyai nilai jual dan daya saing tinggi. 2.2.2 Pola Klaster Pola pengembangan satuan usaha berbasis klaster adalah suatu pengembangan investasi bagi kelompok usaha mikro, kecil, menengah berbasis klaster komoditas atau industri yang mengoptimalkan hubungan antar pengusaha dalam perluasan kesempatan kerja, pemanfaatan sumberdaya lokal, dan pemasaran. Usaha ini mengkaitkan antara input-prosesoutput dan pasar secara terangkai yang berbasis pada satu jenis komoditas (klaster komoditas) atau pada kelompok industri (klaster industri). Banyak usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) gagal beroperasi karena tidak mendapatkan kepastian terhadap penyediaan input dan pemasaran output. Lembaga keuangan kurang melihat perspektif mata rantai produksi, pengolahan, pemasaran sebagai suatu rangkaian usaha yang beroperasi secara menyatu dan modal dapat kembali. Keterlibatan input, proses, output dan akses pasar pada UMKM sering tidak terorganisir secara benar. Paket kebijakan pengembangan usaha sangat sektoral dan tidak terfokus pada satuan kelompok usaha yang terangkai. Upaya pemerintah belum optimal dalam mengembangkan jaringan kerja kemitraan dalam pengembangan UMKM. Peran pemerintah termasuk pemerintah daerah adalah menyiapkan paket kebijakan pengembangan UMKM berbasis klaster komoditas atau klaster industri, pengembangan akses UMKM ke lembaga pasar lokal, domestik dan global. 7

Peran yang diharapkan dari pemerintah adalah : 1. Menciptakan peluang pasar lokal, domestik dan global sebagai respon terhadap perkembangan yang ada. 2. Melakukanterbosan-terobosan

dalam pengembangan

teknologi

sistem

produksi, pengolahan dan pemasaran. 3. Penguatkan dan mengaktifkan jalinan hubungan secara kemitraan antar pelaku dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran. 4. Melakukan identifikasi sumberdaya yang potensial secara lebih intensif. 5. Menciptakan produk yang memiliki keunggulan komparatif. 6. Memanfaatkan sumber daya yang tersedia guna memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi. Klaster adalah kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara geografis dengan institusi-institusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi. Faktor-faktor pembentuk klaster disebut sebagai Diamond Model, yang terdiri dari faktor input, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, strategi perusahaan dan pesaing. Kondisi di Indonesia ditambahkan modal sosial. (Michael Porter, 2000). Pendekatan klaster dilakukan dengan alasan yaitu 1) bersifat terintegrasi, 2) meningkatkan daya tawar, 3) efisiensi biaya, dan 4) berdampak bagi pengembangan ekonomi wilayah. 2.2.3 Tujuan Pengembangan Klaster UMKM 1. Meningkatkan kinerja suatu klaster yang berbasis komoditas unggulan daerah. 2. Memberikan rekomendasi kepada stakeholders terkait mengenai upaya untuk pengembangan klaster komoditas unggulan. 2.2.4

Manfaat Klaster

1. Manfaat Klaster secara Ekonomi Makro 1) Klaster bermanfaat dalam hal terjadinya perubahan-perubahan bagi UKM khususnya dalam hal mempersiapkan adanya globalisasi dan pasar bebas Internasional. 2) Dengan persaingan yang terus meningkat baik di dalam negeri maupun persaingan dengan produk impor, maka klaster akan membantu para anggotanya untuk lebih siap dan berdaya saing. 8

3) Klaster juga meningkatkan adanya teknologi baru, inovasi, peningkatan produktifitas yang rendah, peningkatan kualitas manajemen, pelatihan dan pendidikan, peningkatan kompetensi inti, akses pasar dan akses permodalan, integrasi ke arah ranta nilai, penempatan pasar dan merek dagang. 2. Manfaat Klaster dari Skala Mikro 1) Bagi para anggota klaster (internal) : 1. Para anggota klaster akan mendapatkan keuntungan ekonomi melalui kerjasama, khususnya bagi usaha kecil dan mikro. 2. Adanya serangkaian sumber daya yang berkompeten yang menguntungkan anggota dalam membangun kerjasama antar anggota. 3. Kisaran ekonomi dengan adanya rantai-nilai dalam klaster menguntungkan dalam hal efesiensi dan efektifitas. 4. Pemasaran dan penempatan pasar (promosi ekspor) dapat dilakukan secara bersama – sama. 5. Penyediaan jasa-layanan klaster memudahkan anggota dalam pengembangan usahanya. 6. Dari sisi produktifitas: akses anggota klaster lebih baik untuk memperoleh input berbagai faktor dan pengetahuan. 7. Adanya optimalisasi biaya yang berupa pembagian sumber-sumber dan dayatawar secara kolektif. 8. Kemungkinan melakukan lobi-lobi yang efisien. 9. Adanya akuisisi berbagai proyek dan dukungan publik. 10. Adanya dukungan berbagai stakeholder yang relevan dan terintegrasi dengan baik. 11. Pada dasarnya klaster sebagai ‘sistem inovasi’ atau perubahan kerarah perbaikan,

sehingga

menguntungkan

bagi

para

anggota

untuk

mempertahankan ataupun meningkatkan usahanya. 2) Bagi para klien (ekternal) 1. Memudahkan karena satu-atap untuk para klien. 2. Skala: satu sumber. 3. Rantai-nilai yang efisien. 4. Adanya proses pengembangan. 5. Kualitas manajemen yang lebih baik karena diorganisir . 9

6. Penyatuan tenaga kerja (SDM), karena berkumpul dalam satu lokasi . 7. Adanya jasa-layanan portofolio terintegrasi. 8. Pengurangan biaya dan fleksibilitas. 9. Kemampuan tanggap cepat (T2M)

2.2.5 Tantangan Pengembangan Klaster 1. Identifikasi Klaster berbasis komoditi unggulan. 2. Identifikasi permasalahan dalam upaya pengembangan klaster. 3. Mendapatkan komitmen stakeholders untuk pengembangan klaster. 4. Mendapatkan komitmen untuk business linkage (pelaku usaha hulu – hilir). 5. Mendapatkan komitmen stakeholders untuk kelanjutan pengembangan klaster. 2.2.6 Kunci Sukses Pengembangan Klaster 1. Keberadaan fungsi jejaring dan kerjasama. 2. Inovasi yang kuat yang dihasilkan oleh kegiatan Litbang. 3. Keberadaan/ketersediaan tenaga kerja terampil. 4. Kecukupan infrastruktur fisik. 5. Keberadaan perusahaan besar. 6. Budaya kewirausahaan yang tinggi. 7. Akses sumber pendanaan.

10

2.3

ALUR PIKIR PENGEMBANGAN KLASTER DI INDONESIA

Alur pikir pengembangan klaster dapat digambarkan pada bagan 2.3 di bawah ini :

Bagan 2.3. Alur Pikir Pengembangan Klaster OUTPUT

PROSES

INPUT

Klaster Aktif

Klaster Semi Aktif Kriteria Kriteria 1) Diutamakan klaster komoditi unggulan pasar 2) Diutamakan berorientasi ekspor 3) Ada UMKM yang menjadi local champion (menjadi pioneer 4) Diutamakan klaster menyerap tenaga kerja 5) Klaster yang menjadi prioritas telah mendapatkan binaandari Pemda dan ataudukungan dari lembaga lain

Bantuan teknis 1) 2) 3) 4)

Aspek pemasaran Aspek produksi Aspek manajemen Aspek Keuangan

1) Ada peningkatan kualitas produk 2) Perluasan pasar 3) Peningkatan penyerapan tenaga kerja 4) Ada dukungan kebijakan dari pemerintah/instansi terkait 5) Bank tertarik untuk membiayai

Faktor-faktor penentu klaster:

HULU

1) Faktor kondisi input (inut condition) 2) Faktor permintaan (Demancd factor) 3) Faktor industri pendukung dan terkait (related and supporting industries) 4) Faktor strategi perusaaan dan pesaing (context for firm and strategy) 5) Faktor Modal Sosial (Social Capital)

HILIR

SELURUH STAKEHOLDER YANG TERKAIT

11

2.3.1 Adapun proses pemilihan klaster dapat digambarkan pada gambar 2.3 berikut ini. Gambar 2.3 Alur Proses Pemilihan Klast

12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai “Aliansi Strategik serta Pengembangan Klaster Koperasi dan UMKM” yaitu : Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Dengan melakukan aliansi, maka pihak-pihak yang terkait haruslah menghasilkan sesuatu yang lebih baik melalui sebuah transaksi. Rekanan dalam aliansi dapat memberikan peran dalam aliansi strategis dengan sumberdaya seperti produk, saluran distribusi, kapabilitas manufaktur, pendanaan proyek, pengetahuan, keahlian ataupun kekayaan intelektual. Dengan aliansi maka terjadi kooperasi atau kolaborasi dengan tujuan muncul sinergi. Klaster (cluster) berarti proses dari unit-unit usaha dan aktor-aktor terkait untuk membangun usahanya pada lokasi yang sama dalam area geografis tertentu, yang selanjutnya bekerja sama dalam lingkungan fungsional tertentu, dengan mewujudkan keterkaitan dan kerjasama yang erat untuk meningkatkan kemampuan kompetisi bersama (collective competitiveness) dalam suatu pertalian usaha. Dampak kompetisi dalam klaster menyebabkan peningkatan produktivitas perusahaan melalui inovasi dan perluasan serta perkuatan perusahaan di dalam klaster itu sendiri. 3.2 Saran Berdasarkan kesimpulan, maka penulis merekomendasikan berupa saran – saran sebagai berikut : Sebaiknya peran pemerintah termasuk pemerintah daerah harus menyiapkan paket kebijakan pengembangan UMKM berbasis klaster komoditas atau klaster industri, pengembangan akses UMKM ke lembaga pasar lokal, domestik dan global, menciptakan peluang pasar lokal, domestik dan global sebagai respon terhadap perkembangan yang ada, melakukan terbosan-terobosan dalam pengembangan teknologi sistem produksi, pengolahan dan pemasaran, menciptakan produk yang memiliki keunggulan komparatif dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia guna memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi sehingga dapat meminimalisir kegagalan pada usaha mikro kecil dalam beroperasi. 13

DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, Bambang Agus dan Permana, Erwin Putera. 2017. Manajemen Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Perkembangan, Teori dan Praktek. Mojokorto, Kediri : Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri

Bank

Sentral

Republik

Indonesia.

2018.

Pengembangan

Klaster

https://www.bi.go.id/id/umkm/klaster/pengembangan/Contents/Default.aspx

UMKM.

diakses

pada

tanggal 12 November 2018

Hestiningsih, Sri. 2010. Landasan Teori Klaster dan Management Klaster. http://klasterumkm.blogspot.com/2010/09/landasan-teori-klaster-dan-managemen.html

diakses

pada

tanggal 22 September 2010

Klaster

UMKM.

2014.

Memperkuat

Daya

Saing

UKM.

http://klaster-

umkm.blogspot.com/2014/12/memperkuat-daya-saing-ukm.html diakses pada tanggal 24 Desember 2014

Klaster

UMKM.

2012.

Definisi

Klaster

UMKM.

http://klaster-

umkm.blogspot.com/2012/05/difinisi-klaster-umkm.html diakses pada tanggal 29 Mei 2012

Kompas.com.

2012.

Aliansi

Strategis

Kompas.com

dan

Urbanesia.

https://tekno.kompas.com/read/2012/01/17/10213913/Aliansi.Strategis.Kompas.com.dan.Urb anesia diakses pada tanggal 17 Januari 2012

14

1

Related Documents

Koperasi Dan Ukm
June 2020 26
Rps Dan Sap.doc
December 2019 14
Koperasi
November 2019 63

More Documents from ""