Zulfikar Calvin S 11 16 29231 RMK BAB 13 PENYELESAIAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENGUMPULAN PIUTANG: PIUTANG USAHA
METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO Dalam perancangan pengujian rinci saldo untuk piutang usaha auditor harus mendapatkan hasil yang memuaskan atas delapan tujuan audit saldo. Kedelapan tujuan umum ini sama untuk semua akun. Utuk yang khusus diterapkan bagi piutang, tujuan tersebut disebut tujuam audit saldo piutang usaha sebagai berikut: 1. Piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan jumlah dalam mastter file yang bersangkutan, dan penjumlahanya sudah benar dan cocok dengan saldo dibuku besar (kecocokan saldo) 2. Piutang yang tercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh ada (keberadaan) 3. Semua piutang yang ada telah dicatat dalam pembukuan (kelengkapan) 4. Piutang usaha telah dicatat dengan akurat (ketelitian) 5. Piutang usaha telah digolongkan dengan benar (penggolongan) 6. Pisah batas piutang usaha ditetapkan dengan benar (pisah-batas) 7. Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang bisa direalisasi (nilai bisa direalisasi) 8. Klien memiiki hak terhadap piutang usaha Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang berhubungan dengan piutang usaha (tahap 1) Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penetapan risiko oleh auditor yang memberi pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Auditor mempelajari bidang usaha dan lingkungan eksternal klien juga mengevaluasi tujuan manajemen serta proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnin klien yang signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha dipertimbangkan dalam evaluasi auditor tentang risiko bawaan dan rencana pengumpulan bukti untuk piutang usaha. Menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi dan risiko bawaan Auditor menetapkan pertimbangan materialita pendahuluan untuk seluruh laporan keuangan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan tersebut kedalam setiap akun neraca yang signifikan. Pengalokasian ini dinamakan menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Auditor umumnya mengidentifikasi suatu risiko kecurangan (fraud risk) tertentu untuk pengakuan pendapatan. Hal ini bisa mempengaruhi penetapan risiko bawaan oleh auditor untuk tujuan berikut: keberadaan, pisah batas, dan pisah batas retur penjualan. Menetapkan risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan pengumpulan piutang Auditor biasanya menekankan tiga aspek pengendalian internal, yaitu: 1. Pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan kecurangan 2. Pengendalian terhadap pisah batas (cutoff) 3. Pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan kerugian piutang Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk transaksi dengan tujuan audit saldo dalam menetapkan risiko deteksi direncanakan dan bukti yang direncanakan untuk pengujian detil saldo. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi (tahap II) Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah penetapan risiko pengendalian untuk penjualan dan pengumpulan piutang harus direvisi atau tidak. Auditor menggunakan hasil pengujian substantif transaksi untuk menentukan seberapa besar risiko deteksi untuk memenuhi setiap tujuan audit saldo piutang usaha.
Merancang dan melaksanakan prosedur analitis (tahap III) Prosedur analitis sering diterapkan pada tiga tahapan audit yaitu pada tahap perencanaan, ketika melakukan pengujian detil saldo, dan pada saat penyelesaian audit.auditor melakukan prosedur analitis untuk keseluruhan siklus penjualan dan pengumpulan piutang, tidak hanya piutang usaha. Karena prosedur analitis merupakan pengujian substantif, hasil analisis akan mengurangi luas pengujian yang harus dilakukan auditor untuk melaksanakan pengujian detil saldo apabila hasilnya menguntungkan. Merancang dan melakasanakan pengujian detil saldo piutang usaha (tahap III) Apabila prosedur analitis dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus mengajukan pertanyaan tambahan pada manajemen. Jawaban dari manajemen haru dievaluasi dengan kritis untuk menentukan apakah jawaban tersebut cukup menjelaskan fluktuasi tidak biasa tersebut dan apakah disertai dengan bukti pendukung. PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO Meskipun pada pengujian rinci saldo, auditor lebih menekankan pada akun-akun neraca namun tidak berarti bahwa auditor mengabaikan akun-akun nominal (akun laba rugi) karena akun laba rugi diuji sebagai hasil sampingan dari pengujian atas akun-akun neraca. Konfirmasi piutang usaha adalah pengujian rinci saldo piutang usaha yang paling penting. Pisah batas –piutang usaha Tujuan pengujian pisah batas (cutoff test) adalah untuk memeriksa apakah transaksi menjelang akhir tahun buku telah dicatat pada periode yang benar. Tujuan pisah batas adalah untuk salah satu yang paling penting dalam siklus ini karena kesalahan pisah batas bisa berpengaruh signifikan terhadap laba bersih periode ini. Kesalahan pisah batas bisa terjadi pada penjualan, retur penjualan, dan penerimaan kas. Untuk menentukan kewajaran pisah batas, auditor melakukan pendekatan sebagai berikut: 1. Tetapkan evaluasi yang tepat untuk pisah batas 2. Evaluasi apakah klien telah menetapkan prosedur yang memadai untuk pisah batas yang sewajarnya 3. Ujilah apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar KONFIRMASI PIUTANG USAHA Ketentuan dalam standar audit SA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari situ bukti audit tersebut diperoleh. SA juga mencakup generalisasi berikut yang relevan terhadap bukti audit: - Bukti audit lebih andal ketika diperoleh dari sumber independen di luar entitas - Bukti audit diperoleh secara langsung oleh auditor lebih andal daripada bukti audit yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui penarikan kesimpulan - Bukti audit lebih andal dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lainnya. Jenis jenis konfirmasi - Konfirmasi positif 1. Konfirmasi positif: suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang diminta 2. Konfirmasi bentuk kosong: sejenis konfirmasi positif tetapi konfirmasi tersebut tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si penerima untuk menyebutkan jumlah saldo atau menyampaikan informasi lainnya 3. Konfirmasi faktur: jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya meminta konfirmasi atas suatu faktur tertentu, tidak mengenai saldo piutang secara keseluruhan - Konfirmasi negatif
Konfirmasi negatif adalah permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi. Dibandingkan dengan konfirmasi positif, konfirmasi negatif lebih bisa dipercaya karena auditor bisa melakukan prosedur tindak lanjut apabila jawaban dari debitur tidak diterima. Konfirmasi tidak tepat digunakan apabila: 1. Auditor memandang konfirmasi tidak akan menjadi bukti yang efektif karena tingkat jawaban diperkirakan tidak akan cukup atau tidak bisa dipercaya 2. Tingkat risiko bawaan ditambah dengan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti substantif lain bisa dikumpulkan untuk memperoleh bukti yang cukup UKURAN SAMPEL UNTUK KONFIRMASI Ukuran sampel Faktor penting yang mempengaruhi ukuran sampel piutang yang akan dikirim dikonfirmasi meliputi: - Kesalahan penyajian bisa ditoleransi - Risiko bawaan - Risiko pengendalian - Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lain - Jenis konfirmasi