Rmk Tak Bab Vi.docx

  • Uploaded by: Liliana Zhou
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rmk Tak Bab Vi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,056
  • Pages: 6
Chapter V Accounting Measurement System 1.1. Three Main Income and Capital Measurement Systems Terdapat tiga sistem pengukuran Pendapatan dan Modal, yaitu: 1) Historical Cost 2) Current Cost (nilai masuk) 3) Current selling Price (nilai keluar) Historical cost yang menerapkan akuntansi konservatif muncul sejak jatuhnya Wall Street pada tahun 1929 yang disusun secara sistematik sebagai dasar pengukuran modal dan perhitungan pendapatan pada tahun 1930. Pada 1960 beberapa alternatif sistem penilaian di kembangkan, yaitu current cost dan current selling price. 1.2. Historical Cost Accounting  Objective of Accounting (Tujuan Akuntansi) Tujuan Akuntansi dipandang sebagai pemonitoran atas fungsi kepengurusan manajemen dengan menghitung income dan menilai aset bersih secara konservatif. Dengan demikian, laporan laba rugi adalah mekanisme kunci komunikasi.  Capital and Profit (Modal dan Pendapatan) Dalam rangka historical cost-profit akan ditentukan, entitas akuntansi harus terlebih dahulu mempertahankan jumlah modal yang sama pada awal periode di mana semua aset dan kewajiban dinilai berdasarkan biaya pembelian historis mereka. Dengan demikian, pendapatan adalah kenaikan modal biaya historis pada akhir periode akuntansi. FASB menggunakan istilah ‘Revenue expense view’ untuk menekankan definisi dan pengukuran laba dengan mengacu langsung pada pendapatan dan biaya. Istilah ‘aset liability view’ menekankan pada perubahan nilai aktiva dan kewajiban dalam definisi dan pengukuran laba. Berikut dua konsep fundamental history cost revenue-expense: 1) Matching Cost Theory Aliran biaya akan ditelusuri dan dicocokan dengan pendapatan yang diterima oleh akuntan. Konsep pencocokan adalah sangat penting, di mana memadukan akuntan dalam menentukan biaya yang benar-benar menjadi biaya. Matching cost berhubungan dengan historical cost untuk melihat sejarah dari akuntansi keuangan dari masa lampau sehingga dapat melihat apa yang benar-benar terjadi. 2) Conservatism Dalam penerapan prosedur pencocokan konservatif, beban harus dialokasi sesegera mungkin, sedangkan pendapatan tidak boleh diakui sampai ada kemungkinan besar bahwa pendapatan benar-benar akan diterima. Landasan lainnya adalah bahwa peningkatan nilai aset tidak harus diakui, namun penentu penilaian harus diakui adalah lower of cost or market (LOCOM), di mana laba dihitung secara konservatif dan aliran pendapatan yang potensial mengalir ke laporan laba rugi secara perlahan.  Arguments for Historical Cost Accounting Berikut argumen pembela terhadap serangan mengenai historical cost: a) Biaya historis relevan dalam pengambilan keputusan ekonomi. b) Biaya historis didasarkan pada aktual, bukan hanya mungkin, transaksi. c) Laporan keuangan berdasarkan biaya historis ditemukan untuk menjadi berguna. d) Konsep terbaik memahami keuntungan  selisih harga jual atas biaya historis. e) Akuntan harus menjaga integritas data mereka terhadap modifikasi internal. f) Bagaimana informasi berguna adalah laba berdasarkan biaya saat ini/ harga keluar? g) Perubahan harga pasar dapat diungkapkan sebagai data pelengkap. h) Ada bukti cukup untuk membenarkan akuntansi biaya historis.

 Critism of Historical Cost Accounting  Tujuan Akuntansi Pemakai laporan lebih memerlukan informasi untuk masa depan, bukan masa lalu. Edward and Bell (1961: 17) mengatakan bahwa pengambilan keputusan ekonomi adalah berdasarkan pergerakan harga secara individual dan hubungan di antaranya. Data masa lalu sekedar perbandingan. Menurutnya kondisi masa lalu, meskipun mengandung kebenaran, tetap saja tidak mampu menditeksi kondisi pasar. Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan, sehingga termasuk melakukan perencanaan operasi perusahaan masa yang akan datang dan adanya perubahan harga.  Informasi untuk Pengambilan Keputusan Biaya historis tidak mencukupi untuk mengevaluasi keputusan bisnis, terutama mengenai aset karena nilainya tidak relevan untuk periode selanjutnya. Kritikus berpendapat keuntungan yang dilaporkan dalam biaya historis tidak memiliki interpretasi prospektif, melainkan sepenuhnya retrospektif. Selain itu, biaya historis melebih-lebihkan keuntungan dalam waktu kenaikan harga karena biaya historis mengimbangi biaya historis terhadap arus pendapatan (digelembungkan).  Basis Historical Cost Salah satu pembenaran untuk penggunaan biaya historis adalah asumsi kelangsungan usaha di mana menimbulkan harapan mengenai item non moneter akan terpenuhi. Inventori dapat diharapkan akan dijual, dan aktiva tidak lancar akan sepenuhnya digunakan dalam bisnis. Oleh karena itu, biaya historis aktiva, atau yang sebagian dialokasikan itu, adalah jumlah yang tepat agar sesuai/setara dengan pendapatan.  Matching Sebagian besar kasus pencocokan biaya dan pendapatan adalah sebuah kemustahilan praktis di mana Sprouse menggambarkannya seperti pada penilaian kontes kecantikan dan juri memberikan suara mereka sesuai dengan preferensi pribadi mereka untuk menggambarkan pemenang, karena tidak ada konsep yang dibentuk ada untuk memastikan kecantikan, sama halnya dengan ada satu pun untuk menentukan pencocokan yang tepat. Maka dari itu, jika kita percaya dalam pencocokan, maka kita harus mampu mendukung metode tertentu yang sesuai dengan bukti empiris.  Pengertian akan Kebutuhan Investor Dalam menentukan laba, historical cost menyebabkan distorsi atau penyembunyian pengungkapan. Whitman dan Shubik berpendapat bahwa masalah ini muncul karena tujuan dari akuntansi biaya konvensional historis salah untuk dipahami, bahwa : a. akuntan memiliki pandangan sederhana tentang investor dan kebutuhan mereka b. akuntan bergaya lama tentang bagaimana perusahaan dan sahamnya dianalisis. Diketahui bahwa ada perbedaan antara analisis pangsa pasar dan analisis perusahaan. Menurut Whitman dan Shubik, alasan untuk penekanan pada psikologi investor daripada kenyataan perusahaan adalah : a. Investor biasanya memiliki sedikit pengetahuan tentang perusahaan, manajemen, kebijakan dan tujuan tersebut, peluang dan masalah. b. Investor sebagai pemegang saham mengambil peran pasif karena mereka dalam posisi untuk mengubah cara sumber daya perusahaan digunakan. c. Investor yang ideal dengan efek yang sangat berharga dan karena itu bergerak masuk dan keluar dari situasi yang mudah. d. Investor mengembangkan pandangan jangka pendek karena ekonomi investasi pangsa pasar diarahkan untuk tujuan itu.

1.3. Current Cost Accounting  Tujuan CCA Apa tujuan dari current cost? Edward dan Bell mengungkapkan masalah mendasar dalam hal tiga pertanyaa yang biasanya dihadapi para manajer: 1) Berapa jumlah aset harus dilakukan pada waktu tertentu?  masalah ekspansi. 2) Apa yang harus menjadi bentuk aset ini?  masalah komposisi. 3) Bagaimana seharusnya aset yang akan dibiayai?  masalah pembiayaan. Edward dan Bell juga menekankan kebutuhan informasi manajemen di mana banyak data juga relevan untuk orang luar. Berdasarkan teori ini, informasi akuntansi memberikan dua tujuan: 1) Evaluasi oleh manajer terhadap keputusan masa lalu mereka dan untuk membuat keputusan terbaik untuk masa depan oleh pemegang saham, kreditur dan lain-lain. 2) Evaluasi oleh kedua orang dalam dan luar menyediakan sarana untuk keberhasilan fungsi ekonomi karena, secara teoritis, maka sumber daya akan dialokasikan lebih efisien.  Konsep Pendapatan Bisnis dan Keuangan Modal Berkenaan dengan laba, manajemen sering menghadapi dua keputusan, yaitu apakah holding akan 'ditahan' aset dan kewajiban atau untuk membuangnya (misalnya melalui penjualan aset atau pembayaran utang) dan tentang bagaimana menggunakan dan membiayai operasi entitas. Modal adalah konsep kepemilikan keuangan real yang berarti laba yang ditentukan setelah nilai pembelian/ pembukaan (modal) pada tingkat harga umum, laba adalah peningkatan laba usaha dan holding gains and losses setelah disesuaikan untuk setiap kenaikan atau tingkat penurunan harga secara umum.  Holding Gains or Losses Asumsi mendasar sebuah laba bisnis adalah bahwa penggabungan holding gains/losses dan operating gains/losses membingungkan evaluasi keputusan manajemen dan menghalangi alokasi sumber daya dalam perekonomian. Dalam historical cost, gains dicatat hanya pada saat aktiva tersebut dilepaskan.  Alasan Holding Gains Termasuk Pendapatan Laba ekonomi dapat dibagi dalam dua bagian : arus kas didistribusikan atau laba yang diharapkan dan laba yang tak terduga. Komponen ini didefinisikan sebagai:  Laba yang diharapkan = tingkat pengembalian pasar (market rate of return) dikali nilai awal aktiva bersih (beginning value of net asset)  Laba tak terduga = kenaikan sporadis atau penurunan nilai kini aktiva bersih karena perubahan ekspektasi tentang tingkat arus kas masa depan. Holding gains secara langsung berhubungan dengan laba tak terduga. Termasuk keuntungan sebagai komponen laba mencerminkan pandangan modal keuangan. 1.4. Financial Capital Versus Physical Capital Dalam akuntansi current cost, ada dua pandangan dasar dan bersaing tentang apa yang merupakan modal awal dan akhir konsep keuangan dan konsep fisik. Secara kuantitatif, perbedaan antara dua sudut pandang adalah bahwa holding gains termasuk dalam keuntungan pada modal keuangan dan dikeluarkan dari modal fisik.  In Support of Physical Capital Para pendukung modal fisik berpendapat modal yang merupakan unit fisik yang menunjukkan kemampuan operasi perusahaan. Dimasukkannya holding gains or losses sebagai keuntungan terutama didasarkan pada dua argumen : o Mereka adalah penghematan biaya o Mereka merupakan peningkatan arus kas masa depan atas aset yang bersangkutan.

 Arguments for and Against Current Cost Dalam CCA, unrealised holding gains adalah fenomena yang terjadi pada tahun berjalan, dan memenuhi prinsip pengakuan bila cukup bukti objektif mendukung perubahan harga. Objektivitas adalah sesuatu yang relatif, yang penting penentuan biaya memenuhi tingkat obyektivitas minimum. Selain itu, perubahan teknologi dapat diakomodasi dengan penerapan CCA. Laba pada CCA dapat menjadi indikator apakah proses produksi saat ini masih yang terbaik ataukah perusahaan perlu mengadopsi proses produksi alternatif. Perkembangan teknologi yang memunculkan alternatif yang lebih baik akan membuat nilai berjalan dari kapasitas produksi akan turun nilai berjalannya.  More Spesific Critism Dari pendukung biaya historis, mereka beranggapan bahwa CCA melanggar prinsip realisasi. Perusahaan memiliki aset untuk menggunakan bukan menjual. Laba yang diharapkan (holding gains) belum tentu terjadi dan adanya subyektivitas dalam penentuan kenaikan biaya Dari pendukung exit price, mereka beranggapan bahwa CCA tidak sesuai dengan prinsip opportunity cost, karena kesempatan selanjutnya bukan membeli kembali, tetapi menjual atau menggunakan. Selain itu, masih ada persoalan alokasi, misalnya depresiasi atas aset tetap dengan current cost dan munculnya persoalan matematis karena menjumlahkan angka-angka dengan metode pengukuran yang bervariasi 1.5. Exit Price Accounting Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan. Menurut Edwards and Bell (1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Exit value juga disebut juga dengan nilai realisasi bersih (net relizable value) dari aset.  Dukungan Exit Price 1) Menyediakan informasi yang berguna 2) Pengambilan keputusan yang adaptif. 3) Informasi yang relevan dan dapat dipercaya. 4) Additivity 5) Alokasi  mempunyai laporan keuangan bebas alokasi. 6) Kenyataan (Reality) berdasar pada harga pasar yang nyata ada. 7) Obyektifitas 8) Ukuran Risiko  jelas.  Kritik terhadap Exit Price 1) Konsep laba Laporan keuangan berbasis exit price dianggap tidak realistis karena exit price hanya berguna ketika perusahaan dihadapkan dengan pilihan untuk melikuidasi asetnya. Akan tetapi, kenyataannya perusahaan jarang sekali dihadapkan pada pilihan melikuidasi asetnya tersebut sehingga informasi berbasis exit price dianggap tidak relevan dengan decision making pengguna laporan keuangan. 2) Additivity Ketika perusahaan tidak dapat menghindari perhitungan antisipatif, maka akan bertentangan dengan prinsip exit price di mana perhitungan didasarkan pada kejadian masa lalu dan sekarang. Maka dari itu, terlihat exit price tidak memperhitungkan kemungkinan suatu aset dijual sebagai satu paket yang ketika dijual terpisah tidak semurah atau semahal ketika aset tersebut dijual sebagai satu kesatuan.

3) Penilaian Liabilitas Pada exit price accounting, obligasi harus dinyatakan pada face value daripada market value karena perusahaan hanya berhutang pada kreditor sebesar apa yang tertera pada kontrak awal (face value). Padahal, menurut definisi dari pendukung exit price accounting, financial position mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam melakukan transaksi. Artinya, obligasi seharusnya menggambarkan kemampuan perusahaan untuk masuk ke dalam pasar dan membeli obligasinya sendiri pada harga pasar. 1.6. Value in Use versus Value in Exchange Staubus menunjukkan sejumlah faktor yang umum untuk setiap viewpoint, yaitu pengamatan harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan keuangan, additivity dan realibility merupakan syarat utama untuk kedua sistem pengukuran, dan akuntansi biaya historis yang konvensional mempunyai banyak cacat. Barton juga mnjelaskan bahwa Value in Use menilai kemampuan perusahaan untuk bertahan dalam jangka waktu panjang (solvency) dan Value in Exchange menilai kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dalam jangka waktu pendek (liquidity). 1.7. A Global Perspective and International Financial Reporting Standards Di Amerika Serikat, United Kingdom dan Australia, Current Cost Accounting telah atau direkomendasikan untuk digunakan selama tahun 1970-an dan 1980-an yang kemudian ditinggalkan. Kebanyakan sistem didasarkan pada modal fisik dan tidak mengakui holding gains sebagai pendapatan. Pemeriksaan IFRS menunjukkan bahwa historical cost accounting umum dipakai dan masih berlaku umum. Menurut Horton dan Macve, IASB bergerak menuju pendekatan exit price dan pada tahun 2004, mengusulkan sistem akuntansi nilai wajar di mana semua kenaikan nilai wajar akan dianggap menjadi bagian dari laporan laba rugi. Pendekatan IASB ini dapat dilukiskan sebagai pendekatan penilaian dicampur dengan fair value accounting dan kadang-kadang didefinisikan sebagai current market entry cost prices tetapi juga sebagai nilai historis, harga jual dan discounted cash flow masa depan. 1.8. Issues for Auditors Karena model pengukuran yang digunakan beragam, auditor harus memperoleh bukti yang cukup dan sesuai pada penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap laporan keuangan. Beberapa risiko dapat ditangani oleh auditor dengan mendapatkan penilaian ahli independen dan lainnya dengan menguji asumsi dasar untuk manajemen dan input data ke model penilaian. Risiko dari salah saji yang lebih tinggi dalam kondisi tertentu, seperti dalam keterlibatan pihak terkait.

Daftar Pustaka

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes (2010), Accounting Theory, 7th ed., John Wiley & Sons, Inc.

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi ketiga. BPFE.

Related Documents

Rmk Tak Bab Vi.docx
December 2019 15
Rmk Bab 9.docx
April 2020 22
Rmk Bab 13.docx
April 2020 22
Rmk Bab 9.docx
May 2020 13
Rmk Bab 2.docx
April 2020 13
Rmk Bab Iv.docx
June 2020 12

More Documents from "Made Sudiarta"

Rmk Tak Bab Vi.docx
December 2019 15
Teachu Textbook
June 2020 5
Bs.thesis
May 2020 10
Gpu Interpolation Pc
April 2020 14
P04 - Bomba Formato.docx
December 2019 25
Virus
April 2020 32