Rini Pemicu 4.pptx

  • Uploaded by: wenny
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rini Pemicu 4.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,420
  • Pages: 60
PEMICU 4 RINI DESIO MORI 405120143

LO 1. MM Fisiologi proses penuaan 2. MM asupan gizi lansia 3. MM perubahan hormonal (menopause, andropause) 4. MM penyakit-penyakit pada usia lanjut 5. MM psikososial lansia 6. MM pemantauan gizi (posbindu)

LO 1

MM FISIOLOGI PROSES PENUAAN

Proses Penuaan • Penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

teori yg mempengaruhi proses penuaan 1. Teori Biologi a. Teori “Genetic Clock”; Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis.

b. Teori “Error” Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

c. Teori “Autoimun” Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). d. Teori “Free Radical” Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

e. Teori Wear &Tear Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak. f. Teori kolagen Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.

g. Teori “cross-linkage” Penuaan terjadi karena akumulasi dari crosslinkage yang mana akan menghalangi fungsi sel normal h. Mitohormesis Sejak tahun 1930 diketahui bahwa membatasi asupan kalori mencegah timbulnya proses penuaan. Baru-baru ini, Michael Ristow menunjukkan bahwa penundaan proses penuaan dapat dilakukan dengan meningkatkan antioksidan yang menghambat pembentukan radikal bebas dalam mitokondria.

2. Teori Sosiologi a. b. c. d.

Teori Activity Ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori Kontinuitas Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola perilaku yang meningkatkan stress. Teori Disengagement Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain. Teori Stratifikasi usia Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses penuaan.

3. Teori psikologi a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna. b. Teori Jung Terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan. c. Course of Human Life Theory Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya

4. Teori moral/spiritual • Menjelaskan dan meneliti bagaimana individu mencari penjelasan dan menerapkan kondisi mereka (Edelman, Mandle, 1998). • Manusia mencari penjelasan dan mengukuhkan keberadaannya di dunia. Bagi kebanyakan hal ini harus melalui perkembangan moral dan sebagai pemikir spiritual. • Spiritulitas tidak lagi berhubungan dengan religi keagamaan, hal ini merupakan perkembangan dari kontemplasi dari individu tersebut. Penyakit, kondisi hidup krisis, atau bahkan pemahaman mengenai hari kehidupan di dunia terbatas yang akan membuat seseorang untuk kontemplasi dengan spiritual.

Faktor yang Mempengaruhi Penuaan • Endogenic factor: dimulai dengan penuaan seluler, melalui penuaan jaringan dan secara anatomi ke arah proses menuanya organ tubuh. Proses seperti ini terus berlangsung dengan berjalannya waktu. • Exogenic factor: dapat dibagi dalam penyebab lingkungan (environment) dimana seseorang hidup serta pola hidup yang selama ini dijalani (life style). Faktor exogenic sering disebut dengan faktor resiko.

Faktor Fisiologis : Genetik Sirkulasi darah Regulasi hormonal Dan neuronal

Gaya Hidup : Nutrisi Stres Aktifitas fisis

Lingkungan : Kimia Obat Radiasi Mikroorganisme

PROSES MENUA ORGANISME

Proses Menua pada Sel : Hilangnya sel Penurunan fungsi

Proses Menua pada Makromolekul : Protein DNA – RNA Lipid

Penyakit Terkait Menua : Kardiovaskular Kanker Demensia Parkinson infeksi

Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Perubahan fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

Perubahan fisik pada lanjut usia • • • • • • • • •

Immobilitas Instabilitas (mudah jatuh) Intelektual terhambat (demensia) Isolasi (depresi) Inkontinensia Impotensi Imunodefisiensi Infeksi mudah terjadi Impaksi (konstipasi) konsistensi feses yang keras, mengejan dengan keras saat BAB, frekuensi BAB 2x seminggu atau kurang, rasa tidak tuntas saat BAB 25% dari keseluruhan BAB • Iatrogenesis • Insomnia • Impairment of (gangguan pada): penglihatan, pendengaran. Pengecapan, penciuman, komunikasi, konvalensi, integritas kulit

Sistem

Perubahan

muskoloskeletal

↓ kadar kolagen & elastin ↓ fleksibilitas pada lansia ↓ kepadatan tulang  memudahkan fraktur ↓ jumlah dan ukuran serabut otot ↓ kekuatan otot ↓ elastisitas & daya lentur pada jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen  keterbatasan luas gerak sendi

Saraf

↓ keefektifan sistem neurotransmiter, sirkulasi darah otot, kecepatan konduksi saraf  ↓ fungsi kognitif, koordinasi dan keseimbangan, dll

Kardiovaskular

↓ frekuensi jantung maksimum, hipertrofi atrium kiri ↓ kemampuan otot jantung. ↑ resistensi vaskular↑ tekanan sistole Pembuluh darah kapiler mengalami penurunan elastisitas dan permeabilitas

respirasi

Perubahan jaringan ikat paru Kapasitas paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah. Udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi toraks mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan perengangan toraks berkurang.

Sistem Indera

Perubahan

Penglihatan

↓ jaringan lemak sekitar mata ↓ penglihatan jarak dekat dan jauh , ↓ elastisitas & tonus jaringan↓ koordinasi gerak bola mata, ↓ ketajaman korneaPandangan biru – merah, Perlambatan sistem informasi dari SSPKesulitan mengenali benda yang bergerak

Pendengaran

↓ sel rambut koklea sulit mendengar suara berfrekuensi tinggi,Degenerasi pusat pendengaran↓ kemampuan & penerimaan bicara, Hilangnya fungsi neurotransmitter ↓ fungsi membedakan ucapan

Pengecap

Penurunan kemampuan pengecapanPeningkatan nilai ambang untuk identifikasi benda

Penghidu

Degenerasi sel sensosik mukosa hidungPenurunan sensitivitas nilai ambang terhadap bau

Peraba

Penurunan kecepatan hantaran saraf Penurunan respon terhadap stimulasi taktil, Penyimpangan persepsi nyeri

Sistem

Perubahan

Integumentum

Kulit akan kekurangan cairan & perubahan pada jaringan kolagen serta jaringan elastisnya menipis & pecah-pecah Atrofi glandula sebasea dan glandula sudoriferakulit kering Timbul pigmen berwarna coklat pada kulit ( liver spot)

Pencernaan

gigi jadi rapuh, terjadi penurunan fungsi saliva dalam membantu proses penelanan, peristaltic (pergerakan usus) menjadi lambat. Terjadi perlambatan dalam proses pencernaan dan pengeluaran hasil akhir. Segukan oleh makanan merupakan resiko yang besar karena penurunan reflek sumbatan.

Urinaria

↓kemampuan otot kandung kemihtidak dapat menahan urine & kandung kemih tidak bisa dikosongkan secara tuntas tingginya angka infeksi saluran kencing. ↓ Fungsi penyaringan di ginjal (Diperlukan pengawasan dan perhatian dalam memberikan obat yang mengalami proses diginjal)

Reproduksi

Sekresi vagina berkurang; pengeluarannya mungkin membutuhkan stimulasi yang lebih. Pada laki-laki prostat dapat membesar.

LO 2

MM ASUPAN GIZI LANSIA

• Kebutuhan Protein    

Kebutuhan protein tidak berubah menurut usia 0,8 – 1 g/kg BB/hari (14-16% dari energi total) Pemberian tidak boleh > 1,5 g/kg BB/hari Pada keadaan infeksi berat atau trauma → 1,2 – 1,5 g/kg BB/hari

• Kebutuhan lemak  25% dari energi total sehari  Kurangi asupan lemak jenuh dan tingkatkan asupan lemak tak jenuh

• Kebutuhan karbohidrat  50-60% dari energi total sehari  Hati-hati, sering terjadi intoleransi laktosa → berikan susu rendah/bebas laktosa  Konsumsi serat → dibiasakan jumlahnya 10-13 g per 1000 kkal (25 g/hari)

• Kebutuhan vitamin  Mencegah dan memperlambat proses degeneratif pada lansia  Suplementasi → bila asupan tidak adekuat  Hindari pemberian megadosis → bersifat toksik karena terdapat penurunan fungsi organ  Vitamin antioksidan: vit. C dan E → pencegahan katarak, penyakit kardiovaskuler, kanker.

• Kebutuhan cairan  1 ml/kkal atau 30 ml/kg BB  Minimal 1500 ml/hari

CONTOH BAHAN MAKANAN UTK SETIAP KELOMPOK MAKANAN Sumber karbohidrat (zat energi) : Nasi, bubur beras, nasi jagung, kentang, singkong, ubi, talas, biskuit, roti , crakers, tepung beras, tepung terigu. Sumber lemak (zat energi) : Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut, santan, lemak daging. Sumber protein hewani : Daging sapi, daging ayam, hati, telur, ikan, udang. Sumber protein nabati : Kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe.

FAKTOR-FAKTOR YG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA 1. kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi 2. indera pengecapan  penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit. 3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. 4. Rasa lapar, asam lambung. 5. Gerakan usus/gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi. 6. Penyerapan makanan di usus.

Masalah Gizi pada Lansia 1. Kehilangan berat badan Kehilangan berat badan pada lansia dapat dikelompokan menjadi 3 bagian besar: 1. 2.

3.

Wasting, kehilangan berat badan yang tidak disadari, pada umumnya karena asupan yang tidak adekuat (disebabkan oleh penyakit maupun faktor psikososial) Cachexia, kehilangan massa tubuh bebas lemak yang tidak disadari yang disebabkan oleh proses katabolisme, ditandai oleh peningkatan rate metabolik dan peningkatan pemecahan protein Sarcopenia, kehilangan massa otot yang tidak disadari sebagai bagian dari proses menua (Kadang-kadang tidak ada penyakit yang mendasari)

2.

Obesitas Perubahan komposisi tubuh yang terjadi pada lansia memberikan kontribusi terjadinya obesitas terutama obesitas sentral

3.

Osteoporosis – – –

4.

Setelah usia 30 tahun, seorang individu mulai kehilangan massa tulangnya Wanita  kehilangan massa tulang akan semakin meningkat setelah menopause, sehingga lansia wanita mempunyai risiko tinggi untuk patah tulang Laki-laki  risiko untuk menderita patah tulang pada usia sangat lanjut yaitu setelah 70 tahun

Anemia gizi Anemia gizi dapat terjadi pada lansia karena asupan makanan yang menurun atau efek samping obat-obatan

LO 3

MM PERUBAHAN HORMONAL (MENOPAUSE, ANDROPAUSE)

Menopause • Menopause adalah tidak terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak aktifnya folikel sel telur • Usia rata-rata menopause berkisar 43 – 57 tahun

LO 4

MM PENYAKIT-PENYAKIT PADA USIA LANJUT

Beberapa penyakit degeratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu: 1. Osteo Artritis (OA): peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. 2. Osteoporosis: gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.

3. Hipertensi: kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal 4. Obesitas: pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.

5. Penyakit jantung koroner: Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.

6. Dimensia: kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia 7. Kanker: struktur dan fungsi sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker).

Gangguan saluran cerna pada lansia: 1. Appendiksitis: inflamasi di appendiks. Jika tidak dioperasi maka akan pecah dan zat infeksius akan menyebar di dalam perut yang akhirnya akan menyebabkan peritonitis 2. Diare: pergerakan yang cepat pada usus sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan absorbsi air, nutrisi dan elektrolit. Buang air besar yang lebih sering (lebih dari 3 kali sehari) dan tinja yang dikeluarkan lebih lunak dari biasanya

3. Konstipasi: perubahan fungsi usus dimana menyebabkan frekuensi bab berkurang. Konstipasi muncul ketika pergerakan usus menjadi susah atau berkurang frekuensinya. Penyebab: – Kurang cairan – Kurang asupan serat

– Stress – Hypothyroidsm

4. Hemoroid: pembengkakkan pembuluh darah pada rectum. Terdiri dari: – Hemoroid internal: jauh di dalam rectum dan biasanya tidak sakit. – Hemoroid eksternal: terdapat di sekitar anus dan biasanya menyakitkan

LO 5

MM PSIKOSOSIAL LANSIA

Masalah di bidang psikogeriatri • Kesepian – Seorang lanjut usia yang merasa kesepian biasanya mengalami penurunan status kesehatan  penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik, terutama gangguan pendengaran – Banyak lansia yang hidup sendiri tetapi tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosial yang masih tinggi – Di lain pihak terdapat lansia yang walaupun hidup di lingkungan yang beranggotakan cukup banyak tetapi mengalami kesepian – Peran organisasi sosial sangat berarti  bisa menghibur, memberikan motivasi dan lainnya

• Duka Cita (bereavement) – Periode ini sangat rawan bagi seorang penderita lansia – Meninggalnya pasangan hidup, seorang teman dekat atau bahkan hewan yang sangat disayangi bisa mendadak memutuskan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh bagi seorang lansia  gangguan fisik dan kesehatannya

• Depresi – Depresi bersifat multifaktorial – Menurut kriteria baku yang dikeluarkan oleh DSM-III R yang dikeluarkan oleh Asosiasi Psikiater Amerika, diagnosis depresi harus memenuhi kriteria

DEMENSIA • Demensia merupakan suatu gangguan mental organik yang biasanya diakibatkan oleh proses degeneratif yang progresif dan irreversible yang mengenai arus pikir. • Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. • Fungsi kognitif yang dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan, dan kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga terpengaruh.

Etiologi • Penyakit Alzheimer • Demensia Vaskular • Infeksi • Gangguan nutrisional • Gangguan metabolik • Gangguan peradangan kronis • Obat dan toksin (termasuk demensia alkoholik kronis) • Massa intrakranial : tumor, massa subdural, abses otak • Anoksia • Trauma (cedera kepala, demensia pugilistika (punch-drunk syndrome)) • Hidrosefalus tekanan normal

Gambaran Klinis • Gangguan Daya Ingat Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal don menonjol pada demensia • Orientasi Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, waktu dan tempat, orientasi dapat terganggu secara progresif selama perialanan penyaki Demensia • Gangguan Bahasa Kesulitan berbahasa ditandai oleh cara berkata yang samar-samar, atau berputar-putar. • Perubahan Kepribadian Perubahan kepribadian merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena.

• Psikosis Diperkirakan 20 -30% pasien demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30 – 40% memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik dan tidak sistematik. • Gangguan Lain – Psikiatrik Emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.

– Neurologis Kejang pada demensia tipe Alzheimer clan demensia vaskular.

LO 6

MM PEMANTAUAN GIZI (POSBINDU)

POSBINDU • Posbindu: pos pembinaan terpadu. Ditujukan untuk usia 25 tahun keatas termasuk lanjut usia • Pusat bimbingan pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian masyarakat yang sehat dan sejahtera (Depkes, 2002) • Merupakan wadah kegiatan pelayanan kesehatan dasar bagi usika untuk membantu mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi

• TUJUAN POKOK 1) Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia 2) Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia 3) Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatankegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat 4) Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografis 5) Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat (Effendy, 1998).

SASARAN • Sasaran langsung – Pra usia lanjut (45-59 tahun) – Usia lanjut (60-69 tahun) – Usia lanjut resiko tinggi (>70 tahun)

• Sasaran tidak langsung: – Keluarga di mana usia lanjut berada – Masyarakat di lingkungan usia lanjut berada – Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan kesehatan usia lanjut – Masyarakat luas dan petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut

• Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut dikelompokkan sebagai berikut: – Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari seperti: makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, BAB/BAK, dsb – Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional – Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT) – Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama 1 menit – Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli – Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus) – Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal – Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan

– Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut – Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (public health nursing). – Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut – Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran

SARANA DAN PRASARANA • • • • •

Tempat kegiatan Meja, kursi, alat tulis Buku register bantu KMS KIT usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer

SISTEM 5 MEJA MEJA 1 Pendaftaran . KMS

MEJA 2 Pemeriksaan tensi, nadi, BB, LAB

MEJA 3 pencatatan

KMS Harus Selalu dibawa

MEJA 4 PEnyuluhan MEJA 5 Pelayanan Medis

• Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan • Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan • Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental • Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana) • Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling

Kendala Pelaksanaan POSBINDU Lansia 1. Jarak rumah dgn lokasi posyandu yg jauh atau sulit dijangkau. 2. Pengetahuan lansia yg rendah tentang manfaat posyandu. 3. Kurangnya dukungan keluarga utk mengantar maupun mengingatkan lansia utk datang ke posyandu. 4. Sikap yg kurang baik terhadap petugas posyandu.

PEMANTAUAN STATUS NUTRISI 1. Penimbangan Berat Badan a. - Dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali - Waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. * Peningkatan BB > 0.5 Kg dlm 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan > 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.

b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa : Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100) *Utk wanita dgn TB < 150 cm dan pria < 160 cm, digunakan Rumus : Berat badan ideal = TB dalam cm – 100 Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang

2. Kekurangan kalori protein Waspadai lansia dgn riwayat : - Pendapatan yg kurang - Kurang bersosialisasi - Hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup - Kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yg kurang tepat - Sulit untuk menyiapkan makanan - Makanan yg ditawarkan tdk mengundang selera. Karena hal ini dpt menurunkan asupan protein bagi lansia  lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.

3. Kekurangan vitamin D Biasanya terjadi pada lansia yg kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang /tdk pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yg banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.

Penilaian Status Gizi

Penilaian Status Gizi

- Antropometri - Biokimiawi/laboratorium - gejala klinis - Penilaian asupan makan

 ANTROPOMETRI –

Informasi minimal yg harus diperoleh :

1. 2. 3. 4.

Berat badan Tinggi badan Lingkar lengan atas Tebal lemak subkutan

 TB ↓ dgn kecepatan 0,03 cm/th sampai usia 45 tahun, dan 0,28 cm/th setelah itu.  BB ↓ 10% atau lebih, terutama jika berlangsung kurang dr 3 bulan  malnutrisi TB perkiraan : Lebih dari 50% pasien geriatri yang dirawat di RS tidak dapat berdiri untuk diukur BB dan TB. Dapat dihitung dengan rumus Tinggi Lutut (Tilu) Wanita = 59,01 + (2,08 x TL) Pria = 75,00 + (1,91 x TL ) – (0,17 x Umur) BB perkiraan : Dapat dihitung dengan Rumus LILA BB pria = 2,592 LILA (cm) – 12,902 BB wanita = 2,001 LILA (cm) – 1,223

 Pengukuran triceps skinfold ( TSF ) berkurang sebanyak 14% (♀) hingga 8% (♂) pada usia 6575 tahun.

• Biokimia – Penilaian biokomia lebih sensitif dan dapat menggambarkan status gizi lebih dini – Kadar plasma dan serum  gambaran status gizi jangka pendek – Cadangan dalam jaringan  gambaran status gizi jangka panjang – Masalah : hiperlipidemia, KEP, anemia def. besi (biasanya karena polifarmasi, mis : obat antiinflamasi) dan folat (biasanya karena sindroma malabsorpsi, penggunaan aspirin dalam waktu lama) • Pemeriksaan Klinis – Pemeriksaan fisik: kelainan akibat kurang gizi – Keterbatasan fisik: berhubungan dengan pola makan – Pemeriksaan fungsional: gangguan fungsi kognitif, psikologis, dan ingatan

Related Documents

Rini Pemicu 4.pptx
November 2019 29
Pemicu 2_imun
June 2020 12
Pemicu Pbl
October 2019 27
Rini Riana.docx
July 2020 17
Rini Laoshi.docx
October 2019 35
Rini Spss.docx
November 2019 37

More Documents from "Anugrah Amd RMik"

Ppki_iii.pdf
October 2019 52
Rini Pemicu 4.pptx
November 2019 29
Tree And Flower.docx
October 2019 25
Referat Tumor Tiroid.docx
November 2019 22
Form Admin Surat.docx
October 2019 28
9 Soal Kesebangunan.docx
October 2019 32