Bergerak atau Diam ? Revolusi Kesehatan Indonesia !!! Oleh : I Gusti Ngurah Rama Krishna A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara dengan kepadatan penduduk tertinggi keempat di dunia,dimana hal tersebut menimbulkan beberapa permasalahan salah satunya di bidang kesehatan.Dimana pelayanan kesehatan tersebut tidak merata padahal kesehatan merupakan hak dari seluruh warga negara di Republik Indonesia baik dari kalangan atas maupun dari kalangan menengah kebawah semuanya mempunyai hak yang sama, sebagaimana yang dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 bahwa kesehatan merupakan hak azasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Hal tersebut selain dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 juga dipaparkan pada Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009.1 Pada UU RI No. 36 tahun 2009 juga dituliskan secara rinci dan lengkap tentang pengertian tenaga kesehatan, tanggung jawab pemerintah dalam penyediaan dan pemerataan tenaga kesehatan, serta upaya pengawasan maupun pembinaan atas hal tersebut.Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan bukti keberhasilan pembangunan suatu bangsa, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dan untuk mewujudkan hal tersebut adalah tanggung jawab pemerintah dan masyarakat untuk menyelenggaraan upaya pembangunan kesehatan dan sumber dayanya yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan dan agar semua penduduk mampu hidup sehat sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan dilakukan secara terpadu serta berkesinambungan untuk dapat mencapai hasil yang ditentukan. Sampai saat ini masih terdapat masalah kesenjangan pada pemenuhan jumlah tenaga kesehatan di negara ini, yaitu diantara kota-kota besar dengan daerah-daerah terpencil. Terutama pada daerahdaerah yang masih tertinggal sarana dan prasarana infrastrukturnya, baik transportasi dan komunikasi.1 Dengan adanya masalah– masalah tersebut, tenaga kesehatan seperti Dokter dan Perawat masih banyak yang enggan ditugaskan atau mengajukan diri untuk mengabdikan diri melaksanakan pelayanan kesehatan di daerah-daerah tersebut. B. Penjabaran Masalah Meningkatnya penyakit tidak Menular Meningkatnya usia harapan hidup Status gizi C. Pembahasan
Di kawasan Asia Tenggara, berdasarkan data WHO Global Observatory 2011 juga menunjukkan bahwa proporsi kematian kasus karena PTM sebesar 55%, lebih besar dibanding penyakit menular. Di Indonesia, tren kematian akibat PTM meningkat dari 37% di tahun 1990 menjadi 57% di tahun 2015. Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) berdampak pada peningkatan kebutuhan layanan rumah sakit (RS), baik berupa layanan rawat jalan dan rawat inap, sehingga berdampak pula bagi segi ekonomi yang harus ditanggung negara melalui jaminan kesehatan nasional (JKN).10 penyebab kematian utama untuk segala umur berdasarkan sample registrasi sistem (SRS), enam diantaranya adalah PTM, yaitu stroke (nomor pertama), penyakit jantung koroner (nomor kedua), dan diabetes melitus (nomor ketiga), hipertensi (nomor kelima), penyakit paru obstruksi kronis (nomor keenam) dan kecelakaan lalu lintas (nomor kedelapan). Tren ini dapat berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup yaitu pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok dan lain-lain. Pencegahan dan pengendalian PTM yang paling efektif adalah upaya promotif dan preventif, yakni dengan menerapkan perilaku sehat.Langkah ini merupakan intervensi yang lebih murah dan efektif bila dibandingkan dengan upaya pengobatan setelah timbulnya penyakit. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan isu yang sangat penting. Untuk itu, perlu dukungan kebijakan dari Pemerintah Daerah dalam meningkatkan komitmen Pemda dalam pencegahan dan pengendalian PTM serta faktor risikonya dalam upaya mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat. Padahal tiga puluh tahun lalu, penyakit menular seperti ISPA, Tuberkulosis dan Diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan.Pergeseran pola penyakit ini ditengarai disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat. Pencegahan penyakit menular maupun tidak menular sangat tergantung pada perilaku individu yang didukung dengan kualitas lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana, peningkatan pelayanan kesehatan, menciptakan sumber daya kesehatan yang berkualitas serta dukungan regulasi.Di samping itu, pembelajaran di era jaminan kesehatan nasional (JKN) melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan anggaran banyak terserap untuk membiayai penyakit katastropik, yaitu PJK, Gagal Ginjal Kronik, Kanker, dan Stroke.Terlebih, pelayanan kesehatan peserta JKN masih didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan dibandingkan di tingkat dasar. Fakta ini perlu ditindaklanjuti karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan Negara. Usia harapan hidup yang meningkat, berakibat penduduk usia lanjut bertambah dan menjadi tantangan tersendiri bagi sektor kesehatan karena meningkatnya kasus-kasus geriatri. Sementara itu, masalah kesehatan klasik dari populasi penduduk yang bayi, balita, remaja, dan ibu hamil tetap saja belum berkurang. Status gizi dimana kita berhadapan dengan kasus penduduk gizi berlebih (kegemukan/ obesitas), dan juga kasus kurang gizi yang masih tetap terjadi. D. Solusi Dari segi pemerintah,peningkatan serana dan prasarana khususnya pada infrastruktur baik dari akses menuju tempat pelayanan kesehatan, pendukung alat komunikasi seperti pemancar sinyal pesawat komunikasi, penyediaan listrik, maupun alat – alat medis juga harus didukung penuh sehingga adanya jaminan untuk tenaga kesehatan yang akan bertugas ke daerah tersebut
bahwa apa yang menjadi kebutuhan mereka juga akan terjamin selain itu daerah harus mengutamakan putra putri terbaik mereka dalam menyelesaikan pendidikan sehingga nantinya dapat kembali ke daerahnya masing-masing sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di daerahnya tersebut. Dan yang terakhir dengan mensosisalisasikanprogram Germas ( Gerakan Masyarakat Sehat ). Dari segi mahasiswa, untuk permasalahan yang menimpa rakyat terkait dengan penyakit diatas yang diutamakan pada penyakit tidak menular, dimana mahasiswa perlu melakukan sosialisasi ataupun edukasi kepada masyarakat sejak dini agar penyebaran penyakit tidak menular luas dan akan terjadi revolusi kesehatan dimana peran mahasiswa kedokteran akan menjadi upaya promotif dan preventif yang dibutuhkan untuk mengurangi angka prevalensi penyakit yang ada di Indonesia terlebih lagi kepercayaan masyarakat kepada mahasiswa juga termasuk tinggi sehingga bisa menjadi poin penting untuk melakukan revolusi kesehatan di Indonesia. E. Daftar Pustaka 1. Anonim. Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian Terbanyak dI Indonesia.2011. http://www.depkes.go.id/article/view/1637/penyakit-tidak-menular-ptmpenyebab-kematian-terbanyak-di-indonesia.html. 02 September 2018 2. Cahya. Pemerataan Tenaga Kesehatan Untuk Pemenuhan Pelayanan Kesehatan Di Seluruh Wilayah RI. 2015. Available from : http://www.kompasiana.com/cahya_arbitera/pemerataan-tenaga-kesehatanuntukpemenuhan-pelayanan-kesehatan-di-seluruh-wilayah-ri_567c3287a7afbdda0bc8a158. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2017. 3. Koran Sindo. Memotret Kondisi Kesehatan di Indonesia. 2015. Available from : https://nasional.sindonews.com/read/1062428/18/memotret-kondisi-kesehatan-indonesia1447790073. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2017.