BAB I BIMBINGAN KONSELING YANG TERABAIKAN Pelecehan terhadap guru bimbingan dan konseling sudah lama terjadi, hanya saja luput dari perhatian khalayak. Ada beberapa julukan terhadap guru BK seperti “Polisi Sekolah”, “Guru Cicing” dan “ Si Penjaga Bel”. Persepi yang merendahkan derjat Bk dilakukan pula oleh kalangan birokrasi di bidang pendidikan. Mereka cenderung memandang profesi BK adalah enteng, dan dapat dikerjakan oleh siapa pun. Implikasinya bahwa di sekolah terutama SLTP/SLTA kebanyakan para pembimbing adalah guru-guru bidang studi apa saja termasuk yang belum pernah mengetahui apa sosok BK itu. Bahkan banyak ditemukan koordinator BK adalah bukan asli jurusan BK. Orang-orang ini tidak profesional sering mencemarkan nam BK di sekolah sehingga melahirkan julukan-julukan seperti diatas oleh masyarakat, khususnya siswa. Keberhasilan BK adalah kualitas pembimbing atau konselor. Untuk membuat calon konselor berkualitas, memerlukan proses pendidikan dan latihan yang memadai. Pertama, seorang konselor harus memiliki kepribadian pembimbing. Kedua, harus menguasai ilmu yang berkaitan dengan BK, Ketiga, konselor harus dilatih dengan berbagai keterampilan konseling atau menguasai teknik-teknik konseling. Orientasi BK sudah saatnya beralih dari klinis/teurapeutik ke orientasi pengembangan (developmental orientation). Orientasi pengembangan menekankan: (1) aspek pedagogis yang selalu melihat individu sebagai manusia yang memiliki potensi untuk berkembang dan memiliki bakat kemandirian; (2) pentingnya hubungan konseling (konselor-klien) yang humanisttik, religius dan berwawasan budaya. (3) fokus konseling adalah mengembangkan potensi klien seoptimal mungkin, sehingga menjadi kreatif dan mandiri; (4) keterampilang konseling harus ditunjang oleh kepribadian konselor yang empati, bersahabat, ramah, memahami, jujur, edukatif, dan korektif; (5) pandangan yang lebih positif terhadap klien/siswa. Pengabaian terhadap potensi siswa sudah lama terjadi. Hal ini disebabkan oleh guru dan pembimbing kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan mereka. Terjadinya kesalahan oleh para siswa disebabkan oleh kurang berkembangnya potensi (fisik, mental emosional, sosial dan religius), karena sekolah: (1) kekurangan keahlian dalam memahami individu siswa sehingga sedikit sekali yang melakukan penelitian mengenai potensi dan hambatan yang ada pada diri siswa; (2) kekurangan sarana untuk menyalurkan potensi siswa di sekolah; (3) terlalu ketatnya birokrasi sehingga kreativitas siswa kurang berkembang. BAB II PRINSIP-PRINSIP ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELING Dalam merencanakan organisasi prinsip-prinsip yang harus diingat adalah: 1. Organisasi harus berdasarkan tujuan yang sudah dipikirkan matang-matang. 2. Fungsi-fungsi yang akan ditampilkan harus dipertimbangkan. Fungsi-fungsi ini adalah apa yang harus dihubungkan dan dikoordinasikan dalam organisasi. 3. Mempertahankan simplisitas. Simplicity adalah kemampuan perencanaan program yang tidak mengada-ada atau objektif. Suatu organisasi yang baik hanya bergerak efektif dan efisien tanpa membuang waktu, tenaga dan biaya.
4. Saluran-saluran kekuasaan (otoritas) dan tanggung jawab harus kokoh. Suatu organisasi yang baik harus mempunyai kejelasan otoritas dan tanggung jawab. 5. Pengawasan berjangka (berkala). Pengawasan dan evaluasi berhubungan dengan otoritas dan tanggung jawab petugas-petugas dalam organisasi. 6. Adanya elemen kemanusiaan dalam organisasi. Tujuan organisasi tidak akan berhasil tanpa motivasi dan kreativitas kerja manusia-manusia di dalamnya. 7. Pimpinan yang baik. Karakteristik pimpinan antara lain rasa tanggung jawab, berwawasan dan punya wibawa serta komunikatif. Pengembangan Bimbingan dan Konseling Dalam proses bimbingan diperlukan aspek-aspek berikut ini agar tujuan program tercapai. a. Perencanaan. Di dalam perncanaan yang perlu diperhatikan adalah (1) pengembangan peta kegiatan yang menunjukkan bagaimana tujuan-tujuan program akan dicapai. (2) suatu perencanaan haruslah realistik yang berdasarkan aset fisik dan non fisik yang ada. (3) keterlibatan secara aktif para pengelola dan saat dalam perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi. b. Pengambilan keputusan (decision maker) ada dua faktor penting dalam pengambilan keputusan, (1) suatu pemikiran yang berlandaskan tujuan yang ingin dicapai; (2) perencanaan yang telah diambil. c. Koordinasi. d. Pengaturan (directing). Orang yang terlibat dalam directing haruslah profesional, berpengalaman dan penuh dedikasi. Pekerjaan directing adalah membuat kerangka tujuan yang akan dicapai, merencanakan dan mengembangkan aset sumber daya manusia, mempertimbangkan etika dan pertimbangan-[ertimbangan sumber potensial materi. e. Pengembangan. f. Evaluasi yaitu menilai dan mengawasi apa-apa yang telah dikerjakan dalam pengelolaan program.