Review Buku Sosiologi.docx

  • Uploaded by: Maskur Baihaqi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Review Buku Sosiologi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,990
  • Pages: 14
Review Buku Sosiologi Komunikasi Massa Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Perkotaan. Dosen : Tantan Hermansyah

Oleh : M.Maskur Baihaki (11170540000028) PMI – 4A

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

A. IDENTITAS BUKU Judul Buku

: Sosiologi Komunikasi Massa

Penulis

: Drs. A.S. Haris Sumadiria M.Si

Penerbit

: Simbiosa Rekatama Media, Bandung

Cetakan

: 1, 2014

Tebal

: xvi +284 hlm

ISBN

: 978-602-7973-08-4 Tentang Pengarang Pengarang buku ini adalah Drs. A.S. Haris Sumadiria M.Si adalah dosen

dan Ketua Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah IAIN SGD Bandung, ia alumnus Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi (S1) dan Bidang Kajian Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Padjajaran (S2). Ia seorang penulis, kolumnis, novelis dan sekaligus jurnalis. Sebagai akademisi ia kerap menjadi pemateri dalam berbagai seminar, simposium, lokakarya dan pelatihan bidang komunikasi, jurnalistik dan kehumasan. Ia anggota Tim Asesor BAN-PT. Sebagai konsultan komunikasi. Ia aktif melakukan pendampingan masyarakat di Jawa dan Bali. Tentang Buku Buku setebal 284 + xii halaman ini menitikberatkan pada pembahasan media massa dalam mempengaruhi faktor – faktor yang terjadi dalam kehidupan sosial manusia. Sejak abad 19, para sosiolog sangat tertarik mengkaji semua aspek yang berkaitan dengan fungsi dan eksistensi media massa. Berbagai penelitian dilakukan terutama di Amerika Serikat. Hasilnya cukup mencengangkan: sosiologi komunikasi massa berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri. Sosiologi komunikasi massa berupaya memetakan hubungan timbal-balik antara media massa dan masyarakat: mampukah media massa membangun norma-norma

sosial, membentuk interaksi sosial, menjalankan kontrol sosial, dan melakukan perubahan sosial. Sosiologi meneropong, apa sebenarnya yang dilakukan individu-individu dan masyarakat terhadap media massa? Apa pula yang dicari dan diinginkan individu-individu dari media massa? Sebenarnya, apakah masyarakat yang membutuhkan media massa, ataukah justru media massa itu sendiri yang membutuhkan masyarakat? Jika kedua belah pihak saling membutuhkan, lalu pola interaksi sosial seperti apa yang dipilih dan dikembangkan? Inilah salah satu buku paling memadai dan paling lengkap di kelasnya yang mengupas secara cerdas dan tuntas berbagai aspek yang berkaitan dengan sosiologi komunikasi massa. Diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan para dosen dan mahasiswa jurusan ilmu komunikasi, jurnalistik, kehumasan, dakwah, praktisi media massa, praktisi kehumasan, peneliti, intelektual, ilmuwan, cendekiawan, guru, aktivis, serta siapa saja yang berminat menyelami lebih jauh dan lebih dalam berbagai sisi keajaiban sosiologi komunikasi massa. Dengan demikian sosiologi komunikasi massa berupaya memetakan hubungan timbal-balik antara media massa dan masyarakat. Mampukah media massa membangun norma – norma sosial, membentuk interaksi sosial, menjalankan kontrol sosial, dan melakukan perubahan sosial. Sosiologi meneropong, apa sebenarnya yang dilakukan individu – individu dan masyarakat terhadap media massa? Apa pula yang dicari dan diinginkan individu dan kelompok dari media massa? Sebenarnya, apakah masyarakat yang membutuhkan media massa, ataukah justru media massa itu sendiri yang membutuhkan masyarakat? Jika kedua belah pihak saling membutuhkan, lalu pola interaksi sosial seperti apa yang dipilih dan dikembangkan? Maka dengan buku ini kita dapat memaparkan dengan jelas pertanyaan – pertanyaan tersebut dengan lengkap dan jelas.

B. ISI BUKU BAB I Pengertian dan Ruang Lingkup Komunikasi Massa Komunikasi adalah suatu proses, berisi tentang penyampaian atau pertukaran ide, gagasan, atau informasi, kepada seseorang kepada orang lain, dan menggunakan simbolyang difahami maknanya oleh komunikator dan komunikan. Kegiatan komunikasi banyak melibatkan komponen, yaitu : konteks, ssumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian(encoding), proses penerimaan(decoding), arus balik(umpan balik), dan efek. Menurut perspektif mekanistis, komunikasi dibedakan menjadi empat kategori, yaitu: proses komunikasi primer, proses komunikasi sekunder, proses komunikasi linear, dan proses komunikasi sirkular. Proses komunikasi secara primer (primacy process) adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol/lambang sebagai media atau saluran.Lambang ini pada umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-situasi tertentu lambang-lambang yang digunakan dapat berupa kial(gesture), yakni gerak anggota tubuh, badan, warna. Proses komunikasi secara sekunder adalah, proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggnakan alat atau sarana sebagai media setelah memakai lambang sebagai media kedua. Komunikator menggunakan

media

ini

karena

komunikasi

yang

dijadikan

sasaran

komunikasinya jauh letaknya, dan banyak jumlahnya, atau kedua-duanya ;jauh dan banyak. Komunikasi linear , berarti proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan secara satu arah.. sedangkan komunikasi linear tak berbeda dengan sebuah lingkaran, pesan dari satu titik mengalir menuju ke titik lainnya , kemudian dari ttik itu pesan kembali bergerak menuju ke titik semula dan begitu

seterusnya.Komunikator dan komunikan , pada saat bersamaan berganti-ganti peran. Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sebuah khalayak yang tersebar , heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat di terima secara serentak, dan sesaat.

BAB 2 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA Setelah perang dunia II, di Amerika serikat para ilmuan ramai-ramai mempelajari berbagai dampak sosiologis media massa. Sosiolog Lazarfeld dari Universitas Princeton, melakukan penelitian mendalam tentang pengaruh media massa terhadap pemilih dalam pemilu serta interaksi sosial dan suatu sistem sosial yang mempengaruhi efek komunikasi. Akhirnya, perlahan-lahan sosiologi komuikasi massa berkembang sebagai disiplin ilmu tersendiri. Sosiologi komunikassi massa berusaha menelaah hubungan timbal balik antara media massa dan masyarakat. Orang awam bertanya, dapatkah media massa meningkatkan taraf kejahatan dan kekerasan, meruntuhkan tatanan moral, memorakporandakan budaya tradisional, atau mengantarkan masyarakat pada kondisi adil dan makmur. Ilmuwan bertanya, sejauh man proses dan dinamika sosial dipengaruhi media massa, sejauh mana pula proses sosial mempengaruhi mekanisme kerja media massa. Sosiologi komunikasi massa sangat tertarik untuk melakukan analisis sosiologis mengenai fenomena sisi historis, fungsi, eksistensi, dan dampak media massa sebagai lembaga sosial yang bersifat dinamis. Dalam konteks indonesia misalnya, kita dapat memperkarakan banyaknya tayangan film dan sinetron bertema seks, kekerasann, dan dunia mistik yang diyakini tidak mencerahkan, tapi justru menyesatkan masyarakkat.

BAB 3 ANALISIS FUNGSIONAL DAN DISFUNGSIONAL SERTA MODEL-MODEL KOMUNIKASI MASSA

Menurut sosiolog Robert K. Merton dan paul lazarsfeld, fungsi komunikasii massa meliputi enam hal: pengawasan (surveillance), korelasi (correlation), transmisi budaya (cultural transmision), penganugerahan status (status conferal), dan pengakhlakan (ethicizing). Sebagai pendukung teori fungsi, robert K merton telah membedakan antara fungsi –fungsi konsekuensi suatu aktifitas sosial dan tujuan atau maksud dibelakang aktivitas terssebut. Jadi, konsekuensi-konsekuensi tidak perlu sama. Istilah konsekuensi dari merton ditujukan untuk fungsi nyata(manifest function) yang diinginkan. Ia juga menyatakan bahwa tudak semua konsekuensi dari suatu aktivitas mempunyai nilai positif untuk suatu sistem sosial ketika konsekuensi itu terjadi atau bagi kelompok-kelompok atau individu-individu yang terlibat di dalamnya. Konsekuensi -konsekuensi yang tak diinginkan ditinjau dari kesejahteraan masyarakat atau anggitanya yang disebut disfungsions(disfungsional). Setiap tindakan bisa memiliki efek-efek fungsional yang disfungsional. Menurut melvin defleur dalam karyanya yang monumental, Theorist of mass comunication(1966), terapat empat teori untuk menjelaskan pola interaksi media komunikasi massa dengan masyarakat dan budaya , keempat teori itu meliputi : 

Teori perbedaan individu (the undividual differences theory)



Teori penggolongan sosial (the sicial category theory)



Teori hubungan sosial (the social relationship)



Teori norma – norma budaya (the cultural norms theory) Wilburm schramm, salah seorang pakar komunikasi terkemuka Amerika

menyatakan , peranan utama yang dapat dilakukan media massa dalam

pembangunan adalah membantu memperkenalkan perubahan sosial. Menurt schramm, terdapat sembilan peran yang dapat dikerjakan media massa dalam membantu perubahan sosial, yakni: 

Media massa dapat memperluas cakrawala pemikiran



Media massa dappat memusatkan perhatian



Media massa dapat menumbuhkan aspirasi



Media massa mampu menciptakan suasana membangun



Media massa dapat mengembangkan dialog tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah politik



Media massa dapat mengenalkan norma-norma sosial



Media massa mampu menumbuhkan selera



Media massa mampu mengubah sikap yang lemah menjadi sikap yang lebih kuat



Media massa dapat berperan sebagai pendidik.

Menurut Siebert, tujuan utama pers otoriitarian ialah mendukung dan memajukan kebijakan pemerintah yang berkuasa, dan mengabdi kepada negara. Dalam pers otoritarian, kritik terhadap mekanisme politik dan para pejabat yang berkuasa merupakan sesuatu yang terlarang. Teori ini dibangun atas dasar asumsi filosofis tentang hakikat manusia, hakikat masyarakat dan negara, hubungan manusia dengan negara, serta problema filsafat dasar, hakikat pengetahuan, dan kebenaran. Teori libertarian muncul dari filsafat umum tentang rasionalisme dan hak-hak asasi manusia, serta berbagai karya tulisan milton, Locke, dan Mill. Teori libertarian semula berkembang di inggris dan digunakan setelah tahun 1688. Tujuan oers libertarian ialah memberi informasi, menghibur, transaksi bisnis, terutama untuk membantu menemukan kebenaran serta mengawasi pemerintah

yang sedang berkuasa. Teori pers tanggung jawab sosial tumbuh di Amerika serikat pada abad 20. Teori pers tanggung jawab sosial berkembang setelah dipengaruhi artikel WE Hocking, para pelaksana media, kode etik media, dan komisi kebebasan pers. Teori pers tanggungjawab sosial bertujuan untuk memberikan informasi , menghibur, melakuakan transaksi bisnis, dan yang utama adalah untuk mengangkat konflik sampai tingkat diskusi melalui pasar ide yang bebas dan bertanggung jawab. Media tanggung jawab sosial diawasi oleh komisi-komisi yang di bentuk olehh masyarakat serta oleh berbagai etika yang dibuat oleh kaum profesional dibolehkan mendirikan penerbitan pers. Teori belajar sosial dikembangkan oleh albert bandura. Teori ini berasumsi, media massa merupakan agen sosialisasi yang utama selain keluarga, guru, sahabat karib, dan sekolah. Artinya dengan fungsi dan kemampuannya menyeleksi berita adan informasi, ulasan, dan tulisan, serta menyajikan dan memublikasikannya secara cepat, luas, dan serempak kepada masyarakat yang heterogen dan anonim, media massa dapat berperan sebagai guru yang baik dan profsional. Media tak berbeda dengan ibu dan bapak guru diruang kelas yang mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung, trnsfer ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta nilai-nilai etika dan moralitas kepada para anak didiknya. Teori agenda settingmengasumsikan adanya adanya hubungan positif antara penilaian ysng diberikan oleh medipada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan tersebut. Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan luput juga dari perhatian masyarakat.

BAB 5 SOSIOLOGI KOMUNIKATOR DAN PESAN DALAM KOMUNIKASI MASSA

Salah satu pendekatan sosiologis tentang komunikasi massa adalah memecahkan konsep umum tentang komunikator kedalam berbagai unsur pekerjaan yang sudah terspesialisasi. Selanjutnya, aspek-aspek yang sudah relevan secara sosiologis dari setiap pekerjaan itu dapat diteliti. Penelitian Warren Breed dan Lee Sigelman, sedikit – banyak dapat memberikan gambaran kepada kita bagaiman aspek-aspek sosiologis pada komuniikator komunikasi massa bisa mempengaruhi dan menentukan bentuk serta kualitas isi pesan. Studinyamemperlihatkan bagaimana para wartawan, apakah berada di bawah pemerintah langsung atau tidak, dipengaruhi oleh kebijakan surat kabarnya dan oleh norma-norma mengenai isi berita yang kadangkadang eksplisit, sering sekali implisit, dan disampaikan melalui rekan reporter dan pengawas di ruang berita. Aristoteles menyebutkan bahwa terdapat tiga syarat penting yang harus dipenuhi oleh komunikatordalam mempengaruhi khalayak: ethos, pathos, logos. Melalui tiga perkstssn ini, Aristotelles sebenarnya ingin mengingatkan tentang betapa pentingnya aspek kajian-kajian sosiologi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas komunnikasi individual dan sosial, termasuk komunikasi massa. Pakar komunikasi terkemuka wilbur Schramm, menyebutkan tedapat empat kondisi sukses dalam komunikasi (the condition of success in comunivation)yang perlu diperhatikan oleh siapapun yang hendak ingin berkomunikasi dengan baik, yaitu: 1.

Pesan dirancang dengan baikd dan secara menarik;

2.

Pesan menggunakan simbol yang sama;

3.

Pesan membangkitkan kebutuhan khalayak; dan

4.

Pesan memberikan jalan keluar atau alternatif tindakan.

Richard T. La Piere dalam Theory of social control, berpendapat bahwa lingkungan inti seperti rumah, keluarga, gereja, dan jaringan persahabatan, lebih memengaruhi nilai-nilai, sikap dan perilku individu daripada media massa. Orang-orang berpaling ke media untuk mendapat apa yang mereka cari, bukan dalam rangka meyediakan diri untuk dipengaruhi. Khalayak berbagai media, mulai dari surat kabar sampai dengan film, memiliki ciri-ciri spesifik, meskipun dalam sejumlah hal juga menunjukkan kesamaan tertentu. Sedangkan pembaca setia surat kabar biasanya bukan merupakan penggemar film. Bahkan terhadap suatu jenis media , ketertarikan khalayak berbeda-beda, bergantug pada profesi, minat, dan selera mereka. Dari berbagai oenelitiaan terungkap ,terdapat empat prinsip umum perilaku khalayak komunikasi massa. Prinsip kemudahan, prinsip harpan,-imbalan memperoleh sesuatu, prinsip ketakutan, dan prinsip aspirasi.

BAB 7 EFEK SOSIOLOGIS KOMUNIKASI MASSA Efek Sosiologis Komunikasi Massa Pertumbuhan media massa sebagai perangkat kehidupan baik bagi individu maupun untuk bermasyarakat, turut mengubah masyarakat yang tadinya bersifat agraris menjadi masyarakat kota. Pada saat yang sama, pertumbuhan menuju masyarakat yang bersifat urban itu memang membutuhkan sarana dan aktivitas komunikais yang bersifat modern, yakni komunikasi massa. Teori yang Menjelaskan Peniruan dari Media Massa Aktivitas dan isi dari komunikasi massa turut membentuk masyarakat massa. Hal ini karena sebagian dari isi yang dikandung dan disebarluaskan oleh media massa adalah apa yang dikenal sebagai budaya massa. Budaya massa pada saat ini lebih banyak menghasilkan seni yang ringan dan hal-hal yang tak mungkin. Akibatnya orang cenderung menyukai karya yang ringan-ringan. Hal ini berakibat timbul penggolongan budaya tinggi dan budaya

rendah. Peran media massa dalam hal ini sangat besar, ditunjang pula dengan adanya publisitas, iklan dan reportase. MEDIA MASSA DAN PROSES SOSIALISASI Media Massa dan Proses Sosialisasi Tanpa mengikari fungsi dan maafaat media massa dalam kehidupan masyarakat, disadari adanya sejumlah efek sosial negatif yang ditimbulkan oleh media massa. Karena itu media massa dianggap ikut bertanggung jawab atas terjadinya pergeseran nilai-nilai dan perilaku di tengah masyarakat seperti menurunnya tingkat selera budaya, meningkatnya kejahatan, rusaknya moral dan menurunnya kreativitas yang bermutu. Efek negatif yang ditimbulkan oleh media massa terutama dalam hal delinkuensi dan kejahatan bersumber dari besarnya kemungkinan atau potensi pada tiap anggota masyarakat untuk meniru apa-apa yang disaksikan ataupun diperoleh dari media massa. Pengenaan (exposure) terhadap isi media massa memungkinkan khalayak untuk mengetahui sesuatu isi media massa, kemudian dipengaruhi oleh isi media tersebut. Bersamaan dengan itu memang terbentang pula harapan agar khalayak meniru hal-hal yang baik dari apa yang ditampilkan media massa. Hampir setiap hari umumnya masyarakat dihadapkan pada berita dan pembicaraan yang menyangkut perilaku kejahatan seperti pembunuhan, perampokan, perkosaan dan bentuk-bentuk yang lain. Akibat logis dari keadaan tersebut bahwa segala sesuatu yang digambarkan serta disajikan kepada masyarakat luas dapat membantu dan mengembangkan kemampuan menentukan sikap pada individu-individu di tengah masyarakat dalam menentukan pilihan mengenai apa yang patut ditempuhnya untuk kehidupan sosial mereka. Pemberian masalah kejahatan melalui media massa mempunyai aspek positif dan negatif. Pengaruh media massa yang bersifat halus dan tersebar (long term impact) terhadap perilaku seolah-olah kurang dirasakan pengaruhnya, padahal justru menyangkut masyarakat secara keseluruhan.

Hasil dari berbagai penelitian menyatakan bahwa efek langsung komunikasi massa pada sikap dan perilaku khalayaknya, kecil sekali, atau belum terjangkau oleh teknik-teknik pengukuran yang digunakan sekarang. Media Massa sebagai Agen Sosialisasi Kemungkinan dan proses bagaimana terjadinya peniruan terhadap apa yang disaksikan atau diperoleh dari isi media massa dapat dipahami melalui beberapa teori. Yang pertama adalah teori peniruan atau imitasi. Kemudian teori berikutnya tentang proses mengidentifikasi diri dengan seseorang juga menjelaskan hal yang sama. Sedangkan teori social learning mengungkapkan faktor-faktor yang mendorong khalayak untuk belajar dan mampu berbuat sesuatu yang diperolehnya dari interaksi sosial di tengah masyarakat. Memang teori-teori tadi belum tuntas sepenuhnya dalam memaparkan perihal peniruan terhadap isi media massa. Namun konsep-konsep pokok yang diajukan oleh masing-maisng teori itu kurang lebih dapat membantu kita untuk memahami terjadinya peniruan yang dimaksud dalam hubungan bahasan kita di sini yang merupakan faktor penting dari efek sosial yang ditimbulkan oleh media massa. Studi pertama tentang efek TV yang dilakukan dengan lengkap adalah yang disebut Payne Fund Studies Film and their Effect on Children, yang berlangsung selama empat tahun 1929-1932. Hasil studi ini sebanyak dua belas jilid telah diterbitkan oleh Macmillan di antara tahun 1933-1935. Pada tahun 1961, UNESCO menerbitkan sebuah bibliografi beranotasi The Influence of the Cinema on Children and Adolescent yang berisikan 491 buku, artikel dan jurnal. Charters (1934) mengemukakan bahwa pada tahun 1930, tiga tema besar film yang dipertunjukkan adalah: cinta (29,6%), kejahatan (27,4 %) dan seks (15,0%). Ke dalam kategori kejahatan yang 27,4% itu, terutama isinya adalah mengenai: pemerasan, extortion, penganiayaan, dendam dan pembalasan.

BAB 8 DIMENSI SOSIOLOGIS FUNGSI KONTROL SOSIAL MEDIA MASSA MEDIA MASSA DAN WANITA

Media Massa dan Persepsi tentang Gender Proses sosialisasi yang dilalui oleh setiap anggota masyarakat ada yang berlangsung secara formal, yaitu melalui sekolah dan pendidikan lainnya. Tapi adapula yang berbentuk informal yaitu yang diperoleh melalui keluarga, kerabat, dan pergaulan dengan teman sebaya. Media massa dapat berperan dalam proses sosialisasi itu baik yang informal, yaitu ketika media dikonsumsi dalam situasi dan untuk keperluan di rumah. Namun media dapat pula berperan dalam sosialisasi formal, yakni ketika mengikuti pendidikan melalui media atau apa yang disebut sebagai pendidikan jarak jauh. Stereotip Wanita dalam Media Massa Media massa memberikan banyak hal yang dapat diserap oleh setiap anggota masyarakat antara lain ikut membentuk perilaku anggota masyarakat tersebut. Proses ini sebenarnya sudah dimulai pada permulaan kehidupan seseorang adalah keluarga, sekolah tempat kerja lingkungan sosial dan media massa. Keluarga adalah sumber pertama, karena dari keluargalah, seseorang mendapatkan nilainilai dan norma-norma dalam hidupnya.

BAB 9 TEKNOLOGI INFORMASI,CYBERSPACE, HIPER RELITAS MEDIA

Teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses

dan

mengirimkan

informasi

dalam

bentuk

elektronis.

Mikro komputer, komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak pemroses transaksi, perangkat lunak lembar kerjaserta peralatan komunikasi dn jaringan, merupakan contoh teknologi informasi. Secara garis besar teknologi informasi dapat di kelompokkan menjadi dua bagian : perangkat keras (hardware), dan perangkat lunak(software). Hiper realitas media tidak terlepas dari perkembangan teknologi media, yang disebut teknologi simulasi (simulation technology)

C. KESIMPULAN Dalam buku Sosiologi Komunikasi Massa Sejak abad 19, para sosiolog sangat tertarik mengkaji semua aspek yang berkaitan dengan fungsi dan eksistensi media massa. Berbagai penelitian dilakukan terutama di Amerika Serikat. Hasilnya cukup mencengangkan: sosiologi komunikasi massa berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri. Sosiologi komunikasi massa berupaya memetakan hubungan timbal-balik antara media massa dan masyarakat: mampukah media massa membangun norma-norma sosial, membentuk interaksi sosial, menjalankan kontrol sosial, dan melakukan perubahan sosial. Dengan demikian sosiologi komunikasi massa berupaya memetakan hubungan timbal-balik antara media massa dan masyarakat. Mampukah media massa membangun norma – norma sosial, membentuk interaksi sosial, menjalankan kontrol sosial, dan melakukan perubahan sosial. Sosiologi meneropong, apa sebenarnya yang dilakukan individu – individu dan masyarakat terhadap media massa? Apa pula yang dicari dan diinginkan individu dan kelompok dari media massa? Sebenarnya, apakah masyarakat yang membutuhkan media massa, ataukah justru media massa itu sendiri yang membutuhkan masyarakat? Jika kedua belah pihak saling membutuhkan, lalu pola interaksi sosial seperti apa yang dipilih dan dikembangkan? Maka dengan buku ini kita dapat memaparkan dengan jelas pertanyaan – pertanyaan tersebut dengan lengkap dan jelas. Komentar :

Buku ini memiliki kelebihan diantara nya adalah bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah untuk dimengerti. Dalam buku ini tidak hanya menyajikan teori-teorinya saja tetapi juga sebagian besar isi tiap bab-nya permasalahan yang kongkrit sehingga berfungsi untuk menguatkan teori-teori yang ada dalam buku tersebut. Selain itu pada setiap bab nya terdapat kesimpulan yang kemudian disertai pendapat dari sang pengarang sehingga kita dapat lebih memahami buku ini. Hanya saja karena buku ini adalah buku yang belum sepenuhnya sempurna sebab ada beberapa kata yang sulit untuk dipahami oleh pembaca.

Related Documents

Review Buku Indo.docx
July 2020 10
Review Buku Sosiologi.docx
November 2019 6
Review Buku Ipi.docx
December 2019 6
Review Buku Bk.docx
April 2020 12
Buku-buku
November 2019 64
Buku-buku
June 2020 49

More Documents from ""

Review Buku Sosiologi.docx
November 2019 6
Statistika Kelompok 2.docx
November 2019 6
Makalah.rtf
June 2020 2
Penjas.xlsx
November 2019 9