Tugas Mandiri UTS
Dosen Pengampu
Resensi jurnal
Harmaini, S.Psi, M.Psi
PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Disusun oleh: Nama: Nisrina Safira Putri Ahmad NIM: 11661200927 Kelas/Semester: B/V
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Tahun 2018
Judul artikel jurnal : Hubungan antara Kepadatan, Toleransi Sosial, Keakraban dengan Rasa Sesak di Pemukiman Padat Perkotaan Penulis
: Indra Wahyudi
Keywords
: Density, crowded, familiarizon, social tolerance
A. Pendahuluan Kepadatan, toleransi sosial, dan keakraban berpengaruh terhadap terbentuknya rasa sesak penduduk. Ini terjadi di Yogyakarta yang merupakan kota pelajar yang menjadi tujuan dari ribuan pendatang. Hal ini menibuka peluang usaha bagi penduduk kota untuk membuat berbagai usaha pelayanan kebutuhan bagi mahasiswa dan pelajar diakrenakan lebih menguntungkan dibandingkan berada di sektor pertanian yang berefek kepadatan penduduk di Yogyakarta. Menurut Santosa (dalam Wahyudi, 2006) keterbatasan tingkat pendapatan penduduk membuat para pelajar dan mahasiswa lebih memilih tinggal di kampung yang memiliki karakteristik berdempet dempet, sehingga semakin menambah kepadatan kota Yogyakarta. Pemukiman padat di Yogyakarta secara historis tumbuh dan berkembang karena peran ekonomi dan juga peran Sultan Yogyakarta. Faktor lain yang menambah tingkat kepadatan di kota ini adalah sistem kekerabatan orangJawa yang bersifat exstended-family. Persoalan yang ingin ditanyakan dalam penelitian ini adalah, apakah kepadatan selalu mengakibatkan rasa sesak bagi penghuninya, atau rasa sesak itu lebih dipengaruhi oieh variabel antara yang bersifat sosio-kultural sctempat seperti toleransi sosial dan keakraban. B. Deskripsi ringkasan materi Menurut batasan WHO (dalam Wahyudi, 2006) kepadatan didefenisikan sebagai jumlah penghuni yang menempati area seluas 10 m2. Pengertian kepadatan itu dibagi empat yaitu kepadatan dalam, luar, sosial, dan spasial. Rasa sesak dibatasi sebagai persepsi seseorang yang berwujud merasa terbatasnya ruang karena kehadiran orang lain, merasa terkungkung, sempit karena harus berbagi ruang dengan orang lain, dapat pula dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma jarak personal. Menurut teori intensitas kepadatan yang dikemukakan oleh Freedman (dalam Wahyudi, 2006), kehadiran seseorang bagi orang lain memiliki sisi positif dan menyenangkan. Freedman selanjutnya juga menjelaskan bahwa kepadatan perlu dan telah cukup untuk menimbulkan rasa sesak, sejauh kepadatan tadi memang menimbulkan rasa tidak suka sehingga tidak menyenangkan (unpleasant)bagi penghuninya.
Selain itu juga faktor kebudayaan pun terlibat dalam rasa sesak dikarenakan kolektivitas masyarakat Yogyakarta bernuansa khas Jawa dimana menurut Maulder (dalam Wahyudi, 2006) budaya khas jawa yang umumnya berusaha memulai terjadinya kontak personal yang harmonis pada orang lain. Menurut teori social comparison dari Festinger (dalam Wahyudi, 2006), keberadaan tetangga atau orang-orang lainnya di pemukiman padat membawa dampak positif. Artinya situasi padat itu akan menyebabkan seseorang mampu memahami akan kedudukan, peran, dan makna dia bagi lingkungan fisik dan sosialnya. Toleransi sosial yang dimaksud di sini adalah orang yang mempunyai enam ciri yaitu mengijinkan tetangganya untuk menggunakan barang-barang miliknya, sabar dalam menghadapi tekanan dari tetangganya, mempunyai daya tahan tinggi dalam menghadapi tekanan dari tetangganya. berdampak munculnya rasa kedekatan (proximity atau propinquity) antar rumah dan antar penghuninya, yang akhirnya akan membawa dampak keakraban ataufomiliariry. Keakraban ini akan menimbulkan kemampuan penghuni pemukiman padat untuk melihat sisi positif tetangga terdekat, atau penghuni serumah yang lain. Hal ini akan dipersepsikan menyenangkan. Hal ini sejalan dengan teori intensitas, bahwa kehadiran orang lain tidak menimbulkan rasa sesak sejauh kehadirannya itu menyenangkan {pleasant)dan menimbulkan rasa suka pada orang lain (Freedman, dalam Wahyudi, 2006 ). Ini juga didukung oleh Worchel & Teddlie (dalam Wahyudi, 2006) bahwa kepadatan menyebabkan orangorangyang tinggal dalam tempat tersebut cenderung mempersepsikan anggota lain lebih akrab. Secara lebih rinci penelitian ini akan menguji tiga 3 hipotesis. Pertama, tidak ada hubungan antara kepadatan tempat tinggal dengan rasa sesak penghuni pemukiman padat di kota Yogyakarta. Hipotesa kedua, ada hubungan negatif antara toleransi sosial dengan rasa sesak penghuni pemukiman padat di kota Yogyakarta. Hiptesa terakhir, ada hubungan negatif antara keakraban dengan rasa sesak penghuni pemukiman padat di kota Yogyakarta. Adapun metode penetapan sampling nya ialah seleksi hirarkis pemerintahan daerah dengan subjek berumur 17 tahun dengan latar belakang suku Jawa ataupun tidak yang tinggal selama 5 tahun lebih. Adapun hasil yang diperoleh ialah pengujian hipotesis pertama terbukti dimana kepadatan tidak berhubungan dengan rasa sesak. Artinya bertambah atau berkurangnya rasa sesak bukan diakibatkan secara langsung oleh variabel kepadatan, namun harus melalui variabel toleransi sosial. Sehingga dapat dikatakan rendahnya rasa sesak pada penghuni pemukiman pada di kota Yogyakarta disebabkan oleh toleransi sosial serta ditentukan oleh beberapa faktor lainya seperti: 1. Keasrian lingkungan 2. Tersedianya tempat duduk di lorong-lorong rumah para warga
3. Penataan perabot yang sesuai 4. Adanya kegiatan yang produktif dan menyenangkan 5. Partisipasi yang dilandasi kerukunan telah mengurangi konflik C. Resensi/opini/ tanggapan/analisis Jurnal ini mampu menjelaskan secara umum mengenai penelitian dalam mencari keterkaitan variabel-variabel yang terlibat dengan rasa sesak pada masyarakat. Selai itu juga terdapat hasil yang cukup sulit diprediksi sehingga membuat jurnal ini menarik untuk dibaca terutama mengingat jarang penelitian melibatkan kebuadayaan dan variabel ilmiah lainnya. Akan tetapi jurnal ini memiliki kekurangan dalam penjelasan ruang lingkup internal psikologinya sehingga membuat pembaca bingung untuk menganalisis kembali hasil dari penelitian ini. Maka sebaiknya untuk peneliti selanjutnya diutamakan untuk menjelaskan ruang lingkup yang akan dikaji terlebih dahulu dalam kaitannya dengan psikologi di lingkungan. D. Penutupan/kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil ialah rasa sesak tidak dipengaruhi oleh kepadatan penduduk diakibatkan tingginya toleransi sosial masyarakat kebudayaan Jawa yang mana memiliki ketegasan dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat lainnya serta penataan fasilitas-fasilitas umum, kondisi lingkungan yang asri, kerukunan masyarakat, dan keasrian akan lingkungannya membuat masyarakat betah dan mentoleransi akan sesamanya yang menimbulkan keakraban. Dalam teori intensitas kepadatan Freedman menyatakan bahwa kehadiran seseorang memiliki sisi positif dan menyenangkan sehingga kepadatan akan penduduk membuat masyarakatnnya lebih sering terjadi interaksi yang menyenangkan. Adapun dalam teori social comparation oleh Festinger juga menyatakan bahwa keberadaan tetangga lainnya di pemukiman padat menyebabkan seseorang mampu memahami akan kedudukan, peran, dan maka dirinya bagi lingkungan fisik dan sosialnya. E. Daftar pustaka Wahyudi, Indra .2006. Hubungan antara Kepadatan, Toleransi Sosial, Keakraban dengan Rasa Sesak di Pemukiman Padat Perkotaan. Jurnal Psikologi-ISSN: 1858-3970, Vol. 2