Resensi Buku Sayap-Sayap Patah Kahlil Gibran
Resensi Novel Sayap-sayap Patah Judul Novel
: Sayap-Sayap Patah
Penulis
: Kahlil Gibran
Penerjemah
: Sapardi Djoko Damono
I.
Sinopsis
Buku ini menceritakan bagaimana perasaan hati seorang pria yang senantia menjaga amanah dari ayah teman wanitanya, Yang ingin ia selalu menjaga anak perempuannya meskipun cintanya harus dipendam karena wanita itu menikah dengan pria lain. Tepat pada saat itu seorang muncul dari belakang tirai beledu di pindu dan berjalan mendekati kami. Farris Effandi ( teman lama ayahku ) dan aku bangkit dari tempat duduk kami “Ini anak perempuanku Selma “, kata orang tua itu. Ia memperkenalkan gadis itu padaku. Dia bagaikan buku yang tidak pernah bisa kuselesaikan membacanya. Karena setiap kunjungan memberiku makna baru pada kecantikannya dan pandangan baru ke dalam jiwanya yang manis. Satu jam berlalu, setiap menit adalah satu tahun cinta. Keindahan malam itu berubah ketika kereta yang mengantarkan ayahnya telah kembali dan mengatakan bahwa Selma akan dinikahkan dengan kemenakan Uskup Bulos, Mansour Bey Galib. Aku memberinya semangat meskipun hati ini terasa hancur karena putusan itu hadir disaat cintaku mulai tumbuh “Mari, Selma, mari kita menjadi menara yang kuat di tengah prahara. Mari kita berdiri seperti prajurit gagah berani dihadapan musuh dan menghadapi senjatanya. Jika kita terbunuh, kita akan mati sebagai orang suci, dan jika kita menang, kita akan hidup sebagai pahlawan. Menghadapi halangan dan kesulitan lebih mulia daripada mundur mencari ketenangan. “ ……….. Namun semua harus berjalan sesuai takdir yang telah dituliskan, Selma harus menikah dengan dan Mansour Bey. Sisi ketegangan tetap terjadi dikala Selma tetap menemui sang kekasih secara diam – diam. Bahkan Uskup Bulos memerintahkan kepada semua pelayan dan pengawalnya untuk memperhatikan gerak – gerik Selma. Meskipun cinta diantara mereka sangat besar, Selma tetap memilih mengakhiri pertemuan sembunyi – sembunyinya dengan ciuman mesra yang pertama dan terkahir, karena dia tidak ingin sang kekasih merasakan derita yang dia alami. Bertahan dikehampaan cinta sang kekasih, Selma berusaha menjadi istri yang baik. Karena setiap hari Mansour selalu menanyakan kapan Selma dapat memberinya keturunan, meskipun dia sendiri selalu sibuk dengan
wanita – wanita yang menjual tubuhnya hanya untuk sepotong roti. Doa yang tak pernah putus selalu memberikan berita yang baik. Selma hamil, meskipun ketika melahirkan dia harus berjuang antara hidup dan mati. Burung dengan sayap – sayap yang patah tak selamanya mampu bertahan dan akhirnya Selma harus menghadap Sang Pencipta setelah dia melahirkan bayi laki – laki yang usianya hanya sebatas sinar matahari pagi. Semua pengantar jenazah telah pergi, ketika aku bertanya kepada si penggali kubur “apakah anda ingat dimana Farris Effandi dimakamkan ? “ Dia memandangku sambil berkata. “Disini, aku menempatkan anak perempuan di atasnya dan di dada anak perempuan ini beristirahat anaknya.”
II.
Alur
Novel ini menggunakan alur maju III.
Tema
Kasih Tak Sampai IV.
Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama V.
karena penulis menceritakan tentang pengalaman pribadinya Tokoh
Kahlil Gibran
Selma Karamy
Faris Effandi Karamy
Uskup Bulos Galib
Mansour Bey Galib
VI.
Bentuk paragraf serta jumlah % pada paragraph a. Paragraf Naratif
Paragraf naratif yang terdapat dalam novel ini sebanyak 16,6%. b. Paragraf Deskriptif Paragraf deskriptif yang terdapat dalam novel ini sebanyak 49,4%. c. Dialog Dialog yang terapat dalam novel ini sebanyak 33,9%. VII. Uskup
Istilah-istilah Sulit : wali gereja, pendeta
Pusara
: kubur, kuburan ; tali, biasanya dalam arti kendali, pimpinan, yang
memegang pimpinan Negara Ngarai
: jurang yang dalam diantara tebin yang curam
Nisan
: nama salah satu bulan syamsiah (matahari) dalam bahasa suryani,
padanannya adalah April Isytar
: nama salah satu tokoh dewa dalam mitologi Babilonia dan Assyria,
dan dikenal sebagai Dewi Ibu Agung di Timur Tengah Purba. Dikenal di phoenisia sebagai Astarte atau Asytartoth, di Yunani sebagai Dewi Aphrodite, dan di Romawi sebagai Venus Phoenisia
: wilayah purba yang terbentang sepanjang pantai Asia Barat dari
Ugarith (Ras Shamra) hingga Accho (Acre,’Akka), sekarang menjadi wilayah Republik Libanon dan pantai selatan Suriah
VIII.
Biografi Pengarang
Kahlil Gibran lahir di Bisharri, kota kecil di kaki Pegunungan Cedar nun di Lebanon Utara, 6 januari 1883. Dialah penyair, pelukis dan pemikir yang mengunjungi hati manusia di seantero dunia. Dengan jalinan metapora yang di petik dari alam raya, ia menebarkan puisi dan prosa yang tak habis-habisnya memancarkan pesona. Benihbenih seni dalam jiwa Gibran konon disemaikan oleh ibunya, Kamila. Ketika berumur 12 tahun ia di ajak oleh ibunya tinggal di Boston, Ameika Serikat. Namun tiga tahun kemudian Gibran kembali ke Libanon untuk memperdalam Bahasa Arab. Sepeninggal ibunya, ia belajar mengarang dan melukis. Ia kemudian hijrah ke Paris untuk mengembangkan pengetauhuanya di bidang seni. Akhirnya ia menetap di New York dan wafat pada 10 april 1931. Ia di kebumikan di tanah kelahirannya.
IX.
Penerbit
PT. Dunia Pustaka Jaya
X.
Cetakan
Ke-9, tahun 2002
XI.
Jumlah Halaman
132 halaman