Nama: Vezi Nim: 04011181621066
Analisis masalah 1. Apa kemungkinan penyebab malaise dan dizzy pada pasien? Jawab: Kemungkinan penyebab malaise dan dizzy pada ibu siti disebabkan karena anemia. Anemia menyebabkan hipoksia jaringan yang akhirnya menyebabkan metabolisme sel menurun sehingga energi yang dihasilkan berkurang dan mengakibatkan malaise. Pada ibu hamil kadar hb <11g/dl merupakan hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defisiensi besi dari pada hipervolemia, peingkatan rbc 20-30% tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga adanya istilah hemodelusi dan penurunan konsentrasi hb dari 15 gr/dl menjadi 12,5 gr/dl dan pada 6 % perempuan bisa mencapai dibawah 11 gr/dl. 2. Apa makna klinis dari “She is g6p4a1 and 32 weeks gestational age”? Jawab: Riwayat kehamilan pasien yaitu grande multigravida(hamil lebih dari 5 kali) dan pernah mengalami abortus satu kali. Hal ini menunjukkan bahwa pasien memiliki resiko untuk mengalami kehamilan selanjutnya dengan risiko tinggi. Dampak yag ditimbulkan oleh kehamilan risiko tinggi yaitu bisa terjadi keguguran, persalinan prematur, BBLR (berat bayi lahir rendah), asfiksia, dan kelainan bawaan, serta si ibu mudah terjangkit infeksi, anemia dalam kehamilan, keracunan kehamilan, dan kematian ibu yang tinggi (Saifuddin AB. 2005). Kejadian abortus memiliki kemungkinan untuk terjadinya perdarahan masif, dimana hal tersebut juga dapat berkontribusi dalam ketidakseimbangan hemostasis ibu dan apabila tidak lama setelah abortus tersebut Ny.Siti hamil kembali, kemungkinan cadangan zat besi belum sepenuhnya pulih ditambah dengan asupan yang tidak memadai menyebabkan resiko kehamilan dengan anemia defisiensi besi semakin besar.
3. Apa saja gizi yang dibutuhkan untuk ibu hamil? Jawab:
4. Apa makna klinis dari “ The youngest child age is 2 years old”? 5. Bagaimana edukasi yang dapat disampaikan kepada mrs. Melinda? a. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati. b. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan anemia berat misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan bukan untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk mencegah kekurangan zat besi
pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada awal kehamilan dan tidak mendapatkan suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan zat besi dari sumber-sumber makanan sehingga suplemen zat besi direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Depkes, 2008). Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang). Selain itu tambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari (Anonim, 2004). Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan memulihkan faktor hormonal. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia pada saat kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan mengurangi cadangan zat besi ibu. Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus mengurangi cadangan zat besi. Jarak kehamilan yang berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagai kasih sayang dari orang tuanya (Ammirudin, 2007). Menurut Wimpie Pangkahila (2006), hubungan seksual selama hamil tetap boleh dilakukan. Tapi pada tiga bulan pertama kehamilan, sebaiknya frekuensi hubungan seksual tak dilakukan sesering seperti biasanya, pasalnya jika hubungan seksual dipaksakan pada bulan pertama usia kehamilan, dikhawatirkan bisa terjadi keguguran spontan. Selain tiga bulan pertama kehamilan, pasangan sebaiknya juga lebih berhati-hati dalam melakukan hubugan seksual pada saat tiga bulan menjelang
waktu melahirkan. Sebab, dikhawatirkan menjadi kehamilan dini. perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta (Wiknjosastro, 2005). Kegiatan yang dianjurkan: • Berolahraga. Bunda yang hamil dianjurkan berolah raga agar supaya kebugaran tubuhnya tetap terjaga. Aktivitas olah raga harus sesuai dengan kondisi kehamilan ibu, dan juga menyenangkan. Berolahraga bisa dilakukan sendiri di rumah atau di luar rumah, dan dilakukan pada waktu pagi hari. Beberapa aktivitas olah raga yang boleh dilakukan ibu hamil antara lain; jalan sehat, yoga hamil, dan berenang. Penelitian membuktikan bahwa ibu yang rajin melakukan aktivitas olahraga ringan memiliki janin dan plasenta yang sedikit lebih besar daripada ibu yang tidak berolahraga. • Jalan santai. Ibu yang sedang hamil muda sebaiknya sering berjalan-jalan. Namun perhatikan juga kecepatan langkahnya. Jangan berjalan terlalu cepat. Dengan jalan santai akan membuat ibu yang sedang hamil muda lebih tenang dan menghilangkan stres. Terlebih bagi ibu hamil yang memilih suasan pedesaan dipagi hari, selain pemandangan yang indah juga akan membantu dalam memberikan udara yang segar. • Yoga. Gerakan yoga memang tidak semuanya aman dilakukan saat sedang hamil. Ada beberapa gerakan yang membuat ibu hamil malah semakin tertekan. Ibu yang sedang hamil muda bisa mencoba melakukan gerakan yoga khusus ibu hamil atau sebelum melahirkan. Ikuti arahan-arahan dari instruktur yoga dan lakukan konsultasi dengan dokter kandungan sebelum melakukannya. • Berenang. Jenis olahraga terbaik yang untuk wanita saat hamil adalah berenang. Olahraga ini dapat mengurangi tekanan pada punggung dan kaki ibu hamil yang mudah lelah. Selain itu, berenang juga bermanfaat untuk seluruh tubuh tanpa membuatnya merasa capek. • Bekerja selama masa kehamilan ibu tidak dilarang. Jika bunda seorang karyawan kantor lakukanlan aktivitas pekerjaan dikantor seperti biasanya , hindari pekerjaan yang melibatkan fisik berat dan menimbulkan kelelahan.
Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. • Berhubungan Intim. Pada trimester pertama ( 1-3 bulan umur kehamilan) posisi boleh saling berhadapan (misionaris).Trimester kedua & ketiga (usia kehamilan 3 bulan keatas), posisi yang disarankan adalah ibu diatas suami dibawah. Bisa dalam posisi berbaring atau duduk. Bisa juga dilakukan dalam posisi ibu miring. • Melakukan Pekerjaan Rumah. Ibu hamil terkadang khawatir ketika melakukan aktivitas rumah seperti mengepel, mencuci atau memasak. Mereka khawwatir akan mempengaruhi janin di usia kehamilan muda.Padahal beberapa kegiatan tersebut dapat dilakukan asalkan ibu tidak mengalami kelelahan dan membuat ibu merasa tertekan.
6. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik? Jawab: Hasil pemeriksaan
Nilai normal
Interpretasi
Sense: Compos mentis
Kompos mentis
Normal
Height = 155 cm; Weight IMT 18-24
IMT ibu sebelum hamil
48kg;
dikategorikan underweight
IMT= 19,98
Perkiraan BB ibu sebelum hamil : 48 kg saat hamil – (10-12 kg berat kehamilan) = 36-38 kg
IMT = 16-20 BP: 100/60 mmHg
120-139/80-89 mmHg
Hipotensi
HR: 96x/min
60-100x/menit
Normal
RR: 20x/m Palpebral
16-24x/menit
Normal
conjunctival Tidak pucat
Abnormal, indikasi anemia
looked pale
Learning issue 1. Anemia dalam kehamilan a) Diagnosis banding Anemia
Anemia
akibat thalassemia
defisiensi besi
penyakit kronik
Anemia sideroblastik
Derajat
Ringan sampai Ringan
Ringan
Ringan sampai
anemia
berat
MCV
Menurun
Menurun/N
menurun
Menurun/N
MCH
Menurun
Menurun/N
menurun
Menurun/N
TIBC
meningkat
menurun
N/menurun
Normal/N
Saturasi
Menurun
Menurun/N
meningkat
Meningakat
Positif
Positif kuat
Positif
meningkat
meningkat
N
N
meningkat
N
meningkat
Meningkat
N
meningkat
N
menurun
N/meningkat
N/ meningkat
berat
tranferin Besi sumsum Negative tulang Protoporfirin eritrosit Feritin serum
Elektroforesis N Hb Besi serum
Menurun
b) Algoritma penegakan diagnosis
Penegakan diagnostik untuk penderita anemia yaitu berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan penunjang lainnya. 1. Anamnesis Tanya mengenai riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu, riwayat gizi, keadaan lingkungan fisik sekitar, apakah ada paparan terhadap bahan kimia atau fisik serta riwayat pemakaian obat. Tanyakan riwayat penyakit keluarga untuk mengetahui apakah ada faktor keturunan. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dilakukan secara sistematik dan menyeluruh. Perhatian khusus diberikan pada a. Warna kulit
: pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning
b. Kuku
: koilonikia (kuku sendok)
c. Mata
: ikterus, konjungtiva pucat
d. Mulut
: ulserasi, hipertrofi gusi, atrofi papil lidah
e. Limfadenopati, hepatosplenomegali
3. Pemeriksaan laboratorium hematologi a. Tes penyaring
Kadar hemoglobin
Indeks eritrosit (MCV, MCHC dan MCHC)
Hapusan darah tepi
Ferritin, SI dan TIBC
b. Pemeriksaan rutin
Laju endap darah, Diff. Count, Hitung retikulosit
c. Pemeriksaan sumsum tulang d. Pemeriksaan atas indikasi khusus Pada anemia defisiensi besi periksa besi serum, TIBC, saturasi transferin 4. Pemeriksaan laboratorium non hematologi Pemeriksaan faal ginjal, hati, endokrin, asam urat, kultur bakteri. 5. Pemeriksaan penunjang lainnya USG
Skema 1. Algoritma penegakan diagnosis anemia hipokrom mikrositer
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi diperlukan metode pemeriksaan yang akurat dan kriteria diagnosis yang tegas. Para peneliti telah menyetujui bahwa diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah dan sumsum tulang.
Tabel 7.2. Kriteria Anemia Berdasarkan Kadar Hemoglobin
c) Diagnosis kerja Ny. Siti, ibu hamil 34 tahun, G6P4A1 dengan usia kehamilan 32 minggu mengalami anemia defisiensi besi dalam kehamilan karena asupan gizi yang kurang.
d) Definisi Anemia merupakan komplikasi dalam kehamilan yang paling sering ditemukan. Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan- perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi gizi. Sering kali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi yang disertai infeksi, gizi buruk atau kelainan herediter. Anemia yang sering ditemukan dalam kehamilan adalah anemia defisiensi besi dan anemia megaloblastik. Anemia defisiensi besi terjadi karena kurangnya zat besi dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu yang hamil, kebutuhan zat besi untuk janin dan plasenta, dan pendarahan post partum. Karena itu, cadangan zat besi yang dibutuhkan ibu hamil minimal lebih dari 500 mg. Perubahan diet dengan konsumsi makanan yang kaya zat besi dan penambahan suplemen zat besi dianjurkan pada ibu hamil. Anemia megaloblastik terjadi karena kerusakan sintesis DNA yang disebabkan oleh defisiensi asam folat atau vitamin B12. Berdasarkan WHO untuk ibu hamil batas normal hemoglobin adalah 11 gr%. Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, tahun 1989 definisi anemia dalam kehamilan adalah seperti yang berikut : 1) Hb kurang dari 11,0 gr/dL di trimester pertama dan ketiga 2) Hb kurang dari 10,5 gr/dL di trimester kedua, atau 3) Hematokrit kurang dari 32%.
e) Etiologi Penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang dan kebutuhan yang berlebihan. Faktor nutrisi utama yang mempengaruhi terjadinya anemia adalah zat besi, asam folat dan kumpulan vitamin B. Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu : 1) Didapatkan (acquired)
Anemia defisiensi besi
Anemia karena kehilangan darah secara akut
Anemia karena inflamasi atau keganasan
Anemia megaloblastik
Anemia hemolitik
Anemia aplastik
2) Herediter
Thalasemia
Hemoglobinopati lain
Hemoglobinopati sickle cell
Anemia hemolitik herediter
Anemia disebabkan oleh penurunan produksi darah yaitu hemopoetik, peningkatan pemecahan sel darah (hemolitik), dan kehilangan darah yaitu hemoragik. Dalam kehamilan, anemia yang sering ditemukan adalah anemia hemopoetik karena kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi), asam folat (anemia megaloblastik), dan protein. Anemia dalam kehamilan yang paling sering ditemukan adalah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat disebabkan : a. Kurang intake unsur zat besi dalam makanan. b. Gangguan absorpsi zat besi : muntah dalam kehamilan mengganggu absorpsi, peningkatan pH asam lambung, kekurangan vitamin C, gastrektomi dan kolitis kronik, atau dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan -kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk susu). c. Kebutuhan besi yang meningkat.
d. Banyaknya zat besi keluar dari tubuh : perdarahan. Keperluan zat besi bertambah selama kehamilan, seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Peningkatan penggunaan zat besi yang diabsorpsi di dalam tubuh meningkat dari 0.8mg/hari di awal kehamilan hingga 7.5mg/hari pada trimester akhir. Zat besi yang rata-rata dibutuhkan untuk wanita hamil adalah 800 mg, 300 mg adalah untuk janin dan plasenta, dan 500 mg ditambahkan untuk hemoglobin ibu. Hampir 200 mg zat besi hilang saat perdarahan persalinan dan post partum. Jadi penyimpanan zat besi yang minimal di dalam tubuh pada wanita hamil adalah lebih dari 500 mg di awal kehamilan. Apabila zat besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi zat besi, terutama pada kehamilan kembar, multipara, kehamilan yang sering dalam jangka waktu yang singkat dan vegetarian. Di daerah tropika, zat besi lebih banyak keluar melalui keringat dan kulit. Suplemen zat besi setiap hari yang dianjurkan tidak sama untuk berbagai negara. Di Amerika Serikat, untuk wanita tidak hamil, wanita hamil dan wanita yang menyusui dianjurkan masing-masing 12mg, 15mg, dan 15 mg. Sedangkan di Indonesia masing-masing 12 mg, 17 mg dan 17 mg. f) Epidemiologi Di seluruh dunia, frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi yaitu berkisar antara 10-20%. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan yang penyebabnya adalah defisiensi zat besi. Angka anemia di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi yaitu 63,5% Karena defisiensi gizi memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi anemia dalam kehamilan lebih tinggi di negara berkembang, dibandingkan dengan negara maju. 95% dari anemia dalam kehamilan merupakan anemia defiesiensi besi. Insidens wanita hamil yang menderita anemia defisiensi besi semakin meningkat. Ini menunjukkan keperluan zat besi maternal yang bertambah pada kehamilan. Kematian maternal meningkat karena terjadinya pendarahan post partum yang banyak pada wanita hamil yang memang sudah menderita anemia sebelumnya. g. Manifestasi klinis Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, dengan gejala penyakit penyerta dasar yang menonjol, atau bisa ditemukan keduanya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan
jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disfagia hingga pembesaran kelenjar limpa. Berkurangnya hemoglobin dapat menyebabkan gejala umum seperti keletihan, palpitasi, pucat, tinitus dan mata berkunang-kunang. Disamping itu juga dijumpai gejala tambahan yang diduga disebabkan oleh kekurangan enzim sitokrom, sitokrom C oksidase dan hemeritin dalam jaringan-jaringan, yang bersifat khas seperti pusing kepala, parastesia, ujung jadi dingin dan atropi papil lidah. h. Klasifikasi Secara
umum
menurut
Proverawati
(2009)
anemia
dalam
kehamilan
diklasifikasikan menjadi: a.
Anemia defisiensi besi sebanyak 62,3% Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
b.
Anemia Megaloblastik sebanyak 29%. Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono (2007) tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis 1001000 mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.
c.
Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak % Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
d. Anemia Hemolitik sebanyak 0,7% Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan viamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12. Klasifikasi berdasarkan derajat o Normal > 11 gr% o Anemia ringan 10-11 gr% o Anemia sedang 7-10 gr% o Anemia berat < 7 gr% i. Komplikasi a. Abortus b. kematian intrauterine c. persalinan prematuritas d. berat badan lahir rendah(BBLR) e. kelahiran dengan anemia f. dapat terjadi cacat bawaan g. bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia rendah j. Pemeriksaan penunjang Kelainan hematoligis ini juga dapat ditandai dengan ciri-ciri yang khas pada pemeriksaan laboratorium yaitu terdapatnya mikrositosis dan hipokromasi eritosit.
Gambaran
sumsum
tulangnya
hiperseluler
dengan
hiperplasia
eritropoetik. Terdapat normoblas yang kecil-kecil ditemukan pergeseran ke kiri, tidak didapatkan sideroblas. Pemeriksaan lain adalah kadar besi dalam serum rendah dan total iron Binding Capasity (TIBC) meninggi. 1. Hemoglobin (Hb) Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sederhana seperti Hb sachli, yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I dan III. 2. Penentuan Indeks Eritrosit Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan flowcytometri atau menggunakan rumus: a. Mean Corpusculer Volume (MCV) MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang spesiflk setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan. Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl. b. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH) MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg. c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30- 35% dan hipokrom < 30%. 1. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer Pemeriksaan
hapusan
darah
perifer
dilakukan
secara
manual.
Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah. 2. Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW) RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %.
3. Eritrosit Protoporfirin (EP) EP diukur dengan memakai haematofluorometer. EP naik pada tahap lanjut kekurangan besi eritropoesis, naik secara perlahan setelah serangan kekurangan besi terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan besi serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu yang luas. EP secara luas dipakai dalam survei populasi walaupun dalam praktik klinis masih jarang. 4. Besi Serum (Serum Iron = SI) Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum karena variasi diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik. 5. Serum Transferin (Tf) Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan. 6. Transferrin Saturation (Jenuh Transferin) Jenuh transferin adalah rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi, merupakan indikator yang paling akurat dari suplai besi ke sumsum tulang. Penurunan jenuh transferin dibawah 10% merupakan indeks kekurangan suplai besi yang meyakinkan terhadap perkembangan eritrosit. Jenuh transferin dapat menurun pada penyakit peradangan. Jenuh transferin umumnya dipakai pada studi populasi yang disertai dengan indikator status besi lainnya. Tingkat jenuh transferin yang menurun dan serum feritin sering dipakai untuk mengartikan kekurangan zat besi. Jenuh transferin dapat diukur dengan perhitungan rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi total (TIBC), yaitu jumlah besi yang bisa diikat secara khusus oleh plasma.
7. Serum Feritin Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas dipakai dalam praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum feritin < 12 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostik untuk kekurangan zat besi. Rendahnya serum feritin menunjukan serangan awal kekurangan zat besi, tetapi tidak menunjukkan beratnya kekurangan zat besi karena variabilitasnya sangat tinggi. Pada wanita hamil serum feritin jatuh secara dramatis dibawah 20 ug/l selama trimester II dan III bahkan pada wanita yang mendapatkan suplemen zat besi. Serum feritin adalah reaktan fase akut, dapat juga meningkat pada inflamasi kronis, infeksi, keganasan, penyakit hati, alkohol. Serum feritin diukur
dengan
mudah
memakai
Essay
immunoradiometris
(IRMA),
Radioimmunoassay (RIA), atau Essay immunoabsorben (Elisa). 8. Pemeriksaan Sumsum Tulang Merupakan standar emas untuk penilaian cadangan besi, walaupun mempunyai beberapa keterbatasan. Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak ada besi retikuler. Keterbatasan metode ini seperti sifat subjektifnya sehingga tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum yang memadai dan teknik yang dipergunakan. Pengujian sumsum tulang adalah suatu teknik invasif, sehingga sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan besi dalam populasi umum. 9. USG (untuk memonitor keadaan janin)
2. Gizi pada Ibu Hamil Gizi dan Nutrisi ibu hamil merupakan hal penting yang harus dipenuhi selama kehamilan berlangsung. Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan sangat membantu ibu hamil dan janin tetap sehat. Status gizi merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara hubungan dan masukan nutrisi. Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang
yang harus dikonsumsi selama kehamilan yaitu dengan porsi dua kali makan orang yang tidak hamil. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya. Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu memperhatikan makanan yang dikonsumsi selama kehamilannya. Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan janin yang dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi bukan untuk dirinya sendiri tetapi ada individu lain yang ikut mengkonsumsi makanan yang dimakan. Penambahan kebutuhan gizi selama hamil meliputi:
Kebutuhan gizi untuk ibu hamil setiap harinya ditambah sesuai dengan usia kehamilan. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan janin. Berikut merupakan jumlah penambahan yang harus dipenuhi selama hamil:
Jumlah atau porsi dalam sekali makan merupakan ukuran atau takaran makan yang dimakan tiap makan.
Pengaruh gizi pada kehamilan mencakup:
Gizi pra hamil (Prenatal): Gizi yang baik akan membuat kehamilan minim komplikasi dan sedikit bayi premature
Gizi Pranatal: Kurangnya gizi mempengaruhi terjadinya bayi premature, gangguan kongenital, bayi lahir mati. Penilaian status gizi ibu hamil bisa diketahui dengan:
o Perubahan berat badan selama kehamilan berlangsung. Pada akhir kehamilan kenaikan berat badan hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk berat badan ideal cukup 10-12 kg dan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik < 10 kg. o Hemoglobin merupakan parameter untuk prevelensi anemia. o Lingkar Lengan Atas (LILA) dilakukan untuk menegtahui resiko kekurangan energi protein. Ambang Batas LILA adalah 23,5 cm, yang artinya wanita tersebut beresiko melahirkan bayi BBLR. o Relative Body Weight (RBW) yaitu standar penilaian kecukupan kalori. Cara mendapatkan gizi seimbang saat kehamilan: 1. Makanlah dengan pola gizi seimbang dan bervariasi, 1 porsi lebih banyak dari sebelum hamil 2. Tidak ada pantangan makanan selama hamil 3. Cukupi kebutuhan air minum pada saat hamil (10 gelas / hari) 4. Jika mual, muntah dan tidak nafsu makan maka pilihlah makanan yang tidak berlemak dalam porsi kecil tapi sering. Seperti buah, roti, singkong dan biskuit. Bahan makan yang sebaiknya dihindari dan dibatasi oleh ibu hamil antara lain: 1. Menghindari makanan yang diawetkan karena biasanya mengandung bahan tambahan makanan yang kurang aman 2. Menghindari daging/telur/ikan yang dimasak kurang matang karena mengandung kuman yang berbahaya untuk janin 3. Membatasi kopi dan coklat, didalamnya terdapat kandungan kafein yang dapat meningkatkan tekanan darah
4. Membatasi makanan yang mengandung energi tinggi seperti yang banyak mengandung gula, lemak misalnya: keripik, cake 5. Membatasi makanan yang mengandung gas, contoh: nangka (matang dan mentah), kol,ubi jalar, karena dapat menyebabkan keluhan nyeri ulu hati pada ibu hamil 6. Membatasi konsumsi minuman ringan (soft drink), karena mengandung energi tinggi, yang berakibat pada berat badan ibu hamil meningkat berlebihan dan bayi lahir besar Kondisi fisik dan kenaikan berat badan normal bagi wanita hamil pada setiap trimester adalah sebagai berikut: a. Trimester I (0–12 minggu), umumnya nafsu makan ibu berkurang, sering timbul rasa mual dan ingin muntah. Kondisi ini ibu harus tetap berusaha untuk makan agar janin dapat tumbuh dengan baik. Kenaikan normal antara 0,7–1,4 kg. b. TrimesterII (sampai dengan usia 28 minggu), nafsu makan sudah pulih kembali. Kebutuhan makan harus diperbanyak. Kenaikan berat badan normal antara 6,7–7,4 kg. c. Trimester III (sampai dengan usia 40 minggu), Nafsu makan sangat baik, tetapi jangan berlebihan. Kenaikan berat badan normal antara 12,7 kg–13,4 kg.
Referensi Abdulmuthalib. Kelainan Hematologik. Dalam: Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T., Wiknjosastro, G.H., penyunting. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Ed. 4, Cet.
2.Jakarta : PT Bina Pustaka; 2009: 774-780
Aritonang, E., 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil,Bogor : IPB Press diakses dari http://mmr.umy.ac.id/wp content/uploads/2017/11/Gizi-pada-Ibu-Hamil.pdf pada 4 maret 2019 Cunningham dan Garry F. Obstetri Williams Edisi 21 Vol 2 [Hartono et al., trans]. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006. Fitriana, diah ayu. 2016. Gizi seimbang ibu hamil diakses dari http://gizi.fk.ub.ac.id/giziseimbang-ibu hamil/pada 4 maret 2019 Ilmu kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta:2016: 182-183, 777-778 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil,Bogor : IPB Press diakses dari
http://mmr.umy.ac.id/wpcontent/uploads/2017/11/Gizi-pada-Ibu-Hamil.pdf pada 4 maret 2019 Tambunan V. 2004. Angka kecukupan energi, protein, lemak danserat makanan. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: LIPI. Aritonang, E., 2010.