RENCANA STRATEGI TIM PENANGGULANGAN HIV/AIDS RS NUR HIDAYAH TAHUN 2016 - 2020
JL. IMOGIRI TIMUR KM 11,5 TRIMULYO JETIS BANTUL YOGYAKARTA
1
RENCANA STRATEGI TIM PENANGGULANGAN HIV/AIDS RS NUR HIDAYAH TAHUN 2016-2020
BAB I PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan Sejak kasus HIV/AIDS dilaporkan pertama kali pada tahun 1981, masalah HIV/AIDS
semakin menjadi ancaman global pada berbagai negara di berbagai belahan dunia. Diperkirakan pada tahun 2007, berkisar antara 30 hingga 36 juta orang di dunia menderita HIV. Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan Departemen Kesahatan Republik Indonesia pada tahun 1987, hingga sekarang kasus HIV/AIDS terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah kasus kumulatif hingga tahun 2009 dilaporkan sebanyak 6668 kasus infeksi HIV, 16.964 kasus AIDS dan 3492 orang di antaranya meninggal. Diperkirakan terdapat 7 hingga 8 orang tiap 100.000 penduduk Indonesia menderita AIDS. Status epidemi HIV dan AIDS di Indonesia sudah dinyatakan pada tingkat concentrated epidemic level oleh karena angka prevalensi kasus HIV dan AIDS dikalangan sub populasi tertentu di atas 5%. Hasil Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) tahun 2009 menunjukan angka estimasi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) di kalangan wanita penjaja seks (WPS) langsung 6%, WPS tidak langsung 2%, waria 6%, pelanggan WPS 22%, pasangan pelanggan 7%, lelaki seks lelaki (LSL) 10%, warga binaan 5%, pengguna napza suntik 37%, dan pasangan seks penasun 5%. Saat ini perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. Indonesia berada pada level epidemi HIV terkonsentrasi (concentrated epidemic) kecuali Tanah Papua yang termasuk epidemi HIV yang meluas. Sebagian besar infeksi baru diperkirakan terjadi pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi yaitu pengguna napza suntik, hetero dan homoseksual (WPS, waria). Sejak tahun 2000, prevalensi HIV mulai konstan di atas 5% pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi tertentu. Di Tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat), prevalensi HIV menunjukkan tingkat epidemi yang meluas (generalized epidemic) yaitu lebih besar dari 1% pada masyarakat umum. Hasil estimasi jumlah ODHA di Indonesia tahun 2009 berkisar 142.187 ODHA (97,652 – 187,029). Penggunaan jarum suntik merupakan cara transmisi HIV yang terbanyak (53%) diikuti dengan transmisi heteroseksual (42%). Di Indonesia menurut data Kementerian Kesehatan RI hingga desember2014, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkanberjumlah 65.390. Epidemi HIV menunjukkan pengaruhnya terhadap peningkatan epidemi TB di seluruh dunia yang berakibat meningkatnya jumlah kasus TB di masyarakat. Pandemi HIV merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian TB. Di Indonesia diperkirakan sekitar 3 % pasien TB dengan status HIV positif. Sebaliknya TB merupakan tantangan bagi pengendalian AIDS karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak (49%) pada ODHA. Penanganan penyakit TB dan HIV merupakan komitmen global dan nasional saat ini, dalam upaya mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Kunci keberhasilan program pengendalian TB
2
adalah melalui strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Pengendalian HIV/AIDS sesuai dengan Pedoman Pengendalian HIV 2012.
B.
Sejarah singkat Rumah Sakit Nur Hidayah RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH, disingkat RSNH, didirikan pada hari Ahad kliwon,
tanggal 13 Januari 2008 di Bantul, Yogyakarta. RSNH berkedudukan di Jl. Imogiri Timur Km 11.5 Blawong Trimulyo Jetis Bantul Yogyakarta Indonesia. RSNH adalah kegiatan milik Yayasan Nur Hidayah Mandiri Sejahtera, yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-1114.AH.01.04. Tahun 2009 berkedudukan di Bantul Yogyakarta. Untuk menyelenggarakan kegiatan RSNH, Ketua Yayasan Nur Hidayah Mandiri Sejahtera mengangkat Pengurus RSNH. Dalam penyelenggaraan dan pengembangan RSNH Pengurus dapat bekerjasama dengan pihak lain atas nama Yayasan Nur Hidayah Mandiri Sejahtera yang diatur dalam surat kesepakatan tersendiri. RSNH adalah rumah sakit dengan klasifikasi Rumah Sakit Umum kelas D, diselenggarakan berdasarkan izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia nomor : 445/DP/P.RSU/01/X/2010. RSNH dapat dikembangkan klasifikasinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau pertumbuhan layanan.
C.
Visi, Misi dan Tujuan Visi RSNH adalah “Menjadi Rumah Sakit Islam yang profesional dan terjangkau, pilihan
masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya”. Misi RSNH adalah berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan jasmani dan ruhani masyarakat dengan upaya : 1.
Memberikan pelayanan kesehatan Islami yang cepat, tepat, nyaman, dan bersahabat, mengutamakan kepuasan pelanggan dengan biaya terjangkau
2.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan mengembangkan kegiatan promotif dan edukatif
Tugas RSNH adalah memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna tingkat kedua sesuai standar pelayanan rumah sakit, hukum, etika dan syari`at Islam. Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam pasal 7 (tujuh), RSNH mempunyai fungsi : 1.
Menyelenggarakan pelayanan medik
2.
Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik
3.
Menyelenggarakan pelayanan keperawatan
4.
Menyelenggarakan promosi layanan kesehatan
5.
Menyelenggarakan pelayanan rujukan
6.
Menyelenggarakan pelayanan sosial kesehatan
7.
Menyelenggarakan administrasi umum, keuangan dan layanan pendukung lainnya
8.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan SDI
9.
Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
10. Menerapkan Islamisasi pada seluruh aspek layanan Tujuan diselenggarakannya RSNH adalah : 3
1. Sebagai media ibadah melalui pelayanan kesehatan Islami untuk meraih ridho Allah SWT 2. Terwujudnyanya ketaqwaan,
kesejahteraan
kerja
profesional
dunia dan
akhirat
untuk
berkomitmen
seluruh
karyawan
dengan
pendidikan
melalui yang
berkesinambungan 3. Tercapainya kepuasan pelanggan melalui manajemen yang efektif dan efisien dengan didukung teknologi yang optimal sehingga terselenggara pelayanan kesehatan bermutu tinggi dengan tarif terjangkau 4. Kinerja keuangan yang sehat dan berjangka panjang sehingga memberikan manfaat bagi semua stakeholder Nilai dasar yang dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan rumah sakit adalah : 1.
Ikhlas
: Berbuat sesuatu bukan untuk mendapat pujian dari siapapun, tapi untuk
mencari ridlo dan pahala dari Allah SWT 2.
Profesional : Bekerja dengan cerdas dan trampil sesuai standar profesi, selalu mengikuti perkembangan ilmu terkini
3.
Disiplin : menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu, tepat cara dan tepat guna dengan selalu memperhatikan nilai-nilai agama, norma, etika dan hukum yang berlaku
4.
Jujur : Kesesuaian antara lisan, hati dan perbuatan, tidak berbohong serta tidak melanggar hak orang lain
5.
Bersahabat : Selalu bersikap ramah, sopan, saling hormat dan menghargai
serta
mampu bekerjasama Logo atau lambang RSNH adalah lingkaran dengan bola kristal berwarna hijau dengan di tengahnya ada gambar bulan sabit merah dan huruf NH sebagaimana gambar berikut :
Logo RS Nur Hidayah
Logo atau lambang sebagaimana dimaksud mempunyai makna : 1. Lingkaran melambangkan kesolidan tim untuk melayani ummat 2. Bola kristal berarti kesehatan yang prima 3. Warna hijau melambangkan kenyamanan 4. Bulan sabit merah adalah lambang komitmen untuk pelayanan kesehatan Islam 5. Huruf NH merupakan singkatan dari Nur Hidayah
4
BAB II LAYANAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS RS NUR HIDAYAH
A.
Definisi Penyakit HIV/AIDS. Human Immuno-deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS. Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan gejala penyakit berat karena menurunnya imunitas tubuh yang timbul belakangan akibat infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Dari hasil evaluasi kebanyakan diderita oleh laki-laki, usia produktif (kelompok usia 15-49 tahun). Perilaku yang sangat mendukung penyebaran HIV/AIDS adalah perilaku seksual beresiko dan penggunaan NAPZA suntik dengan jarum saling bergantian.
B.
Jenis Pelayanan Sesuai dengan visi dan misi RS Nur Hidayah yang berusaha memberikan pelayanan yang
terbaik, maka sarana pelayanan pasien HIV/AIDS sudah sesuai dengan standar yang dikehendaki oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Adapun sarana yang tersedia adalah : 1. Poliklinik / IGD Poliklinik / IGD mempunyai peran penting dalam penanggulangan HIV/AIDS. Semua pasien yang diperiksa di poliklinik oleh dokter spesialis atau periksa di IGD, dan dicurigai menderita HIV. Prinsip layanan VCT dan PITC: a) Layanan VCT bersifat sukarela, artinya pasien yang melaksanakan pemeriksaan HIV atas dasar keinginan sendiri dan tanpa paksaan. b) Dalam layanan VCT akan dilakukan proses konseling yang mana merupakan suatu proses diskusi pembelajaran antara konselor dan pasien dalam memahami HIV AIDS beserta resikonya. Tujuan utamanya adalah terjadinya perubahan perilaku beresiko ke arah perilaku yang lebih sehat dan aman. c) VCT mempunyai komponen pelayanan pre tes, testing dan pasca testing. d) Layanan PITC bersifat penawaran yang diberikan kepada pasien untu melakukan pemeriksaan tes HIV atas indikasi gejala penyakitI TBV/AIDS. e) PITC tidak menggantikan VCT, akan tetapi PITC memiliki tujuan untuk pencegahan yang berkesinambungan dan rujukan ke berbagai program layanan lainnya. PMTCT Prinsip layanan: 1. Layanan konseling dan tes HIV diintegrasikan dengan pelayanan KIA sesuai strategi layanan komprehensif berkesinambungan. 2. Petugas dianjurkan menawarkan tes HIV juga bagi pasangan dan melakukan pemeriksaan IMS (inklusif dalam paket layanan ANC terpadu).
5
3. Dalam konseling perlu disampaikan bahwa perempuan dengan HIV yang memutuskan untuk hamil akan menerima ARV seumur hidup. 4. Layanan PMTCT yang komprehensif mencakup kegiatan: a. Layanan ANC terpadu termasuk penawaran tes HIV. b. Diagnosis HIV. c. Pemberian terapi ARV (dilakukan dokter CST/ dokter Interna). d. Persalinan yang aman. e. Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi dan anak. f. Menunda dan mengatur kehamilan. g. Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksasol. h. Pemeriksaan diagnostik HIV pada bayi dan anak.
2. Laboratorium Tes Laboratorium untuk diagnosis HIV/AIDS merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, mempunyai peran penting dalam penanggulangan HIV berkaitan dengan deteksi pasien HIV/AIDS, tes HIV menggunakan rapid tes dengan menggunakan 3 reagen yang berbeda. Pemantauan keberhasilan pengobatan dengan menggunakan CD4, SGOT, SGPT, serta pemeriksaan lain sesuai indikasi.
3. Radiologi Rontgen thorax bukan merupakan persyaratan mutlak yang harus dilakukan dalam menegakkan diagnosis HIV, namun pada keadaan tertentu misalnya bila pasien HIV batuk-batuk lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan, nafsu makan turun, keringat di waktu malam atau kondisi klinis mendukung kearah TB, maka diperlukan pemeriksaan ronsen thorax.
4. Keperawatan Merupakan bagian yang mengelola pasien yang perlu rawat inap di rumah sakit. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi pasien HIV/AIDS atau adanya komplikasi dengan penyakit lain dan munculnya infeksi oportunistik. Rumah sakit memiliki 205 tempat tidur dari berbagai kelas, mulai dari kelas III, kelas II, kelas I dan VIP. Pasien HIV tidak dibedakan dengan pasien lain dalam memilih kelas perawatannya.
5. Pencatatan dan pelaporan/ administrasi dan Unit Rekam medis Merupakan bagian yang mengelola data pasien di rumah sakit. Semua pasien HIV dewasa maupun anak-anak tercatat didalam catatan RR dan rekam medis, dan petugas RR pula yang akan melaporkan semua data pasien HIV/AIDS, IO, yang di rekap ke Dinas Kesehatan Kotamadya Yogyakrta ataupun provinsi, GF.
6. Instalasi Farmasi Merupakan instalasi yang mengelola semua obat-obatan yang ada di rumah sakit, demikian juga dengan Anti Retroviral Therapi (ARV). Ketersediaan ARV dan obat-obat 6
Infeksi Oportunistik (IO) yang berkesinambungan menjamin pasien terlayani atau memperoleh pengobatan yang adekuat.
C.
Sumber daya manusia (SDI) Kemampuan rumah sakit dalam melakukan pelayanan khususnya penanggulangan
HIV/AIDS sangat bergantung pada SDI yang ada. Diperlukan SDI yang terlatih dankomitmen di bidangnya masing-masing. SDI yang berkaitan dengan pelayanan HIV sudah memperoleh pelatihan sesuai dengan unit kerjanya. Pelatihan ini dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota maupun Provinsi maupun Kemenkes RI. Pelatihan meliputi cara tes VCT, PITC, PMTCT, CST, Case Manager, laboratorium, pencatatan dan pelaporan, pengelolaan ARV. Sejumlah tenaga medis (dokter umum maupun dokter spesialis) serta tenaga paramedis telah dilatih penatalaksanaan HIV/AIDS.
D.
Pasien HIV/AIDS Pasien HIV di RS Nur Hidayah tidak hanya berasal dari Bantul dan kota Yogyakarta saja
tetapi juga dari wilayah DIY dan luar DIY. Dari hasil evaluasi kebanyakan diderita oleh laki-laki, usia produktif (kelompok usia 15-49 tahun). Perilaku yang sangat mendukung penyebaran HIV & AIDS adalah perilaku seksual beresiko/heteroseksual, LSL, dan penggunaan NAPZA suntik dengan jarum saling bergantian.
7
BAB III ANALISIS LINGKUNGAN
Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 3.452.390 orang yang terdiri atas 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan. Penduduk Kabupaten Bantul pada tahun 2015 adalah 971.511 jiiwa terdiri atas 490.001 perempuan dan 481.510 laki-laki. Dari hasil estimasi di atas, diketahui bahwa estimasi ODHA tahun 2015 di Kabupaten Bantul ditemukan 35 kasus baru HIV. Jumlah ini lebih baik disbanding tahun 2014 sebanyak 72 penderita HIV. Penderita AIDS tahun 2015 sebanyak 5 kasus, yang semuanya sudah ditangani sesuai tatalaksana penanganan HIV dan AIDS. Angka penemuan kasus di RS Nur Hidayah tahun 2016 adalah 2 dengan hasil HIV reaktif, seluruh pasien dengan HIV reaktif dilakukan rujukan untuk pengobatan. Dengan adanya angka temuan kasus HIV/AIDS ini, RS Nur Hidayah memiliki kesempatan untuk memiliki layanan penanggulangan HIV/AIDS dengan tim yang terlatih dan dokter yang menjadi konselor/CST.
Tujuan 1. Meningkatkan mutu pelayanan Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS di RS Nur Hidayah, sesuai dengan pedoman Depkes RI. 2. Meningkatkan pencatatan dan pelaporan pasien HIV baik dewasa maupun anak-anak. 3. Meningkatkan peran serta petugas dalam pelayanan pasien HIV di Poliklinik , IGD maupun di bangsal rawat inap 4. Menyediakan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan kinerja program 5. Mencegah terjadinya putus obat ARV/Adheren. 6. Memenuhi hak orang HIV dalam pelayanan kesehatan serta menurunkan stigma dan diskriminasi pasien HIV/AIDS.
A. Sasaran 1. 80% dokter umum/dokter spesialis dan paramedis serta petugas non medis memahami hak orang HIV dalam bidang pelayanan kesehatan di RS. 2. 70% petugas kesehatan di rumah sakit terpapar informasi tentang HIV/AIDS. 3. 90% pasien beresiko terpapar informasi HIV dan mengakses layanan HIV. 4. 70% remaja usia 13-18 th terpapar informasi HIV. 5. 60% ibu-ibu dan Pasangan Usia Subur (PUS) terpapar informasi HIV.
B. Kegiatan 1. Penemuan Kasus HIV/AIDS meliputi VCT, PITC, PMTCT. a. Anamnesa pasien suspek HIV/AIDS. b. Pemeriksaan fisik c. Konseling pre tes, tes, pasca tes HIV. d. Edukasi pencegahan penularan HIV 8
e. Pemeriksaan laboratorium tes HIV. 2. Diagnosis HIV/AIDS antara lain: a. Penegakan diagnosis sesuai hasil laboraturium darah. b. Menentukan infeksi oportunistik yang muncul : TB, candidiasis, dermatitis, diare, limfedenopati, sarkoma Kaposi, dan lain-lain. c. Pemeriksaan penunjang yang mendukung HIV. 3. Pengobatan HIV dengan ARV. antara lain: a. Rawat jalan diantaranya: 1) Edukasi pasien. Memberikan informasi cara minum obat yang baik dan benar, dan gejala yang timbul akibat efek samping obat 2) Memberikan obat kepada pasien 3) Menuliskan pencatatan diform-form sesuai dengan aturan yang berlaku 4) Memotivasi pasien untuk bersedia dilakukan pemeriksaan TB. b. Rawat Inap diantaranya: 1) Jika pasien baru dilakukan penatalaksanaan yang sama dengan pasien rawat jalan 2) Obat-obatan HIV pasien baru menggunakan resep dokter 3) Jika pasien lama meneruskan dan mengawasi obat HIV. 4) Memotivasi pasien untuk bersedia dilakukan pemeriksaan TB. 5) Menuliskan pencatatan diform-form sesuai aturan yang berlaku 6) Melaporkan kepada petugas RR tim HIV. 4. Pengobatan HIV/AIDS Pada Keadaan Khusus antara lain: Pasien HIV dengan Kehamilan, Hepatitis Akut, TB, Populasi kunci dan lain-lain diatur sesuai intruksi dokter dan sesuai dengan panduan pengobatan HIVAIDS Nasional. 5. Pemantauan dan Hasil Pengobatan HIV antara lain: a) Monitoring bulanan pasien minum obat/keteraturannya b) Menghubungi pasien jika terlambat periksa dan mengambil obat c) Melakukan pencatatan dan pelaporan diform-form yang tersedia 6. Efek Samping ARV dan Penatalaksanaannya antara lain: Memberitau kemungkinan –kemungkinan efek samping obat dan cara mengatasinya.
C. Analisa SWOT Analisa SWOT merupakan salah satu metode analisi untuk mengidentifikasi faktorfaktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) secara sistematis untuk menentukan pelayanan penanggulangan HIV/AIDS di RS Nur Hidayah. Hasil analisa SWOT tersebut digunakan sebagai acuan pelayanan HIV/AIDS untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunity) serta berusaha meminimalkan kelemahan (Weakness) dan mengatasi ancaman (Threath). Analisa dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja pelayanan tim HIV/AIDS yang berkesinambungan di masa datang. 1. Strength/ Kekuatan : a. Lokasi rumah sakit strategis dan mudah diakses oleh masyarakat 9
b. Jejaring PPK I sudah terbangun dan berjalan baik c. Pihak yayasan dan direksi mempunyai komitmen yang tinggi untuk peningkatan mutu pelayanan dan pengembangan rumah sakit dan mempunyai motivasi keagamaan (Ikhlas) dalam bekerja d. Fasilitas pelayanan dan penunjang semakin lengkap e. Regulasi semakin lengkap dan sesuai standard akreditasi KARS versi 2012 dan standard sertifikasi syariah MUKISI versi 1436 f. Jumlah dokter spesialis memadai dan kompeten. g. Adanya dukungan pemerintah adanya Perda HIV/AIDS. h. Menjadi rujukan dari pelayanan kesehatan lain i. Performance pelayanan relatif bagus j. Kerjasama dengan pihak asuransi dan relasi meningkat secara kuantitatif k. Fasilitas pelayanan dan peralatan medik lengkap Sumber Daya Insani yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan pemerintah (dr.umum, dr. Spesialis, tenaga kesehatan dan non kesehatan lainnya)
2.
Kelemahan/Weakness : a. Belum memiliki SDI yang mengikuti pelatihan HIV/AIDS dan konselor/VCT, PITC dan CST b. Pembinaan jejaring internal dan eksternal HIV/AIDS belum optimal c. Ketepatan waktu praktek dokter spesialis penyakit dalam belum optimal d. Lahan sempit e. Belum memiliki Tim Layanan HIV/AIDS
3.
Peluang : a. Target nasional untuk universal coverage asuransi kesehatan pada 2019 b. Tingginya jumlah penduduk usia produktif (38,5%) c. Semakin meningkatnya jumlah penduduk berpendidikan cukup meningkatkan kesadaran akan kesehatan d. Tumbuh suburnya fasilitas kesehatan tingkat pertama (PPK I) e. Banyaknya perumahan, sekolah dan pesantren di sekitar rumah sakit menimbulkan pasar kolektif f.
Jejaring dengan institusi (sekolah dan pesantren) dan organisasi/rumah sakit islam masih bisa ditingkatkan
g. Adanya
peraturan
perundangan
baik
daerah,
nasional
yang
mendukung
penanggulangan HIV/AIDS. h. Pengembangan pelayanan masih sangat terbuka berdasarkan diferensiasi dan diversifikasi dan pelayanan bersifat promotif dan preventif. i.
Kerjasama dengan relasi (perusahaan, asuransi, pemerintah) masih sangat terbuka
j.
Implementasi kebijakan BPJS dapat dijadikan sebagai upaya efisiensi dan kepastian pelayanan
10
4.
Tantangan/Ancaman: a. Penyebaran HIV/AIDS yang tidak terkendali b. Kelompok beresiko yang semakin besar terutama peredaran narkoba dan seks beresiko c. Adanya rencana perluasan jalan sehingga area parkir semakin sempit d. Kehidupan beragama dan budaya yang kuat menumbuhkan banyak sarana pengobatan tradisional/alternative e. Pertumbuhan kompetitor baik yang telah ada maupun yang segera didirikan f.
Masih banyak umat islam yang enggan berobat ke RS Nur Hidayah
g. Epidemi HIV sangat berpengaruh pada meningkatnya kasus TB h. Terjadi benturan antara program penanggulangan HIV dengan nilai moral i. Upaya masyarakat yang kontra produktif terhadap program penanggulangan HIV j. TB merupakan penyebab utama kematian pada ODHA k. Banyak RS pesaing dengan fasilitas yang lebih memadai di Bantul l. Pasien datang ke RS dalam kondisi jelek karena sistem rujukan belum berjalan optimal.
11
BAB IV STRATEGI
A. Meningkatkan mutu pelayanan pasien 1. Peningkatan mutu diri a. In house training yang diadakan oleh rumah sakit bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten, Kota/Provinsi dan diklat RS Nur Hidayah. b. Mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, Kota/Provinsi c. Melalui Komite Medik, mengingatkan DPJP pasien HIV/AIDS untuk menggunakan acuan diagnosis dan terapi sesuai Pedoman Nasional penanggulangan HIV/AIDS. d. Meminimalkan stigma dan diskriminasi tentang HIV/AIDS. 2. Menempatkan seorang petugas khusus menangani administrasi HIV/AIDS pasien rawat jalan dan rawat inap.
B. Meningkatkan jejaring internal dan eksternal. 1. Menggiatkan pertemuan-pertemuan dengan unit terkait diluar aktifitas rutin. 2. Meningkatkan komunikasi informasi edukasi (KIE) secara terus menerus untuk mengurangi perilaku beresiko remaja maupun ibu rumah tangga. 3. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan HIV/AIDS.
C. Perbaikan Sarana 1. Menyediakan klinik khusus HIV/AIDS sesuai dengan kriteria klinik. 2. Menyediakan sarana informasi tentang HIV : leaflet, banner, penyuluhan dengan desa setempat
12
BAB V MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan dalam rangka memantau dan menilai hasil implementasi rencana strategi dalam penanggulangan HIV/AIDS. Monitoring dilakukan dengan melihat capaian dari tiap indikator target yang dibuat untuk menilai keberhasilan program. Adapun target rencana strategi dan aksi tahun 2017 dalam rangka penanggulangan HIV/AIDS: a. Target tahunan cakupan program di RS Nur Hidayah b. Penyuluhan staff rumah sakit baik medis maupun non medis c. Penyuluhan remaja/ siswa didik d. Penyuluhan ibu-ibu rumah tangga e. Kelompok dukungan sebaya pada ODHA tentang dukungan psikososial. f. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan memonitoring beberapa kegiatan, yaitu monitoring layanan HIV, ART, ibu hamil yang ANC di rumah sakit, IMS. Evaluasi dapat dilakukan setiap 6 bulan dan 1 tahun untuk memberikan arahan rencana strategi di tahun selanjutnya sehingga target dapat terpenuhi.
13
BAB VI PENUTUP
Rencana strategi Penanggulangan HIV/AIDS di RS Nur Hidayah tahun 2017 sangat penting disusun guna menentukan arah strategi Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS di RS Nur Hidayah. Pembahasan dalam rencana strategi ini memuat uraian secara nyata dan sistematis mengenai arah dan pengembangan Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS di RS Nur Hidayah. Penyusunan rencana strategi Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS di RS Nur Hidayah dilakukan agar tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan visi dan misi RS Nur Hidayah. Rencana strategi ini dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan operasional pelayanan khususnya dalam usaha mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS.
14
RINCIAN RENCANA STRATEGI LAYANAN HIV/AIDS TAHUN 2017
NO
KEGIATAN Pembentukan tim layanan
RENCANA Bulan Januari
HIV/AIDS
2017
2
Pelatihan Tim HIV/AIDS
3
1
4
5
BIAYA
KET
Rp 97.500
Snack 15 orang
Insidental
Rp 10.000.000
5 orang
Pelatihan CST, VCT, PITC
Insidental
Rp 5.000.000
1 orang
Pembuatan leaflet dan banner
Bulan Januari
HIV/AIDS
2017
Penyuluhan ke desa sekitar
Bulan Maret
RS Nur Hidayah
2017
Rp 1.500.000
Rp 175.000
Snack 30 orang Gabung dengan
6
Membuat klinik VCT
Bulan Juni 2017
Rp 1.000.000
poli penyakit dalam
Mengetahui,
Bantul, 22 Desember 2016
Direktur
Kasubag Rawat Jalan
Dr. Arrus Ferry, MPH
Erlita Putri, Amd. Fis
15