Reklamasi Pascatambang.docx

  • Uploaded by: Lenaa Natalia Pehere
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Reklamasi Pascatambang.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,638
  • Pages: 15
MAKALAH “REKLAMASI PASCATAMBANG”

OLEH MAGDALENA NATALIA PE HERE 1606100033

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2018

1

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................

1

DAFTAR ISI ...................................................................................................

2

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

3

1.1. Latar Belakang ..................................................................

3

1.2.Rumusan Masalah .............................................................

3

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................

3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

4

2.1 Pengertian Reklamasi ........................................................

4

2.2 Istilah-Istilah Dalam Kegiatan Reklamasi .........................

5

2.3 Sasaran dan Perencanaan Kegiatan Reklamasi lahan .......

5

2.4 Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi Lahan ...........................

6

2.5 Tahapan Reklamasi ...........................................................

8

2.6 Kegiatan Reklamasi Khusus...............................................

10

2.7 Tataguna Lahan Pascatambang ..........................................

13

BAB III PENUTUP .......................................................................................

14

3.1 Kesimpulan ........................................................................

14

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

15

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi terutama berdampak terhadap air tanah dan air permukaan, berlanjut secara fisik perubahan morfologi dan topografi lahan. Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim mikro yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi tandus atau gundul. Mengacu kepada perubahan tersebut perlu dilakukan upaya reklamasi. Selain bertujuan untuk mencegah erosi atau mengurangi kecepatan aliran air limpasan, reklamasi dilakukan untuk menjaga lahan agar tidak labil dan lebih produktif. Akhirnya reklamasi diharapkan menghasilkan nilai tambah bagi lingkungan dan menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Bentuk permukaan wilayah bekas tambang pada umumnya tidak teratur dan sebagian besar dapat berupa morfologi terjal. Pada saat reklamasi, lereng yang terlalu terjal dibentuk menjadi teras-teras yang disesuaikan dengan kelerengan yang ada, terutama untuk menjaga keamanan lereng tersebut. Berkaitan dengan potensi bahan galian tertinggal yang belum dimanfaatkan, diperlukan perhatian mengingat hal tersebut berpotensi untuk ditambang oleh masyarakat atau ditangani agar tidak menurun nilai ekonominya.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Reklamasi? 2. Apa Sasaran Dan Perencanaan Kegiatan Reklamasi Lahan? 3. Bagaimana Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi Lahan?

1.3 Tujuan Tujuan Penulisan Makalah Ini adalah : 1. Mengetahui Pengertian, Sasaran Dan Perencanaan Kegiatan Reklamasi Lahan 2. Mengetahui Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi Lahan

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reklamasi Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan negara yang menginginkan kelestarian sumberdaya alam. Oleh sebab itu, sumberdaya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup manusia kini, maupun untuk generasi yang akan datang (Arif, 2007).

2.2 Istilah-Istilah Dalam Kegiatan Reklamasi Lahan 

Penambangan ialah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dilakukan baik secara manual maupun mekanis yang meliputi pemberaian, pemuatan, pengangkutan dan pemimbunan.



Tambang permukaan ialah usaha penambangan dan penggalian bahan galian yang kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan udara terbuka.



Reklamasi ialah usaha memperbaiki (memulihkan kembali) lahan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kemampuannya.



Restorasi lahan bekas tambang ialah upaya mengembalikan fungsi lahan bekas tambang menjadi seperi keadaan semula.



Rehabilitasi lahan ialah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak (krisis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.



Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT) ialah usaha memperbaiki (memulihkan), meningkatkan dan mempertahankan kondisi lahan agar dapat berfungsi secara optimal, bai sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.



Revegtasi ialah usaha/kegiatan penanaman kembali pada lahan bekas tambang.

4



Kerusakan lingkungan ialah penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat kegiatan yang memanfaatkan sumber daya alam, melebihi kemampuan tanpa memperhatikan kelestariannya.



Pencemaran lingkungan ialah perubahan kualitas lingkungan sebagai akibat adanya zat beracun baik berupa bahan padat, cair, maupun gas.



Batuan limbah adalah batuan yang tergali dalam proses penambangan tetapi tidak diolah karena tidak atau sedikit mengandung mineral yang dikehendaki.



Teiling adalah bahan hasil dari proses pengolahan bahan galian yang tidak mengandung nilai ekonomis lagi.

2.3 Sasaran Dan Perencanaan Kegiatan Reklamasi Lahan Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia dan biologi seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air tanah oleh bahan beracun dan lain-lain. a. Sasaran Reklamasi Dalam kegiatan reklamasi terdiri dari dua kegiatan yaitu : 

Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya.



Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatannya selanjutnya.

b. Perencanaan Untuk melakukan reklamasi lahan bekas tambang diperlukan perencanaan yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Hal-hal yang harus diperhatikan didalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut : 

Mempersiapkan

rencana

reklamasi

sebelum

pelaksanaan

penambangan 

Luas areal yang direklamasikan sama dengan luas areal penambangan.

5



Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi.



Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak



Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun sampai tingkat yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.



Mengembalikan lahan seperti keadaan semula dan/atau sesuai dengan tujuan penggunaannya.



Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.



Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktifitas penambangan.



Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan agar ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras.



Setelah penambangan maka pada lahan bekas tambang yang diperuntukkan bagi revegetasi, segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang sesuai dengan rencana rehabilitasi dari Departemen Kehutanan dan RKL yang dibuat.



Mencegah masuknya hama dan gulma yang berbahaya.



Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

2.4 Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi Lahan Setiap lokasi pertambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi umumnya merupakan gabungan dari pekerjaan teknik sipil dan teknik vegetasi. Pelaksanaan reklamasi meliputi kegiatan sebagai berikut : 

Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan bentuk lahan (“landscaping”), pengaturan/penempatan bahan tambang kadar rendah (“lowgrade”) yang belum dimanfaatkan.



Pengendalian erosi dan sedimentasi



Pengelolaan tanah pucuk (“top soil”).

6



Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas tambang untuk tujuan lainnya. a.

Persiapan Lahan Dalam kegiatan persiapan lahan ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :  Pengamanan Lahan Bekas Tambang.  Pengaturan Bentuk Lahan.  Pengaturan/Penempatan Low Grade.

b. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Pengendalian erosi merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan selama kegiatan penambangan dan setelah penambangan. Erosi mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur. Untuk mengendalikan erosi dilakukan tindakan konervasi tanah. c. Pengelolaan Tanah Pucuk Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal ini penting karena tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah :  Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sampai endapan bahan galian.  Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya. Timbunan tanah pucuk tidak melebihi dari 2 meter.  Pembentukkan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula. Tanah pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0.15 m.  Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun dianjurkan mengisolasi dan memisahkannya.  Tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk menghindari Pemadatan dan rusaknya struktur tanah.

7

 Bila lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit), perlu dipertimbangkan. d.

Kegiatan Revegetasi Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti : Persiapan penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan penanaman antara lain sebagai berikut : 

Kegiatan pemupukan



Pemilihan jenis tumbuhan



Pengumpulan dan ekstraksi biji



Penyimpanan biji



Persiapan pembenihan

Terdapat beberapa pilihan tentang metoda penanaman kembali dari tumbuhan asli apabila diperlukan. Metoda penanaman yang dipilih akan bergantung pada ukuran dan sifat dari lokasi dan tersedianya jenis tanaman. Beberapa menetapkan pilihan antara lain : Penyemaian langsung, penanaman semaian dan pencangkokan Tingkat keberhasilan dari semua metoda penanaman akan berkurang bila tidak dilakukan pemeliharaan yang baik. Untuk itu perlu dilakukan hal-hal berikut : 

Pemagaran atau perlindungan tiap pohon diperlukan tetapi tidak pada penanaman skala besar. Pemagaran keliling akan memberikan perlindungan terhadap ternak pemakan tunas, lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki. Pagar sementara kurang dapat memberikan perlindungan yang baik untuk jangka waktu yang lama. Pemagaran keliling dilengkapi dengan penahan angin akan meningkatkan keberhasilan program revegetasi.



Hindarkan pengairan yang berlebihan pada daerah yang sudah ditabur dengan biji sampai tiba musim hujan.



Penyiraman semaian harus dikurangi sedikit demi sedikit untuk mencegah ketergantungan yang berlebihan atau terjadinya akar permukaan.



Penggunaan pupuk, tambahan biji atau penyulaman penanaman.

Kerusakan akibat serangga dan kutu adalah hal biasa, khususnya bila program revegetasi menghasilkan tanaman atau rumput-rumputan yang jarang didapati di daerah tersebut.

8

2.5 Tahapan Reklamasi

Ilustrasi Tahapan Reklamasi Beberapa tahapan umum teknis yang dilakukan jika suatu institusi akan melakukan reklamasi yaitu: 

Melakukan penimbunan lahan kemudian menempelkan lapisan tanah yang subur (top soil) di lahan yang akan direklamasi. Bertujuan untuk memberikan lapisan penyubur sehingga memudahkan tanaman untuk tumbuh dan memberikan kekuatan menyangga

9

tanah karena lahan eks tambang umumnya miskin unsur hara, memiliki porositas tinggi dan penyerapan air rendah. 

Tahap perataan lahan (contour leveling). Bertujuan untuk memudahkan penimbunan top soil, menguatkan porositas da menyerap air. Lahan yang kemiringannya sudah diratakan akan memudahkan proses lanjut reklamasi. Pemadatan lapisan tanah untuk menstabilkan lereng ini dilakukan dengan tractor, grader atau bulldozer (sheep foot roller).



Setelah tanah dipadatratakan, maka selanjutnya perlu dibuat saluran drainase untuk mengatur penyaliran.



Proses hydroseeding. Hydroseeding adalah aktivitas penyebaran atau penyemaian lahan reklamasi dengan bibit tanaman perintis (umumnya yang digunakan adalah centrocema) yang sebelumnya telah dicampurkan dengan fertilizer dan aditif lainnya. Penyebaran dilakukan dengan truck hydro seeder. Hydro seeding ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah sehingga tanaman akan mendapatkan lingkungan yang baik. Untuk penanaman pohon, maka dibuatkan lubang tanam untuk anakan dengan dimensi disesuaikan dengan kebutuhan. Media tanam yang diperlukan umumnya adalah tanah top soil, pupuk (kompos) dan fertilizer lainnya. Untuk memperkuat lahan dan mencegah longsor, biasanya ditambahkan jarring (mesh) di selanjang lokasi. Pemilihan pohon cepat tumbuh (sengon, angsana/Pterocarpus Indicus atau akasia/Acacia Mangium) adalah alternative awal untuk merevegatasi lahan eks tambang. Dalam beberapa tahun dengan maintenance yang baik, hampir dapat dipastikan reklamasi akan berjalan bagus.

2.6 Kegiatan Reklamasi Khusus Pelaksanaan reklamasi khusus memerlukan perlakuan tambahan dari teknik reklamasi yang sudah diuraikan dibagian depan. Pelaksanaan reklamasi yang memerlukan perlakuan khusus terjadi pada lahan tambang tertentu. Kegiatan-kegiatan yang perlu reklamasi khusus adalah daerah yang bersifat alkali dan masin, bahan kimia beracun, tumbuhan hama, penanganan batuan limbah, teiling, limbah rumah tangga dan oli serta air tambang asam.

10

a.

Daerah-daerah yang Bersifat Alkali dan Masin Kondisi Alkalinitas dan salinitas biasanya terjadi bersamaan dalam tanah. Lapisan tanah yang mempunyai sifat salinitas tinggi sering dijumpai pada daerah-daerah pertambangan. Tanah yang mempunyai keasinan tinggi harus diperlakukan sama dengan perlakuan tanah penutup pembentuk asam agar efek perusakannya terhadap pertumbuhan tanaman maupun bagi kualitas air bagian hilirnya dapat dicegah.

b.

Bahan Kimia Beracun Dalam kegiatan pengolahan bahan tambang banyak digunakan bahan kimia. Sedapat mungkin dibuat daftar bahan kimia yang dipergunakan, cara-cara pemusuhannya yang aman terhadap sisa bahan kimia ataupun terhadap wadahnya. Apabila ada keraguan dalam pemusnahan yang aman terhadap bahan-bahan yang berbahaya, hubungan segera pihak-pihak yang berwenang. Buturan sianida tidak boleh ditimbun karena masih mempunyai potensi yang membahayakan selama bertahun-tahun. Apabila kondisi tanahnya tetap kering dan basa. Sisa sinida dan bahan berbahaya lainnya harus dimusnahkan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

c. Tumbuhan Hama Tumbuhan hama mudah sekali tumbuh dan bertahan hidup di daerah yang sedang direklamasi. Hindarkanlah tanah pucuk, searasah, peralatan yang digunakan mengandung bibit tumbuhan hama. Daerah yang sedang dikerjakan jangan sampai menjadi sumber perkembangbiakan tumbuhan hama. d. Batuan Limbah Batuan limbah dalam kegiatan penambangan pada umumnya sangat besar jumlahnya, sehingga lokasi dan teknik penimbunan serta reklamasinya harus direncanakan sedini mungkin. Semua batuan limbah tersebut sedapat mungkin dikembalikan ke tempat asalnya. Apabila tidak memungkinkan maka batuan limbah tersebut harus dibuang pada suatu tempat di luar kegiatan penambangan. e. Teiling Sifat kimia dan fisik teiling sangat bervariasi dan biasanya sulit dimantapkan dan ditanami kembali. Oleh karena itu penelitian geoteknis dan teknis diperlukan agar dan teiling memenuhi kriteria sebagai berikut : 11

Tidak mengakibatkan pencemaran, strukturnya stabil, serasi dengan bentang alam sekitarnya dan mempunyai kapasitas yang cukup untuk menampung seluruh teiling. Sifat kimia dan fisik mineral teiling akan menentukan jenis tumbuhan yang dapat ditanam. Sifat teiling yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman adalah : kurangnya unsur hara penting, konsentrasi logam berat dan garam yang tinggi, jumlah dan jenis organisme mikrobiologi yang kurang, struktur dan tekstur tanah yang membatasi aerasi dan infiltrasi, serta daya absorbsi pada tailing mengakibatkan ketegangan pada tanaman. Pengelolaan teiling dapat dilakukan dengan : (a) Lapisan air permanen. Lapisan air ini akan mencegah terjadinya oksidasi tailing dan mengurangi kemungkinan konsolodasi dari teiling. (b) Cladding, yaitu salah satu pelindung permanen untuk melindungi permukaan teiling dari erosi ngin dimana permukaan atau cara perbaikan lainnya tidak dapat dilakukan. (c) Capping. Dalam hal ini teiling dilapisi dengan clay yang compak atau mineral yang kedap air, kemudian diatasnya dilapiskan tanah yang tidak kedap air. Tanah pucuk selanjutnya dilapiskan kembali pada permukaannya. f. Limbah Rumah Tangga dan Oli Bekas Sebelum dibuang ke perairan umum, limbah cair rumah tangga terlebih dahulu diolah sesuai kondisinya. Limbah pada rumah tangga ditimbun di suatu tempat yang khusus dan diusahakan limbah yang dapat terbakar yang tidak dapat terbakat dipisahkan. Oli bekas ditampung pada tempat-tempat khusus, seperti drum minyak, penangkap oli atau ditanam pada suatu tempat yang konstruksinya manjamin tidak terjadi rembesan oli ke lapisan tanah. g. Air Tambang Asam (ATA) Air tambang asam dapat dikenali dari endapan ferihidroksida didasar aliran dan bau belerang tetapi hal ini tidak selalu terjadi. Sekali ATA terbentuk maka akan sulit dan membutuhkan biaya yang besar untuk menanganinya. ATA seringkali menyebabkan masalah terjadinya logam berat. Untuk pengolahan dan pencegahannya perlu diketahui karakteristik dari penutup tanah atau bahan buangan dan pengetahuan tentang hidrologi di daerah tersebut. Sehingga kemungkinan timbulnya ATA bisa diduga dari material yang berpotensi menghasilkan asam diseleksi dan diisolasi. Apabila

12

diperkirakan akan terjadi ATA maka perlu ada persiapan dalam tahap perencanaan untuk mencegah ATA tersebut. 2.7 Tataguna Lahan Pasca Tambang Lahan bekas tambang tidak selalu dekembalikan ke peruntukan semula. Hal ini tergantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut. Pekembangan suatu wilayah menghendaki ketersediaan lahan baru yang dapat dipergunakan untuk pengembangan pemukiman atau kota. Lahan bekas tambang bauksit sebagai salah satu contoh, telah diperuntukkan bagi pengembangan kota Tanjungpinang

Gambar 1 Reklamasi lahan bekas tambang bauksit untuk pemukiman dan pengembangan kota, Tanjungpinang, Bintan (Rohmana dkk., 2007) Gambar 2 Revegetasi lahan bekas tambang batubara menggunakan tanaman jarak (PT. Berau Coal, 2007) Pemilihan spesies untuk revegetasi terkait juga tataguna lahan pasca tambang. Perkembangan harga minyak bumi akhir-akhir ini, memberikan peluang untuk pengembangan bio-energi, diantaranya dengan pengembangan tanaman jarak pagar untuk menghasilkan minyak. Sebagian lahan bekas tambang telah dicanangkan untuk program pengembangan bio-energi tersebut. Kelebihan jarak pagar adalah selain mampu mereklamasi bekas lahan tambang dalam waktu singkat, tanaman ini juga menghasilkan sumber energi terbarukan biodisel (Soesilo, 2007 dalam Ridwan, 2007).

13

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pada pasca tambang, kegiatan yang utama dalam merehabalitisai lahan yaitu mengupayakan agar menjadi ekosistem yang berfungsi optimal atau menjadi ekosistem yang lebih baik. Reklamasi lahan dilakukan dengan mengurug kembali lubang tambang serta melapisinya dengan tanah pucuk, dan revegetasi lahan serta diikuti dengan pengaturan drainase dan penanganan/pencegahan air asam tambang. Penataan lahan bekas tambang disesuaikan dengan penetapan tataruang wilayah bekas tambang. Lahan bekas tambang dapat difungsikan menjadi kawasan lindung ataupun budidaya. Lahan pasca tambang memerlukan penanganan yang dapat menjamin perlindungan terhadap lingkungan, khsususnya potensi timbulnya air asam tambang, yaitu dengan mengupayakan batuan mengandung sulfida tidak terpapar pada udara bebas, serta dengan mengatur drainase. Bahan galian yang mengandung komoditas masih mempunyai peluang untuk menjadi ekonomis perlu penanganan dan penyimpanan yang baik agar tidak turun nilai ekonominya, serta apabila diusahakan dapat digali dengan mudah. Diupayakan agar tidak ada bahan tambang ekonomis yang masih tertinggal.

14

DAFTAR PUSTAKA

http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-siti1.pdf http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/klorofil/article/download/1233/988 http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=view&ty p=html&id=65046&ftyp=potongan&potongan=S1-2013-283374-chapter1.pdf http://download.portalgaruda.org/article.php?article=12026&val=880

15

Related Documents


More Documents from "Irfansyah Ja"