Refka Deddy Undata.docx

  • Uploaded by: the day
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Refka Deddy Undata.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,526
  • Pages: 8
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSU MADANIPalu Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

REFLEKSI KASUS

DISUSUN OLEH: DEDDY LESMANA MB N 111 17 106

PEMBIMBING: dr. Patmawati, M.Kes, Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RSUD UNDATA PALU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2018

REFLEKSI KASUS PSIKIATRI

IDENTITAS PASIEN Nama

: Tn. SA

Umur

: 45 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: BTN Bumi Roviga D4/19

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Menikah

Pendidikan

: SMA

Tanggal Pemeriksaan

: 3 April 2018

Tempat Pemeriksaan

: RSUD UNDATA Palu

A. DESKRIPSI Seorang pasien Ny.SA datang ke Poli Jiwa RS Undata dengan keluhan merasa ada yang bergerak di dalam kepalanya bagian kiri. Keluhan ini dirasakan sejak tiga tahun yang lalu. Keluhan yang dirasakan seperti ada gerakan tarik menarik pada bagian kepala yang berpindah-pindah dan terus bergerak. Pasien juga merasakan ada yang bergerak di bawah kulit kepalanya. Gejala tersebut dirasakan ketika ada kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi, pasien merasa gelisah atau sedang memikirkan kondisi yang ada di kepalanya. Terkadang pasien merasakan ada yang bergerak pada telinga dan pipinya. Pasien mengeluh masa bodoh terhadap pekerjaannya hingga kadang-kadang seluruh badan terasa bergerak semua tetapi pihak keluarga terus mendukung pasien agar melawan penyakitnya dengan tetap bersosialisasi dengan tetangga sekitar karena terkadang pasien lebih suka berdiam diri di dalam rumah. Pasien mengeluh tidak ada perubahan saat ini. Pasien tidak pernah melihat bayangan atau

mendendengar suara-suara bisikan. Riwayat cedera pada

kepala tidak ada dan pasien mengaku tidak mempunyai riwayat penyakit lain. BAB lancar dan nafsu makan baik.

B. EMOSI TERKAIT Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien dengan terbuka dapat menjelaskan masalahnya dan mau menceritakan keluhan-keluhannya dimana pasien sudah kontrol dan minum obat sejak tiga tahun yang lalu akan tetapi masih memiliki perasaan sama terhadap dirinya. 1. Bagaimana criteria diagnostic gangguan konversi? 2. Bagaimana etiologi gangguan konversi? 3. Bagaimana terapi dan diagnosis bandingnya? C. EVALUASI - Pengalaman baik : Pasien kooperatif selama dilakukannya anamnesis, sehingga data yang diharapkan dapat tergali dengan cukup baik. Selain itu, pasien terlihat nyaman saat dilakukan anamnesis dan berespon baik. - Pengalaman buruk : Pasien tidak dapat menjelaskan secara spesifik masalah dalam keluarga sehingga masih sedikit informasi yang didapatkan. D. ANALISIS Seorang pasien Ny.SA datang ke Poli Jiwa RS Undata dengan keluhan merasa ada yang bergerak di dalam kepalanya bagian kiri. Keluhan ini dirasakan sejak tiga tahun yang lalu. Keluhan yang dirasakan seperti ada gerakan tarik menarik pada bagian kepala yang berpindahpindah dan terus bergerak. Pasien juga merasakan ada yang bergerak di bawah kulit kepalanya. Gejala tersebut dirasakan ketika ada kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi, pasien merasa gelisah atau sedang memikirkan kondisi yang ada di kepalanya. Terkadang pasien merasakan ada yang bergerak pada

telinga dan pipinya. Pasien mengeluh masa

bodoh terhadap pekerjaannya hingga kadang-kadang seluruh badan terasa bergerak semua tetapi pihak keluarga terus mendukung pasien agar melawan penyakitnya dengan tetap bersosialisasi dengan tetangga sekitar karena terkadang pasien lebih suka berdiam diri di dalam rumah. Pasien mengeluh tidak ada perubahan saat ini. Pasien tidak pernah melihat

bayangan atau mendendengar suara-suara bisikan. Riwayat cedera pada kepala tidak ada dan pasien mengaku mempunyai riwayat penyakit tekanan darah tinggi. BAB lancar dan

nafsu makan baik. Pada saat

wawancara dengan pasien didapatkan pasien agak cemas, bicara spontan dan koperatif. Afek sesuai dan mood meningkat. Perokupasi adanya gerakan terutama di kepala dan wajah sebelah kiri seperti gerakan tarikmenarik. Empati dapat diraba rasakan dan taraf pengetahuan sesuai dengan pendidikan. Tilikan derajat IV dan dalam taraf dapat dipercaya. Gangguan konversi adalah gangguan fungsi tubuh yang tidak sesuai dengan konsep terkini mengenai anatomi dan fisiologi system saraf pusat ataupun perifer. Gangguan ini secara khas terdapat saat stress dan menimbulkan disfungsi yang bermakna. DSM-IV-TR mendefinisikan gangguan konversi sebagai gangguan yang ditandai dengan adanya satu gejala neurologis atau lebih (contohnya paralisis, buta, parestesia) yang tidak dapat dijelaskan dengan gangguan medis atau neurologis yang diketahui.

Kotak 14-2 DSM-IV-TR kriteria diagnostic Gangguan Konversi A. Satu atau lebih gejala atau deficit yang mempengaruhi fungsi sensorik atau motorik volunteer yang mengesankan adanya kedaan neurologis atau keadaan medis umum lain B. Faktor psikologis dinilai terkait dengan gejala maupun deficit karena awal atau perburukan gejala atau deficit didahului konflik atau stressor lainnya C. Gejala atau deficit ditimbulkan tanpa disengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau malingering) D. Setelah pemeriksaan yang sesuai, gejala dan deficit tidak dapat benar-benar dijelaskan oleh keadaan medis umum atau efek langsung suatu zat, maupun sebagai perilaku atau pengalaman yang disetujui budaya E. Gejala atau deficit menyebabkan distress yang bermakna secara klinis atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan atau area penting lainnya, atau memerlukan evaluasi medis. F. Gejala atau deficit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan somatisasi, dan sebaiknya tidak disebabkan gangguan jiwa lain

Tentukan tipe gejala atau deficit : Dengan gejala atau deficit motorik

Dengan gejala atau deficit sensorik Dengan bangkitan atau kejang Dengan tampilan campuran Menurut PPDGJ III, gejala utama gangguan disosiatif (konversi) adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara : - ingatan masa lalu - kesadaran identitas dan peng-indera-an segera dan - control terhadap gerakan tubuh.

Untuk diagnosis pasti maka hal-hal di bawah ini harus ada: 

Gambaran klinis di atas



Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejalagejala tersebut



Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan kurun waktu yang jelas dengan problem dan kejadian-kejadian yang stressful atau hubungan interpersonal yang terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh penderita)

Etiologi 

Faktor psikodinamik Menurut teori psikoanalitik, gangguan konversi disebabkan oleh represi konflik-konflik intrapsikik yang tidak disadari dan konversi dari kecemasan ke dalam gejala fisik



Teori pembelajaran Menurut conditioned learning theory, gejala konversi dapat dilihat sebagai perilaku yang dipelajari secara klasik conditioning. Gejalagejala penyakit yang dipelajari sejak masa kanak, akan digunakan sebagai coping dalam situasi yang tidak disukainya



Faktor biologis Pemeriksaan pencitraan otak menunjukkan adanya hipometabolisme di daerah

hemisfer

dominan

dan

hipermetabolisme

di

hemisfer

nondominan, yang berdampak pada terganggunya komunikasi antar hemisfer sehingga menimbulkan gejala konversi

Terapi Resolusi gejala gangguan konversi biasanya spontan. Pada pasien dengan gangguan ini dapat dilakukan psikoterapi suportif berorientasi tilikan atau terapi perilaku. Bila pasien menolak psikoerapi, maka dokter dapat menyarankan bahwa psikoterapi yang dilakukan akan difokuskan pada masalah stress dan bagaimana mengatasinya. Hipnosis, anticemas, dan terapi relaksasi sangat efektif dalam beberapa kasus.

Diagnosis Banding Salah satu masalah utama di dalam mendiagnosis gangguan konversi adalah kesulitan untuk benar-benar menyingkirkan gangguan medis. Gangguan neurologi seperti demensia, penyakit degenetratif lain, tumor otak, dan penyakit ganglia basalis harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding. 

Gangguan Somatisasi



Gangguan buatan dan malingering



Gangguan neurologis

Gangguan Somatisasi Merupakan gangguan yang ditandai dengan banyak gejala somatic yang tidak dapat dijelaskan dengan adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.Kriteria diagnostic DSM-IV-TR: A. Riwayat banyak keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama beberapa periode beberapa tahun dan menyebabkan pencarian terapi atau hendaya fungsi social, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya yang signifikan B. Masing-masing criteria ini harus dipenuhi, dengan setiap gejala terjadi pada waktu kapanpun selama perjalanan gangguan: 1. Empat gejala nyeri : empat tempat atau fungsi yang berbeda 2. Dua gejala gastrointestinal 3. Satu gejala seksual

4. Satu gejal pseudoneurologis C. Baik (1) atau (2) 1. Setelah penelitian yang sesuai, setiap gejala Kriteria B tidak dapat dijelaskan secara utuh dengan keadaan medis umum yang diketahui atau efek langsung suatu zat 2. Jika terdapat keadaan medis umum, keluhan fisik, atau hendaya social dan pekerjaan yang diakibatkan jauh melebihi dari yang diperkirakan dari anamnesis, pemfis dan hasil lab D. Gejala dihasilkan tanpa disengaja atau dibuat-buat

Gangguan Buatan dan malingering Gangguan buatan merupakan gangguan di mana pasien secara sengaja membuat tanda gangguan medis atau jiwa dan salah menunjukkan riwayat serta gejalanya. Kriteria diagnostic DSM-IV-TR: A. Pembentukan atau pembuatan tanda dan gejala fisik atau psikologis yang disengaja B. Motivasi perilaku ini adalah untuk mengambil peran sakit C. Tidak ada dorongan eksternal untuk perilaku ini (seperti keuntungan ekonomi, menghindari tanggung-jawab hokum atau meningkatkan kesejahteraan fisik seperti pada malingering)

Menurut DSM-IV-TR, pernyataan mengenai malingering adalah pembentukan disengaja gejala psikologis atau fisik palsu secara berlebihlebihan yang didorong dengan keuntungan internal seperti menghindari kewajiban

militer,

menghindari

pekerjaan,

mendapatkan

kompensasi

keuangan, menghindari tuduhan kriminal, atau mendapatkan obat. Pada beberapa

keadaan,

malingering dapat

menunjukkan

perilaku

adaptif

contohnya, memalsukan penyakit saat terperangkap musuh diwaktu perang Gangguan neurologis Seperti demensia, dan penyakit degenerative lainnya, tumor otak, dan penyakit ganglia basalis harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding. Contohnya kelemahan dapat dikelirukan dengan miastenia gravis, polimiositis,

miopati didapat, atau sklerosis multiple. Neuritis optic dapat salah didiagnosis sebagai kebutaan gangguan konversi.

E. KESIMPULAN Gangguan konversi adalah gangguan fungsi tubuh yang tidak sesuai dengan konsep terkini mengenai anatomi dan fisiologi system saraf pusat ataupun perifer. Gangguan ini secara khas terdapat saat stress dan menimbulkan disfungsi yang bermakna. DSM-IV-TR mendefinisikan gangguan konversi sebagai gangguan yang ditandai dengan adanya satu gejala neurologis atau lebih (contohnya paralisis, buta, parestesia) yang tidak dapat dijelaskan dengan gangguan medis atau neurologis yang diketahui.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Hadisukanto, Gitayanti,. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Badan Penerbit FKUI : Jakarta. 2013.

2.

Benjamin, JS,. Virginia, AS,. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. 2010.

3.

Rusdi, M,. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III dan DSM-5. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta. 2013.

Related Documents

Deddy Word
November 2019 8
Deddy H
June 2020 5
Refka Dka.docx
June 2020 19
Refka Omfalokel.docx
May 2020 18
Refka Peb.docx
October 2019 30

More Documents from "Siti Rahma Mansur"