BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Saat ini epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia, sedangkan epidemi penyakit menular juga belum tuntas, selain itu semakin banyak pula ditemukan penyakit infeksi baru dan timbulnya kembali penyakit infeksi yang sudah lama menghilang, Sehingga Indonesia memiliki beban kesehatan ganda yang berat. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia memasuki epedemi diabetes melitus tipe II. Perubahan gaya hidup dan urbanisasi nampaknya merupakan penyebab penting masalah ini, dan terus menerus meningkat pada milenium baru ini (PERKENI, 2011). Diabetes melitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan keadaan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (Rendy, 2012). Diabetes melitus terbagi menjadi beberapa tipe yakni diabetes melitus tipe I dan II. Diabetes melitus tipe I merupakan diabetes yang tergantung pada insulin untuk mengatur metabolisme gula dalam darah. Diabetes melitus tipe II merupakan diabetes yang tidak tergantung oleh insulin, penderita diabetes melitus ini biasanya kelebihan berat badan, diabetes melitus
1
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2
tipe II biasanya terjadi pada pasien yang mengalami obesitas, penyebab lain adalah pola makan yang salah, kurang bergerak, stress dan gaya hidup (Sustrani et all, 2010). International
Diabetes
Federation (IDF) mengestimasi prevalensi
diabetes secara global pada tahun 2015 sebesar 8,8% (415 juta orang) dimana 1 dari 11 orang dewasa menderita diabetes dan 12% dari pengeluaran kesehatan global digunakan untuk diabetes. Jika tren ini terus berlanjut maka prevalensi diabetes akan meningkat menjadi 10,4% (642 juta orang) pada tahun 2040. Diketahui jika Cina, India, dan Amerika menduduki posisi tiga teratas negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak, sedangkan Indonesia menempati posisi ke-7 (IDF, 2015).
Kejadian diabetes melitus di Indonesia merupakan terbanyak nomor 3 setelah penyakit stroke dan jantung. Diabetes melitus tipe II menempati lebih 90% kasus di negara maju sedangkan di negara berkembang penderita diabetes melitus tipe II dimana 40 % diantaranya berasal dari masyarakat yang mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern dan banyak yang tidak menyadari mereka penderita diabetes melitus tipe II. Penyakit diabetes melitus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2007 dengan 1,1 % (2.482.063 orang) menjadi 2,1 % (5.216.882 orang) pada tahun 2013. Sedangkan pravelensi diabetes melitus terdiagnosis dokter tertinggi di Yogyakarta sebesar 2,6 % (83.316 orang), DKI Jakarta 2,5% (228.278 orang), Sulawesi utara 2,4% (61.158 orang) dan Kalimantan timur 2,3% (74.344 orang) serta yang terendah di Lampung 0,8% (44.483 orang) (Riskesdas, 2013).
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
3
Menurut Riskesdas Lampung tahun 2013 prevalensi diabetes melitus yang sudah terdiagnosa, maupun gejala sebesar 0,8 % (44.483 orang) tertinggi di kota metro 1,2% (1842 orang) dan prevalensi terendah di Lampung Barat 0,4% (1.150 orang) dan Pringsewu 0,4% (1.517 orang) dan wilayah Lampung Selatan sebanyak 1,1 % (10.458 orang) (Riskesdas, 2013) Kejadian diabetes melitus masuk kedalam 10 besar penyakit di wilayah kerja UPT.
Puskesmas natar dan menduduki peringkat nomor 6 dengan
prevalensi kejadian diabetes melitus pada tahun 2017 sebanyak 368 penderita, berdasarkan menurut usia penderita usia 20-44 tahun sebanyak 157 penderita, usia 45-64 tahun, dan usia >65 tahun sebanyak 59 penderita. Faktor pencetus penyakit diabetes melitus tipe II, antara lain : pola makan yang saat ini menjadi tren seperti mengkonsumsi makanan siap saji, minuman ringan dengan kadar glukosa tinggi dan kurang olahraga. Selain itu karena kesibukan kerja, kebiasaan di depan TV dan komputer dalam waktu yang lama sambil mengkonsumsi makanan ringan menyebabkan orang malas untuk bergerak sehingga orang cenderung mengalami kegemukan, sehingga hal ini dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus (Smeltzer & Bare, 2010). Diabetes melitus yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasikomplikasi kronik, maka untuk mencegah komplikasi yang timbul tersebut diperlukan pengendalian kadar gula darah yang baik. Kontrol kadar gula darah pasien sangat dipengaruhi oleh kepatuhan pasien terhadap diet yang diberikan. Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi diabetes melitus dan berperan penting untuk menstabilkan kadar glukosa darah
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
4
penderita diabetes melitus. Pengaturan makanan sering menyebabkan perubahan pola makan termasuk jumlah makanan yang dikonsumsi bagi pasien diabetes melitus tipe II sehingga dapat menimbulkan dilema dalam pelaksanaan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe II. Suatu penelitian spesifikan mengungkapkan bahwa 75% pasien diabetes melitus tidak mentaati diet yang dianjurkan (Lestari,2011). Diet adalah salah satu upaya dalam pengelolaan diabetes melitus tipe II, ada 4 pilar penting dalam penatalaksanaan diabetes melitus yaitu edukasi, terapi medis/gizi, latihan jasmani dan farmakologi. Diet merupakan terapi utama, maka seharusnya setiap penderita mempunyai sikap positif terhadap diet yang dianjurkan agar tidak terjadi komplikasi dan terkendalinya kadar gula darah. Kepatuhan dalam diet merupakan salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam darah menjadi normal dan mencegah komplikasi. Ketidakpatuhan
pasien
dalam
melakukan
tatalaksana
diabetes
akan
memberikan dampak negatif yang sangat besar meliputi peningkatan biaya kesehatan dan komplikasi diabetes (Soegondo, 2008 dikutip dari Aini et al., 2011). Kepatuhan diet bagi penderita diabetes melitus tipe II terhadap prinsip gizi dan
perencanaan
makan
merupakan
komponen
utama,
keberhasilan
pelaksanaan pengobatan penderita diabetes melitus tipe II. Diet bagi diabetes melitus harus sesuai dengan pola diet pasien diabetes melitus yaitu diet rendah kalori, diet rendah gula dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan penderita diabetes melitus dan sesuai dengan jadwal diet dengan demikian dalam
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
5
membuat aturan makan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi penderita diabetes secara individual. Kunci keberhasilan pengobatan diabetes melitus yaitu penderita harus mematuhi pola diet sesuai dengan kebutuhan. Sehingga glukosa darah terkendali dan
komplikasi lanjut dapat dicegah (Sugiyarti et
al.,2011). Berdasarkan penelitian oleh Rani Febriana tahun 2014 dengan judul Kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II di rawat inap RSUD Sukoharjo didapatkan kepatuhan diet pasien diabetes melitus tipe II tergolong tidak patuh ada 71 orang dan patuh 25 orang. Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p-value =0,015. Berdasarkan hasil dari uji statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa Terdapat hubungan antara kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II di rawat inap RSUD Sukoharjo. Berdasarkan penelitian Mila Dewi Kusuma Ayu dengan judul hubungan kepatuhan diet dengan kadar glukosa darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II di klinik pratama gracia ungaran Kabupaten Semarang, didapatkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden patuh menjalani diet diabetes melitus sebanyak 47 responden (55,3%) dan yang tidak patuh menjalani diet diabetes melitus sebanyak sebanyak 38 responden (44,7%). Sebagian besar responden tinggi kadar glukosa darahnya sebanyak 44 responden (51,8%), normal kadar glukosa darahnya sebanyak 38 responden (44,7%) dan rendah kadar glukosa darahnya sebanyak 3 responden (3,5%). Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square didapatkan nilai (p-value 0,000
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
6
< α =0,05). Maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa da hubungan antara kepatuhan diet dengan kadar glukosa darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II di klinik pratama gracia ungaran Kabupaten Semarang. Berdasarkan fenomena umum yang diuraikan diatas, maka peneliti tetarik untuk meneliti hubungan tingkat kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu pasien diabetes melitus tipe II di UPT. Puskesmas Natar tahun 2018.
B. Rumusan Masalah Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan
kelainan
metabolisme
karbohidrat,
protein,
lemak
dan
berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis dengan di tandainya peningkatan kadar gula darah (Sujono riyadi dan sukarmin, 2013) Kepatuhan dalam diet merupakan salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam darah menjadi normal dan mencegah komplikasi penyakit diabetes melitus. Ketidakpatuhan pasien dalam melakukan penatalaksanaan diabetes melitus akan memberikan dampak negatif yang sangat besar meliputi peningkatan biaya kesehatan dan komplikasi diabetes (Soegondo, 2008 dikutip dari Aini et al., 2011). Berdasarkan kejadian diabetes melitus masuk kedalam 10 besar penyakit di wilayah kerja UPT.
Puskesmas natar kabupaten Lampung Selatan dan
menduduki peringkat nomor 6 dengan prevalensi kejadian diabetes melitus pada tahun 2017 sebanyak 368 penderita.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
7
Berdasarkan fenomena yang diungkapkan dalam latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan tingkat kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu pasien diabetes melitus tipe II di UPT. Puskesmas Natar tahun 2018”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu pasien diabetes melitus tipe II di UPT. Puskesmas Natar tahun 2018. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik distribusi data demografi responden pasien diabetes melitus tipe II di UPT. Puskemas Natar tahun 2018 b. Mengetahui karakteristik distribusi frekuensi kadar gula darah sewaktu pasien diabetes melitus tipe II di UPT. Puskesmas Natar tahun 2018 c. Mengetahui karakteristik distribusi frekuensi Kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus tipe II di UPT. Puskesmas Natar tahun 2018 d. Mengetahui hubungan tingkat kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu pasien diabetes melitus tipe II di UPT. Puskesmas Natar tahun 2018
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
8
D. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe II di UPT. Puskesmas Natar Kabupaten Lampung Selatan. 3. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini merupakan tingkat kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu pasien diabetes melitus tipe II. 4. Lokasi penelitian Penelitian akan dilakukan di UPT. Puskesmas Natar
E. Manfaat penelitian 1. Aplikatif a. Bagi Responden/Keluarga Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi pasien diabetes melitus (responden) ataupun keluarganya mengenai pentingnya patuh terhadap diet diabetes melitus b. Bagi Perawat/Petugas Kesehatan Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan/sebagai kebijakan untuk memberikan edukasi secara kontinyu
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
9
c. Bagi Masyarakat Sebagai informasi bagi masyarakat tentang hubungan kepatuhan diet dengan kadar gula darah pasien diabetes melitus. 2. Bagi Institusi Sebagai referensi dan sebagai bahan bacaan mahasiswa/i di perpustakaan STIKes muhammadiyah Pringsewu dan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian lainnya 3. Bagi Peneliti Sebagai tambahan ilmu pengetahuan sehingga dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai perbandingan agar dapat meneliti dengan variabel yang berbeda selanjutnya.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
10
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Diabetes Melitus 1. Pengertian Diabetes Melitus Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis. Diabetes melitus juga dapat didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemi kronik yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau intensivitas sel terhadap insulin disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah, disertai lesai pada membran basalisdalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Riyadi dan Sukarmin, 2013). Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu suatu hormon yang di produksi pankreas untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Smeltzer & Bare, 2010).
10
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
11
2. Klasifikasi Diabetes Melitus Secara umum pembagian penyakit diabetes didasarkan pada American Diabetes Association (ADA) tahun 2009 dalam Tjokroprawiro tahun 2011, yaitu : a. Diabetes Melitus tipe I (IDDM) Sekitar 5%-10% dari total penderita DM. Pengobatan jenis DM ini tergantung 100% pada insulin, karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin. Sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. DM tipe ini biasa timbul pada anak dan dewas muda. b. Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) DM tipe II merupakan DM yang kebanyakan mengenai penderita dewasa terurtama umur 40 tahun keatas. Pengobatan DM tipe ini tidak tergantung 100% pada insulin. Insulin di prokduksi, tetapi jumlahnya tidak cukup. Sehingga pengobatan dapat menggunakan insulin dibantu dengan obat hipoglikemi oral (OHO) atau OHO saja dan mengatur pola diet pada penderita DM. c. Diabetes Melitus tipe spesifik lain DM tipe ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti defek genetik fungsi sel β, defek genetik aksi insulin, penyakit eksokrin pankreas dan endokrisnopati, di cetuskan oleh obat atau zat kimia, infeksi, bentuk lain pada diabetes yang dipengaruhi imun dan sindrome genetik lain yang dihubungkan dengan diabetes.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
12
d. Diabetes Melitus gestasional (Kehamilan) DM yang timbul pada waktu hamil dimana sebelum hamil tidak menderita diabetes
3. Etiologi Diabetes Melitus Menurut Wijaya dan Yessie tahun 2013, penyebab diabetes melitus adalah : a. Diabetes Melitus tipe I (IDDM) 1) Faktor Genetik/Herediter Peningkatan kerentanan sel-sel β dan perkembangan antibodi autoimun terhadap penghancuran sel-sel β. 2) Faktor infeksi virus Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secaca genetik. 3) Faktor imunologi Respon autoimun → antibodi menyerng jaringan normal yang dianggap jaringan asing. b. Diabetes Melitus tipe II (NIDDM) 1) Obesitas Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh → insulin tersedia menjadi kurang aktif dalam meningkatkan efek metabolik 2) Usia Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun 3) Riwayat keluarga
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
13
4) Kelompok etnik c. Diabetes Melitus tipe lain 1) Penyakit pankreas→ pankreatitis, ca pankreas, dll. 2) Penyakit hormonal → akromegali yang merangsang sekresi sel-sel β sehingga hiperaktif dan rusak. 3) Obat-obatan a) Aloxan, streptozokin → sitotoksin terhadap sel-sel β b) Devirat thiazide → menurunkan sekresi insulin.
4. Patofisiologi Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan uuntuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein. Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia. Penyakit diabetes melitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
14
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air, maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urin yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria makan sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intraseluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel – sel sehingga sel – sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak, dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut polipagia. Terlalu banyak lemak akan dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernafasan, akibatnya bau urin dan nafas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
15
Bagan 2.1 Patofisiologi Diabetes Melitus Menurut Margareth dan Rendy (2012) Diabetes Melitus Tipe I
Diabetes Melitus Tipe II
Reaksi autoimun
Idiopatik, usia, genetik, dll
Sel β pankreas hancur
Jumlah sel β pankreas menurun Defisiensi insulin
Hiperglikemia
Katabolisme protein meningkat
Lipolisis meningkat
Penurunan BB dan polipagi
Glukosuria
Glukoneogenesis meningkat
Diuresis osmotik
Kehilangan Cairan Hipotinik
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gliserol asam lemak bebas meningkat
Kehilangan Elektrolit urine
Ketogenesis
Kekurangan volume cairan Ketoasidosis Ketonuria Polidipsi
Hiperosmolaritas
Coma
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
16
5. Manifistasi Klinis Menurut Wijaya dan Yessie tahun 2013, manifestasi klinis Diabetes Melitus adalah sebagai berikut: a. Keluhan klasik 1) Banyak Kencing (Poliuria) Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari. 2) Banyak minum (polidipsi) Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum. 3) Banyak makan (polifagia) Rasa lapar yang semakin besar sering timbil pada penderita DM karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan. 4) Penurunan berat badan Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
17
darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menhasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
b. Keluhan lain 1) Gangguan syaraf tepi/kesemutan Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam hari, sehingga sulit tidur. 2) Gangguan penglihatan Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan 3) Gatal/bisul Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan dan lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Seringpula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. 4) Gangguan ereksi 5) Keputihan
6. Komplikasi Menurut Sujono dan Sukarmin tahun 2013, komplikasi yang terjadi pada penderita DM, yaitu: a. Komplikasi yang bersifat akut 1) Koma hipoglikemi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
18
Koma hipoglikemia terjadi kerna pemakaian obat-obat diabetik yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk kedalam sel. 2) Ketoasidosis Minimalnya glukosa didalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan mengakibatkan penumpukan residu, pembongkaran bendabenda keton yang berlebihan dan dapat mengakibatkan asidosis. 3) Koma hiperosmolar nonketotik Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel karena banyak diekresi melalui urine. b. Komplikasi yang bersifat kronik 1) Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak. Perubahan
pada
pembuluh
darah
besar dapat
mengalami
atherosklerosis sering terjadi pada DMTII/NIDDM. Komplikasi makroangiopati adalah penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria, dan penyakit vaskuler perifer. 2) Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika, nefropati diabetika, peribahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran diantara
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
19
jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita IDDM/DMTI yang terjadi neuropati, nefropati, dan retinopati. 3) Neuropati diabetika Akumulus orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik syaraf menurun. Kehilangan sensorik menyebabkan penurunan persepsi nyeri. 4) Rentan infeksi seperti TB paru, infeksi saluran kemih dan gingivitis. 5) Kaki diabetik Perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati menyebabkan perubahan pada ekstermitas, sehingga mengurangnya fungsi syaraf sensorik dan dapat menunjang terjadinya trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren.
7. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Wijaya dan Yessie (2013) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan Diabetes Melitus adalah sebagai berikut: a. Kadar glukosa 1) Gula Darah Sewaktu/ Random >200 mg/dl. 2) Gula Darah Puasa/ Nuchter >140 mg/dl. 3) Gula Darah 2 jam PP (Post Pandrial) >200 mg/dl. b. Aseton plasma c. Asam lemak bebas
hasil (+) mencolok. Peningkatan lipid dan kolesterol.
d. Osmolaritas serum (>330 osm/l). e. Urinalisis
Proteinuria, ketonuria, glukosuria.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
20
8. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Menurut Rendy dan Margareth (2012), ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu: a. Diet Syarat diet DM hendaknya dapat: 1) Memperbaiki kesehatan umum penderita 2) Mengarahkan pada berat badan normal 3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa 4) Mempertahankan kadar KGD normal 5) Menekan dan menundan timbulnya angiopati diabetik 6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita. Prinsip diet DM adalah: 1) Jumlah sesuai kebutuhan 2) Jadwal diet ketat 3) Jenis: boleh dimakan /tidak 4) Diet DM yang sesuai dengan paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya b. Latihan 1) Meningkatkan
kepekaan
insulin
(glukosa
uptake),
apabila
dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
21
2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore 3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen c. Penyuluhan Penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM. d. Terapi Farmakologi Terapi farmakologis ini diberikan ketika latihan jasmani dan pengaturan makan tidak menurunkan kadar gula darah. Terapi farmakologis ini terdiri dari suntikan dan obat oral (PERKENI, 2011) : 1) Obat hipoglikemik oral a) Pemicu Sekresi Insulin (1) Sulfonilurea Obat
golongan
ini
mempunyai
efek
utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel β pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang. Namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjur kan penggunaan sulfonilurea kerja panjang.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
22
(2) Glinid Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. b) Peningkat sensitivitas terhadap insulin (1) Tiazolidindion Tiazolidindion (pioglitazon) berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-g), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah
protein
pengangkut
glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas I-IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
23
c) Penghambat glukoneogenesis (1) Metformin Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa
hati
(glukoneogenesis),
disamping
juga
memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada
penyandang
diabetes
gemuk.
Metformin
dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin >1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebro-vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). d) Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose) Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbosetidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan latulens. e) DPP-IV Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan
sekresi insulin dan
menekan sekresi glukagon bergantung kadar glukosa darah
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
24
(glucose dependent).
Contoh
obat
golongan
ini adalah
Sitagliptin dan Linagliptin. Tabel 2.1 Jenis Obat Hipoglikemi Oral Dosis
Nama Generik
Harian
Lama Kerja
Frek
(jam)
(Kali)
24-36
1
-
6-12
2-3
ketersediaan
Sulfonilurea Klorpropamid Tolbutamid
100-500 500-2000
50
Glibenklamid
2.5-20
2.5
12-24
1-2
Glikuidon
30-120
15
10-20
1-3
Repaglinid
1,5-6
1
1-3
Nateglinid
360
120
1-3
24
15-45
24
1
250-3000
500-850
6-8
1-3
150-300
50-100
-
1-3
Sitagliptin
25-100
25,50,100
24
1-3
Saxagliptin
5
5
24
1-3
Glinid
Tiazolidindion Ploglitazon Biguanid Metformin Penghambat α Glukosidase Acarbose DPP-IV
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
25
Kombinasi 1. Glibenclamide+
Mengatur
1,25/250
Metformin
dosis
2,5/500
maksimum
5/500
2. Glimepiride+
masing-
1/250
Metformin
masing
2/500
(Amaryl M)
komponen
(Glucovance)
3. Pioglitazone +
15/500
Metformin
15/850
12-24
1-2
1-2
18-24
1-2
(Ponix-M)
2) Suntikan (Insulin) Menurut Soebagijo dkk
dalam Perkeni (2015) Insulin
diperlukan pada keadaan : a) HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik b) Penurunan berat badan yang cepat c) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis d) Krisis Hiperglikemia e) Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal f) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke) g) Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan h) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat i) Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
26
Jenis dan lama kerja insulin Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni: a) Insulin kerja cepat (rapid acting insulin) b) Insulin kerja pendek (short acting insulin) c) Insulin kerja menengah (intermediate actinginsulin) d) Insulin kerja panjang (long acting insulin) e) Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed insulin). e. Cangkok Pankreas Pendekatan terbaru untuk pancok pankreas adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik.
B. Kadar Gula Darah 1. Pengertian Kadar Gula Darah Kadar glukosa darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas, sehingga hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila kadar glukosa dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat, maka oleh enzim-enzim tertentu glukosa dirubah menjadi glikogen. Proses ini hanya terjadi didalam hati dan dikenal sebagai glikogenesis. Sebaliknya bila kadar glukosa menurun, glikogen diuraikan menjadi glukosa. Proses ini dikenal sebagai glikogenolisis, yang selanjutnya mengalami proses katabolisme menghasilkan energy (dalam bentuk energi STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
27
kimia, ATP). Kadar normal glukosa puasa dalam darah adalah 70 –110 mg/dl (Ekawati, 2012). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes melitus adalah penyakit yang paling menonjo disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Meskipun selain gula darah, selain glukosa kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian hanya tingkat glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin.
2. Mekanisme Pengaturan Gula Darah Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan didalam tubuh. Level glukosa didalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di liver (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glukogenolisis) glukosa dilepaskan kedalam aliran darah hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butirbutir sel di dalam pankreas. hormon ini yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glukogen, proses ini disebut glikogenesis , yang mengurangi level gula darah.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
28
DM tipe I disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin sedangkan DM tipe II disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulinyang dilepaskan (resisten insulin). Kedua jenis ini mengakibatkan terlalu banyak nya glukosa yanng terdapat di dalam darah. Panduan federasi diabetes internasional (IDF) tentang pengelolaan gula darah sesudah makan merekomendasi pasien diabetes untuk mejaga kadar gula darah agar tidak lebih dari >140 mg/dL pada 2 jam sesudah makan . patokan ini dipublikasi pertama kali pada september 2007 di Amsterdam, Belanda. Panduan IDF ini menekan pentingnya menjaga gula darah sesudah makan agar terhindar dari resiko komplikasi diabetes ( Triyono dan Heru (2011). Tempo Interaktif Kesehatan.
3. Cara Mengontrol Kadar Gula Darah Kadar gula darah dapat di kontrol dengan 3 cara yakni menjaga berat badan ideal, diet makanan seimbang dan melakukan olahraga/ latihan fisik. Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga cara tersebut sering kali kurang memadai lagi. Kadar gula darah mungkin tidak terkontrol dengan baik. Pada keadaan yang sepeti inilah baru diperlukan obat anti diabetes (OAD). Jadi, pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan cara diet dan olahraga gula darah belum terkontrol dengan baik.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
29
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula darah a. Pengetahuan Pengetahuan
merupakan
hasil
tahu
dan
terjadi
setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni,indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan unsur
penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan
seseorang b. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb ahli psikologis sosial, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. c. Kepatuhan Menurut Niven (2012) Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Kepatuhan diet merupakan salah satu kunci keberhasilan
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
30
dalam penatalaksaan penyakit DM. Hal tersebut dikarenakan perencanaan makan merupakan salah satu dari 4 pilar utama dalam pengelolaan DM.
5. Klasifikasi Gula Darah Kadar gula darah menurut perkeni tahun 2015 adalah: a. Gula darah sewaktu/ random
: >200mg/dL
b. Gula darah puasa/ nuchter
: >140 mg/dL
c. Gula darah 2 jam PP (post prandial)
: >200mg/dL
Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl) (Sumber: Perkeni, 2015) Kadar Glukosa
Bukan
Belum Pasti DM
DM
DM
Kadar Glukosa Darah Plasma Vena
< 100
100-199
>200
Sewaktu
< 90
90-199
>200
Kadar Glukosa Darah Plasma Vena
< 100
100-125
>125
Puasa
< 90
90-99
>100
Darah Kapiler
Darah Kapiler
6. Alat Ukur Gula darah (Glukometer) Glukometer adalah alat untuk melakukan pengukuran kadar glukosa darah kapiler. Alat glukometer dirancang untuk mengukur secara kuantitatif kadar glukosa darah, bisa dipakai secara mandiri oleh pasien di rumah maupun di fasilitas kesehatan. Glukometer terdiri dari meter, lanset dan strip. Untuk memastikan akurasi kerja alat meter glukosa darah, maka setiap
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
31
kali menggunakan periksa nomor kode pada alat sama dengan nomor kode pada tabung strip. Alat glukometer
mempunyai kelebihan yaitu dapat dipakai secara
mandiri oleh pasien di rumah sehingga kadar glukosa darah bisa dipantau dengan cepat, hal ini dapat mencegah atau memperlambat meningkatnya komplikasi diabetes. Volume darah yang dibutuhkan relatif sedikit yaitu +0,3 – 10 μl, sampel yang digunakan dapat berupa darah kapiler, vena, arteri dan neonatus darah serta waktu yang diperlukan juga relatif singkat yaitu sekitar 30 detik. Waktu pengecekan yang paling tepat adalah pagi hari sebelum sarapan pagi, sehingga hasilnya akan lebih akurat. Masing-masing strip terdapat waktu kadaluwarsa ,untuk itu sebaiknya digunakan sebelum waktu kadaluwarsa.
Langkah-langkah menggunakan alat glukometer sebagai berikut: a. Pasang dua baterai CR2032 3V pada alat dengan posisi tanda positif menghadap ke atas. b. Hidupkan alat GlucoDr Biosensor dengan menekan tombol power. Symbol strip akan berkedip-kedip dan tulisan (code) serta angka akan muncul. Periksa nomor kode pada alat sama dengan nomor kode pada tabung strip. c. Apabila nomer kode tidak sama, maka perlu menekan tombol (C) dan tahan, selanjutnya tekan tombol (∆) dan lepaskan sampai diperoleh
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
32
nomor kode yang sama dengan nomor pada tabung strip. Jika nomor kode alat sudah sama dengan nomor pada tabung strip. d. Pasang strip di lubang alat bagian ujung kanan atas, hingga keluar bunyi “beep” dan muncul gambar “tetesan darah” yang berkedip-kedip. e. Ambil sampel darah dengan jarum lancet yang sudah terpasang pada autoclick (pen lancet). Tempelkan sampel darah pada strip, darah akan otomatis terserap kedalam strip. Pastikan strip terisi penuh. Alat akan segera mengukur dengan menghitung mundur. f. Setelah hasil pengukuran selesai atau mendapatkan hasil yang dibutuhkan, dapat melepas strip dan buang. Ganti strip yang baru untuk melakukan pengukuran selanjutnya. g. Setelah alat tidak digunakan lagi, dapat menekan tombol power atau diamkan alat secara otomatis akan mati sendiri dalam waktu 3 menit. (sumber: All medicus)
C. Konsep Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes R.I, 2011).
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
33
2. Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Burnner & Suddarth (2010) adalah: a. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, status sosial, ekonomi dan pendidikan b. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan kehilangan gejala akibat terapi c. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan d. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, penyangkalan, keyakinan agama, biaya finansial dll.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Menurut Niven (2012) faktor-faktor yang tidak mempengaruhi ketidakpatuhan adalah : a. Pemahaman tentang intruksi Tak seorangpun yang dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan kepadanya. b. Kualitas interaksi Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dengan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan c. Isolasi sosial dan keluarga
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
34
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan program pengobatan yang dapat mereka terima. d. Keyakinan, sikap dan kepribadian Becker et al (1979) dalam Niven (2012) telah membuat suatu usulan bahwa model keyakinan bergunan untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan. e. Periode sakit Periode sakit dapat mempengaruhi kepatuhan. Beberapa penyakit yang tergolong penyakit kronik, banyak mengalami masalah kepatuhan. Lama menderita diabetes melitus tipe II menunjukan durasi waktu sejak diagnosa diabetes melitus tipe II ditegakkan. Menurut Saphiro (2008) dalam Bistara (2015), mengatakan bahwa semakin lama seseorang menderita diabetes melitus maka semakin tinggi ketidakpatuhan dikarenakan program penatalaksanaan yang rumit dan kompleks. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bertalina (2016) yang berjudul hubungan lama sakit, pengetahuan, motivasi pasien dan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pasien diabetes melitus di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung mendapakan hasil uji chi square menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara lama sakit dengan tingkat kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus dengan nilai p-value= 0,709 > α= 0,05.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
35
D. Konsep Diet 1. Pengertian Diet Secara umum diet pada penderita DM adalah mencapai dan mempertahankan kadar gula darah mendekati kadar normal, mencapai dan mempertahankan lemak mendekati kadar yang optimal, mencegah komplikasi akut/kronik dan meningkatkan kualitas hidup (Waspadji, 2007). Sedangkan menurut Merry E. Beck (2012), diet adalah pihan makanan yang lazim dimakan oleh seseorang atau suatu populasi penduduk. Diet seimbang adalah memberikan semua nutrien dalam jumlah yang seimbang tidak terlalu banyak ataupun sedikit.
2. Tujuan Diet Tujuan diet penyakit diabetes melitus menurut Sunita Almatsier (2010), adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara: 1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau exogenous) dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik. 2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum normal. 3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal . 4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien DM yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek,
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
36
dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani. 5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
3. Syarat Diet Diabetes Melitus Menurut Sunita Almatsier (2010), syarat-syarat diet penyakit diabetes melitus adalah: a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg.BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus. b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total. c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total. Dalam bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤300 mg/hari. d. Kebutuhan karbohidrat merupakan sisa dari kebutuhan energi total yaitu 60-70 % e. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
37
glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. f. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sukrosa. Ada 2 jenis gula alternatif yaitu yang bergizi dan tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa sarbitol, manitol, dan silitol, sedangkan gula alternatif tidak bergizi adalah aspartam dan sakarin. Penggunaan fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan akan mempunyai pengaruh laksatif. g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat didalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan serat sehari. h. Pasien DM dengan tekaan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi asupan garam harus dikurangi. i. Cukup vitamin dan mineral.
4. Jenis Diet Diabetes Melitus Diet yang digunakan sebagai bagaian dari penatalaksanaan debiates melitus didikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8 jenis diet diabetes melitus sebgaimana dapat dilihat pada tabel 2.3 Penetapan diet ditentukan oleh
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
38
keadaan pasien, jenis diabetes melitus, dan program pengobatan secara keseluruhan (Sunita Almatsier, 2010)
Tabel 2.3 Jenis Diet diabetes melitus menurut kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat Jenis
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Diet
Kkal
g
g
g
I
1100
43
30
172
II
1300
45
35
192
III
1500
51,5
36,5
235
IV
1700
55,5
36,5
275
V
1900
60
48
299
VI
2100
62
53
319
VII
2300
73
59
369
VIII
2500
80
62
369
Diet I s/d III
: diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diet IV s/d V : diberikan kedapa penderita dengan berat badan normal Diet VI s/d VII: diberikan kepada penderita kurus, DM remaja,DM dewasa muda dan komplikasi
3 tipe diet diabetes melitus menurut Marry E. Beck (2012), yaitu: a. Diet rendah kalori yang bertujuan untuk menurunkan berat badan. b. Diet bebas gula yang digunakan pasien berusia lanjut usia dan tidak memerlukan suntikan insulin. Prinsip diet rendah gula adalah tidak memakan gula dan makanan mengandung gula, mengkonsumsi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
39
makanan sumber hidratarang sebagai bagian dari keseluruhan hidangan secara teratur. c. Sistem
penukar hidratarang, pada sistem ini
disusun untuk
menghasilkan suatu metode pengaturan hidratarang yang tepat dan digunakan pada pasien DM yang mendapatkan suntikan insulin atau obat hipoglikemi oral dengan dosis tinggi.
Bahan Makanan yang dianjurkan Almatsier (2010), adalah sebagai berikut: a. Sumber karbohidrat kompleks, seperti: nasi, roti, mie, kentang, singkong dan sagu b. Sumber protein rendah lemak seperti: ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan c. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup dan dibakar. Bahan makanan yang tidak dianjurkan dibatasi, atau dihindari untuk diabetes melitus menurut Almatsier (2010), adalah sebagai berikut: a. Mengandung banyak gula sederhana, seperti: 1) Gula pasir, gula jawa 2) Sirop, jamu, jeli, buah yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,minuman ringan, dan es krim 3) Kue-kue manis, dodol, dan tarcis. b. Mengandung banyak lemak, seperti: makanan cepat saji (fast food), goreng-gorengan
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
40
c. Mengandung banyak natrium, seperti ikan asin, telur asin, garam dapur, makanan yang diawetkan.
5. Penentuan Jumlah Kalori Diet Diabetes Melitus Menurut Rendy & Margareth (2012), penentuan jumlah kalori diet diabetes melitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BBR =
𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 𝑥 100% TB (CM) − 100
a. Kurus (under weight)
: BBR <90%
b. Normal (ideal)
: BBR 90-110 %
c. Gemuk (over weight)
: BBR >110 %
d. Obesitas
: BBR >120 %
1) Obesitas ringan
: BBR 120-130 %
2) Obesitas sedang
: BBR 130-140 %
3) Obesitas berat
: 140- 200 %
4) Morbid
: BBR >200%
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah: a. Kurus
: BB x 40-60 kalori sehari
b. Normal : BB x 30 kalori sehari
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
41
c. Gemuk
: BB x 20 kalori sehari
d. Obesitas : BB x 10-15 kalor sehari
6. Menu Diet Diabetes Melitus Contoh: Diet DM 1500 kalori Kalori : 1500 kkal Protein : 60 gram Lemak : 40 gram Karbohidrat: 225 gram
Tabel 2.4 Menu Diet Diabetes Melitus 1500 Kalori (Marry E. Beck, 2012) Waktu
Bahan makanan
Menu
Makanan pagi
Roti tawar 4 potong (80g)
Roti isi pindakas
Telur ½ butir (30g)
Telur rebus
Pindakas 1 sdm (10g) Tomat sekehendak
Lalap tomat
Margarin ½ sdm (5 gram) Pukul 10.00
Pepaya 1 potong (100 g)
Pepaya
Makan siang
Nasi 1 gls (130 g)
Nasi
Daging 1 ptg sdg(50g)
Daging bumbu bali
Tempe 2 ptg sdg (50g) Kol sekehendak Tauge sekehendak Bayam ½ gls (50g) Kacang panjang ½ gls (50g) Nanas 1/6 buah sdg (75g)
Nanas
Kacang tanah 1sdm (10 g)
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
42
Makan sore
Kentang 2 biji sedang (200g)
Kentang rebus
Daging 1 ptg sdg (50g)
Daging
Tahu 1 biji sedang (50g)
Tahu tim
Ketimun sekehendak
Selada+ketimun (lalap)
Slada sekehendak
Soup buncis dan wortel
Buncis ½ gls (50g)
Pepaya
Wortel ½ gls (50g) Pepaya 1 ptg sedang (100g) Minyak ½ sdm (5g) Pukul 21.00
Pisang 1 buah sedang (75g)
pisang
Catatatan: Agar menu dapat bervariasi, bahan-bahan makanan diatas dapat ditukar dengan mempelajari cara penukaran bahan makanan.
E. Kerangka Teori Dari uraian diatas kerangka teori ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Teori Diabetes Melitus Tipe II
Penatalaksanaan Diabetes melitus 1. 2. 3. 4. 5.
Faktor yang mempengaruhi : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Kepatuhan
Obat Latihan/Aktivitas Diet Penyuluhan/Pendidikan Cangkok Pankreas
Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien Diabetes Melitus Tipe II Sumber (Rendy & Margareth, 2012)
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
43
F. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah suatu uraian atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati melalui sebuah penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2012) Gambar 2.2 Kerangka Konsep Variabel Dependen: Variabel Independen:
Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien DM Tipe II
Kepatuhan Diet DM
Variabel Perancu: 1. Obat 2. Lama Terpapar DM
G. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari penelitian yang kebenarannya yang masih harus diteliti lebih lanjut (Arikunto, 2010). berdasarkan kerangka konsep tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ha: Ada hubungan tingkat kepatuhan diet dengan Kadar gula darah sewaktu pasien diabetes melitus tipe II di UPT.Puskesmas Natar tahun 2018 Ho : Tidak ada hubungan tingkat kepatuhan diet dengan Kadar gula darah sewaktu pasien diabetes melitus tipe II di UPT.Puskesmas Natar tahun 2018
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013). Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain penelitian analitik bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satu waktu. Pada desain cross sectional peneliti tidak mengikuti responden sampai kurun waktu tertentu karena variabel yang diteliti diukur dalam satuan waktu (Dharma, 2011).
B. Variabel Penelitian Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian (Dharma, 2011). Variabel yang akan diukur pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel independen pada penelitian ini yaitu tingkat kepatuhan diet. Variabel dependen variabel dependen dalam penelitian ini
yaitu kadar gula darah
sewaktu.Variabel perancu dalam penelitian ini yaitu obat dan lama terpaparnya penyakit diabetes melitus.
44
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
45
C. Definisi Operasional Definisi operasional adalah menjelasan variabel yang diteliti kemudian dijadikan indikator untuk mengukur variabel, bagaimana mengukurnya, alat ukur yang digunakan, skala pengukuran dan data hasil pengukuran (Dharma, 2011) Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
Definisi
Alat Ukur
Operasional
Cara
Hasil Ukur
Ukur
Skala Ukur
Variabel dependen 1.
Kadar Gula Kadar
atau Lembar
Mengukur
0.
Ordinal
Darah
banyaknya
observasi dan kadar gula
normal jika 90-
Sewaktu
kandungan
glukometer
200 mg/dL
darah
gula di dalam
1.
sirkulasi darah
Hiperglikemia
dalam tubuh
jika >200 mg/dL
Variabel Independen 2.
Kepatuhan Kepatuhan Diet
Kuesioner
Responden 0. Patuh, jika
diet adalah
mengisi
perilaku
kuesioner
Ordinal
≥ mean 1. Tidak
individu
Patuh, jika
dalam
≤ mean
mematuhi diet dengan anjuran yang disarankan
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
46
Variabel Perancu 1
2
Obat
Mempertahan Lembar
Responden
kan kadar
kuesioner
mengisi
gula darah
karakteristik
Lembar
dalam kisaran responden
kuesioner
Lama
yang normal. Lembar Lama
karakteristik Responden
Terpapar
menderita
kuesioner
responden mengisi
DM
DM
karakteristik
Lembar
menunjuka
responden
kuesioner
n durasi
karakteristik
waktu sejak
responden
0. Minum
Nominal
obat 1. Tidak Minum Obat 0. < 5
Nominal
tahun 1. > 5 tahun
diagnosa diabetes melitus ditegakkan
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan. Jumlah pupulasi penderita dm yang berkunjung di wilayah kerja UPT. Puskesmas natar pada tahun 2017 sebanyak 368 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Siyoto & Ali Sodik, 2015). Sampel sebagian atau mewakili populasi yang
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
47
akan diteliti, sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pasien DM di UPT Puskesmas Natar kabupaten Lampung Selatan. a. Besarnya Sampel Besarnya sampel pada penelitian ini sebanyak responden adapun Sampel minimal kasus ditentukan menggunakan 𝛼
𝑛=
(𝑍1 − 2 )2 𝑥𝑃𝑄 𝑑2
Keterangan: n
: jumlah sampel
Z1-α/2
: Nilai kurva normal pada tingkat kepercayaan (1,64)
P
: Proporsi kadar gula darah tinggi (51,8%)
Q
: 1-P
d
: Tingkat ketepatan yang diinginkan/penyimpangan terhadap populasi (10%) 𝛼
𝑛=
𝑛=
(𝑍1 − 2 )2 𝑥𝑃𝑄 𝑑2
(1,64)2 𝑥0,518 (1 − 0,518) (0,1)2 𝑛=
2,68𝑥0,518𝑥0,482 0,01 𝑛 =67
Jumlah sampel yang dibutuhksan sebanyak 67 sampel.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
48
b. Teknik Sampel Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan dengan pertimbangan tertentu peneliti dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang dilakukan peneliti. c. Kriteria Sampel 1) Kriteria Inklusi a) Penderita diabetes melitus tipe II yang bersedia menjadi responden b) Penderita diabetes melitus tipe II yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar c) Responden dengan riwayat diabetes melitus tipe II yang sudah didiagnosa oleh dokter. 2) Kriteria Eklusi a) Penderita diabetes melitus dengan komplikasi yang tidak memungkinkan untuk dijadikan responden b) Penderita diabetes melitus dengan kondisi tidak memungkinkan c) Tidak bersedia menjadi responden
E. Waktu Dan Tempat Penetilian Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di UPT. Puskesmas Natar kabupaten Lampung Selatan, Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2018.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
49
F. Etika Penelitian Etika penelitian yaitu hak obyek penelitian yang harus dilindungi. Beberapa prinsip etika meliputi:. 1. Self Determinan Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, setelah semua informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan. 2. Informed Consent Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan, peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden sebagai bentuk perlindungan terhadap subjek penelitian dan menghargai hak-hak responden. Setelah peneliti menanyakan kesedian calon responden untuk ikut serta dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti menyerahkan sepenuhnya
kepada
responden.
Setelah
responden
setuju
dan
menandatangani surat persetujuan tersebut, selanjutnya peneliti meminta responden untuk langsung mengisi lembar kuesioner. 3. Beneficience Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin baik bagi responden dan rumah sakit dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien. Selama proses penelitian dengan pengisian kuisioner telah memberikan manfaat berupa kesadaran (awareness) pada responden terhadap keselamatan
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
50
pasien. Ini bermanfaat bagi responden yaitu
memberikan kesadaran
(awareness) dalam pelaksanaan keselamatan pasien. 4. Confidentiality Peneliti tidak mencantumkan nama responden dan hanya menuliskan nama inisial responden pada lembar kuesioner. Peneliti menjamin semua informasi hasil penelitian yang telah terkumpul dari responden. Peneliti menyampaikan kepada responden bahwa data yang didapat dijaga kerahasiaanya, dimana semua data ini akan dimusnahkan ketika data sudah selesai diambil dan dianalisa. 5. Non Maleficience Penelitian tidak memberikan dampak yang membahayakan bagi responden selama proses penelitian berlangsung baik bahaya langsung maupun tidak langsung karena instrumennya berupa kuisioner dan tidak ada perlakuan/ intervensi terhadap responden. Pengisian kuisioner tidak mempengaruhi penilaian kinerja dan karir responden karena peneliti menjamin kerahasiaan responden. 6. Justice Peneliti memperlakukan responden sama, tanpa diskriminasi selama proses penelitian berlangsung. Peneliti memberikan hak- hak responden yang sama berupa hak untuk mendapatkan penjelasan dan informasi, hak untuk bertanya.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
51
7. Protection From Discomfort Peneliti
memberikan
menyampaikan
kesempatan
ketidaknyamanan
kepada
selama
responden
penelitian
yang
untuk dapat
menimbulkan masalah psikologis atau fisik. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka peneliti menjalin hubungan saling percaya dengan responden dengan menjelaskan lembar informed consent serta bila responden merasa kelelahan hendaknya memberitahu peneliti sehingga proses pengumpulan data melalui angket akan ditunda dan akan dilanjutkan sesuai keinginan responden 8. Privacy Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tersebut saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian
G. Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan glukometer. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini dikembangkan oleh peneliti sendiri. Kuesioner terdiri dari karakteristik responden seperti nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan dan kadar gula darah serta 10 pertanyaan yang di format dengan skala likert, masing masing pertanyaan diberi 4 alternatif jawaban yaitu: selalu (setiap hari), sering (4-6 hari seminggu), jarang (1-3 hari seminggu), tidak pernah (tidak pernah dilakukan). Pernyataan terdiri dari bentuk positif dan negatif, untuk pernyataan positif penilaian sebagai berikut: jawaban selalu = 4, sering = 3, jarang = 2,
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
52
tidak pernah = 1. Untuk pernyataan negatif penilaian sebagai berikut: jawaban selalu = 1, sering = 2, jarang = 3, tidak pernah = 4. Glukometer digunakan untuk mengukur kadar gula darah dalam tubuh responden, glukometer yang digunakan yang telah terkalibrasi international yaitu alat pengukur kadar gula darah secara mandiri dengan merk GlucoDr dengan standar nilai normal jika 90-200 mg/dL dan hiperglikemia jika >200 mg/dL. Instrumen penelitian ini harus di ujikan terlebih dahulu sebelum dilakukan penngambilan data responden, terdapat 2 uji instrumen penelitian yaitu :
a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat ukur (kuesioner) untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti. Pengukuran validitas kuesioner dilakukan melalui uji korelasi dengan cara membandingkan antara skor tiap pertanyaan dengan skor total. Teknik korelasi menggunakan pearson product moment (r). Masing-masing nilai signifikaan dari item pertanyaan dibandingkan nilai r tabel pada tingkat kemaknaan 5% jika lebih besar maka item pertanyaan itu valid (suryanto, 2011), kuesioner valid apabila nilai r hasil > r tabel maka pertanyaan tersebut valid (hastono, 2007). Uji validitas kuesioner ini dilakukan di puskesmas tanjung sari kecamatan natar pada minggu ke-1 bulan Mei sampai minggu ke-2 bulan Mei 2018, uji kuesioner ini dilakukan menggunakan program komputer melalui aplikasi SPSS. Uji validitas kuesioner tingkat kepatuhan diet diabetes melitus, cara mengukur dengan mengisi kuesioner dengan teknik
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
53
wawancara, sampel yang dipakai untuk uji validitas yaitu sebesar 15 responden. Berdasarkan pearson product moment (r) pada tingkat kemaknaan 5% maka r tabel sebesar 0,553, maka jika r hasil > r tabel (0,553) maka pertanyaan tersebut dinyakatan valid, begitupun sebaliknya r hasil < r tabel (0,553) maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Uji validitas alat cek gula darah (glukotest) dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat ukur glukotest. cara mengukur validitas alat glukotest dengan cara Tekan tombol power lalu masukan cek strip.Masukan cek strip pada lubang tempat memasukan strip, muncul tulisan OK / E-2.OK berarti alat dalam kondisi baik,E-2 berarti alat dalam kondisi rusak, lepaskan cek strip. Apabila hasil pengecekan sudah muncul,tarik kembali cek strip dan simpan,untuk pengecekan berikutnya.
b. Reliabilitas Pertanyaan kuesioner yang sudah valid lalu di ukur reliabilitasnya. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan lebih dari 1 kali, terhadap pertanyaan yang sama dengan alat ukur yang sama. Kadar gula darah diukur dengan alat pengukur gula darah yang telah terkalibrasi international yaitu alat pengukur kadar gula darah secara mandiri, merk GlucoDr, pada alat glukometer GlucoDr apabila kode yang muncul
di
layar
glukometer
sesuai
dengan kode strip maka alat
glukometer bisa langsung digunakan.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
54
H. Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan lembar kuesioner tentang tingkat kepatuhan diet serta melakukan pengukuran kadar gula darah pada responden.
I. Metode Pengolahan Data Setelah data terkumpul maka pengolahana data tersebut menggunkan langlangkah sebagai berikut: a. Editing Kegiatan ini merupakan bagian kegiatan pemeriksaan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden meliputi: kelengkappan isian, kejelasan jawaban dan tulisan, relevansi jawaban dengan pernyataan isian dan kekonsekuensi. b. Coding Setelah kuesioner di teliti atau diperiksa kembali, selanjutnya dilakukan pemberian kode/ mengelompokkan kategori yang telah ditentukan. Pada variabel kepatuhan di buat code 0= patuh, 1= tidak patuh, sedangkan variabel kadar gula darah sewaktu di buat kode 0= gula darah normal, 1= hiperglikemia c. Entry Data Peneliti memasukkan data atau merekap data kedalam database berdasarkab kode atau kelompok. Data berupa jawaban-jawaban dari
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
55
masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam komputer dalam program SPSS. d. Pembersihan Data (Cleaning) Peneliti memeriksa kembali dan melakukan pembersihan data untuk memastikan apakah variabel data sudah benar atau belum atau untuk mengecek kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan baik dalam pemberian kode ataupun ketidaklengkapan program SPSS. e. Mengeluarkan Informasi Peneliti mengeluarkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan
J. Teknik Analisa Data Data yang telah dikumpulkan akan dilakukan analisa univariat dan bivariat yaitu sebagai berikut: a. Analisa Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel (Notoadmodjo, 2010). Bentuk analisis univariat tergantung jenis datanya. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data katagorik. Analisis data katagorik digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentase setiap variabel yang diteliti yaitu distribusi frekuensi umur, jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, terapi obat, lama terpapar penyakit, kepatuhan diet DM, dan kadar gula dalam darah. Pada penelitian ini pengelolaan data dan analisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi perhitungan statistik SPSS.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
56
b. Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah analisia yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent (sebab) dengan variabel dependent (akibat). Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square. Karena penelitian ini menggunakan data kategorik (variabel kadar gula darah dan variabel kepatuhan diet menggunakan data kategorik). karena menurut hastono (2007) syarat uji chi square adalah variabel independen harus berbentuk kategorik dan variabel dependen berbentuk kategorik. Hasil uji chi square dapat dilihat pada kotak chi square test. Pada penelitian ini menggunakan tabel 2x2 dan hasil chi square test dapat dilihat didalam kolom uji person chi square, karena syarat person chi square tabel 2x2. Perhitungan uji chi square dengan menggunakan program komputer dengan tingkat kepercayaan 95% apabila p-value ≤ α (0,05) Ho ditolak berarti adanya hubungan tingkat kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu pasien DM tipe II, sedangkan jika p-value ≥ α (0,05) Ho dapat diterima berarti tidak ada hubungan tingkat kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu pasien DM tipe II. K. Jalannya Penelitian Langkah–langakah
dalam
penelitian.
Langkah
persiapan
peneliti
melakukan pengajuan beberapa judul penelitian ke Prodi tahap Akademik. Setelah mendapatkan persetujuan dari prodi, peneliti mengajukan beberapa judul kepada pembimbing, kemudian judul yang disetujui adalah hubungan tingkat kepatuhan diet dengan kadar gula darah sewaktu pasien diabetes melitus
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
57
tipe II di UPT.Puskesmas Natar tahun 2018. Mengajukan surat izin pra survei di UPT. Puskesmas Natar, setelah itu melakukan pra survei di UPT. Puskesmas Natar dan melanjutkan penyusunan proposal. Langkah pelakasaan, peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada institusi pendidikan STIKes Muhammadiyah Pringsewu, peneliti mengajukan surat permuhonan izin penelitian kepada UPT. Puskesmas Natar untuk memberikan surat rekomendasi melaksanakan survei. Peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi dan mencari responden yang cocok sesuai dengan sumber data. Sebelum mengambil data, peneliti memperkenalkan diri dan menjelasakan maksud dan tujuan dilakukan penelitian ini dan mengklarifikasi terlebih dahulu kepada calon responden apakah sudah pernah menjadi responden dalam penelitian ini sebelumnya. Jika belum pernah menjadi responden maka responden dicatat dalam daftar responden. Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Selanjutnya peneliti meminta kesedian dan persetujuan responden untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani lembar informed consent. Pada rencana awal penelitian pengambilan data akan dilakukan dengan memberikan kuesioner untuk diisi oleh responden secara langsung dengan jumlah pertanypaan 10 pertanyaan dan diisi selama 15 menit. Namun pada saat penelitian, semua responden tidak bersedia untuk mengisi kuesioner secara mandiri, sehingga pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara berdasarkan kuesioner kepada setiap responden.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
58
Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan dengan dibantu 2 asisten penelitian (enumerator) yang sebelumnya telah dilakukan persamaan persepsi sehingga antara enumerator dengan peneliti memiliki persamaan persepsi seputar penelitian yang dilakukan. Selanjutnya untuk mengetahui kadar gula darah sewaktu maka peneliti menggunakan glukometer untuk mengecek kadar gula darah, setelah terkumpul peneliti mengoreksi kembali apakah data sudah terkumpul sesuai dengan keinginan peneliti dan memenuhi persyaratan penelitian. Kemudian setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data.Terakhir merumuskan kesimpulan dan saran penelitian.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung