Gadar Luka Bakar Fiks Ratih.docx

  • Uploaded by: Maharanigitas
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gadar Luka Bakar Fiks Ratih.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,600
  • Pages: 28
KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMA “LUKA BAKAR”

OLEH : NI KADEK RATIH ASTIYANI KP.10.17.034 TK.2A

PRODI DIII KPEERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IX/UDAYANA 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas ramhat dan karunia-Nyalah serta kerja keras dari penulis, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “LUKA BAKAR ” tepat pada waktunya. Penulis menyadari makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak diantaranya dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. I Gede Putu Arsana, Sp.PD sebagai direktur AKPER KESDAM IX/UDAYANA. 2. Ns. I Kadek Artawan M.Kep sebagai dosen mata kuliah Gawat Daruratan dan Bencana yang mengampu serta pembimbing kami dalam seminar. 3. Teman-Teman yang telah memberi masukan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Akhirnya

penulis

berharap

makalah

ini

dapat

bermanfaat

bagi

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan peningkatan hasil belajar dalam belajar mengenal Luka Bakar . Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis, akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Denpasar,23 Maret 2019.

Penulis.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2.Rumusan Masalah ................................................................................... 3 1.3.Tujuan ..................................................................................................... 3 1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 3 1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 3 1.4.Manfaat .................................................................................................. 4 1.4.1. Manfaat Teoritis ................................................................................ 4 1.4.2. Manfaat Praktis ................................................................................. 4 BAB II KONSEP TEORI 2.1.Pengertian Luka Bakar ............................................................................ 5 2.2.Penyebab Luka Bakar ............................................................................. 6 2.3.Tanda Gejala Luka Bakar........................................................................ 7 2.4.Patofisiologi Luka Bakar......................................................................... 9 2.5.Pemeriksaan Diagnostik Luka Bakar ...................................................... 10 2.6.Penatalaksanaan Kegawatdaruratan ........................................................ 11 BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1.Pengkajian Keperawatan Kegawatdaruratan........................................... 13 3.2Diagnosa Keperawatan............................................................................. 19 3.3.Rencana Keperawatan ............................................................................. 20 BAB IV PENUTUP 4.1.Simpulan ................................................................................................. 22 4.2.Saran ........................................................................................................ 23 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Luka bakar merupakan trauma yang berdampak paling berat terhadap fisik maupun psikologis dan mengakibatkan penderita sepanjang hidup seseorang, dengan angka mortalitas dan morbiditas

yang tinggi. Kegawatan psikologis

memicu suatu keadaan stress pasca trauma atau post traumatic stress disorder (Purwaningsih Lucia Anik & Maria Rosa Elsye, 2010). WHO memperkirakan terjadi 195.000 kematian pertahun disebabkan karena luka bakar.Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahun. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap tahun akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar. Martina dan Wardhana (2013) menunjukkan data dari Burn Unit Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo terdapat 275 pasien selama periode Januari 2011Desember 2012. Jumlah kematian pada pasien dewasa yaitu 93 pasien (33.8%). Diantara pasien yang meninggal, 78% disebabkan oleh api, luka bakar listrik (14%), air panas (4%), kimia (3%),metal (1%) dan menunjukkan penyebab kematian luka bakar yaitu sepsis (42.1%), kegagalan organ multipel (31.6%), systemic inflammatory response syndrome (17.6%), dan acute respiratory distress syndrome (87.6%). Dari data tersebut infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak pada luka bakar (Nugroho Ari Wibowo, 2017). Menurut World Fire Statistics Centre pada tahun 2003 hingga 2005 tercatat negara yang memiliki prevalensi terendah terjadinya luka bakar adalah Singapura sebesar 0,12% per 100.000 orang dan yang tertinggi adalah Hongaria sebesar 1,98%. Menurut Riset Kesehatan Dasar Depkes RI 2007 prevalensi luka bakar di Indonesia tertinggi terdapat di provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Riau sebesar 3,8%.Data dari Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, dalam jangka waktu 5 tahun 2006- 2009 jumlah penderita luka bakar yang dirawatdi perawatan luka bakar adalah 102 kasus, dengan angka kematian

sebanyak 9,2%, dan selama tahun 2010 jumlah kasus yang dirawat sebanyak 88 kasus dengan angka kematian 17,2%. Derajat luka bakar yang paling banyak ditemukan yaitu derajat II a-b dengan 36 kasus atau 46,7% dari seluruh kasus luka bakar yang didapatkan. Persentase luka bakar yaitu luas luka bakar 1-10% sebanyak 37 kasus atau 36,3% dan penyebab yang paling banyak adalah akibat air panas didapatkan 30 kasus dan terbanyak pada kelompok umur 1-10 th dengan 19 kasus (Syuma Adhy Awan, Nurpudji Astuti1, Agussalim Bukhari1, Meta Mahendradatta, 2014). Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan kerusakan pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya. Peningkatan permeabilitas ini mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan intravaskular. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan terjadi akibat penguapan yang berlebihan di derajat 1, penumpukan cairan pada bula di luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya masih terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika lebih dari 20% resiko syok hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda seperti gelisah, pucat, dingin, nadi lemah dan cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi urin.4 kulit manusia dapat mentoleransi suhu 44oC (111oF) relatif selama 6 jam sebelum mengalami cedera termal (Jose L. Anggowarsit, 2014). Pada luka bakar akan terjadi perpanjangan fase inflamasi yang menyebabkan terjadinya proliferasi berlebih akibat aktivasi fibroblast yang tinggi. Sehingga usaha yang utama untuk melakukan pencegahan adalah dengan membantu fase inflamasi lebih singkat, dan flavonoid pada getah pisang diprediksi mampu mempersingkat fase inflamasi tersebut (Nugroho Ari Wibowo, 2017).

1.2.Rumusan Masalah. 1. Apa yang dimaksud dengan luka bakar?. 2. Bagaimana penyebab luka bakar?. 3. Apa tanda gejala dari luka bakar?. 4. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?. 5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari luka bakar?. 6. Bagaimana penatalaksanaan kegawatdaruratan luka bakar?. 7. Bagaimana pengkajian keperawatan kegawatdaruratan pada luka bakar?. 8. Apa diagnose keperawatan dari luka bakar?. 9. Bagaimana rencana keperawatan luka bakar?.

1.3.Tujuan. 1.3.1. Tujuan Umum. Untuk lebih memahami asuhan keperawatan kegawatdaruratan tentang luka bakar dan penatalaksanaan keperawatan luka bakar. 1.3.2. Tujuan Khusus. 1. Untuk mengetahui pengertian dari luka bakar. 2. Untuk mengetahui penyebab dari luka bakar. 3. Untuk mengetahui tanda gejala dari luka bakar. 4. Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar. 5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari luka bakar. 6. Untuk mengetahui penatalaksanaan kegawatdaruratan dari luka bakar. 7. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan kegawatdaruratan dari luka bakar. 8. Untuk mengetahui diagnose keperawatan dari luka bakar. 9. Untuk mengetahui rencana keperawatan dari luka bakar.

1.4.Manfaat. 1.4.1. Manfaat Teoritis. 1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan bidang kesehatan memberi pengetahuan penatalaksanaan dan memberi asuahan keperawatan luka bakar bagi tenaga kesehatan. 2. Sebagai referensi bagi tenaga kesehatan tentang asuahan keperawatan luka bakar. 1.4.2. Manfaat Praktis. 1. Bagi Penulis. Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kegawatdaruratan luka bakar. 2. Bagi Pembaca Sebagai sumber referensi bagi pembaca memahami tentang asuhan keperawatan dan penatalaksanaan kegawatdaruratan luka bakar.

BAB II KONSEP TEORI 2.1.Pengertian Luka Bakar. Luka bakar dapat menyebabkan kerusakan dan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan jaringan kulit, dalam keadaan yang parah dapat menyebabkan gangguan serius pada paruparu, ginjal, dan hati (Anggraeni Lestia & Bratadiredja Marline Abdassah, 2018). Luka bakar merupakan disebabkan oleh panas yang berasal dari api, air, panas, matahari, arus listrik, atau zat-zat kimia tertentu, seperti asam keras atau asam basa keras. Setiap luka bakar yang luas dapat diikuti dengan shock. Baik karena kesakitan atau akibat kehilangan cairan tubuh. Shock terjadi karena cairan tubuh sebagian besar dialirkan ke daerah yang terbakar sehingga volume darah yang mengalir ke otak dan jantung berkurang . pada orang deawasa, luas uka bakar seluas 20% dari luas permukaan tubuh dapat mengakibatkan shock, sedangkan pada anak-anak shock dapat terjadi bila luas luka bakar 10%. Jaringan yang terbakar bisa mati, jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar maka cairan akan merebes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan (Junaidi Iskandar, 2011). Luka bakar merupakan trauma yang berdampak paling berat terhadap fisik maupun psikologis dan mengakibatkan penderita sepanjang hidup seseorang, dengan angka mortalitas dan morbiditas

yang tinggi. Kegawatan psikologis

memicu suatu keadaan stress pasca trauma atau post traumatic stress disorder(Purwaningsih Lucia Anik & Maria Rosa Elsye, 2010). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia , listrik dan radiasi (Musliha, 2010).

2.2.Penyebab Luka bakar. Api adalah penyebab predominan pada pasien yang masuk ke pusat luka bakar, sebagian adalah pasien dewasa. 30% semua luka bakar yang membutuhkan perawatan di rumah sakit karena akibat melepuh dari cairan panas. Luka bakar sebagian besar disebabkan leh melepuh dan api, tetapi juga bisa disebabkan karena terpanjan panas, kimia, listrik, dan radiasi. Tipe-tipe luka bakar: a.

b.

c.

d.

Thermal. a)

Melepuh: cairan panas (air, minyak, minuman, air mandi

b)

Api: bahan dari kain yang mudah terbakar, api unggun.

c)

Kilat: perapian dan ledakan bensin.

d)

Kontak: benda yang terbakar, pakaian yang terkena setrika.

e)

Aspal: pekerjaan yang berhubungan dengan cedera.

f)

Uap: radiator, uap pipa, air panas yang sedang dimasak.

Listrik. a)

Arus listrik bolak balik: peralatan perdagangan.

b)

Arus listrik satu arah: bateri mobil dan lampu senter.

Kimia. a)

Basa: bahan-bahan pembersih, pembersih pipa rumah tangga.

b)

Asam: asam sulfur, asam hidrofluroik.

Radiasi. a)

Terpapar sinar ultra violet (matahari, tanning booth/bahan kimia untuk membuat kulit berwarna kecoklatan) terapi radiasi, radioaktif, dan radiograph.

e. Gesekan. a)

Gesekan dengan jalan ketika kecelakaan sepeda motor (Kurniati Amelia, Trisyani Yanny, 2010).

2.3.Tanda Gejala Luka Bakar. a. Luka bakar derajat I Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial)/epidermal burn. Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema, tidak dijumpai bula, dan terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris teriritasi. Pada hari keempat paska paparan sering dijumpai deskuamasi. Salep antibiotika dan pelembab kulit dapat diberikan dan tidak memerlukan pembalutan. b. Luka bakar derajat II Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat bula dan terasa nyeri akibat iritasi ujung-ujung saraf sensoris. a)

Luka bakar derajat II dangkal/superficial partial thickness merupakan kerusakan jaringan meliputi epidermis dan lapisan atas dermis. Kulit tampak kemerahan, edema, dan terasa lebih nyeri daripada luka bakar derajat I. luka sangat sensitif dan akan lebih pucat jika kena tekanan. Masih dapat ditemukan folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari tanpa sikatrik, namun warna kulit sering tidak sama dengan sebelumnya. Perawatan luka dengan pembalutan, salep antibiotika perlu dilakukan tiap hari. Penutup luka sementara (xenograft, allograft atau dengan bahan sintetis) dapat diberikan sebagai pengganti pembalutan.

b)

Luka bakar derajat II dalam/deep partial thickness merupakan kerusakan jaringan terjadi pada hampir seluruh dermis. Bula sering ditemukan dengan dasar luka eritema yang basah. Permukaan luka berbecak merah dan sebagian putih karena variasi vaskularisasi. Luka terasa nyeri, namun tidak sehebat derajat II dangkal. Folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan jaringan parut. Selain pembalutan dapat juga diberikan penutup luka sementara (xenograft, allograft atau dengan bahan sintetis).

c. Luka bakar derajat III

Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit hingga jaringan subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga warna hitam kering (nekrotik). Terdapat eskar yang merupakan hasil koagulasi protein epidermis dan dermis. Luka tidak nyeri dan hilang sensasi akibat kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Penyembuhan lebih sulit karena tidak ada epitelisasi spontan. Perlu dilakukan eksisi dini untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar derajat II dalam dan luka bakar derajat III. Eksisi awal mempercepat penutupan luka, mencegah infeksi, mempersingkat durasi penyembuhan, mencegah komplikasi sepsis, dan secara kosmetik lebih baik. Derajat keparahan luka bakar: a. Luka bakar ringan a) Luka bakar derajat II <15%. b) Luka bakar derajat II <10% pada anak. c) Luka bakar derajat III <2%. b. Luka bakar sedang a) Luka bakar derajat II <15-25%. b) Luka bakar derajat II >10-20% pada anak. c) Luka bakar derajat III <10%. c. Luka bakar berat a) Luka bakar derajat II ≥25%. b) Luka bakar derajat II ≥20% pada anak. c) Luka bakar derajat III ≥10%. d) Luka

bakar

pada

wajah,

telinga,

mata,

tangan,

kaki,

dan

genetalia/perineum. e) Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, dan disertai trauma lain (Jose L. Anggowarsit, 2014).

2.4.Patofisiologi Luka Bakar Respons tubuh terhadap luka bakar bervariasi pada derajat kerusakan jaringan, kerusakan seluler, perpindahan cairan. Kerusakan pada jaringan luka bakar menyebabkan keluarnya mediator kimia tersebut disertai vasodiatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler, mengakibatkan kebocoran cairan intravascular dan menyebabkan edema. Syok luka bakar sebagian besar sesuai dengan komponen pada patofisiologi luka bakar. Luka termal langsung dapat mengakibatkan perubahan dramatic di dalam mikrosirkulasi, terutama peningkatan permeabilitas kapiler di seluruh tubuh. Syok luka bakar adalah syok hipovolemik dan syok seluler (Kurniati Amelia, Trisyani Yanny, 2010). 24 jam pertama luka bakar Terjadi koagulasi nekrosis dari jaringan lunak `

Mengeluarkan substansi-substansi vasoaktif Peningkatan permeabilitas kapiler dan vasodilatasi Pembentukan edema jaringan dan peningkatan kehilangan cairan

Syok hipovolemik, penurunan cardiac output, syok seluler

18-24 jam berikutnya

Permeabilitas kapiler kembali normal

Ruang ke tiga teratasi

2.5.Pemeriksaan Diagnostik Luka Bakar Pemeriksaan laboratorium

meliputi Hb, Hmt, Gula Darah, Natrium dan

elektrolit, ureum kreatinin, Protein, Urin Lengkap, AGD (PO2 dan PCO2). Pemeriksaan radiologi: Foto thorax, EKG, CVP untuk mengetahui tekanan vena sentral (Musliha, 2010). 1. Laboratorium a. Kadar gas darah arteri menunjukan hipoksia (normal: Dewasa [pH: 7,35-7,45: PCO2:35-45 mmHg: PO2: 75-100 mmHg: HCO3: 24-38 mEq/L: BE: +2 sampai -2 mEq/L: anak [pH7,36-7,44: lainnya sama dengan dewasa)2. b. Hitungan darah lengkap menunjukan penurunanhemoglobin (normal: pria [13,5-18 g/dL], wanita [12-16 g/dL], bayi baru lahir [12-24 g/dL], bayi 6 bulan -5 tahun [10-15 g/dL], 5-14 tahun [11-16 g/dL])2 dan hematokrit (normal: pria [40-5-%], wanita [36-46%], bayi baru lahir [44-65%], anak 1-2 tahun [29-40%], 4-10 tahun [31-43%])2 bila terjadi kehilangan darah. c. Kadar elektrolit abnormal karena kehilangan dan pegerakan cairan d. Ureum nitrogen darah meningkat (normal:dewasa [5-25 mg/dL], bayi [5-15 mg/dL], anak [5-20 mg/dL] menyertai kehilangan cairan. e. Kadar glukosa darah menurun pada anak (normal: puasa [bayi baru lahir: 3080 mg/dL : anak 60-100 mg/dL]: postprandial [anak:<120 mg/dL/2jam])2 karena keterbatasan cadangan glikogen. f. Urinalisis menunjukan mioglobinuria dan hemoglobinuria. g. Kadar karboksihemoglobin meningkat. 2. Prosedur diagnostic a.

EKG dapat menunjukan iskemia, cedera, atau aritmia miokardium, terutama pada luka bakar karena listrik.

b.

Bronkoskopi fiberoptik dapat menunjukan edema jalan nafas (Amin Huda Nurarif, 2015).

2.6.Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Luka Bakar Penanganan pertama sebelum ke rumah sakit dengan menyingkirkan sumber luka bakar tanpa membahayakan penolong, kemudian penatalaksanaan mengikuti prinsip dasar resusitasi trauma: a. Lakukan survei primer singkat dan segera atasi permasalahan yang ditemukan. b. Singkirkan pakaian dan perhiasan yang melekat. c. Jika pernafasan dan sirkulasi telah teratasi, lakukan survei sekunder. a) Airway dan Breathing Managemen airway pada luka bakar penting dilakukan karena jika tidak dilakukan dengan baik akan mengakibatkan komplikasi serius. Kondisi serius yang perlu dicermati adalah adanya cedera inhalasi, terutama jika luka bakar terjadi pada ruang tertutup. Cedera inhalasi lebih jarang terjadi pada ruang terbuka atau pada ruang dengan ventilasi baik. Hilangnya rambut-rambut wajah dan sputum hitam memberikan tanda adanya cedera inhalasi. Pemberian oksigen dengan saturasi yang diharapkan setinggi >90% harus segera diberikan. Pasien dengan luka bakar luas sering membutuhkan intubasi. Stidor dapat dijumpai dalam beberapa jam pada pasien dengan airway stabil seiring dengan terjadinya edema pada saluran nafas. Hatihati dalam penggunaan obat-obat penenang, karena dapat menekan fungsi pernafasan. b) Circulation Akses intravena dan pemberian resusitasi cairan sangat penting untuk segera dilakukan. Lokasi ideal akses pemberian cairan pada kulit yang tidak mengalami luka bakar, namun jika tidak memungkinkan maka dapat dilakukan pada luka bakar. Akses intravena sebaiknya dilakukan sebelum terjadi edema jaringan yang akan menyulitkan pemasangan infus. Pemasangan infus di vena sentral perlu dipertimbangkan jika tidak ada akses pada vena perifer.

Cairan Ringer laktat dan NaCl 0,9% tanpa

glukosa dapat diberikan pada 1-2 akses intravena. Kateter Foley digunakan untuk memonitor produksi urin dan keseimbangan cairan. c) Evaluasi lanjut Selang nasogastic digunakan untuk dekompresi lambung dan jalur masuk makanan. Evaluasi semua denyut nadi perifer dan dinding thoraks untuk kemungkinan timbulnya sindroma kompatermen terutama pada luka bakar sirkumferensial. Observasi menyeluruh terhadap edema jaringan terutama pada ektremitas dan kemungkinan terjadinya gagal ginjal. Elevasi tungkai dapat dilakukan untuk mengurangi edema pada tungkai. Kriteria American Burn Association untuk merujuk ke rumah sakit pusat luka bakar: 1.

Derajat keparahan luka bakar sedang.

2.

Luka bakar derajat III >5% .

3.

Luka bakar derjat II atau III pada wajah, telinga, mata, tangan, kaki, dan genitalia/ perineum .

4.

Cedera inhalasi .

5.

Luka bakar listrik atau petir.

6.

Luka bakar dengan trauma, jika trauma lebih beresiko maka sebaiknya dirujuk ke pusat trauma terebih dahulu.

7.

Penyakit penyerta yang mempersulit managemen luka bakar.

8.

Luka bakar kimia .

9.

Luka bakar sirkumferensial (Kurniati Amelia, Trisyani Yanny, 2010).

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1. Pengkajian Keperawatan Kegawatadaruratan. Pengkajian mencakup pengumpulan informasi subjektif dan objektif (misalkan tanda vital , wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik ) dan peninjauan informasi riwayat pasien yang diberikan oleh pasien/keluarga, atau ditemukan dalam rekam medik. Perawat juga mengumpukan informasi tentang kekuatan pasien/keluarga (untuk mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan risiko (untuk mencegah atau menunda potensi masalah) (Herdman, 2018). a.

Pemeriksaan Primer Menurut Kurniati Amelia, Trisyani Yanny (2010).

1)

Data Subjektif : terdiri dari pernyataan singkat mengenai keluhan utama yang dirasakan pasien luka bakar.

2)

Data Objektif :

a)

Airway dan Breathing Mekanisme Cedera 

Kaji adanya luka bakar yang terjadi pada ruang tertutup yang panas atau terpajan asma pada periode yang lama. Kemungkinan cedera jalan napas lebih besar terjadi pada ruangan tertutup daripada ruangan terbuka.



Pertimbangan adanya racun yang bisa terjadi ketika ada objek yang terbakar pada ruang tertutup.



Kerusakan silia pada saluran jalan napas menyebabkan ketidakmampuan untuk mengeluarkan lendir atau bakteri yang ditujukkan adanya bronchitis tranchea.

Data Pengkajian. Beberapa hal berikut ini bisa muncul berdasarkan penelitian pada cedera inhalasi :  Dyspnea  Suara serak (paru) 

Batuk



Kecemasan. Agitasi



Stridor



Wheezing



Muka terbakar, tanda pada rambut hidung



Adanya sputum yang mengandung karbon

Keracunan Karbon Monoksida Sebagian besar kefatalan yang terjadi di tepat kejadian kebakaran diakibatkan karena aspirasi atau keracunan karbon monoksida. Keracunan karbon monoksida juga sangat penting diatasi segera untuk penyelamatan nyawa dari cedera inhalasi. 

Karbon monoksida mengikat ksigen 200 kali lebih efektif daripada oksigen itu sendiri: hipoksia jaringan terjadi jika hemoglobin tidak mampu mengikat karbon monoksida.



Kulit pasien yang kadar karbon monoksidanya tinggi berwarna merah cherry, tetapi hanya bisa diobservasi pada 50% penderita yang mengalami keracunan karbon monoksida hebat.



Walaupun jumlah oksigen dalam darah menurun, jumlah oksigen larut dalam plasma (PaO2) tidak dipengaruhi oleh keracunan karbon monoksida: hasil analisa gas darah akan tetap normal.



Oksimetri untuk mendeteksi saturasi hemoglobin dan tidak mengukur karbn monoksida, sehingga kadar saturasi oksigen akan terlihat normal.



Kadar serum karbon monoksida harus diperhatikan pada setiap pasienpasien yang berisiko terpapar karbon monoksida selama kebakaran.

Manajemen Keracunan Karbon Monoksida dan Cedera Inhalasi 

Segera berikan oksigen 100% , jika hal tersebut tidak bisa dicapai oleh petugas EMS terutama ketika sampai di IGD.



Jika terjadi gangguan jalan napas, intubasi endotracheal harus dilakukan dan alat-alat untuk mengatasi kesulitan jalan napas harus tersedia.



Intubasi mungkin bisa sangat sulit karena pasien-pasien tersebut mengalami bengkak pada wajah dan hipolaring.

b) Circulation Pengkajian dan perawatan sirkulasi yang adekuat adalah komponen yang penting dalam manajemen luka bakar. Kegagalan dalam melakukan manajemen dapat berdampak langsung untuk terjadinya syok luka bakar. Berikut adalah tindakan untuk menjamin sirkulasi yang adekuat: 1) 

Pastikan akses intravena (IV) Pasang dua jalur IV kateter ukuran besar untuk resusitasi cairan dan manajemen nyeri, melalui jaringan yang tidak terbakar. Akses melalui jaringan luka bakar dimungkinkan jika tidak ada pilihan yang memungkinkan.



Jika tidak bisa diberikan melalui IV kateter perifer, bisa menggunakan vena sentral atau intraosseus.

2)

Pemilihan cairan untuk dewasa adalah larutan Ringer laktat, lihat cairan resusitasi di bawah ini.



Karena anak-anak mengalami penurunan simpanan glukosa, pemberian Ringer laktat harus diganti dengan larutan Dextrose 5% Ringer laktat untuk mencegah hipoglikemi. Untuk alasan tersebut, test gula darah diakukan setiap 4-6 jam selama fase hipermetabolik.

3)

Hindari normal saline untuk resusitasi intravena



Normal saline dapat melalui barrier aliran darah otak.



Penggunaan normal saline dapat menyebabkan perpindahan elektrolit yang menimbukan cedera yang berlebihan.



Penggunaan normal saline dapat menyebabkan peningkatan tekanan intracranial dan berkembangnya kompartemen sindrom yang dapat menyebabkan mrtaitas dan morbiditas yang signifikan.



Monitor kecukupan resusitasi cairan dengan mengukur pengeluaran urine. Target pengeluaran urine pada orang dewasa adalah =0,5 sampai 1 mL/kg per jam: pada anak-anak 1 sampai 1,5 mL/kg per jam.

4)

Kaji adanya pengaruh ketidakcukupan resusitasi cairan



Penurunan volume sirkulasi karena peningkatan permeabiitas kapiler.



Syok dan kegagalan organ, biasanya gagal ginjal akut.

 5)

Risiko terbesar segera pada periode post luka bakar dan lebih dari 24 jam Kaji adanya akibat kelebihan cairan resusitasi



Gangguan aliran darah lokal pada jaringan dan area luka bakar.



Edema yang berlebihan.



Gangguan penggiriman nutrisi.

6)

Monitor stabilitas hemodinamik. Penurunan kardiak output dan penurunan tekanan darah yang berlanjut setelah cedera luka bakar jarang terjadi. Hal tersebut sebagai akibat dari penurunan preload jantung melalui kehilangan cairan ke jaringan luka bakar dan jaringan yang tidak terbakar.



Membaca tekanan darah melalui cuff dan jaringan arteri akan sut dipercaya pada luka bakar sekunder karena vasokontriksi perifer. Jika tidak dikendali, kesalahan interpretasi tekanan darah dapat menyebabkan kelebihan cairan masif karena kelebihan cairan resusitasi.



Pemberian

vasopressor

masih

menjadi

kontroversi

karena

isi

vasokontriksi dalam pengobatan ini yang dapat menyebabkan gangguan aliran darah pada jaringan luka bakar. Pemberian vasopressor tidak direkomendasikan pada fase akut resusitasi lukabakar. Akibat akhir dari redistribusi dalam aliran darah dapat menyebabkan perubahan dari cedera luka bakar kedalaman parsial sampai luka bakar ketebalan penuh. 

Meninggikan area cedera luka bakar daripada jantung, membantu mengurangi edema.

7)

Kaji adanya masalah sirkulasi dan jantung pada pasien dengan cedera luka bakar karena kilat.



Cedera karena kilat biasanya tidak berhubungan dengan kedalaman luka bakar tetapi lebih sering dengan cedera permukaan kulit dan jaringan lunak permukaan kulit. Tetapi bisa mengakibatkan kerusakan jantung dan neurologi yang signifikan.



Kilat pada petir dapat mengakibatkan depolarisasi myocard dan menyebabkan asystole.

c) Disabilitas Tidak seperti pada pasien cedera lainnya , pasien cedera luka bakar biasanya terjaga dan sadar walaupun mengalami luka bakar luas. Jika ada penurunan kesadaran dan gangguan status neurologis , pertimbangkan adanya cedera kepala, penggunaan zat-zat terlarang, keracunan gas monoksida, hipoksia, atau kondisi medis yang mendahului. Lakukan pengkajian neurologi mendalam dan menyeluruh pada pengkajian sekunder jika diperlukan. d) Expsure 

Lepas seluruh perhiasaan dan pakaian begitu sampai IGD .



Selimuti pasien dengan kain bersih dan kering untuk menjaga suhu tubuh. Penurunan integritas kulit dan peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan hipotermi.



Menutupi luka bakar dengan kain bersih kering juga menurunkan nyeri akibat udara pada area luka bakar.



Jangan meletakkan es atau es saline di luka bakar.

b.

Pemeriksaan Sekunder Menurut Kurniati Amelia, Trisyani Yanny (2010).

1)

Data Subjektif

a)

Sign and Symptm: -

b)

Allergy: Kaji riwayat alergi pasien seperti alergi obat, binatang, makanan, dan lingkungan.

c)

Medication: Kaji riwayat pasien penggunaan obat yang digunakan dan penggunaan zat-zat tertentu.

d)

Past Medical History: Kaji riwayat pasien tentang penyakit dahulu.

e)

Las Oral Intake: Kaji riwayat pasien tentang makanan terakhir yang dimakan

f)

Even Leading Injury: Kaji riwayat pasien tentang kejadian dan lingkungan yang berhubungan dengan cedera.

2)

Data Objektif

a)

Pemeriksaan Fisik Fokus (head to toe) Menurut Jose L. Anggowarsit (2014). Rule Of Nine Wallace Pada Dewasa Sebagai Berikut:



Kepala dan Leher

9%



Lengan

18%



Badan Bagian Depan

18%



Badan Bagian Belakang 18%



Tungkai

36%



Genetalia/Perineum

1%



Luas Telapak Tangan

1%

b)

Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium Menurut Kurniati Amelia, Trisyani Yanny, 2010.



Arteri gas darah.



Tingkat karboksihemoglobin.



Hemoglobin dan hematokrit.



Jumlah darah lengkap.



Komponen metabolik dasar.



ECG 12 Lead.



Foto rongent dada.



Comuted tomography dari bagian tulang yang mengalami deformitas.

3.2.Diagnosa Keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan terhadap respons tersebut dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas. Diagnosa keperawatan terdiri masalah kesehatan, menyatakan risiko, dan kesiapan promosi kesehatan (Herdman, 2018). 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pola napas abnormal ditandai dengan ekskursi dada berubah. 2. Kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan nyeri akut dan kemerahan ditandai dengan area panas lokal.

3.3.Rencana Keperawatan Rencana keperawatan adalah penilaian klinis dan pengetahuan, yang dilakukan oleh seorang perawat untuk meningkatkan hasil klien/pasien (Herdman, 2018). a. Prioritas diagnose: Pola Napas Tidak Efektif. b. Perencanaan (intervensi kegawatdaruratan). No

Tujuan

Kreteria Hasil

Intervensi

Rasional

Setelah

1. Irama napas

1. Auskultasi

Diagnosa 1.

diberikan asuhan

2. Pola

keperawatan selama 4x15 menit

efektif

napas

teratur 3. Sesak napas berkurang

diharapkan pola

normal

napas

1. Memperhati

suara napas,

kan

catat adanya

napas

suara

tambahan

tambahan

atau

2. Posisikan

bunyi

bunyi

napas

yang

4. Respirasi

pasien untuk

tidak

dalam

batas

memaksimal

terdengar

normal

(12-

kan ventilasi

20x/menit)

(semi fowler) 3. Monitor

2. Tidurkan dalam posisi duduk tinggi

frekuensi dan

modifikasi

irama

dengan

pernafasan

posisi semi

4. Monitor

fowler.

tekanan

3. Untuk

darah,

nadi,

mendeteksi

suhu,

dan

perubahan

respirasi

kondisi dasar (baseline) mengkaji respon

pasien terhadap terapi,

dan

mencegah atau medeteksi komplikasi 4. Memanta u tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi dalam batas normal.

BAB IV PENUTUP 4.1.Simpulan Luka bakar merupakan disebabkan oleh panas yang berasal dari api, air, panas, matahari, arus listrik, atau zat-zat kimia tertentu, seperti asam keras atau asam basa keras. Setiap luka bakar yang luas dapat diikuti dengan shock. Baik karena kesakitan atau akibat kehilangan cairan tubuh. Shock terjadi karena cairan tubuh sebagian besar dialirkan ke daerah yang terbakar sehingga volume darah yang mengalir ke otak dan jantung berkurang . pada orang deawasa, luas uka bakar seluas 20% dari luas permukaan tubuh dapat mengakibatkan shock, sedangkan pada anak-anak shock dapat terjadi bila luas luka bakar 10%. Jaringan yang terbakar bisa mati, jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar maka

cairan

akan

merebes

dari

pembuluh

darah

dan

menyebabkan

pembengkakan. Tipe-tipe luka bakar: a. Thermal. g) Melepuh: cairan panas (air, minyak, minuman, air mandi. h) Api: bahan dari kain yang mudah terbakar, api unggun. i) Kilat: perapian dan ledakan bensin. j) Kontak: benda yang terbakar, pakaian yang terkena setrika. k) Aspal: pekerjaan yang berhubungan dengan cedera. l) Uap: radiator, uap pipa, air panas yang sedang dimasak. b. Listrik. c) Arus listrik bolak balik: peralatan perdagangan. d) Arus listrik satu arah: bateri mobil dan lampu senter. c. Kimia. c) Basa: bahan-bahan pembersih, pembersih pipa rumah tangga. d) Asam: asam sulfur, asam hidrofluroik. d. Radiasi.

b) Terpapar sinar ultra violet (matahari, tanning booth/bahan kimia untuk membuat kulit berwarna kecoklatan) terapi radiasi, radioaktif, dan radiograph. e. Gesekan. Gesekan dengan jalan ketika kecelakaan sepeda motor. 4.2.Saran Dengan dibuatnya makalah keperawatan kegawatdaruratan “ Luka Bakar” , diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan Luka Bakar . Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang membutuhkannya.

DAFTAR PUSTAKA Amin Huda Nurarif, H. K. (Ed.). (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc (2nd ed.). Jogjakarta: Mediaction Jogja. Anggraeni Lestia & Bratadiredja Marline Abdassah. (2018). REVIEW ARTICLE :

TANAMAN

OBAT

YANG

MEMILIKI

AKTIVITAS

TERHADAP LUKA BAKAR. Farmaka. Bulechek,Gloria M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed.). Singapore: Elsevier Inc. Herdman, T. H. & K. S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC. Jose

L.

Anggowarsit.

(2014).

LUKA

BAKAR

SUDUT

PANDANG

DERMATOLOGI. Jurnal Widya Medika Surabaya, 2. Junaidi Iskandar. (2011). Pedoman Pertolongan Pertama Yang Harus Dilakukan Saat Gawat dan Darurat Medis (1st ed.). Yogyakarta: CV. ANDI OFSET. Kurniati Amelia, Trisyani Yanny, & T. S. I. M. (2010). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy. Singapore: Elsevier Inc. Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) (5th ed.). Singapore: Elsevier Inc. Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat Contoh Askep Dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Nuha Medika. Nugroho Ari Wibowo. (2017). PENGARUH GETAH TUNAS PISANG (Musa paradisiaca var. sapientum) TERHADAP PERKEMBANGAN KOLONI LUKA BAKAR GRADE II PADA MENCIT (mus musculus) STRAIN Balb/c. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. Purwaningsih Lucia Anik & Maria Rosa Elsye. (2010). Respon Adaptasi

Fisiologis dan Psikologis Pasien Luka Bakar yang Diberikan Kombinasi Alternative Moisture Balance Dressing dan Seft Terapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Syuma Adhy Awan, Nurpudji Astuti1, Agussalim Bukhari1, Meta Mahendradatta, & A. B. T. (2014). MANFAAT SUPLEMENTASI EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR ALBUMIN, MDA PADA LUKA BAKAR DERAJAT II. JST Kesehatan, 4, 385 – 393.

Related Documents

Luka Bakar
November 2019 48
Sap Luka Bakar
August 2019 60
Askep Luka Bakar
June 2020 31

More Documents from "pico 24"