PENUAAN SISTEM NEUROLOGIS PADA LANSIA DENGAN PENYAKIT PARKINSON KEPERAWATAN GERONTIK
MAKALAH
oleh Kelompok 1 Riska Wulandari
162310101010
Khusniya Fatin N.
162310101018
Evi Rositah
162310101033
Nadhifah Eriyanti
162310101040
Diah Mei Fita R.
162310101049
Kelas A 2016 Dosen pembimbing: Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019
PENUAAN SISTEM NEUROLOGIS PADA LANSIA DENGAN PENYAKIT PARKINSON KEPERAWATAN GERONTIK
MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Keperawatan Gerontik
oleh Kelompok 1 Riska Wulandari
162310101010
Khusniya Fatin N.
162310101018
Evi Rositah
162310101033
Nadhifah Eriyanti
162310101040
Diah Mei Fita R.
162310101049
Kelas A 2016 Dosen pembimbing: Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Penuaan Sistem Neurologis pada Lansia dengan Penyakit Parkinson Mata Kuliah Keperawatan Gerontik. Tujuan dari penyusunan makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah pengetahuan tentang penuaan sistem muskuloskeletal pada lansia. Selama pembuatan makalah ini banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami haturkan banyak terimakasih kepada: 1. Latifa Aini S., S.Kp., M.Kep., Sp.Kom selaku dosen PJMK mata kuliah Keperawatan Gerontik 2. Hanny Rasni, S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing kelompok 1 mata kuliah Keperawatan Gerontik kelas A 2016 3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Jember, 4 Maret 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL .....................................................................................
i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................
2
1.3 Tujuan ..........................................................................................
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
4
2.1 Definisi .........................................................................................
4
2.2 Epidemiologi .................................................................................
4
2.3 Etiologi .........................................................................................
5
2.4 Klasifikasi ....................................................................................
5
2.5 Patofisiologi ..................................................................................
6
2.6 Faktor Risiko ................................................................................
7
2.7 Manifestasi Klinis.........................................................................
7
2.8 Pemeriksaan penunjang .............................................................
9
2.9 Penatalaksanaan .........................................................................
9
2.0 Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Penyakit Parkinson (Teori)................................................................................................... 12
iv
BAB 3. PEMBAHASAN .................................................................................. 23 3.1 Analisa Jurnal ............................................................................. 23 3.2 Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Penyakit Parkinson (Kasus) ................................................................................................ 26 BAB 4. PENUTUP ............................................................................................ 68 4.1 Kesimpulan .................................................................................. 68 4.2 Saran ............................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69 LAMPIRAN ...................................................................................................... 71
v
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem neurologis saat ini menjadi sumber utama dari kecacatan global. Diantara gangguan neurologis lain yang diperiksa oleh Global Burden of Disease, Injuries, and Risk Factors Study (GBD) 2015, penyakit parkinson adalah penyakit yang paling cepat berkembang dalam prevalensi, kecacatan, dan kematian. Penyakit parkinson termasuk dalam gangguan neurodegeneratif terkait usia yang paling umum terjadi kedua setelah alzheimer. Diperkirakan tujuh hingga 10 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit parkinson. Prevalensinya sendiri mencapai 41 orang per 100.000 pada dekade keempat kehidupan hingga lebih dari 1.900 orang per 100.000 diantara usia 80 keatas dan diperkirakan 4% orang dengan penyakit parkinson didiagnosis sebelum usia 50 tahun serta pria memiliki kesempatan 1,5 kali lebih mungkin menderita penyakit parkinson daripada wanita (Bio News, 2019 dan Dorsey, 2018). Menurut penelitian dari Dorsey (2018) penderita parkinson diperkirakan akan meningkat sebesar 2 kali lipat di tahun 2030 dengan jumlah penderita terbanyak berada di kawasan negara-negara Asia termasuk Indonesia. Jumlah penderita parkinson di Indonesia meningkat setiap tahun sekitar 75 ribu orang bahkan rumah sakit di Indonesia yang menangani khusus parkinson hanya sedikit dan juga tindakan medis serta ketersediaan obat-obatan untuk penderita parkinson di Indonesia masih sangat terbatas (Ratno, 2017). Prevalensi penyakit parkinson yang kian meningkat menandakan insiden penyakit parkinson terkait dengan faktor risiko yang juga meningkat. Penyebab sebagian besar pada kasus penyakit parkinson masih belum diketahui secara pasti, para ilmuan percaya bahwasannya genetika dan lingkungan saling berinteraksi. Faktor gen yang bermutasi dapat meningkatkan risiko terkena parkinson, namun pada sebagian besar kasus tidak ada penyebab genetik primer ditemukan. Faktor lingkungan seperti terpapar pestisida atau logam berat serta cedera kepala yang
2
berulang dapat meningkatkan risiko penyakit parkinson. Faktor risiko yang utama adalah usia karena penyakit parkinson ditemukan lebih banyak pada orang dengan usia diatas 50 tahun (American Parkinson Disease Association, 2017). Parkinson dapat menimbulkan masalah pada fungsi motorik paling umum seperti tremor kekakuan otot, perlambatan gerakan fisik dan bicara (bradikinesia), adanya masalah dengan postur, keseimbangan/koordinasi, wajah instabilitas postural dan demensia. Sedangkan gejala umum penyakit parkinson non-motorik seperti kesulitan tidur, sembelit, sering cemas, depresi, kelelahan. Namun gejalagejala tersebut dapat berbeda-beda tiap orang dan berubah seiring dengan waktu (American Parkinson Disease Association, 2017; Rocca, 2018 dan Tarukbua, 2016). Penyakit parkinson dapat mempengaruhi kualitas hidup dari penderita, membuat interaksi sosial lebih sulit dan bisa memperburuk kondisi keuangan penderita karena biaya medis dan pengobatan yang tergolong mahal (Bio News, 2019). Saat ini di Indonesia terjadi peningkatan jumlah lansia yang menandakan meningkatnya permasalahan penyakit akibat penuaan seperti parkinson karena otak adalah organ yang sangat retan terhadap proses degeneratif atau penuaan. Seiring dengan kinerja otak yang mulai menurun risiko jatuh meningkat dan menyebabkan lansia mengalami keterbatasan untuk beraktivitas dalam sehari-hari, yang pada akhirnya lansia menjadi ketergantungan serta menjadi beban untuk keluarga dan masyarakat. Maka dilakukan berbagai macam kegiatan-kegiatan yang dapat bermanfaat untuk menstimulasi otak, memperlambat terjadinya kemunduran fungsi otak pada lansia dan menjadikan lansia lebih berperan aktif dan produktif yang berujung pada meningkatnya kualitas hidup pada lansia dan masyarakat sekitarnya (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana tinjauan-tinjauan secara teoritis pada penyakit parkinson?
3
2. Bagaimana pemecahan masalah untuk penyakit parkinson dari berbagai literatur-literatur yang ada untuk bisa diterapkan di Indonesia?
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui berbagai tinjauan-tinjauan secara teoritis pada penyakit parkinson 2. Untuk mengetahui pemecahan masalah pada penyakit parkinson dari berbagai literatur-literatur yang ada untuk bisa diterapkan di Indonesia
4
BAB 2. TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Penyakit Parkinson Penyakit parkinson merupakan penyakit yang disebabkan adanya kerusakan sel-sel saraf di bagian subkortikal otak (talamus, hipotalamus, amiygdala dan serebullum). Biasanya penyakit ini banyak terjadi pada lansia, tidak menutup kemungkinan bisa menyerang pada usia yang relatif muda. Penyakit ini ditandai dengan adanya tremor, kaku otot, gangguan saat bergerak, keseimbangan, dan lain-lain sebagainya. (Anugoro dan Usman. 2015) Penyakit parkinson adalah gangguan neurologis yang dapat menyebabkan kecacatan dan mempengaruhi kealitas hidup. Penyakit parkinson biasanya ditandai dengan perlambatan gerak (bradikinesia), resting termor, rigiditas (gerakan otot tubuh yang bergerak), ketidakstabilan postur tubuh. Penyakit parkinson ini ditemukan pada tahun 1817 yang digambarkan oleh James Parkinson yang merupakan seorang dokter dari Inggris yang dijelaskan dalam “An Essay on the Shaking Palsy.”. Beberapa ilmuan lainnya mengembangkan gambaran penyakit parkinson ini yaitu merupakan penyakit yang menyebabkan gejala motorik dan non motorik. (Bahrudin M. 2017).
2.2 Epidemiologi Hasil studi membuktikan bahwa prevalensi 1- 2% pada seseorang yang sudah usia lanjut yaitu usianya lebih dari 70 tahun. Pada insiden yang terjadi yaitu 4-21 kasus per 100 ribu orang. Diperkirakan secara mendunia terdapat 120 penderita parkinson disetiap 100 ribu orang. Sedang di USA, terdapat penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun yang menderita penyakit parkinson dengan prevalensi 1%. Diantara banyaknnya kasus parkinson ini yang paling banyak terjadi pada usia 55 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan ada beberapa kasus parkinson yang menyerang di usia 20-an tahun. Kasus Parkinson ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita, karena laki-laki ini
5
dihubungkan dengan efek hormon estrogen pada wanita yang memiliki sifat proteksi, namun hingga saat ini masih tidak bisa dipastikan secara jelas.
2.3 Etiologi Penyakit parkinson ini disebabkan adanya kerusakan sel-sel saraf otak yang berfungsi sebagai mengendalikan pergerakan. Beberapa bagian otak yang diserang yaitu pada inti otak atau nukleus ekstrapiramidal otak (corpus striatum, globus pallidus, substantia nigra). pada bagian inti otak tersebut memproduksi dopamin. Penderita parkinson sebagian besar kehilangan sel-sel yang memproduksi dopamin sebanyak 60-80% di substantia nigra pada saat gejala muncul pertama kali. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya defisiensi dopamin hingga menyebabkan penyakit parkinson. Akibatnya, sel pada otak yang terserang tidak dapat bekerja secara normal, yakni inhibisi, di dalam sistem saraf pusat.
2.4 Klasifikasi Beberapa tanda dan gejala pada penyakit parkinson yaitu tremor (gemetar), tersembunyi (insidious), timbul secara otomatis tidak terduga, dan biasanya terjadi pertama kali di bagian tangan atau jari-jari. Biasanya dibagian bibir, lidah, dagu, terkadang di kaki. Tremor biasanya berkurang saat melakukan aktivitas atau bergerak, namun tremor akan lebih cepat atau menghebat saat istirahat atau tidur. Anggota gerak tubuh seperti tangan dan kaki, otot-otot, dan leher terasa kaku, terasa kram, susah berjalan, bahkan jika terlalu parah tidak dapat bergerak. Kekakuan ini bersifat progresif (semakin lama akan semakin parah). Mengalami gangguan keseimbangan, bisa dilihat saat waktu bejalan yang tidak normal, terdengan dengan suara menyeret saat berjalan. Postur tubuh pada penderita parkinson terlihat bungkuk. Penyakit parkinson juga dapat mengalami kelemahan saat beraktivitas, sulit menelan, dan mengunyah saat makan. Penderita juga dapat mengalami gangguan kemampuan berbicara. Berikut perjalanan penyakit parkinson sesuai dengan stadiumnya:
6
1. Stadium 1: gejala dan tanda pada satu sisi, ada gejala yang ringan,dan gejala yang mengganggu namun tidak menimbulkan kecacatan, ada tremor di satu anggota gerak, dan gejala yang dialami penderita dapat dikenali orang terdekat. 2. Stadium 2: ada gejala bilateral (mengenai kedua sisi tubuh), ada cacat minimal, dan cara berjalan terganggu. 3. Stadium 3: gerak tubuh jelas melambat dan keseimbangan mulai terganggu terutama saat berdiri/berjalan. 4. Stadium 4: ada gejala yang lebih berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas, bradikinesia (asimetris, kekuatan normal, gerakan tangkas lambat), tidak mampu berdiri, dan tremor lebih berkurang dibandingkan stadium sebelumnya. 5. Stadium 5: cachectic stage. Terjadi cacat total. Pasien tidak mampu berdiri dan berjalan sehingga perlu perawatan tetap. (Anugoro dan Usman. 2015)
2.5 Patofisiologi Penyakit parkinson terjadi karena adanya penurunan dopamin yang masif akibat gangguan neuron di substansia nigra pars kompakta. Respon motorik yang tidak normal disebabkan karena penurunan yang bersifat progresif dari neuritransmiter dopamin. Faktor dasar terjadinya penyakit parkinson yaitu kerusakan yang progresif pada neuron dopominergik substansia nigra lebih dari 60%. Sebagaimana sel mengalami kerusakan, maka kaDAr dopamin menjadi berkurang hingga dibawah batas normal fisiologis. Jika jumlah neuron dopaminergik hilang lebih dari 70% maka gejala penyakit parkinson akan muncul. Untuk mengkompensasi berkurangnya kadar dopamin maka nukleus subtalamikus akan over-stimulasi terhadap globus palidus internus (GPi). Kemudian GPi akan menyebabkan inhibisi yang berlebihan terhadap thalamus. Kedua hal tersebut menyebabkan under-stimulation korteks motorik. Secara umum, 2 temuan neuropatologis mayor pada penyakit parkinson, yaitu sebagai berikut: 1) Hilangnya pigmentasi neuron dopamin pada substantia nigra
7
Dopamin berfungsi sebagai pengantar antara 2 wilayah otak, yakni antara substansi nigra dan korpus striatum dan berfungsi untuk menghasilkan gerakan haslu dan motorik. Sebagian besar penyakit parkinson disebabkanhilangnya sel yang memproduksi dopamine di substantia nigra. Ketika kadar dopamine terlalu rendah, komunikasi antara 2 wilayah tadi menjadi tidak efektif, terjadi gangguan pada gerakan. Semakin banyak dopamin yang hilang, maka akan semakin buruk gejala gangguan gerakan. 2) Lewy bodies Ditemukannya lewy bodies dalam substantia nigra adalah karakteristik penyakit parkinson. Alpha-synuclein adalah komponen struktural utama dari lewy bodies.
2.6 Faktor Resiko Berikut ini beberapa faktor resiko yang dikenal menjadi penyebab penyakit Parkinson: 1. Usia : pada penyakit Parkinson umumnya dijumpai pada usia lanjut dan jarang timbul pada usiadi bawah 30 tahun. 2. Ras : dimana kulit putih lebih terkena penyakit Parkinson disbandingkan orang asia dan afrika. 3. Genetik 4. Toksin
(1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine,
CO,Mn,
CS2,methanol, etanol dan sianida), penggunaan herbisida dan peptisida serta jangkitan) 5. Tekanan emosi.
2.7 Manifestasi Klinis 1. Tremor merupakan gejala pertama pada paralisis agitans, yang biasanya bermula pada satu ekstremitas atas dan kemudian melibatkan pada ekstremitas bawah pada sisi yang sama. Frekuensi Parkinson berkisar antara
8
4-7 gerakan permenit, tremor akan timbul saat penderita dalam keadaan istirahat, dan juga tremor dapat bertambah hebat jika dalam keadaan emosi. 2. Riogiditas merupakan peningkatan jawaban terhadap regangan otot pada otot antagonis dan agonis. Salah satu dari gejala dini rigiditas yaitu hilangnya gerak asosiasi lengan bila berjalan. 3. Bradikinesia (gerakan menjadi lamban) merupakan hasil akhir dari gangguan integrasi pada impuls optic, labirin, proprioseptik dan impuls sensorik lainnya di ganglia basal. Hal ini mengakibatkan berubahnya aktivitas reflek yang mempengaruhi neuron motoric gamma dan alfa. Pada penderita Parkinson ini didapatkan berkurangnya gerak asosiatif bila berjalan, sulit untuk bangun dari kursi, sulit untuk memulai berjalan, lamban dalam mengenakan pakaian, lambat dalam mengambil suatu obyek, ekspresi atau mimic muka berkurang, dalam berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. 4. Wajah Parkinson : seperti yang sudah dikemukakan pada bradikinesia mengakibatkan kurangnya dalam berekspresi muka serta mimik muka sehingga seolah muka seperti topeng, kedipan mata berkurang, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah. 5. Mikrografia : pada mikrografia biasanya terjadi pada gerakan tangan yaitu tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat. 6. Sikap Parkinson : siakp penderita dalam fleksi, kepala difleksi ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung ke depan dan lengan tidak melengkung bila berjalan. 7. Bicara : pada rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan bibir mengakibatkan berbicara menjadi volumenya kecil. Dan pada beberapa kasus, suara mengurang sampai berbentuk suara bisikan yang lamban. 8. Disfungsi autonom : berkurangnya secara progresif sel-sel neuron di ganglia simpatis, yang mengakibatkan keringat berlebih, air ludah berlebih, gangguan sfingter inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
9
9. Demensia : pada penderita penyakit Parkinson banyak yang menunjukkan penderita mengalami perubahan status mentalnya dan disertai halusinasi visual atau auditoar dan waham.
2.8 Pemeriksaan Penunjang 1. Mengetahui riwayat pasien dan dijumpai dua dari empat manifestasi utama yaitu: tremor, rigiditas (gerakan otot tubuh yang bergerak), bradikinesia (perlambatan gerak), dan perubahan postural. 2. Mengidentifikasi riwayat medis, manifestasi gejala,pemeriksaan neurologis, dan respon terhadap penatalaksanaan farmakologis dievaluasi secara keseluruhan ketika akan menentukan diagnosis. 3. Pemeriksaan urinalis yaitu untuk mengetahui penurunan kadar dopamin. Dalam melakukan pemeriksaan laboratorium ini sedikit membantu dalam identifikasi penyakit parkinson. 4. CT scan atau MRI bisa dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan tumor otak. 5. Teknik pencitraan modern, yaitu fluoro-dopa PET, untuk mengetahui perubahan kaudatus dan putamen di otak. Pada teknik pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk mendeteksi dini Parkinson dan kasus-kasus yang tidak khas.
2.9 Penatalaksanaan Pada penyakit Parkinson dilakukan perawatan pada penderita dengan bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan penyakit tersebut. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi berbicara dan juga pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari. Pengobatan penyakit Parkinson dikelompokkan, sebagai berikut: 1. Terapi farmakologik a. Bekerja pada system dopaminergic
10
-
Obat pengganti dopamine (Levodopa, carbidopa) Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit Parkinson. Levodopa ini dapat mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan pada pasien Parkinson. Selain itu levodopa ini diberikan bersamaan dengan carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya dan mengurangi efek samping.
-
Agonis dopamine (bromokriptin, pergolid, pramipexol, ropinirol, kabergolin, apomorfin dan lisurid). Agonis dopamine digunakan untuk mengobati gejala Parkinson dan bekerja sebagai perangsang reseptor dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson.
-
Penghambat monoamine oxidase (MAO inhibitor) Selegiline
pada
penyakit
parkinson
dapat
memperlambat
memburuknya sindrom Parkinson dan juga mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson. selain itu juga sebagai antidepresan ringan. Efek samping dari obat ini yaitu insomnia, penurunan tekanan darah dan aritmia. b. Bekerja pada system kolinergik -
Antikolinergik Pada obat ini mampu membantu mengoreksi keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor. Efek samping dari obat ini yaitu mulut menjadi kering dan pandangan kabur, sehingga tidak diberikan pada penderita Parkinson usia diatas 70 tahuan, karena dapat menyebabkan turunnya daya ingat.
c. Bekerja pada glutamatergik -
Amantadine Amantadine ini berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian otak lain. Obat ini digunakan sebagai penurun gejala tremor, bradikinesia dan fatigue pada awal penyakit Parkinson dan
11
dapat menghilangkan fluktuasi motoric dan dyskinesia pada penderita. Efek samping dari obat amantadine yaitu dapat mengakibatkan mengantuk. d. Bekerja sebagai pelindung neuron -
Neuroproteksi
2. Terapi pembedahan Ada dua jenis pembedahan yang bias dilakukan: a. Pallidotomi, hasilnya cukup baik untuk menekan gejala: -
Akinesia/bradikinesia
-
Gangguan jalan/postural
-
Gangguan bicara
b. Thalamotomi -
Tremor
-
Rigiditas
-
Dyskinesia karena obat
3. Terapi non farmokologis a. Edukasi Pasien Parkinson dan keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya. Menimbulkan rasa simpati dan empati dari anggota keluarga sehingga dukungan fisik dan psikis mereka menjadi maksimal. b. Terapi rehabilitasi Pada terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan menghambat beratnya gejala penyakit dan juga mengatasi masalahmasalah seperti abnormalitas gerak, kecenderungan postur tubuh yang salah, gejala otonom, gangguang perawatan diri (ADL)dan perubahan psikologik. Pada penderita Parkinson katihan yang digunakan yaitu seperti latihan fisioterapi, okupasi dan psikoterapi. c. Tai chi Latihan Tai Chi yaitu latihan yang melibatkan putus pergerakan kompleks
dalam
tugas-tugas
motor
yang
sederhana
dan
menggabungkan simultan gerakan yang dapat bermanfaat bagi pasien
12
Parkinson. Dengan demikian, studi ini menunjukkan bukti untuk tai chi sebagai pengobatan komplementer untuk penderita Parkinson.
2.0 Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Penyakit Parkinson (Teori) Pengkajian pada pasien dengan penyakit parkinson 1. Kaji adanya riwayat gejala dan dampaknya terhadap fungsi tubuh 2. Kaji saraf kranial, fungsi motorik dan fungsi sereberal (koordinasi) 3. Observasi saat melakukan aktivitas sehari-hari dan gaya berjalan 4. Kaji tanda adanya depresi
Pengkajian Psiko-sosio-spiritual Pengkajian mekanisme koping dilakukan untuk menilai tingkat emosi pasien seperti cemas, kecacatan, mudah marah, tidak berdaya, ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal, gangguan citra tubuh terhadap penyakit yang diderita, perubahan peran beserta responnya terhadap keluarga dan masyarakat. Biasanya perubahan emosi pada pasien lanisa dengan penyakit parkinson adalah depresi dan manifestasi psikiatrik bisa meliputi perubahan psikosis, kepribadian, demensia, konfusi akut.
Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum: Pasien umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran dan bergantung pada penurunan aliran darah serebri regional berakibat pada perubahan status kognitif pasien. Tanda-tanda vital terdapat perubahan yakni hipotensi, bradikardi, dan penurunan frekuensi pernapasan. 2. B1
(Breathing):
Hipoventilasi,
aspirasi
makanan,
berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas
inaktivitas
dan
13
Inspeksi: batuk, sesak nafas, terlihat adanya penggunaan otot bantu nafas, peningkatan produksi sputum Palpasi: terdapat taktil premitus seimbang kiri dan kanan Perkusi: adanya suara resonan pada seluruh lapang paru-paru Auskultasi: ditemukan bunyi nafas tambahan seperti ronkhi, stridor pada pasien dengan peningkatan produksi sputum 3. B2 (Blood): Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping dari obat dan juga adanya gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom. 4. B3 (Brain): Pemeriksaan pada inspeksi umum ditemukan adanya perubahan gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku saat digerakkan 5. Pemeriksaan fungsi serebri: Mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan memori dalam jangka pendek maupun jangka panjang, penurunan persepsi. 6. Pemeriksaan saraf kranial Saraf I. Tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan Saraf II. Mengalami perubahan pada hasil uji ketajaman penglihatan Saraf III, IV, dan VI. Sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur atau terdapat gangguan saraf okulomotorius Saraf V. adanya perubahan keterbatasan pada otot wajah yang mengakibatkan ekspresi wajah klien menurun, saat bicara sering mengedipkan mata Saraf VII. Persepsi pengecapan normal Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional Saraf IX dan X. Adanya kesulitan dalam menelan makanan
14
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius Saraf XII. Tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, lidah simetris, indera pengecapan normal.
Diagnosa Keperawatan 1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot. 2. Defisit
perawatan
diri
yang
berhubungan
dengan
kelemahan
neuromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi. 3. Gangguan eliminasi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas. 4. Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah, dan menelan. 5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah. 6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit. 7. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.
Intervensi Keperawatan 1. Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, kesulitan mengunyah dan menelan Tujuan: dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria
hasil:
mengerti
tentang
pentingnya
nutrisi
bagi
tubuh,
memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
15
Intervensi
Rasional
Evaluasi kemampuan makan klien
Klien kesulitan mempertahankan berat badan mereka, mulut kering karena obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan
Observasi
berat
badan
jika Tanda kehilangan berat badan 7-10%
memungkinkan
dan
kekurangan
asupan
makanan
menunjang
terjadinya
masalah
katabolisme,
kandungan
glikogen
dalam otot.
Manajemen
mencapai
kemampuan Meningkatkan kemampuan menelan
menelan:
dapat membantu memenuhi nutrisi
a. Makanan setengah padat dengan sedikit air untuk memudahkan
menelan
secara
berurutan; c. Dianjurkan
memudahkan masuknya makanan dan mencegah kerusakan lambung.
menelan; b. Dianjurkan
melalui oral, mencegah kelelahan,
untuk
meletakan
makanan diatas lidah, menutub bibir dan menelan; d. Mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut kemudian sisi lain; e. Mengontrol air liur dengan cara menahan kepala tetap tegak; f. Masase otot wajah dan leher sebelum makan; g. Berikan makanan kecil dan lunak.
16
Monitor pemakaian alat bantu.
Untuk menjaga makanan tetap hangat dan membantu makan klien.
Kaji sisitem gastrointestinal meliputi Fungsi gastrointestinal sangat penting bising usus, mual dan muntah. Anjurkan
pemberian
untuk asupan makanan. cairan Mencegah terjadinya dehidrasi.
2500cc/hari jika tidak terjadi gangguan jantung. Lakukan pemeriksaan labolatorium Memberikan informasi yang tepat yang diindikasikan seperti serum, tentang status nutrisi klien. transferin,
BUN/kreatinin,
dan
glukosa.
2. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara dan ketidakmampuan menggerakkan otot wajah Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, klien mampu membuat tektin/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Kriteria hasil: klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada. Intervensi Kaji memampuan berkomunikasi
Rasional Ganguan
bicara
ditemukan
pada
banyak klien Parkinson, bicara mereka lemah, monoton dan terdengar halus. Tentukan
cara-cara
berkomunikasi Bertujuan untuk membantu memenuhi
seperti melalui kontak mata, dengan kebutuhan komunikasi klien pertanyaan tertutup, dengan tulisan di
17
kertas atau papan tulis kecil atau dengan bahasa isyarat Pertimbangkan bentuk komunikasi bila Kateter terpasang kateter intravena.
intravena
mengurangi
kebebasan klien dalam menulis atau isyarat.
Letakkan
bel
pemanggil
dalam Ketergantungan klien pada ventilator
jangkauan klien dan jelaskan cara akan membuat klien lebih baik dan penggunaannya. klien
dan
Penuhi
katakan
kebutuhan rileks, merasa aman, dan mengerti
perawat
membantu jika dibutuhkan.
siap perawat
akan
memenuhi
segala
kebutuhannya
Buat catatan tentang keadaan klien Mengingatkan staf perawat untuk yang tidak dapat bicara.
berespon
selama
memberikan
perawatan Buat rekaman pembicaraan klien
Membantu memantau perkembangan klien
dan
membantu
jika
klien
mengalami kesulitan mendengar. Anjurkan Keluarga atau orang lain Membantu
mengakrabkan
klien
yang dekat untuk berbicara dengan dengan keluarga, membantu klien klien, memberikan informasi tentang merasakan
kontak
keluarganya dan keadaan yang sedang keluarga
sehingga
terjadi.
keluarga
kehadiran
nyata
dengan
merasakann dan
dapat
mengurangi perasaan kaku. Kolaborasi dengan ahli bahasa.
Membantu membentuk peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas
kesehatan
untuk
mengembangkan metode komunikasi yang tepat untuk klien
18
3. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat. Tujuan: dalam waktu 1x24 jam, informasi dapat diterima klien. Kriteria hasil: klien mampu mengulang informasi tentang prosedur perawatan rumah. Intervensi
Rasional
Kaji pengetahuan klien dan keluarga Mengetahui tingkat pengetahuan dan tentang perawatan kesehatan dirumah
tingkat Pendidikan akan memudahkan perawat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kondisi klien.
Jelaskan
pentingnya
perawatan Kebutuhan informasi tentang penyakit
kesehatan dirumah
Parkinson ditujukan agar klien mampu beradaptasi
dan
mempunyai
kemampuanmenghadapi Setiap upaya
penyakit.
yang dibuat untuk
menjelaskan keadaan nyata, penyakit, dan
pengelolaan
kecemasan
dan
ketakutan yang muncul, dan mungkin merupakan ketidakmampuan akibat penyakit itu sendiri Beri dukungan pada keluarga dalam Keluarga mengalami stress akibat merawat klien parkison
hidup
dan
merawat
orang
yang
mengalami ketidak mampuan Fasilitasi
anggota
keluarga
mengekspresikan
untuk Akan memudahkan dalam menentukan
perasaannya intervensi selanjutnya
terhadap frustasi, marah dan perasaan bersalah,
karena
membantu mereka
hal
ini
sering
19
Berikan mereka informasi tentang Pemberi pengobatan
dan
perawatan
pelayanan
kesehatan
yang diikutseratakan dalam perencanaan dan
mencegah masalah yang tidak perlu mungkin sebagai konsultan dalam ada.
mengajarkan tentang bekerja
klien
teknik
dan
keluarga
menurunkan
stres,
dalam
proses
sama
memberikan perawatan.
4. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit. Tujuan: dalam waktu 1x24 jam, koping individu menjadi efektif. Kriteria Hasil: mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui, dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negative. Intervensi
Rasional
Kaji perubahan gangguan persepsi dan Menentukan bantuan individual dalam hubungan
dengan
derajat menyusun rencana perawatan atau
ketidakmampuan
pemilihan intervensi.
Dukung kemampuan koping klien
Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit. dukungan dan sumber
bantuan
melalui
ketekunan
dapat
diberikan
berdo’a
dan
penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mempertahankan partisipasi aktif.
20
Catat ketika klien menyatakan sekarat Mendukung penolakan terhadap bagian atau mengingkari dan menyatakan tubuh atau perasaan negatif terhadap inilah kematian.
gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan intervensi sertadukungan emosional.
Pernyataan penolakan
pengakuan tubuh,
terhadap Membantu klien untuk melihat bahwa
mengingatkan perawat
menerima
kedua
bagian
kembali fakta kejadian tentang realitas sebagian bagian dari seluruh tubuh. bahwa masih dapat menggunakan sisi Mengizinkan klien untuk merasakan yang sakit dan belajar mengontrol sisi adanya harapan dan mulai menerima yang sehat Beri
dukungan
situasi baru. psikologis
menyeluruh
secara Klien
penyakit
parkinson
sering
merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan dan merasa sendiri. Klien dibantu dan diberi dukungan dan klien harus
aktif
program
berpartisiapasi
terapi
yang
dalam
mencakup
program sosial dan rekreasi. Bantu dan ajarkan perawatan yang baik Membantu dengan memperbaiki kebiasaan
meningkatkan
perasaan
harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
Buat rencana program aktivitas harian Program aktivitas pada keseluruhan pada keseluruhan hari
hari mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah tidak adanya keinginan aktivitas dan apatis. Apapun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan koping.
meningkatnya
kemampuan
21
Anjurkan
orang
mengizinkan
terdekat
klien
untuk Menghidupkan
kembali
melakukan kemandirian
sebanyak mungkin hal untuk dirinya
perasaan
dan
perkembangan
harga
membantu diri
serta
mempengaruhi proses rehabilitas. Dukung perilaku atau usaha seperti Klien
dapat
beradaptasi
terhadap
peningkatan minat atau partisipasi perubahan dan pengertian tentang dalam aktivitas rehabilitas
peran individu masa mendatang
Monitor gangguan tidur, peningkatan Dapat
mengindikasi
terjadinyya
kesulitan konsentrasi, latergi, dan depresi. Depresi umumnya terjadi penolakan
sebagai pengaruh dari stroke yang memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut
Kolaborasi.:
rujuk
pada
ahli Dapat memfasilitasi perubahan peran
neuropsikologi dan konseling bila ada yang penting untuk perkembangan indikasi
perasaan.
Kerja
sama
fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini
Evaluasi Keperawatan parkinson disease: 1. Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi konstraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas fisik.
22
2. Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuannya. 3. Klien dapat berkomunikasi secara efektif
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Analisa Jurnal Jurnal 1 (Case Study)
23
Judul
Evaluation of functional changes in the evolutionary stages of Parkinson's disease: a case series
Penulis Tahun
Natália Feitoza do Nascimento, Dominique Babini Lapa de Albuquerque 2015
Analisis: Instrumen evaluasi yang standar untuk penyakit Parkinson masih jarang digunakan. Untuk mengevaluasi status klinis dan fungsional pasien dengan lebih baik skala Hoehn dan Yahr (Hoehn dan Yahr Staging Scale) dan UPDRS (Unified Parkinson’s Disease Rating Scale) dapat digunakan karena memiliki keandalan yang tinggi. Skala Hoehn dan Yahr adalah instrumen penilaian yang memungkinkan klasifikasi individu mengenai tahap penurunan pada penyakit Parkinson. UPDRS mengevaluasi tanda-tanda, gejala dan aktivitas tertentu dari pasien melalui laporan diri pasien dan observasi klinis. Instrumen ini diterapkan secara luas karena akan mengevaluasi fungsi motorik dan aktivitas kehidupan sehari-hari pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan fungsional yang disajikan oleh penderita Parkinson dalam berbagai tahapan evolusi penyakit. Enam pasien dipilih untuk masing-masing tahap, 1, 2, 3, 4 dan 5, dari skala Hoehn dan Yahr. Selanjutnya, peserta studi menjalani evaluasi kedua menggunakan UPDRS, yang terdiri dari 42 item dengan skor mulai dari 0 (normal) hingga 4 (tingkat kecacatan tertinggi), diatur dalam empat kriteria: aktivitas mental dan perilaku; kegiatan sehari-hari hidup (ADL); fungsi motorik; dan komplikasi dari terapi farmasi (22). Skala ini memperlihatkan tanda-tanda penyakit Parkinson dan gejala dari peserta, dengan itu dimungkinkan untuk mengamati perubahan fungsional di masing-masing stadium penyakit. Dari analisis hasil, diyakini bahwa klasifikasi tahap evolusi pasien dengan penyakit Parkinson menggunakan Skala Hoehn dan Yahr dan awal perubahan fungsional melalui UPDRS bermanfaat untuk pengembangan rencana perawatan fisioterapi khusus untuk masing-masing stadium penyakit parkinson, sehingga nantinya intervensi untuk pasien dengan penyakit parkinson menjadi lebih efektif.
24
Jurnal 2 (Observational Study) Judul
Nonmotor symptoms in patients with Parkinson disease a cross-sectional observational study
Penulis
Tahun
Tie-mei Zhang, MMa, Shu-yang Yu, MDa, Peng Guo, MDa, Yang Du, MDb, Yang Hu, MDa, Ying-shan Piao, MDa, Lijun Zuo, MMb, Teng-hong Lian, MMb, Rui-dan Wang, MBb, Qiu-jin Yu, MBb, Zhao Jin, MBb, Wei Zhang, MDa, 2016
Analisis: Jurnal ini menunjukkan bahwa penderita penyakit parkison kebanyakan laki-laki dibandingkan perempuan, dengan usia rata-rata 60 tahun. Pasien Parkinson mayoritas berawal dari sisi unilateral. Sejauh ini penyakit Parkinson dapat disembuhkan dengan anti Parkinson. Dalam decade terakhir, beberapa orang menargetkan untuk memberikan pengobatan melalui jalur yang berbeda untuk memperlambat perkembangan penyakit akan tetapi itu tidak menjanjikan untuk keberhasilan. Dalam penelitian jurnal ini obat yang paling banyak digunakan adalah tablet standar dopamin. Untuk penilaian gejala motoric anggota badan bilateral yang terlibat, tetapi keseimbangan postural tidak terpengaruhi, dan skor rata-rata penyakit Parkinson pada ranting skala III, untuk gejala non motoric diikuti gejala system saraf (kehilangan memori, depresi, apatis dan kecemasan) dan gejala otonom (disfagia, konstipasi, nocturia, urgensi untuk buang air kecil, keringat berlebihan, dan disfungsi seksual) gangguan tidur juga umum terlihat pada pasien Parkinson dan gejala kejiwaan seperti halusinasi dan delusi. Kejadian gagguan mental dan perilaku PD pada umumnya rendah kecuali depresi (41,5%), apatis (40,9%) dan kecemasan (39,4%), perubahan dalam tidur dan juga perubahan dalam kepribadian (mudah marah, pemalu). Dari penelitian sebelumnya 50% pasien Parkinson ngantuk berkepanjangan disiang hari dan dalam peneliatian jurnal ini menunjukkan 24,1% pasien Parkinson mengalami kantuk berlebihan di siang hari, yang menunjukkan mungkin merupakan gejala subklinis simbolis.
25
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari 1.119 kasus pasien parkison primer yang berada dirumah sakit Beijing tiantan berasal , yang mencakup gejala motorik dan non motoric. Dan ditemukan bahwa pasien Parkinson memiliki gejala non motoric termasuk gangguan kognitif, gangguan emosi, gangguan mental, gangguan perilaku, gangguan tidur, disfungsi otonom, kelelahan, dan kelainan sensoris.
Jurnal 3 (Intervention Study) Judul
A comparison of dance intervention in people with Parkinson disease and older adult
Penulis
McNeely.M.E , et all
Tahun
2015
Analisis : Parkinson Disease adalah gangguan neurologis progresif pada lansia yang ditandai dengan tremor, kekakuan, bradikinesia (keterbatasan gerak anggota tubuh), keseimbangan, peningkatan resiko jatuh pada lansia. Di Negara maju penyakit Parkinson tidak cukup disembuhkan hanya dengan terapi farmakologi saja, dibutuhkan latihan fisik yang dapat membantu meningkatkan gangguan motoric pada lansia. Penelitian ini membahas tentang efektifitas gerakan tari pada lansia dengan Parkinson Disease, dimana tari sangat menarik, aktivitas fisik yang menyenangkan. Gerakan tari ini sangat efektif karena melatih lansia untuk bergerak berputar, maju mundur, berjalan, dan menjaga keseimbangan tubuh. Tidak sembarang gerakan tari, hanya beberapa gerakan yang sesuai dengan umur lansia dan juga manfaat dari gerakan tersebut, seperti berjalan, berputar, kecepatan tarian yang berfariasi tergantung jenis gerakan dan music yang digunakan untuk menari, intervensi tari ini dilakukan selama 13 minggu dan merupakan intervensi pendek pada Parkinson disease. Lansia akan mengikuti latihan menari selama 2 kali dalam 1 minggu dengan durasi 60 menit setiap pertemuan. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu lansia yang rutin melakukan tari sesuai jadwal dan instruksi dari
26
pelatih terbukti terjadi perbaikan pada kekuatan otot (kekuatan melompat vertikal) , kekuatan pinggul dan lutut membaik setelah program tari dan senam. Keseimbangan tubuh pada lansia juga terbukti berhasil dari tarian dan senam yang lakukan rutin. Program tari ini lebih menekankan pada peregangan dan fleksibilitas dari kekuatan otot pada lansia. Latihan tari ini juga disesuaikan dengan lingkungan dan budaya dari lansia yang akan mengikuti proses intervensi ini.
3.2 Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Penyakit Parkinson (Kasus) Pengkajian I Keperawatan Gerontik A. Pengkajian 1. Identitas Klien a) Identitas diri klien Nama klien
: Ibu Sutiyono
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 70 tahun
TB/BB
: 150 cm/ 46 kg
Status perkawinan
: Kawin
Gol. Darah
:-
Agama
: Islam
Suku
: Madura
Pendidikan
: SD
Alamat
: Jl. Tawang Mangu III, Kabupaten Jember.
b) Identitas penanggung jawab Nama klien
: Bapak Abdurahman
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 86 Tahun
TB/BB
: 155 cm/ 50 kg
Status perkawinan
: Kawin
27
Gol. Darah
:-
Agama
: Islam
Suku
: Madura
Pendidikan
: SR
Alamat
: Jl. Tawang Mangu III, Kabupaten Jember.
2. Riwayat Usia Lanjut a) Pekerjaan: Pekerjaan Mbah Sutiyono yaitu sebagai ibu rumah tangga, namun biasanya Mbah Sutiyono ikut menemani suaminya pergi ke sawah untuk menanam padi. b) Jumlah hubungan yang masih ada: Mbah Sutiyono merupakan anak ke 5 dari 5 bersaudara, namun 2 saudara laki-lakinya telah meninggal dunia. Mbah Sutiyono masih mempunyai 2 saudara laki-laki dan perempuan. Mbah sutiyono sendiri mempunyai 4 orang anak dan 5 orang cucu yang tinggal 1 lingkup dengan mbah sutiyono. 3. Riwayat Kesehatan a) Keluhan utama yang dirasakan saat ini: Sakit kepala dan bagian tangan kanan, menjalar sampai kaki yang sebelah kanan terasa sakit dan terasa pegal linu. b) Riwayat penyakit sekarang: Mbah Sutiyono mengatakan sakit kepala dan bagian tangan kanan, menjalar sampai kaki yang sebelah kanan terasa sakit serta terasa pegal linu dan bertambah parah apabila melakukan aktivitas sehingga membuat klien hanya bisa melakukan aktivitas yang ringan walaupun tiap melakukan aktivitas yang ringan pasien kadang merasa lelah. Pasien mengatakan sudah tidak kuat berjalan kaki lama atau dengan jarak yang jauh dan ketika berjalan pasien selalu mencari dinding tembok untuk pegangan. c) Riwayat penyakit yang pernah diderita: Mbah Sutiyono mengatakan pernah sakit sesak nafas (Asma)
28
d) Genogram:
Keterangan: : Perempuan
: Pasien
: Laki-laki
: Meninggal
: Garis keturunan :Tinggal serumah
4. Status Fisiologi a) Tekanan darah : 130/90 mmHg b) Suhu
: 35 °C
c) Nadi
: 96x/menit
d) Respirasi
: 20x/menit
5. Pola Kebiasaan a) Kebiasaan makan dan minum Mbah Sutiyono dan suaminya mengatakan saat makan tidak selalu habis (satu centong nasi tidak habis), biasanya sehari makan 2x tetapi dengan porsi sedikit dan sering minum. Pasien mengatakan kesulitan untuk menelan dan mengunyah makanan dalam porsi yang banyak karena jika makan lebih dari porsi biasanya akan muntah.
29
IMT = BB/TB2 = 40/(1,5)2 = 17,78 yang menandakan kategori IMT BB kurang (gizi kurang) b) Pola eliminasi Mbah Sutiyono mengatakan bila BAK lancar dan sering, biasanya sehari 8x pagi siang 5x dan malam 3x. Dan Mbah Sutiyono mengatakan bila BAB sehari 1x. c) Pola toileting 1) Mandi: Mbah Sutiyono mengatakan bila terasa gerah dan panas langsung mandi, biasanya sehari mandi 3x, mandiri tanpa dibantu keluarga. 2) Gosok gigi: Mbah Sutiyono mengatakan sudah tidak bisa gosok gigi lagi karena giginya sudah ompong. Tapi sering berkumurkumur. 3) Keramas: Mbah Sutiyono mengatakan saat mandi sering keramas agar rambutnya wangi dan bersih dan dilakukan secara mandiri 6. Pola Tidur dan Istirahat Mbah Sutiyono mengatakan tidurnya nyaman, biasanya bila tidur malam pukul 18.30 WIB (setelah magrib) kemudian pada pukul 22.00 WIB terbangun untuk melakukan sholat isya’, pekerjaan rumah kemudian tidur tidur kembali. Lalu pada pukul 03.00 mbah Sutiyono bangun sekaligus menunggu sholat subuh. Saat siang hari Mbah Sutiyono tidur pada pukul 12.00 WIB setelah dzuhur lalu bangun jam 15.00 WIB setelah asyar. 7. Pola Persepsi Diri a) Penglihatan: Mbah Sutiyono mengatakan penglihatannya sudah mulai tidak jelas dan kabur. b) Pendengaran: Mbah Sutiyono mengatakan pendengarannya sudah mulai bekurang /menurun. c) Sensasi: pasien mengatakan sensasi pada ekstremitas kanan atas dan bawah kadang sedikit kurang peka
30
8. Pola Persepsi Diri a) Gambaran diri: Mbah Sutiyono mengatakan kesakitan pada bagian tangan hingga sampai ke kaki di sebelah kanan. b) Ideal diri: Mbah Sutiyono mengatakan ingin membantu suaminya bekerja di sawah untuk mengisi waktu luang dirumahnya. Selain itu Mbah Sutiyono mengatakan ingin selalu membantu anaknya melakukan pekerjaan rumah sehari-hari agar tidak selalu membebani anaknya. c) Harga diri: Mbah Sutiyono mengatakan tidak malu dengan penyakitnya saat ini dan ketika sakitnya kambuh tidak bisa melakukan aktivitas yang berat. Hanya istirahat di rumah dan melakukan aktivitas yang ringan. d) Identitas diri: Mbah Sutiyono mampu menjelaskan identitas diri secara umum yakni sebagai seorang istri dan nenek untuk cucunya e) Peran diri: Mbah Sutiyono merupakan ibu rumah tangga yang masih kuat melakukan pekerjaan rumah untuk membantu anak dan cucucucunya, juga membantu suaminya di sawah. 9. Pola Hubungan dan Peran Mbah Sutiyono berperan sebagai ibu rumah tangga serta nenek dari cucu-cucunya dan hubungan dengan suaminya sangat harmonis dan romantis meskipun sudah lansia. 10. Pola Manajemen dan Koping Stress Mbah Sutiyono mengatakan bila sakit atau ada permasalahan selalu minta bantuan kepada keluarganya terutama pada suaminya. Mbah Sutiyono mengatakan apabila sedang merasa gelisah, beliau lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dengan sholat dan memperbanyak dzikir. 11. Sistem Nilai dan Keyakinan Mbah Sutiyono merupakan memiliki keyakinan beragama islam yang kuat, meskipun sering sakit Mbah Sutiyono tetap melaksanakan kewajibannya untuk sholat 5 waktu walaupun dengan duduk.
31
12. Riwayat Pengobatan Mbah Sutiyono mengatakan bahwa dulu pernah sakit sesak nafas dan langsung berobat ke dokter, tetapi sekarang sudah sembuh. Dan saat ini mbah Sutiyono lebih mengkonsumsi obat herbal seperti mengkudu yang beliau ambil di lahan rumahnya
untuk dikonsumsi dan menjaga
kesehatannya. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Pasien tampak cukup Tanda vital: - Tekanan Darah
: 130 / 90 mm/Hg
- Nadi
:
96 x/mnt
- RR
:
20 x/mnt
- Suhu
: 35,00 C
Interpretasi : Pasien mengalami kenaikan pada tekanan darah. Pemeriksaan Saraf Kranial Saraf I. Tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan Saraf II. Mengalami perubahan pada hasil uji ketajaman penglihatan (rabun jauh) Saraf III, IV, dan VI. Sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur ketika nelihat objek yang jauh (terdapat gangguan saraf okulomotorius) Saraf V. Tidak ada perubahan keterbatasan pada otot wajah, saat bicara pasien terlihat tidak ada gangguan Saraf VII. Persepsi pengecapan normal Saraf VIII. Tidak ada tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional
32
Saraf IX dan X. Adanya kesulitan dalam menelan makanan Saraf XI. Gerakan kepala tidak terkoordinasi dengan baik (tremor pada kepala) Saraf XII. Tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, lidah simetris, indera pengecapan normal.
Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) 1. Kepala Inspeksi : Rambut bersih tidak berbau apek, tidak ada lesi, bentuk simetris, warna rambut mayoritas hitam, gerakan kepala tidak bisa terkoordinasi dengan baik Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada penonjolan / pembengkakan, rambut agak sedikit. 2. Mata Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, bentuk simetris, tidak ada edema, konjungtiva anemis, sklera berwarna putih 3. Telinga Inspeksi : Tidak ada lesi, bentuk dan posisi simetris, tidak ada deformitas, warna sama dengan area lain, tidak ada alat bantu pendengaran. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan 4. Hidung Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat tahi lalat diatas permukaan hidung, tidak ada deformitas, warna sama dengan area lain, tidak ada sumbatan atau pendarahan, Palpasi : Tidak ada nyeri tekan 5. Mulut Inspeksi bagian luar : Warna bibir pucat, bentuk simetris, mukosa bibir kering, tidak ada lesi dan stomatitis. Inspeksi bagian dalam : semua gigi sudah tidak ada , tidak ada radang gusi, lidah simetris, langit-langit utuh
33
6. Leher Inspeksi : Warna kulit sama dengan area lain, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar gondok. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid 7. Dada Inspeksi : Simetris, bentuk dan postur normal, warna sama dengan area lain, tidak adalesi, dan edema Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan Perkusi : Resonan “Dug dug dug” Auskultasi : Suara napas vesicular. 8. Abdomen Inspeksi : Simetris kanan kiri, tidak ada lesi, bentuk buncit, warna sama dengan area lain. Palpasi : Tidak ada penonjolan massa dan penumpukan cairan, tidak ada nyeri tekan Auskultasi : Bising usus 13 x / menit Perkusi : suara timpani 9. Urogenital Tidak terkaji 10. Ekstremitas Atas : Inspeksi : Simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot sedang Palpasi : Reflek bisep dan trisep positif Bawah : Inspeksi : Simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot sedang Palpasi : Reflek patella dan achiles positif, terdapat edema pada kaki kanan 11. Kulit dan kuku Inspeksi : Bersih, warna sama dengan area lain, tidak ada lesi
34
Palpasi : tidak ada edema, turgor kulit normal, CRT >3 detik 12. Keadaan lokal Pasien mengeluh sakit pada lengan sampai kaki kanan nya, pasien tampak sedang mengerok, memijat bagian lengannya.
35
Pengkajian 2 Keperawatan Gerontik A. Pengkajian Hari / anggal pengkajian : Minggu, 10 Maret 2019 Pukul : 18.30 WIB Oleh : Kelompok 1 1. Identitas Klien : a. Identitas diri klien Nama klien
: Ny. Sutiyono
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 70 tahun
b. Identitas penanggung jawab Nama klien
: Tn. Abdurahman
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 86 tahun
Pengkajian indeks kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari melalui indeks KATZ No.
Aktivitas Kehidupan sehari-hari
1.
Mandiri
Tergantung
(Skor : 0 )
(Skor : 1)
Mandi (spons,
Memerlukan bantuan
Memerlukan
shower, atau
hanya dalam
bantuan dalam
bathup)
memandikan satu
memandikan lebih
bagian tubuh (missal:
dari 1 bagian tubuh :
punggung atau
tubuh memerlukan
ekstermitas yang
bantuan untuk
lumpuh) atau mandi
masuk atau keluar
dengan sendiri
dari bathup atau
sepenuhnya
tidak mandi sendiri
Skor
0
36
2.
Memakai pakaian
Mengambil pakaian
Tidak berpakaian
dari lemari atau laci;
sendiri atau sebagian
mengenakan pakaian,
tetap tidak
menggunanakan
berpakaian
0
pakaian luar, pakaian dalam; mengancingkan sendiri tidak termasuk mengikat tal sepatu 3.
Toileting/ toilet
Menuju toileting;
Menggunakan pispot
keluar dan masuk
atau commode atau
toileting; mengatur
menerima bantuan
pakaian;
dalam pergi ked an
membersihkan organ
menggunakan toilet
0
ekskresi (dapat mengatur penggunaan pispot sendiri hanya pada malam hari dan mungkin atau tiak mengkin menggunakan bantuan mekanis) 4.
Berpindah
Pindah dari dan
Memerlukan
ketempat tidur secara
bantuan dalam
mandiri dan berpindah
berpindah dari dank
dari dan ke kursi
e tempat tidur atau
secara mandri
kursi atau kedua-
1
37
5.
Kontinensia
(mungkin atau tidak
duanya; tidak
menggunakan alat
melakukan
bantu mekanis)
berpindah atau lebih
Berkemih dan defekasi Inkontinensia parsial seluruhnya dapat
atau total dalam
dikendalikan oleh diri
miksi atau defekasi ;
sendiri
sebagian atau
0
seluruhnya dikendalikan oleh enema, kateter, atau penggunaan urinal atau pispot atau kedua-duanya. 6.
Makan
Menyuapkan makanan
Memerlukan
dari piring ke mulut
bantuan dalam
(daging yang belum
kegiatan makan
dipotong dan
(lihat yang
mempersiapkan
sebelumnya); tidak
makanan, seperti
menghabiskan
memberi mentega
makanan atau
pada roti, tidak
memerlukan
termasuk dalam
makanan parenteral
0
evaluasi) Total skor
1
38
Interpretasi : Total skor mbah Sutiyono adalah 1 hal ini menunjukkan bahwa dari kemampuan 6 aktivitas tersebut Ny. Sutiyono mampu melaksanakan 5 aktivitas mandiri dan 1 tidak mampu melakukan mandiri yaitu pada aktivitas berpindah. Hal ini menunjukkan bahwa indeks Katz Ny. Sutiyono mendapatkan skor B artinya mampu malakukan kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali pada aktivitas berpindah.
Pengkajian Status Depresi lansia menggunakan Beck’s Scale 0Skor
Uraian
A. Kesedihan 3
Skor 0
Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya
2
Saya galau /sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1
Saya merasa sedih/galau
0
Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme 3
0 Saya merasa bahwa masa depan adalah siasia dan sesuatu tidak dapat membaik
2
Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang masa depan
1
Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
39
0
Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan 3
0 Saya benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2
Bila melihat kehidupan kebelakang semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1
Hanya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0
Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
0
3
Saya tidak puas dengan segalanya
2
Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan apapun
1
Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0
Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah 3
2 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga
2
Saya merasa sangat bersalah
1
Saya merasa buruk/ tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
40
0
Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak Menyukai diri sendiri 3
Saya benci diri saya sendiri
2
Saya muak dengan diri sendiri
1
Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0
Saya tidak merasa kecewa dengan diri
0
sendiri G. Membahayakan diri sendiri 3
Saya akan bunuh diri jika saya mempunyai
0
kesempatan 2
Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1
Saya merasa lebih baik mati
0
Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari sosial 3
Saya telah kehilangan semua minat pada orang lain dan tidak perduli pada mereka
2
Saya telah kehilangan minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka
0
41
1
Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0
Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
2
3
Saya tidsk membuat keputusan sama sekali
2
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam mengambil keputusan
1
Saya berusaha mengambil keputusan
0
Saya membuat keputusan baik
J. Perubahan gambaran diri 3
0
Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2
Saya merasa bahwa ada perubahan permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik
1
Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0
Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari sebelumnya
K. Kesulitan kerja 3
0 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
42
2
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1
Saya memerlukan upaya tmbahan untuk memulai melakukan sesuatu
0
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
0
3
Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2
Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1
Saya merasa lelah dari biasanya
0
Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia 3
1 Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali
2
Nafsu makan saya sangat membruk sekarang
1
Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0
Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Hasil :
43
0-4
Depresi tidak ada/ minimal
5-7
Depresi ringan
8-15
Depresi sedang
16- selebihnya
Depresi berat
Interpretasi : Dari hasil pengkajian tersebut menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan skornya 5 artinya adalah tingkat depresi yang dialami oleh Ny. Sutiyono termasuk dalam depresi ringan. Terbukti pada saat pengkajian yaitu pada perasaan rasa bersalah skor: 2, keragu-raguan skor: 2, anoreksia skor: 1.
44
ANALISA DATA
NO 1.
DATA PENUNJANG DS:
ETIOLOGI
MASALAH
Proses degeneratif
Hambatan mobilitas fisik
1. Pasien mengeluhkan sakit pada bagian tangan kanan sampai kaki kanan
Kurangnya dopamin
sehingga membuat klien hanya bisa melakukan aktivitas yang ringan 2. Pasien mengatakan sudah tidak kuat berjalan kaki lama atau dengan jarak
Gangguan neuromuskular
yang jauh DO: 1. Ketika berjalan pasien selalu mencari
Hambatan mobilitas fisik
dinding tembok untuk pegangan 2. Gerakan kepala tidak bisa terkoordinasi dengan baik 3. Saat pasien akan duduk atau beranjak dari tempat duduk terlihat gerakan yang lambat 2.
DS: 1. Pasien mengatakan tidak bisa menghabiskan nasi dalam satu centong
Kelemahan otot untuk
Ketidakseimba
mengunyah dan
ngan nurisi:
menelan
kurang dari
45
2. Pasien mengatakan kesulitan untuk menelan dan mengunyah makanan
Perlambatan proses
kebutuhan
makan
tubuh
3. Pasien mengatakan tidak bisa makan dalam porsi yang lebih dari biasanya (satu centong nasi) karena jika makan
Gangguan intake nutrisi
lebih dari porsi biasanya akan muntah Asupan diet kurang DO: 1. Berat badan pasien saat ini termasuk dalam kategori IMT gizi kurang
Ketidakseimbangan nurisi: kurang dari kebutuhan tubuh
3.
DS:
Proses degeneratif
lansia lemah
1. Pasien mengeluhkan sering lelah ketika melakukan aktivitas sehari-hari
Kurangnya dopamin
2. Pasien mengatakan sering mengalami sakit linu pada bagian tangan kanan sampai kaki kanan dan bertambah
Kelainan sistem
parah apabila melakukan aktivitas
motorik
3. Pasien mengatakan sudah tidak kuat berjalan kaki lama atau dengan jarak yang jauh
Risiko sindrom
kelemahan fisik
DO: 1. Berat badan pasien saat ini termasuk
Risiko sindrom lansia
dalam kategori IMT gizi kurang
lemah
46
2. Ketika berjalan pasien selalu mencari dinding tembok untuk pegangan 3. Gerakan kepala tidak bisa terkoordinasi dengan baik
47
DIAGNOSA KEPERAWATAN Daftar Diagnosa Keperawatan (sesuai prioritas): No
Diagnosa (Problem-Etiologi-Signs/Symptoms
1.
Hambatan
mobilitas
fisik
b.d.
gangguan
Tanggal
Tanggal
Ketera
perumusan
pencapaian
ngan
8-3-2019
13-3-2019
9-3-2019
13-3-2019
neuromuskular d.d. Pasien mengeluhkan sakit pada bagian tangan kanan sampai kaki kanan sehingga membuat klien hanya bisa melakukan aktivitas yang ringan; Pasien mengatakan sudah tidak kuat berjalan kaki lama atau dengan jarak yang jauh; Ketika berjalan pasien selalu mencari dinding tembok untuk pegangan; Gerakan kepala tidak bisa terkoordinasi dengan baik; Saat pasien akan duduk atau beranjak dari tempat duduk terlihat gerakan yang lambat 2.
Ketidakseimbangan
nurisi:
kurang
dari
kebutuhan tubuh b.d. Asupan diet kurang d.d. Pasien mengatakan tidak bisa menghabiskan nasi dalam satu centong; Pasien mengatakan kesulitan untuk menelan dan mengunyah makanan; Pasien mengatakan tidak bisa makan dalam porsi yang lebih dari biasanya (satu centong nasi) karena jika makan lebih dari porsi biasanya akan muntah; Berat badan pasien saat ini termasuk dalam kategori IMT gizi kurang
48
3.
Risiko sindrom lansia lemah b.d. kelainan sistem motorik (proses degeneratif)
9-3-2019
15-3-2019
49
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA
TUJUAN (SMART)
(Dx)
DAN KRITERIA
INTERVENSI
RASIONAL
HASIL 1.
Dx 1. Hambatan
Setelah
dilakukan Peningkatan
mobilitas fisik
asuhan
keperawatan mekanika tubuh
mekanika tubuh
selama
5x24
(0140)
jam (0140)
diharapkan Hambatan 1. Kaji komitmen
Peningkatan
1. Untuk
mobilitas fisik klien
pasien untuk
mengetahui
kembali
belajar dan
pengetahuan
dengan kriteria hasil:
menggunakan
pasien dalam
Pergerakan (0208)
postur tubuh yang
posisi tubuh saat
1. Cara berjalan dari
benar
melakukan
skala
normal
3
(cukup
aktifitas yang
terganggu)
benar
ditingkatkan skala
5
ke 2. Edukasi pasien (tidak
2. Untuk
tentang pentingnya
memberikan
postur tubuh yang
pengetahuan
benar untuk
kepada pasien
mudah dari skala 3
mencegah
agar dapat
(cukup terganggu)
kelelahan,
memposisikan
ditingkatkan
ketegangan atau
tubuh saat
injuri
beraktifitas
terganggu) 2. Bergerak
skala
5
dengan
ke (tidak
terganggu)
dengan tepat
3. Gerakan otot dari skala
3
terganggu)
(cukup
untuk mencegah kelelahan,
50
ditingkatkan skala
5
ke (tidak 3. Instruksikan untuk
terganggu)
menghindari tidur
4. Gerakan sendi dari skala
3
(cukup
terganggu) ditingkatkan skala
5
terganggu)
ketergantungan
dengan posisi
atau injuri 3. Agar pernafasan tidak terganggu
telunkup 4. Berikan informasi
ke (tidak
tentang
4. Agar dapat
kemungkinan
menghindari
posisi penyebab
penyebab dari
nyeri otot atau
munculnya nyeri
sendi
otot atau sendi
Terapi latihan : keseimbangan (0222)
Terapi latihan : Keseimbangan
5. Tentukan
(0222)
kemampuan
5. Agar sesuai
pasien untuk
dengan
berpartisipasi
kemampuan
dalam kegiatan
pasien
yang membutuhkaan keseimbangan 6. Evaluasi fungsi sensorik (misalnya
6. Agar mengetahui
penglihatan,
apakah ada
pendengaran,
gangguan dalam
propriopsesi)
fungsi sensoriknya
51
2.
Dx. 2
Setelah
dilakukan Manajemen
Keseimbangan
asuhan
keperawatan gangguan makan
gangguan makan
nutrisi kurang
selama
4x24
(1030)
dari kebutuhan
diharapkan
tubuh
Ketidakseimbangan
pencapaian berat
nurisi:
badan harian sesuai
jam (1030) 1. Tentukan
kurang
dari
kebutuhan tubuh klien
Manajemen
1. Agar berat badan bisa normal
keinginan
teratasi dengan kriteria 2. Ajarkan dan
2. Agar nutrisi yang
hasil:
dukung konsep
dibutuhkan
Status nutrisi (1004):
nutrisi yang baik
terpenuhi
1. Asupan makanan
dengan klien (dan
dari skala 3 (cukup
orang terdekat
menyimpang dari
klien dengan tepat)
rentang
normal) 3. Kembangkan
ditingkatkan skala
5
ke (tidak
menyimpang dari rentang normal) Status
hubungan yang
dengan klien
tanda fisiologis
(1010)
(tanda tanda vital,
2. Kemampuan
elektrolit) jika
mengunyah skala
3
dari
ditingkatkan skala
5
terganggu)
ke (tidak
4. Untuk mengetahui TTV pasien
diperlukan
(cukup 5. Bantu klien (dan
terganggu)
koperatif
mendukung
4. Monitor tanda-
menelan
3. Agar klien dapat
5. Agar klien dapat
orang orang
mengetahui apa
terdekat dengan
penyebab dari
tepat) untuk
gangguan
mengkaji dan
menelan yang
memecahkan
terjadi
52
3. Tidak dengan dari
nyaman
masalah personal
menelan
yang berkontribusi
skala
(sedang) ditingkatkan
3
terhadap terjadinya gangguan makan
ke Manajemen nutrisi
skala 5 (tidak ada) (1100) 6. Identifikasi
Manajemen nutrisi (1100) 6. Untuk mengetahui
adanya alergi atau
riwayat alergi
intoleransi
klien
makanan yang dimiliki pasien 7. Tentukan apa yang 7. Untuk memenuhi menjadi preferensi
kebutuhan gizi
makanan bagi
klien
pasien 8. Anjurkan pasien
8. Untuk memenuhi
terkait dengan
kebutuhan gizi
kebutuhan
yang diperlukan
makanan tertentu
sesuai usia
berdasarkan perkembangan atau usia (misalnya peningkatan kalsium, protein, cairan, dan kalori untuk wanita menyusui,
53
peningkatan asupan serat untuk mencegah konstipasi pada orang dewasa yang lebih tua)
3.
Dx. 3 Resiko
Setelah
dilakukan Mendengar aktif
sindrom lansia
asuhan
keperawatan (4920)
(4920)
selama
6x24
1. Agar klien mau
jam 1. Tunjukan
diharapkan
Risiko
sindrom lansia lemah
ketertarikan kepada
Mendengar aktif
terbuka
klien
klien teratasi dengan 2. Gunakan
2. Agar klien dapat
kriteria hasil:
pertanyaan maupun
mengungkapkan
Penuaan fisik (0113):
pernyataan yang
perasaan yang
1. Rata-rata
mendorong klien
dirasakan
massa
tubuh dari skala 3
untuk
(deviasi
sedang
mengekspresikan
dari
kisaran
perasaan, perasaan,
normal)
pikiran dan
ditingkatkan
ke
kekhawatiran
skala 5 (tidak ada 3. Dengarkan isi deviasi
dari
kisaran normal) 2. Pergerakan dari
sendi
skala
3
3. Agar dapat
pesan maupun
mengetahui
perasaan yang tidak
perasaan tersirat
terungkap selama
yang dirasakan
percakapan
klien
(deviasi
sedang 4. Berespon segera
dari
kisaran
sehingga
4. Agar pasien merasa dihargai
54
normal) ditingkatkan
ke
menunjukkan
saat menceritakan
pemahaman
keadaannya
skala 5 (tidak ada
terhadap pesan
deviasi
yang diterima dari
dari
kisaran normal)
pasien
terhadap 5. Gunakan teknik
Toleransi
5. Untuk
aktivitas (0005):
diam/
memberikan
3. Kemudahan dalam
mendengarkan
kebebasan klien
dalam rangka
dalam
mendorong klien
mengekspresikan
harian (ADL) dari
untuk
perasaan, pikiran
skala
mengekspresikan
dan kekhawatiran
melakukan aktivitas
hidup
3
(cukup
terganggu) ditingkatkan skala
5
terganggu)
perasaan, pikiran ke
dan kekhawatiran
(tidak Terapi Aktifitas (4310) 6. Bantu klien untuk
Terapi Aktifitas (4310) 6. Agar klien dapat
mengidentifikasi
tetap melakukan
dan memperoleh
aktivitas yang
sumber-sumber
diinginkan dengan
yang diperlukan
aman
untuk aktivitasaktivitas yang diingkan 7. Bantu klien dan
7. Agar klien dapat
keluarga untuk
membatasi
mengidentifikasi
aktivitas sesuai
kelemahan dalam
kekuatannya
55
level aktivitas tertentu 8. Instruksikan klien
8. Agar klien tetap
dan keluarga
menjaga
untuk
kesehatan dan
mempertahankan
mempertahankan
fungsi dan
aktifitas social,
kesehatan terkait
spiritual
peran dalam beraktivitas secara fisik, social, spiritual dan kognisi
56
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.
Diagnosa
DX 1
Tanggal dan
Implementasi
Nama/Paraf
Jam Hambatan
8-3-2019
mobilitas fisik
18.30 – 18. 33 1. Mengkaji komitmen pasien untuk
Ns. Diahme
belajar dan menggunakan postur tubuh yang benar. 18.33-18.37
2. Mengedukasi
tentang Ns. Riska pentingnya postur tubuh yang benar untuk
pasien
mencegah
kelelahan,
ketegangan atau injuri. 18.37 – 18.43
3. Menginstruksikan
untuk
Ns. Nadhifah
menghindari tidur dengan posisi telunkup. 18.43 – 18.46
4. Memberikan
informasi
tentang Ns. Fatin
kemungkinan posisi penyebab nyeri otot atau sendi.
18.46 – 19.00 2
5. Mengevaluasi fungsi sensorik.
Ns. Evi
Keseimbangan 9-3-2019 nutrisi kurang
18.30 – 18.35
dari
1. Mengajarkan dan mendukung
Ns. Diahme
konsep nutrisi yang baik dengan
kebutuhan
klien.
tubuh
2. Mengembangkan 18.35 – 18.37
hubungan
yang mendukung dengan klien.
Ns. Riska
57
18.37 – 18.41
3. Memonitor
tanda-tanda Ns. Nadhifah
fisiologis. 18.41 - 18.44
Ns. Fatin
4. Menganjurkan dengan
pasien
kebutuhan
terkait
makanan
berdasarkan perkembangan atau usia. 3
Resiko
9-3-2019
sindrom lansia
18.44 – 18.49
1. Menggunakan maupun
pertanyaan Ns. Evi
pernyataan
mendorong
yang
k,lien
mengekspresikan
untuk perasaan,
pikiran dan kekhawatiran. 18.49 – 18.52
2. Merespon
segera
menunjukkan
sehingga pemahaman
Ns. Diahme
terhadap pesan yang diterima dari pasien. 3. Menggunakan 18.52 – 18.56
teknik
mendengarkan dalam rangka mendorong
klien
mengekspresikan
Ns. Nadhifah
untuk perasaan,
pikiran dan kekhawatiran. 18.56 – 19.02
4. Membantu klien dan keluarga untuk
mengidentifikasi Ns. Riska kelemahan dalam level aktivitas tertentu. 19.02 – 19.10
5. Menginstruksikan
klien
dan Ns. Fatin
keluarga untuk mempertahankan fungsi dan kesehatan terkait peran dalam beraktivitas secara
58
fisik, kognisi.
social,
spiritual
dan
59
Evaluasi Keperawatan HARI KE-1 WAKTU/
EVALUASI
Tanggal dan Jam Jum’at, 08 Dx 1. Hambatan mobilitas fisik Maret 2019 S: - Pasien mengeluhkansakit pada bagian tangan kanan sampai kaki kanan. - Pasien mengatakan sudah tidak kuat berjalan kaki lama atau dengan jarak jauh. O: - pasien berjalan mencari dinding-dinding tembok untuk pegangan. - Gerakan kepala tidak bisa terkoordinasi dengan baik. - Pasien terlihat gerakannya lambat saat melakukan duduk maupun beranjak dari tempat tidur. - BB: 40 - TB: 150 A: Hambatan mobilitas fisik
PARAF
60
P: 1.
Kaji komitmen pasien untuk belajar dan menggunakan postur tubuh yang benar.
2. Edukasi pasien tentang pentingnya postur tubuh yang benar untuk mencegah kelelahan, ketegangan atau injuri. 3. Instruksikan untuk menghindari tidur dengan posisi telunkup. 4. Berikan informasi tentang kemungkinan posisi penyebab nyeri otot atau sendi. 5. Evaluasi fungsi sensorik. I: 1. Mengkaji
komitmen
pasien
untuk
belajar
dan
menggunakan postur tubuh yang benar. 2. Mengedukasi pasien tentang pentingnya postur tubuh yang benar untuk mencegah kelelahan, ketegangan atau injuri. 3. Menginstruksikan untuk menghindari tidur dengan posisi telunkup. 4. Memberikan informasi tentang kemungkinan posisi penyebab nyeri otot atau sendi. 5. Mengevaluasi fungsi sensorik. E: S: - Pasien masih mengeluhkan sakit pada bagian tangan kanan sampai kaki kanan. - Pasien mengatakan masih tidak kuat berjalan kaki lama atau dengan jarak jauh.
61
O: - pasien berjalan masih mencari dinding tembok untuk pegangan. - Gerakan kepala pasien masih tidak bisa terkoordinasi dengan baik. - Pasien masih terlihat gerakanya lambat saat melakukan duduk maupun beranjak dari tempat tidur. - TD: 130/90 mmHg - suhu: 35 C - Nadi: 96x/menit - RR: 20x/menit A: hambatan mobilitas fisik belum teratasi P: lanjutkan Intervensi
HARI KE-2
62
WAKTU/
EVALUASI
PARAF
Tanggal dan Jam Sabtu, 09 Maret
Dx 2. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang
2019
dari kebutuhan tubuh S: - pasien mengatakan tidak bisa menghabiskan nasi dalam satu centong. - Pasien mengatakan kesulitan untuk menelan dan mengunyah makanan - pasien mengatakan tidak bisa makan dalam porsi yang lebih dari biasanya (satu centong nasi) karena jika makan lebih dari porsi biasanya akan muntah. O: - Berat badan pasien saat ini termasuk dalam kategori IMT kurang (gizi kurang) A: Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh P: 1. Ajarkan dan mendukung konsep nutrisi yang baik dengan klien. 2. kembangkan
hubungan
mendukung dengan klien. 3. Monitor tanda-tanda fisiologis.
yang
63
4. Anjurkan kebutuhan
pasien
terkait
makanan
dengan
berdasarkan
perkembangan atau usia. I: 1. Mengajarkan dan mendukung konsep nutrisi yang baik dengan klien. 2. Mengembangkan
hubungan
yang
mendukung dengan klien. 3. Memonitor tanda-tanda fisiologis. 4. Menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan
makanan
berdasarkan
perkembangan atau usia. E: S: - pasien mengatakan masih tidak bisa menghabiskan nasi dalam satu centong. - Pasien mengatakan masih kesulitan dalam menelan dan mengunyah makanan - pasien mengatakan masih tidak bisa makan dalam porsi yang lebih dari biasanya (satu centong nasi) karena jika makan lebih dari porsi biasanya akan muntah.
O: Berat badan pasien saat ini termasuk dalam kategori IMT kurang (gizi kurang)
64
A: Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi P: lanjutkan Intervensi Sabtu, 09 Maret 2019
Dx 2. Resiko sindrom lansia S: - pasien mengeluhkan sering lelah ketika melakukan aktivitas sehari-hari. - pasien mengatakan sering mengalami sakit linu-linu pada bagian tangan kanan sampai kaki kanan dan bertambah parah apabila melakukan aktivitas. - pasien mengatakan sudah tidak kuat berjalan kaki lama atau dengan jarak yang jauh. O: - Berat badan pasien saat ini termasuk dalam kategori IMT kurang (gizi kurang) - Ketika berjalan pasien selalu mencari dinding tembok untuk pegangan - Gerakan kepala tidak bisa terkoordinasi dengan baik. A: Resiko sindrom lansia P: 1. Gunakan
pertanyaan
maupun
65
pernyataan yang mendorong k,lien untuk
mengekspresikan
perasaan,
pikiran dan kekhawatiran. 2. Respon segera sehingga menunjukkan pemahaman
terhadap
pesan
yang
diterima dari pasien. 3. Gunakan teknik mendengarkan dalam rangka
mendorong
klien
untuk
mengekspresikan perasaan, pikiran dan kekhawatiran. 4. Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi
kelemahan
dalam
level aktivitas tertentu. 5. Instruksikan klien dan keluarga untuk mempertahankan fungsi dan kesehatan terkait peran dalam beraktivitas secara fisik, social, spiritual dan kognisi. I: 1. Menggunakan
pertanyaan
maupun
pernyataan yang mendorong k,lien untuk
mengekspresikan
perasaan,
pikiran dan kekhawatiran. 2. Merespon
segera
sehingga
menunjukkan pemahaman terhadap pesan yang diterima dari pasien. 3. Menggunakan teknik mendengarkan dalam rangka mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran
66
dan kekhawatiran. 4. Membantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi
kelemahan
dalam
level aktivitas tertentu. 5. Menginstruksikan klien dan keluarga untuk mempertahankan fungsi dan kesehatan beraktivitas
terkait secara
peran
dalam
fisik,
social,
spiritual dan kognisi. E: S: -pasien mengeluhkan sering lelah ketika melakukan aktivitas sehari-hari. - pasien mengatakan sering mengalami sakit linu-linu pada bagian tangan kanan sampai kaki kanan dan bertambah parah apabila melakukan aktivitas. - pasien mengatakan sudah tidak kuat berjalan kaki lama atau dengan jarak yang jauh. O: - Berat badan pasien masih termasuk dalam kategori IMT kurang (gizi kurang) - Ketika berjalan pasien masih mencari dinding tembok untuk pegangan - Gerakan kepala pasien masih tidak bisa terkoordinasi dengan baik
67
- TD: 130/90 mmHg - suhu: 35 C - Nadi: 96x/menit - RR: 20x/menit A: Resiko sindrom lansia belum teratasi P: lanjutkan intervensi
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
68
Penyakit parkinson merupakan penyakit yang disebabkan adanya kerusakan sel-sel saraf
di bagian subkortikal otak. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya
defisiensi dopamin hingga menyebabkan penyakit parkinson. Akibatnya, sel pada otak yang terserang tidak dapat bekerja secara normal. Pada jurnal dengan judul nonmotor symptoms in patients with Parkinson disease a cross-sectional observational study, pasien Parkinson memiliki gejala non motoric termasuk gangguan kognitif, gangguan emosi, gangguan mental, gangguan perilaku, gangguan tidur, disfungsi otonom, kelelahan, dan kelainan sensoris. Untuk mengevaluasi status klinis dan fungsional pasien dengan lebih baik skala Hoehn dan Yahr (Hoehn dan Yahr Staging Scale) dan UPDRS (Unified Parkinson’s Disease Rating Scale) dapat digunakan bermanfaat untuk pengembangan rencana perawatan fisioterapi, sehingga nantinya intervensi untuk pasien dengan penyakit parkinson menjadi lebih efektif. Latihan fisik yang dapat membantu meringankan gangguan motoric pada lansia yakni dengan gerakan tari, dimana program tari ini lebih menekankan pada peregangan dan fleksibilitas dari kekuatan otot pada lansia. Latihan tari ini juga disesuaikan dengan lingkungan dan budaya dari lansia yang akan mengikuti proses intervensi ini. 4.2 Saran Dalam mewujudkan kemajuan dalam penanganan medis dan keperawatan penyakit parkinson yang ada di Indonesia salah satunya bisa dengan menggunakan skala Hoehn dan Yahr (Hoehn dan Yahr Staging Scale); UPDRS (Unified Parkinson’s Disease Rating Scale) dan dengan terapi menari tarian khas daerah masing-masing yang bermanfaat untuk keefektifan intervensi untuk pasien dengan penyakit parkinson. DAFTAR PUSTAKA American Parkinson Disease Association. 2017. Parkinson’s Disease Handbook. Medtronic: Staten Island. Anugoro D. dan Usman F. S. 2015. 45 Penyakit dan Gangguan Saraf Deteksi: Dini & Atasi 45 Penyakit & Ganggun Saraf. Edisi 1. Yogyakarta: Rapha Publishing.
69
Bahrudin M. 2017. Neurologi Klinis. Edisi 3. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Bio
News Services. 2019. Parkinson’s Disease https://parkinsonsnewstoday.com/parkinsons-disease-statistics/. tanggal 8 Maret 2019].
Statistics. [Diakses
Dorsey, E. R., A. Elbaz, E. Nichols, dkk. 2018. Global, Regional, and National Burden of Parkinson’s Disease, 1990–2016: a Systematic Analysis for The Global Burden of Disease Study 2016. Lancet Neurology. 17: 939-953. Gunawan G., M. Dalhar, dan S. N. Kurniawan. 2017. Parkinson dan Terapi Stem Sel. Malang: Universitas Brawijaya Fakultas Kedokteran. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI: Jakarta. McNeely, M. E., R. P. Ducan, dan G. M. Earhart. 2015. A Comparison of Dance Interventions in People With Parkinson Disease and Older Adults. Maturitas. 81: 10-16. Nascimento, N. F., dan Albuquerque D. B. L. 2015. Evaluation of Functional Changes in The Evolutionary Stages of Parkinson's Disease: a Case Series. Fisioter Mov. 28(4): 741-749. Priyoto. 2015. Nursing Intervention Classification (NIC) dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: Salemba Medika. Ratno, A. E. 2017. Perilaku Penemuan Informasi pada Penderita Parkinson. Journal Universitas Airlangga. 6(3): 1-26. Rocca, W. A. 2018. The burden of Parkinson’s Disease: a Worldwide Perspective. Lancet Neurology. 17: 928-929. Smeltzer, S. C. 2013. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Jakarta: EGC. Tarukbua, F. R., R. Tumewah, dan J. Maja, P. S. 2016. Gambaran Fungsi Kognitif Penderita Parkinson di Poliklinik Saraf RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic. 4(1): 1-7.
70
Zhang, T., S. Yu, P. Guo, dkk. 2016. Nonmotor Symptoms in Patients With Parkinson Disease: a Cross-Sectional Observational Study. Medicine. 95(50): 1-6.
LAMPIRAN
Hari pertama
71
Hari Kedua
72
73