Kajian Aksesibilitas Tanggap Darurat pada Bencana Letusan Gunung Merapi
Laporan Kemajuan Ir. Heru Sutomo, M.Sc.(Eng.), Ph.D. Dr. M.H.P. Mark Zuidgeest Sulistiono, S.Sos. MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Profil Penelitian
Judul Proposal :
Obyek penelitian dan lokasi penelitian:
Korban letusan Merapi November 2010 (sampel) di kawasan Merapi
Anggaran yang diusulkan:
Kajian Aksesibilitas Tanggap Darurat pada Bencana Letusan Gunung Merapi
Rp29.345.400,- (termasuk pajak 2%)
Hasil yang ditargetkan :
identifikasi faktor-faktor yang berperan dalam mempermudah akses masyarakat terhadap proses evakuasi bencana Merapi dari aspek transportasi (sarana dan prasarana), aspek komunikasi, aspek layanan pembantu (auxiliary), aspek regulatori maupun aspek keahlian (skill) mengkaji peluang untuk mengembangkan model evakuasi yang lebih baik sebagai bentuk penguatan adaptasi masyarakat terhadap kejadian bencana Merapi.
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Latar Belakang Karakteristik bencana letusan gunung berapi berbeda dengan bencana lain
Teknologi telah banyak membantu memperkirakan kejadian bencana gunung berapi
• UU 24/2007 •Tata aturan perundangan • RENNAS PB • SK Bupati Sleman • Lembaga penanganan (mitigasi) • Lembaga mitigasi MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Merapi 2010
> 75.000 jiwa / 21.000 Meliputi Magelang, Sleman, Boyolali dan Klaten 277 korban jiwa Kerugian material Menyisakan Persoalan yang belum tuntas terpecahkan… MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Permasalahan
proses evakuasi masih menghadapi kendala (kekacauan) penentuan wilayah aman (kekacauan) penanganan pada saat penampungan sementara
misalnya aspek logistik yang terkesan reaktif dan kurang dalam perencanaan yang baik Misalnya penentuan titik tujuan evakuasi
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Tujuan Mengembangkan sistem komunikasi transportasi (transport communication) yang efektif untuk melakukan evakuasi korban bencana Merapi pada saat tanggap darurat
Sistem semacam ini dibutuhkan untuk memperbaiki sistem evakuasi yang selama ini berjalan, yang ditengarai masih parsial dan kurang terintegrasi. Sistem evakuasi semacam ini menimbulkan kegiatan tanggap darurat yang bukan hanya tumpang tindih (overlapping) tetapi juga menjadi tidak terkoordinasi dengan baik.
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Tujuan khusus penelitian
mengkaji model penanganan tanggap darurat utamanya pada proses evakuasi yang dijalankan pada saat bencana letusan Merapi 2010 mengidentifikasi tingkat akses masyarakat atau pelaku kebencanaan terhadap berbagai fasilitas tanggap darurat yang tersedia mengkaji pemanfaatan fasilitas evakuasi sebagai salah satu proses tanggap darurat dan kendala yang terjadi ada dalam pemanfaatan tersebut mengidentifikasi kebutuhan masyarakat pada saat bencana Merapi 2010 yang terpenuhi dan yang tidak terpenuhi, baik dari sisi fisik maupun non fisik. MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Output
Sistem komunikasi transportasi yang efektif untuk evakuasi korban bencana merapi pada saat tanggap darurat di wilayah studi. Sistem transportasi komunikasi untuk evakuasi mandiri, sebagai bentuk penguatan adaptasi masyarakat terhadap kejadian bencana Merapi.
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Jaringan infrastruktur fisik (physical infrastructure networks)
Jaringan Komunikasi (communciation networks)
1
3
NETS UNTUK EVAKUASI MERAPI
7 4
5 2
Jaringan bergerak
9
13
(mobile facility networks)
14
8 6
Jaringan Layanan Tambahan
10 15
Jaringan Keahlian (skill networks)
12
(auxiliary networks)
11
Jaringan Regulasi (regulation networks)
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT Sumber: Tifflin and Kissling, 2009
Tinjauan Pustaka (1)
Russel Blong dalam Ingleton (1999) menyatakan bahwa salah satu aspek penting yang perlu dikenali dari bencana letusan gunung berapi adalah adanya beberapa jenis bahaya (hazard) yang timbul satu setelah yang lain atau bahkan pada saat bersamaan.
Beberapa jenis bencana dan jenis dampak dalam satu letusan gunung berapi
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Tinjauan Pustaka (2)
Pentahapan penanganan bencana:
UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana membagi tahapan penanganan bencana sebagai prabencana; saat tanggap darurat; dan pascabencana.
New Zealand (resiko bencana utama: gempa bumi) mengadopsi empat tahapan penanganan bencana (New Zealand’s Department of Internal Affairs, 2007) yaitu: Mitigation Preparedness Response Recovery
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Tinjauan Pustaka (3)
Tahapan evakuasi ini adalah salah satu tahapan yang paling penting pertama yang jika tidak bisa dilakukan dengan baik merupakan pintu bagi bencana-bencana berikutnya.
Ketersediaan layanan pertama bagi korban sangatlah penting, dari layanan evakuasi pemindahan korban ke tempat yang lebih aman, sampai dengan ketersediaan tim Search and Rescue untuk mencari korban yang kemungkinan masih selamat di lokasi kejadian (Peter Walker, 2001). Tahapan ini harus direncanakan pada saat tahapan pra bencana, untuk memungkinkan proses tanggap darurat yang efisien. Dalam proses tanggap darurat, dibutuhkan disiplin (struktur, doktrin, proses) dan kecepatan (kreativitas, improvisasi, adaptabilitas) dalam merespon bencana (Harald, 2006). MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Tinjauan Pustaka (4)
Definisi aksesibilitas:
Dalam konteks aksesibilitas fisik, analisis spasial dapat digunakan, terutama dalam konteks area yang luas seperti daerah Merapi.
freedom or ability to obtain or make use of something
menggunakan indikator waktu atau jarak (time or space).
Aksesibilitas non fisik dapat menggunakan indikator:
ekonomi (biaya) pengetahuan (seberapa mudah sebuah proses diadaptasi masyarakat, terutama yang melibatkan pengetahuan baru), ataupun yang berkaitan dengan sosial-budaya (seperti misalnya tata hubungan masyarakat).
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Asumsi Penelitian
semakin tinggi derajat integrasi antara sistem jaringan fisik, sistem jaringan bergerak, sistem jaringan pendukung, sistem jaringan komunikasi, sistem jaringan keahlian, dan sistem jaringan regulasi, maka semakin efektif dan efisien proses evakuasi bencana korban Merapi. derajat integrasi antar sistem-sistem tersebut dipengaruhi oleh kapasitas dan komitmen instansi-instansi pemerintah kabupaten yang bertanggungjawab langsung maupun tidak langsung terhadap evakuasi bencana (Satkorlak), lembagalembaga swadaya masyarakat, serta asosiasi-asosiasi yang menangani evakuasi. derajat integrasi antar sistem-sistem tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat adaptasi yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, terutama di kalangan korban bencana. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi perbaikan sistem baik untuk evakuasi korban bencana Merapi maupun korban bencana alam lainnya. MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Jadwal dan Kemajuan
Posisi saat ini MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Jangka Waktu dan Kemajuan
Telah berjalan 3 (tiga) bulan dari 6 (enam) yang direncanakan. Kemajuan yang telah dicapai adalah:
1. Studi literatur-literatur terkait proses evakuasi kebencanaan gunung berapi 2. Pengumpulan data sekunder 3. Diskusi-diskusi internal 4. Survei lapangan di Shelter Gondang Legi, Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman 5. Analisis hasil survei 6. Penyusunan laporan kemajuan substansi dan keuangan MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Matrix Fixed Facility
Mobile Facility
Regulatory
Communication
Auxiliary
Skill
Fixed Facility Mobile Facility
Tersedia angkutan untuk 1 evakuasi Terdapat akses kend pribadi sampai rumah Regulatory Terdapat aturan Terdapat aturan lalu penggunaan jalan lintas pada saat evakuasi (arah arus, 2 6 larangan naik dsb) Communi- Tersedia infor Tersedia informasi cation masi mengenai mengenai keberadaan jalur evakuasi kendaraan untuk evakuasi 3 7 Tersedia informasi mengenai Tersedia rambulokasi titik kumrambu arah evakuasi pul/shelter/posko Auxiliary Unit emergency Tersedia pom/kios maintenance bensin/tambal ban di sepanjang jalur Tersedia tempat 4 kumpul 8 evakuasi Skill
Tersedia informasi mengenai aturan penggunaan jalan dan lalu lintas pada 10 saat evakuasi
Tersedia petugas yang mengatur penggunaan jalan dan lalu lintas pada 13 11 saat evakuasi Tersedia petugas Tersedia sopir khusus Tersedia anggota yang ahli yang mampu warga/petugas yang maintenance mengoperasikan berada di desa jalan pada saat truk/kendaraan untuk evakuasi evakuasi 12 menginformasikan 5 9 14 aturan
Tersedia papan informasi mengenai aturan Tersedia anggota warga/petugas yang menjadi saluran informasi dari luar pada saat evakuasi
Terdapat sinyal telepon seluler 15
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Form
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Tingkat keterhubungan dihitung dengan menggunakan rumus tingkat konektivitas dalam graph theory
y = konektivitas e = edges (jaringan yang menghubungkan titik simpul) v = vertex (titik simpul)
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Hasil
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Area terdampak
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Survei lapangan 1
Survei dilakukan di:
Shelter ACT, Gondang Legi, Sleman
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2011 diikuti oleh mahasiswa PIPM dan peserta kursus singkat Academic Camp yang diselenggarakan oleh PIPM.
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Hasil RESPONDEN 5 6 7 1 2 3 4 9 10 11 12 13 14 15 16 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
L1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
L2 1
L3
1 1
1
L4 1 1 1 1 1 1 1
L5 1
L6 1
1
1 1 1 1 1
1
1
1 1 1
1
1
1 1
1
1 1
1 1
1
1 1
1 1 1 1
1
L9 1 1 1 1
L10 L11 L12 L13 L14 L15 1 1
1 1
1
1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1
1
1 1
1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1
1 1
1 1
1
1
1
1
1
1 1 1
1 1
1 1 1
1
1 1 1 1
L8
1
1 1
1
L7 1 1
1 1
1 1
1 1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1 1
1 1
1
1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
e 3(v-2_ g KORBAN desa 6 12 0.5 4 Kalitengah Kidul 8 12 0.667 3 Kalitengah Kidul 8 12 0.667 4 Kalitengah Kidul 5 12 0.417 3 Manggong 4 12 0.333 2 Manggong 7 12 0.583 3 Manggong 6 12 0.5 3 Manggong 6 12 0.5 2 Manggong 5 12 0.417 3 Manggong 5 12 0.417 2 Manggong 3 12 0.25 3 Manggong 10 12 0.833 3 Manggong 4 12 0.333 2 Manggong 4 12 0.333 3 Manggong 6 12 0.5 5 Manggong 8 12 0.667 0 Petung 14 12 1.167 0 Petung 10 12 0.833 1 Petung 10 12 0.833 0 Petung 9 12 0.75 0 Petung 7 12 0.583 0 Petung 11 12 0.917 0 Petung 8 12 0.667 2 Srodokan 9 12 0.75 2 Srodokan 8 12 0.667 2 Srodokan
Tingkat konektivitas Jumlah korban
Standardized G' Korban' 0.27 0.20 0.45 0.40 0.45 0.20 0.18 0.40 0.09 0.60 0.36 0.40 0.27 0.40 0.27 0.60 0.18 0.40 0.18 0.60 0.00 0.40 0.64 0.40 0.09 0.60 0.09 0.40 0.27 0.00 0.45 1.00 1.00 1.00 0.64 0.80 0.64 1.00 0.55 1.00 0.36 1.00 0.73 1.00 0.45 0.60 0.55 0.60 0.45 0.60
benefit
cost
Standardized
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Petung
Hasil Manggong
ada korelasi antara tingginya tingkat konek-tivitas dan rendahnya jumlah korban dalam proses evakuasi
Jumlah korban (standardized - cost)
Srodokan
Srodokan
Konektivitas
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Lokasi dusun
Dusun Petung yang terletak lebih dekat puncak, tapi korbannya lebih sedikit, sementara Manggong yang lebih jauh korbannya lebih banyak
Petung
Manggong
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Diskusi 1. Memang terjadi hubungan antara keterhubungan diantara semua jaringan sebagaimana diadopsi dari konsep NETS dengan tingkatan jumlah korban, sebagaimana disajikan pada Gambar 4. 2. Link yang merata memberikan hasil yang lebih baik, sementara jika dilihat pada kondisi yang korbannya lebih banyak, tingkat keterhubungan jaringan tidak tersebar merata. 3. Menarik bahwa Dusun Petung yang kondisinya palinig baik, justru berada di area yang lebih dekat dengan puncak dari sisi jarak dibandingkan dengan Dusun Manggong padahal jumlah korban di Manggong lebih
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Result – raw data Link nomor
Pertanyaan 1
RESPONDEN
Q-1
5
1
6
1
7
1
Q-2
2
3
Q-3
Q-4
Q-1
1
1
1 1
3
1
4
1
9
1
5
Q-2
Q-3
Q-4
1
1
1
6 Q-1
Q-2
7 Q-3
1 1
1 2
4
1 1 1 1
1
1 1
9
10
11
12
13
14
15
Q-1
Q-2
Q-3
Q-4
Q-1
Q-2
Q-3
Q-4 Jumlah Korban
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
4
1 1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
10
1
Q-4
8
1
1
4
1
3 1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
3
1
3
1
2
1
3
1
2
1
3
1
1
3
1
11
1
12
1
1
13
1
1
14
1
1
1
1
1
2
15
1
1
1
1
1
3
1
1
5
16 1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
11
1
1
1
12
1
1
1
13
1
1
1
14
1
15
1
16
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
1
1
10
1
1
1
1
7
1
1 1
1
1
1 1
1
1
1
1
0 1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0 2
1
2
1
2
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Semua link terhubung Dominan di beberapa link
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Link yang lemah
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Diskusi
ada hubungan antara keterhubungan antar fasilitas/jaringan evakuasi, tidak saja fisik jalan dan kendaraan, tapi juga regulasi, komunikasi, keahlian dan informasi/komunikasi. memperlihatkan bahwa semakin tinggi konektivitas jaringan semakin tinggi tingkat keberhasilan pada saat evakuasi. diperlukan kunjungan lapangan pada tahap berikutnya survei ke lokasi lain dengan mengambil sampel dari wilayah lain yang lebih beragam, sesuai dengan anggaran dan ketersediaan waktu. MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
dokumentasi
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Hasil sementara 1. Hipotesis awal terbukti bahwa memang ada hubungan antara keterhubungan antar fasilitas/jaringan evakuasi, tidak saja fisik jalan dan kendaraan, tapi juga regulasi, komunikasi, keahlian dan informasi/komunikasi. 2. Hubungan tersebut memperlihatkan bahwa semakin tinggi konektivitas jaringan semakin tinggi tingkat keberhasilan pada saat evakuasi. 3. Meski demikian dipahami bahwa ini baru untuk sedikit lokasi saja, diperlukan pada tahap berikutnya survei ke lokasi lain dengan mengambil sampel dari wilayah lain yang lebih beragam, sesuai dengan anggaran dan
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
Terima Kasih http:// pipm.pasca.ugm.ac.id
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT
References
Harrald, John (2006) Agility and Discipline: Critical Success Factors for Disaster Response, The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science 2006; 604; 256 New Zealand’s Department of Internal Affairs (2007) National Civil Defence Emergency Management Strategy 2007 Tiffin, John and Kissling, Chris (2007) Transport Communications: Understanding Global Networks Enabling Transport Services (NETS), Kogan Page Limited, London Walker, Peter (1991). International Search and Rescue Teams, A League Discussion Paper Photo:Bernard Tey / CC BY-ND
MANAGEMENT OF INFRASTRUCTURE AND COMMUNITY DEVELOPMENT