351.770 212 Ind p
PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2005
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. JAKARTA 2007
TIM PENYUSUN Pengarah Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH Sekretaris Jenderal Depkes Ketua DR Bambang Hartono, SKM, MSc Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes Sekretaris Bob Susilo Kusumobroto, SKM, MPH Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes Anggota, Sugito, SKM, MKes Sunaryadi, SKM, MKes Nuning Kurniasih, SSi, Apt Boga Hardhana, SSi, MM Evida Manullang, SSi M. Syahrul Anam, Dr. Wardah, SKM Marlina Indah Susanti, SKM Supriyono, SKM Dewi Roro Kumbini, SS Istiqomah, SS Rida Sagitarina, Dra. Sariyono Sondang Tambunan
Kontributor Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Ditjen Pelayanan Medik Ditjen PPM-PL Ditjen Yanfar & Alkes Badan Litbangkes Badan PPSDMKes Biro Perencanaan dan Anggaran Biro Kepegawaian Biro Umum dan Humas Pusat Promosi Kesehatan Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI 351.770 212 Ind Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi p Profil Kesehatan Indonesia 2005. - - Jakarta : Departemen Kesehatan RI 2007 I. Judul
1. HEALTH STATISTICS
Buku ini diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950 Telepon no: 62-21-5229590, 5221432 Fax no: 62-21-5203874 E-mail:
[email protected] Web site: http://www.depkes.go.id
KATA PENGANTAR “Profil Kesehatan Indonesia 2005” merupakan kelanjutan dari profil tahun-tahun sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Pusat Data dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan dan dianggap tertinggal, maka data dan informasi yang disajikan adalah sesuai dengan tahun yang tercantum. “Profil Kesehatan Indonesia 2005” selain memuat informasi seperti profil kesehatan sebelumnya dan juga memuat kejadian-kejadian penting pada tahun 2005, antara lain munculnya kembali penyakit polio, flu burung dan gempa bumi di Nias. Namun demikian “Profil Kesehatan Indonesia 2005” masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data yang masih belum bisa terkumpul, untuk itu akan kami masukan ke Profil Kesehatan berikutnya. “Profil Kesehatan Indonesia 2005” ini dapat juga diakses melalui http://www.depkes.go.id. “Profil Kesehatan Indonesia” dengan segala keterbatasan dalam hal pengumpulan datanya tetap diupayakan agar dapat terbit lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya. Mudah-mudahan “Profil Kesehatan Indonesia 2005” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.
Jakarta,
2007
Kepala Pusat Data dan Informasi
DR. Bambang Hartono, SKM, MSc NIP. 140 058 225
i
ii
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL DEPKES Saya menyambut gembira terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2005” yang lebih cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2005 dan menyusunnya menjadi “Profil Kesehatan Indonesia 2005”. Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata banyak kendala sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program masih belum terisi secara lengkap. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2005” yang juga memuat kejadian-kejadian penting di tahun 2005, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2005”.
Jakarta,
2007
Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH NIP. 140 086 897
iii
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I:
PENDAHULUAN
1
BAB II:
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK A. Keadaan Penduduk B. Keadaan Ekonomi C. Keadaan Pendidikan D. Keadaan Lingkungan E. Keadaan Perilaku Masyarakat
3 3 5 7 10 12
BAB III:
SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Mortalitas B. Morbiditas C. Status Gizi
15 15 23 54
BAB IV:
SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang C. Pengendalian Penyakit Menular D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar E. Perbaikan Gizi Masyarakat F. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan G. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana
59 59 69 73 83 85 88 91
BAB V:
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan B. Tenaga Kesehatan C. Pembiayaan Kesehatan
v
93 93 102 108
BAB VI:
PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN BEBERAPA NEGARA A. Kependudukan B. Derajat Kesehatan
111 111 116
BAB VII:
PENUTUP
122
DAFTAR PUSTAKA
123
LAMPIRAN
***
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2.1 Lampiran 2.2 Lampiran 2.3 Lampiran 2.3.a Lampiran 2.4 Lampiran 2.4.a Lampiran 2.4.b Lampiran 2.5 Lampiran 2.6 Lampiran 2.7 Lampiran 2.8
Lampiran 2.8.a
Lampiran 2.8.b
Lampiran 2.9 Lampiran 2.9.a Lampiran 2.9.b
Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan per Provinsi Tahun 2005 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu dan Provinsi Tahun 2005 Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Wilayah Tahun 2005 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan) Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu dan Provinsi Tahun 2005 (Pedesaan) Penduduk Menurut Provinsi, Daerah Perkotaan/Pedesaan dan Jenis Kelamin Tahun 2005 Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Rumah Tangga Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Menurut Klasifikasi dan Provinsi Tahun 2005 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2005 (Perkotaan) Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi, Jenis Kelamin, dan Kepandaian Membaca dan Menulis Tahun 2005 (Perdesaan) Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan) Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan dan Provinsi Tahun 2005 (Perdesaan)
vii
Lampiran 2.10
Lampiran 2.10.a
Lampiran 2.10.b
Lampiran 2.11 Lampiran 2.12 Lampiran 2.12.a Lampiran 2.12.b Lampiran 2.13
Lampiran 2.14 Lampiran 2.15
Lampiran 2.16 Lampiran 2.17 Lampiran 2.18
Lampiran 2.19 Lampiran 2.19.a Lampiran 2.19.b
Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan) Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2005 (Perdesaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2), Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2005 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan) Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2005 (Perdesaan) Persentase Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum dari Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Tipe Daerah, Jarak ke Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat Tahun 2005 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2005 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan yang Lalu Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Provinsi Tahun 2005 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2005 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2005 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi Menurut Jenis Obat Yang Digunakan, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2005 Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2005 (Perkotaan) Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui dan Provinsi Tahun 2005 (Perdesaan)
viii
Lampiran 3.1 Lampiran 3.2 Lampiran 3.2.a Lampiran 3.3 Lampiran 3.3.a Lampiran 3.4 Lampiran 3.5 Lampiran 3.6 Lampiran 3.7 Lampiran 3.8 Lampiran 3.9
Lampiran 3.10 Lampiran 3.11 Lampiran 3.12 Lampiran 3.13 Lampiran 3.14 Lampiran 3.15 Lampiran 3.16 Lampiran 3.17 Lampiran 3.18 Lampiran 3.19 Lampiran 3.20
Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Harapan Hidup, dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun 2002-2003 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2005 Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut BAB ICD-X di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2005 Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2005 Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut BAB ICD-X di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2005 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi Tahun 2005 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997-2005 Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan Penyakit TB Paru Tahun 2005 Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Kelompok Umur (Tahun) dan Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2005 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Yang Menggunakan NAPZA Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2005 Jumlah Kasus Baru AIDS Ditemukan dan Persentase Kasus Baru Per Tri Wulan Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus Pneumonia Balita Menurut Provinsi Tahun 2005 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus Penyakit Campak Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus Penyakit Difteri di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus Penyakit Pertusis (Batuk Rejan) di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis Klinis di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005 ix
Lampiran 3.21 Lampiran 3.22 Lampiran 3.23 Lampiran 3.24 Lampiran 3.25 Lampiran 3.26 Lampiran 3.27 Lampiran 3.28
Lampiran 3.29 Lampiran 3.30
Lampiran 3.31 Lampiran 3.32 Lampiran 3.33 Lampiran 3.34 Lampiran 3.35 Lampiran 3.36 Lampiran 3.37 Lampiran 3.38 Lampiran 3.38.a Lampiran 3.38.b Lampiran 3.39 Lampiran 3.39.a
Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis B di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus AFP Polio Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kasus AFP Polio Menurut Kriteria Klinis dan Provinsi Tahun 2005 Perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio Tahun 2005 Jumlah Kasus Penyakit Tetanus di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2005 Frekuensi KLB Menurut Penyakit di Indonesia Tahun 2005 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2001 - 2005 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 20002005 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2001– 2005 Jumlah dan Persentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2000 – 2005 Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2004 Persentase Batita (0-35 Bulan) Menurut Status Gizi dan Provinsi Tahun 2005 Persentase Balita (0-59 Bulan) Menurut Status Gizi dan Provinsi Tahun 2005 Distribusi Kasus Gizi Buruk Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Kabupaten/Kota Berdasarkan Prevalensi Gizi Kurang Pada Balita Menurut Provinsi Tahun 2005 Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan Umur Tahun 2005 Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan Umur Tahun 2005 (Perkotaan) Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan Umur Tahun 2005 (Perdesaan) Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan Berat Badan Tahun 2005 Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan Berat Badan Tahun 2005 (Perkotaan) x
Lampiran 3.39.b Lampiran 3.40 Lampiran 3.41 Lampiran 3.42 Lampiran 4.1 Lampiran 4.2 Lampiran 4.3
Lampiran 4.4
Lampiran 4.5
Lampiran 4.5.a
Lampiran 4.5.b
Lampiran 4.6 Lampiran 4.7 Lampiran 4.8 Lampiran 4.9 Lampiran 4.10 Lampiran 4.11 Lampiran 4.12 Lampiran 4.13
Persentase Balita 24 – 59 Bulan Menurut Provinsi, Tinggi Badan dan Berat Badan Tahun 2005 (Perdesaan) Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun Menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Ukuran LILA Tahun 2005 Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun Menurut Kelompok Umur, Tipe Daerah dan Ukuran LILA Tahun 2005 Persentase Rumah Tangga Yang Mengkonsumsi Garam Beryodium Menurut Provinsi Tahun 2002-2005 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2005 Cakupan Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti dan Penangan Komplikasi Ibu Hamil dan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2005 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi, Tahun 2005 Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi Tahun 2005 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2005 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2005 (Perkotaan) Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2005 (Perdesaan) Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Metoda Kontrasepsi dan Provinsi Tahun 2005 Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Tempat Pelayanan dan Provinsi Tahun 2005 Pencapaian Desa Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi Tahun 2005 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2005 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2005 Angka Drop Out Cakupan Imunisasi (DPT1-Campak) pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 1998-2005 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2005 Cakupan Bulan Imunisasi Anak Sekolah Menurut Provinsi Tahun 2005 xi
Lampiran 4.14 Lampiran 4.15 Lampiran 4.16 Lampiran 4.17 Lampiran 4.18 Lampiran 4.19 Lampiran 4.20 Lampiran 4.21 Lampiran 4.22 Lampiran 4.23 Lampiran 4.24 Lampiran 5.1 Lampiran 5.2
Lampiran 5.3 Lampiran 5.4 Lampiran 5.5 Lampiran 5.6 Lampiran 5.7 Lampiran 5.8 Lampiran 5.9 Lampiran 5.10
Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut Provinsi Tahun 2005 Pemeriksaan Radiodiagnostik Pada Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut Provinsi Tahun 2005 Hasil Pekan Imunisasi Nasional Menurut Provinsi Tahun 2005 – 2006 Jumlah dan Persentase Balita yang Naik Berat Badannya dan Balita Bawah Garis Merah Menurut Provinsi Tahun 2005 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Menurut Provinsi Tahun 2005 Cakupan Distribusi Tablet Besi pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2005 Cakupan Wanita Usia Subur (WUS) dan Mendapat Kapsul Yodium Menurut Provinsi Tahun 2004 Jumlah Kegiatan Farmasi pada Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah dan Persentase Penulisan Resep Obat Generik Menurut Provinsi Tahun 2004 Penanganan Penyalahgunaan NAPZA pada RS di Indonesia Menurut Kepemilikan Tahun 2005 Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2005 Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Keadaan Tahun 2005 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Rasionya terhadap Penduduk, serta Rasio Pustu per Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2000-2005 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000-2005 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per Puskesmas Menurut Provinsi, Tahun 2000-2005 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi Tahun 2005 Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 1995-2005 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 1995-2005 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis Rumah Sakit Tahun 1997 – 2005 Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2001 – 2005 Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi Tahun 2001 – 2005
xii
Lampiran 5.11 Lampiran 5.12 Lampiran 5.13 Lampiran 5.14 Lampiran 5.15 Lampiran 5.16 Lampiran 5.17 Lampiran 5.18 Lampiran 5.19 Lampiran 5.20 Lampiran 5.21 Lampiran 5.22 Lampiran 5.23 Lampiran 5.24 Lampiran 5.25 Lampiran 5.26 Lampiran 5.27 Lampiran 5.28 Lampiran 5.29
Jumlah Unit Pengelola Obat (eks Gudang Farmasi) Kabupaten/Kota Menurut Provinsi Tahun 2002-2005 Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Menurut Provinsi Tahun 2005 Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2005 Jumlah Polindes Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2005 Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2005 Rekapitulasi Institusi Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan dan Provinsi per Maret 2005 Rekapitulasi Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Politeknik Kesehatan Tahun 2005 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2005 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut Status Kepemilikan Tahun 2005 Data Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan yang Bekerja di Rumah Sakit Menurut Provinsi dan Jenis Ketenagaan Tahun 2005 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Puskesmas Menurut Provinsi Keadaan Tahun 2005 Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2005/2006 di Politeknik Kesehatan Menurut Profesi Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2005/2006 di Non Politeknik Kesehatan Menurut Profesi Jumlah Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut Jenis Tenaga Kesehatan Tahun 2005 Jumlah Lulusan Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan/Program Studi dan Kota Tahun 2005 Jumlah Pelatihan yang Dilaksanakan Pusdiklatkes dan Bapelkes Nasional Tahun 2005 Realisasi DIPA Menurut Pusat dan Daerah Per Provinsi dan Per Jenis Belanja Alokasi dan Realisasi Anggaran Depkes Tahun Anggaran 2005 Menurut Eselon I Jumlah dan Persentase Kepesertaan Penduduk dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2005
xiii
Lampiran 5.30 Lampiran 6.1 Lampiran 6.2 Lampiran 6.3 Lampiran 6.4 Lampiran 6.5 Lampiran 6.6 Lampiran 6.7
Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2005 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara ASEAN Perbandingan Beberapa Data Indikator Derajat Kesehatan di Negara ASEAN Tahun 2004 Perbandingan Data Cakupan Imunisasi di Negara ASEAN Tahun 2004 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara ASEAN Tahun 2004 Angka Estimasi HIV dan AIDS di Negara ASEAN Tahun 2005 Status Gizi Buruk dan BBLR di Negara ASEAN Tahun 2001 - 2003 Perbandingan Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat di Negara ASEAN Tahun 2004 ***
xiv
BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan visi “Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”, dan mengemban misi “Membuat Rakyat Sehat”, Departemen Kesehatan mempunyai empat strategi utama yaitu : 1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. 2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. 3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan. 4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan. Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005 ini berupaya untuk mengacu kepada sasaran utama Departemen Kesehatan tersebut di atas. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat akan digambarkan pada Bab II dan Bab III, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas digambarkan pada Bab IV dan Bab V, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan digambarkan pada Bab III dan IV serta meningkatkan pembiayaan kesehatan digambarkan pada Bab V. Profil Kesehatan Indonesia 2005 ini terdiri dari 7 (tujuh) bab, yaitu: Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan Indonesia 2005 ini serta sistimatika penyajiannya. Bab II - Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor lingkungan dan perilaku. Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2005 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan dan keadaan status gizi. Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2005, untuk tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan dan berbagai upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya. Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2005 ini. Gambaran tentang keadaan sumber daya sampai dengan tahun 2005 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas 1
kesehatan yang ada sampai tahun 2005. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah dan penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara-negara ASEAN. Bab ini menyajikan perbandingan beberapa indikator tertentu seperti Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Kematian Kasar, Umur Harapan Hidup, Cakupan Imunisasi juga tentang beberapa prevalensi penyakit tertentu, seperti Campak, HIV/AIDS, dan Tuberkulosis di antara Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN. Bab VII - Penutup.
***
2
BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK Indonesia terdiri atas banyak pulau dan kepulauan dengan karakteristik budaya penduduk yang beragam, mempunyai kebiasaan/adat-istiadat yang berbeda, termasuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. Sejak tahun 2001 Indonesia melaksanakan kebijakan desentralisasi yang antara lain berimplikasi pada terus bertambahnya jumlah provinsi dan kabupaten/kota. Pada tahun 2005 secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 349 kabupaten, dan 91 kota. Wilayah tersebut meliputi 5.263 kecamatan, 62.806 desa, dan 7.123 kelurahan. Dalam uraian bab ini, data yang berasal dari Statistik Kesra 2005 tidak mengikutsertakan 3 provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Barat, Irian Jaya Barat dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Provinsi NAD tidak diikutsertakan karena penghitungan data penduduk dilakukan tidak bersamaan dengan 30 provinsi lainnya. Rincian pembagian wilayah administrasi pemerintahan per provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 2.1. Adapun gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk pada tahun 2005 yang diuraikan meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan. A. KEADAAN PENDUDUK Sesuai dengan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 tercatat sebesar 218.868.791 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk 2005 sebesar 117,6 jiwa per km2. Provinsi-provinsi di Pulau Jawa memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan di luar Jawa. Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 11.968,8 jiwa per km2. Provinsi DI Yogyakarta merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi ke2 dengan kepadatan 1.067,2 jiwa per km2. Provinsi dengan tingkat kepadatan tertinggi ke-3 masih berada di Pulau Jawa, yaitu Jawa Barat sebesar 1.055,3 jiwa per km2. Provinsi-provinsi di Papua, Pulau Kalimantan, dan Kepulauan Maluku memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah. Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Papua, yaitu hanya 5,9 jiwa per km2. Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke-2 yaitu sebesar 12,5 jiwa per km2, yang kemudian disusul oleh Kalimantan Timur dengan kepadatan 14,6 jiwa per km2. Persebaran penduduk sampai dengan tahun 2005, baik antar pulau maupun antar provinsi masih sangat timpang. Hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk antar pulau yang menunjukkan lebih dari separuh penduduk Indonesia (58,7%) berada di Pulau Jawa (yang luas wilayahnya hanya 7% wilayah Indonesia); 21% berada di Pulau Sumatera; 7,2% di Sulawesi; 5,5% di Kalimantan; 5,4% di Kepulauan Nusa Tenggara dan Bali; dan hanya 2,1% yang berada di Kepulauan Maluku, dan Papua. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2. Menurut hasil SUPAS 2005, persentase penduduk menurut tipe wilayah menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan masih lebih besar daripada yang tinggal di wilayah perkotaan, yaitu sebesar 56,88% di wilayah perdesaan dan yang bertempat 3
tinggal di wilayah perkotaan sebesar 43,12%. Provinsi dengan persentase penduduk tinggal di kota tertinggi adalah DKI Jakarta (100%) disusul oleh Kepulauan Riau (79,39%) dan DI Yogyakarta (59,14%). Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang tinggal di perkotaan terendah adalah Nusa Tenggara Timur (15,60%) disusul oleh Sulawesi Tengah (19,97%), dan Lampung (20,97%). Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 107.274.528 jiwa penduduk laki-laki dan 106.100.759 jiwa penduduk perempuan. Dengan demikian rasio penduduk menurut jenis kelamin sebesar 101,11. Rasio penduduk menurut jenis kelamin yang tertinggi di Provinsi Papua, yaitu sebesar 112,34, Kalimantan Timur (109,71) dan Kepulauan Bangka Belitung (109,00). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 93,49, Sulawesi Selatan sebesar 94,78 dan Sumatera Barat sebesar 97,49. Jumlah penduduk menurut provinsi, daerah perkotaan/perdesaan dan jenis kelamin terdapat pada Lampiran 2.2, 2.3 dan 2.3.a. Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 29,04%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 66,31%, dan yang berusia tua (U> 65 tahun) sebesar 4,65%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2005 sebesar 50,81%. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2004 sebesar 52,26%. Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 71,67%, disusul oleh Sulawesi Tenggara sebesar 61,98%, dan Maluku Utara sebesar 61,44%. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu DKI Jakarta sebesar 37,22%, disusul oleh Kepulauan Riau sebesar 40,92% dan DI Yogyakarta sebesar 43,77%. Berdasarkan wilayah, angka beban tanggungan di perdesaan lebih besar dibandingkan perkotaan, yaitu 54,89% berbanding 45,73%. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur, provinsi, wilayah dan angka beban tanggungan tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 2.4, 2.4.a, dan 2.4.b. Komposisi penduduk Indonesia dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur 15 – 49 tahun dan umur 50 – 64 tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat dari gambar berikut. GAMBAR 2.1 PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2005 75 + 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 -59 50 - 54
Usia
45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 -19 10 - 14 5-9 0-4 6
4
2
0
2
4
Persentase Laki-Laki
Perempuan
Sumber : BPS, SUPAS 2005
4
6
B. KEADAAN EKONOMI Kondisi perekonomian Indonesia pada tiga tahun terakhir relatif stabil dan menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kinerja ekonomi pada tahun 2003 tumbuh sebesar 4,88% dan tahun 2004 meningkat menjadi 5,13%. Pada tahun 2005 kondisi perekonomian semakin stabil yang diperlihatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat yang mencapai 5,60%. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun terakhir, ternyata tidak diimbangi dengan penurunan laju inflasi. Data BPS menyebutkan bahwa tahun 2003 laju inflasi sebesar 5,06 %. Angka ini merangkak naik menjadi 6,40% pada tahun 2004, hingga pada tahun 2005 laju inflasi mencapai 17,17 % (Januari – November 2005). Statistik Kesra Tahun 2005 menampilkan persentase rumah tangga yang memiliki bukti kemiskinan dan memanfaatkannya. Bukti kemiskinan tersebut berupa JPK-MM, Kartu Sehat, JPK-Gakin, Kartu Miskin dan Surat Miskin. Secara nasional persentase rumah tangga yang memiliki bukti kemiskinan sebesar 12,12%. Angka tersebut tidak termasuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, karena waktu penghitungan yang tidak bersamaan. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebesar (37,44%) yang disusul oleh Nusa Tenggara Barat (26,56%) dan Gorontalo (24,06%). Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penentuan GKM berdasarkan pengeluaran penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar, baik makanan maupun non makanan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Februari 2005 sebesar 35,10 juta (15,97%) yang kemudian meningkat menjadi 39,05 juta pada bulan Maret 2006 (17,75%). Dengan demikian terjadi peningkatan penduduk miskin sebesar 3,95 juta.
40
20
35
15
30 Jumlah (Juta)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 38,7 37,9 38,4 37,3 36,2 35,1
Persentase 19,1 18,4 18,2 17,4 16,7 (%) Tahun
Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2005, BPS
5
16
10
Persentase (%)
Jumlah (Juta)
GAMBAR 2.2 JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2000 - 2005
Indeks Kedalaman Kemiskinan di Indonesia menurut BPS pada tahun 2005 adalah 2,78. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2004 sebesar 2,89. Penurunan serupa juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan yang pada tahun 2004 sebesar 0,78, kemudian turun menjadi 0,76 pada tahun 2005. Selama periode 1999-2005, baik indeks kedalaman kemiskinan maupun indeks keparahan kemiskinan menunjukkan kecenderungan yang menurun. GAMBAR 2.3 INDEKS KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN TAHUN 1999 - 2005 6
Indeks
5 4 3 2 1 0
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
P2
1.23
1.02
0.97
0.79
0.85
0.78
0.76
P1
4.33
3.51
3.42
3.01
3.13
2.89
2.78
Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2005, BPS
Menurut data Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal, hingga tahun 2005 jumlah kabupaten/kota tertinggal mencapai 197 dari 440 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Jumlah ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2004 yang sebesar 199. Provinsi dengan persentase kabupaten/kota tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100%, disusul oleh Papua yang sebesar 95%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 93,75%. Jumlah dan persentase kabupaten/kota tertinggal menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.6. Pada tahun 2005, dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari dana kompensasi BBM. Berdasarkan Instruksi Presiden No. 12 tahun 2005 dilakukan Pendataan Sosial Ekonomi 2005 oleh BPS dengan tujuan untuk memperoleh daftar nama dan alamat rumah tangga yang layak menerima BLT. Klasifikasi rumah tangga miskin penerima BLT dibagi menurut 3 klasifikasi yaitu sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Jumlah rumah tangga miskin tercatat sebesar 12.131.303, terdiri dari 3.894.314 rumah tangga kategori sangat miskin, 8.236.989 rumah tangga kategori miskin dan 6.969.602 kategori hampir miskin. Kemudian dengan mencoba matching 83%, kesetaraan terhadap garis kemiskinan, jumlah rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) 10.068.981 rumah tangga (Lampiran 7). Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga miskin penerima BLT (terhadap total rumah tangga penerima BLT)) adalah Jawa Timur, yaitu sebesar 16,95%, Jawa Tengah (16,60%), dan Jawa Barat (15,21%). Sedangkan yang terendah di Kepulauan Bangka Belitung (0,18%), 6
Kepulauan Riau (0,39%), dan Maluku Utara (0,34%). Rincian jumlah dan persentase rumah tangga miskin penerima BLT menurut klasifikasi dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.7. GAMBAR 2.4 PERSENTASE RUMAH TANGGA MISKIN PENERIMA BLT MENURUT KLASIFIKASI TAHUN 2005 Sangat miskin 20,39%
Hampir miskin 36,49%
Miskin 43,12%
Sumber: BPS, 2006
C. KEADAAN PENDIDIKAN Kemampuan membaca dan menulis (baca-tulis) penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Secara nasional, persentase penduduk yang dapat membaca huruf latin pada tahun 2005 sebesar 69,35%. Sedangkan mereka yang dapat membaca huruf lainnya sebesar 1,03%, huruf latin dan lainnya sebesar 21,53% dan yang buta huruf sebesar 8,09%. Dengan demikian persentase penduduk melek huruf yang terdiri dari penduduk yang mampu membaca huruf latin, lainnya serta latin dan lainnya adalah 91,91%. Provinsi dengan persentase melek huruf tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar 98,84%, menyusul DKI Jakarta sebesar 98,48% dan Riau 98,04%. Sedangkan persentase melek huruf terendah adalah Provinsi Papua sebesar 73,56%, disusul oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 81,73%, dan Sulawesi Tengah sebesar 86,28%. Penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut kepandaian membaca dan menulis per provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 2.8. Pada tahun 2005, persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar 7,82%. Sedangkan yang masih bersekolah sebesar 19,24%, terdiri atas 8,05% bersekolah di SD/MI, sebesar 6,02% di SLTP/MTs, sebesar 3,75% di SMU/SMK, dan 1,42% di Akademi/Universitas. Selebihnya, sebesar 72,94% sudah tidak bersekolah lagi. Secara nasional persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah di perdesaan (10,63%) lebih tinggi daripada yang tinggal di perkotaan (4,31%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut status pendidikan dan wilayah yang lebih rinci terdapat pada Lampiran 2.9, 2.9.a, dan 2.9.b. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Statistik Kesra Tahun 2005 dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur setingkat SLTP, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMU. Secara umum, APS kelompok umur 7-12 tahun sebesar 97,14%, kelompok umur 13-15 tahun sebesar 84,02% dan kelompok umur 16-18 tahun sebesar 53,86%. Semakin tinggi kelompok 7
umur, semakin rendah APS, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan wilayah, APS penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan APS penduduk perdesaan. Layaknya APS, Angka Partisipasi Murni yang menunjukkan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya bervariasi berdasarkan golongan umur maupun tipe daerah. APM SD di daerah perkotaan sebesar 92,76%, lebih kecil dibandingkan angka di perdesaan yang sebesar 93,58%. APM SLTP di perkotaan sebesar 72,74%, lebih besar dibandingkan angka di perdesaan sebesar 60,17%. Sedangkan APM SMU di perkotaan sebesar 56,81% dan di perdesaan hanya 32,75%. Secara nasional APM SD sebesar 93,25%, APM SLTP sebesar 65,37%, dan APM SMU 43,50%. TABEL 2.1 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH PENDUDUK UMUR 7-18 TAHUN MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2005 Kelompok Umur (Tahun)
Daerah/Jenis Kelamin
7-12
13-15
16-18
Perkotaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
97,82 98,14 97,98
90,07 89,08 89,59
66,48 64,33 65,41
Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
96,38 96,75 96,56
79,27 80,98 80,09
44,24 44,84 44,52
Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
96,96 97,32 97,14
83,70 84,37 84,02
53,96 53,75 53,86
Sumber : Statistik Kesra, 2005 TABEL 2.2 ANGKA PARTISIPASI MURNI MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2005 Kelompok Umur (Tahun)
Daerah/Jenis Kelamin
SD
SLTP
SMU
Perkotaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
92,95 92,59 92,76
72,13 73,39 72,74
57,86 55,77 56,81
Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
93,57 93,59 93,58
58,94 61,50 60,17
32,48 33,04 32,75
Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
93,31 93,18 93,25
64,34 66,47 65,37
43,57 43,43 43,50
8
Sumber : Statistik Kesra, 2005
Di Indonesia pada tahun 2005, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah/STTB sebanyak 29,28%. Sedangkan yang sudah memiliki ijazah/STTB yang dimiliki yakni SD/MI sebanyak 32,34%, tamat SLTP/MTs sebanyak 17,06%, tamat SMU/MA/SMK sebanyak 17,07%, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar 4,25%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 21,32%. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau lebih tinggi adalah DKI Jakarta (44,15%), Kepulauan Riau (41,20%) dan DI Yogyakarta (33,60%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (12,83%), Kalimantan Barat (14,96%), dan Gorontalo (15,67%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.10. TABEL 2.3 PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN STATUS PENDIDIKAN TAHUN 2005 Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
Daerah/Jenis Kelamin
Tidak Memiliki
SD/ MI
SLTP/ MTs
SMU/ MA
SMU Kejuruan
Dipl I/ Dipl II
Akademi/ Dipl III
Dipl IV/ S1/S2/ S3
Jumlah
Perkotaan Laki-laki Perempuan L+P
17,09 22,62 19,88
25,37 27,26 26,32
19,43 19,23 19,33
21,53 18,76 20,13
8,18 5,36 6,76
0,95 1,34 1,15
1,94 1,76 1,85
5,51 3,64 4,59
100 100 100
Perdesaan Laki-laki Perempuan L+P
32,82 40,82 36,82
37,86 36,45 37,16
16,63 13,86 15,24
8,08 5,83 6,96
2,84 1,64 2,24
0,53 0,60 0,57
0,31 0,26 0,29
0,93 0,55 0,74
100 100 100
Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan L+P
25,86 32,68 29,28
32,33 32,34 32,34
17,87 16,26 17,06
14,03 11,61 12,82
5,20 3,30 4,25
0,72 0,93 0,82
1,03 0,93 0,98
2,96 1,95 2,45
100 100 100
Sumber : Statistik Kesra, 2005
Pada Tabel 2.3 di atas kita diketahui bahwa persentase penduduk 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah/STTB di perdesaan (36,82%) lebih besar dibandingkan perkotaan (19,88%). Perbedaan signifikan juga terjadi pada persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga Universitas. Pada perkotaan sebesar 34,48%, sedangkan perdesaan hanya sebesar 10,08%. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK hingga Universitas pada laki-laki (23,94%) lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan (18,72%).
9
D. KEADAAN LINGKUNGAN Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator persentase rumah sehat dan persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) sehat. Selain itu disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga menurut Sarana Pembuangan Air Besar, dan persentase rumah tangga menurut Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja. 1. Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan berisiko menjadi sumber penularan berbagai jenis penyakit. Cakupan rumah sehat pada tahun 2005 mencapai 69%, sedikit mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya walaupun masih di bawah target yang ditetapkan (75%), dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini. GAMBAR 2.5 TARGET DAN REALISASI CAKUPAN RUMAH SEHAT TAHUN 2000 – 2005 80 70 60 50 Target
40
Realisasi
30 20 10 0 2000
2001
2002
2004
2005
Sumber : Profil Ditjen PP-PL, 2005
2. Akses Terhadap Air Minum Berdasarkan Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2005, sumber air minum yang digunakan rumah tangga dikategorikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan. Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan lainnya. Statistik Kesra BPS Tahun 2005 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 82,67%, sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung sebesar 17,37%. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang memiliki sumber air minum 10
terlindung, yaitu 98,45%, disusul oleh Bali (92,33%) dan DI Yogyakarta (90,62%). Persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung yang paling rendah berada di Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 53,86%, disusul oleh Bengkulu (56,92%) dan Papua (57,94%). Pada kelompok sumber air minum terlindung, rumah tangga di Indonesia sebagian besar memiliki sumur terlindung dengan persentase 35,63%. Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum ledeng menempati urutan ke-2 yaitu 17,99%, kemudian pompa (13,73%), mata air terlindung (8,52%), air kemasan (4,06%) dan air hujan (2,70%). Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah tangga di Indonesia, sebagian besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan persentase 9,75%, disusul oleh mata air tak terlindung sebesar 3,96%, air sungai sebesar 3,21% dan lainnya sebesar 0,45%. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum, provinsi dan wilayah secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.12, 2.12.a, dan Lampiran 2.12.b. GAMBAR 2.6 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM TAHUN 2005 Tak Terlindung 17.37%
Terlindung 82.67%
Sumber : Statistik Kesra, 2005
Kualitas air minum merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu indikator kualitas air minum yang sering digunakan adalah kualitas bakteriologi yang terdiri dari unsur E.Coli dan Total Coliform. Pada tahun 2003 kualitas bakteriologi air minum sebesar 79,91%, angka ini sedikit menurun pada tahun 2004 menjadi 79%, kemudian mengalami peningkatan menjadi 79,8% pada tahun 2005. GAMBAR 2.7 CAKUPAN AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KUALITAS BAKTERIOLOGI TAHUN 2001 - 2005 90 80 70 60 Cakupan (%)
50 40 30 20 10 0 Cakupan (%)
2001
2002
2003
2004
2005
74,11
64,87
79,91
79
79,8
11
Tahun
Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum terlindung di wilayah perkotaan lebih tinggi daripada di wilayah perdesaan, yaitu 93,8% di wilayah Sumber: Profil Ditjen PP&PL, Depkes, 2005 perkotaan, dan 74,03% di wilayah perdesaan. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.12. 3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar juga diperhatikan dalam menentukan kualitas hidup penduduk. Statistik Kesra Tahun 2005 membagi rumah tangga berdasarkan kepemilikan fasilitas tempat buang air besar yang terdiri dari; sendiri, bersama, umum, dan tidak ada. Secara nasional, persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar sebesar 60,28%, rumah tangga yang memiliki bersama 13,60%, umum sebesar 6,18% dan tidak ada sebesar 19,93%. Terdapat perbedaan signifikan antara persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas tempat buang air besar di perkotaan dan perdesaan. Persentase di perkotaan sebesar 71,41%, sedangkan di perdesaan sebesar 51,78%. Provinsi dengan persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas tempat buang air besar tertinggi adalah Riau sebesar 79,50% menyusul Kepulauan Riau sebesar 78,71% dan Lampung sebesar 75,48%. Sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas tempat buang air besar terendah terdapat di Provinsi Gorontalo sebesar 29,18% menyusul Nusa Tenggara Barat sebesar 34,54% dan Papua sebesar 44,26%. Persentase rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar, tipe daerah dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.14. GAMBAR 2.7 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR TAHUN 2005
Tidak Ada 19.93% Umum 6.18%
Sendiri 60.28%
Bersama 13.6%
Sumber : Statistik Kesra, 2005
E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu: persentase penduduk yang berobat jalan dan mengobati sendiri selama sebulan yang lalu, menurut tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan), persentase penduduk yang berobat jalan selama sebulan yang lalu menurut 12
tempat/cara berobat, jenis obat yang digunakan dan persentase anak 2-4 tahun yang pernah disusui. Indikator yang disajikan mengacu pada Statistik Kesra Tahun 2005. 1. Upaya Penduduk dalam Pencarian Pengobatan Statistik Kesra Tahun 2005 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan. Sebanyak 69,88% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu memilih untuk mengobati sendiri. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun 2004 sebesar 72,44%. Sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 34,43% dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2004 yang sebesar 38,21%. Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi Bali, yaitu 46,51% yang disusul oleh Nusa Tenggara Timur, 44,38% dan Jawa Barat sebesar 38,07%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Riau (22,53%), Kalimantan Tengah (24,23%), dan Maluku (24,37%). Dalam hal keputusan untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu, Provinsi Gorontalo menempati urutan teratas dengan persentase sebesar 77,88%, disusul oleh Maluku sebesar 77,62% dan Kalimantan Selatan sebesar 77,35%. Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu adalah Papua (47,14%), Nusa Tenggara Timur (55,71%) dan Bali (62,94%). Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.16. 2. Tempat Penduduk Berobat Jalan Persentase penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu dan memutuskan untuk berobat jalan, dikelompokkan berdasarkan tempat berobat, yaitu Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Praktek Dokter, Puskesmas/Pustu, Praktek Nakes, Praktek Batra dan Dukun Bersalin. Menurut Statistik Kesra Tahun 2005, tempat yang paling banyak dikunjungi adalah Puskesmas/Pustu yaitu sebesar 35,16%, disusul oleh praktek Dokter sebesar 26,59%, dan Praktek Nakes sebesar 20,34%. Persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas pada tahun 2005 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya (tahun 2004 tercatat sebesar 37,26%). Jumlah tersebut merupakan peningkatan dari tahun 2003 yang sebesar 33,11%. Pada tahun 2005, tercatat provinsi dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terbesar adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 66,60%, disusul oleh Maluku sebesar 56,83% dan Kalimantan Tengah 52,70%. Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terendah adalah Sumatera Utara sebesar 22,27%, disusul oleh Bali sebesar 27,51% dan Jawa Timur yang sebesar 27,97%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.17. 3. Anak 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Statistik Kesra Tahun 2005 juga menampilkan informasi mengenai persentase anak yang pernah disusui berdasarkan lamanya disusui. Indikator ini dikelompokkan menjadi 5 kategori, yaitu 0 bulan, < 5 bulan, 6-11 bulan, 12-17 bulan, 18-23 bulan, dan > 24 bulan. Sebagian besar anak umur 2-4 tahun disusui selama > 24 bulan, hal ini terlihat dari persentase 13
sebesar 42,80% yang kemudian disusul oleh bayi 12-17 bulan (21,86%), dan bayi 18-23 bulan (21,21%). Wilayah dengan persentase anak yang pernah disusui selama > 24 bulan tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 57,87%, disusul oleh Jawa Tengah (52,37%) dan Kalimantan Selatan (50,01%). Sedangkan persentase terendah adalah Provinsi Maluku (14,12%), disusul oleh Sumatera Utara (21,59%) dan Kepulauan Riau (23,39%). Secara nasional, persentase bayi yang disusui selama > 24 bulan mengalami fluktuasi selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2003, persentase mencapai 43,08%, angka ini turun menjadi 41,36% pada tahun 2004 yang kemudian kembali naik pada tahun 2005 mencapai 42,80%. Rincian per provinsi dan wilayah dapat dilihat pada Lampiran 2.19, 2.19.a, dan 2.19.b. Uraian di atas merupakan penjelasan secara umum tentang Indonesia tahun 2005 secara ringkas. Penjelasan yang diberikan melingkupi berbagai aspek, seperti kependudukan, perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku penduduk yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor kesehatan.
***
14
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia berikut ini disajikan situasi mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. A. MORTALITAS Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. AKB di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Gambaran perkembangan terakhir mengenai estimasi AKB dari beberapa sumber dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini. GAMBAR 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP TAHUN 1995 S.D TAHUN 2003 60 55 Estimasi AKB
50
54
52
50 44
40
47
50 35
30 20 10 0 1995
Sumber:
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002-2003
Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (estimasi SUPAS 1995), Estimasi Susenas 2002-2003, dan SDKI 2002-2003
Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2000 dan 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000 15
kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 20022003 terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Provinsi dengan AKB terendah adalah Bali (14 per 1.000 kelahiran hidup), DI Yogyakarta (20 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Utara (25 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKB tertinggi di Provinsi Gorontalo (77 per 1.000 kelahiran hidup), Nusa Tenggara Barat (74 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tenggara (67 per 1.000 kelahiran hidup). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 dinyatakan pula AKB menurut berbagai karakteristik latar belakang, yaitu menurut tempat tinggal di perkotaan dan di perdesaan, tingkat pendidikan, dan menurut indeks kekayaan. AKB menurut ketiga karakteristik latar belakang tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. GAMBAR 3.2 ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) MENURUT LATAR BELAKANG TEMPAT TINGGAL, 2002-2003
GAMBAR 3.3 ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) MENURUT LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, 2002-2003 23
SMP+
Perdesaan
52 36
Tidak tamat SMP
43
Tamat SD
Perkotaan
32 65
Tidak tamat SD
0
10
20
30
40
50
67
Tidak sekolah
60
0
20
40
60
80
GAMBAR 3.4 ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) MENURUT LATAR BELAKANG INDEKS KEKAYAAN, 2002-2003 17
Atas
36
Tengah atas
44
Tengah
50
Tengah bawah
61
Terendah 0
10
20
30
40
50
60
70
Pada tahun 2000, AKB di rumah sakit adalah 15,8 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian meningkat tajam pada tahun 2001 dan 2002 menjadi 42,9 dan 40,6 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2003, AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar 22,9 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan menjadi 29,4 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2005 mengalami penurunan kembali menjadi 23,7 per 1.000 kelahiran hidup. Akan tetapi selama kurun waktu 5 tahun (2001-2005) angka kematian bayi tidak bisa menurun seperti pada tahun 2000 (15,8). Tabel 3.1 di bawah ini merupakan data kematian bayi di rumah sakit selama tahun 2000–2005.
16
TABEL 3.1 ANGKA KEMATIAN BAYI DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2000 - 2005 Tahun
Jumlah RS
2000 2001 2002 2003 2004 2005
1.145 1.178 1.215 1.234 1.246 1.268
Jumlah Lahir Jumlah Kelahiran Hidup di AKB per 1.000 KH Mati Rumah Sakit 2,546 158.972 15,8 7,226 161.073 42,9 5,381 127.053 40,6 3,160 135.094 22,9 3,321 109.297 29,4 3,220 132.745 23,7
Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. TABEL 3.2 DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT YANG BERMULA PADA MASA PERINATAL DI INDONESIA TAHUN 2005 No
DTD
1
0.12
ICD -10 A33
Golongan Sebab Sakit Tetanus neonatorum
Mati
2
245
P00 - P04
6.87
246
P05 - P 07
2.606
38.85
4
247
P10 - P 15
Janin dan bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh faktor dan penyulit kehamilan persalinan dan kelahiran Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah Cedera lahir
461
3
51
0.76
5
248
P20 - P 21
Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir
1.876
27.97
6
249
P22 - P 28
724
10.79
7
250
P35 - P 37
Gangguan saluran napas lainnya yang berhubungan dengan masa perinatal Penyakit infeksi dan parasit kongenital
516
7.69
8
251
P38 - P39
Infeksi khusus lainnya pada masa perinatal
138
2.06
9
252
P55
Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir
26
0.39
10
253.9
255
3.8
6.707
100
54
P08,P29,P50-P54, Kondisi lain yang bermula pada masa perinatal P56-P94, P96 Jumlah
Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
17
% 0.81
2. Angka Kematian Balita (AKABA) AKABA berdasarkan estimasi SUPAS 1995 menunjukkan penurunan dari 64,28 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998 menjadi 44,71 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Selain itu, tingkat kematian anak balita laki-laki selalu lebih tinggi dibandingkan kematian anak balita perempuan pada kurun waktu 1998-2000. Berdasarkan estimasi Susenas, AKABA di Indonesia yang pada tahun 1995 sebesar 73 per 1.000 kelahiran hidup, turun menjadi 64 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1998. Ternyata pada tahun 2001 AKABA tersebut tidak mengalami perubahan yaitu tetap 64 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini diperkirakan karena menurunnya akses terhadap pelayanan kesehatan, salah satunya sebagai akibat dari krisis ekonomi. Hasil SDKI menyatakan bahwa AKABA pada tahun 2002-2003 telah turun menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2002-2003 provinsi dengan AKABA terendah adalah Bali (19 per 1.000 kelahiran hidup), DI Yogyakarta (23 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Utara (33 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKABA tertinggi di Nusa Tenggara Barat (103 per 1.000 kelahiran hidup), Gorontalo (97 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tenggara (92 per 1.000 kelahiran hidup). Gambaran perkembangan AKABA pada tahun 1995 – 2003 disajikan pada Tabel 3.3 berikut ini. TABEL 3.3 ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA TAHUN 1995 – 2003
Tahun
Estimasi SUPAS 1995 Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
Estimasi SUSENAS
1995 73 1998 71,36 57,61 64,28 64 1999 66,44 53,05 59,55 2000 50,77 39,00 44,71 2001 64 2002-2003 Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (Estimasi SUPAS 1995), Estimasi SUSENAS 1995, 1998, dan 2001, SDKI 2002-2003
SDKI 20022003
46
3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) AKI diperoleh melalui berbagai survei yang dilakukan secara khusus, seperti survei di rumah sakit dan beberapa survei di masyarakat dengan cakupan wilayah yang terbatas. Dengan dilaksanakannya Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas dibanding survei-survei sebelumnya. Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara konsisten, digunakan data hasil SKRT. Menurut SKRT, AKI menurun dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenai AKI. Pada tahun 2002-2003 AKI sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup diperoleh dari hasil SDKI. Hal ini menunjukkan AKI cenderung terus menurun. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup, maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target tersebut di masa mendatang sulit tercapai. Angka yang didapat dari berbagai survei tersebut disajikan pada Gambar 3.5 berikut ini. 18
GAMBAR 3.5 ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP) HASIL SDKI DAN SKRT, TAHUN 1982 – 2003 500 450
450
450
425
Perkiraan AKI
400
390
373
350
334
307
300 250 200 150 100 50 0 1982
1986
1992
1994
1995
1997
2002-2003
Sumber: SDKI 1982, 1994, 1997, 2002-2003 SKRT 1986, 1992, 1995
AKI yang dihasilkan oleh SKRT dan SDKI hanya menggambarkan angka nasional, tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu menurut provinsi. Kematian ibu maternal di rumah sakit periode 2001-2005 cenderung menurun dari 7,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2001 menjadi 0,9 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Namun tahun 2004, kematian ibu maternal mengalami kenaikan tajam dari sebelumnya 1,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran hidup. Data angka kematian ibu maternal tahun 2001 - 2005 di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut. TABEL 3.4 ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2005 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005
Jumlah Kematian Ibu 1.203 649 153 956 116
Jumlah Lahir Hidup 161.073 127.053 135.094 109.297 132.745
Kematian Per 1.000 KH 7,5 5,1 1,1 8,6 0,9
Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
Data angka kematian ibu maternal di rumah sakit yang bersumber dari Ditjen Yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal di rumah sakit yang terjadi per 1.000 kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal tersebut dijelaskan pada Tabel 3.5 di bawah ini.
19
TABEL 3.5 DISTRIBUSI PASIEN KEHAMILAN, PERSALINAN DAN MASA NIFAS KELUAR MATI MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 No DTD
ICD-10
Golongan sebab sakit
O00 - O09 O14 - O15 O44 O46 O72 O60 O68
Kehamilan yang berakhir abortus Eklamsia dan preeklamsia Plasenta previa Perdarahan antepartum Perdarahan pasca persalinan Persalinan prematur Persalinan dengan penyulit gawat janin
44.872 8.379 4.726 2.346 8.212 3.142 3.280
26 4,91 2,77 1,37 4,81 1,84 1,92
95 197 40 16 71 31 8
0,21 2,35 0,85 0,68 0,86 0,99 0,24
Penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya
95.768
56,09
214
0,22
1 2 3 4 5 6 7
234 - 236.9 237.0 - .1 238 238.9 241 242.1 242.2
8
237.9,238.1, O10-O3,O16,O20239.0-240, 242.0, O25, O29-O30,O40242.3, 242.9,244 O43, O45,O47,064O67, O69,074-
Kasus
Jumlah
170.725
%
Mati
672
CFR
0.39
Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09%, diikuti dengan kehamilan yanmg berakhir abortus (26%). Sedangkan jika dilihat dari nilai CFR (Case Fatality Rate), penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan preeklamsia dengan CFR 2,35%, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi yaitu 4,91% dari keseluruhan kasus obstetri. 4. Angka Kematian Kasar (AKK) Estimasi AKK berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995 menunjukkan AKK sebesar 7,7 per 1.000 penduduk pada tahun 1995, turun menjadi 7,6 per 1.000 penduduk pada tahun 1996 dan tidak berubah sampai dengan tahun 1998. Kemudian pada tahun 1999 AKK turun menjadi 7,5 per 1.000 penduduk dan turun lagi menjadi 7,4 per 1.000 penduduk pada tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan angka kematian kasar dalam kurun waktu tahun 1995 – 2000 relatif stabil dengan penurunan yang sangat kecil. Sedangkan angka kematian kasar menurut provinsi sangat bervariasi dengan rentangan angka terendah sebesar 4,26 per 1.000 penduduk di Provinsi Riau dan tertinggi sebesar 9,43 di Provinsi DI Yogyakarta. TABEL 3.6 ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT INDONESIA TAHUN 2005 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005
Jumlah Kasus
Jumlah Mati 82.440 88.441 81.943 99.615 85.567
2.597.512 2.346.136 2.270.657 2.140.954 2.561.106
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
20
% 3,2 3,8 3,6 4,6 3,3
Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini. TABEL 3.7 10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 No
DTD
1 2 3 4 5 6 7
155 153 17 214,9 278 169 246
Sebab sakit
Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark Perdarahan intrakranial Septisemia Gagal ginjal lainnya Cedera intrakranial Pneumonia Pertumbuhan janin lamban malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah 8 152,9 Penyakit jantung lainnya 9 104,9 Diabetes melitus YTT 10 007,1 Tuberkulosis paru lainnya Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006 Keterangan: [a]persen terhadap total kematian di rumah sakit
Jumlah Mati
%[a]
4.692 3.572 3.065 3.047 3.021 2.765 2.606
4,87 3,71 3,18 3,16 3,13 2,87 2,70
2.577 2.086 2.024
2,67 2,16 2,10
5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH) Penurunan AKB sangat berpengaruh pada kenaikan UHH waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan UHH pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Umur Harapan Hidup waktu lahir penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun 1980-1995. Estimasi UHH yang sebesar 52,41 tahun 1980 (SP 1980) meningkat menjadi 63,48 tahun 1995 (SUPAS 1995), dan diperkirakan menjadi 66,2 tahun pada 2002 (SDKI 2002-2003). Pada tahun 2002 provinsi dengan UHH waktu lahir tertinggi adalah DI Yogyakarta (72,4 tahun), DKI Jakarta (72,3 tahun), dan Sulawesi Utara (70,9 tahun). Sedangkan UHH waktu lahir terendah di Nusa Tenggara Barat (59,3 tahun), Kalimantan Selatan (61,3 tahun), dan Banten (62,4 tahun). Gambaran perkembangan umur harapan hidup waktu lahir dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.
21
TABEL 3.8 UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo) MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 1990 – 2002 Tahun
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
1992 60,42 64,15 62,34 1993 60,79 64,54 62,72 1994 61,16 64,92 63,1 1995 61,54 65,31 63,48 1996 61,91 65,71 63,86 1997 62,29 65,71 63,86 1998 62,63 66,45 64,59 1999 63,55 67,41 65,54 2000 63,45 67,3 65,43 66,20 2002[a] Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (hasil SP 1990, 2000 dan estimasi SUPAS 1995) [a] Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003
Tabel di atas menunjukkan bahwa umur harapan hidup waktu lahir untuk kelompok penduduk perempuan dari waktu ke waktu relatif lebih tinggi daripada umur harapan hidup waktu lahir untuk kelompok penduduk laki-laki. Rincian angka kematian bayi, angka kematian balita, dan umur harapan hidup waktu lahir menurut provinsi tahun 2002 – 2003 dapat dilihat pada Lampiran 3.1. 6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator gabungan yang memperlihatkan kualitas manusia secara komprehensif dari segi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Indikator-indikator tersebut adalah keseimbangan daya beli (purchasing power parity) dan pendapatan (ekonomi), angka melek huruf dan partisipasi sekolah di pendidikan dasar dan lanjutan (pendidikan) serta umur harapan hidup sejak lahir (kesehatan). GAMBAR 3.6 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN 1996-2005 80
IPM
60
67.7
64.3
65.8
1996
1999
2002
69.6
40 20 0 2005
Sumber: BPS, Bappenas, UNDP
Gambar 3.6 memperlihatkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia sejak tahun 1996 hingga 2005 cenderung meningkat. Pada tahun 1996 IPM 67,7 menjadi 69,6 pada tahun 2005. Tahun 2005 Indeks Pembangunan Manusia tertinggi dicapai DKI Jakarta (76,1) 22
diikuti Sulawesi Utara (74,2) dan Riau (73,6). Sedangkan Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur merupakan 3 provinsi dengan IPM terendah. Data IPM per provinsi tahun 1999-2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.1.a.
B. MORBIDITAS Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaran/pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit adalah data tahun 2005 disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini. TABEL 3.9 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TAHUN 2005 No
Golongan Sebab Sakit
1 2 3 4 5 6 7 8
Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya Hipertensi esensial (primer) Demam yang sebabnya tidak diketahui Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis Inf.) Tuberkulosis paru lainnya Diabetes melitus YTT
9 10
Penyakit pulpa dan periapikal Gastritis dan duodenitis
Jumlah Pasien 1,117,179 501,280 464,697 446,897 389,568 370,479 369,071 338,056
7.05 3.16 2.93 2.82 2.46 2.34 2.33 2.13
319,080 255,689
2.01 1.61
%
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini. TABEL 3.10 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TAHUN 2005
1 2 3 4 5 6 7 8
Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu ( kolitis infeksi ) Demam tifoid dan paratifoid Demam berdarah dengue Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya Cedera intrakranial Kecelakaan angkutan darat Demam yang sebabnya tidak diketahui Cedera YTD lainnya YTT dan daerah badan Multipel
Jumlah Pasien 193.856 81.116 77.539 69.92 59.468 54.463 50.376 49.477
9 10
Malaria (termasuk semua jenis malaria) Pneumonia
42.633 42.512
No
Golongan Sebab Sakit
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006
23
% 7,52 3,15 3,01 2,71 2,31 2,11 1,95 1,92 1,65 1,65
Kedua tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penyakit infeksi masih merupakan penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit, walaupun beberapa penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan cedera juga berada di peringkat atas. Pada tahun 2005 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit, yang terbanyak adalah infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 7,05%, diikuti penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 3,16% dan hipertensi esensial (primer) 2,93%. Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap di rumah sakit, terbanyak adalah Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (infeksi kolitis) 7,52%, diikuti penyakit Demam tifoid dan paratifoid 3,15% dan penyakit Demam Berdarah Dengue 3,01%. Distribusi pasien menurut Bab ICD-X pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit Indonesia tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.2.a dan 3.3.a. Selanjutnya berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/wabah, situasi penyakit tidak menular. 1. Penyakit Menular Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis, Frambusia, dan Antraks. a. Penyakit Malaria Penyakit Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. Perkembangan penyakit Malaria dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API) untuk Jawa-Bali dan Annual Malaria Incidence (AMI) untuk luar Jawa-Bali, yang dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut ini. GAMBAR 3.7 ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA (‰) DAN ANNUAL MALARIA INCIDENCE (‰), TAHUN 1989 – 2005 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
1989
1990
1991 1992 1993 1994 1995 1996
1997
1998
0.21
0.17
0.14
0.12
0.3
A M I 28.06 24.1
27
API
0.12
0.19
0.17
0.07
0.08
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 0.62
0.47
0.22
0.15
0.15
22.79 20.51 22.22 19.38 21.72 16.06 21.97 24.9 31.09 26.2
0.52
0.81
22.3
21.8
21.2
18.94
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Gambar di atas menunjukkan bahwa peningkatan insidens Malaria terjadi dalam periode 1997 – 2000. Pada bulan April tahun 2000 mulai dilaksanakan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria). Pada tahun 2001 – 2005 angka kesakitan Malaria kembali menurun. Pada tahun 24
2001 angka kesakitan Malaria untuk Pulau Jawa dan Bali sebesar 0,62 per 1.000 penduduk, pada tahun 2002 menjadi 0,47, tahun 2003 menjadi 0,22 per 1.000 penduduk dan tahun 2004 menjadi 0,15 per 1.000 penduduk. Sedangkan untuk luar Jawa-Bali, angka kesakitan Malaria (termasuk penderita klinis) pada tahun 2001 sebesar 26,20 per 1.000 penduduk menjadi 22,30 pada tahun 2002, 21,80 per 1.000 penduduk pada tahun 2003, 21,20 per 1.000 penduduk pada tahun 2004, 18,94 per 1.000 penduduk pada tahun 2005. Selama tahun 2005 terjadi KLB di Provinsi Kalimantan Barat (Kab. Melawi), Maluku (Kab. Seram Bagian Timur), Maluku Utara (Kab. Halmahera Tengah), Kalimantan Selatan (Kab. Hulu Sungai Selatan), Sumatera Utara (Kab. Samosir), Banten (Bayah), Kepulauan Bangka Belitung (Kab. Bangka), Jambi, Sulawesi Utara, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat dengan jumlah penderita sebesar 10.560 penderita dan 97 orang meninggal. (sumber: Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2005). Target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 5 per 1.000 penduduk. Untuk wilayah Jawa dan Bali dapat dikatakan target sudah tercapai. Sedangkan untuk wilayah di luar Jawa dan Bali, diperkirakan masih belum mencapai target. Wilayah Indonesia Timur dengan AMI tertinggi antara lain Papua (208,82), Nusa Tenggara Timur (100,49), dan Maluku Utara (67,24). Untuk Kawasan Barat Indonesia, wilayah dengan API tertinggi antara lain Jambi (13,55), Kepulauan Bangka Belitung (11,18), dan Sumatera Utara (7,24). Jumlah kasus dan API/AMI penyakit Malaria menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.4 dan Lampiran 3.5. b. Penyakit TB Paru Pelaksanaan penanggulangan penyakit TB Paru telah dapat menurunkan prevalensi dari 122/100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 115/100.000 penduduk pada tahun 2003 dan 107/100.000 penduduk pada tahun 2005.
Tolok Ukur/Kegiatan BTA Positif BTA Negatif Relaps/Kambuh Ekstra Paru
Tabel 3.11 Proporsi Kasus TBC Menurut Tipe (Jenis) Tahun 2001-2005 Tahun 2001 2002 2003 0,51 0,49 0,52 0,30 0,47 0,43 0,03 0,02 0,02 0,16 0,02 0,03
2004 0,60 0,36 0,02 0,02
2005 0,60 0,32 0,02 0,06
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2005, jumlah perkiraan kasus menular TB Paru sebanyak 296.381 kasus. Cakupan penemuan semua kasus TB Paru sebanyak 259.969 kasus, dengan 158.640 kasus TB Paru BTA Positif dan Angka Penemuan Penderita/Case Detection Rate (CDR) sebesar 53,53 %. Hasil cakupan penemuan kasus dan evaluasi hasil pengobatan penyakit TB paru tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.6.
25
GAMBAR 3.8 PROPORSI KASUS TB PARU MENURUT TIPE (JENIS) TAHUN 2005
Kambuh, 2%
Esktra Paru, 6%
BTA -, 32%
BTA+, 60%
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2005, jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin terbanyak pada laki-laki sebesar 58,70 %. Provinsi Jawa Barat adalah provinsi paling banyak jumlah kasus BTA positif yaitu sebanyak 28.541 kasus. Laki-laki dengan umur 25-34 tahun paling banyak ditemukan kasus baru BTA Positif yaitu 20.906 kasus, di Provinsi Jawa Barat terbanyak dengan 4.114 kasus. Jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin, kelompok umur, dan provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.7 dan Lampiran 3.8. c. Penyakit HIV/AIDS Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS. Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi (concentrated level epidemic), yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu misalnya pada kelompok penjaja seks dan pada para penyalahguna NAPZA. Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es (iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah penderita yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember 2005 sebanyak 9.565 kasus terdiri dari 4.244 kasus infeksi HIV dan 5.321 kasus AIDS, 1.332 kasus di antaranya telah meninggal dunia. Rate kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk secara nasional sebesar 2,65. Rate tertinggi terjadi di Papua sebesar 49,06 (18,51 kali angka nasional), DKI Jakarta sebesar 23,15 (8,74 kali angka nasional), Bali sebesar 7,19 (2,71 kali angka nasional), dan Maluku sebesar 5,75 (2,17 kali angka nasional). Kasus yang dilaporkan telah meninggal dunia sebesar 25,03%. Cara penularan AIDS pada tahun 2003 adalah melalui hubungan heteroseksual, namun hingga akhir tahun 2005 cara penularan terbanyak yang dilaporkan adalah penularan pada penyalahguna NAPZA suntik (Intravenous Drug User = IDU). Penularan yang terkait dengan IDU tahun 2005 terjadi pada 48,9% kasus AIDS disusul penularan melalui hubungan 26
heteroseksual 39,4%, 5,5% tidak diketahui cara penularannya, melalui hubungan homoseksual 4,8%, melalui perinatal 1,2%, dan melalui transfusi 0,1%. Sepanjang tahun 2005, jumlah kasus baru AIDS yang ditemukan terbanyak adalah pada triwulan IV sebanyak 1.135 kasus (43,01%). Persentase kasus AIDS yang menggunakan NAPZA suntik (IDU) tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Tengah (100%), Banten (90,48%) dan Lampung (85,07%). Jumlah kumulatif kasus AIDS, meninggal, dan angka kumulatif kasus per 100.000 penduduk menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2005, persentase kasus AIDS yang menggunakan NAPZA suntikan (IDU), dan persentase kasus per triwulan dapat dilihat pada Lampiran 3.9, 3.10, dan 3.11. GAMBAR 3.9 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF MENURUT CARA PENULARAN S.D. TAHUN 2005 0.1 1.2
IDU
5.5 4.8
Heteroseks 48.9
Homoseks Tidak diketahui
39.4
Perinatal Transfusi
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Berikut ini gambaran mengenai perkembangan penderita HIV/AIDS sampai dengan Desember 2005. GAMBAR 3.10 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENGIDAP HIV YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN TAHUN 2001 – 2005
GAMBAR 3.11 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN TAHUN 2001 – 2005
4000 3500
2500
Jumlah kasus
Jumlah kasus
3000
2000 1500 1000 500
5500 5000 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2001
2002
2003
2004
Kasus baru
219
345
316
1195
2638
Kasus kum ulatif
826
1171
1487
2682
5321
0 2001
2002
2003
2004
2005
Kasus baru
732
648
168
649
875
Kasus kum ulatif
1172
1904
2552
2720
3368
2005
Tahun Tahun
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Karakteristik penderita AIDS secara kumulatif hingga 31 Desember 2005 dapat digambarkan bahwa sebagian besar penderita AIDS adalah laki-laki yaitu 4.363 penderita (82%), perempuan sebanyak 851 penderita (16%), dan 107 penderita (2%) selebihnya tidak diketahui jenis kelaminnya. Bila dilihat menurut kelompok umur, penderita berumur 20-29 27
tahun sebanyak 2.873 penderita (54,07%), kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 1.383 penderita (25,86%), kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 451 penderita (8,48%), kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 193 penderita (3,63%), kelompok umur 50-59 tahun sebanyak 115 penderita (2,18%), kelompok umur > 60 tahun sebanyak 32 penderita (0,62%), umur <1 tahun sebanyak 29 penderita (0,55%) kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 23 penderita (0,45%), kelompok umur 5-14 tahun 12 penderita (0,23%) dan tidak diketahui kelompok umurnya sebanyak 210 penderita (3,95%), sebagaimana disajikan pada Gambar 3.12 berikut ini. GAMBAR 3.12 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF MENURUT KELOMPOK UMUR S.D. TAHUN 2005
60
54.07
50 40 25.86
30 20
8.48 10 0.55
0.45
0.23
3.63
2.18
3.95 0.62
0 <1 thn
1-4 thn
5-14 thn
15-19 thn
20-29 thn
30-39 thn
40-49 thn
50-59 thn
>=60 thn
Tdk Diketahui
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun (88,41%). Seperti diketahui bahwa penularan HIV/AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik bersama pada IDU. Kelompok umur 20-49 tahun merupakan kelompok umur yang aktif dalam aktivitas seksual. IDU juga didominasi oleh kelompok umur produktif. Dapat diperkirakan hal ini saling terkait. Bila perkembangan kondisi ini terus terjadi, maka dalam jangka panjang di samping akan menjadi beban anggaran keluarga dan pemerintah juga akan menjadi ancaman bagi produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.9. Dari Gambar 3.13 berupa peta wilayah Indonesia berikut ini, dapat dilihat Case Rate AIDS menurut provinsi tahun 2005. GAMBAR 3.13 CASE RATE KUMULATIF KASUS AIDS PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
28
d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering berada dalam daftar Pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan Ditjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit Sistem Napas menempati peringkat pertama 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia, yaitu dengan persentase 15,1%. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit pada tahun yang sama, penyakit sistem napas menempati urutan ke-4 dengan persentase 7,38%. (Lampiran 3.2 dan 3.3) Penyakit sistem pernapasan seperti Pneumonia juga sering menyerang balita. Pada tahun 2005 didapatkan 600.720 kasus Pneumonia pada balita, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil penemuan penderita Pneumonia balita dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini. TABEL 3.12 HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA TAHUN 2000 – 2005
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Penderita 479.283 619.107 549.035 502.275 625.611 600.720
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kematian balita yang disebabkan Pneumonia pada tahun 2005 sebesar 204 balita yang terdiri dari 155 balita berumur di bawah 1 tahun dan 49 balita berumur 1-4 tahun. e. Penyakit Kusta Dalam kurun waktu 10 tahun (1991–2001), angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk, tahun 2004 meningkat menjadi 0,93 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,98 per 10.000 penduduk. Secara nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni 2000. Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah penderita Kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini sebagian besar penderita dan mantan penderita Kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan. Perkembangan penyakit Kusta yang diindikasikan dengan prevalensi dan penemuan penderita baru menunjukkan adanya penurunan prevalensi Kusta yang sangat tajam pada tahun 1991, di mana Multiple Drug Therapy (MDT) 24 dosis mulai digunakan. Jumlah penderita menurun dari 120.000 pada tahun 1990 menjadi 21.537 pada tahun 2005. Maka dengan sendirinya angka prevalensi menurun dari 5,9 menjadi 0,98 per 10.000 penduduk. Angka penemuan penderita baru menunjukkan adanya peningkatan penemuan 29
penderita baru tahun 1997, 1998, 1999, yang kemungkinan disebabkan adanya intensifikasi penemuan penderita karena Leprosy Elimination Campaign (LEC) yang dilaksanakan di 109 kabupaten endemik pada tahun tersebut. Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta pada pertengahan tahun 2000, sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita Kusta di Indonesia. Pada tahun 2005, jumlah penderita penyakit Kusta yang tercatat sebanyak 21.537 kasus dengan 18.742 kasus (87,02%) di antaranya merupakan penderita tipe Multi Basiler (MB) yang diketahui merupakan tipe yang menular. Prevalensi Kusta per 10.000 penduduk yang tertinggi berada di Maluku Utara sebesar 9,05, disusul oleh Papua sebesar 4,67 dan Gorontalo yang sebesar 3,54. Sedangkan provinsi dengan prevalensi Kusta per 10.000 penduduk terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 0,10 , disusul oleh Bengkulu sebesar 0,17 dan Sumatera Utara sebesar 0,23. Jumlah kasus baru Kusta yang ditemukan tahun 2005 sebanyak 19.695 kasus, di antaranya 15.639 kasus merupakan penderita tipe Multi Basiler (79,41%) sedangkan kasus Pausi Basiler sebesar 4.056 (20,59%). Secara nasional persentase cacat tingkat II, mencapai 8,74% . Persentase kecacatan terbesar ditemukan di Provinsi Bengkulu yaitu 23 kecacatan dari 33 kasus baru penyakit Kusta (69,7%) yang kemudian disusul oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 25% (8 kecacatan dari 32 kasus baru) dan Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 20,72% (52 kecacatan dari 251 kasus baru). Situasi penyakit Kusta, jumlah kasus baru Kusta, dan kecacatan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.13 dan 3.14. Gambaran penderita Kusta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut. TABEL 3.13 JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA (CDR) PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2000 – 2005
Jumlah Penderita Kusta Tipe PB Tipe MB Semua Tipe 2000 11.267 3.430 14.697 2001 10.768 3.293 14.061 2002 12.376 3.853 16.229 2003 11.956 3.594 15.549 2004 12.957 3.715 16.672 2005 15.639 4.056 19.695 CDR = Case Detection Rate, MB = Multi Basiler, PB = Pausi Basiler Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Tahun
CDR /100.000 Penduduk 7,22 6,91 7,77 7,29 8,99
Di antara penderita baru yang ditemukan, 8,74% sudah mengalami kecacatan tingkat II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata). Angka ini masih di atas indikator program yaitu 5%. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit Kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat. Proporsi penderita anak berumur 0-14 tahun di antara penemuan kasus baru Kusta adalah 9,09% yang juga masih di atas indikator program (5%). Proporsi terbesar pada tahun 2005 terdapat di Provinsi Maluku Utara sebesar 18,48%, disusul Nusa Tenggara Barat sebesar 12,71% dan Jawa Tengah sebesar 12,28%. 30
Perkembangan proporsi kecacatan tingkat II dan perkembangan proporsi anak pada penderita Kusta baru selama 5 tahun terakhir terlihat pada Gambar 3.14 dan Gambar 3.15 di bawah ini. GAMBAR 3.14 PROPORSI KECACATAN TINGKAT II PADA PENDERITA BARU KUSTA TAHUN 2000 - 2005
% Cacat tingkat 2
9
8,9 8,6
8,5
8,74
8,4
8
8 7,7
7,5 7 2000
2001
2002
2003
2004
2005
Tahun
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
GAMBAR 3.15 PROPORSI PENDERITA ANAK ( 0-14 TH ) PADA PENDERITA BARU KUSTA TAHUN 2000-2005
% Penderita anak
12
10.2
10.05
10.6
10.7
2003
2004
8.9
10 8 6 4 2 0 2000
2001
2002 Tahun
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Sementara itu, dari peta berikut ini terlihat bahwa Indonesia masih banyak menyimpan kantong-kantong Kusta yang kebanyakan berada di Kawasan Timur Indonesia. Pada tahun 2005 ada 12 provinsi yang masih belum mencapai eliminasi Kusta, yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Papua, sedangkan Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat tidak ada datanya.
31
GAMBAR 3.16 PREVALENSI KUSTA TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
f. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) PD3I (penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. PD3I yang dibahas dalam bab ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.15. 1) Tetanus Neonatorum Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Tingkat kematian akibat penyakit ini yang tercermin dalam CFR, cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2000 sampai tahun 2005. Pada tahun 2000, tercatat CFR sebesar 65,12% lalu turun menjadi 54,64%. Angka CFR ini kembali naik menjadi 61,90% pada tahun 2002, kemudian sempat mengalami penurunan menjadi 56% pada tahun 2003. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2004 dengan CFR sebesar 50,29%, namun pada tahun 2005 CFR kembali naik menjadi 58,57% dengan 82 kematian dari 140 kasus. Hal ini diduga karena masih banyaknya ibu hamil yang tidak mendapatkan imunisasi TT.
300 250 200 150 100 50 0
80,00 60,00 40,00 20,00 2000
2001 2002
2003
2004 2005
Kasus
281
183
147
175
173
140
Meninggal
183
100
91
98
87
82
CFR (%)
65,12 54,64 61,90 56,00 50,29 58,57
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
32
0,00
CFR (%)
Jumlah kasus/kematian
GAMBAR 3.17 JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2005
Jumlah kasus tetanus neonatorum menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.15 dan Lampiran 3.16. 2) Campak Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB Campak 2005 terjadi sebanyak 122 kali dengan jumlah kasus sebanyak 1.467 dan CFR 0,48% (Lampiran 3.26). Frekuensi KLB ini meningkat dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Frekuensi KLB tahun 2002 tercatat sebesar 247, lalu turun menjadi 89 pada tahun 2003. Pada tahun 2004 angka ini justru naik menjadi 97 kemudian meningkat lagi pada tahun 2005. Kecenderungan yang sama terjadi pada tingkat kematian akibat Campak. Tahun 2002, CFR Campak sebesar 1,45% kemudian turun menjadi 0,3% pada tahun 2003. CFR pada tahun 2004 naik menjadi 1,56% lalu kembali turun menjadi 0,48% pada tahun 2005. Perkembangan frekuensi KLB Campak, Jumlah penderita dan CFR dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut. TABEL 3.14 FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA, DAN CFR KLB CAMPAK TAHUN 2000-2005
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Frekuensi KLB 101 32 247 89 97 122
Jumlah Penderita 1.259 85 5.509 2.914 2.818 1.467
CFR (%) 0,3 1,6 1,45 0,3 1,56 0,48
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Sementara itu, jumlah kasus Campak menurut kelompok umur pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3.15 di bawah ini. TABEL 3.15 JUMLAH KASUS CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2005
Umur <1 tahun 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun Jumlah
Kasus 1.855 5.513 4.391 2.233 1.850 15.842
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2005, dari 15.842 kasus penyakit campak, 13.731 kasus (86,67%) diantaranya tidak mendapatkan imunisasi campak/tidak diketahui. Jumlah kasus penyakit campak menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.15 dan 3.17. 33
Khusus untuk campak pada umur < 1 Tahun, Profil Ditjen PP-PL menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kasus. Peningkatan ini nampak pada Angka Insidens (AI) Campak per 10.000 umur < 1 tahun. Pada tahun 2001 AI sebesar 5,3 sempat turun menjadi 4,7 pada tahun 2002 kemudian naik menjadi 6,8 pada tahun 2003. Angka ini naik menjadi 7,0 pada tahun 2004, hingga naik kembali pada menjadi 9,38 pada tahun 2005. GAMBAR 3.18 ANGKA INSIDENS (AI) CAMPAK PER 10.000 PENDUDUK UMUR < 1 TAHUN TAHUN 2001-2005
Angka Insidens
10 9.38
8
6.8
6
7
5.3 4.7
4 2 0 2001
2002
2003
2004
2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
3) Difteri Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya kasus Difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Pada tahun 2005 terjadi 29 kali KLB dengan jumlah kasus sebanyak 65 dan CFR sebesar 13,85%. Angka CFR ini lebih rendah dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 CFR sebesar 23%, kemudian turun menjadi 9,4% pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 13,85% pada tahun 2005. Frekuensi KLB, jumlah kasus dan CFR Difteri pada tahun 2000-2005 disajikan pada Tabel 3.16 berikut ini. TABEL 3.16 FREKUENSI KLB, JUMLAH KASUS DAN CFR DIFTERI TAHUN 2000 – 2005
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Frekuensi KLB 34 29 43 54 34 29
Kasus 38 29 60 86 106 65
CFR (%) 26 21 13 23 9,4 13,85
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2005, jumlah seluruh kasus Difteri di rumah sakit dan puskesmas sebanyak 1.031 kasus. Kasus terbanyak di Nanggroe Aceh Darussalam dengan 980 kasus, dengan kasus terbanyak pada golongan usia 5-14 tahun (422 kasus), diikuti Lampung sebanyak 24 kasus. Jumlah kematian 1 kasus di Sumatera Selatan. Jumlah kasus penyakit Difteri menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.18. 34
4) Pertusis/Batuk Rejan Pada tahun 2005, jumlah kasus Pertusis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak 685 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 199 kasus dan yang dirawat di puskesmas sebanyak 4.759 kasus. Gambaran kasus Pertusis (Batuk Rejan) menurut kelompok umur disajikan pada Tabel 3.17 berikut ini. TABEL 3.17 KASUS PERTUSIS (BATUK REJAN) MENURUT UMUR TAHUN 2005
Umur < 1 tahun 1-4 tahun 5-14 tahun 15-44 tahun >45 tahun Jumlah
Kasus 569 1.042 1.457 1.382 1.193 5.643
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kasus dan angka insiden penyakit Pertusis/Batuk Rejan menurut provinsi pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.19. 5) Hepatitis (Hepatitis Klinis dan Hepatitis B) Kasus Hepatitis secara nasional mengalami fluktuasi dalam 5 tahun terakhir yang tercermin dalam Angka Insidens (AI) per 10.000 penduduk. Tahun 2001 tercatat AI sebesar 1,3 yang kemudian turun menjadi 0,60 pada tahun 2002. Kasus Hepatitis mengalami peningkatan tahun 2003 dengan AI sebesar 1,40 yang kemudian kembali turun pada tahun 2004 menjadi 0,56. Setelah sempat turun AI kembali merangkak naik menjadi 0,9 pada tahun 2005.
40,000
2.00
30,000
1.50
20,000
1.00
10,000
0.50
0
2001 2002 2003 2004 2005
0.00
Jumlah kasus 26,75 12,99 29,59 12162 20,33 Angka insiden
1.30
0.60 1.40
0.56
0.9
Sumber: Profil Ditjen PP-PL (Subdit Surveilans), Depkes RI
35
Angka insiden
Jumlah kasus
GAMBAR 3.19 JUMLAH KASUS DAN ANGKA INSIDEN HEPATITIS PER 10.000 PENDUDUK TAHUN 2001 – 2005
Menurut Laporan pada tahun 2005, jumlah kasus Hepatitis klinis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak 2.933 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 1.639 kasus dengan kematian pada 8 kasus, dan yang dirawat di puskesmas 13.938 kasus. Jumlah kasus penyakit Hepatitis klinis menurut provinsi pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.20. Pada tahun 2005, jumlah kasus Hepatitis B di Indonesia sebesar 884 kasus terdiri dari 456 kasus rawat jalan di rumah sakit dan 428 kasus rawat inap di rumah sakit. Sedangkan terjadi kematian 5 kasus di rawat inap rumah sakit. Jumlah kasus penyakit Hepatitis B menurut provinsi pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.21. 6) Polio (AFP-Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut) Pada tanggal 21 April 2005, Laboratorium Bio Farma melaporkan hasil pemeriksaan positif virus polio liar tipe P1 terhadap seorang penderita AFP anak laki-laki umur 20 bulan di Kec. Cidahu, Kab. Sukabumi, Jawa Barat. Temuan ini merupakan temuan yang sangat mengejutkan setelah 10 tahun Indonesia dinyatakan bebas dari virus polio liar. Pada tanggal 3 Mei 2005, Laboratorium GSL Mumbai mengidentifikasi bahwa virus polio liar Sukabumi merupakan virus polio impor, karena strain virus tidak mempunyai kemiripan dengan virus yang pernah diidentifikasi di Indonesia, tetapi mempunyai kemiripan dengan virus Sudan yang bersirkulasi di Arab Saudi pada akhir tahun 2004 (akhir bulan Desember) yang bertepatan dengan musim haji. GAMBAR 3.20 KASUS POLIO LIAR DAN SEBARAN POLIO DI INDONESIA, 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Gambar 3.21 di bawah ini adalah bagan yang menggambarkan jumlah penemuan kasus Polio per minggu. Pada awal periode ditemukan 1 kasus. Kemudian pada minggu berikutnya tidak lagi ditemukan kasus. Namun, pada periode 27 Maret - 2 April, kembali ditemukan 1 kasus Polio. Angka tersebut terus bertambah hingga pada puncaknya (34 kasus) yaitu periode 29 Mei - 4 Juni bersamaan dengan dilaksanakannya mopping up putaran 1 (31 Mei 2005). Dua (2) minggu pasca pelaksanaan mopping up putaran 1, terjadi penurunan signifikan terhadap temuan kasus Polio, yaitu 1 kasus. Hingga mopping up putaran kedua tidak ditemukan lagi kasus Polio.
36
GAMBAR 3.21 KASUS POLIO DI INDONESIA, 2005 Mopping-Up 31 May 2005 36 34 32 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Mopping-Up 28 June 2005
6- 12
WPV c ases
27
3- 9
1- 7
8- 14
Mar
13- 19 20- 26 Mar
Mar
Mar -
Apr
10- 16 17- 23 24- 30 Apr
Apr
Apr
May
May
15- 21 22- 28 May
0
1
0
1
1
3
6
9
10
16
20
29
May May 18
34
5- 11 12- 18 19- 25
26
3- 9
J un
Jun
J un
J un- 2
J ul
10- 16 17- 23 24- 30 31 J ulJ ul
J ul
J ul
6 Aug
31
2
1
0
0
0
0
0
0
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Berdasarkan jenis kelamin, 53% penderita Polio adalah laki-laki dan 47% adalah perempuan. Berdasarkan kelompok umur, 63% Polio menyerang anak berumur 12-35 bulan, 19% menyerang anak berumur 36-59 bulan, 14% menyerang anak di atas 60 bulan dan yang paling rendah menyerang anak berumur 0-11 bulan (4%). Pada tahun 2005, jumlah kasus AFP sebanyak 1.939 kasus, dengan AFP Rate per 100.000 penduduk sebesar 3,12 dan Non Polio AFP Rate per 100.000 penduduk sebesar 2,44. Kasus AFP terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat (349 kasus) diikuti Jawa Timur (319 kasus) dan Banten (253 kasus). Berdasarkan klasifikasi klinis diketahui kasus virus polio liar sebanyak 303 kasus. Dari 10 provinsi yang ditemukan virus polio liar, terbanyak di Provinsi Banten (161), Jawa Barat (59) dan Lampung (26). Terdapat 8 kasus kematian akibat AFP sepanjang tahun 2005 yang seluruhnya di Provinsi Banten. Jumlah kasus AFP Polio menurut provinsi, jumlah kasus AFP Polio menurut kriteria klasifikasi klinis dan provinsi, dan perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.22, 3.23 dan 3.24. 7) Tetanus Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh eksotoksin yang dikeluarkan oleh basil tetanus (Clostridium tetani) yang hidup secara anaerobic pada luka. Ciri khas dari tetanus adalah adanya kontraksi otot disertai rasa sakit, terutama otot leher kemudian diikuti dengan otot-otot seluruh badan. Gejala pertama yang muncul yang mengarahkan kita untuk memikirkan tetanus pada anak usia lebih tua dan orang dewasa adalah jika ditemukan adanya kaku otot pada abdomen. Kejang seluruh tubuh dapat terjadi akibat rangsangan. Posisi yang khas pada penderita tetanus yang mengalami kejang adalah terjadinya opisthotonus dan ekspresi wajah yang disebut dengan risus sardonicus. 37
Spora tetanus masuk ke dalam tubuh biasanya melalui luka tusuk yang tercemar dengan tanah, debu jalanan atau tinja hewan dan manusia, spora dapat juga masuk melalui luka bakar atau luka lain yang sepele atau tidak dihiraukan, atau juga dapat melalui injeksi dari jarum suntik yang tercemar yang dilakukan oleh penyuntik liar. Tetanus kadang kala sebagai kejadian ikutan pasca pembedahan termasuk setelah sirkumsisi. Semua orang rentan terhadap tetanus. Pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid (TT) dapat menimbulkan kekebalan yang dapat bertahan paling sedikit selama 10 tahun setelah pemberian imunisasi lengkap. Kekebalan pasif sementara didapat setelah pemberian Tetanus Immunoglobin (TIG) atau setelah pemberian tetanus anti serum. Pada tahun 2005, jumlah kasus Tetanus yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak 473 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 922 kasus dan 43 di antaranya meninggal dunia dan yang dirawat di puskesmas 380 kasus. Jumlah kasus penyakit Tetanus menurut provinsi pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 3.25. Khusus untuk kasus tetanus pada kelompok umur < 1 tahun, terdapat kecenderugan penurunan dalam 5 tahun terakhir yang tercermin dalam AI per 10.000 penduduk umur < 1 tahun. Tahun 2001 AI sebesar 0,15 turun menjadi 0,13 pada tahun 2002, lalu kembali turun hingga 0,11 pada tahun 2003. Tahun 2004 tercatat AI sebesar 0,09 hingga pada tahun 2005 AI sebesar 0,04 per 10.000 penduduk umur < 1 tahun. g. Penyakit Potensial KLB/Wabah Beberapa penyakit menular berpotensi menimbulkan KLB maupun wabah. Frekuensi KLB tertinggi adalah Diare, Demam Berdarah Dengue, Rabies, Campak dan keracunan makanan. Sedangkan CFR tertinggi adalah Difteri (13,85%, yaitu 9 kematian dari 65 kasus). Penyakit yang menimbulkan KLB di Indonesia pada tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.26. 1). Penyakit Diare Tingkat kematian Diare pada tahun 2005 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, CFR akibat diare sebesar 2,51% dengan 127 orang meninggal dari 5.051 kasus. Angka ini lebih tinggi jika kita bandingkan dengan tahun 2004, yaitu 1,6% dengan 23 orang meninggal dari 1.436 kasus. Namun demikian, CFR tahun 2005 tetap lebih rendah dibandingkan tahun 2003 yang sebesar 2,77% dengan 128 orang meninggal dari 4.622 kasus. Perkembangan KLB Diare enam tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.18 di bawah ini. TABEL 3.18 KLB DIARE MENURUT JUMLAH PROVINSI DENGAN KLB, JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CFR TAHUN 2000 – 2005
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Jumlah Provinsi dengan KLB 16 12 15 22 16 12
Jumlah Kasus 5.680 4.428 5.789 4.622 1.436 5.051
Meninggal 109 100 94 128 23 127
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, Profil PP-PL 2005
38
CFR (%) 1,92 2,26 1,62 2,77 1,60 2,51
Dari 12 provinsi yang melaporkan adanya KLB, wilayah dengan tingkat kematian tertinggi akibat Diare adalah Sulawesi Tengah, yaitu 18,84% (13 meninggal dari 69 kasus), disusul oleh Papua dengan CFR sebesar 7,61% (37 kasus meninggal dari 486 kasus) dan Maluku Utara dengan CFR sebesar 5,26% (7 meninggal dari 133 kasus). Jumlah kasus, meninggal dan CFR Diare tiap provinsi dari tahun 2001-2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.27. 2) Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah provinsi dengan jumlah kabupaten/kota terjangkit sampai dengan tahun 2005 sebanyak 330 kabupaten/kota (75% dari seluruh kab/kota). Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode antara 2 – 5 tahunan. Sedangkan angka kematian cenderung menurun. Pada tahun 2005, jumlah penderita DBD dilaporkan sebanyak 95.279 kasus dengan angka kematian (CFR) sebesar 1,36% dan angka insiden sebesar 43,42 kasus per 100.000 penduduk. . Perkembangan angka insiden dan angka kematian karena DBD pada tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 3.22 di bawah ini. GAMBAR 3.22 ANGKA INSIDEN (PER 100.000 PENDUDUK) DAN CFR (%) PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE TAHUN 2000 – 2005 3.0
50.00
2.0
30.00 1.5
20.00 1.0
10.00 0.00
Angka insiden CFR (%)
CFR (%)
Angka insiden per 100.000 penduduk
2.5
40.00
0.5 2000
2001
2002
2003
2004
2005
10.17
15.99
19.24
23.87
37.11
43.42
2.0
1.4
1.3
1.5
1.2
1.36
0.0
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Provinsi dengan angka insiden DBD tertinggi pada tahun 2005 adalah DKI Jakarta (296,87 per 100.000 penduduk), Kalimantan Timur (121,74 per 100.000 penduduk), dan Sulawesi Utara (119,89 per 100.000 penduduk). Sedangkan CFR tertinggi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 4,35%, disusul oleh Maluku Utara sebesar 4,17%, dan Kepulauan Riau sebesar 3,49%. Jumlah penderita, angka kematian, dan angka insiden DBD menurut provinsi pada tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.28, sedangkan jumlah kabupaten/kota yang terjangkit penyakit DBD menurut provinsi tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.29. 3) Chikungunya
39
Penyakit Chikungunya (CHIK) adalah penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan disebabkan oleh virus Chikungunya. Virus Chikungunya termasuk dalam Togaviridae, genus alphavirus. Gejala Demam Chikungunya mirip dengan Demam Berdarah Dengue yaitu demam yang tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik-bintik merah pada kulit terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (syok) maupun kematian. Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2 - 4 hari. Manifestasi penyakit berlangsung 3 - 10 hari. Virus ini termasuk Self Limiting Disease atau sembuh dengan sendirinya. Di Indonesia, demam Chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973. Kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Jambi, tahun 1980. Tahun 1983 merebak di Martapura, Ternate dan Yogyakarta. Setelah vakum hampir 20 tahun, awal tahun 2001 kejadian luar biasa (KLB) demam Chikungunya terjadi di Muara Enim (Sumatera Selatan) dan Nanggroe Aceh Darussalam, disusul Bogor (Jawa Barat). Demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah) tahun 2002. Dalam 5 tahun terakhir (2001-2005), penyakit ini telah tersebar di 11 provinsi, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat. Profil Ditjen PP-PL Depkes menyebutkan bahwa pada tahun 2004 dilaporkan kasus di 5 provinsi dengan jumlah 1.266 tanpa kematian. Sedangkan pada Tahun 2005 Chikungunya dilaporkan di 4 provinsi dengan 340 kasus tanpa kematian. TABEL 3.19 JUMLAH KASUS DEMAM CHIKUNGUNYA TAHUN 2004-2005
Provinsi Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur NTB Total
Tahun 2004 Kasus P M 35 0 722 0 74 0 429 0 6 1.266
0 0
Provinsi
Periode Januari Januari Januari Jan-Agust
Banten Sulawesi Utara Jawa Timur NTB
Tahun 2005 Kasus P M 86 52 168 34
Periode 0 0 0 0
Januari 340
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
GAMBAR 3.23 SEBARAN KASUS DEMAM CHIKUNGUNYA TAHUN 2004 DAN 2005
40
0
Juli Des-April Feb-Mar Jan-Mei
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Insert : Sebaran kasus demam chikungunya tahun 2004
h. Penyakit Rabies Pada tahun 2005, jumlah kabupaten/kota terjangkit Rabies sebanyak 186 kabupaten/kota. Kasus gigitan hewan tertular Rabies sebanyak 13.993 orang. Jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 884 dan yang positif 575 (65,05%). Jumlah dan persentase kabupaten terjangkit dan jumlah kasus gigitan hewan tertular Rabies serta hasil pemeriksaan spesimen hewan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.30. Pada awal tahun 2005, terjadi KLB Rabies di Provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara yang pada tahun sebelumnya masih merupakan daerah bebas Rabies, sehingga sampai saat ini Rabies telah terjangkit di 22 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia. Peta daerah tertular Rabies tahun 2005 dapat dilihat pada gambar di bawah ini. GAMBAR 3.24 DAERAH TERTULAR RABIES TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada tahun 2005, kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sebanyak 13.993 orang. Jumlah kasus GHPR yang mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR) sebanyak 9.200 hewan. Jumlah kasus Rabies yang menyebabkan kematian (Lyssa) sebanyak 121 orang. Kasus GHPR dari tahun 2001 sampai dengan 2004 cenderung naik, tetapi pada tahun 2005 menurun. Persentase kasus GHPR yang mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR) dari tahun 2001 – 2003 meningkat, tetapi menurun pada tahun 2004 dan kembali naik pada tahun 2005. Namun Lyssa selama tahun 2001 – 2005 cenderung meningkat, seiring dengan terjadinya KLB Rabies di Provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara. Situasi Rabies di Indonesia Tahun 2001-2005 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. GAMBAR 3.25 SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2005
41
16,000
140 120 100 80 60 40 20 0
12,000 8,000 4,000 0
2001
2002
2003
2004
GHPR PET Lyssa
2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Kasus GHPR terbanyak dilaporkan dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (2.820 kasus) sedangkan terkecil adalah Provinsi Sulawesi Barat (19 kasus). Kasus Rabies yang menyebabkan kematian pada manusia (Lyssa) terbanyak dilaporkan dari Provinsi Sulawesi Utara (29 kasus) sedangkan Lyssa tidak dilaporkan di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. GAMBAR 3.26 KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (GHPR) DAN LYSSA PER PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2005
3000
35
2500
30 25
2000
20 1500 15 1000
GH PR L YS S A
10 5
0
0
N A S D um S um ut ba r R ia Ja u S mb u i B ms en e g l La ku m lu p un g Ja b B ar an t J a en ka r J a ta te ng D IY Ja t K im al ba K r a K l se al l te ng K al tim S S ul u ul t te n S g ul se S l ul t S ra ul ba r N M al Ma T T uk l u uk U u ta ra
500
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah dan persentase kabupaten terjangkit dan jumlah kasus gigitan hewan penular Rabies serta hasil pemeriksaan specimen hewan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat dalam Lampiran 3.30. i. Filariasis Program eliminasi Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu “The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”. Jumlah kasus Filariasis pada tahun 2004 sebanyak 6.430 orang yang tersebar di 231 kabupaten pada 30 provinsi. Terdapat 88 kab/kota yang berstatus endemis Filariasis, tersebar di 22 provinsi. Jumlah ini meningkat pada tahun 2005, yaitu terdapat kasus kronis sebanyak 10.239 orang yang tersebar di 33 provinsi, lebih dari 301 kabupaten/kota. Temuan kasus terbanyak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 2.354.
42
Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 spesies cacing Filaria, yaitu Wucherecia bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
GAMBAR 3.27 JUMLAH KASUS FILARIASIS TAHUN 2001-2005 12,000
10,000
8,000
Jumlah Kasus
6,000
10,239
4,000
6,181
6,635
6,217
6,430
2,000
0 2001
2002
2003
2004
2005
Tahun
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah penderita Filariasis menurut provinsi pada tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.31. j. Frambusia Penyakit Frambusia sampai saaat ini belum dapat dieliminasi dari seluruh wilayah Indonesia, meskipun secara nasional angka prevalensinya sudah kurang dari 1 per 10.000 penduduk. Prevalensi rate secara nasional pada tahun 2004/2005 adalah 0,23 per 10.000 penduduk. Daerah yang angka prevalensinya masih cukup tinggi, terutama di daerah-daerah wilayah Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara Timur (7,13), Sulawesi Tenggara (6,84), dan Maluku (1,53). Tingginya angka prevalensi di daerah tersebut disebabkan karena penderita Frambusia banyak tinggal di daerah pedalaman yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan serta keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Perkembangan angka prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 1984-2005 dapat dilihat pada Gambar 3.28 di bawah ini.
43
GAMBAR 3.28
PREVALENSI FRAMBUSIA DI INDONESIA TAHUN 1984-2005 25 PR/10.000 penduduk
22.1 20
19.3
15 13.3 10
9.5
8.2
7
6.6 5 2.2
1
1
0
0.8 0.8
2 0.1 0.24 0.15 0.260.23
84 /8 5 85 /8 6 86 /8 7 87 /8 8 88 /8 9 89 /9 0 90 /9 1 91 /9 2 92 /9 3 93 /9 4 94 /9 5 95 /9 6 96 /9 7 97 /9 8 98 /9 9 99 /0 0 00 /0 1 01 /0 2 02 /0 3 03 /0 4 04 /0 5
0
4
3
Tahun
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kasus dan prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 2005 dapat dilihat dalam Lampiran 3.32. k. Antraks Jumlah kasus dan kematian Antraks pada tahun 2005 telah berhasil ditekan bila dibandingkan tahun 2004, bahkan sampai dengan akhir Desember 2005 tidak dilaporkan adanya kematian karena Antraks (CFR = 0%). Kasus dan kematian Antraks di Indonesia tahun 2000-2005 dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini. TABEL 3.20 JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS 2000 – 2005 Tahun Jumlah Kasus Meninggal 2000 34 0 2001 25 2 2002 35 8 2003 40 2 2004 109 8 2005 30 0 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
CFR (%) 0% 8% 22,9% 5% 7,3% 0%
GAMBAR 3.29 KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2000 -2005
44
120
9 8
100
7
80
6
60
5 4
40
3 2
20
1
0 K as us M e n in g g a l
2001
2002
2003
2004
2005
25
35
40
109
30
2
8
2
8
0
0
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Sampai saat ini daerah tertular Antraks tercatat di 11 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta. Provinsi yang melaporkan adanya kasus Antraks pada manusia hanya di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Kasus Antraks pada tahun 2005 paling banyak dilaporkan dari Kota Makasar dan Kab. Gowa (Sulawesi Selatan) yaitu 16 kasus Antraks tipe kulit, tanpa kematian (CFR=0%). Kasus dan kematian Antraks menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
GAMBAR 3.30 KASUS DAN KEMATIAN ANTRAKS MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 20 15 10 5 0
JABAR
JATENG
NTB
NTT
SULSEL
kasus
5
0
9
0
16
meninggal
0
0
0
0
0
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
l. Pes Daerah fokus Pes di Indonesia yaitu Kab. Boyolali (Jawa Tengah), Kab. Pasuruan (Jawa Timur), Kab. Sleman (DI Yogyakarta), dan Kab. Bandung (Jawa Barat). GAMBAR 3. 31 DAERAH ENDEMIS PES DI INDONESIA
45
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Selama tahun 2005 telah terjadi penurunan hasil surveilans Pes yang dilakukan di 4 (empat) provinsi endemis. Jumlah serologi positif jika pada tahun 2004 dilaporkan 7 orang, pada tahun 2005 menurun menjadi 1 orang. Meskipun demikian surveilans aktif terhadap human dan rodent masih tetap dilakukan, untuk menghindari terjadinya KLB Pes.
GAMBAR 3.32 HASIL PEMERIKSAAN SPESIMEN PES PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2005 600 500 400 300 200 100 0 diperiksa spesimen positif
2001
2002
2003
2004
2005
512
507
216
254
85
1
1
2
7
1
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
m. Taeniasis / Cysticercosis Daerah endemis Taeniasis/Cysticercosis adalah di Provinsi Bali, Sumatera Utara, NTT, dan Papua. Jumlah kasus Taeniasis/Cysticercosis cenderung menurun dari tahun 2001 sampai dengan 2005. GAMBAR 3.33 SITUASI TAENIASIS / CYSTICERCOSIS DI INDONESIA TAHUN 2001-2005
46
800 600 400 200 0
2001
2002
2003
2004
2005
Kasus
409
684
248
251
184
Diobati
256
684
248
242
184
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
n. Leptospirosis Daerah tertular Leptospirosis di Indonesia tersebar di 14 provinsi, tetapi selama tahun 2005 kasus Leptospirosis dilaporkan di 4 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2005, meskipun jumlah kasus Leptospirosis masih tinggi tetapi sudah dapat menekan angka kematian bila dibandingkan dengan tahun 2004 (CFR = 14,2%). Angka kematian tertinggi adalah di Provinsi Jawa Tengah yaitu 10 orang (CFR=29,4%), yang berasal dari Kab. Semarang dan Demak.
GAMBAR 3.34 DAERAH TERTULAR LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
GAMBAR 3.35 SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2002 - 2005
47
200 150 100 50 0
2002
2003
2004
2005
Kasus
150
87
166
113
CFR
14
11.49
15.06
14.16
16 14 12 10 8 6 4 2 0
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
o. Avian Influenza (AI) Avian Influenza adalah penyakit yang diakibatkan virus pada unggas peliharaan, termasuk ayam dan unggas liar yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Penyakit ini dikenal juga dengan nama avian flu (flu avian) dan dapat menimbulkan penyakit dengan derajat keparahan yang bervariasi, mulai dari infeksi yang bersifat asimptomatik sampai penyakit yang fatal dan bersifat multisistemik (Swayne, 2000). Masyarakat luas lebih mengenal AI dengan nama flu burung (bird flu) yang sebetulnya merupakan penyakit viral (“influenza”) pada manusia yang ada hubungannya dengan infeksi virus influenza asal unggas. Pada bulan Juni 2005 dilaporkan kasus AI pertama kali pada manusia, di Tangerang, Banten. kasus AI di Indonesia terus bertambah dan menyebar di beberapa provinsi di Indonesia, oleh karena itu Menteri Kesehatan mengeluarkan SK Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005 tentang pernyataan KLB Avian Influenza (AI).
GAMBAR 3. 36 PETA PENYEBARAN AVIAN INFLUENZA (AI) PADA UNGGAS DI INDONESIA TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Avian Influenza (AI) pada unggas diyakini muncul pertama kali pada bulan Agustus 2003 di beberapa peternakan ayam ras komersial di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kemudian meluas ke berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa 48
Yogyakarta, Lampung, Bali, dan beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2003 wilayah yang terjangkit penyakit tersebut mencakup 9 provinsi, yang terdiri dari 51 kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2004 daerah terinfeksi flu burung pada unggas menjadi 16 provinsi yang mencakup 100 kabupaten/kota. Sedangkan tahun 2005 daerah tertular AI pada unggas adalah di 26 provinsi dan 187 kabupaten/kota. GAMBAR 3.37 SITUASI AVIAN INFLUENZA (AI) PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Kasus konfirmasi AI pada manusia selama tahun 2005 paling banyak dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta yaitu 6 kasus dengan kematian 6 orang (CFR=85,7%), kasus paling sedikit dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah yaitu 1 orang, tanpa kematian (CFR=0%).
GAMBAR 3.38 KASUS KONFIRMASI AVIAN INFLUENZA (AI) MENURUT BULAN SELAMA TAHUN 2005 7 6 5 4 3 2 1 0 Kasus
Juni
Juli
Agust
Sept
Okt
Nop
Des
1
1
2
4
3
6
2
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
49
Kasus AI menurut bulan kejadian meningkat tajam pada bulan Nopember yaitu 6 kasus, kemudian menurun pada bulan Desember. GAMBAR 3.39 PERBANDINGAN KASUS AI MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Dari laporan kasus konfirmasi AI pada manusia menunjukkan bahwa persentase lakilaki lebih tinggi (63,2 %) dibandingkan dengan perempuan (36,8 %). GAMBAR 3.40 KASUS KONFIRMASI AI PADA MANUSIA MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN 2005 5
4
3
2
1
0
Kasus
0- 5
5 - 10
11- 15
16 - 20
21- 25
26 - 30
31- 35
36 - 40
41- 45
46 - 50
>50
2
4
0
4
3
1
3
1
1
0
0
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Kasus AI bila dilihat dari golongan umur menunjukkan paling banyak adalah golongan umur 5 – 10 tahun dan 16 – 20 tahun. Umur paling tinggi adalah golongan 41 – 45 tahun. 2. Penyakit Tidak Menular Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat, serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasuskasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal, dan sebagainya. Berdasarkan laporan rumah sakit tahun 2005, diperoleh gambaran penyebab utama kematian di rumah sakit yang disebabkan penyakit tidak menular sebagaimana terlihat pada Tabel 3.21 berikut ini. TABEL 3.21 PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR
50
SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Golongan Sebab Sakit
Stroke tak menyebut pendarahan atau infark Pendarahan intrakranial Septisemia Gagal ginjal lainnya Penyakit jantung lainnya Diabetes mellitus YTT Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir Penyakit radang susunan saraf pusat Gagal jantung Hipertensi esens ial (primer)
Jumlah Kematian
% dari Seluruh Kematian di RS
4.692 3.572 3.065 3.047 2.577 2.086 1.876 1.794 1.706 1.564
4,87 3,71 3,18 3,16 2,67 2,16 1,95 1,86 1,77 1,62
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI
a. Penyakit Jantung dan Sistem Sirkulasi Penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian umum nomor satu di Indonesia berdasarkan SKRT 1992, SKRT 1995, dan Surkesnas 2001. Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark merupakan penyebab kematian nomor 1 di RSU di Indonesia tahun 2005 (Tabel 3.7). Stroke, perdarahan intrakranial, dan septisemia menempati 3 peringkat utama proporsi penyakit tidak menular penyebab kematian di rumah sakit pada tahun 2005 (Tabel 3.7). Hipertensi juga merupakan penyakit terbanyak nomor 3 pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2005 (Tabel 3.9). Berdasarkan SKRT 2004 diperoleh data bahwa berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 2,2% penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita penyakit jantung. Hasil Susenas 2004 diperoleh data 1,3% penduduk Indonesia berumur 15 tahun atau lebih pernah didiagnosa sakit jantung angina pectoris (nyeri/sesak di bagian dada yang dapat menjalar ke tubuh bagian atas terutama ke lengan kiri yang merupakan gejala serangan jantung).
TABEL 3.22 PERSENTASE PENDUDUK > 15 TAHUN YANG PERNAH DIDIAGNOSIS SAKIT JANTUNG (ANGINA PECTORIS) OLEH TENAGA KESEHATAN
Kawasan
Persentase
Sumatera Jawa-Bali Kaw. Timur Indonesia Indonesia Sumber: Surkesnas/Susenas 2004
1,3 1,3 1,2 1,3
c. Diabetes Melitus Berdasarkan Surkesnas/SKRT 2004, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 1% penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita Diabetes. 51
Diabetes Melitus merupakan penyakit nomor 8 terbanyak pada pasien rawat jalan rumah sakit tahun 2005 (Tabel 3.9) dan peringkat 9 penyakit tidak menular penyebab kematian di rumah sakit tahun 2005 (Tabel 3.7). d. Neoplasma/Tumor Neoplasma/Tumor menunjukkan peningkatan peringkat pada pola penyakit penyebab kematian umum di Indonesia. Pada SKRT 1992, Neoplasma menempati urutan ke-10, pada SKRT 1995 menempati urutan ke-9, dan pada Surkesnas 2001 menduduki urutan ke-5. Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberi gambaran bahwa 12% dari seluruh kematian di dunia disebabkan penyakit kanker. Peringkat penyakit Neoplasma ganas di rumah sakit di Indonesia tahun 2005 dapat dilihat pada dua tabel berikut ini. TABEL 3.23 10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 No
Golongan Sebab Sakit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Neoplasma ganas payudara Neoplasma ganas serviks uterus Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik Leukemia Limfoma non Hodgskin Neoplasma ganas Bronkus & Paru - paru Neoplasma ganas Ovarium (indung telur) Neoplasma ganas kolon Neoplasma ganas daerah rektosigmoid, rektum dan anus Neoplasma ganas nasofaring
Jumlah Pasien Keluar
%
7.844 5.069 4.177 3.432 3.242 2.707 2.327 1.903 1.903 1.573
16,9 10,9 9,0 7,4 7,0 5,8 5,0 4,1 4,1 3,4
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI
TABEL 3.24 10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005
No
Golongan Sebab Sakit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Neoplasma ganas payudara Neoplasma ganas leher rahim Limfoma non Hodgskin Neoplasma ganas kolon Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik Neoplasma ganas daerah rektosigmoid, rektum dan anus Neoplasma ganas kulit lainnya Neoplasma ganas nasofaring Neoplasma ganas ovarium (indung telur) Neoplasma ganas bronkus dan paru Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI
52
Jumlah Kunjungan
%
8.829 6.511 3.739 2.076 1.364 1.332 1.315 1.274 1.127 1.077
22,33 16,47 9,46 5,25 3,45 3,37 3,33 3,22 2,85 2,72
e. Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) Cedera dan kecelakaan angkutan darat/lalu lintas termasuk dalam pola 10 penyakit terbanyak pasien rawat jalan/inap rumah sakit (Tabel 3.9 dan 3.10), cedera/perdarahan intrakranial dan cedera badan multiple menempati peringkat 10 terbanyak. Cedera intrakranial juga menempati peringkat 5 dari penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit tahun 2005 (Tabel 3.7). GAMBAR 3.41 JUMLAH KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA TAHUN 2003-2005 25000 20000
Jumlah kecelakaan Meninggal
15000
Luka ringan
10000
Luka berat 5000 0 2003
2004
2005
Sumber: Profil PP-PL 2005
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah KLL dari 2003 hingga 2005 terus meningkat. Begitu pula dengan jumlah korban luka maupun meninggal terus bertambah dari tahun 2003-2005. Berdasarkan Surkesnas/Susenas 2004, prevalensi cedera karena KLL di Indonesia pada penduduk berumur > 15 tahun adalah 1,02%, tertinggi di DI Yogyakarta (3,04%) dan terendah di Maluku Utara (0,28%). Prevalensi cedera karena KLL di perkotaan 1,3% sedangkan di perdesaan 0,8%. Sedangkan prevalensi cedera bukan karena KLL (jatuh, terbakar, keracunan, tenggelam, kekerasan, dan lain-lain) pada penduduk berumur > 15 tahun adalah 0,4%. Berdasarkan Surkesnas/SKRT 2004, prevalensi penduduk berumur > 15 tahun yang mengalami KLL 1 tahun terakhir adalah 2,9% dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 15-24 tahun. Sedangkan prevalensi penduduk berumur > 15 tahun yang mengalami cedera bukan karena KLL adalah 2,8% dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 65 tahun ke atas. f. Keracunan Selama periode 2001-2005, jumlah kasus dan penderita tertinggi terjadi pada tahun 2005 dengan 112 kasus dan 7.679 penderita. GAMBAR 3.42 KERACUNAN MAKANAN DI INDONESIA TAHUN 2001-2005
53
7679
8000 7000
5948
6000 5000 4000
2952
2625
3000
Kasus Penderita
2000
907
1000
72
23
27 35
82
Mati 74
6
22
112
9
0 2001
2002
2003
2004
2005
Sumber: Profil PP-PL 2005
Berdasarkan laporan KLB keracunan makanan tahun 2005, rata-rata penderita mempunyai keluhan yang sama yaitu diare, sakit perut, pusing, dan muntah tanpa pendarahan dan hanya sebagian penderita mempunyai keluhan yang disertai demam. Dari hasil investigasi didapatkan bahwa beberapa kejadian keracunan makanan positif diakibatkan oleh Staphylococcus aureus, Vibrio cholera, E. Coli, histamin, jamur, dan Salmonela. GAMBAR 3.43 KEJADIAN KERACUNAN MAKANAN DI INDONESIA TAHUN 2005 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 NAD
Sumut
Sumbar
Riau
Kepri
Jambi
Sumsel Bengkulu Babel
Banten
DKI Jakarta
Jabar
Jateng
DIY
Jatim
Bali
NTT
Kalsel
Kalbar
Sulsel
Sultra
Maluku
3
2
1
5
2
1
2
3
1
7
3
40
28
1
3
1
2
1
1
3
1
1
Penderita
394
13
14
81
32
22
128
202
63
898
74
4469
540
35
141
27
315
18
88
75
18
32
M eninggal
0
0
0
2
0
0
0
0
1
0
0
0
2
1
2
1
0
0
0
0
0
0
Kasus
Sumber: Profil PP-PL 2005
Data keracunan makanan per provinsi pada tahun 2005 menunjukkan bahwa Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah kasus dan jumlah penderita tertinggi yaitu 40 kasus dan 4.469 penderita. Sedangkan provinsi dengan CFR tertinggi yaitu Riau (CFR=2,5%). C. STATUS GIZI Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi Kronis (KEK), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), sebagaimana diuraikan berikut ini. 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Angka BBLR secara nasional belum tersedia, walaupun demikian proporsi BBLR dapat diketahui berdasarkan hasil estimasi dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 54
(SDKI). Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa proporsi BBLR pada periode tahun 19921997 dan 2002-2003. TABEL 3.25 PROPORSI BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH TAHUN 1992-1997 DAN 2002-2003 1992-1997
2002-2003
Nasional
7,7
7,6
Perkotaan
6,6
Perdesaan
8,4
Provinsi
3,6 - 15,6
Sumber: SDKI
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu: BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil. BBLR bersama kehamilan pendek mengakibatkan gangguan yang menjadi penyebab nomor 3 kematian pada masa perinatal di rumah sakit tahun 2005 (Tabel 3.2). Sementara itu data BBLR yang dihimpun dari rumah sakit umum, Rumah Sakit Ibu Anak, dan Rumah Sakit Bersalin pada tahun 2005 memberikan gambaran bahwa persentase bayi lahir hidup dengan BBLR di rumah sakit sebesar 27,9%. 2. Gizi Balita Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan Umur (BB/U). Kategori yang digunakan adalah: gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai –3 SD); gizi buruk (z-score < -3SD). Dari hasil Susenas dan SKRT yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, diperoleh gambaran perkembangan status gizi balita seperti terlihat pada Gambar 3.44 berikut. GAMBAR 3.44 PERSENTASE BALITA GIZI BURUK, GIZI KURANG, GIZI BAIK DAN GIZI LEBIH, TAHUN 1998 – 2005
55
80 60 40 20 0 Gizi buruk
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2005
10,51
8,11
7,53
6,3
7,47
8,55
8,8
19
18,25
17,13
19,8
18,35
19,62
19,24
Gizi baik
67,33
69,06
72,09
71,1
71,88
69,59
68,48
Gizi lebih
3,15
4,58
3,25
2,7
2,3
2,24
3,48
Gizi kurang
Sumber: Susenas/Survei Garam Yodium Rumah Tangga dan SKRT, Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes
Dari laporan hasil Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga dan SKRT selama periode 1998-2000 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang menurun. Namun, mulai tahun 2001 hingga 2005 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang terus meningkat. Tahun 2005 diketahui bahwa persentase balita yang bergizi baik/normal sebesar 68,48%. Dari tabel berikut dapat diketahui persentase balita perempuan yang bergizi baik relatif lebih tinggi dibandingkan balita laki-laki. TABEL 3.26 PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2003 – 2005 2003 Laki-laki Lebih Normal Kurang Buruk
2,03 67,89 20,73 9,35
2004
Laki-laki + Perempuan Perempuan 2,47 2,24 71,41 69,59 18,43 19,62 7,69 8,55
Laki-laki
Perempuan
3,5 74,5 18,9 3
2,8 75,2 18,5 3,4
2005 Laki-laki + Perempuan 3,2 74,8 18,8 3,2
Laki-laki
Perempuan
3,13 66.88 20,49 9,5
3,84 70,15 17,93 8,08
Laki-laki + Perempuan 3,48 68,46 19,24 8,8
Sumber: BPS, Survei Garam Konsumsi Yodium Rumah Tangga, 2003&2005 dan SKRT 2004 Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes
Sementara itu, untuk persentase balita dengan status gizi buruk menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.45 berikut ini, sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.35.
GAMBAR 3.45 PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005
56
Gorontalo Maluku Papua Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Sumatera Barat Sumatera Utara Sulawesi Tengah Maluku Utara Kalimantan Tengah Kepulauan Riau Sulawesi Tenggara Riau Kepulauan Bangka Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Nusa Tenggara Barat Sulawesi Utara Kalimantan Timur DKI Jakarta Lampung Banten Bengkulu Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Timur Jambi Bali DI Yogyakarta
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Sumber: BPS, Survei Garam Konsumsi Yodium Rumah Tangga 2005 Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes
GAMBAR 3.46 PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005
Sumber: BPS, Survei Garam Konsumsi Yodium Rumah Tangga, 2005 Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes
Persentase balita dengan status gizi buruk dan kurang menurut provinsi dalam bentuk peta wilayah Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.47 di bawah ini.
GAMBAR 3.47 PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK DAN KURANG
57
MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005
Sumber: BPS, Survei Garam Konsumsi Yodium Rumah Tangga, 2005 Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes
Pada tahun 2005 jumlah kasus gizi yang dilaporkan adalah 76.178 kasus, 0,38% merupakan kasus gizi buruk. Jumlah kasus meninggal sebanyak 293 kasus. Distribusi kasus gizi buruk menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3.36. 3. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK) Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS) umur 15-49 tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR. Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standar LILA <23,5cm. Dari hasil survei BPS tahun 2000-2005 diperoleh gambaran risiko KEK yang diukur berdasarkan LILA menurut kelompok umur, seperti terlihat dalam Gambar 3.48 berikut. GAMBAR 3.48 PERSENTASE WANITA USIA SUBUR DENGAN LILA <23,5 CM (BERISIKO KEK) MENURUT GOLONGAN UMUR, TAHUN 2000 – 2005 50
persen
40 30 20 10 0
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
2000
38.04
26.59
19.01
15.11
14.04
13.16
13.16
2001
40.85
27.53
19.12
14.59
12.9
13.18
13.18
2002
35.7
23.7
18.7
18
10.4
11
11
2003
35.1
21.43
13.82
10.17
8.6
9.62
10.1
2005
33.08
21.67
14.55
10.45
9.05
9.37
10.26
Sumber: BPS, Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes
Persentase WUS yang berstatus gizi baik dalam selama periode 2001-2005 mengalami peningkatan dari 78,47% pada tahun 2001 menjadi 89,5% pada tahun 2005. Persentase WUS yang berstatus gizi baik lebih tinggi di perkotaan daripada WUS di 58
perdesaan. Persentase WUS berstatus gizi baik menurut daerah tempat tinggal pada tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 3.49 di bawah ini. GAMBAR 3.49 PERSENTASE WUS BERSTATUS GIZI BAIK MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL 2001 – 2005
persen
90 85 80 75 70
2001
2002
2003
2004*
Perkotaan
80.61
83.57
84.28
82.1
2005 90.2
Perdesaan
76.64
81.39
82.35
78.7
88.47
Perkotaan+Perdesaan
78.47
82.42
83.3
80.3
89.5
Sumber: BPS, Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga 2001-2005, dan SKRT 2004, Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes
***
59
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan khususnya untuk tahun 2005. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut. 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam dekade terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
59
GAMBAR 4.1 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL TAHUN 1995 – 2005 100
persen
80
60
40
20
0 1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
K1
84.99
87.75
89.08
87.55
92.72
88.3
93.03
88.56
87.73
88.09
88.6
K4
64.82
68.52
71.32
71.85
75.66
74.98
77.38
73.01
76.29
77
77.1
Sumber : Hasil Pemutahiran Data Tingkat Pusat, Data Indikator SPM Kabupaten/Kota dan Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas.
Cakupan pelayanan K4 menurut provinsi pada tahun 2005, dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini. GAMBAR 4.2 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Babel Bali Sumsel Riau Lampung DI Sulut Kaltim NTB Sumbar Jatim Gorontalo Maluku Jateng Kepri Jambi Sumut Kalteng Jabar Sulteng DKI Jakarta Kalsel Bengkulu NAD Banten Malut Sulsel Sultra NTT Kalbar Papua 0
20
40
60
80
100
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas
Gambar di atas menunjukkan bahwa provinsi dengan persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (91,1%), Bali (86,71%) dan Sumatera Selatan (86,15%), sedangkan cakupan terendah adalah di Provinsi Papua (44,92%), Kalimantan Barat (65,71%) dan Nusa Tenggara Timur (65,87%). Cakupan K4 menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.
60
GAMBAR 4.3 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Data cakupan kunjungan ibu hamil K4 tahun 2005 menurut provinsi disajikan pada Lampiran 4.1. b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Dalam kurun waktu dekade terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, termasuk pendampingan, meningkat sekitar 10%, yaitu dari 60,75% pada tahun 1998 menjadi 70,62% pada tahun 2003, 74,27% pada tahun 2004 dan 72,37% pada tahun 2005. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 1995 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini. GAMBAR 4.4 PERSENTASE CAKUPAN PERSALINAN DENGAN PERTOLONGAN OLEH DAN MELALUI PENDAMPINGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 1995 – 2005 80 69.16 74.47
70 60 59.85
70.62
67.56
66.15
74.27
72.37
60.75
55.04
50 49.74 40 30 20 10 0 1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Sumber : Hasil Pemutahiran Data Tingkat Pusat, Dit. Kesehatan Ibu dan data indikator Kabupaten/Kota
61
Adapun dalam Gambar 4.5 terlihat bahwa beberapa provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Bali (89,49%), Bangka Belitung (87,07%) dan Jawa Timur (86,10%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (33,52%), Maluku (58,81%) dan Nusa Tenggara Timur (59,31%). Untuk data secara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran 4.1. GAMBAR 4.5 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Bali Babel Jatim DIY Jambi Kepri Sumsel Kalsel Sumbar Lampung Kalteng NTB Sumut Kaltim Jateng Riau Gorontalo DKI Bengkulu Sulsel Kalbar Sultra Sulut Jabar Sulteng Banten NAD Malut NTT Maluku Papua Irjabar Sulbar -
20
40
60
80
100
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas Depkes RI
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut. GAMBAR 4.6 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
c. Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti dan Penanganan Komplikasi Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Deteksi risiko oleh 62
tenaga kesehatan tahun 2005 sebesar 7,87% sedangkan oleh masyarakat (kader, toma, dll) masih 2,62%. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk sebesar 2,94% dan obstetri komplikasi yang ditangani sebesar 0,99%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.2. d. Kunjungan Neonatus Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Cakupan kunjungan neonatal (KN) selama periode tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut ini. GAMBAR 4.7 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS TAHUN 2000 – 2005 90
83.72 78.44 76.26
75.73
80
68.89
65.11
70
2000
60
2001
50
2002
40
2003
30
2004
20
2005
10 0
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Binkesmas, Depkes RI
Dalam tahun 2005 terdapat delapan provinsi yang tidak ada datanya yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Papua dan Irian Jaya Barat, sedangkan provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Provinsi Jawa Timur (87,61%), Sumatera Barat (86,78 %) dan Lampung (86,44 %) seperti terlihat pada Gambar 4.8. GAMBAR 4.8 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
63
Jatim Sumbar Lampung DIY NTB Kalteng Banten Gorontal Kaltim Jabar Riau NTT Bengkulu Sultra Malut DKI Maluku Sulteng Jateng Jambi Bali Sulsel Kalbar Sulut Sumut Papua Babel Sumsel NAD Irjabar Sulbar Kalsel Kep. Riau 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas Depkes RI
Cakupan kunjungan neonatus menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar 4.9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1. GAMBAR 4.9 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas Depkes RI
2. Pelayanan Keluarga Berencana Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui kelompok sasaran program yang sedang menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Cakupan secara lengkap menurut provinsi dari pelayanan Keluarga Berencana (KB) dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan Lampiran 4.4. Proporsi wanita umur 15-49 berstatus menikah yang sedang menggunakan alat KB pada tahun 2005 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan cakupan tahun 2004 sebesar 1,18% dari 56,71% pada tahun 2004 menjadi 57,89% pada tahun 2005. Cakupan tertinggi pada Provinsi Sulawesi Utara sebesar 70,01% yang terendah adalah Provinsi Maluku yaitu 28,08%, sedangkan Provinsi Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat tidak diperoleh datanya. Proporsi wanita umur 15-49 berstatus menikah yang sedang/pernah menggunakan menggunakan alat KB dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut. GAMBAR 4.10 PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG/PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB
64
TAHUN 2004-2005
80 70 60 50
71,97
40
74,05 57,89
56,71
30 20 10 0 2004
2005
Sedang menggunakan
Pernah Menggunakan
Sumber : BPS, Statistik Kesra, 2005
Proporsi wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin yang pernah menggunakan/memakai alat KB pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 2,08% dibandingkan dengan tahun 2004, dari 71,97% pada tahun 2004 menjadi 74,05% pada tahun 2005. Terdapat enam provinsi memiliki cakupan ≥ 80% dengan angka tertinggi dicapai Sulawesi Utara (85,90%), dua provinsi dengan cakupan ≤ 50 % meliputi Papua (43,50%) dan Maluku (39,78%). Sedangkan Provinsi Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat tidak diperoleh datanya. Rincian persentase Wanita Usia Subur (WUS) yang sedang/pernah menggunakan alat KB menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan 4.4. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB selama tahun 2005 tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan tahun 2003-2004 sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.11 berikut. GAMBAR 4.11 PROPORSI JENIS ALAT KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN TAHUN 2003-2005 60 50 40 30 20 10 0
2003
2004
2005*
Suntik
58,16
54,92
56,57
Pil
29,02
24,52
29,58
Susuk
4,88
5,55
5,42
AKDR
4,64
9,64
5,13
Dll
3,3
5,37
3,3
Sumber: BPS, Statistik Kesra dan BKKBN*
Dari gambar di atas masih menunjukkan bahwa selama tahun 2003-2005 alat kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah suntikan dan pil KB. Pada tahun 2005 jenis kontrasepsi lain seperti susuk, AKDR dan jenis lainnya mengalami penurunan persentase, sebaliknya pemakaian kontrasepsi suntikan dan pil KB persentasenya meningkat. Rincian persentase alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.5 dan 4.6. 65
GAMBAR 4.12 TEMPAT PELAYANAN PESERTA KB TAHUN 2003 - 2005 60 50 40 30 20 10 0
2003 Klinik KB Pemerintah
2004
59,45
2005 59,66
Klinik KB Swasta
6,98
5,47
Bidan Praktek Swasta
30,77
31,9
Dokter Praktek Swasta
2,8
2,98
Sumber : BKKBN
Tempat pelayanan untuk peserta KB baru di klinik KB pemerintah sedikit meningkat pada tahun 2005 (59,66%), demikian pula di bidan praktek swasta (31,9%), dan dokter praktek swasta (2,98%), sedangkan pelayanan peserta KB di klinik KB swasta sedikit menurun tahun 2005 (5,47%). Jumlah dan proporsi peserta KB baru kumulatif menurut tempat pelayanan dan provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.7. 3. Pelayanan Imunisasi Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini Pemerintah mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/ kelurahan. Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan tahun 2004 - 2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004 menjadi 76,23% tahun 2005 (Gambar 4.13). Dari 33 provinsi yang dipantau, pada tahun 2004 terdapat 6 provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2004: ≥ 83%) UCI Desa/Kelurahan yaitu pencapaian tertinggi Provinsi Bali, DI Yogyakarta, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah dan Jambi, sedangkan pada tahun 2005 terdapat 7 provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2005: ≥ 86%) UCI Desa/Kelurahan yaitu Bali (100%), DI Yogyakarta (99,09%), Lampung (90%), Jawa Tengah (89%), Jambi (88,95%), Nusa Tenggara Barat (87,53%) dan Sulawesi Tenggara (86,87%). Pencapaian desa UCI menurut provinsi tahun 2004 – 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.8. GAMBAR 4.13 PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2005
66
80 60 40
69.43
76.23
2004 2005
20 0 Desa UCI
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Sedangkan gambaran pencapaian UCI tingkat Desa/Kelurahan menurut provinsi pada tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini.
GAMBAR 4.14 PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI PADA TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4 kali), Hepatitis-B (3 kali) dan Imunisasi Campak (1 kali), yang dilakukan melalui pelayanan rutin di Posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Rincian cakupan imunisasi bayi untuk masing-masing jenis vaksin menurut provinsi selama tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.9 dan Lampiran 4.10. Gambaran cakupan imunisasi bayi pada tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut ini. GAMBAR 4.15 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK SERTA ANGKA DROP OUT (DO) TAHUN 2000 – 2005
67
100 persen
80 60 40 20 0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
DPT-1
100,7
96,3
96,4
96,6
97,2
82,8
Campak
93,9
87,3
90,6
89,2
91,8
86,7
DO
7,4
10,1
5,8
7,7
5,6
1,5
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa angka drop out (DO) DPT1-Campak selama tahun 2000-2004 tidak melewati angka 5,8% - 10,1%, tetapi pada tahun 2005 angka drop out menurun cukup tajam (1,48%). Beberapa provinsi tidak mencapai target program dimana drop out cakupan DPT1Campak lebih dari 10% yaitu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Riau, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua. Angka drop out cakupan DPT1-Campak menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 4.11. Gambaran imunisasi dasar bayi selama tahun 2005 yang diukur dari imunisasi Campak, cakupan tertinggi dicapai Provinsi DKI Jakarta (108,1%), Bali (98,8%) dan Jambi (94,5 %); sedangkan yang mencapai cakupan terendah adalah Gorontalo (57,5%), Papua (59,4%) dan Sulawesi Tengah (73,1%). Gambaran cakupan imunisasi campak tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.16 berikut. GAMBAR 4.16 PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Untuk cakupan imunisasi TT ibu hamil pada tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.17 berikut ini. GAMBAR 4.17 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL TAHUN 2000 – 2005
68
100
persen
80 60 40 20 0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
TT-1
83.6
78.5
72.2
71.71
70.1
53.6
TT-2
76.7
71.6
68.4
66.12
63.9
49.4
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pada kurun waktu 2000-2005 cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 pada ibu hamil mengalami penurunan. Cakupan TT-2 pada tahun 2000 sebesar 76,7% menurun menjadi 49,4% pada tahun 2005. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah di Provinsi Bangka Belitung (90%), Nusa Tenggara Barat (84,2%), dan DKI Jakarta (79,1%); adapun yang terendah adalah di Provinsi Jawa Timur (6,6%), Banten (11,3%) dan Papua (17,9%). Gambaran cakupan imunisasi TT-2 pada ibu hamil menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.18. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.12.
GAMBAR 4.18 CAKUPAN IMUNISASI TT-2 PADA IBU HAMIL TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Upaya meningkatkan kekebalan pada masyarakat juga dilakukan pada kelompokkelompok sasaran khusus lainnya, misalnya pemberian imunisasi DT dan TT pada anak sekolah melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) atau pelaksanaan Crash Program imunisasi Campak pada anak balita di lokasi pengungsian atau Catch Up Campaign imunisasi campak pada anak sekolah kelas 1 sampai VI SD. Sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.19 berikut ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.13.
69
GAMBAR 4.19 PERSENTASE PENCAPAIAN BIAS DT DAN TT DAN PENCAPAIAN CRASH PROGRAM IMUNISASI CAMPAK SECARA NASIONAL TAHUN 2005 100 BIAS DT; 94,1
50
0
BIAS TT; 95,9
BIAS Cam pak; 29,6
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan sedangkan rumah sakit yang dilengkapi berbagai fasilitas di samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan. Rujukan dari bawah berasal dari Puskesmas, RS lain, fasilitas kesehatan sebesar 7,8% tertinggi pada RSU Pemerintah Provinsi 26,4% dan terendah diterima RSU swasta 1,95%, sedangkan pasien yang dirujuk ke atas sebesar 0,28% terbanyak diterima oleh RSU Departemen Lain/BUMN 0,9% dari jumlah pengunjung. Rujukan pada RSU menurut kepemilikan di Indonesia tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. TABEL 4.1 RUJUKAN PADA RSU MENURUT KEPEMILIKAN DI INDONESIA TAHUN 2005 Pemilik RSU
Jumlah Pengunjung
Rujukan dari Bawah
Dirujuk Ke Atas
Jumlah
%
Jumlah
%
Departemen Kesehatan
4.490.986
823.985
18,3
647
0,01
Pemerintah Provinsi
3.460.849
915.120
26,4
6.160
0,2
Pemerintah Kab/Kota
8.127.814
244.011
3,0
25.392
0,3
TNI & POLRI
1.193.371
84.304
7,1
1.017
0,1
Departemen Lain/BUMN
1.988.035
64.605
3,2
18.222
0,9
Swasta
10.754.124
209.935
2,0
33.325
0,3
Total
30.015.179
2.341.960
7,8
84.763
0,28
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik,Depkes
70
1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi, yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan, Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam perawatan (NDR). Pada tahun 2003-2004 indikator pelayanan RS masih menjadi satu namun pada tahun 2005 indikator pelayanan RS sudah dipisah antara RSU dan RS Khusus. Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di RS selama tiga tahun terakhir dapat dilihat dalam Gambar 4.20 berikut ini.
GAMBAR 4.20 PENCAPAIAN INDIKATOR B0R , GDR, NDR, LOS, BTO DAN TOI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 S.D 2005 60
56
56
55 48 42,0
40
43
38,7
35
20
37
22,8 18,0
4,0
21 4,4
4,0
4,8 8,6
3,4
0
2003
BOR
2004
GDR
NDR
2005
BTO
LOS
TOI
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah sakit selama tahun tiga tahun terakhir cenderung tidak banyak mengalami perubahan dan masih di bawah angka ideal yang diharapkan (60-85%) namun pada tahun 2005 mengalami sedikit peningkatan 1% dari tahun 2004 dari 55,2 menjadi 56,2%. Banyak faktor yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, di antaranya semakin meningkatnya jumlah RS dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi.
71
Angka GDR dan NDR pada tahun 2005, mengalami penurunan dari tahun 2004 sebesar 4,9 dan 1,8 dimana tahun 2004 : 47,9 (GDR), 22,8 (NDR) menjadi 43 (GDR) dan 21 (NDR) pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan di rumah sakit sedikit mengalami peningkatan. Sedangkan indikator lamanya hari rawatan dan selang waktu dalam pemakaian tempat tidur mengalami peningkatan sedikit dari tahun sebelumnya, menjadi 4,8 (LOS, ideal 6-9 hari) dan 8,6 (TOI, ideal 1-3 hari). Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di rumah sakit umum dan khusus tahun 2005 dapat dilihat dalam Tabel 4.2 dan 4.3, sedangkan rincian indikator pelayanan RSU Depkes dan Pemda menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.14. TABEL 4.2 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM MENURUT KEPEMILIKAN DI INDONESIA TAHUN 2005 Pemilik RSU
RSU
Departemen Kesehatan
Rata2 Kunj.Poli/hari
TT
BOR
LOS
BTO
TOI
NDR
GDR
13
8.483
67,5
6,7
34,5
3,9
40
61
1.152
Pemerintah Provinsi
43
12.902
68,8
4,7
43,4
3,8
28
71
240
Pemerintah Kab/Kota
322
33.896
52,9
4
49,6
3,9
19
45
127
TNI & POLRI Departemen Lain/BUMN
110
10.814
43,3
4,3
27,7
13,5
12
19
159
71
6.827
55
4,9
29,3
15,3
18
36
179
Swasta
436
43.364
49,6
4,2
37,8
11,5
10
22
138
Indonesia 995 116.286 Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
56,2
4,8
37
8,6
21
43
168
TABEL 4.3 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT KHUSUS MENURUT JENIS DI INDONESIA TAHUN 2005 Pemilik RSU RS Jiwa RS TP RS Kusta
RSU
TT
BOR
LOS
51
8.527
61,1
9
766
45,7
NDR
GDR
Rata2 Kunj.Poli/hari
BTO
TOI
53,3
4,4
32,1
3,9
6,2
34
5,8
27,9
7,1
31,5
55,5
88
22
2.246
41,5
25,3
3,9
55,7
23,2
37,4
20
RSPI
1
144
40,0
4,7
35,8
6,1
38,6
68,9
133
RS Orthopedi
1
187
56,4
10,6
19,0
8,4
2,0
4,0
93 190
RS Mata
10
475
32,5
3,0
36,0
6,9
0,0
0,0
RS Bersalin
55
2.533
35,5
3,0
42,3
5,6
2,8
7,7
28
RS Jantung
2
234
69,5
6,8
35,8
3,1
22,8
47,4
268
11
0 42,2
4,2
41,5
5,1
8,4
15,2
RS Gigi & Mulut
RSK Lainnya 111 5.368 Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
108 61
Kunjungan pasien di unit darurat pada rumah sakit umum pada tahun 2005 sebesar 12,2 % dari seluruh kunjungan dan 12,4% kunjungan unit darurat berasal dari pasien rujukan. Kunjungan unit darurat terbesar terdapat pada rumah sakit swasta sebesar 38,35%, terendah pada rumah sakit TNI dan POLRI 1,42%. Untuk kunjungan unit darurat yang berasal dari rujukan terbesar diterima oleh RSU Pemerintah Kab/Kota (42,65%) dan terendah oleh rumah 72
sakit TNI dan POLRI (0,18%). Kunjungan unit darurat pada rumah sakit umum dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut. TABEL 4.4 KUNJUNGAN UNIT DARURAT PADA RSU MENURUT PEMILIK DI INDONESIA TAHUN 2005 Pemilik RSU
Jumlah Pengunjung
Kunjungan Unit Darurat
Pasien Rujukan
Jumlah
%
Jumlah
%
Departemen Kesehatan
4.490.986
324.553
8,87
96.309
21,29
Pemerintah Provinsi
3.460.849
415.576
11,35
30.537
6,75
Pemerintah Kab/Kota
8.127.814
1.254.780
34,28
192.920
42,65
TNI & POLRI
1.193.371
52.118
1,42
826
0,18
Departemen Lain/BUMN
1.988.035
209.409
5,72
12.387
2,74
10.754.124
1.403.423
38,35
119.399
26,39
30.015.179 Total Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
3.659.857
12,2
452.378
12,4
Swasta
Pelayanan pasien di unit darurat rumah sakit meliputi dirawat, dirujuk, dipulangkan dan mati. Pasien yang datang di unit gawat darurat 46,5% terus dirawat, 1,4% di rujuk ke rumah sakit lain, 51,5% dipulangkan setelah diberi pelayanan dan hanya 0,6% yang meninggal, dapat dilihat pada Gambar 4.21 di bawah ini. GAMBAR 4.21 PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RUMAH SAKIT UMUM TAHUN 2005 MATI, 0.6%
DIRAWAT, 46.5%
ULANGKAN, 51, 5%
DIRUJUK, 1.4%
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
2. Pelayanan Kesehatan Laboratorium dan Radiodiagnostik Pemeriksaan laboratorium dan radiodiagnostik merupakan pelayanan kesehatan penunjang dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit. Jumlah pemeriksaan laboratorium pada tahun 2005 rumah sakit umum sebesar 49.758.167 dengan rata-rata pemeriksaan/hari 294 hari. Rincian pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut. TABEL 4.5 KUNJUNGAN UNIT DARURAT PADA RSU MENURUT PEMILIK DI INDONESIA TAHUN 2005
73
Pemilik RSU
Pemeriksaan Laboratorium Patologi Patologi Jumlah Klinik Anatomi
Rata - rata Pemeriksaan/Hari/RS
Departemen Kesehatan
6.342.443
44.140
6.386.583
1.638
Pemerintah Provinsi
5.553.592
19.405
5.572.997
563
11.884.336
17.852
11.902.188
189 184
Pemerintah Kab/Kota TNI & POLRI
1.263.553
5.500
1.269.053
Departemen Lain/BUMN
3.154.154
15.308
3.169.462
311
Swasta 21.329.652 Total 49.527.730 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes
128.232 230.437
21.457.884 49.758.167
285 294
Pemeriksaan radiodiagnostik pada RSU Depkes dan Pemda pada tahun 2005 sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2004 dengan jumlah pemeriksaan 1.843.117 berasal dari 255 RSU yang melakukan pemeriksaan dari 378 jumlah RSU sedangkan tahun 2004 berjumlah 1.565.688 berasal dari 254 RSU yang melakukan pemeriksaan dari 361 jumlah RSU. Rincian pemeriksaan menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.15.
C. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini. 1. Pengendalian Penyakit Polio Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP pada penduduk <15 tahun selama tahun 1998 – 2005, secara nasional diperoleh gambaran sebagaimana terlihat pada Gambar 4.22 berikut. GAMBAR 4.22 PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT DAN NON POLIO AFP RATE
74
TAHUN 1998 – 2005 100%
per 100.000 anak <15 th
80.10
80
79.50
78.10
82.40
90.1
93.7
4
71.40
60
2.44
40
3
2 1.31
1.26 1.00 20
5
88.10
0.90
1.02
1.21
1.26 1
0
0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Non Polio AFP Rate
Spesimen Adekuat
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio yaitu 1). Imunisasi yang meliputi peningkatan imunisasi rutin polio, PIN dan Mop-up, 2). Surveilans AFP, 3). Sertifikasi bebas polio, dan 4). Pengamanan virus polio di laboratorium. Indonesia telah melaksanakan PIN sebanyak 4 kali yaitu pada tahun 1995, 1996, 1997 dan 2002, telah berhasil memutus transmisi virus polio liar indigenous Indonesia, sehingga 10 tahun terakhir sejak tahun 1996 virus polio liar indigenous Indonesia tidak ditemukan lagi. Pelaksanaan PIN didasarkan pada adanya kecurigaan silent transmission di wilayah Indonesia, atau transmisi virus diketahui telah menyebar ke beberapa wilayah Indonesia. Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang menyerang masyarakat. Dari gambar di atas menunjukan bahwa persentase spesimen adekuat yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio menjadi semakin meningkat, dengan demikian hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan. Dari hasil pemeriksaan selama tujuh tahun terakhir (tahun 1998 – 2004) tidak ditemukan adanya infeksi virus Polio liar pada kasus AFP yang ditemukan. besaran Non Polio AFP Rate selama tahun 1998 – 2004 relatif stabil. Tahun 2005, tanggal 21 April, Laboratorium Bio Farma melaporkan hasil pemeriksaan positif virus Polio liar tipe P1 terhadap seorang penderita AFP anak laki-laki usia 20 bulan di Kec. Cidahu, Kab. Sukabumi, Jawa Barat. Temuan ini merupakan temuan yang sangat mengejutkan setelah 10 tahun Indonesia dinyatakan bebas dari virus Polio liar. Untuk mengetahui apakah virus merupakan virus indigenous atau asli Indonesia atau impor, maka pemeriksaan sequencing dilakukan di laboratorium Global Specilize Laboratory (GSL) di Mumbai India. Pada tanggal 3 Mei 2005, Laboratorium GSL Mumbai mengidentifikasi bahwa virus Polio liar Sukabumi merupakan virus Polio impor, karena strain virus tidak mempunyai kemiripan dengan virus yang pernah diidentifikasi di Indonesia, tetapi mempunyai kemiripan dengan virus Sudan yang bersirkulasi di Arab Saudi pada akhir tahun 2004 (akhir bulan Desember) yang bertepatan dengan musim haji. Walau tindakan cepat dilakukan melalui kegiatan Outbreak Respons Immunization (ORI) 72 jam setelah penderita pertama dilaporkan, penemuan penderita terus bertambah. Hal ini disebabkan karena virus Polio sangat menular, dengan ditemukan satu penderita lumpuh berarti lebih dari 100 anak di sekitar penderita telah terinfeksi. 75
Dari hasil kajian Tim Epidemiologi, dapat diprediksikan bahwa 3 provinsi (Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten) provinsi yang paling berisiko tertular virus Polio liar. Hal ini didasarkan pada mudahnya transportasi, mobilitas penduduk yang sangat tinggi dari dan ke tiga provinsi tersebut. Berdasarkan kajian tersebut, maka Tim merekomendasikan pelaksanaan Mop-up di 3 provinsi tersebut. Berdasarkan kajian tim assessment, kajian epidemiologis data surveilans AFP serta ditemukan virus Polio di beberapa provinsi, maka untuk menghentikan penyebaran virus yang lebih luas, PIN harus dilakukan sesegera mungkin yaitu 30 Agustus 2005 putaran pertama dan 27 September 2005 untuk putaran kedua. Kemudian 3 putaran lagi dilaksanakan pada tanggal 30 November 2005, 27 Februari 2006 dan 12 April 2006. Sementara itu, cakupan hasil Pekan Imunisasi Nasional pada tahun 2005 - 2006 secara nasional, Putaran ke1 sebesar 95,0 % Putaran ke-2 97,8 %, Putaran ke-3 98,2 %, Putaran ke-4 98,5 %, dan Putaran ke-5 99,6 %. Persentase hasil PIN 5 putaran menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran 4.16. 2. Pengendalian TB-Paru Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) sampai tahun 2005 telah dilaksanakan di seluruh provinsi (33 provinsi) di 432 Kab/Kota (98% dari 440 Kab/Kota), 7.349 Puskesmas (97% dari 7.592 Puskesmas), di seluruh Balai Pengobatan Penyakit Paruparu (BP4)/RS TBC Paru/RSTP (100%), sedangkan untuk rumah sakit persentasenya baru mencapai 25% dari 1.289 RS. Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan. Dari upaya penemuan penderita TB selama tahun 2005 ditemukan gambaran kasus sebagaimana terlihat pada Gambar 4.23 berikut.
GAMBAR 4.23 JUMLAH PENDERITA TB BTA+ DAN TB LAIN TAHUN 2000 – 2005 320.000
240.000
160.000
80.000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
BTA+
54.816
56.787
81.465
104.138
128.961
158.648
TB Lain
29.775
33.104
76.798
72.623
85.677
101.321
Total
84.591
89.891
158.263
176.761
214.658
259.969
Catatan: Angka BTA+ dan TB lain tahun 2000-2004 revisi ( berbeda dengan profil tahun 2004)
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
76
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi Tuberkulosis (TBC), setiap tahun semakin menunjukkan kemajuan, terlihat dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan disembuhkan. Berdasarkan penemuan kasus TB BTA+ maka dapat digambarkan angka Case Detection Rate (CDR) selama lima tahun terakhir seperti Gambar 4.24. GAMBAR 4.24 CASE DETECTION RATE KASUS BARU TB-BTA+ TAHUN 2000 – 2005 100
persen
80 60
51.8
53.5
41.6 40
29 20
21
2000
2001
20 0 2002
2003
2004
2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Dalam penanganan program, semua penderita TB yang ditemukan ditindaklanjuti dengan paket-paket pengobatan intensif. Melalui paket pengobatan yang diminum secara teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang dideritanya. Namun demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan terjadinya kegagalan pengobatan akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau drop out (DO), terjadinya resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa di akhir pengobatan. Tingkat kesembuhan dari penderita pasca pengobatan biasanya sangat sulit ditegakkan oleh karena kendala dari penderita dalam mengeluarkan dahak yang memenuhi persyaratan, sehingga dalam pemantauan hasil akhir lebih diarahkan pada tingkat kelengkapan pengobatan atau succes rate (SR). Pada Gambar 4.25 dapat dilihat perkembangan succes rate dan tingkat kekambuhan penderita TB BTA+ selama beberapa tahun terakhir. GAMBAR 4.25 ANGKA SUCCES RATE (SR) DAN PERSENTASE PENDERITA TB YANG KAMBUH TAHUN 2000 – 2005 100 80
84,65
86,5
86,12
87,16
88,93
86,26
3,47
4,63
4,47
4,18
4,09
5,56
60 40 20 0 2000
2001
2002
% SR
2003
2004
2005
% Kambuh
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Pelaksanaan pengendalian Penyakit TBC sampai tahun 2005 telah dapat menurunkan insiden kasus menular dari 130/100.000 penduduk (1995) menjadi 107/100.000 penduduk. 77
3. Pengendalian Penyakit ISPA Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau lebih dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir hasil penemuan dan pengobatan Pneumonia dapat dilihat pada gambar berikut ini, yang mana terlihat bahwa cakupan penemuan penderita dari target (perkiraan penderita) masih relatif rendah. Seperti terlihat pada Gambar 4.26 berikut. GAMBAR 4.26 PERSENTASE PENEMUAN DAN PENANGANAN (PENGOBATAN) KASUS PNEUMONIA PADA BALITA, TAHUN 2000 – 2005 40 36
30
30,1
30
27,7
25 22,1
20 10 0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Dari pantauan yang dilakukan hasil penemuan tersebut belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya oleh karena masih ada beberapa wilayah yang belum menyampaikan laporannya sebagaimana terlihat pada Tabel 4.6 berikut. TABEL 4.6 KELENGKAPAN LAPORAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA TAHUN 2000 – 2005
2000
Provinsi Melapor 25
Kab./Kota Melapor 258
2001
27
269
619.107
86%
2002
29
293
549.035
80%
2003
24
323
502.275
34%
2004
23
296
625.611
83%
2005
31
436
600.720
93%
Tahun
Penderita Ditemukan 479.283
Kelengkapan Laporan 93%
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Sedangkan gambaran cakupan penemuan dan penanganan balita Pneumonia dalam tahun 2005 dapat dilihat dalam Gambar 4.27 berikut. 78
GAMBAR 4.27 CAKUPAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
4. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, di samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau sesekali dilakukan penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS selama tahun 2005 menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.7 berikut. TABEL 4.7 PENEMUAN PENDERITA HIV/AIDS TAHUN 2000 – 2005 Tahun
Pengidap HIV Per tahun
Penderita AIDS
Kumulatif
Per tahun
Kumulatif
Penderita AIDS Meninggal Per tahun
Kumulatif
2000
403
1.172
255
607
47
233
2001
732
1.904
219
826
99
280
2002
648
2.552
345
1.171
100
379
2003
168
2.720
316
1.487
261
479
2004
649
3.369
1.195
2.682
361
740
2005
875
4.244
2.638
5.321
592
1.332
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Tahun 2005, jumlah penderita AIDS secara kumulatif relatif kecil (Case Rate 1,33 per 100.000 penduduk tahun 2004 meningkat menjadi 2,65 per 100.000 penduduk tahun 2005), namun dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah ”windows periods” yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping dilakukan 79
pengobatan yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut Pada Desember 2003, WHO menetapkan kebijakan ”Three by Five Initiative” yaitu mentargetkan secara global akses pengobatan Anti Retro Viral (ARV) terhadap 3 juta ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) pada tahun 2005. Indonesia menetapkan bahwa target untuk aksesibilitas ODHA terhadap pengobatan ARV sebesar 10.000 orang pada tahun 2005, yang dimulai dengan pemberian ARV pada 5.000 ODHA pada tahun 2004. Dan hingga tahun 2005 pengobatan ARV telah diakses oleh 5.400 ODHA. Di samping itu Departemen Kesehatan telah menetapkan 50 rumah sakit tambahan sebagai tambahan Pusat Rujukan pengobatan Anti Retro Viral (ARV) sehingga menjadi 75 rumah sakit, hal ini sebagai komitmen untuk mendukung 3 by 5 initiative, sehingga lebih banyak lagi ODHA yang dapat terlayani pengobatan ARV. Upaya pemantauan yang dilakukan pada kelompok berisiko melalui kegiatan survei dan kegiatan rutin serta skrining darah donor selama 6 tahun terakhir dapat dilihat dalam Tabel 4.8 berikut. TABEL 4.8 HASIL PELAKSANAAN PROGRAM HIV/AIDS & PMS TAHUN 2000 – 2005 Kegiatan
Satuan
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Pemeriksaan STS
Spesimen
9.567
50.000
100.000
175.000
150.000
160.000
Survei HIV/AIDS & Syphilis
Sample
9.567
50.000
100.000
175.000
150.000
160.000
Skrining darah donor
Kolf
395.098
585.726
1.200.000
1.300.000
1.300.000
1.350.000
Sumber: Ditjen PP-PL, Profil PP-PL 2005
5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M+), Juru Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau Angka Bebas Jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Metode yang tepat guna untuk mencegah DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3 M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat penampungan air serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk Aedes berkembang biak. Pola perkembangan DBD pada tahun 2005 berbeda dengan pola tahun 2004. Pada tahun 2004 terjadi KLB dari bulan Januari sampai Maret 2004, selanjutnya kasus menurun dan meningkat kembali pada bulan Desember. Sementara di tahun 2005 kasus hampir selalu tinggi setiap bulan dan ada peningkatan kasus pada bulan Februari, Agustus dan Desember. 6. Pengendalian Penyakit Malaria Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria di samping pengendalian vektor potensial. Terdapat dua model pendekatan dalam upaya penegakan diagnosa penderita, yaitu wilayah Jawa Bali dilakukan secara aktif (Active Case Detection) oleh Juru Malaria Desa 80
dengan mendatangi warga yang mengeluh gejala klinis Malaria, sedangkan untuk wilayah luar Jawa Bali dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien datang berobat ke pelayanan kesehatan. Upaya pengobatan tidak hanya diberikan kepada penderita klinis atau penderita dengan konfirmasi laboratorium namun juga diberikan pada kelompok tertentu untuk tujuan profilaksis. Di Jawa Bali kasus positif malaria menurun secara bermakna dari 101.852 kasus pada tahun 2000 menjadi 5.233 kasus pada tahun 2005. Jumlah penderita klinis, sediaan darah diperiksa, sediaan darah positif dan positif malaria falsiparum + mix di Jawa-Bali tahun 2000-2005 dapat dilihat pada Gambar 4.28 di bawah ini. GAMBAR 4.28 JUMLAH PENDERITA KLINIS, SEDIAAN DARAH DIPERIKSA SEDIAAN DARAH POSITIF, POSITIF MALARIA FALSIPARUM+MIX, TAHUN 2000 – 2005 1600000
1200000
800000
400000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Klinis
1475704
1210530
998791
756833
480048
376547
SD diperiksa
1475704
1210530
998791
756833
480048
376547
Positif
101852
86277
64708
27765
7774
5522
Pf+mix
30089
36121
27091
12984
2324
1174
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes
7. Pengendalian Penyakit Kusta Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit Kusta. Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren, dan DDS selama kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap. Hasil dari berbagai kegiatan penemuan kasus baru penderita Kusta yang dilakukan selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut. TABEL 4.9 PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU , PENDERITA CACAT DAN PENDERITA DIOBATI SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2005 Tahun
Suspek Diperiksa
Suspek Positif CDR PB
MB
Penderita Cacat (%)
Penderita Diobati
2003
163.781
3.594
11.956
7,3
8,0
2004
212.462
3.615
12.957
7,8
8,6
17.519
2005
t.a.d
4.056
15.639
8,9
8,7
t.a.d
81
Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Penderita cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat) mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, tahun 2004 sebesar 1.430 (8,6%) menjadi 1.722 (8,7%) pada tahun 2005. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi anak di antara kasus baru penyakit Kusta masih di atas indikator program (5%), proporsi masih relatif stabil. Hal ini berarti penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus ditemukan terlambat sehingga pada saat penemuan penderita sudah mengalami cacat tingkat II. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi anak tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.29 di bawah ini. GAMBAR 4.29 PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK TAHUN 2000 – 2005 15
10,2 10
8
10,5 10
10,6
8,9
8,8
8,6
8
7,7
9,1 8,7
5
0 2000
2001
2002
2003
Cacat Tk.II
2004
2005
anak
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, 2005
8. Pengendalian Penyakit Filaria Upaya kesehatan dalam rangka pemberantasan penyakit Filaria difokuskan pada kegiatan penemuan penderita, pengobatan dan pengendalian vektor potensial di wilayahwilayah endemis. Upaya penemuan penderita yang dilakukan pada 10 desa sentinel di 10 provinsi selama tahun 2004 dan 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut. TABEL 4.10 HASIL PENATALAKSANAAN KASUS FILARIASIS SAMPAI DENGAN TAHUN 2005 DI AREA ENDEMIS No
Provinsi
1
Sumatera Utara
2 3
Sumatera Barat Riau
4
Kepulauan Riau
5
Sumatera Selatan
6
Kalimantan Timur
Desa Sentinel Sigara-gara Pekan Sialang Buah Taratak Tanjung Bunga Kota Lama Hidup Baru Semahal Cenot Mepar Batu Marta Jambu Ilir Moderen Merayek Gunung Sari Liang Hulu Pulau Sapi
82
Diperiksa 420 151 100 500 224 129 331 259 224 250 170 92 300 264 373
2005 Positif 6 2 7 18 3 3 9 14 3 5 44 11 3 9 4
Mf Rate 1.43 1.37 7 3.6 1.34 2.3 2.7 5.4 1.4 2 26 11.9 1 3.41 1.07
7
Kalimantan Selatan
Kelinjau Ulu
363
7
1.93
Ulu Banteng Bina Wana
260 510
3 12
1.2 2.3
DI LUAR AREA ENDEMIS N o 1
Provinsi Jawa Barat
2 3 4 5
Jawa Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara
6 7 8 9 10 11
Sulawesi Barat Gorontalo NTT Maluku Maluku Utara Papua
Desa Sentinel Taman Sari Tegal Waru Tawang Rejo Bonebae Batu Benua Pakue Labungka Lantawonua Pasang Kayu Talumolo Eahun Rumoat Naga Bagia Karfasia
Diperiksa 462 147 358 91 511 108 359 278 411 462 519 522 447 349 192 65
2005 Positif
Mf Rate
9 10 5 1 7 2 10 3 5 11 6 55 14 8 8 10
1.59 2.4 1.4 1.1 1.37 1.5 2.78 1.08 1.2 2.38 1.16 10.54 3.13 2.29 4.17 15.38
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dikatakan bahwa Mf Rate (Mikrofilaria Rate) di wilayah sentinel selama tahun 2005 sangat bervariasi antara 1 sampai 26, rate tertinggi di Desa Moderen, Kalimantan Timur dan terendah di Desa Gunung Sari, Kalimantan Timur. Sedangkan cakupan pengobatan masal yang dilakukan selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.30 berikut. GAMBAR 4.30 REALISASI PENGOBATAN FILARIASIS SECARA MASSAL SECARA NASIONAL TAHUN 2002-2005 5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0 Populasi
2002
2003
2004
2005
322250
746064
1527238
4043510
1412025
3264379
255144
635017
1246023
2897388
79,18
85,12
88,24
88,76
Sasaran Realisasi Persentase
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
83
Dari gambar di atas terlihat bahwa target dan realisasi pengobatan selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan, dimana cakupan pengobatan tahun 2002 sebesar 79,18 % meningkat menjadi 88,76 % pada tahun 2005. D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR Faktor lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam proses timbulnya gangguan kesehatan baik secara individual maupun masyarakat umum. Upaya pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar pada prinsipnya dimaksudkan untuk memperkecil atau meniadakan faktor risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat dari lingkungan yang kurang sehat. Bentuk upaya yang dilakukan dalam peningkatan kualitas lingkungan, antara lain melakukan pembinaan kesehatan lingkungan pada masyarakat dan institusi, surveilans vektor dan pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU). 1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada masyarakat dan institusi yang memiliki potensi mengancam kesehatan masyarakat yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pembinaan dimaksud mencakup upaya pemantauan, penyuluhan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban), pengelolaan sampah, sirkulasi udara, pencahayaan, dan lain-lain. Sasaran program penyehatan lingkungan seperti tertuang dalam Rencana Strategi Departemen Kesehatan tahun 2005 – 2009 adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan menjadi 75%. 2. Meningkatnya persentase keluarga menggunakan air bersih menjadi 85%. 3. Meningkatnya persentase keluarga menggunakan jamban memenuhi syarat kesehatan menjadi 80%. 4. Meningkatnya persentase tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan menjadi 80%. Pada tahun 2005 pencapaian indikator sekolah sehat sebagai indikator dalam pengawasan di institusi pendidikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan mencapai 75% (target 65%) sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Persentase pencapaian indikator sekolah sehat tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.31 berikut. GAMBAR 4.31 PENCAPAIAN INDIKATOR SEKOLAH SEHAT TAHUN 2000 – 2005
84
80 74
75 65
60 5454
54 51
5555
5658
60
TARGET
40
REALISASI 20
0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI
2. Surveilans Vektor Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (jumantik/kamantik). Pengembangan sistem surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus. Pada tahun 2004 petugas pusat melakukan kegiatan survei jentik dalam bentuk evaluasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di 10 kota (Bogor, Denpasar, Jambi, Kendari, Palangkaraya, Mataram, Palu, Pekanbaru, Surabaya dan Yogyakarta). Rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M adalah 79,04%. Hal ini menunjukkan bahwa ABJ di 10 kota masih dibawah 95%, menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat untuk mencegah penyakit DBD dengan cara 3M di lingkungannya masing-masing belum optimal, sehingga kasus DBD masih sering terjadi terutama di wilayah-wilayah endemis DBD. 3. Pengawasan Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Pengawasan terhadap Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU dan TPM. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU dan TPM secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan saran perbaikan dalam pengelolaan lingkungan yang sehat, hingga pemberian rekomendasi untuk penerbitan izin usaha. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) terdiri dari jasa boga, rumah makan dan restoran, sentral makanan jajanan dan TPM lainnya (warung makan jajanan). Hasil pemantauan selama tahun 2005, dari 80.270 fasilitas TPM terdaftar, sebanyak 43.808 (54,58%) TPM telah dilakukan pemeriksaan dan 30.115 (68,74%) TPM memenuhi syarat kesehatan. Cakupan pengawasan TTU dan TPM tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.32 berikut. GAMBAR 4.32 PERSENTASE CAKUPAN PENGAWASAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU) DAN TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN TAHUN 2001-2005
85
80
60
40
20
0
2001
2002
2003
2004
2005
TTU
60
68
73
76
77
TPM
60.8
57.9
60.24
66.13
68.74
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes 2005
Persentase TPM memenuhi syarat kesehatan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 2.16.a.
E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah Kekurangan Kalori Protein, kekurangan vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, dan anemia gizi besi. 1. Pemantauan Pertumbuhan Balita Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung terhadap penampilan fisik balita yang berkunjung di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil pengumpulan data Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan, gambaran dari pemantauan balita dapat dilihat dalam Gambar 4.33 berikut.
GAMBAR 4.33 JUMLAH BALITA MEMILIKI KARTU MENUJU SEHAT (KMS), DITIMBANG, BERAT BADAN NAIK DAN BALITA BGM DI INDONESIA TAHUN 2005
86
24.000.000
18.000.000
12.000.000
6.000.000
0 2005
Jml Balita
KMS
Ditimbang
BB Naik
BGM
20.642.610
17.008.609
12.543.842
9.739.998
828.368
Sumber: Dit.Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas,Depkes,2005
Pada tahun 2005 dari jumlah balita yang ada 82,40 % memiliki KMS dengan balita berat badan naik dari balita yang ditimbang sebesar 77,65% sedangkan untuk balita dengan berat badan di Bawah Garis Merah (BGM) dari balita yang ditimbang sebesar 6,6%. Balita berat badan naik dari yang ditimbang tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat sebesar 95,06% dan terendah Sumatera Selatan (0,82%) sedangkan balita berat badan di Bawah Garis Merah dari yang ditimbang, tertinggi di Provinsi Jawa Timur (29,6%) dan Nusa Tenggara Timur (28,53%) terendah di Provinsi Sulawesi Tenggara (0%) dan DKI Jakarta (0,67%). Untuk Provinsi Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat tidak ada datanya. Gambaran secara rinci hasil penimbangan balita menurut provinsi selama tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.17. 2. Pemberian Kapsul Vitamin A Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun (Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali . Gambaran pemberian kapsul vitamin A selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.34 berikut.
GAMBAR 4.34 PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN ”A” MENURUT SASARAN DAN PERIODISASI PEMBERIAN
87
SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2005 90 80.7
81.2 80.4
73.1
82.9
77.25 75.66
71.56
70.46 61.5 60 50.8
39.8
30
0 2003
2004
2005
% CAKUPAN BAYI FEB
% CAKUPAN BAYI AGUST
% CAKUPAN BALITA FEB
% CAKUPAN BALITA AGUST
Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa cakupan terhadap semua sasaran dan menurut periode pemberian menunjukkan adanya peningkatan pada tahun 2004 namun mengalami sedikit penurunan pada tahun 2005. Persentase cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi, anak balita, selama tahun 2005 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.18. 3. Pemberian Tablet Besi Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil. Perkembangan cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun 2000 – 2004 dapat dilihat pada Gambar 4.35 di bawah ini. GAMBAR 4.35 PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL TAHUN 2000 – 2005 100
persen
80 60 40 20 0
2000
2001
2002
2003
2004
2005*
Fe1
66,8
67,5
64,6
69,14
80,02
70,31
Fe3
59,4
63,1
54,9
59,62
71,32
64,83
Sumber: Dit.Gizi Masy. dan Dit.Kes.Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes
Pada gambar di atas terlihat bahwa tren cakupan pemberian tablet besi (Fe-1 dan Fe3) dari tahun 2000 hingga 2005 menunjukkan peningkatan, walaupun pada tahun 2002 dan 2005 sedikit mengalami penurunan. Cakupan pemberian tablet besi kepada ibu hamil menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.19. 4. Pemberian Kapsul Minyak Beryodium
88
Pemberian kapsul minyak beryodium dimaksudkan untuk menanggulangi kekurangan yodium secara cepat pada kelompok yang menderita kekurangan yodium dan untuk mencegah dampak negatif akibat kekurangan yodium pada kelompok khusus baik diberikan secara individual maupun secara massal. GAMBAR 4.36 CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL MINYAK BERYODIUM PADA WANITA USIA SUBUR DAN ANAK SD SECARA NASIONAL TAHUN 2003 5.000.000
4.000.000
3.000.000 4.035.876 2.000.000
1.000.000 1.561.920 0 WUS
Anak SD
Sumber: Dit.Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes
Cakupan pemberian kapsul beryodium pada wanita usia subur tahun 2003 sebesar 4.035.876 sedangkan pada anak sekolah sebesar 1.561.920 (Gambar 4.36), rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.20. F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2) mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu, dan keamanan. 1. Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Upaya peningkatan penggunaan obat rasional, diarahkan kepada peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan pembinaan penggunaan obat yang rasional. Sampai dengan akhir tahun 2003, penggunaan obat rasional baru mencapai 60%. Angka tersebut belum menunjukkan target yang hendak dicapai yang idealnya penggunaan obat yang rasional mencapai 100%. Berkaitan dengan hal tersebut perlu terus diupayakan meningkatan obat esensial nasional di setiap fasilitas kesehatan masyarakat dan melindungi masyarakat dari risiko pengobatan irasional. Pemberian obat generik, obat non generik formularium dan obat non generik yang berasal dari bagian rawat jalan, UGD dan rawat inap pada rumah sakit tahun 2005, obat generik berjumlah 14.986.804, obat non generik formularium 5.402.272 dan obat non generik berjumlah 10.281.995. Dari data tersebut terlihat bahwa pemberian obat generik masih menjadi peringkat pertama disusul dengan obat non generik dan non generik formularium. Jumlah kegiatan farmasi 89
rumah sakit dapat dilihat pada Gambar 4.37 berikut. Data menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.21. GAMBAR 4.37 JUMLAH KEGIATAN FARMASI PADA RSU DEPKES DAN PEMDA DI INDONESIA TAHUN 2005 14.986.804
16.000.000
10.281.995
12.000.000
8.000.000
5.402.272
4.000.000
0 Generik
Non Generik
Non Generik Formularium
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006
2. Pemanfaatan Obat Generik Penggunaan obat generik merupakan salah satu langkah dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau obat yang berkualitas. Keberhasilan dalam sosialisasi pemanfaatan obat generik sangat dipengaruhi oleh keseriusan tenaga kesehatan dan terjaminnya ketersediaan obat generik di fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan Kabupaten/kota penulisan resep obat generik selama dua tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.38 berikut. GAMBAR 4.38 PERSENTASE PEMBUATAN RESEP OBAT GENERIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2004 35,821,800
40,000,000
30,000,000
28,389,957
20,000,000
26,651,053
20,810,557 10,000,000
2003
2004
TTL RESEP
OBT GENERIK
Sumber: Data Indikator Kinerja SPM Kab/Kota
90
Dari gambar di atas terlihat bahwa proporsi penulisan resep obat generik di sarana pelayanan kesehatan selama dua tahun terakhir tidak banyak mengalami perubahan yaitu 74,4% pada tahun 2004 dan 73,3% pada tahun 2003. Sebanyak sebelas provinsi melaporan cakupan penulisan obat generik ≥ 90% dengan cakupan tertinggi Provinsi Gorontalo dan Banten (100%), Jambi (99,95%), Bangka Belitung (99,76%), enam provinsi memiliki cakupan ≤ 50% dengan angka terendah dilaporkan Provinsi Irian Jaya Barat (5,85%), Lampung (27,3%), Kalimantan Timur (28,87%) dan DI Yogyakarta (35,91%). Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi dilaporkan Provinsi Nusa Tenggara Barat (95,17%), Jambi (94,77%), dan Sulawesi Utara (92,29%); sedangkan Provinsi Sulawesi Barat dan DKI Jakarta tidak ada data. Rincian persentase penulisan resep obat generik menurut provinsi tahun 2004 disajikan pada Lampiran 4.22. 3. Penanganan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya) Penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit di Indonesia terdiri dari kegiatan kuratif, rehabilitatif dan aftercare dengan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Tahun 2005 kegiatan kuratif (pengobatan) penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit berjumlah 6.130 dengan rincian 5.182 jenis Narkotika, 630 Psikotropika dan 248 zat adiktif lainnya. Kegiatan rehabilitatif berjumlah 263 terdiri dari 236 Narkotika, 24 Psikotropika, 3 Zat Adiktif lainnya. Sedangkan kegiatan aftercare berjumlah 40 terdiri dari 15 Narkotika, 23 Psikotropika dan 2 Zat Adiktif lainnya. Kegiatan penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.39. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.23. GAMBAR 4.39 KEGIATAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 7000
6130
6000 5000 4000 3000 2000
263
1000
40
0 Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006
91
G. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan industri, tumpahan minyak di laut, sedangkan bencana alam terjadi sebagai akibat aktifitas lapisan/kerak bumi/fenomena alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung berapi, badai atau angin ribut yang kejadiannya sulit diprediksi. Data kesiapsiagaan dan penanggulangan sanitasi pada situasi bencana selama tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini. Rekapitulasi kejadian bencana tahun 2005 terdapat di Lampiran 4.24.
NO 1. 2. 3. 4. 5.
TABEL 4.11 DAERAH/WILAYAH RAWAN BENCANA DI INDONESIA TAHUN 2005 JENIS BENCANA DAERAH/LOKASI BENCANA Banjir Kalimantan Selatan Gempa Bumi dan Tsunami Kepulauan Nias, Sumatera Utara Air Pasang Pangkal Pinang, Bangka Belitung Banjir dan Kebakaran Hutan Kalimantan Tengah Tanah Longsor Sumatera Barat
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, RI
1. Bencana Lingkungan Hidup Bencana kebakaran hutan dan lahan terjadi karena pembukaan lahan yang dilakukan dengan pembakaran dan diperparah dengan kondisi cuaca kering di musim kemarau. Pada tahun 2005 kebakaran hutan mencapai puncaknya pada bulan Agustus sampai Oktober 2005. Asap ini terbawa angin hingga mencapai Kuala Lumpur di Malaysia. Hasil pemantauan hotspot (titik panas) oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) sejak bulan Januari 2005 di wilayah Sumatera berjumlah 9.279 hotspot yang tersebar di Provinsi Bangka Belitung 100 hotspot, Bengkulu 5 hotspot, Aceh 177, Jambi 414, Riau 7.249 dan Sumatera Utara 1.334 hotspot. Di wilayah Sumatera paling banyak terpantau di areal perkebunan dengan cara membakar. Jumlah hotspot berdasarkan penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 4.40 berikut. GAMBAR 4.40 PERSENTASE HOTSPOT BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH SUMATERA TAHUN 2005
92
30
30
9 31 HPH
HTI
KBN
MAS
Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes,RI
Pemantauan hotspot di Kalimantan Barat sebesar 1.505 hotspot berada di Kabupaten Sintang, Bengkayang, Sanggau dan Ketapang sedangkan Kalimantan Tengah 1.374 hotspot tersebar di Kabupaten Kapuas, Barito Selatan, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur dan Kabupaten Seruyan. Pada tahun 2005 bencana banjir terjadi di 5 provinsi dengan jumlah korban meninggal 2 orang, 522 orang luka ringan, 2 orang hilang dan 12.075 orang mengungsi. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada korban bencana banjir oleh Pemerintah Daerah meliputi membuka pos kesehatan, membuat penampungan pengungsi, memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit. Bencana tanah longsor terjadi di 5 provinsi dengan korban meninggal 170 orang, 15 luka berat, 6 luka ringan, 4 orang hilang dan 315 orang mengungsi. Upaya yang telah diberikan oleh pemerintah daerah meliputi evakuasi korban, memberikan pelayanan rawat inap dan rawat jalan di RSUD, menyiagakan pos kesehatan 24 jam, memakamkan korban dan melakukan koordinasi, sedangkan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat pada bencana tanah longsor di Kecamatan Batujajar berupa obat paket banjir. 2. Bencana Alam Secara geografis Indonesia termasuk daerah rawan bencana. Pada tahun 2005 bencana alam gempa bumi terjadi di 8 provinsi dengan korban meninggal 1.801 orang, luka berat 3.272 orang, luka ringan 155 orang, 278 kepala keluarga dan 561 orang mengungsi. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah daerah meliputi evakuasi korban, memberikan pelayanan rawat inap dan rawat jalan di RSUD, menyiagakan pos kesehatan 24 jam dan memantau penyakit pasca bencana. Gempa bumi yang terbesar terjadi di Pulau Nias dan Tapanuli Tengah yaitu 8,7 Skala Richter pada tanggal 28 Maret 2005, 85% bangunan gedung dan landasan pesawat hancur, 849 orang meninggal dunia, 1.415 luka berat dan 72.173 berobat. Dalam hal ini pemerintah pusat memberikan bantuan berupa 350 buah kantong mayat, obat 2 paket, 1 unit genset. Demikian gambaran singkat mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai dengan tahun 2005.
***
93
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat pada bab ini, adalah sebagai berikut : A. SARANA KESEHATAN Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas, rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan institusi pendidikan tenaga kesehatan. 1. Puskesmas Pada periode tahun 2000 – 2005, jumlah Puskesmas (termasuk Puskesmas Perawatan) terus meningkat dari 7.237 unit pada tahun 2000 menjadi 7.669 unit pada tahun 2005. Dalam periode tahun itu, rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk berada dalam kisaran 3,46 – 3,56 per 100.000 penduduk. Ini berarti bahwa pada periode tahun itu setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 4 unit Puskesmas. Jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2005 disajikan pada Gambar 5.1 dan 5.2, gambaran jumlah Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi disajikan pada Gambar 5.3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1 dan Lampiran 5.2. GAMBAR 5.1 JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2000-2005
8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 -
7,277
4 3.5 3 2.5 2 1.5
7,550
7,309
7,237
GAMBAR 5.2 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2000-2005
7,669
7,413
3.55 3.56
3.50
3.46 3.48
3.46
1 0.5 0
2000
2001
2002
2003
2004
2000
2005
Sumber: Jumlah Puskesmas : Ditjen Binkesmas, Depkes RI Jumlah Penduduk : BPS, SUPAS 2005
93
2001
2002
2003
2004
2005
GAMBAR 5.3 RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005
Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk, maka jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2005 rata-rata 1,07 unit tidak mengalami perubahan dibandingkan data tahun 2004 yaitu 1,04 unit per 30.000 penduduk. Pada periode yang sama, jumlah Puskesmas Pembantu juga cenderung meningkat dari 21.267 unit pada tahun 2000 menjadi 22.171 unit pada tahun 2005. Sementara itu, rasio Puskesmas Pembantu terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2000 dan 2005 berkisar 10,1310,53. Ini berarti bahwa setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 10-11 unit Puskesmas Pembantu. Jumlah Puskesmas Pembantu dan rasio Puskesmas Pembantu terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2005 disajikan pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5 berikut ini, sedangkan menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.2. GAMBAR 5.5 RASIO PUSKESMAS PEMBANTU PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2000-2005
GAMBAR 5.4 JUMLAH PUSKESMAS PEMBANTU TAHUN 2000-2005
25
21.267
21.587
21.706
21.762
22.002
22.171
12
20
10
15
8
10.53 10.45
10.15 10.33
10.14
10.13
6
10
4 5
2
0
0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2000
Sumber: Jumlah Puskesmas : Ditjen Binkesmas, Depkes RI Jumlah Penduduk : BPS, SUPAS 2005
94
2001
2002
2003
2004
2005
Berdasarkan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu pada tahun 2000 – 2005, maka rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas rata-rata 3:1, artinya setiap Puskesmas rata-rata didukung oleh 3 Puskesmas Pembantu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas menurut provinsi pada tahun 2000 – 2005 secara rinci disajikan pada Lampiran 5.2. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sejak Pelita III sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas Perawatan ini berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Pada tahun 2000 – 2005 perkembangan jumlah Puskesmas Perawatan cenderung bertambah, kecuali pada tahun 2003 turun sebesar 0,10%, pertambahan yang paling besar pada tahun 2002 (5,94%), tahun 2004 (4,47%), tahun 2005 (3,33%) dan 2001 (1,85%). Perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan pada tahun 2000 – 2005 disajikan pada Gambar 5.6 berikut ini, sedangkan jumlah menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.3. GAMBAR 5.6 JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN TAHUN 2000 – 2005
8,000 6,000 4,000 2,000 0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Puskesmas
7,237
7,277
7,309
7,413
7,550
7,609
Puskesmas Perawatan
1,785
1,818
1,926
1,924
2,010
2,077
Puskesmas
Puskesmas Perawatan
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Sementara itu, jumlah Puskesmas Keliling kendaraan bermotor roda empat (R4/mobil) pada tahun 2000 – 2003 mengalami penurunan dan pada tahun 2004-2005 terjadi peningkatan . Untuk tahun 2001 terjadi penurunan Puskesmas keliling R4 sebesar 8% ( tahun 2000: 5.551 dan tahun 2001: 5084), pada tahun 2002 terjadi penurunan 2% bila dibandingkan dengan tahun 2001, tahun 2003 turun 44% dari tahun 2002, sedangkan pada tahun 2004 naik 91% dari tahun 2003, dan pada tahun 2005 naik lagi sebesar 3,6% dari tahun 2004. Untuk Puskesmas Keliling perahu bermotor (PB) hampir sama seperti Puskesmas keliling R4 yang pada tahun 2000-2005 mengalami penurunan kecuali tahun 2004 mengalami peningkatan dan pada tahun 2005 kembali turun. Untuk tahun 2000 dan 2001 terjadi penurunan puskesmas keliling PB sebesar 14% ( tahun 2000: 841 dan tahun 2001: 716), pada tahun 2002 terjadi penurunan 8% bila dibandingkan dengan tahun 2001, tahun 2003 turun 51% dari tahun 2002, sedangkan pada tahun 2004 naik 152% dari tahun 2003, dan pada tahun 2005 turun lagi sebesar 20% dari tahun 2004. Jumlah Puskesmas Keliling dan rasionya 95
terhadap Puskesmas pada tahun 2000 – 2005 disajikan pada Gambar 5.7 berikut ini, sedangkan jumlah dan rasionya menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.4.
10,000
1.00
8,000
0.80
6,000
0.60
4,000
0.40
2,000
0.20
0 Pusling PB Pusling R4 Rasio Pusling
2000
2001
2002
2003
2004
2005
841
716
654
317
805
591
0.00
Rasio Pusling per Puskesmas
Jumlah Pusling (R4 & RB)
GAMBAR 5.7 JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS TAHUN 2000 – 2005
5,551 5,084 4,984 2,795 5,358 5,552 0.9
0.8
0.8
0.4
0.8
0.8
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Demikian pula rasio Puskesmas Keliling terhadap Puskesmas pada periode itu juga cenderung menurun dari 0,9 pada tahun 2000 menurun menjadi 0,8 pada tahun 2001 dan 2002. Rasio Puskesmas Keliling terhadap Puskesmas pada tahun 2003 sebesar 0,4 dan pada tahun 2004 – 2005 sebesar 0,8. 2. Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2000 – 2005, perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia terus meningkat, yaitu dari 1.145 unit pada tahun 2000 menjadi 1.178 unit pada tahun 2001 (bertambah 2,88%) dan 1.215 unit pada tahun 2002 (bertambah 3,14%), kemudian meningkat lagi menjadi 1.234 unit pada tahun 2003 (bertambah 1,56%), 1.246 unit pada tahun 2004 (bertambah 0,97%) dan 1.268 unit pada tahun 2005 (bertambah 1,77%). Bila dilihat menurut kepemilikannya, pada periode itu jumlah rumah sakit pemerintah kira-kira separuh dari seluruh jumlah rumah sakit yang ada. Perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia tahun 2000 – 2005 disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.5.
96
TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS) DI INDONESIA TAHUN 2000 – 2005 No.
Pengelola/Kepemilikan
2000
1 Departemen Kesehatan
2001
2002
2003
2004
2005
59
31
31
31
31
31
2 Pemerintah Provinsi/Kab/Kota
357
386
389
396
404
421
4 TNI/POLRI
111
111
112
112
112
112
68
70
78
78
78
78
550
580
605
617
621
626
1.145
1.178
1.215
1.234
1.246
1.268
5 BUMN/Departemen Lain 6 Swasta Jumlah Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah rumah sakit umum (pemerintah dan swasta) pada periode tahun 1996 – 2005 juga cenderung meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 5.8. Bila dilihat berdasarkan kepemilikannya, walaupun jumlah rumah sakit umum milik pemerintah yang mencakup milik Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/POLRI, dan Departemen Lain/BUMN pada periode itu ada kenaikan namun kecil (dari tahun 1996-2005 bertambah 6,88%), sedangkan jumlah rumah sakit umum milik swasta kenaikannya cukup berarti (dari tahun 1996-2005 bertambah 30,15%). Jumlah rumah sakit umum di Indonesia tahun 2005 menurut provinsi dan pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.5.
GAMBAR 5.8 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM TAHUN 1996 – 2005
Jumlah RSU
1200 1000 800 600 400 200 0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
RSU Pemerintah
523
522
525
517
520
524
526
534
542
559
RSU Swasta
335
351
363
370
390
411
427
432
434
436
Jumlah RSU
858
873
888
887
910
935
953
966
976
995
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI
97
Jumlah rumah sakit khusus (pemerintah dan swasta) pada periode tahun 1997 – 2005 juga meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 5.9. Bila dilihat berdasarkan kepemilikannya, jumlah rumah sakit khusus milik pemerintah yang mencakup milik Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/POLRI, dan Departemen Lain/BUMN pada periode itu ada kenaikan namun kecil (dari tahun 1996-2005 bertambah 7,79%), sedangkan jumlah rumah sakit khusus milik swasta kenaikannya cukup bermakna (dari tahun 1996-2005 bertambah 30,15%). Jumlah rumah sakit khusus di Indonesia tahun 2005 menurut provinsi dan pengelolanya dapat dilihat pada Lampiran 5.5. GAMBAR 5.9 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS TAHUN 1997 – 2005 Jumlah RS Khusus
500 400 300 200 100 0
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
RSK Pemerintah
77
76
76
75
74
76
83
83
83
RSK Swasta
140
148
148
160
170
191
185
187
190
Jumlah RSK
217
224
224
235
244
267
268
270
273
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI
Selain jumlah rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit. Pada tahun 1997 – 2005 ada kenaikan jumlah tempat tidur rumah sakit (umum dan khusus) yang secara ringkat dapat dilihat pada Gambar 5.10 di bawah ini, tetapi gambaran yang lebih rinci untuk dapat dilihat pada Lampiran 5.7 dan Lampiran 5.8.
Jumlah Tempat Tidur RS
GAMBAR 5.10 PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT TAHUN 1997 – 2005 150,000 125,000 100,000 75,000 50,000
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
18,110
17,894
17,815
17,970
17,269
18,675
18,750
19,591 20,480
TT RSU
103,886 105,292 105,783 107,537 109,948 111,539
112,379
112,640 116,286
Jumlah TT RS
121,996 123,186 123,598 125,504 127,588 130,214
131,129
132,231 136,766
TT RSK
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI
98
2005
Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur baik rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus. Pada tahun 2000 – 2005, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk relatif berkisar antara 61 – 62 per 100.000 penduduk . Jumlah tempat tidur rumah sakit dan rasionya per 100.000 penduduk pada tahun 2000 – 2005 disajikan pada Gambar 5.11 di bawah ini.
140.000
65
135.000
63
130.000
61
125.000
59
120.000
57
115.000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
55
Rasio TT RS per 100.000 Penduduk
Jumlah Tempat Tidur RS
GAMBAR 5.11 JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2000 – 2005
Jumlah TT RS 125.50 127.58 130.21 131.12 132.23 136.76 60,97
Rasio TT
61,22
61,71
61,17
60,92
62,49
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI
3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan. Jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Jumlah sarana produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis tahun 1997 – 2005 disajikan pada Gambar 5.12 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi pada tahun 2002 – 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.9. GAMBAR 5.12 JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS TAHUN 1997 – 2005 Jumlah Sarana Produksi
1,200 1,000 800 600 400 200 0
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Industri Farmasi
235
205
195
198
205
226
229
272
265
Industri Obat Tradisional
77
79
87
93
81
86
86
89
103
Industri Kecil Obat Tradisional
559
608
722
872
794
811
1,130
1,134
894
Industri Alat Kesehatan
198
173
163
272
400
457
498
413
482
554
1,015
698
Industri Perbkl Kes RT
Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI dan Hasil pemutakhiran data
99
Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis tahun 1997 – 2005 disajikan pada Gambar 5.13 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi pada tahun 2002 – 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.10.
Jumlah Sarana Distribusi
GAMBAR 5.13 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS TAHUN 1997 – 2005 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Pedagang Besar Farmasi
1,631 1,718 1,819 2,026 2,082 2,249 2,478 2,432 2,392
Apotek
6,903 7,467 7,794 6,196 6,391 7,767 8,364 8,456 9,216
Toko Obat
7,101 5,028 7,000 5,246 4,518 5,405 6,610 6,806 6,737
Penyalur Perbekalan Alkes
555
574
Sub penyalur Perbekalan Alkes
621
722
1,061 1,152 1,639 1,982 1,008 291
343
711
819
2,087
Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI
Di kabupaten/kota, distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah dikelola oleh unit pengelola obat, dahulu disebut sebagai Gudang Farmasi Kabupaten (GFK). Perkembangan jumlah unit pengelola obat (eks gudang farmasi) kabupaten/kota pada tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 5.14 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.11.
GAMBAR 5.14 JUMLAH UNIT PENGELOLA OBAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2001 – 2005
500 400
401
339
319
300
331
307 200 100 0 2001
2002
2003
2004
Sumber: Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI
4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
100
2005
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), dan sebagainya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan Diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2005 jumlah Posyandu sebanyak 315.921 buah. Jumlah Posyandu ini meningkat dibandingkan jumlah Posyandu tahun 2004, seperti terlihat pada Gambar 5.15 berikut ini. GAMBAR 5.15 JUMLAH POSYANDU DI INDONESIA TAHUN 2000-2005
350,000 315,921
300,000
242,221
234,843
250,000
238,699
200,000
220,198
150,000 100,000 50,000 2001
2002
2003
2004
2005
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 5,01 atau rata-rata pada tiap desa/kelurahan terdapat 5 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar adalah Papua (28,40), DKI Jakarta (14,65) dan DI Yogyakarta (13,74). Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Irian Jaya Barat (0,49), NAD (0,83) dan Sulawesi Tenggara (1,56). (Lampiran 5.12) Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama, Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2005, jumlah Polindes sebanyak 27.056 buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,43. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Kepulauan Riau (1,58), Sumatera Barat (1,50) dan Kalimantan Timur (0,95). Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Maluku (0,10) dan Papua (0,11). (Lampiran 5.12) Pos Obat Desa dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Pada tahun 2005, jumlah Pos Obat Desa sebanyak 9.010 buah. Rasio POD terhadap desa/kelurahan adalah 0,14. Rasio POD terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Sumatera Barat (1,48), Sulawesi Tenggara (1,38) dan NTB (0,37). Sedangkan rasio terkecil di Maluku Utara (hanya terdapat 2 POD atau rasio 101
0,00) dan Nanggroe Aceh Darussalam (terdapat 84 POD atau rasio 0,01). Data selengkapnya mengenai Sarana UKBM tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.12.
5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui berbagai institusi pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh institusi pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes) yang ada hanya sebagian yang menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan dalam koordinasi dan pembinaannya, yang dikelompokkan ke dalam institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan institusi Diknakes Non Poltekkes. Pada tahun 2005 jumlah Poltekkes di seluruh Indonesia sebanyak 32 buah yang menyelenggarakan 14 jenis jurusan atau program studi, yaitu Keperawatan, Kebidanan, Kesehatan Lingkungan, Gizi, Kesehatan Gigi, Farmasi, Analis Kesehatan, Teknik Elektro, Teknik Radio Diagnostik, Teknik Gigi, Analis Farmasi dan Makanan, Fisioterapi, Okupasi Terapi dan Ortotik Prostetik. Oleh karena pada umumnya setiap Poltekkes menyelenggarakan lebih dari satu jenis jurusan atau program studi, maka pada tahun 2005 jumlah jurusan atau program studi yang diselenggarakan oleh 32 Poltekkes tersebut sebanyak 203 jurusan. Dari 203 jurusan yang diselenggarakan, jurusan terbanyak adalah jurusan Keperawatan (33,0%) dan Kebidanan (23,2%), selebihnya adalah Gizi (11,3%), Kesehatan Lingkungan (9,9%), Kesehatan Gigi (8,9%), Analis Kesehatan (5,9%), Farmasi (3,0%), Teknik Elektro Medik (1,0%), Teknik Radio Diagnostik (1,0%), Fisioterapi (1,0%), Teknik Gigi (0,5%), Analis Farmasi dan Makanan (0,5%), Okupasi Terapi (0,5%), dan Ortotik Prostetik (0,5%). Dari 203 jurusan yang diselenggarakan, ditetapkan strata akreditasi A, B, dan C terhadap 179 program studi, 40,8% berakreditasi A dan 56% berakreditasi B, selanjutnya ada 24 program studi yag belum diakreditasi. Daftar institusi Poltekkes menurut jenis jurusan atau program studi dan provinsi pada tahun 2005 dan strata akreditasi jursan/program studi Poltekkes dapat dilihat pada Lampiran 5.16 dan Lampiran 5.17. Sementara itu, jumlah institusi di luar Poltekkes pada tahun yang sama sebanyak 645 institusi yang mana terbanyak adalah jurusan Keperawatan (71,6%), sedangkan selebihnya adalah jurusan Kefarmasian (11,5%), Keteknisian Medis (10,7%), Kesehatan Masyarakat (2,3%), Keterapian Fisik (2,5%), dan Gizi (1,4%). Bila dilihat menurut kepemilikannya, jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes pada tahun 2005, 79,4% adalah milik swasta, sedangkan selebihnya adalah milik Pemerintah Daerah (15,8%), dan TNI/POLRI (4,8%). Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes milik Pusat mengalami penurunan karena institusi milik pusat bergabung dengan Poltekkes. Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut jenis jurusan atau program studi dan status kepemilikan pada tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.18. dan 5.19.
B. TENAGA KESEHATAN 1. Perencanaan Tenaga Kesehatan 102
Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan sebanyak 235.939.000 orang. Untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 diperkirakan kebutuhan tenaga kesehatan sebanyak 1.000.338 orang.
GAMBAR 5.16 KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2010 UNTUK MENCAPAI INDONESIA SEHAT 2010 MENURUT JENIS TENAGA
400,000.00 350,000.00 300,000.00 250,000.00 200,000.00 150,000.00 100,000.00 50,000.00 -
dr Spes
dr
drg
Peraw Prw.Gi Apote Bidan gi at ker
Ass Apt
SKM
Sanita rian
Gizi
Ketera Ketekn pian isan
Jumlah 14,156. 56,625 25,953 372,78 94,376 70,782 21,235. 70,782 82,579 94,376 51,907. 9,438. 35,391.
Sumber : Pusgunakes, Desember 2005
2. Persebaran SDM Kesehatan 2.1. SDM Kesehatan Sumber Daya Manusia Kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bertugas di sarana kesehatan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI/POLRI dan swasta. Jumlah dan persentase tenaga kesehatan menurut jenisnya disajikan pada Tabel 5.2 di bawah ini. TABEL 5.2 JUMLAH, PERSENTASE DAN RASIO PER 100.000 PENDUDUK TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA TAHUN 2005 No. 1
Dokter Spesialis
Jenis Tenaga
Jumlah 11.765
Persentase 2,15
Rasio per 100.000 Penduduk 5.38
2
Dokter
40.963
7,48
3
Dokter Gigi
10.156
1,86
4.64
284.039
51,90
129.78
73.201
13,37
33.45 3.32
18.72
4
Perawat
5
Bidan
6
Perawat Gigi
7.269
1,33
7
Apoteker
7.646
1,40
3.49
34.976
6,39
15.98
7.103
1,30
3.25
8
Asisten Apoteker
9
Kesehatan masyarakat
103
10
Sanitarian
16.239
2,97
7.42
11
Gizi
13.570
2,48
0.62
12
Keterapian Fisik
4.551
0,83
2.08
35.827
6,55
16.37
13
Keteknisan Medis
Jumlah
250.06
547.305
Jumlah penduduk Indonesia = 218.868.791 (Sumber: BPS, SUPAS 2005) Sumber: Data tenaga dari Pusren-gun SDM Kes tahun 2003 ditambah lulusan tahun 2004 dan tahun 2005 (Pusdiknakes dan Ditjen Dikti)
2.2. SDM Kesehatan di Unit Utama Depkes dan UPTnya Jumlah PNS Kesehatan yang bertugas pada unit utama Depkes dan UPTnya sebanyak 44.941 orang dengan tenaga terbanyak bertugas di Ditjen Yanmedik dan UPTnya (27.221 orang) dan yang paling sedikit bertugas di Inspektorat Jendreal dan UPTnya (148 orang). TABEL 5.3 JUMLAH PNS DI UNIT UTAMA DEPKES DAN UPTNYA TAHUN 2004 No
Unit Kerja
1
Sekretariat Jenderal 2 Inspektorat Jendral 3 Ditjen Binkesmas 4 Ditjen Yanmedik 5 Ditjen PP - PL 6 Ditjen Yanfar dan Alkes 7 Badan Litbangkes 8 Badan PPSDM Kesehatan Jumlah Sumber : Biro Kepegawaian, Depkes, Desember 2005
Jumlah
1.169 148 709 27.211 2.156 158 1.019 7.459 44.941
2.3. SDM Kesehatan di Rumah Sakit Berdasarkan laporan Ditjen Yanmedik, jumlah SDM yang bekerja di rumah sakit tahun 2005 adalah 244.844 orang, terdiri dari 159.999 orang (65,35%) tenaga kesehatan dan 84.845 orang (34,65%) tenaga non kesehatan. Provinsi dengan jumlah tenaga kesehatan terbanyak adalah DKI Jakarta (27.953 orang), diikuti Jawa Timur (21.053 orang) dan Jawa Tengah (20.861 orang). Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM kesehatan terendah adalah Gorontalo (258 orang), Maluku Utara (351 orang) dan Bangka Belitung (521 orang). Berdasarkan profesinya, dari 159.999 tenaga kesehatan, terbanyak adalah perawat 105.563 orang (65,98%) dan medis 25.941 orang (16,21%), yang dapat dilihat pada Lampiran 5.20. 2.4. SDM Kesehatan di Puskesmas Jumlah SDM Kesehatan yang bertugas di Puskesmas tahun 2005 adalah 168.377 orang. Jumlah dokter umum yang bekerja di Puskesmas sebanyak 10.425 orang (PNS maupun PTT). 104
Dengan jumlah Puskesmas sebanyak 7.669, maka rata-rata tiap Puskesmas dilayani oleh 1-2 orang dokter umum. Jumlah dokter gigi yang bekerja di Puskesmas sebanyak 4.296 orang yang berarti belum semua Puskesmas memiliki dokter gigi. Jumlah perawat sebanyak 37.143 orang sehingga setiap Puskesmas dilayani 4-5 orang perawat. Jumlah bidan sebanyak 52.112 orang sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang bidan. Jumlah bidan di desa sebanyak 32.598 orang, dengan jumlah desa/kelurahan 69.994 maka perbandingan bidan desa dengan desa/kelurahan 1:2. Data selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 5.21. 2.5. Pegawai Tidak Tetap (PTT) Jumlah dokter, dokter gigi dan bidan PTT yang masih aktif sampai dengan bulan Desember 2005 sebanyak 36.755 orang, terdiri dari dokter 3.801 orang (10,34%), dokter gigi 781 orang (2,31%) dan bidan 32.173 orang (87,53%). GAMBAR 5.17 JUMLAH DOKTER, DOKTER GIGI DAN BIDAN PTT MASIH AKTIF MENURUT KRITERIA DAERAH PENEMPATAN TAHUN 2005
35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 -
Do kter
Do kter Gigi
B idan
2,746
693
0
Terpencil
772
65
32,173
Sangat Terpencil
283
23
0
B iasa
Sumber : Biro Kepegawaian, Desember 2005
2.6. Peserta Didik pada Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah peserta didik sebanyak 161.589 orang terdiri dari peserta didik Poltekkes sebanyak 39.439 orang (24,41%) dan peserta didik non Poltekkes sebanyak 122.150 orang (75,59%). (Lampiran 5.22 dan Lampiran 5.23) Bila dilihat dari jenjang pendidikannya, pendidikan tinggi setingkat diploma III (JPTD-III) sebanyak 145.985 orang (90,34%), jenjang pendidikan tinggi setingkat diploma I (JPTD-I) sebanyak 185 orang (0,11%), dan jenjang pendidikan menengah (JPM) sebanyak 15.419 orang (9,55%). Perkembangan jumlah peserta didik pada institusi pendidikan tenaga kesehatan pada tahun 2002 – 2005 yang meningkat dari tahun ke tahun adalah pendidikan setingkat D-III, sedangkan D-I dan JPM cenderung tidak banyak berubah seperti yang terlihat pada Gambar 5.18 di bawah ini.
105
GAMBAR 5.18 PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA DIDIK POLTEKES DAN NON POLTEKES MENURUT JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2001 – 2005 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 -
JPM
2002
2003
2004
2005
20,745
17,212
14,850
15,419
DI
170
60
70
185
D III
103,128
116,999
131,300
145,985
Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI
2.7. LULUSAN Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes tahun 2005 sebanyak 43.320 orang terdiri dari lulusan Poltekkes 11.463 orang (26,46%) dan Non Poltekkes 31.857 orang (73,54%). (Lampiran 5.24, Lampiran 5.25). Jumlah lulusan berdasarkan jurusan/program studi dapat dilihat pada Tabel 5.4. TABEL 5.4 LULUSAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES BERDASARKAN JURUSAN/PROGRAM STUDI TAHUN 2005
106
No
Lulusan
Jurusan/Prodi Poltekkes
1 SPK dan D3 Keperawatan
Jumlah
4.059
20.208
773
188
961
2.966
2.985
5.951
-
2.294
2.294
365
742
1.1074
2 SPRG dan D3 Kesehatan Gigi 3 Bidan
Non Poltekkes
4 Ass Apoteker (SMF) 5 Farmasi 6 Farmasi dan Makanan
24.267
40
689
729
7 Kesling
1.017
838
1.855
8 Gizi
1.161
358
1.519
120
529
649
40
-
40
-
50
50
559
1.477
2.036
9 Fisioterapi 10 Okupasi Terapi 11 Terapi W icara 12 SMAK & D3 Analis Kesehatan 13 Teknik Gigi 14 Teknik Radiodiagnostik 15 Perekam Medis 16 Teknik Elektromedis
40
110
150
140
343
483
-
581
581
183
227
410
17 Refraksi Optisi
-
238
238
18 PTTD
-
70
70
19 Akupuntur
-
-
-
20 Teknik Radiovaskuler
-
-
-
11.464
31.857
43.321
Jumlah
Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI
Dari tahun 2001 – 2005 jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes adalah 206.242 orang sehingga rata-rata per tahun meluluskan 41.248 tenaga kesehatan, bila dilihat dari jenjang pendidikan lulusan poltekkes dan non poltekkes yang meningkat dari tahun 20012005 adalah jenjang pendidikan D-III yang dapat dilihat pada Gambar 5.19. GAMBAR 5.19 PERKEMBANGAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES MENURUT JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2001-2005 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 JPM
2001
2002
2003
2004
2005
11,916
8,676
5,736
4,461
4,337
JPT-DI
167
301
140
87
70
JPT-DIII
29,974
28,452
31,927
41,014
38,983
Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI, Desember 2005
2.8. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk membina profesionalitas pegawai dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kesehatan. Pelatihan bagi tenaga kesehatan terdiri atas pelatihan pra/jabatan atau pra/tugas, pelatihan struktural, pelatihan fungsional, dan pelatihan teknis. Data pelatihan bagi tenaga kesehatan didapat dari laporan kegiatan Bapelkes dan dari permintaan sertifikat pelatihan ke Pusdiklat. Sedangkan data pelatihan lainnya yang tidak dilaksanakan di Bapelkes dan sertifikatnya tidak diperoleh melalui Pusdiklat, tidak tersedia. 107
Pada tahun 2005 jumlah peserta Diklat yang dilaporkan sebanyak 12.258 orang, dengan rincian Diklat Pra/Jabatan sebanyak 1.150 orang (9,38%), Diklat Pimpinan sebanyak 460 orang (3,75%), Diklat Fungsional sebanyak 9.779 orang (79,78%), dan Diklat Teknis sebanyak 869 orang (7,09%), sebagaimana disajikan pada Gambar 5.20 berikut ini. GAMBAR 5.20 PROPORSI TENAGA KESEHATAN YANG MENGIKUTI PELATIHAN MENURUT JENISNYA TAHUN 2005 Pelatihan Pimpinan 3.8%
Pelatihan Fungsional 79.8%
Pelatihan PraJabatan 9.4% Pelatihan Teknis 7.1%
Sumber : Pusdiklat, Depkes RI
Selanjutnya berikut ini disajikan perkembangan jumlah tenaga kesehatan yang mengikuti berbagai jenis pelatihan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005. TABEL 5.5 JUMLAH DAN PROPORSI TENAGA KESEHATAN YANG MENGIKUTI BERBAGAI JENIS PELATIHAN TAHUN 2000 – 2005
Jenis Pelatihan
2000 Jumlah
Pelatihan Pra-Jabatan Pelatihan Pimpinan Pelatihan Fungsional Pelatihan Teknis Jumlah
2001 %
Jumlah
2002 %
Jumlah
2003 %
Jumlah
2004 %
Jumlah
2005 %
Jumlah
%
4.368
25
2.465
22
206
5,5
428
4,8
978
10,3
1.150
9,4
349
3
220
2
181
4,8
235
2,6
343
3,6
460
3,8
1.730
9
1.060
10
708
19,0
1.448
16,3
528
5,6
9.779
79.8
16.336
63
7.228
66
2.640
70,7
6.793
76,3
7.612
80,5
869
7,1
10.973 100
3.735
100
8.904
100
9.461
100
12.258
100
22.783 100
Sumber : Pusdiklat, Depkes RI
Dari Tabel 5.5 di atas, terlihat bahwa jumlah peserta diklat mengalami penurunan pada tahun 2002. Hal ini disebabkan karena adanya penyerahan sebagian besar Bapelkes milik Departemen Kesehatan kepada Pemerintah Daerah. Sejak saat itu kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Bapelkes milik Daerah tidak terpantau oleh Pusdiklat Departemen Kesehatan. Jumlah pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklat dan Bapelkes nasional serta jumlah pesertanya pada tahun 2005 dapat pula dilihat pada Lampiran 5.26. C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
108
Pembiayaan kesehatan di Indonesia terdiri dari pembiayaan kesehatan oleh pemerintah dan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yaitu mengenai pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan. 1. Pembiayaan Kesehatan oleh Pemerintah Jumlah alokasi anggaran (rutin, pembangunan dan PHLN) Departemen Kesehatan pada tahun 2005 adalah 10,67 trilyun rupiah dan realisasinya sebesar 6,52 trilyun rupiah (penyerapan sekitar 61,09%) . Pada tahun 2005, alokasi anggaran Departemen Kesehatan terdiri dari anggaran pusat 74,18% (alokasi anggaran pusat sebesar 7,9 trilyun rupiah dan realisasinya sebesar 5,08 trilyun rupiah (penyerapan sebesar 64,19%) dan anggaran daerah 25,82% (alokasi anggaran daerah sebesar 2,75 trilyun rupiah dan realisasinya sebesar 1,44 trilyun rupiah (penyerapan sebesar 52,21%). Alokasi anggaran pusat yang terbesar pada Ditjen Binkesmas sebesar 4,3 trilyun rupiah (54,79%), Setjen sebesar 1,3 trilyun rupiah (16,6%) dan yang terkecil pada Inspektorat Jendral sebesar 19,78 milyar rupiah ( 0,25%), Badan Litbangkes 72,14 milyar rupiah (0,19%). Sedangkan persentase realisasi terbesar anggaran pusat di Ditjen Yanfar dan Alkes (95,84%), Badan Litbangkes (90,92%), sedangkan persentase terkecil di Ditjen Yanmedik (29,40%), Setjen (47,59%). Alokasi anggaran daerah yang terbesar pada Provinsi Jawa Barat sebesar 280,88 milyar rupiah (10,19%), Jawa Timur 272,91 milyar rupiah (9,91%), Sumatera Utara 238,13 milyar rupiah (8,64%) dan yang terkecil DKI Jakarta sebesar 6,16 milyar rupiah (0,22%), Sulawesi Barat 16,31 milyar rupiah (0,59%), Irian Jaya Barat 24,94 milyar rupiah (0,91%). Sedangkan persentase realisasi terbesar anggaran daerah di Provinsi Kalimantan Tengah (88,38%), Sulawesi Barat (84,67%) dan Bengkulu (80,42), sedangkan persentase terkecil di Nusa Tenggara Barat (17,95%), Banten (19,44%), Kalimantan Barat (21,88%). Alokasi dan realisasi anggaran Departemen Kesehatan menurut pusat dan daerah tahun 2005 disajikan pada Lampiran 5.27. Pada periode tahun 2000-2005, jumlah alokasi anggaran Departemen Kesehatan baik yang dikelolah unit pusat maupun yang didistribusikan untuk seluruh provinsi meningkat dan dapat dilihat pada Gambar 5.19 di bawah ini. Pada tahun 2001 meningkat 15,48%, tahun 2002 meningkat 2,28%, tahun 2003 meningkat 49,34%, tahun 2004 meningkat 19,81% dan pada tahun 2005 meningkat cukup besar yaitu 73,34%. Sedangkan realisasinya dari tahun 2000-2005 di atas 60% (tahun 2000: 96,22%, tahun 2001: 106,38%, tahun 2002: 93,74%, 2003: 83,49%, 2004: 84,52% dan 2005: 61,09%). GAMBAR 5.21 ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES
109
TAHUN 2000 – 2005 Jutaan rupiah 11.000.000 10.000.000 9.000.000 8.000.000 7.000.000 6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Alokasi
2.913.312,57
3.364.345,95
3.440.915,63
5.138.546,09
6.156.706,42
10.671.905,25
Realisasi
2.803.178,17
3.579.098,93
3.225.542,03
4.290.402,60
5.203.710,96
6.519.959,54
Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, Depkes RI
Sementara itu, bila dilihat menurut Eselon I Pusat, dari alokasi anggaran Departemen Kesehatan yang dialokasikan 10,49 trilyun rupiah pada tahun 2005, alokasi terbesar adalah untuk Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat sebesar 4,34 trilyun rupiah (41,35%), Sekretariat Jenderal 3,8 trilyun rupiah (36,21%), sedangkan alokasi terkecil adalah untuk Inspektorat Jenderal 19,78 milyar rupiah (0,19%), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 74,24 milyar rupiah (0,71%). Persentase anggaran Departemen Kesehatan yang direalisasikan pada unit pusat pada tahun 2005 sebesar 62,0%, dengan persentase realisasi terbesar adalah Badan PPSDM Kesehatan (96,2%), Inspektorat Jenderal (94,6%) sedangkan yang terkecil adalah Sekretariat Jenderal (36,8%), Ditjen Pelayanan Medik (61,9%). Alokasi dan realisasi anggaran Departemen Kesehatan menurut Eselon I pada tahun 2005 disajikan pada Lampiran 5.28. 2. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatannya, sejak lama sudah dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Pembiayaan kesehatan masyarakat berdasarkan sumber pembiayaan (non JPK dan JPK) dari tahun 2001 – 2005, dapat kita lihat dalam Gambar 5.22 yaitu non JPK dari tahun ke tahun menurun sedangkan JPK dari tahun ke tahun meningkat yang disebabkan peningkatan kartu sehat dari tahun ke tahun seperti yang terlihat dalam Gambar 5.23. GAMBAR 5.22 PROPORSI PEMBIAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN SUMBER PEMBIAYAAN TAHUN 2001 - 2005
110
100 80 60 40 20 0
2001
2002
2003
2004
2005
Non JPK
79.8
78.9
76.4
73.7
58.3
JPK
20.2
21.1
23.6
26.3
41.7
Sumber:- data 2001, Hasil analisis lanjut data SUSENAS - data 2002-2005, Laporan Dinkes Provinsi untuk PJPK
Rincian jumlah dan persentase kepesertaan penduduk dalam jaminan pemeliharaan kesehatan tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.29. Sedangkan rincian distribusi kepesertaan penduduk dalam jaminan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 5.30. GAMBAR 5.23 PERSENTASE KEPESERTAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN TAHUN 2002 – 2005 30 25 20 %
15 10 5 0 Askes
Jamsostek
Dana Sehat
JPKM
Kartu Sehat
Lain-lain
2002
7,15
1,75
1,07
1,09
9,45
0,57
2003
7,19
3,59
2,18
1,04
8,31
1,3
2004
7,0
2,5
1,5
1,03
12,6
2,3
2005
6,7
2,08
1,92
0,95
27,7
2,51
Sumber: PJPK
***
111
BAB VI PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA - NEGARA ASEAN ASEAN (Association of South East Asian Nations) terbentuk pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok dengan tujuan untuk mengukuhkan kerjasama negara-negara di Asia Tenggara dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara anggota sekaligus pendiri ASEAN. Dalam bab ini akan dibahas perbandingan antara Indonesia dan anggota negara ASEAN lainnya dari segi kependudukan dan derajat kesehatan. A. KEPENDUDUKAN 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data yang disampaikan dalam “WHO Health Report 2006”, pada tahun 2005, Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak di antara negara anggota ASEAN dengan jumlah penduduk 222,78 juta jiwa. Diikuti Vietnam dan Filipina dengan jumlah penduduk masing-masing 84,24 dan 83,05 juta jiwa. Sedangkan Brunei Darussalam memiliki jumlah penduduk paling rendah yaitu 374 ribu jiwa. Sementara bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai negara yang paling padat yaitu 6.389 penduduk per km2. Angka tersebut jauh di atas sembilan negara anggota ASEAN lainnya. Kepadatan penduduk paling rendah terjadi di Laos (26 penduduk per km2), diikuti Myanmar (63 penduduk per km2) dan Brunei Darussalam (65 penduduk per km2). Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk masing-masing negara anggota ASEAN dapat dilihat dalam Lampiran 6.1. GAMBAR 6.1 JUMLAH PENDUDUK NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2005
GAMBAR 6.2 KEPADATAN PENDUDUK NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2005
222,781
Vietnam
84,238
Filipina
83,054
Kepadatan penduduk (jiwa/km2)
Indonesia
64,233
Thailand
50,519
Myanmar 25,347
Malaysia
14,071
Kamboja
5,924
Laos
4,326
Singapura
374
Brunei Darussalam 0
Singapura Filipina Vietnam Thailand Indonesia Kamboja Malaysia Brunei Darussalam Myanmar Laos
0 50,000
100,000
150,000
200,000
6,389
293 253 127 126 75 73 65 63 26 1000
2000
3000
4000
250,000
Jumlah Penduduk (ribu jiwa)
Sumber: WHO Health Report, 2006
Sumber: WHO Health Report, 2006
111
5000
6000
7000
2. Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. Selama kurun waktu 1994 – 2004, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di antara negara anggota ASEAN terjadi di Brunei Darussalam, Laos dan Singapura dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 2,4%. Dari 10 negara ASEAN, 4 negara di antaranya (Indonesia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam) mempunyai laju pertumbuhan penduduk antara 1,0-1,5%. 3. Penduduk Menurut Kelompok Umur Dilihat dari persentase penduduk menurut kelompok umur 0–14 tahun untuk keadaan tahun 2004, Laos dan Kamboja merupakan negara yang terbesar untuk kelompok umur tersebut, masing-masing adalah 41,2% dan 37,7%. Sebaliknya Singapura dan Thailand merupakan negara dengan komposisi penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun terendah, masing-masing 20,2% dan 24,1%. Sementara itu kelompok umur 0-14 tahun di Indonesia sebesar 28,6%. Keadaan sebaliknya terjadi pada persentase penduduk umur 66 tahun ke atas, dimana Singapura dan Thailand adalah yang terbesar masing – masing 8,2% dan 6,9%. Sedangkan Brunei Darussalam merupakan negara anggota ASEAN yang memiliki persentase penduduk umur 65 tahun ke atas terendah yaitu 3,1%. Indonesia memiliki 5% penduduk umur 66 tahun ke atas dan merupakan ke-3 tertinggi setelah Singapura dan Thailand.
41 .1 44 .8
37 .3 39 .5
35
34
33 .1
31
28 .4
100 80
55.2
58.9
60.5
62.7
65
66
64.2
20
66.9
40
69
60 71.6
Persentase Penduduk
120
35 .8
GAMBAR 6.3 KOMPOSISI PENDUDUK NEGARA ANGGOTA ASEAN TAHUN 2004
kelompok usia < 15 tahun dan > 65 tahun kelompok usia 15-65 tahun
Si ng ap u Th ra ai la Br nd un ei In do D ne M sia ya nm Vi ar et na m M al ay si a Fi lip i Ka na m bo ja La os
0
Sumber: Human Development Report, 2006
Persentase penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas tersebut memberikan pengaruh pada Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio). Indikator Rasio Beban Tanggungan mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial ekonomi yang ditanggung oleh kelompok umur pekerja yaitu yang berumur 15-64 tahun. Semakin tinggi jumlah penduduk berumur < 15 tahun dan > 65 tahun maka semakin tinggi pula rasio beban tanggungan. Pada Gambar 6.2 dapat dilihat perbedaan persentase kelompok umur < 15 tahun dan > 65 tahun serta umur 15-65 tahun negara-negara anggota ASEAN. Menurut Human 112
Development Report 2006, pada tahun 2004 dua negara anggota ASEAN dengan rasio beban tanggungan tertinggi adalah Laos (81%) dan Kamboja (70%). Singapura merupakan negara dengan rasio beban tanggungan terendah (40%), dan untuk Indonesia rasio beban tanggungan sebesar 52%. 4. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia yang biasa dikenal dengan Human Development Index didapat dengan mengukur 3 faktor, yaitu panjangnya masa hidup dan kondisi kesehatan (diukur dengan Usia Harapan Hidup sejak lahir), pendidikan (diukur dengan Angka Melek Huruf dan Partisipasi Sekolah di pendidikan dasar dan lanjutan), dan standar hidup yang layak (diukur dengan keseimbangan daya beli- purchasing power parity- dan pendapatan). GAMBAR 6.4 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, 2004
Sumber: Human Development Report, 2006
Indeks Pembangunan Manusia dikategorikan tinggi (IPM > 0,799), sedang (IPM 0,500-0,799), dan rendah (IPM < 0,500). Berdasarkan kategori tersebut, pada tahun 2004, 70% negara anggota ASEAN masuk dalam kategori sedang, termasuk juga Indonesia dengan IPM 0,711. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam kategori tinggi, negara tersebut adalah Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia. 5. Angka Kesuburan Wanita Angka Kesuburan Wanita atau Total Fertility Rate (TFR) dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkat yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan rendah terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,23,9; dan kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih. Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, berdasarkan data WHO Health Report 2005 maka negara-negara yang termasuk dalam kategori rendah adalah Singapura (1,3) dan Thailand (1,9). Sedangkan Laos dan Kamboja merupakan negara anggota ASEAN yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu masing-masing 4,7 dan 4,0. Indonesia masuk dalam kategori sedang dengan angka kesuburan wanita 2,3 yang berarti untuk setiap wanita di negara tersebut rata-rata memiliki anak 2 sampai dengan 3 orang selama hidupnya. 113
Angka kesuburan wanita masing-masing negara anggota ASEAN tahun 2004 dapat dilihat dalam Lampiran 6.2. GAMBAR 6.5 ANGKA KESUBURAN WANITA TAHUN 2004
Sumber: WHO Health Report, 2006
6. Angka Kelahiran Kasar Gambar 6.6 memperlihatkan Angka Kelahiran Kasar pada tahun 2004 di kawasan Asia Tenggara yang berkisar 11,4-34,2 per 1000 penduduk. Angka tertinggi, seperti tahun sebelumnya, masih diduduki oleh Laos dengan angka 34,2 dan diikuti oleh Kamboja yaitu 33,6. Sedangkan Singapura memiliki Angka Kelahiran Kasar terendah yaitu 11,4 kematian per 1.000 penduduk. Indonesia sendiri memiliki Angka Kelahiran Kasar sebesar 20,2 kelahiran untuk setiap 1.000 penduduk. GAMBAR 6.6 ANGKA KELAHIRAN KASAR TAHUN 2004 33.6
35
34.2
30 25
22.8
23.2 20.2
24.6
21.3
19.9
20
14.5 11.4
15 10 5
Br un In ei D do ne Ka si a m bo ja La o M al s a M ys ia ya nm a Fi r l i Si pi n ng a ap Th ura ai la Vi nd et na m
0
Sumber: ASEAN Statistical Yearbook, 2005
114
7. Sosial Ekonomi PDB (Produksi Domestik Bruto atau Gross Domestic Product) merupakan indikator yang baik untuk menilai kesehatan ekonomi suatu negara. PDB adalah nilai uang atau nilai moneter semua barang-barang serta jasa yang dihasilkan oleh suatu negara pada suatu periode tertentu. Meliputi konsumsi, belanja/pengeluaran pemerintah, investasi, serta ekspor bersih (ekspor dikurangi impor). Berdasarkan ASEAN Statistical Yearbook 2005, pada tahun 2004 negara yang memiliki PDB per kapita tertinggi adalah Singapura yaitu 25.191 US$. Kesembilan negara lainnya memiliki PDB per kapita di bawah 15.000 US$. Negara dengan PDB per kapita terendah adalah Myanmar (166 US$). Sedangkan Indonesia memiliki PDB per kapita sebesar 1.184 US$. PDB dari masing-masing anggota ASEAN tahun 2004 dapat dilihat dalam Lampiran 6.1. 8. Pembiayaan Kesehatan Beberapa indikator penting yang digunakan untuk melihat dan menganalisis pembiayaan kesehatan adalah Persentase Keseluruhan Pengeluaran di Bidang Kesehatan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Persentase Pengeluaran Pemerintah di Bidang Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran di Bidang Kesehatan, Persentase Pengeluaran Sektor Swasta di Bidang Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran di Bidang Kesehatan, dan Persentase Pengeluaran di Bidang Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran Pemerintah. Pada tahun 2003, Kamboja merupakan negara dengan persentase keseluruhan pengeluaran di bidang kesehatan terhadap PDB paling tinggi yaitu 10,9%. Sedangkan kesembilan negara anggota ASEAN lainnya mempunyai persentase keseluruhan pengeluaran di bidang kesehatan terhadap PDB di bawah 6%. Begitu pula dengan Indonesia yang mempunyai keseluruhan pengeluaran di bidang kesehatan terhadap PDB sebesar 3,1%. TABEL 6.7 INDIKATOR PEMBIAYAAN KESEHATAN TERPILIH DI BERBAGAI NEGARA ASEAN TAHUN 2003
No
Negara
Persentase Persentase Persentase Pengeluaran Pengeluaran Sektor Pengeluaran Persentase Keseluruhan Pemerintah di Bidang Swasta di Bidang Pemerintah di Bidang Pengeluaran di Bidang Kesehatan terhadap Kesehatan terhadap Kesehatan terhadap Kesehatan terhadap Seluruh Pengeluaran di Seluruh Pengeluaran di Seluruh Pengeluaran Produk Domestik Bruto Bidang Kesehatan Bidang Kesehatan Pemerintah
1
Brunei Darussalam
3.5
80
20
5.2
2
Kamboja
10.9
19.3
80.7
11.8
3
Indonesia
3.1
35.9
64.1
5.1
4
Laos
3.2
38.5
61.5
6.2
5
Malaysia
3.8
58.2
41.8
6.9
6
Myanmar
2.8
19.4
80.6
2.5
7
Filipina
3.2
43.7
56.3
5.9
8 9
Singapura Thailand
4.5 3.3
36.1 61.6
63.9 38.4
7.7 13.6
10
Vietnam
5.4
27.8
72.2
5.6
Sumber: WHO Health Report, 2006
Tabel 6.7 memperlihatkan perbandingan biaya yang dikeluarkan pemerintah dan sektor swasta di bidang kesehatan. Untuk persentase pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan terhadap seluruh pengeluaran di bidang kesehatan yang paling tinggi adalah Brunei Darussalam. Di Brunei Darussalam 80% pengeluaran di bidang kesehatan dibiayai pemerintah sehingga sektor swasta hanya berkontribusi 20%. Sebaliknya, kontribusi 115
pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang paling rendah adalah Kamboja. Di Kamboja pemerintah hanya membiayai kesehatan 19,3% dari total seluruh pengeluaran kesehatan sehingga sektor swasta mempunyai kontribusi lebih besar yaitu 80,7%. Di Indonesia 35,9% pengeluaran di bidang kesehatan dibiayai pemerintah. Hal tersebut berarti pengeluaran yang dibiayai sektor swasta lebih besar yaitu 64,1%. Indikator yang terakhir, yakni persentase pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan terhadap seluruh pengeluaran pemerintah. Negara yang persentasenya paling tinggi adalah Thailand dengan 13,6% dan diikuti oleh Kamboja dengan 11,8%. Di Indonesia pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan terhadap seluruh pengeluaran pemerintah hanya 5,1% dan berada di urutan ke-2 terendah setelah Myanmar (2,5%).
B. DERAJAT KESEHATAN 1. Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100. Menurut data dari WHO Health Report 2006 dengan menggunakan klasifikasi tersebut maka Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura termasuk kelompok rendah. Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam termasuk kelompok sedang. Tiga negara lainnya (Kamboja, Laos, dan Myanmar) masuk dalam kelompok negara yang memiliki Angka Kematian Bayi tinggi. Tahun 2004 di Indonesia terdapat 39 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi tahun 2004 dari negara-negara anggota ASEAN dapat dilihat dalam Lampiran 6.2. GAMBAR 6.8 ANGKA KEMATIAN BAYI, 2004
Sumber: ASEAN Statistical Yearbook, 2005
2. Angka Kematian Balita Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Pneumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi. Pada gambar di bawah terlihat Kamboja, 116
Myanmar, dan Laos memiliki angka kematian balita di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia di bawah 20 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2004 di Indonesia terdapat 38 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. GAMBAR 6.9 ANGKA KEMATIAN BALITA, 2004 160
141
140 105
120 100
83
80 60
38
34
40 20
9
12
21
23
3
0
Sumber: WHO Health Report, 2006
3. Angka Kematian Kasar Di antara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2004 Laos merupakan negara dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi, yakni sebesar 12,2 diikuti oleh Myanmar CDR sebesar 11,2 untuk setiap 1.000 penduduk. Sementara itu, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Kamboja memiliki CDR sedang dengan kisaran antara 6 sampai 10 kematian per 1.000 penduduk. Sedangkan Malaysia, Philipina, Singapura memiliki CDR di bawah 6 dan Brunei Darussalam memiliki nilai CDR terendah yaitu 2,8 kematian untuk setiap 1.000 penduduk. GAMBAR 6.10 ANGKA KEMATIAN KASAR, 2004
Sumber: ASEAN Statistical Yearbook, 2005
117
4. Umur Harapan Hidup Umur harapan hidup menggambarkan kondisi kematian yang terjadi di sebuah negara, oleh karena itu indikator tersebut juga menggambarkan kondisi kesehatan yang sedang terjadi. Perubahan terhadap indikator tersebut mencerminkan juga perubahan kesehatan penduduk secara umum dan kualitas kesehatan yang didapat oleh masyarakat. Gambar di bawah memperlihatkan bahwa pada tahun 2004 di antara kesepuluh negara-negara anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan umur harapan hidup waktu lahir (Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 80 tahun, diikuti oleh Brunei Darussalam dan Malaysia dengan masing-masing memiliki umur harapan hidup (UHH) sebesar 77 dan 72 tahun. Negara yang memiliki umur harapan hidup waktu lahir terendah adalah Kamboja yaitu 54 tahun. Sedangkan Indonesia berada di urutan keempat terendah umur harapan hidup yaitu 67 tahun. GAMBAR 6.11 UMUR HARAPAN HIDUP TAHUN 2004
Sumber: WHO Health Report, 2006
5. Cakupan Imunisasi Di antara penyakit-penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan vaksin, Campak adalah penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan Campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. 22 tujuan yang disepakati dalam pertemuan dunia tentang anak salah satunya adalah mempertahankan cakupan Campak sebesar 90%. Berdasarkan data Human Development Report 2006, pada tahun 2004, 50% negara anggota ASEAN telah mencapai target cakupan Campak yaitu 90%. Kelima negara tersebut adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Brunei Darussalam merupakan negara dengan cakupan Campak tertinggi yaitu 99%. Sedangkan yang terendah adalah Laos dengan cakupan Campak sebesar 36%. Di Indonesia sebanyak 72% balita telah mendapat vaksin Campak. DPT merupakan gabungan imunisasi untuk mencegah penyakit Diptheria, Pertussis, dan Tetanus. Target imunisasi DPT adalah 90%. Tidak seperti Campak yang membutuhkan 1 dosis, imunisasi DPT membutuhkan 3 dosis. Maka yang diukur adalah DPT3 yaitu ketika bayi telah mendapatkan imunisasi DPT sebanyak 3 dosis (3 kali). Gambar 6.11 menunjukkan bahwa negara-negara yang telah mencapai target imunisasi Campak 90% adalah negara-negara yang juga berhasil mencapai 90% imunisasi DPT3. Begitu pula dengan Laos yang juga memiliki pencapaian terendah untuk imunisasi 118
DPT3 selain Campak. Sedangkan di Indonesia terdapat 70% balita yang telah mendapat imunisasi DPT3. Data lebih lengkap tentang imunisasi Campak dan DPT di negara ASEAN dapat dilihat di Lampiran 6.3.
92 99 90
99 95 85 7072
60
94 94 9896 96 97 82 80 78 79
80
DPT3
45 36
Campak
30 0 Br un ei In D do ne s Ka i a m bo ja La os M al ay M s ia ya nm ar Fi l ip in Si a ng ap ur Th a ai la nd Vi et na m
Cakupan Imunisasi (%)
GAMBAR 6.12 CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DAN DPT, 2004
Sumber: SOWC-Unicef, 2006
6. Prevalensi Tuberkulosis (TBC) Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian dunia sehingga menjadi salah satu tujuan pembangunan millennium yang dikenal dengan Millennium Development Goals (MDG’s). Gambar 6.13 menunjukkan besarnya perbedaan prevalensi Tuberkulosis antara Negara ASEAN dengan prevalensi tinggi dan prevalensi rendah pada tahun 2004. Kamboja dan Filipina merupakan negara dengan prevalensi Tuberkulosis tinggi yaitu masing-masing (708,7) dan (463,3). Sedangkan Singapura dan Brunei Darussalam merupakan negara dengan prevalensi Tuberkulosis rendah. Data lebih lengkap tentang Tuberkulosis di negara anggota ASEAN dapat dilihat di Lampiran 6.4. GAMBAR 6.13 PREVALENSI TUBERKULOSIS TAHUN 2004
L In a o s do ne s V i ia et na Th m ai la n M ya d n Br m un a M ei al r ay D ar s us ia sa Si lam ng ap ur a
Ka m
bo j Fi a lip in a
800 708.7 700 600 463.3 500 317.8275.2 400 231.8207.7179.6 300 132.7 200 63 40.8 100 0
Sumber: WHO Health Report 2005
119
7. Status Gizi Terbebas dari kelaparan dan malnutrisi sekaligus mendapat nutrisi yang baik adalah hak asasi manusia. Malnutrisi membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit dan kematian dini. Pengukuran antropometri untuk mendapatkan status gizi seseorang telah dikenal luas dan terutama dilakukan pada anak-anak. Rendahnya persentase berat badan terhadap usia mencerminkan akibat kumulatif dari malnutrisi yang berkepanjangan atau kekurangan nutrisi sejak lahir. GAMBAR 6.14 PREVALENSI GIZI BURUK TAHUN 2003
Sumber: Human Development Report, 2006
Malnutrisi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok yakni, rendah (<10%); sedang (10%-19%); tinggi (20%-29%); dan sangat tinggi (≥30%). Berdasarkan kategori tersebut maka 60% negara anggota ASEAN masuk dalam kategori sedang, termasuk juga Indonesia dengan 6%. Sedangkan Kamboja merupakan satu-satunya negara yang masuk dalam kategori sangat tinggi untuk persentase malnutrisi yaitu 33%. Status Gizi Buruk di antara negara anggota ASEAN tahun 2003 dapat dilihat dalam Lampiran 6.6. 8. Sumber Air Bersih dan Sanitasi Sebagian besar di negara-negara anggota ASEAN penduduknya yang telah menggunakan air bersih di atas 75% kecuali Kamboja dan Laos. Negara anggota ASEAN pada tahun 2004 yang memiliki persentase tertinggi untuk cakupan penggunaan air bersih adalah Singapura 100% (tidak termasuk Brunei Darussalam). Negara yang cakupan penggunaan air bersihnya paling rendah adalah Kamboja dengan 34% diikuti oleh Laos dengan 41%, sedangkan Indonesia memiliki cakupan penggunaan air bersih sebesar 77%. Untuk cakupan penggunaan sarana sanitasi sehat, tidak seperti penggunaan air bersih, 5 negara ASEAN penduduknya yang menggunakan sarana sanitasi sehat masih di bawah 75% termasuk juga Indonesia. Singapura merupakan negara yang cakupan penggunaan
120
sarana sanitasi sehat tertinggi dengan 100%, sedangkan yang terendah adalah Kamboja yaitu hanya 17%. Penduduk Indonesia yang menggunakan sarana sanitasi sehat sebesar 55%.
GAMBAR 6.15 PERSENTASE PENGGUNAAN SUMBER AIR BERSIH DAN SANITASI SEHAT TAHUN 2004
120 100 80 60 40
9994 77 55
100 100 99 99
78 85 77 72
85 61
51
41 17
Penggunaan Sumber Air Bersih Penggunaan Sarana Sanitasi Sehat
30
20
In do ne s Ka i a m bo ja La os M al ay M s ia ya nm ar Fi l ip in Si a ng ap u Th ra ai la nd Vi et na m
0
Sumber: Human Development Report, 2006
***
121
BAB VII PENUTUP Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, sehingga penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan. Profil Kesehatan Indonesia ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan untuk menilai pencapaian program di setiap provinsi. Dengan adanya penyajian data dan informasi di dalam Profil Kesehatan Indonesia dalam bentuk narasi dan lampiran diharapkan dapat digunakan untuk mengambil langkah–langkah perbaikan dari setiap program, sehingga hasilnya dapat lebih dirasakan oleh masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Kami sadari, sistem informasi kesehatan yang ada pada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, sehingga kualitas data dan informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2005 belum sesuai dengan harapan. Untuk perbaikan ke depan terhadap substansi penyajian ataupun waktu terbit dari Profil Kesehatan Indonesia ini dibutuhkan adanya komitmen bersama, keseriusan dan dukungan dari segala pihak khususnya unit-unit di lingkungan Departemen Kesehatan agar penyajian Profil Kesehatan Departemen Kesehatan ini baik substansi penyajian maupun waktu terbitnya menjadi lebih baik dan lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga tujuan agar Profil Kesehatan Indonesia dapat menjadi salah satu sumber data dan informasi dapat tercapai. Besar harapan kami untuk mendapatkan saran dan kritik dan semua pihak untuk peningkatan penampilan data dan informasi pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006 mendatang.
***
122
DAFTAR PUSTAKA ASEAN. 2005. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The Asean Secretariat, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta ___________. 2006. Penduduk Nanggroe Aceh Darrussalam 2005. BPS, Jakarta ___________. 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2002. BPS, Jakarta ___________. 2004. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2003. BPS, Jakarta ___________. 2005. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004. BPS, Jakarta ___________. 2006. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2005. BPS, Jakarta ___________.2005.Beberapa Indikator Penting Sosial-Ekonomi Indonesia 2005.BPS, Jakarta ___________. 2005. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2005. BPS, Jakarta ___________. 2004. Statistik Indonesia 2003. BPS, Jakarta ___________. 2005. Statistik Indonesia 2004. BPS, Jakarta ___________. 2004. Statistik Kesehatan 2004. BPS, Jakarta ___________. 1998. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997. ORC Macro. Calverton, Maryland, USA ___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003. ORC Macro. Calverton, Maryland, USA BPS, Depkes. 2005. Integrasi Indikator Gizi Dalam Susenas 2005. BPS - Depkes, Jakarta Departemen Kesehatan. 2006. Profil Kesehatan Indonesia 2004, Departemen Kesehatan RI, Jakarta ___________. 2006. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Depkes, Jakarta ___________. 2006. Profil Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan 2005. Depkes, Jakarta ___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 1: Kegiatan Pelayanan . Depkes, Jakarta 123
2005.
___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan . Depkes, Jakarta ___________.2006.Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 3:Morbiditas/Mortalitas. Depkes, Jakarta ___________. 1996. Publikasi Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Badan Litbangkes, Jakarta ___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan Litbangkes, Depkes RI, Jakarta BPS dan Depkes. 2005. Laporan Kegiatan Integrasi Indikator Gizi Dalam Susenas Tahun 2005. BPS, Jakarta Tim Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi Pusat. 2006. Situasi Pangan Dan Gizi Di Indonesia 2004-2005. Tim Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi Pusat , Jakarta Departemen Dalam Negeri.2005.Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan 2005.Depdagri, Jakarta UNICEF. 2006. The State of the World’s Children 2006. UNICEF, New York. The United Nations Development Programme. 2006. Human Development Report 2006. UNDP, New York. World Health Organization. The World Health Report 2006: working together for health. 2006. WHO Press, Geneva.
***
124
Lampiran 2.1
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PER PROVINSI TAHUN 2005 Jumlah No
Provinsi*)
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Kabupaten
Kota
(3)
(4)
17 18 12 9 9 10 8 8 6 4 1 16 29 4 29 4 8 7 15 10 13 11 9 6 9 20 8 4 5 7 6 19 8 349
4 7 7 2 1 4 1 2 1 2 5 9 6 1 9 2 1 2 1 2 1 2 4 3 1 3 2 1 1 2 1 1 91
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tahun 2005, tanggal 28 April 2005 Keterangan : *) Nama Provinsi diurutkan sesuai dengan Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan
Kab + Kota
Kecamatan
Kelurahan
Desa
Kel. + Desa
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
21 25 19 11 10 14 9 10 7 6 6 25 35 5 38 6 9 9 16 12 14 13 13 9 10 23 10 5 5 8 8 20 9 440
241 326 158 124 76 149 73 164 36 41 44 568 564 78 654 130 56 100 194 149 93 119 122 105 99 244 117 46 44 57 45 173 74 5,263
112 547 256 190 117 294 123 164 54 105 267 547 744 47 785 144 89 91 299 80 133 121 177 253 133 616 271 83 47 32 80 81 41 7,123
5,853 4,924 634 1,236 1,072 2,428 1,071 1,967 266 144 5,231 7,817 391 7,682 1,340 602 711 2,300 1,409 1,179 1,835 1,201 984 1,369 1,964 1,342 364 312 842 676 2,506 1,154 62,806
Luas Wilayah 2 (Km ) (10)
5,965 5,471 890 1,426 1,189 2,722 1,194 2,131 320 249 267 5,778 8,561 438 8,467 1,484 691 802 2,599 1,489 1,312 1,956 1,378 1,237 1,502 2,580 1,613 447 359 874 756 2,587 1,195 69,929
56,500.51 72,427.81 42,224.65 87,844.23 45,348.49 60,302.54 19,795.15 37,735.15 16,424.14 8,084.01 740.29 36,925.05 32,799.71 3,133.15 46,689.64 9,018.64 5,449.37 19,708.79 46,137.87 120,114.32 153,564.50 38,884.28 194,849.08 13,930.73 68,089.83 46,116.45 36,757.45 12,165.44 16,787.19 47,350.42 39,959.99 309,934.40 114,566.40 1,860,359.67
Lampiran 2.2
LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Provinsi*)
Luas Wilayah (Km2)[a]
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan * Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua * Indonesia
Jumlah Penduduk (Jiwa)[b] (4)
56,501 72,428 42,225 87,844 45,348 60,303 19,795 37,735 16,424 8,084 740 36,925 32,800 3,133 46,690 9,019 5,449 19,709 46,138 120,114 153,565 38,884 194,849 13,931 68,090 62,904 36,757 12,165 47,350 39,960 424,501 1,860,359.67
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tahun 2005, tanggal 28 April 2005[a] SUPAS & SPAN BPS, 2005[b] Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat
Kepadatan Penduduk per Km2 (5)
4,031,589 12,450,911 4,566,126 4,579,219 2,635,968 6,782,339 1,549,273 7,116,177 1,043,456 1,274,848 8,860,381 38,965,440 31,977,968 3,343,651 36,294,280 9,028,816 3,383,572 4,184,411 4,260,294 4,052,345 1,914,900 3,281,993 2,848,798 2,128,780 2,294,841 8,479,133 1,963,025 922,176 1,251,539 884,142 2,518,400 218,868,791
71.4 171.9 108.1 52.1 58.1 112.5 78.3 188.6 63.5 157.7 11,968.8 1,055.3 974.9 1,067.2 777.4 1,001.1 620.9 212.3 92.3 33.7 12.5 84.4 14.6 152.8 33.7 134.8 53.4 75.8 26.4 22.1 5.9 117.6
Lampiran 2.3
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR TERTENTU DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan dan Perdesaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
1
(2)
Perempuan
Kelompok Umur 0-14
15-64
65+
(3)
(4)
(5)
Jumlah
Laki-laki + Perempuan
Kelompok Umur 0-14
15-64
65+
(6)
(7)
(8)
(9)
Jumlah (10)
Kelompok Umur 0-14
15-64
65+
(11)
(12)
(13)
Jumlah (14)
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
1,990,587
3,659,577
183,301
5,833,465
1,946,370
3,700,947
208,205
5,855,522
3,936,957
7,360,524
391,506
3
Sumatera Barat
751,547
1,395,335
102,088
2,248,970
713,823
1,455,063
137,954
2,306,840
1,465,370
2,850,398
240,042
4,555,810
4
Riau
754,866
1,516,414
57,814
2,329,094
741,948
1,447,846
44,518
2,234,312
1,496,814
2,964,260
102,332
4,563,406
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
11,688,987
426,737
887,406
37,227
1,351,370
393,343
848,785
33,718
1,275,846
820,080
1,736,191
70,945
2,627,216
1,043,122
2,269,264
112,058
3,424,444
1,003,282
2,227,656
112,263
3,343,201
2,046,404
4,496,920
224,321
6,767,645
7
Bengkulu
253,228
512,678
22,724
788,630
238,482
495,752
23,422
757,656
491,710
1,008,430
46,146
1,546,286
8
Lampung
1,110,710
2,395,338
176,705
3,682,753
1,047,197
2,244,309
130,313
3,421,819
2,157,907
4,639,647
307,018
7,104,572
9
Kepulauan Bangka Belitung
163,445
361,819
18,614
543,878
143,606
335,468
19,876
498,950
307,051
697,287
38,490
1,042,828
10
Kepulauan Riau
176,900
444,806
14,372
636,078
168,836
458,547
9,550
636,933
345,736
903,353
23,922
1,273,011
11
DKI Jakarta
1,083,128
3,193,455
114,163
4,390,746
1,076,448
3,248,098
123,955
4,448,501
2,159,576
6,441,553
238,118
8,839,247
12
Jawa Barat
5,831,374
12,997,601
874,131
19,703,106
5,615,559
12,741,303
827,007
19,183,869
11,446,933
25,738,904
1,701,138
38,886,975
4,405,213
10,526,683
997,553
15,929,449
4,204,707
10,654,282
1,107,676
15,966,665
8,609,920
21,180,965
2,105,229
31,896,114
387,525
1,147,005
135,409
1,669,939
324,166
1,174,072
168,918
1,667,156
711,691
2,321,077
304,327
3,337,095
1,275,776
18,151,639
8,839,512
24,900,492
2,318,103
36,058,107
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
4,555,885
12,308,256
1,042,327
17,906,468
4,283,627
12,592,236
16
Banten
1,500,336
2,971,131
116,430
4,587,897
1,368,678
2,940,530
111,046
4,420,254
2,869,014
5,911,661
227,476
9,008,151
17
Bali
456,377
1,162,399
96,354
1,715,130
418,766
1,138,585
105,611
1,662,962
875,143
2,300,984
201,965
3,378,092
18
Nusa Tenggara Barat
703,603
1,237,043
74,098
2,014,744
686,560
1,385,192
83,199
2,154,951
1,390,163
2,622,235
157,297
4,169,695
19
Nusa Tenggara Timur
824,109
1,208,900
92,950
2,125,959
768,488
1,262,799
85,936
2,117,223
1,592,597
2,471,699
178,886
4,243,182 4,042,817
20
Kalimantan Barat
658,823
1,346,811
64,923
2,070,557
633,996
1,286,598
51,666
1,972,260
1,292,819
2,633,409
116,589
21
Kalimantan Tengah
321,820
641,039
23,571
986,430
304,606
604,135
17,855
926,596
626,426
1,245,174
41,426
1,913,026
22
Kalimantan Selatan
510,464
1,092,038
48,035
1,650,537
469,417
1,094,762
56,697
1,620,876
979,881
2,186,800
104,732
3,271,413
23
Kalimantan Timur
449,446
1,006,552
30,181
1,486,179
421,542
907,568
25,585
1,354,695
870,988
1,914,120
55,766
2,840,874
24
Sulawesi Utara
295,113
725,583
59,832
1,080,528
284,180
694,857
61,452
1,040,489
579,293
1,420,440
121,284
2,121,017
25
Sulawesi Tengah
26
Sulawesi Selatan *
392,440
748,089
34,127
1,174,656
370,168
717,264
28,881
1,116,313
762,608
1,465,353
63,008
2,290,969
1,370,296
2,571,317
173,681
4,115,294
1,308,311
2,828,814
204,704
4,341,829
2,678,607
5,400,131
378,385
8,457,123 1,960,697
27
Gorontalo
362,854
597,346
27,921
988,121
333,864
613,122
25,590
972,576
696,718
1,210,468
53,511
28
Maluku
156,219
294,512
12,342
463,073
150,695
291,340
14,907
456,942
306,914
585,852
27,249
920,015
29
Maluku Utara
220,107
389,046
24,954
634,107
207,566
386,559
20,980
615,105
427,673
775,605
45,934
1,249,212
30
Papua
163,203
276,122
12,802
452,127
151,076
270,141
8,523
429,740
314,279
546,263
21,325
881,867
31
Papua *
459,227
819,010
12,562
1,290,799
407,181
734,907
6,951
1,149,039
866,408
1,553,917
19,513
2,439,838
31,778,704
70,702,575
4,793,249
107,274,528
30,186,488
70,781,537
5,132,734
106,100,759
61,965,192
141,484,112
9,925,983
213,375,287
Indonesia Sumber : BPS, SUPAS 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat Tidak ada data untuk provinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan
Lampiran 2.3.a
PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR DAN WILAYAH TAHUN 2005
Perkotaan+Perdesaan Golongan
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan dan Perdesaan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
0-4
4,129,250
3,988,416
8,117,666
5,603,328
5,374,157
10,977,485
9,732,578
9,362,573
19,095,151
5-9
4,417,551
4,155,714
8,573,265
6,671,927
6,318,753
12,990,680
11,089,478
10,474,467
21,563,945
10 - 14
4,343,105
4,129,534
8,472,639
6,613,543
6,219,914
12,833,457
10,956,648
10,349,448
21,306,096
15 -19
4,254,987
4,330,117
8,585,104
5,848,791
5,363,026
11,211,817
10,103,778
9,693,143
19,796,921
20 - 24
4,647,995
4,946,054
9,594,049
4,885,965
4,965,165
9,851,130
9,533,960
9,911,219
19,445,179
25 - 29
4,392,942
4,562,097
8,955,039
4,685,382
5,039,672
9,725,054
9,078,324
9,601,769
18,680,093
30 - 34
3,905,345
4,040,074
7,945,419
4,638,275
4,836,335
9,474,610
8,543,620
8,876,409
17,420,029
35 - 39
3,642,139
3,624,962
7,267,101
4,543,921
4,643,078
9,186,999
8,186,060
8,268,040
16,454,100
40 - 44
3,162,768
3,148,916
6,311,684
4,110,785
4,067,433
8,178,218
7,273,553
7,216,349
14,489,902
45 - 49
2,706,752
2,587,877
5,294,629
3,596,917
3,491,272
7,088,189
6,303,669
6,079,149
12,382,818
50 - 54
2,167,922
1,986,331
4,154,253
3,007,874
2,778,937
5,786,811
5,175,796
4,765,268
9,941,064
55 -59
1,440,270
1,390,325
2,830,595
2,315,262
2,116,322
4,431,584
3,755,532
3,506,647
7,262,179
60 - 64
1,079,057
1,114,046
2,193,103
1,669,226
1,749,498
3,418,724
2,748,283
2,863,544
5,611,827
65 - 69
750,321
815,201
1,565,522
1,206,716
1,339,927
2,546,643
1,957,037
2,155,128
4,112,165
70 - 74
519,815
581,857
1,101,672
928,209
960,046
1,888,255
1,448,024
1,541,903
2,989,927
75 +
495,774
547,555
1,043,329
892,414
888,148
1,780,562
1,388,188
1,435,703
2,823,891
-
-
-
107,274,528
106,100,759
213,375,287
Indonesia
46,055,993
Sumber : BPS, SUPAS 2005
45,949,076
92,005,069
61,218,535
60,151,683
121,370,218
Lampiran 2.4
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan + Perdesaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Kelompok Umur
Kelompok Umur
Jumlah
0-14
15-64
65+
(3)
(4)
(5)
(6)
Laki-laki + Perempuan
15-64
65+
(7)
(8)
(9)
(10)
Angka Beban
Kelompok Umur
Jumlah
0-14
Jumlah
0-14
15-64
65+
Tanggungan
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
34.12
62.73
3.14
100
33.24
63.20
3.56
100
33.68
62.97
3.35
58.81
100
3
Sumatera Barat
33.42
62.04
4.54
100
30.94
63.08
5.98
100
32.16
62.57
5.27
59.82
100
4
Riau
32.41
65.11
2.48
100
33.21
64.80
1.99
100
32.80
64.96
2.24
53.94
100
5
Jambi
31.58
65.67
2.75
100
30.83
66.53
2.64
100
31.21
66.08
2.70
51.32
100
6
Sumatera Selatan
30.46
66.27
3.27
100
30.01
66.63
3.36
100
30.24
66.45
3.31
50.49
100
7
Bengkulu
32.11
65.01
2.88
100
31.48
65.43
3.09
100
31.80
65.22
2.98
53.33
100
8
Lampung
30.16
65.04
4.80
100
30.60
65.59
3.81
100
30.37
65.31
4.32
53.12
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
30.05
66.53
3.42
100
28.78
67.23
3.98
100
29.44
66.87
3.69
49.54
100
10
Kepulauan Riau
27.81
69.93
2.26
100
26.51
71.99
1.50
100
27.16
70.96
1.88
40.92
100
11
DKI Jakarta
24.67
72.73
2.60
100
24.20
73.02
2.79
100
24.43
72.87
2.69
37.22
100
12
Jawa Barat
29.60
65.97
4.44
100
29.27
66.42
4.31
100
29.44
66.19
4.37
51.08
100
13
Jawa Tengah
27.65
66.08
6.26
100
26.33
66.73
6.94
100
26.99
66.41
6.60
50.58
100
14
DI Yogyakarta
23.21
68.69
8.11
100
19.44
70.42
10.13
100
21.33
69.55
9.12
43.78
100
15
Jawa Timur
25.44
68.74
5.82
100
23.60
69.37
7.03
100
24.51
69.06
6.43
44.80
100
16
Banten
32.70
64.76
2.54
100
30.96
66.52
2.51
100
31.85
65.63
2.53
52.38
100
17
Bali
26.61
67.77
5.62
100
25.18
68.47
6.35
100
25.91
68.11
5.98
46.82
100
18
Nusa Tenggara Barat
34.92
61.40
3.68
100
31.86
64.28
3.86
100
33.34
62.89
3.77
59.01
100
19
Nusa Tenggara Timur
38.76
56.86
4.37
100
36.30
59.64
4.06
100
37.53
58.25
4.22
71.67
100
20
Kalimantan Barat
31.82
65.05
3.14
100
32.15
65.23
2.62
100
31.98
65.14
2.88
53.52
100
21
Kalimantan Tengah
32.62
64.99
2.39
100
32.87
65.20
1.93
100
32.75
65.09
2.17
53.65
100
22
Kalimantan Selatan
30.93
66.16
2.91
100
28.96
67.54
3.50
100
29.95
66.85
3.20
49.59
100
23
Kalimantan Timur
30.24
67.73
2.03
100
31.12
66.99
1.89
100
30.66
67.38
1.96
48.41
100
24
Sulawesi Utara
27.31
67.15
5.54
100
27.31
66.78
5.91
100
27.31
66.97
5.72
49.32
100
25
Sulawesi Tengah
33.41
63.69
2.91
100
33.16
64.25
2.59
100
33.29
63.96
2.75
56.35
100
26
Sulawesi Selatan *
33.30
62.48
4.22
100
30.13
65.15
4.71
100
31.67
63.85
4.47
56.60
100
27
Sulawesi Tenggara
36.72
60.45
2.83
100
34.33
63.04
2.63
100
35.53
61.74
2.73
61.97
100
28
Gorontalo
33.74
63.60
2.67
100
32.98
63.76
3.26
100
33.36
63.68
2.96
57.04
100
29
Maluku
34.71
61.35
3.94
100
33.74
62.84
3.41
100
34.24
62.09
3.68
61.07
100
30
Maluku Utara
36.10
61.07
2.83
100
35.16
62.86
1.98
100
35.64
61.94
2.42
61.45
100
31
Papua *
35.58
63.45
0.97
100
35.44
63.96
0.60
100
35.51
63.69
0.80
57.01
100
29.62
65.91
4.47
100
28.45
66.71
4.84
100
29.04
66.31
4.65
50.81
100
Indonesia Sumber : BPS, SUPAS 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan
Lampiran 2.4.a
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Kelompok Umur
Kelompok Umur
Jumlah
0-14
15-64
65+
(3)
(4)
(5)
(6)
Laki-laki + Perempuan
15-64
65+
(7)
(8)
(9)
(10)
Angka Beban
Kelompok Umur
Jumlah
0-14
Jumlah
0-14
15-64
65+
Tanggungan
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
31.85
65.62
2.53
100
31.94
65.44
2.62
100
31.89
65.53
2.58
52.60
100
3
Sumatera Barat
30.68
66.43
2.89
100
29.23
66.68
4.08
100
29.95
66.56
3.49
50.24
100
4
Riau
32.43
65.51
2.06
100
31.22
66.83
1.94
100
31.84
66.16
2.00
51.15
100
5
Jambi
30.88
66.87
2.25
100
29.10
68.16
2.74
100
30.02
67.50
2.49
48.16
100
6
Sumatera Selatan
28.49
68.18
3.33
100
27.69
68.38
3.93
100
28.09
68.28
3.63
46.46
100
7
Bengkulu
32.16
65.72
2.12
100
29.53
67.05
3.43
100
30.82
66.39
2.79
50.63
100
8
Lampung
28.93
66.95
4.11
100
30.34
66.43
3.23
100
29.64
66.69
3.67
49.95
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
27.12
68.56
4.33
100
24.68
70.23
5.09
100
25.95
69.35
4.69
44.18
100
10
Kepulauan Riau
27.49
70.76
1.75
100
25.31
73.70
0.98
100
26.39
72.25
1.36
38.41
100
11
DKI Jakarta
24.67
72.73
2.60
100
24.20
73.02
2.79
100
24.43
72.87
2.69
37.22
100
12
Jawa Barat
28.71
67.49
3.80
100
28.04
68.25
3.71
100
28.38
67.87
3.75
47.34
100
13
Jawa Tengah
26.96
67.33
5.71
100
25.19
68.55
6.26
100
26.07
67.94
5.99
47.19
100
14
DI Yogyakarta
21.74
71.28
6.98
100
18.80
72.64
8.56
100
20.28
71.96
7.77
38.98
100
15
Jawa Timur
24.92
70.04
5.05
100
22.99
70.83
6.18
100
23.94
70.44
5.62
41.96
100
16
Banten
30.62
67.02
2.36
100
28.80
68.92
2.28
100
29.72
67.96
2.32
47.15
100
17
Bali
26.88
68.73
4.39
100
24.56
70.12
5.32
100
25.73
69.42
4.85
44.05
100
18
Nusa Tenggara Barat
33.30
63.38
3.32
100
31.09
65.27
3.64
100
32.17
64.35
3.48
55.40
100
19
Nusa Tenggara Timur
33.41
64.01
2.57
100
32.02
65.09
2.89
100
32.73
64.55
2.73
54.93
100
20
Kalimantan Barat
30.51
66.04
3.45
100
27.88
68.59
3.53
100
29.20
67.31
3.49
48.57
100
21
Kalimantan Tengah
31.42
66.58
2.00
100
30.06
68.19
1.76
100
30.75
67.37
1.88
48.43
100
22
Kalimantan Selatan
29.64
67.72
2.65
100
26.82
69.99
3.18
100
28.24
68.85
2.91
45.24
100
23
Kalimantan Timur
29.33
69.31
1.35
100
29.66
68.67
1.66
100
29.49
69.01
1.50
44.91
100
24
Sulawesi Utara
26.66
68.70
4.64
100
26.46
68.17
5.37
100
26.56
68.44
5.01
46.13
100
25
Sulawesi Tengah
29.57
68.20
2.23
100
27.92
69.44
2.64
100
28.75
68.82
2.44
45.32
100
26
Sulawesi Selatan *
31.17
65.82
3.01
100
28.79
67.30
3.91
100
29.95
66.58
3.47
50.20
100
27
Sulawesi Tenggara
33.42
64.57
2.01
100
29.84
68.51
1.65
100
31.63
66.54
1.83
50.29
100
28
Gorontalo
30.15
68.06
1.79
100
30.29
66.42
3.29
100
30.22
67.21
2.57
48.79
100
29
Maluku
31.71
64.98
3.30
100
30.48
66.25
3.27
100
31.10
65.61
3.29
52.42
100
30
Maluku Utara
34.25
63.56
2.19
100
30.35
67.13
2.52
100
32.32
65.33
2.35
53.07
100
31
Papua *
33.44
65.68
0.89
100
34.72
64.65
0.63
100
34.05
65.19
0.76
53.40
100
27.99
68.18
3.83
100
26.71
69.06
4.23
100
27.35
68.62
4.03
45.73
100
Indonesia Sumber: BPS, SUPAS 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan
Lampiran 2.4.b
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perdesaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Kelompok Umur
Kelompok Umur
Jumlah
0-14
15-64
65+
(3)
(4)
(5)
(6)
Laki-laki + Perempuan
15-64
65+
(7)
(8)
(9)
(10)
Angka Beban
Kelompok Umur
Jumlah
0-14
0-14
15-64
65+
(11)
(12)
(13)
Jumlah
(14)
(15)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
36.00
60.35
3.65
100
34.37
61.26
4.37
100
35.19
60.80
4.00
64.46
100
3
Sumatera Barat
34.58
60.17
5.24
100
31.67
61.54
6.79
100
33.11
60.86
6.03
64.31
100
4
Riau
32.40
64.87
2.73
100
34.34
63.63
2.02
100
33.35
64.26
2.38
55.60
100
5
Jambi
31.84
65.22
2.94
100
31.48
65.92
2.61
100
31.66
65.56
2.78
52.53
100
6
Sumatera Selatan
31.43
65.33
3.24
100
31.22
65.73
3.06
100
31.32
65.52
3.15
52.61
100
7
Bengkulu
32.09
64.74
3.17
100
32.29
64.76
2.95
100
32.19
64.75
3.06
54.44
100
8
Lampung
30.47
64.56
4.97
100
30.68
65.35
3.97
100
30.57
64.94
4.49
53.99
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
32.09
65.12
2.80
100
31.62
65.16
3.21
100
31.86
65.14
3.00
53.52
100
10
Kepulauan Riau
28.97
66.92
4.11
100
31.41
64.98
3.62
100
30.13
65.99
3.88
51.54
100
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
30.54
64.34
5.12
100
30.58
64.47
13
Jawa Tengah
28.13
65.24
6.64
100
27.12
65.49
7.40
100
27.62
65.36
7.02
53.00
100
14
DI Yogyakarta
25.35
64.89
9.77
100
20.37
67.25
12.38
100
22.85
66.07
11.08
51.35
100
15
Jawa Timur
25.81
67.84
6.35
100
24.02
68.37
7.61
100
24.91
68.10
6.99
46.84
100
16
Banten
35.01
62.26
2.73
100
33.40
63.83
2.78
100
34.22
63.02
2.75
58.66
100
17
Bali
26.33
66.79
6.87
100
25.83
66.76
7.41
100
26.08
66.78
7.14
49.75
100
18
Nusa Tenggara Barat
35.82
60.31
3.88
100
32.27
63.75
3.98
100
33.98
62.09
3.93
61.06
100
19
Nusa Tenggara Timur
39.77
55.52
4.71
100
37.08
58.65
4.27
100
38.42
57.09
4.49
75.16
100
20
Kalimantan Barat
32.29
64.69
3.02
100
33.76
63.96
2.27
100
33.00
64.34
2.66
55.42
100
21
Kalimantan Tengah
33.11
64.35
2.54
100
34.04
63.96
2.00
100
33.56
64.16
2.28
55.86
100
22
Kalimantan Selatan
31.72
65.21
3.07
100
30.28
66.03
3.69
100
31.01
65.61
3.38
52.42
100
23
Kalimantan Timur
31.40
65.70
2.90
100
33.03
64.79
2.18
100
32.17
65.27
2.56
53.21
100
24
Sulawesi Utara
27.69
66.25
6.06
100
27.84
65.93
6.23
100
27.76
66.10
6.14
51.29
100
25
Sulawesi Tengah
34.34
62.59
3.07
100
34.50
62.92
2.57
100
34.42
62.75
2.83
59.36
100
26
Sulawesi Selatan *
34.21
61.04
4.74
100
30.71
64.22
5.06
100
32.42
62.68
4.91
59.56
100
27
Sulawesi Tenggara
37.63
59.32
3.05
100
35.59
61.50
2.91
100
36.62
60.40
2.98
65.56
100
28
Gorontalo
34.93
62.12
2.96
100
33.98
62.77
3.25
100
34.46
62.44
3.10
60.15
100
29
Maluku
35.92
59.89
4.19
100
35.06
61.47
3.47
100
35.50
60.67
3.83
64.83
100
30
Maluku Utara
36.69
60.28
3.04
100
36.74
61.45
1.81
100
36.71
60.85
2.44
64.34
100
31
Papua *
36.32
62.68
1.00
100
35.69
63.71
0.60
100
36.03
63.16
0.81
58.33
100
30.85
64.20
4.95
100
29.78
64.92
5.30
100
30.32
64.56
5.12
54.89
100
Indonesia
-
-
-
-
Sumber: BPS, SUPAS 2005 Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan
-
-
-
4.95
100
-
30.56
64.40
5.04
-
-
55.28
100
Lampiran 2.5
JUMLAH PENDUDUK MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
Provinsi
(1)
(2)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
2,637,680
2,722,329
5,360,009
3,195,785
3,133,193
6,328,978
5,833,465
5,855,522
3
Sumatera Barat
672,669
690,367
1,363,036
1,576,301
1,616,473
3,192,774
2,248,970
2,306,840
4,555,810
4
Riau
855,333
814,436
1,669,769
1,473,761
1,419,876
2,893,637
2,329,094
2,234,312
4,563,406
5
Jambi
2,627,216
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
8
Lampung
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
11,688,987
367,689
346,627
714,316
983,681
929,219
1,912,900
1,351,370
1,275,846
1,126,415
1,142,460
2,268,875
2,298,029
2,200,741
4,498,770
3,424,444
3,343,201
6,767,645
215,902
223,845
439,747
572,728
533,811
1,106,539
788,630
757,656
1,546,286
744,802
745,368
1,490,170
2,937,951
2,676,451
5,614,402
3,682,753
3,421,819
7,104,572
222,836
204,146
426,982
321,042
294,804
615,846
543,878
498,950
1,042,828
498,554
512,033
1,010,587
137,524
124,900
262,424
636,078
636,933
1,273,011
4,390,746
4,448,501
8,839,247
-
-
-
4,390,746
4,448,501
8,839,247
10,169,213
9,882,179
20,051,392
9,533,893
9,301,690
18,835,583
19,703,106
19,183,869
38,886,975
6,420,921
6,482,970
12,903,891
9,508,528
9,483,695
18,992,223
15,929,449
15,966,665
31,896,114
991,857
981,774
1,973,631
678,082
685,382
1,363,464
1,669,939
1,667,156
3,337,095
Jawa Timur
7,301,692
7,424,447
14,726,139
10,604,776
10,727,192
21,331,968
17,906,468
18,151,639
36,058,107
16
Banten
2,411,355
2,340,678
4,752,033
2,176,542
2,079,576
4,256,118
4,587,897
4,420,254
9,008,151
17
Bali
868,306
844,487
1,712,793
846,824
818,475
1,665,299
1,715,130
1,662,962
3,378,092
18
Nusa Tenggara Barat
715,728
755,542
1,471,270
1,299,016
1,399,409
2,698,425
2,014,744
2,154,951
4,169,695
19
Nusa Tenggara Timur
335,413
326,701
662,114
1,790,546
1,790,522
3,581,068
2,125,959
2,117,223
4,243,182
20
Kalimantan Barat
546,611
541,758
1,088,369
1,523,946
1,430,502
2,954,448
2,070,557
1,972,260
4,042,817
21
Kalimantan Tengah
281,690
271,391
553,081
704,740
655,205
1,359,945
986,430
926,596
1,913,026
22
Kalimantan Selatan
626,874
618,607
1,245,481
1,023,663
1,002,269
2,025,932
1,650,537
1,620,876
3,271,413
23
Kalimantan Timur
834,198
769,601
1,603,799
651,981
585,094
1,237,075
1,486,179
1,354,695
2,840,874
24
Sulawesi Utara
396,194
395,867
792,061
684,334
644,622
1,328,956
1,080,528
1,040,489
2,121,017
25
Sulawesi Tengah
229,663
227,899
457,562
944,993
888,414
1,833,407
1,174,656
1,116,313
2,290,969
26
Sulawesi Selatan *
1,239,817
1,310,660
2,550,477
2,875,477
3,031,169
5,906,646
4,115,294
4,341,829
8,457,123
27
Sulawesi Tenggara
213,564
213,601
427,165
774,557
758,975
1,533,532
988,121
972,576
1,960,697
28
Gorontalo
115,673
123,882
239,555
347,400
333,060
680,460
463,073
456,942
920,015
29
Maluku
182,115
176,691
358,806
451,992
438,414
890,406
634,107
615,105
1,249,212
30
Maluku Utara
109,239
106,750
215,989
342,888
322,990
665,878
452,127
429,740
881,867
31
Papua *
333,244
303,479
636,723
957,555
845,560
1,803,115
1,290,799
1,149,039
2,439,838
46,055,993
45,949,076
92,005,069
61,218,535
60,151,683
121,370,218
107,274,528
106,100,759
213,375,287
Indonesia Sumber: BPS, SUPAS 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat Tidak Terdapat data untuk proviinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk Kab. Nias dan Nias Selatan
Lampiran 2.6
JUMLAH DAN PERSENTASE DAERAH TERTINGGAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
2004
2005
Jumlah Kab/Kota
Kabupaten Tertinggal
(%)
Jumlah Kab/Kota
Kabupaten Tertinggal
(%)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
21
16
76.19
21
16
76.19
2
Sumatera Utara
25
6
24.00
25
6
24.00
3
Sumatera Barat
19
9
47.37
19
7
36.84
4
Riau
17
3
17.65
11
2
18.18
5
Jambi
10
2
20.00
10
2
20.00
6
Sumatera Selatan
14
6
42.86
14
6
42.86
7
Bengkulu
9
8
88.89
9
8
88.89
8
Lampung
10
5
50.00
10
5
50.00
7
3
42.86
7
3
42.86
6
1
16.67
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
6
0
0.00
6
0
0.00
12
Jawa Barat
25
2
8.00
25
2
8.00
13
Jawa Tengah
35
3
8.57
35
3
8.57
14
Daerah Istimewa Yogyakarta
5
2
40.00
5
2
40.00
15
Jawa Timur
38
8
21.05
38
8
21.05
16
Banten
6
2
33.33
6
2
33.33
17
Bali
9
1
11.11
9
1
11.11
18
Nusa Tenggara Barat
9
7
77.78
9
7
77.78
19
Nusa Tenggara Timur
16
15
93.75
16
15
93.75
20
Kalimantan Barat
12
9
75.00
12
9
75.00
21
Kalimantan Tengah
14
7
50.00
14
7
50.00
22
Kalimantan Selatan
13
2
15.38
13
0
0.00
23
Kalimantan Timur
13
3
23.08
13
5
38.46
24
Sulawesi Utara
9
2
22.22
9
2
22.22
25
Sulawesi Tengah
10
9
90.00
10
9
90.00
26
Sulawesi Selatan
28
18
64.29
23
13
56.52
27
Sulawesi Tenggara
10
8
80.00
10
8
80.00
28
Gorontalo
5
4
80.00
5
4
80.00
29
Sulawesi Barat
5
5
100.00
30
Maluku
8
7
87.50
8
7
87.50
31
Maluku Utara
8
6
75.00
8
6
75.00
32
Papua
29
26
89.66
20
19
95.00
45.23
9 440
7 197
77.78 44.77
33
Irian Jaya Barat Jumlah 440 Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
199
Lampiran 2.7
JUMLAH RUMAH TANGGA PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) MENURUT KLASIFIKASI DAN PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
Sangat Miskin
Miskin
(1)
(2)
(3)
(4)
Sangat Miskin + Miskin
Hampir Miskin
Jumlah RT - BLT
%
(5)
(6)
(7)
(8)
Jumlah
1
Nanggroe Aceh Darussalam
92,519
208,774
301,293
195,745
497,038
2.60
2
Sumatera Utara
181,755
342,655
524,410
420,562
944,972
4.95
3
Sumatera Barat
101,189
123,592
224,781
87,859
312,640
1.64
4
Riau
71,917
126,075
197,992
95,715
293,707
1.54
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
33,309
77,676
110,985
88,753
199,738
1.05
148,119
265,846
413,965
269,216
683,181
3.58
7
Bengkulu
47,863
67,518
115,381
48,555
163,936
0.86
8
Lampung
211,943
342,777
554,720
230,321
785,041
4.11 0.18
9
Kepulauan Bangka Belitung
8,391
18,692
27,083
6,569
33,652
10
Kepulauan Riau
14,233
27,502
41,735
31,944
73,679
0.39
11
DKI Jakarta
23,651
70,316
93,967
66,513
160,480
0.84
12
Jawa Barat
615,875
1,065,439
1,681,314
1,223,903
2,905,217
15.21
13
Jawa Tengah
348,893
1,544,513
1,893,406
1,277,795
3,171,201
16.60
14
DI Yogyakarta
39,439
130,079
169,518
105,592
275,110
1.44
15
Jawa Timur
518,468
1,763,373
2,281,841
955,039
3,236,880
16.95
108,106
219,497
327,603
374,446
702,049
3.68
44,507
70,705
115,212
31,832
147,044
0.77
125,969
567,605
2.97
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
181,729
259,907
441,636
19
Nusa Tenggara Timur
137,233
297,997
435,230
187,907
623,137
3.26
20
Kalimantan Barat
101,687
98,345
200,032
160,873
360,905
1.89
21
Kalimantan Tengah
71,633
62,872
134,505
62,968
197,473
1.03
22
Kalimantan Selatan
76,446
62,609
139,055
106,893
245,948
1.29
23
Kalimantan Timur
53,109
92,395
145,504
82,591
228,095
1.19
24
Sulawesi Utara
32,543
60,773
93,316
33,979
127,295
0.67
25
Sulawesi Tengah
84,620
83,837
168,457
42,916
211,373
1.11
26
Sulawesi Selatan
186,215
238,042
424,257
170,709
594,966
3.11
27
Sulawesi Tenggara
39,591
117,366
156,957
124,383
281,340
1.47
28
Gorontalo
41,385
37,871
79,256
23,475
102,731
0.54
29
Sulawesi Barat
29,687
60,647
90,334
21,568
111,902
0.59
30
Maluku
37,457
98,463
135,920
46,921
182,841
0.96
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia %
26,979
22,072
49,051
16,303
65,354
0.34
156,887
138,138
295,025
191,832
486,857
2.55
26,936
40,626
67,562
59,956
127,518
0.67
3,894,314
8,236,989
12,131,303
6,969,602
19,100,905
100
20.39
43.12
36.49
100
Dengan mencoba matching 83%, kesetaraan terhadap Garis Kemiskinan, jumlah rumah tangga miskin10.068.981 Sumber : BPS, 2006
63.51
Lampiran 2.8
PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan+Perdesaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Laki-laki+Perempuan
Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(3)
(4)
(5)
(6)
Jumlah
(7)
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(8)
(9)
(10)
(11)
Jumlah
(12)
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(13)
(14)
(15)
(16)
Jumlah
(17)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
77.46
1.10
18.11
3.33
100
72.94
1.78
18.10
7.18
100
69.35
2
Sumatera Utara
84.36
0.27
13.42
1.95
100
80.74
0.41
14.41
4.44
100
82..54
0.34
13.93
3.20
100
3
Sumatera Barat
77.78
0.39
19.42
2.41
100
74.82
0.81
19.55
4.82
100
76.24
0.61
19.49
3.66
100
4
Riau
77.33
0.60
20.82
1.25
100
75.99
1.31
19.99
2.70
100
76.68
0.95
20.41
1.96
100
5
Jambi
72.03
0.94
24.37
2.66
100
68.31
2.13
22.47
7.09
100
70.18
1.53
23.43
4.86
100
6
Sumatera Selatan
83.37
0.48
13.80
2.35
100
80.61
1.03
13.04
5.32
100
81.99
0.75
13.42
3.84
100
7
Bengkulu
86.83
0.32
9.55
3.30
100
81.95
0.58
9.25
8.23
100
84.43
0.44
9.40
5.72
100
8
Lampung
75.63
0.53
19.90
3.93
100
71.63
1.19
18.44
8.73
100
73.68
0.85
19.19
6.28
100
1.03
21.53
8.09
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
69.12
0.51
27.75
2.63
100
65.84
1.10
27.51
5.55
100
67.52
0.79
27.63
4.05
100
10
Kepulauan Riau
78.25
0.21
19.29
2.24
100
74.75
0.63
19.26
5.36
100
76.54
0.42
19.27
3.77
100
11
DKI Jakarta
81.02
0.29
18,05
0.64
100
79.61
0.68
17.32
2.40
100
80.31
0.49
17.68
1.52
100
12
Jawa Barat
64.29
0.73
32.19
2.78
100
60.65
1.51
31.07
6.77
100
62.49
1.12
31.63
4.76
100
13
Jawa Tengah
68.79
0.76
23.69
6.77
100
61.59
1.07
21.94
15.41
100
65.15
0.91
22.81
11.13
100
14
DI Yogyakarta
67.27
0.30
25.62
6.80
100
60.99
0.51
21.29
17.21
100
64.07
0.41
23.41
12.11
100
15
Jawa Timur
67.65
1.32
23.33
7.71
100
58.95
1.84
21.56
17.65
100
63.21
1.58
22.42
12.79
100
16
Banten
72.35
0.66
24.81
2.18
100
67.63
1.73
25.07
5.47
100
70.06
1.19
24.94
3.81
100
17
Bali
65.05
0.45
27.65
6.85
100
61.21
0.68
19.84
18.27
100
63.14
0.57
23.77
12.52
100
18
Nusa Tenggara Barat
63.38
2.15
17.06
12.40
100
59.64
1.95
14.86
23.55
100
63.78
2.05
15.90
18.27
100
19
Nusa Tenggara Timur
86.45
0.42
1.92
11.21
100
82.52
0.30
1.79
15.39
100
84.47
0.36
1.85
13.32
100
20
Kalimantan Barat
81.17
1.28
10.68
6.86
100
72.93
1.66
10.30
15.12
100
77.15
1.46
10.50
10.89
100
21
Kalimantan Tengah
79.28
0.43
19.03
1.25
100
76.59
0.56
19.69
3.16
100
77.98
0.50
19.35
2.17
100
22
Kalimantan Selatan
65.19
0.79
31.48
2.54
100
60.91
1.91
29.88
7.31
100
63.05
1.35
30.68
4.92
100
23
Kalimantan Timur
71.95
0.97
24.23
2.85
100
68.33
1.70
24.24
5.73
100
70.21
1.32
24.23
4.24
100
24
Sulawesi Utara
94.89
0.23
3.86
1.02
100
94.58
0.14
3.98
1.29
100
94.74
0.18
3.92
1.16
100
25
Sulawesi Tengah
77.99
0.46
17.50
4.05
100
73.93
0.78
18.36
6.93
100
76.01
0.61
17.92
5.46
100
26
Sulawesi Selatan *
74.73
1.20
12.73
11.33
100
70.15
1.61
12.33
15.91
100
72.35
1.41
12.52
13.71
100
27
Sulawesi Tenggara
80.91
0.64
12.75
5.70
100
73.51
0.86
13.96
11.68
100
77.17
0.75
13.26
8.73
100
28
Gorontalo
76.39
0.63
17.73
5.25
100
71.91
0.67
22.90
4.53
100
74.10
0.65
20.37
4.88
100
29
Maluku
86.54
0.36
10.54
2.57
100
84.84
0.74
10.16
4.25
100
85.69
0.55
10.35
3.42
100
30
Maluku Utara
79.96
0.52
16.98
2.55
100
78.76
0.94
14.31
6.00
100
79.37
0.72
15.67
4.24
100
31
Papua *
73.05
0.24
4.85
21.85
100
63.75
0.33
4.52
31.40
100
68.59
0.28
4.69
26.43
100
72.01
0.78
22.11
5.09
100
66.71
1.28
20.95
11.07
100
69.35
1.03
21.53
8.09
100
Indonesia Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.8.a
PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(3)
(4)
(5)
(6)
Jumlah
(7)
Laki-laki+Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(8)
(9)
(10)
(11)
Jumlah
(12)
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(13)
(14)
(15)
(16)
Jumlah
(17)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
79.38
0.69
18.65
1.28
100
77.53
0.78
18.69
2.99
100
78.45
0.74
18.67
2.15
100
2
Sumatera Utara
85.71
0.19
13.58
0.52
100
83.02
0.35
14.62
2.01
100
84.35
0.27
14.11
1.28
100
3
Sumatera Barat
84.64
0.22
14.22
0.92
100
83.25
0.19
14.81
1.74
100
83.92
0.20
14.53
1.35
100
4
Riau
78.18
0.12
20.19
0.79
100
78.17
0.63
20.00
1.20
100
78.18
0.37
20.46
0.99
100
5
Jambi
81.69
0.42
17.06
0.83
100
77.81
1.09
17.70
3.40
100
79.74
0.76
17.38
2.12
100
6
Sumatera Selatan
81.29
0.35
17.35
1.01
100
80.82
0.62
16.07
2.50
100
81.05
0.49
16.69
1.78
100
7
Bengkulu
86.42
-
12.71
0.87
100
84.59
0.29
12.76
2.36
100
85.49
0.15
12.74
1.62
100
8
Lampung
86.81
0.13
11.49
1.57
100
83.16
0.39
11.93
4.52
100
84.89
0.26
11.71
3.05
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
70.57
0.14
27.37
1.92
100
62.26
0.60
25.96
4.19
100
69.93
0.36
26.68
3.03
100
10
Kepulauan Riau
79.76
0.11
18.53
1.60
100
76.96
0.33
18.99
3.73
100
78.38
0.22
18.75
2.65
100
11
DKI Jakarta
81.02
0.29
18.05
0.64
100
79.61
0.68
17.32
2.40
100
80.31
0.49
17.69
1.52
100
12
Jawa Barat
68.32
0.40
29.72
1.56
100
66.22
1.07
28.61
4.10
100
67.28
0.73
29.17
2.82
100
13
Jawa Tengah
73.86
0.30
21.50
4.34
100
67.66
0.69
20.04
11.61
100
70.69
0.50
20.75
8.06
100
14
DI Yogyakarta
68.27
0.16
27.93
3.64
100
64.12
0.38
23.78
11.73
100
66.16
0.27
25.82
7.75
100
15
Jawa Timur
73.51
0.63
22.42
3.44
100
67.11
1.28
21.65
9.97
100
70.25
0.96
22.02
6.77
100
16
Banten
79.67
0.12
19.10
1.11
100
75.69
0.66
20.33
3.32
100
77.69
0.39
19.71
2.21
100
17
Bali
66.29
0.27
29.73
3.70
100
64.64
0.37
22.24
12.75
100
65.46
0.32
25.96
8.25
100
18
Nusa Tenggara Barat
70.04
2.46
19.09
8.42
100
62.42
2.37
15.77
19.44
100
66.03
2.41
17.34
14.21
100
19
Nusa Tenggara Timur
94.29
0.13
3.38
2.20
100
91.67
0.16
3.55
4.62
100
92.99
0.15
3.47
3.40
100
20
Kalimantan Barat
79.72
1.16
14.82
4.30
100
73.84
1.66
14.40
10.11
100
76.78
1.41
14.61
7.20
100
21
Kalimantan Tengah
70.37
0.17
28.63
0.82
100
67.30
0.57
30.28
1.84
100
68.86
0.37
29.45
1.32
100
22
Kalimantan Selatan
70.58
0.41
27.96
1.05
100
68.25
1.50
27.26
2.99
100
69.41
0.96
27.61
2.02
100
23
Kalimantan Timur
70.05
0.64
27.69
1.61
100
67.12
1.46
28.17
3.25
100
68.63
1.04
27.93
2.41
100
24
Sulawesi Utara
93.86
0.31
5.15
0.68
100
94.46
0.17
4.43
0.94
100
94.17
0.24
4.78
0.81
100
25
Sulawesi Tengah
75.63
0.06
23.18
1.13
100
72.49
0.10
25.91
1.51
100
74.04
0.08
24.56
1.32
100
26
Sulawesi Selatan *
84.04
0.38
11.08
4.49
100
81.51
0.62
10.64
7.22
100
82.73
0.51
10.85
5.91
100
27
Sulawesi Tenggara
85.65
0.42
12.25
1.68
100
82.51
0.32
13.26
3.91
100
84.04
0.37
12.76
2.82
100
28
Gorontalo
63.89
0.07
32.63
3.41
100
60.54
0.36
36.42
2.68
100
62.11
0.22
34.64
3.02
100
29
Maluku
88.45
-
10.78
0.77
100
86.79
0.21
10.29
2.71
100
87.59
0.11
10.53
1.77
100
30
Maluku Utara
78.28
0.21
20.85
0.66
100
80.02
0.11
17.04
2.83
100
79.18
0.16
18.88
1.78
100
31
Papua *
90.76
0.19
8.51
0.54
100
89.64
0.44
8.37
1.54
100
90.23
0.31
8.44
1.02
100
75.40
0.40
21.86
2.34
100
71.81
0.86
20.74
6.40
100
73.59
0.63
21.40
4.39
100
Indonesia Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.8.b
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI, JENIS KELAMIN, DAN KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2005 Perdesaan Laki-laki No
Provinsi
(1)
(2)
Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(3)
(4)
(5)
(6)
Laki-laki+Perempuan
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Jumlah
Huruf
Huruf
Huruf Latin
Buta
Latin
Lainnya
+ Lainnya
Huruf
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
Jumlah
Jumlah
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
76.87
1.22
17.95
3.95
100
71.57
2.07
17.93
8.43
100
74.17
1.66
17.94
6.23
100
2
Sumatera Utara
83.28
0.33
13.29
3.10
100
78.86
0.46
14.23
6.45
100
81.07
0.40
13.76
4.78
100
3
Sumatera Barat
74.66
0.48
21.79
3.08
100
70.95
1.10
21.73
6.23
100
72.74
0.80
21.76
4.71
100
4
Riau
76.88
0.85
20.78
1.49
100
74.82
1.69
19.98
3,51
100
75.87
1.26
20.39
1.48
100
5
Jambi
68.14
1.15
27.31
3.40
100
64.38
2.56
24.45
8.62
100
66.28
1.85
25.89
5.98
100
6
Sumatera Selatan
84.43
0.55
11.98
3.04
100
80.49
1.26
11.34
6.91
100
82.49
0.90
11.66
4.94
100
7
Bengkulu
86.98
0.44
8.35
4.23
100
80.86
0.69
7.81
10.63
100
84.01
0.56
8.09
7.34
100
8
Lampung
72.54
0.64
22.24
4.59
100
68.22
1.43
20.37
9.98
100
70.45
1.02
21.33
7.20
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
68.00
0.78
28.04
3.17
100
63.16
1.49
28.73
6.62
100
65.65
1.13
28.38
4.84
100
10
Kepulauan Riau
72.78
0.58
22.06
4.58
100
66.41
1.78
20.28
11.53
100
69.71
1.16
21.20
7.93
100
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
59.69
1.11
35.02
13
Jawa Tengah
65.20
1.09
25.23
8.48
100
57.08
1.35
23.35
18.22
100
61.14
1.22
24.29
13.35
100
14
DI Yogyakarta
65.82
0.51
22.25
11.42
100
56.51
0.69
17.73
25.06
100
61.04
0.60
19.93
18.42
100
15
Jawa Timur
63.33
1.82
24.00
10.85
100
53.00
2.25
21.49
23.27
100
58.04
2.04
22.71
17.21
100
16
Banten
63.24
1.34
31.92
3.50
100
57.69
3.08
31.06
8.18
100
60.49
2.20
31.50
5.81
100
17
Bali
63.75
0.64
25.49
10.11
100
57.49
1.02
17.22
24.27
100
60.68
0.83
21.43
17.06
100
18
Nusa Tenggara Barat
67.35
1.96
15.79
14.90
100
57.91
1.69
14.29
26.11
100
62.37
1.82
15.00
20.81
100
19
Nusa Tenggara Timur
84.81
0.48
1.61
13.11
100
80.68
0.32
1.43
17.56
100
82.72
0.40
1.52
15.36
100
20
Kalimantan Barat
81.70
1.32
9.18
7.80
100
72.58
1.66
8.71
17.05
100
77.28
1.48
8.96
12.28
100
21
Kalimantan Tengah
82.89
0.54
15.14
1.43
100
80.54
0.56
15.19
3.71
100
81.76
0.55
15.16
2.53
100
22
Kalimantan Selatan
62.03
1.02
33.54
3.42
100
56.55
2.15
31.43
9.87
100
59.30
1.58
32.49
6.63
100
23
Kalimantan Timur
74.20
1.37
20.12
4.32
100
69.81
2.00
19.47
8.73
100
72.10
1.67
19.81
6.43
100
24
Sulawesi Utara
95.50
0.18
3.09
1.23
100
94.66
0.12
3.69
1.53
100
95.10
0.15
3.38
1.37
100
25
Sulawesi Tengah
78.60
0.56
16.05
4.80
100
74.33
0.97
16.26
8.44
100
76.53
0.76
16.15
6.56
100
26
Sulawesi Selatan *
70.72
1.56
13.45
14.27
100
65.23
2.03
13.06
19.67
100
67.87
1.81
13.25
17.08
100
27
Sulawesi Tenggara
79.61
0.70
12.89
6.81
100
70.96
1.01
14.15
13.88
100
75.25
0.85
13.53
10.37
100
28
Gorontalo
80.84
0.83
12.43
5.90
100
76.43
0.79
17.52
5.26
100
78.62
0.81
14.99
5.58
100
29
Maluku
85.79
0.50
10.44
3.27
100
84.02
0.97
10.11
4.91
100
84.91
0.73
10.28
4.09
100
30
Maluku Utara
80.52
0.62
15.67
3.19
100
78.27
1.26
13.25
7.22
100
79.43
0.93
14.50
5.14
100
31
Papua *
65.81
0.26
3.36
30.57
100
0.28
2.94
43.70
100
59.71
0.27
3.16
36.86
100
69.33
1.09
22.31
7.27
100
1.62
20.95
14.84
100
65.96
1.36
21.63
11.05
100
Indonesia
-
-
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005 Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
-
4.18
100
54.24
62.58
2.10
33.89
9.84
100
57.00
1.56
34.36
6.98
100
Lampiran 2.9 PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam ** Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan * Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua * Indonesia
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Masih Sekolah SD/MI
SLTP/ MTs.
SMU/ SMK/MA
D-I/Univ.
Jumlah yang Masih Sekolah
Perkotaan+Perdesaan Tidak Jumlah Bersekolah Lagi
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
5.52 2.89 2.84 2.63 5.31 4.16 5.55 5.60 4.61 4.18 1.82 5.01 10.03 11.07 12.40 4.12 12.40 18.65 11.10 11.66 2.42 4.56 4.50 0.74 5.05 13.20 8.43 2.48 3.78 3.62 26.35 7.82
9.14 9.70 9.02 9.73 8.33 9.26 9.22 9.34 7.57 6.22 5.69 8.05 7.61 5.90 6.74 8.89 6.01 9.34 11.91 10.09 9.63 8.45 7.65 6.09 8.10 8..79 9.82 9.08 9.94 10.38 9.93 8.05
8.36 7.98 6.82 7.25 6.63 7.01 6.84 6.70 6.55 5.03 5.57 5.63 6.18 5.20 5.10 6.27 4.75 7.27 5.44 6.10 7.58 5.31 6.56 5.36 6.26 5.77 7.79 5.09 8.49 7.15 5.67 6.02
6.08 5.64 5.22 4.90 3.87 4.53 4.98 3.60 4.02 3.86 4.76 3.11 3.49 3.81 3.18 4.06 3.45 3.97 2.97 3.36 3.88 3.09 4.36 4.41 3.48 3.74 4.84 2.84 5.92 5.42 4.35 3.75
2.56 1.42 2.23 1.40 1.12 1.34 1.62 0.85 1.10 1.26 3.11 1.26 1.08 6.40 1.13 1.55 1.49 1.25 0.90 0.84 1.03 0.96 1.53 1.44 1.50 1.83 1.92 1.07 1.49 1.12 0.88 1.42
26.14 24.74 23.29 23.28 19.95 22.14 22.66 20.49 19.24 16.37 19.13 18.05 18.36 21.31 16.15 20.77 15.70 21.83 21.22 20.39 22.12 17.81 20.10 17.30 19.34 20.13 24.37 18.08 25.84 24.07 20.83 19.24
68.34 72.38 73.88 74.09 74.74 73.70 71.79 73.91 76.14 79.45 79.06 76.94 71.62 67.62 71.46 75.11 71.90 59.52 67.69 67.96 75.46 77.63 75.41 81.95 75.60 66.66 67.21 79.44 70.38 72.31 52.83 72.94
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005 Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.9.a
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam ** Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan * Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua * Indonesia
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Masih Sekolah SD/MI
SLTP/ MTs.
SMU/ SMK/MA
D-I/Univ.
Jumlah yang Masih Sekolah
Tidak Bersekolah Lagi
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
2.07 0.97 0.81 1.15 2.20 1.97 1.40 2.65 3.21 2.91 1.82 3.01 7.37 6.90 6.51 2.40 8.21 15.52 2.82 7.56 1.33 2.14 2.61 0.66 1.25 5.82 3.23 1.67 2.11 1.66 1.25 4.31
7.25 8.23 7.52 8.05 6.80 7.90 8.66 7.66 6.16 5.84 5.69 7.39 7.01 5.49 6.00 7.29 5.42 9.09 7.56 7.87 7.34 7.35 6.93 5.46 7.06 7.78 7.42 7.80 8.06 7.22 6.41 6.93
7.83 7.75 6.75 6.99 6.32 7.31 6.86 6.89 7.60 4.70 5.57 6.14 6.36 4.98 5.56 6.83 4.79 6.77 8.05 6.62 7.42 5.64 6.55 5.08 6.56 6.42 7.84 6.14 8.45 8.29 7.33 6.22
6.87 6.34 6.75 5.72 4.91 7.09 7.48 5.74 5.09 3.90 4.76 4.19 4.53 3.96 4.28 5.30 4.03 4.77 7.83 5.50 5.81 4.22 5.05 5.18 7.07 5.46 8.09 3.99 7.23 7.73 7.43 4.84
5.36 2.37 5.77 2.58 2.66 3.28 3.73 2.90 1.68 1.50 3.11 2.04 1.94 10.21 2.19 2.56 2.37 2.11 4.18 2.38 2.95 1.90 2.29 2.45 5.30 4.68 5.83 2.32 3.57 3.21 1.97 2.63
27.31 24.69 26.79 23.34 20.69 25.58 26.73 23.19 20.53 15.94 19.13 19.76 19.84 24.64 18.03 21.98 16.61 22.74 27.62 22.37 23.52 19.11 20.82 18.17 25.99 24.34 29.18 20.25 27.31 26.45 23.14 20.62
70.62 74.33 72.40 75.51 77.11 72.44 71.88 74.16 76.26 81.14 79.06 77.23 72.78 68.47 75.46 75.62 75.18 61.74 69.56 70.07 75.15 78.75 76.56 81.16 72.76 69.84 67.59 78.09 70.57 71.89 75.62 75.07
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005 Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.9.b
PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Perdesaan No
Provinsi
(1)
(2)
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Masih Sekolah SD/MI
SLTP/ MTs.
SMU/ SMK/MA
D-I/Univ.
Jumlah yang Masih Sekolah
Tidak Bersekolah Lagi (9)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nanggroe Aceh Darussalam ** Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau
6.56 4.45 3.76 3.42 6.57 5.34 7.20 6.44 5.70 8.88
9.70 10.89 9.71 10.63 8.96 9.99 9.44 9.82 8.67 7.63
8.52 8.17 6.85 7.39 6.76 6.85 6.84 6.65 5.73 6.26
5.85 5.06 4.52 4.46 3.45 3.15 3.99 2.99 3.20 3.70
1.73 0.64 0.60 0.77 0.50 0.30 0.78 0.26 0.64 0.36
25.80 24.76 21.68 23.25 19.67 20.29 21.05 19.72 18.24 17.95
11 12 13
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah
7.32 11.96
8.80 8.04
5.05 6.04
1.88 2.73
0.36 0.45
16.09 17.26
14 15 16
DI Yogyakarta Jawa Timur Banten
17.10 16.71 6.26
6.50 7.28 10.91
5.51 4.76 5.57
3.59 2.37 2.50
0.90 0.36 0.30
17 18
Bali Nusa Tenggara Barat
16.85 20.61
6.64 9.50
4.69 7.58
2.84 3.47
19 20 21
Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
12.80 13.20 2.87
12.81 10.92 10.58
4.91 5.90 7.64
22 23 24
Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara
6.00 6.76 0.79
9.10 8.51 6.48
25 26 27 28
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan * Sulawesi Tenggara Gorontalo
6.07 16.39 9.87 2.78
29 30 31
Maluku Maluku Utara Papua * Indonesia
4.46 4.33 36.64 10.63
Jumlah (10)
67.65 70.79 74.56 73.33 73.77 74.37 71.75 73.84 76.06 73.17
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
76.59 70.77
100.00 100.00
16.50 14.77 19.28
66.40 68.52 74.47
100.00 100.00 100.00
0.57 0.71
14.74 21.26
68.41 58.13
100.00 100.00
1.97 2.55 3.08
0.22 0.26 0.24
19.91 19.63 21.54
67.30 67.17 75.58
100.00 100.00 100.00
5.11 6.56 5.54
2.42 3.52 3.93
0.40 0.62 0.81
17.03 19.21 16.76
76.97 74.03 82.45
100.00 100.00 100.00
8.37 9.23 10.49 9.56
5.54 6.18 5.49 7.78
2.53 3.00 3.93 2.41
0.49 0.60 0.82 0.61
17.57 18.32 23.02 17.28
76.37 65.29 67.11 79.94
100.00 100.00 100.00 100.00
10.72 11.52 11.38 8.95
8.50 6.73 4.99 5.86
5.38 4.59 3.08 2.88
0.64 0.37 0.43 0.44
25.24 23.21 19.88 18.13
70.30 72.46 43.48 71.24
100.00 100.00 100.00 100
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005 Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
-
Lampiran 2.10
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan+Perdesaan Tidak Provinsi
No
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
Mempunyai Ijazah
(1)
(2)
(3)
SLTP/
SD/MI
MTs.
(4)
(5)
SMU/ MA
SMK
(6)
(7)
D-I/D-II (8)
Ak/
S1/
D-III
D-IV
(9)
Jumlah
S2-S3
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
26.03
30.24
20.81
16.35
2.31
1.10
0.88
2.11
0.17
100.00
2
Sumatera Utara
22.58
28.20
21.67
18.09
5.26
0.73
1.13
2.26
0.08
100.00
3
Sumatera Barat
30.05
25.13
18.55
15.41
4.86
1.22
1.61
3.01
0.16
100.00
4
Riau
22.87
33.72
20.13
15.60
3.73
0.70
1.03
2.12
0.10
100.00
5
Jambi
28.15
32.08
18.88
13.10
3.52
1.20
0.94
2.07
0.07
100.00
6
Sumatera Selatan
27.63
34.66
18.28
13.52
2.93
0.66
0.69
1.58
0.06
100.00
7
Bengkulu
29.63
30.26
17.73
13.84
3.91
1.02
0.98
2.56
0.06
100.00
8
Lampung
32.91
32.76
18.44
9.20
3.64
0.80
0.63
1.51
0.11
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
30.25
33.86
16.49
11.07
5.12
0.93
0.82
1.44
0.03
100.00
10
Kepulauan Riau
18.70
23.94
16.16
28.24
7.21
1.28
1.64
2.73
0.10
100.00
11
DKI Jakarta
12.82
22.39
20.65
24.64
9,67
1.14
2.99
5.32
0.39
100.00
12
Jawa Barat
26.49
37.55
16.00
11.91
3.86
0.85
1.15
2.04
0.14
100.00
13
Jawa Tengah
31.81
35.43
16.61
8.73
4.06
0.74
0.82
1.72
0.07
100.00
14
DI Yogyakarta
25.25
24.23
16.91
18.23
7.17
1.22
2.04
4.52
0.42
100.00
15
Jawa Timur
33.04
31.97
16.57
10.41
4.39
0.60
1.56
2.38
0.09
100.00
16
Banten
25.13
32.16
17.22
15.20
4.74
0.74
1.50
2.97
0.33
100.00
17
Bali
30.05
27.91
13.65
18.46
3.60
1.87
0.89
3.36
0.21
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
43.32
26.95
13.77
11.29
1.72
0.82
0.40
1.65
0.09
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
42.85
33.38
10.94
7.99
2.32
0.57
0.52
1.36
0.07
100.00
20
Kalimantan Barat
41.00
28.49
15.55
9.95
2.70
0.68
0.56
1.01
0.06
100.00
21
Kalimantan Tengah
21.83
38.34
20.65
13.16
2.32
1.05
0.76
1.78
0.11
100.00
22
Kalimantan Selatan
31.42
33.14
15.64
12.36
3.18
1.06
0.70
2.38
0.12
100.00
23
Kalimantan Timur
23.00
28.29
19.25
18.01
5.79
1.02
1.24
3.18
0.21
100.00
24
Sulawesi Utara
21.34
28.08
21.20
20.14
4.83
1.04
0.70
2.45
0.21
100.00
25
Sulawesi Tengah
25.71
37.68
17.21
12.63
2.93
0.98
0.53
2.26
0.06
100.00
26
Sulawesi Selatan *
35.31
28.16
15.07
13.96
2.78
0.85
0.74
2.92
0.21
100.00
27
Sulawesi Tenggara
29.64
30.13
17.99
15.00
2.80
1.24
0.64
2.45
0.10
100.00
28
Gorontalo
39.01
33.55
11.79
9.32
2.96
0.97
0.35
1.90
0.17
100.00
29
Maluku
23.99
30.85
19.52
18.15
3.18
1.64
0.59
1.94
0.15
100.00
30
Maluku Utara
29.10
30.31
20.26
14.28
3.12
0.67
0.25
1.88
0.12
100.00
31
Papua *
44.45
21.14
14.45
12.91
3.77
0.49
0.75
1.93
0.12
100.00
29.28
32.34
17.06
12.82
4.25
0.82
0.98
2.32
0.13
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.10.a
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
Tidak No
Provinsi
Mempunyai Ijazah
(1)
(2)
SD/MI
SLTP/ MTs.
SMU/ SM
SMK
D-I/D-II
Ak/
S1/
D-III
D-IV
S2-S3
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
15.31
20.33
20.86
29.07
4.77
1.47
2.06
5.57
0.56
100.00
2
Sumatera Utara
15.37
23.68
21.86
24.59
7.19
0.99
2.01
4.13
0.16
100.00
3
Sumatera Barat
16.89
18.39
18.67
26.53
1.82
1.42
0.52
6.32
0.44
100.00
4
Riau
14.09
23.58
21.44
25.29
7.46
1.13
2.18
4.58
0.25
100.00
5
Jambi
17.06
24.76
20.45
22.23
6.60
1.73
2.21
4.77
0.19
100.00
6
Sumatera Selatan
17.95
24.70
20.17
24.61
5.63
1.21
1.65
3.91
0.17
100.00
7
Bengkulu
17.52
21.10
18.72
22.72
7.98
1.87
2.76
7.13
0.20
100.00
8
Lampung
21.14
24.56
19.70
18.19
7.20
1.59
2.27
4.90
0,46
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
19.96
29.46
19.39
17.08
8.39
1.41
1.55
2.69
0.07
100.00
10
Kepulauan Riau
14.41
19.53
16.56
34.05
8.56
1.38
2.01
3.37
0.13
100.00
11
DKI Jakarta
12.82
22.39
20.65
24.64
9.67
1.14
1.99
5.32
0.39
100.00
12
Jawa Barat
19.28
30.76
19.14
18.15
5.85
1.22
1.94
3.41
0.25
100.00
13
Jawa Tengah
24.87
29.86
19.31
14.10
6.09
0.95
1.55
3.13
0.14
100.00
14
DI Yogyakarta
19.25
19.45
16.67
24.49
8.25
1.45
3.04
6.68
0.70
100.00
15
Jawa Timur
22.74
27.09
19.22
16.96
7.30
0.87
1.02
4.61
0.20
100.00
16
Banten
16.42
23.67
19.76
23.55
7.41
1.05
2.60
4.97
0.58
100.00
17
Bali
22.04
24.19
14.70
25.07
4.33
2.48
1.41
5.40
0.37
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
38.33
23.65
15.59
14.90
2.58
1.08
0.61
3.05
0.30
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
18.68
24.26
18.70
23.44
6.38
1.06
1.82
5.32
0.37
100.00
20
Kalimantan Barat
27.88
22.49
18.46
19.58
5.59
1.29
1.39
3.12
0.30
100.00
21
Kalimantan Tengah
14.72
27.13
21.17
23.59
4.07
1.90
1.95
5.10
0.37
100.00
22
Kalimantan Selatan
22.14
25.27
17.13
21.67
5.52
1.51
1.39
5.06
0.30
100.00
23
Kalimantan Timur
15.64
22.69
20.41
24.27
8.31
1.27
1.98
5.05
0.37
100.00
24
Sulawesi Utara
15.62
21.31
20.70
29.64
5.92
1.31
1.08
4.04
0.39
100.00
25
Sulawesi Tengah
13.94
22.11
19.19
29.23
5.04
1.32
1.63
7.27
0.27
100.00
26
Sulawesi Selatan *
22.36
21.62
16.84
24.34
4.69
1.18
1.62
6.78
0.57
100.00
27
Sulawesi Tenggara
17.12
19.01
19.02
29.32
5.80
1.91
1.56
5.89
0.37
100.00
28
Gorontalo
26.02
26.37
15.93
17.81
6.09
1.22
0.73
5.31
0.51
100.00
29
Maluku
14.01
21.39
21.18
28.49
6.46
2.45
1.36
4.21
0.46
100.00
30
Maluku Utara
14.80
23.02
20.59
26.35
7.40
1.18
0.42
5.77
0.47
100.00
31
Papua *
12.02
19.32
22.28
29.26
8.97
0.79
1.81
5.25
0.39
100.00
19.88
26.23
19.33
20.13
6.76
1.15
1.85
4.31
0.28
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.10.b
PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perdesaan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki
Tidak No
Provinsi
Mempunyai
SD/
Ijazah (1)
(2)
(3)
SLTP/
MI
MTs.
(4)
(5)
SMU/ SM
SMK
(6)
(7)
D-I/D-II (8)
Ak/
S1/
D-III
D-IV
(9)
Jumlah
S2-S3
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
29.25
33.21
20.80
12.53
1.57
0.99
0.53
1.07
0.05
100.00
2
Sumatera Utara
28.47
31.89
21.52
12.78
3.68
0.51
0.41
0.73
0.01
100.00
3
Sumatera Barat
36.07
28.20
18.49
10.33
3.51
1.12
0.74
1.50
0.03
100.00
4
Riau
27.55
39.13
19.43
10.43
1.73
0.48
0.42
0.81
0.02
100.00
5
Jambi
32.67
35.07
18.23
9.37
2.26
0.98
0.43
0.96
0.02
100.00
6
Sumatera Selatan
32.84
40.00
17.26
7.55
1.48
0.36
0.18
0.32
0.00
100.00
7
Bengkulu
34.41
33.87
17.34
10.34
2.31
0.69
0.28
0.76
0.00
100.00
8
Lampung
36.28
35.11
18.08
6.62
2.63
0.57
0.16
0.54
0.01
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
38.24
37.28
14.24
6.39
2.58
0.56
0.24
0.47
0.00
100.00
10
Kepulauan Riau
34.64
40.30
14.66
6.69
2.19
0.89
0.25
0.39
0.00
100.00
11
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
34.76
45.35
12.40
4.74
1.58
0.44
0.25
0.47
0.02
100.00
13
Jawa Tengah
36.85
39.47
14.64
4.84
2.59
0.59
0.29
0.70
0.01
100.00
14
DI Yogyakarta
33.92
31.14
17.26
9.16
5.61
0.90
0.60
1.38
0.03
100.00
15
Jawa Timur
40.59
35.55
14.62
5.60
2.25
0.39
0.22
0.74
0.02
100.00
16
Banten
36.04
42.79
14.05
4.74
1.40
0.36
0.12
0.47
0.02
100.00
17
Bali
38.56
31.87
12.54
11.43
2.83
1.22
0.34
1.19
0.03
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
46.44
29.01
12.63
9.03
1.18
0.65
0.26
0.77
0.02
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
47.82
35.26
9.35
4.81
1.48
0.47
0.25
0.54
0.01
100.00
20
Kalimantan Barat
45.91
30.74
14.46
6.34
1.62
0.45
0.25
0.23
0.01
100.00
21
Kalimantan Tengah
24.78
42.99
20.43
8.84
1.60
0.69
0.26
0.41
0.00
100.00
22
Kalimantan Selatan
36.89
37.78
14.75
6.88
1.80
0.80
0.29
0.80
0.01
100.00
23
Kalimantan Timur
31.83
35.00
17.87
10.51
2.77
0.73
0.35
0.94
0.00
100.00
24
Sulawesi Utara
24.92
32.33
21.51
14.19
4.15
0.88
0.46
1.46
0.11
100.00
25
Sulawesi Tengah
28.85
41.83
16.69
8.20
2.37
0.89
0.24
0.92
0.01
100.00
26
Sulawesi Selatan
40.91
30.98
14.30
9.47
1.96
0.71
0.36
1.26
0.05
100.00
27
Sulawesi Tenggara
33.14
33.23
17.70
11.01
1.97
1.05
0.39
1.49
0.03
100.00
28
Gorontalo
43.90
36.25
10.23
6.12
1.78
0.87
0.20
0.61
0.04
100.00
29
Maluku
28.08
34.72
19.84
13.91
1.84
1.31
0.27
1.01
0.02
100.00
30
Maluku Utara
34.27
32.95
20.14
9.92
1.57
0.48
0.19
0.48
0.00
100.00
31
Papua
57.75
21.92
11.24
6.20
1.64
0.37
0.31
0.57
0.01
100.00
36.82
37.16
15.24
6.96
2.24
0.57
0.29
0.72
0.02
100.00
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
-
Lampiran 2.11
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT LUAS LANTAI TEMPAT TINGGAL (M 2), TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2005
2
Luas lantai (m ) No
Provinsi
(1)
(2)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
<= 19
20-49
50-99
100-149
150+
Jumlah
<= 19
20-49
50-99
100-149
150+
Jumlah
<= 19
20-49
50-99
100-149
150+
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
4.07
37.99
38.46
11.57
7.92
100.00
5.19
59.95
29.27
3.86
1.74
100.00
4.94
55.16
31.27
5.54
3.08
2
Sumatera Utara
2.70
33.31
44.68
11.26
8.05
100.00
2.30
50.60
40.89
4.46
1.75
100.00
2.48
43.06
42.54
7.43
4.50
100.00
3
Sumatera Barat
8.21
23.89
40.54
18.75
8.61
100.00
3.10
39.97
46.22
7.92
2.80
100.00
4.62
35.20
44.53
11.13
4.52
100.00
4
Riau
1.12
38.66
42.81
10.21
7.21
100.00
2.52
48.07
43.17
4.54
1.71
100.00
2.04
44.84
43.04
6.49
3.60
100.00
5
Jambi
2.25
31.97
41.65
18.69
5.44
100.00
1.87
42.49
48.82
4.81
2.01
100.00
1.97
39.63
46.87
8.58
2.95
100.00
6
Sumatera Selatan
5.26
45.44
33.88
9.18
6.24
100.00
2.62
48.67
45.02
2.52
1.17
100.00
3.48
47.62
41.41
4.68
2.81
100.00
7
Bengkulu
7.33
39.64
35.60
10.45
6.97
100.00
3.03
51.34
38.16
3.20
4.26
100.00
4.22
48.11
37.46
5.20
5.01
100.00
8
Lampung
4.59
25.71
48.56
10.28
10.87
100.00
1.59
29.90
61.07
5.55
1.89
100.00
2.25
28.98
58.34
6.58
3.85
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
3.15
38.94
43.55
9.13
5.22
100.00
1.49
45.13
44.21
7.40
1.76
100.00
2.20
42.48
43.93
8.14
3.25
100.00
10
Kepulauan Riau
9.79
33.57
44.79
7.25
4.60
100.00
2.07
49.57
38.01
7.79
2.56
100.00
8.19
36.88
43.38
7.36
4.18
100.00
11
DKI Jakarta
19.24
34.73
25.65
10.53
9.85
100.00
100.00
19.24
34.73
25.65
10.53
9.85
100.00
12
Jawa Barat
5.73
36.14
42.55
10.07
5.52
100.00
1.92
50.52
41.62
4.56
1.37
100.00
3.81
43.39
42.08
7.29
3.42
100.00
13
Jawa Tengah
2.90
15.95
54.29
16.68
10.17
100.00
0.37
13.91
58.16
17.85
9.71
100.00
1.40
14.74
56.58
17.37
9.90
100.00
22.35
13.98
36.93
15.05
11.70
100.00
0.09
10.17
50.28
25.00
14.47
100.00
13.89
12.53
42.00
18.83
12.75
100.00
6.01
24.71
49.35
11.81
8.13
100.00
0.51
27.29
54.63
11.18
6.40
100.00
2.78
26.22
52.44
11.44
7.12
100.00
-
-
-
-
-
100.00
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
10.44
18.81
45.26
16.47
9.01
100.00
1.53
41.19
50.73
5.21
1.33
100.00
6.41
28.93
47.74
11.38
5.54
100.00
17
Bali
15.46
32.65
32.93
10.42
8.54
100.00
6.73
50.46
33.92
6.29
2.60
100.00
11.28
41.17
33.40
8.45
5.70
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
15.61
51.36
24.41
5.65
2.97
100.00
10.71
67.19
19.73
1.26
1.11
100.00
12.48
61.49
21.42
2.84
1.78
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
9.40
50.49
30.45
7.12
2.59
100.00
5.79
69.75
22.03
1.89
0.55
100.00
6.36
66.72
23.35
2.71
0.87
100.00
20
Kalimantan Barat
2.88
31.71
51.14
7.96
6.31
100.00
1.95
53.70
40.15
3.40
0.80
100.00
2.19
48.12
42.94
4.55
2.20
100.00
21
Kalimantan Tengah
6.50
39.45
39.13
8.98
5.95
100.00
1.50
50.00
45.52
2.41
0.58
100.00
2.95
46.94
43.66
4.32
2.14
100.00
22
Kalimantan Selatan
7.94
42.51
33.97
9.47
6.11
100.00
4.28
44.68
43.44
5.96
1.64
100.00
5.58
43.91
40.07
7.21
3.23
100.00
23
Kalimantan Timur
5.43
38.95
35.76
11.22
8.65
100.00
1.63
44.94
46.26
5.32
1.84
100.00
3.62
41.80
40.76
8.41
5.41
100.00
24
Sulawesi Utara
3.40
43.44
35.71
9.91
7.53
100.00
2.58
61.09
30.08
4.51
1.74
100.00
2.91
53.97
32.35
6.69
4.07
100.00
25
Sulawesi Tengah
4.89
32.79
37.27
15.09
9.96
100.00
2.43
53.06
36.62
5.75
2.14
100.00
2.92
49.03
36.75
7.60
3.69
100.00
26
Sulawesi Selatan *
7.89
27.91
41.25
12.88
10.07
100.00
1.58
33.78
53.25
8.66
2.73
100.00
3.42
32.06
49.74
9.89
4.88
100.00
27
Sulawesi Tenggara
8.43
34.17
37.64
13.09
6.68
100.00
1.88
41.80
45.51
8.09
2.71
100.00
3.33
40.12
43.78
9.19
3.58
100.00
28
Gorontalo
6.34
51.75
29.15
7.26
5.50
100.00
7.06
66.36
21.60
2.86
2.12
100.00
6.86
62.32
23.69
4.08
3.05
100.00
29
Maluku
5.78
44.04
34.78
5.26
10.14
100.00
1.57
55.62
38.63
2.91
1.26
100.00
2.84
52.15
37.48
3.62
3.92
100.00
30
Maluku Utara
31
Papua *
Indonesia
4.73
19.12
57.90
14.43
3.82
100.00
0.21
27.23
66.44
4.87
1.26
100.00
1.48
24.94
64.03
7.56
1.98
100.00
13.67
53.24
24.31
4.89
3.89
100.00
33.01
55.24
9.95
1.35
0.44
100.00
27.55
54.68
14.00
2.35
1.42
100.00
7.62
29.96
42.64
11.92
7.86
100.00
2.25
38.65
47.05
8.16
3.89
100.00
4.58
34.88
45.14
9.79
5.61
100.00
Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat, 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.12
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2005 Perkotaan+Perdesaan Sumber Air Minum Terlindung
Sumber Air Minum Tak Terlindung Jumlah
No
Provinsi
Air Kemasan
Ledeng
Pompa
Mata Air Terlindung
Sumur Terlindung
Air Hujan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Sumber Air Minum
Jumlah Sumur Tak Terlindung
Mata Air Tak Terlindung
Air Sungai
Lainnya
(10)
(11)
(12)
(13)
Sumber Air Minum
Terlindung (1)
(2)
(9)
Tak Terlindung (14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
3.11
11.54
3.23
3.02
42.32
2.27
65.49
25.49
2.95
4.81
1.25
2
Sumatera Utara
1.92
23.48
9.80
6.65
33.21
2.13
77.19
12.19
5.86
3.80
0.95
22.80
3
Sumatera Barat
1.44
21.15
3.79
10.41
37.25
1.71
75.75
12.59
7.57
3.76
0.33
24.25
4
Riau
4.30
3.79
3.28
1.78
33.43
30.07
76.65
19.19
0.96
2.66
0.54
23.35
5
Jambi
1.42
16.40
1.84
1.77
35.29
13.22
69.94
18.89
1.72
9.30
0.15
30.06
6
Sumatera Selatan
2.36
17.29
1.30
1.91
42.50
5.57
70.93
15.12
1.01
12.64
0.30
29.07
7
Bengkulu
1.58
14.23
1.64
3.93
35.21
0.33
56.92
36.47
4.20
2.27
0.14
43.08
8
Lampung
1.76
5.69
3.04
2.98
54.59
1.92
69.98
24.71
3.09
1.73
0.50
30.03
9
Kepulauan Bangka Belitung
3.43
3.74
7.36
0.85
55.56
0.71
71.65
25.03
1.13
2.05
0.14
28.35
10
Kepulauan Riau
4.72
39.36
0.83
3.77
32.95
1.99
83.62
10.81
1.92
0.48
3.18
16.39
11
DKI Jakarta
17.97
46.90
28.15
0.13
5.13
0.17
98.45
0.49
0.02
0.00
1.04
1.55
12
Jawa Barat
3.84
12.91
22.95
8.75
36.79
0.20
85.44
8.46
5.04
0.76
0.29
14.55
13
Jawa Tengah
1.97
14.86
11.29
12.20
46.20
0.70
87.22
7.66
4.05
0.79
0.28
12.78
14
DI Yogyakarta
7.42
8.82
10.46
3.28
56.23
4.41
90.62
7.12
2.09
0.13
0.02
9.36
15
Jawa Timur
4.80
16.82
16.15
11.30
39.86
0.43
89.36
6.34
3.37
0.36
0.58
10.65
16
Banten
13.58
17
Bali
18
34.50
7.79
13.78
31.36
5.22
27.18
1.09
86.42
8.62
2.42
2.40
0.14
11.12
40.19
3.93
13.15
19.91
4.03
92.33
2.16
3.17
2.11
0.22
7.66
Nusa Tenggara Barat
2.41
14.68
7.22
14.93
43.28
-
82.52
14.30
1.62
0.77
0.79
17.48
19
Nusa Tenggara Timur
0.77
19.53
0.45
21.57
18.28
2.91
63.51
8.59
20.36
6.83
0.72
36.50
20
Kalimantan Barat
2.66
8.94
0.90
2.74
7.21
39.08
61.53
8.06
3.22
27.06
0.12
38.46
21
Kalimantan Tengah
0.98
17.63
9.43
2.68
18.31
4.83
53.86
7.28
0.53
37.94
0.40
46.15
22
Kalimantan Selatan
2.23
33.62
9.83
1.35
16.20
1.69
64.92
14.43
0.89
19.56
0.19
35.07
23
Kalimantan Timur
5.26
43.11
3.44
2.07
13.13
8.84
75.85
8.25
1.25
13.59
1.07
24.16
24
Sulawesi Utara
1.20
23.59
4.21
14.42
39.94
0.72
84.08
12.10
3.21
0.17
0.44
15.92
25
Sulawesi Tengah
1.47
22.40
13.10
14.61
23.76
1.04
76.38
12.08
3.45
7.74
0.36
23.63
26
Sulawesi Selatan *
1.55
24.19
8.70
9.03
33.82
0.77
78.06
13.90
5.25
2.49
0.30
21.94
27
Sulawesi Tenggara
0.81
27.79
1.88
11.24
32.32
2.55
76.59
17.91
2.33
2.94
0.22
23.40
28
Gorontalo
0.82
15.94
1.43
2.59
53.38
-
74.16
17.96
2.03
5.26
0.59
25.84
29
Maluku
0.59
25.77
1.75
18.33
36.55
1.04
84.03
9.87
3.90
1.93
0.28
15.98
30
Maluku Utara
0.94
22.02
1.00
3.83
40.79
5.65
74.23
20.30
2.24
3.23
-
25.77
31
Papua *
4.58
16.77
2.62
10.87
8.69
14.41
57.94
8.67
19.81
12.99
0.60
42.07
4.06
17.99
13.73
8.56
35.63
2.70
82.67
9.75
3.96
3.21
0.45
17.37
Indonesia Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.12.a
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2005 Perkotaan Sumber Air Minum Terlindung
Sumber Air Minum Tak Terlindung Jumlah
No
Provinsi
Air Kemasan
Ledeng
Pompa
Mata Air Terlindung
Sumur Terlindung
Air Hujan
(6)
(7)
(8)
Sumber Air Minum
Jumlah Sumur Tak Terlindung
Mata Air Tak Terlindung
Air Sungai
(10)
(11)
(12)
Sumber
Lainnya
Air Minum
Terlindung (1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
2
(3)
(4)
(5)
(9)
Tak Terlindung (13)
(14)
10.32
32.78
7.10
1.13
37.31
2.00
90.64
6.66
0.75
0.53
1.43
9.37
Sumatera Utara
3.35
43.40
10.42
2.33
33.38
0.06
92.94
5.12
0.96
0.52
0.46
7.06
3
Sumatera Barat
3.45
41.52
7.34
4.82
35.66
0.71
93.50
4.98
1.15
0.16
0.19
6.48
4
Riau
8.95
6.80
8.49
2.63
38.49
22.83
88.19
10.36
0.56
0.40
0.50
11.82
5
Jambi
3.46
33.10
2.50
0.90
32.19
15.00
87.15
11.20
0.47
1.18
-
12.85
6
Sumatera Selatan
4.49
46.52
1.44
0.22
35.43
0.66
88.76
6.03
0.08
4.84
0.29
11.24
7
Bengkulu
2.66
29.27
3.81
0.15
50.07
0.20
86.16
13.50
0.35
-
-
13.85
8
Lampung
5.31
19.87
9.26
2.13
50.98
0.04
87.59
11.01
1.07
0.06
0.27
12.41
9
Kepulauan Bangka Belitung
6.62
7.00
12.33
0.16
55.35
1.45
82.91
16.43
0.04
0.31
0.34
17.12
10
Kepulauan Riau
5.41
47.57
0.89
1.92
31.17
1.80
88.76
6.28
0.96
0.30
3.70
11.24
11
DKI Jakarta
17.97
46.90
28.15
0.13
5.13
0.17
98.45
0.49
0.02
0.00
1.04
1.55
12
Jawa Barat
6.26
18.97
29.12
4.60
34.22
0.03
93.20
5.58
0.77
0.21
0.23
6.79
13
Jawa Tengah
3.42
26.64
14.03
3.15
46.84
0.03
94.11
4.88
0.54
0.09
0.38
5.89
14
DI Yogyakarta
11.37
7.70
14.16
0.12
59.69
-
93.04
6.72
0.17
0.03
0.04
6.96
15
Jawa Timur
9.13
31.17
19.06
3.28
32.85
0.29
95.78
2.87
0.77
0.26
0.32
4.22
16
Banten
12.99
21.83
42.49
1.82
17.71
0.09
96.93
2.06
0.06
0.72
0.23
3.07
17
Bali
19.96
44.62
5.67
4.47
21.40
0.06
96.18
1.62
1.16
0.92
0.13
3.83
18
Nusa Tenggara Barat
3.85
25.87
7.86
8.64
39.90
-
86.12
9.37
2.68
0.03
1.79
13.87
19
Nusa Tenggara Timur
2.32
57.40
0.57
1.33
26.10
0.07
87.79
5.76
2.79
1.71
1.95
12.21
20
Kalimantan Barat
7.65
19.25
0.31
1.12
8.78
56.51
93.62
3.33
0.44
2.57
0.03
6.37
21
Kalimantan Tengah
2.42
42.84
22.18
4.10
16.17
0.58
88.29
2.73
-
7.70
1.27
11.70
22
Kalimantan Selatan
4.16
66.89
2.11
1.33
15.67
0.07
90.23
4.92
0.11
4.53
0.14
9.70
23
Kalimantan Timur
8.90
67.81
3.39
1.01
5.52
4.90
91.53
2.19
0.44
4.81
1.04
8.48
24
Sulawesi Utara
1.85
33.11
8.62
3.19
41.82
-
88.59
8.52
1.83
0.16
0.91
11.42
25
Sulawesi Tengah
3.84
45.93
30.32
7.31
7.31
-
94.71
1.21
2.23
0.96
0.89
5.29
26
Sulawesi Selatan *
3.55
60.28
7.87
1.33
21.09
0.01
94.13
4.26
0.33
1.24
0.05
5.88
27
Sulawesi Tenggara
2.21
60.85
2.84
2.49
24.92
-
93.31
3.45
0.69
2.49
0.08
6.71
28
Gorontalo
1.27
35.13
3.33
0.24
45.09
-
85.06
11.04
-
3.80
0.10
14.94
29
Maluku
0.89
49.71
2.70
13.72
24.25
-
91.27
6.50
0.75
0.63
0.84
8.72
30
Maluku Utara
2.04
60.97
1.81
-
21.09
8.70
94.61
4.75
0.60
0.04
-
5.39
31
Papua *
13.60
45.12
5.06
5.83
12.69
14.36
96.66
1.72
0.55
0.05
1.03
3.35
7.78
31.2
19.19
2.96
31.28
1.38
93.79
4.50
0.64
0.61
0.45
6.20
Indonesia Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.12.b
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2005 Perdesaan Sumber Air Minum Terlindung
Sumber Air Minum Tak Terlindung Jumlah
No
Provinsi
Air Kemasan
Ledeng
Pompa
Mata Air Terlindung
Sumur Terlindung
Air Hujan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Jumlah
Sumber Air Minum
Sumur Tak Terlindung
Mata Air Tak Terlindung
Air Sungai
Lainnya
(10)
(11)
(12)
(13)
Sumber Air Minum
Terlindung (1)
(2)
(9)
Tak Terlindung (14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
1.10
5.63
2.15
3.55
43.72
2.34
58.49
30.74
3.57
6.00
1.20
41.51
2
Sumatera Utara
0.82
8.06
9.32
10.00
33.09
3.73
65.02
17.66
9.65
6.35
1.33
34.99
3
Sumatera Barat
0.58
12.55
2.29
12.77
37.92
2.14
68.25
15.80
10.28
5.28
0.39
31.75
4
Riau
1.87
2.22
0.56
1.34
30.79
33.84
70.62
23.80
1.16
3.84
0.57
29.37
5
Jambi
0.66
10.16
1.59
2.09
36.45
12.56
63.51
21.75
2.19
12.34
0.21
36.49
6
Sumatera Selatan
1.34
3.29
1.23
2.72
45.88
7.92
62.38
19.48
1.46
16.38
0.30
37.62
7
Bengkulu
1.17
8.50
0.81
5.37
29.55
0.38
45.78
45.23
5.67
3.13
0.20
54.23
8
Lampung
0.76
1.72
1.30
3.22
55.60
2.45
65.05
28.54
3.65
2.19
0.56
34.94
9
Kepulauan Bangka Belitung
1.04
1.29
3.63
1.37
55.72
0.15
63.20
31.48
1.96
3.35
-
36.79
10
Kepulauan Riau
2.09
7.96
0.58
10.85
39.74
2.71
63.93
28.14
5.60
1.17
1.16
36.07
11
DKI Jakarta
-
-
12
Jawa Barat
1.47
6.95
13
Jawa Tengah
0.98
14
DI Yogyakarta
0.98
15
Jawa Timur
1.74
16
Banten
17
Bali
18
-
-
-
-
-
-
-
-
9.23
1.31
0.35
22.18
6.47
1.27
0.22
17.54
5.21
0.31
-
13.30
5.20
0.42
0.77
15.18
16.57
5.28
4.44
0.04
26.33
2.75
5.38
3.41
0.32
11.86
80.49
17.08
1.02
1.18
0.23
19.51
58.99
9.11
23.62
7.79
0.49
41.01
33.15
50.62
9.67
4.16
35.38
0.15
49.36
6.57
39.79
9.13
0.74
50.30
0.04
60.21
16.50
2.58
50.93
19.68
1.32
27.86
0.21
49.07
3.23
21.50
13.19
58.59
14.92
2.14
23.25
1.09
41.40
22.01
38.68
1.21
81.05
14.51
4.14
0.18
0.12
18.95
16.42
27.84
1.30
71.82
14.78
3.75
9.42
0.22
28.17
9.04
12.20
39.07
1.08
71.44
17.87
7.28
3.01
0.40
28.56
1.60
13.71
34.42
3.27
71.88
22.00
2.79
3.07
0.26
28.12
39.33
6.75
9.40
18.42
45.76
1.16
82.47
9.58
10.66
4.42
8.45
50.60
11.60
86.71
7.78
6.70
14.10
16.96
44.81
0.52
84.83
8.79
1.50
4.03
17.89
9.33
38.64
2.30
73.69
1.48
35.36
2.04
22.62
18.28
8.37
88.15
Nusa Tenggara Barat
1.60
8.38
6.86
18.47
45.18
-
19
Nusa Tenggara Timur
0.48
12.50
0.43
25.33
16.82
3.43
20
Kalimantan Barat
0.96
5.43
1.10
3.30
6.68
21
Kalimantan Tengah
0.40
7.32
4.21
2.11
19.18
22
Kalimantan Selatan
1.17
15.27
14.05
1.36
23
Kalimantan Timur
1.24
15.94
3.49
24
Sulawesi Utara
0.76
17.16
1.23
25
Sulawesi Tengah
0.88
16.56
8.82
26
Sulawesi Selatan *
0.73
9.32
27
Sulawesi Tenggara
0.42
18.46
28
Gorontalo
0.64
8.59
0.70
3.49
56.55
-
69.97
20.61
2.81
5.83
0.78
30.03
29
Maluku
0.46
15.50
1.34
20.30
41.83
1.48
80.91
11.31
5.25
2.48
0.04
19.08
30
Maluku Utara
0.51
6.71
0.68
5.34
48.53
4.45
66.22
26.40
2.89
4.48
-
33.77
31
Papua *
1.03
5.63
1.66
12.86
7.11
14.43
42.72
11.40
27.37
18.07
0.44
57.28
1.21
7.89
9.55
12.77
38.96
3.70
74.08
13.77
6.50
5.21
0.44
25.92
Indonesia
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
77.82
11.29
-
12.84
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
0.36
-
16.87
Lampiran 2.13
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM DARI POMPA/SUMUR/MATA AIR MENURUT TIPE DAERAH, JARAK KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA TERDEKAT DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan Tidak Tahu
Perdesaan Tidak Tahu
No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
45.20
32.37
22.44
100
26.27
34.47
39.26
2
Sumatera Utara
45.07
44.18
10.76
100
31.65
44.13
3
Sumatera Barat
50.53
35.57
13.90
100
25.66
46.46
4
Riau
55.48
38.72
5.80
100
43.17
5
Jambi
30.32
58.32
11.36
100
6
Sumatera Selatan
48.65
41.46
9.90
7
Bengkulu
52.94
41.72
5.34
8
Lampung
41.53
48.05
<= 10 m
> 10 m
(3)
(4)
Jumlah
<= 10 m
> 10 m
(6)
(7)
(8)
Perkotaan + Perdesaan > 10 m Tidak Tahu Jumlah
Jumlah
<= 10 m
(10)
(11)
(12)
(13)
100
29.11
34.16
36.74
100
24.22
100
36.16
44.15
19.69
100
27.88
100
31.22
44.03
24.75
100
40.78
16.05
100
47.53
40.05
12.42
100
29.55
51.84
18.61
100
29.72
53.24
17.04
100
100
24.67
54.43
20.90
100
30.10
51.49
18.41
100
100
30.40
42.36
27.24
100
35.59
42.21
22.20
100
10.42
100
27.19
61.31
11.50
100
29.83
58.87
11.30
100
(5)
(9)
(14)
9
Kepulauan Bangka Belitung
37.07
48.92
14.01
100
25.43
44.10
30.47
100
30.11
46.04
23.85
100
10
Kepulauan Riau
44.22
37.92
17.85
100
27.52
37.77
34.71
100
38.38
37.87
23.75
100
11
DKI Jakarta
48.53
31.41
20.06
100
48.53
31.41
20.06
100
12
Jawa Barat
44.31
38.48
17.21
100
35.05
36.63
28.32
100
39.21
37.46
23.33
100
13
Jawa Tengah
31.63
51.07
17.30
100
21.09
53.53
25.39
100
24.75
52.67
22.57
100
14
DI Yogyakarta
34.99
54.64
10.37
100
22.47
72.17
5.36
100
30.40
61.07
8.53
100
15
Jawa Timur
34.89
48.75
16.36
100
19.24
56.29
24.47
100
24.19
53.91
21.91
100
16
Banten
51.28
31.44
17.28
100
25.80
33.93
40.27
100
37.77
32.76
29.47
100
17
Bali
30.66
56.09
13.25
100
19.53
54.18
26.29
100
24.24
54.99
20.78
100
18
Nusa Tenggara Barat
29.44
35.58
34.98
100
20.80
36.98
42.22
100
23.42
36.56
40.03
100
19
Nusa Tenggara Timur
31.13
56.88
11.99
100
10.99
47.09
41.92
100
12.65
47.90
39.44
100
20
Kalimantan Barat
36.17
47.63
16.20
100
18.65
52.14
29.21
100
21.46
51.42
27.12
100
21
Kalimantan Tengah
48.99
41.47
9.55
100
28.38
57.04
14.58
100
35.45
51.69
12.85
100
22
Kalimantan Selatan
42.85
46.39
10.75
100
27.36
51.73
20.91
100
30.48
50.65
18.87
100
23
Kalimantan Timur
32.56
42.83
24.61
100
27.02
51.49
21.49
100
28.31
49.47
22.22
100
24
Sulawesi Utara
43.98
43.91
12.11
100
41.31
38.01
20.68
100
42.24
40.07
17.69
100
25
Sulawesi Tengah
39.12
34.68
26.20
100
22.34
42.77
34.89
100
24.75
41.61
33.64
100
26
Sulawesi Selatan *
44.36
31.52
24.12
100
20.73
42.59
36.68
100
24.13
41.00
34.87
100
27
Sulawesi Tenggara
36.88
47.00
16.12
100
17.22
50.97
31.82
100
19.48
50.51
30.01
100
28
Gorontalo
43.93
29.32
26.75
100
31.63
35.38
33.00
100
34.25
34.08
31.66
100
29
Maluku
31.56
43.11
25.33
100
17.51
61.66
20.83
100
20.38
57.87
21.75
100
30
Maluku Utara
51.53
33.91
14.56
100
23.74
41.49
34.77
100
26.99
40.60
32.41
100
31
Papua *
40.18
43.18
16.64
100
10.72
40.64
48.64
100
14.96
41.00
44.03
100
40.57
42.92
16.52
100
25.31
47.96
26.73
100
30.72
46.17
23.11
100
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
-
-
-
-
Lampiran 2.14
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR, TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2005
Perdesaan
Perkotaan
Perkotaan + Perdesaan
No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
68.00
14.24
8.77
8.98
100
39.85
2
Sumatera Utara
84.77
10.27
2.44
2.53
100
63.24
9.35
10.11
17.30
100
72.64
9.75
6.76
10.85
100
3
Sumatera Barat
74.67
15.45
4.21
5.67
100
38.49
16.91
17.00
27.60
100
49.22
16.47
13.21
21.10
100
4
Riau
84.51
10.96
2.28
2.25
100
76.88
8.47
3.49
11.16
100
79.50
9.33
3.08
8.10
100
5
Jambi
81.89
11.49
2.47
4.15
100
53.80
12.23
7.35
26.61
100
61.44
12.03
6.02
20.50
100
6
Sumatera Selatan
80.74
10.03
5.76
3.47
100
56.06
10.99
7.68
25.28
100
64.05
10.68
7.06
18.21
100
7
Bengkulu
80.98
14.35
1.77
2.90
100
50.94
8.61
5.99
34.46
100
59.24
10.19
4.82
25.75
100
8
Lampung
78.83
12.02
3.29
5.87
100
74.55
10.34
2.74
12.37
100
75.48
10.71
2.86
10.95
100
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
Jumlah
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
Jumlah
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak Ada
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
13.23
17.19
29.73
100
45.98
13.45
15.36
Jumlah (17)
25.21
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
73.88
12.12
2.94
11.06
100
47.68
5.82
4.18
42.32
100
58.91
8.52
3.65
28.92
100
10
Kepulauan Riau
81.11
16.02
1.82
1.04
100
69.53
7.49
4.36
18.62
100
78.71
14.26
2.35
4.69
100
11
DKI Jakarta
73.28
19.94
6.04
0.74
100
73.28
19.94
6.04
0.74
100
12
Jawa Barat
72.30
15.84
6.52
5.34
100
48.49
15.93
15.56
20.02
100
60.30
15.88
11.08
12.74
100
13
Jawa Tengah
67.04
13.90
4.32
14.74
100
54.70
11.28
5.89
28.12
100
59.73
12.35
5.25
22.67
100
14
DI Yogyakarta
59.10
30.64
3.31
6.95
100
80.60
12.01
0.86
6.53
100
67.27
23.56
2.38
6.79
100
15
Jawa Timur
66.50
15.65
3.51
14.34
100
49.22
12.78
3.22
34.79
100
56.36
13.97
3.34
26.33
100
16
Banten
74.78
15.79
2.95
6.48
100
34.29
8.63
9.59
47.49
100
56.46
12.55
5.95
25.03
100
17
Bali
64.43
28.00
1.20
6.37
100
49.57
15.45
0.89
34.10
100
57.32
22.00
1.05
19.63
100
18
Nusa Tenggara Barat
45.58
14.73
4.58
35.11
100
28.33
10.46
6.08
55.13
100
34.54
11.99
5.54
47.92
100
19
Nusa Tenggara Timur
73.20
21.39
2.16
3.25
100
61.11
8.01
2.74
28.14
100
63.00
10.10
2.65
24.24
100
20
Kalimantan Barat
87.25
7.18
1.52
4.05
100
46.27
6.96
4.09
42.68
100
56.67
7.02
3.44
32.88
100
21
Kalimantan Tengah
74.65
12.18
5.07
8.09
100
43.50
12.73
6.23
37.54
100
52.54
12.57
5.90
28.99
100
22
Kalimantan Selatan
73.11
15.31
7.78
3.81
100
49.81
12.95
8.63
28.60
100
58.09
13.79
8.33
19.79
100
23
Kalimantan Timur
81.40
10.40
3.69
4.51
100
67.84
8.46
7.80
15.91
100
74.94
9.48
5.64
9.94
100
24
Sulawesi Utara
75.67
19.32
1.25
3.75
100
61.95
13.92
3.63
20.50
100
67.49
16.10
2.67
13.74
100
25
Sulawesi Tengah
70.26
12.12
6.61
11.01
100
42.45
6.37
6.60
44.58
100
47.98
7.51
6.60
37.91
100
26
Sulawesi Selatan *
68.93
19.30
3.72
8.04
100
49.39
7.70
2.07
40.84
100
55.10
11.09
2.55
31.26
100
27
Sulawesi Tenggara
74.33
15.78
4.34
5.55
100
54.05
7.57
2.76
35.62
100
58.52
9.38
3.11
28.99
100
28
Gorontalo
49.85
21.24
11.77
17.14
100
21.27
12.36
9.25
57.12
100
29.18
14.82
9.95
46.05
100
29
Maluku
64.26
14.60
12.30
8.84
100
40.03
11.49
19.64
28.84
100
47.30
12.42
17.44
22.84
100
30
Maluku Utara
74.41
13.75
10.18
1.65
100
32.50
11.38
23.74
32.38
100
44.32
12.05
19.91
23.71
100
31
Papua *
73.89
19.84
5.44
0.83
100
32.61
14.94
5.59
46.86
100
44.26
16.32
5.55
33.88
100
71.41
15.86
4.57
8.16
100
51.78
11.88
7.41
28.93
100
60.28
13.60
6.18
19.93
100
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
-
-
-
-
-
Lampiran 2.15
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2005 Keluhan Kesehatan No
Provinsi
(1)
(2)
Panas
Batuk
(3)
Pilek
(4)
(5)
Asma/ Napas Sesak
Diare/ Buangbuang Air
Sakit Kepala Berulang
Sakit Gigi
(6)
(7)
(8)
(9)
Keluhan Lainnya
(10)
% Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
51.93
54.08
51.19
7.80
12.28
25.06
13.18
23.26
43.72
2
Sumatera Utara
39.58
44.91
40.97
4.38
7.05
15.79
5.93
22.38
19.78
3
Sumatera Barat
36.82
42.55
42.75
6.84
7.28
21.50
8.99
27.52
28.40
4
Riau
39.30
51.02
50.85
6.41
7.86
21.68
12.70
15.70
25.05
5
Jambi
35.67
49.50
46.66
6.17
7.78
21.02
12.81
25.69
25.50
6
Sumatera Selatan
27.71
41.40
45.99
5.93
5.27
19.38
9.19
27.93
24.21
7
Bengkulu
36.20
48.49
50.80
5.15
6.23
21.55
9.55
24.49
30.32
8
Lampung
27.25
44.94
46.56
3.89
4.08
21.16
6.43
27.46
30.93
9
Kepulauan Bangka Belitung
31.98
44.62
45.99
8.92
5.97
21.87
8.87
26.32
31.21
10
Kepulauan Riau
37.45
54.62
48.94
5.79
8.29
16.82
8.10
16.13
25.21
11
DKI Jakarta
31.87
53.25
51.36
3.54
7.60
19.90
5.37
18.93
25.29
12
Jawa Barat
31.17
41.92
42.70
6.23
5.60
14.59
5.88
31.64
24.36
13
Jawa Tengah
28.36
47.70
48.99
4.38
4.89
18.55
5.48
31.65
27.06
14
DI Yogyakarta
23.68
45.58
43.90
5.17
3.25
18.77
5.75
29.03
32.73
15
Jawa Timur
31.75
47.97
45.31
5.45
5.32
18.13
6.93
28.14
29.11
16
Banten
27.94
42.47
44.89
5.28
5.35
14.41
3.81
24.06
19.45
17
Bali
44.49
45.45
44.58
6.67
5.31
21.10
7.77
27.88
33.01
18
Nusa Tenggara Barat
45.51
46.44
47.79
6.69
7.33
23.73
7.76
29.15
32.47
19
Nusa Tenggara Timur
50.54
62.41
57.83
7.51
9.00
25.01
8.73
24.84
34.91
20
Kalimantan Barat
34.48
45.28
43.51
7.77
7.44
22.88
8.38
26.29
27.29
21
Kalimantan Tengah
38.25
48.19
48.99
6.35
7.65
22.11
11.12
16.69
23.41
22
Kalimantan Selatan
36.67
42.55
39.33
5.65
6.51
22.67
8.31
26.93
31.82
23
Kalimantan Timur
35.31
44.40
45.92
5.70
6.58
19.38
8.98
24.01
29.10
24
Sulawesi Utara
40.65
52.50
48.62
3.79
5.10
18.67
8.58
24.88
29.46
25
Sulawesi Tengah
45.13
48.39
41.70
6.64
7.70
24.67
11.99
24.50
32.16
26
Sulawesi Selatan *
35.93
36.65
34.17
6.63
5.72
19.43
7.15
25.95
24.65
27
Sulawesi Tenggara
35.81
36.25
31.81
5.61
4.17
18.20
8.85
27.45
25.97
28
Gorontalo
66.61
50.43
36.41
5.16
7.49
24.22
10.01
19.07
39.14
29
Maluku
38.98
48.66
41.33
7.03
6.88
16.98
15.10
21.98
24.15
30
Maluku Utara
47.00
48.65
33.54
5.77
7.61
16.96
8.90
21.61
28.88
31
Papua *
32.72
51.51
54.56
4.76
5.31
16.83
8.07
24.24
29.21
33.38
46.14
45.35
5.52
5.83
18.59
7.01
27.52
26.68
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.16 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN DAN MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENS MENURUT TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
% Penduduk yang Berobat Jalan Selama Sebulan yang Lalu
Provinsi Perkotaan
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
(2)
Perdesaan
(3)
(4)
% Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan yang Lalu
Perkotaan+ Perdesaan
Perkotaan
(5)
(6)
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(7)
(8)
Nanggroe Aceh Darussalam ** Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan * Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua *
42.43 36.88 35.71 32.48 40.98 27.01 33.68 35.65 37.09 32.92 37.20 39.86 37.72 35.79 37.29 29.08 48.21 40.92 44.38 35.94 23.21 30.52 39.98 32.36 39.25 29.88 27.88 42.46 32.92 30.87 36.80
41.89 25.78 35.16 17.77 25.89 26.29 26.60 25.97 28.29 32.73 36.39 37.39 41.53 34.54 30.74 44.89 37.03 44.38 26.05 24.64 23.11 26.92 35.41 32.05 22.81 24.42 31.08 20.36 29.49 23.18
42.00 30.33 35.30 22.53 29.28 26.56 28.53 28.25 31.39 32.88 37.20 38.07 37.53 38.04 35.69 29.75 46.51 38.52 44.38 28.75 24.23 26.11 33.54 34.43 33.54 24.95 25.04 34.61 24.37 29.82 25.72
68.11 65.69 67.21 71.65 68.34 69.95 63.99 68.51 74.58 69.53 70.78 70.77 70.77 67.06 69.83 61.67 61.37 74.23 61.56 74.12 74.01 79.41 64.87 70.56 80.28 69.90 67.62 74.39 77.82 74.23 63.29
69.16 68.14 67.45 68.71 75.50 70.85 68.86 76.70 77.59 70.94 74.59 67.61 59.41 71.50 68.91 64.44 68.03 54.68 73.21 76.94 75.96 69.80 66.44 74.29 68.64 69.76 79.45 77.53 77.34 43.42
68.93 67.14 67.39 69.66 73.89 70.51 67.53 74.77 76.53 69.81 70.78 72.75 68.94 64.06 70.80 64.59 62.94 70.40 55.71 73.46 76.10 77.35 67.30 67.76 75.53 69.02 69.37 77.88 77.62 76.59 47.12
Indonesia
36.94
32.60
34.43
69.66
70.04
69.88
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005 Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.17
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2005
Tempat/Cara Berobat No
Provinsi
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Total RS
Praktek Dokter
Puskesmas/ Pustu
Petugas Kesehatan
Praktek Batra
Dukun Bersalin
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
12.54
2.56
15.10
16.41
45.89
15.72
2.74
0.69
3.45 4.40
Lainnya
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
2
Sumatera Utara
8.74
10.83
19.57
25.50
22.27
23.34
4.14
0.80
3
Sumatera Barat
12.19
2.55
14.74
15.05
37.48
22.83
4.93
0.59
4.38
4
Riau
16.21
7.96
24.17
23.92
41.99
6.06
0.51
0.45
2.90
5
Jambi
10.94
2.47
13.41
21.51
45.85
11.97
2.09
1.83
3.34
6
Sumatera Selatan
9.91
4.05
13.96
22.74
43.71
12.43
1.20
2.01
3.94
7
Bengkulu
7.08
0.94
8.02
21.32
41.34
19.98
4.88
0.83
3.62
8
Lampung
5.31
3.47
8.78
21.39
37.38
27.43
1.96
0.96
2.10
9
Kepulauan Bangka Belitung
7.16
8.47
15.63
21.66
42.32
13.81
2.70
0.88
3.01
10
Kepulauan Riau
16.36
7.53
23.89
19.84
40.51
8.59
0.52
0.58
6.07
11
DKI Jakarta
10.16
7.99
18.15
41.03
33.96
2.31
1.08
0.55
2.92
12
Jawa Barat
8.59
4.21
12.80
30.76
32.81
18.15
1.44
0.95
3.10
13
Jawa Tengah
5.74
3.05
8.79
28.70
31.92
25.58
1.84
0.59
2.58
14
DI Yogyakarta
7.34
7.58
14.92
33.33
33.57
14.49
1.65
0.17
1.88
15
Jawa Timur
6.32
3.43
9.75
26.03
27.97
30.53
2.10
0.48
3.15
16
Banten
8.25
7.78
16.03
35.52
28.36
16.34
1.03
0.23
2.50
17
Bali
7.54
3.25
10.79
37.67
27.51
18.01
2.64
0.50
2.88
18
Nusa Tenggara Barat
4.76
0.98
5.74
25.86
45.68
17.63
0.99
0.84
3.26
19
Nusa Tenggara Timur
8.63
2.12
10.75
9.21
66.60
7.86
0.51
0.38
4.69
20
Kalimantan Barat
8.74
2.76
11.50
19.62
40.98
19.25
2.74
1.04
4.87
21
Kalimantan Tengah
6.67
1.06
7.73
17.15
52.70
19.43
0.95
0.51
1.54
22
Kalimantan Selatan
6.00
1.22
7.22
21.27
40.83
22.02
2.78
1.07
4.82
23
Kalimantan Timur
9.82
5.98
15.80
28.89
43.30
7.51
1.07
0.61
2.81
24
Sulawesi Utara
7.88
6.00
13.88
31.70
31.94
19.29
0.63
0.58
1.97
25
Sulawesi Tengah
9.92
0.99
10.91
18.96
48.93
15.24
2.01
0.74
3.21
26
Sulawesi Selatan *
14.58
3.24
17.82
17.62
48.12
11.23
1.60
0.65
2.97
27
Sulawesi Tenggara
15.58
2.54
18.12
12.65
52.69
9.07
1.60
1.69
4.18
28
Gorontalo
5.86
0.85
6.71
30.13
43.51
14.30
2.01
1.16
2.17
29
Maluku
13.11
3.36
16.47
12.61
56.83
10.10
0.18
0.62
3.18
30
Maluku Utara
11.22
2.75
13.97
15.57
46.39
16.04
1.34
0.48
6.20
31
Papua *
17.88
8.45
26.33
12.17
52.42
3.11
0.81
0.50
4.66
8.04
4.12
12.16
26.59
35.16
20.34
1.86
0.71
3.19
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.18
PROPORSI PENDUDUK YANG MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENSI MENURUT JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN, TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2005
Tipe Daerah No
Provinsi
(1)
(2)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Modern
Tradisional
Lainnya
Modern
Tradisional
Lainnya
Modern
Tradisional
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
81.99
32.81
14.06
74.06
48.65
15.99
75.72
45.34
15.59
2
Sumatera Utara
84.42
27.07
11.03
72.28
46.68
13.97
77.15
38.82
12.79
3
Sumatera Barat
80.87
35.71
10.88
73.25
51.07
12.40
75.12
47.30
12.03
4
Riau
83.58
29.09
17.71
67.00
49.22
17.14
72.52
42.53
17.33
5
Jambi
82.04
32.37
7.62
80.45
40.84
10.04
80.78
39.07
9.53
6
Sumatera Selatan
82.42
25.53
13.84
75.06
44.76
14.54
77.80
37.61
14.28
7
Bengkulu
86.34
33.49
8.48
74.11
45.44
11.46
77.27
42.34
10.68
8
Lampung
85.02
25.64
13.09
80.88
32.41
9.54
81.78
30.95
10.31
9
Kepulauan Bangka Belitung
89.25
17.27
6.02
88.50
34.78
12.14
88.75
28.76
10.04
10
Kepulauan Riau
84.57
32.45
8.93
10.20
11
DKI Jakarta
81.32
32.12
8.47
12
Jawa Barat
86.41
25.68
10.42
82.76
34.07
13
Jawa Tengah
89.03
32.79
7.19
87.61
14
DI Yogyakarta
86.04
23.66
4.37
81.28
15
Jawa Timur
83.86
37.26
9.78
16
Banten
88.72
17.69
17
Bali
82.32
44.55
18
Nusa Tenggara Barat
80.72
19
Nusa Tenggara Timur
87.21
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
82.69
37.21
81.32
32.12
8.47
10.18
84.48
30.12
10.29
30.65
9.54
88.23
31.58
8.52
27.30
8.66
84.30
24.99
5.93
82.13
43.58
12.83
82.84
40.98
11.58
6.38
85.60
31.71
11.91
87.38
23.74
8.76
9.79
74.04
58.48
11.97
77.99
51.84
10.93
30.87
12.28
77.53
45.10
9.76
78.82
39.36
10.78
20.33
6.79
69.56
51.87
17.13
72.48
46.65
15.42
80.35
26.25
15.98
76.28
42.29
16.61
77.40
37.88
16.44
91.30
36.86
15.86
80.83
34.57
9.74
83.76
35.21
11.45
Kalimantan Selatan
91.73
18.91
7.45
87.21
28.38
14.48
89.09
24.44
11.56
23
Kalimantan Timur
89.26
19.23
6.05
87.30
29.07
10.16
88.26
24.26
8.15
24
Sulawesi Utara
83.67
19.60
12.68
85.29
24.85
10.84
84.75
23.10
11.45
25
Sulawesi Tengah
93.67
29.93
6.79
82.11
41.71
13.16
84.66
39.11
11.75
26
Sulawesi Selatan *
87.69
30.47
7.25
76.29
47.37
9.15
79.79
42.17
8.56
27
Sulawesi Tenggara
84.07
22.81
6.87
76.25
42.68
10.44
77.62
39.19
9.82
28
Gorontalo
86.85
25.99
6.71
78.64
40.77
13.41
81.07
36.40
11.43
29
Maluku
86.25
30.00
6.59
73.72
48.92
7.10
77.73
42.86
6.93
30
Maluku Utara
89.79
31.14
3.79
72.09
50.31
11.47
76.24
45.81
9.67
31
Papua *
90.90
19.89
4.19
45.02
68.12
12.93
56.49
56.06
10.75
85.58
29.90
9.32
80.38
39.60
11.66
82.56
35.52
10.67
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
75.08 -
56.39 -
15.31 -
Lampiran 2.19
PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan+Perdesaan No.
Provinsi
(1)
(2)
Lama Disusui (Bulan) 0
≤5
6-11
12-17
18-23
>24
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
0.62
6.24
9.33
24.05
21.21
29.98
100
2
Sumatera Utara
0.43
8.70
16.60
34.09
18.60
21.59
100
3
Sumatera Barat
0.21
4.29
7.04
21.78
25.30
41.39
100
4
Riau
0.08
5.86
8.24
16.22
20.58
49.02
100
5
Jambi
0.44
5.20
5.21
23.34
24.20
41.61
100
6
Sumatera Selatan
-
4.35
6.88
23.68
22.24
42.85
100
7
Bengkulu
-
2.70
4.19
21.54
29.53
42.04
100
8
Lampung
0.25
6.23
8.61
21.72
24.95
38.23
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
0.56
10.48
12.58
24.67
14.48
37.24
100
10
Kepulauan Riau
0.21
12.50
17.33
35.16
11.40
23.39
100
11
DKI Jakarta
0.59
12.08
13.28
27.86
13.55
32.64
100
12
Jawa Barat
0.51
5.61
5.09
15.57
23.44
49.78
100
13
Jawa Tengah
0.10
4.33
5.08
15.88
22.25
52.37
100
14
DI Yogyakarta
0.15
5.01
4.07
11.73
21.16
57.87
100
15
Jawa Timur
0.61
6.51
7.68
18.69
22.40
44.12
100
16
Banten
0.06
6.36
5.70
21.57
24.59
41.72
100
17
Bali
0.21
5.25
5.94
22.79
30.22
35.59
100
18
Nusa Tenggara Barat
0.31
1.86
4.36
21.21
23.14
49.11
100
19
Nusa Tenggara Timur
0.07
2.31
8.73
38.74
20.06
30.09
100
20
Kalimantan Barat
0.78
9.34
6.49
22.47
14.63
46.28
100
21
Kalimantan Tengah
0.15
3.93
4.67
21.94
19.71
49.60
100
22
Kalimantan Selatan
0.45
6.40
5.04
21.80
16.29
50.01
100
23
Kalimantan Timur
0.59
7.96
9.42
19.93
15.09
47.00
100
24
Sulawesi Utara
0.15
5.51
14.11
34.74
16.14
29.34
100
25
Sulawesi Tengah
0.12
4.95
9.59
28.74
13.52
43.09
100
26
Sulawesi Selatan *
0.22
4.51
12.39
32.04
18.78
32.06
100
27
Sulawesi Tenggara
0.13
3.50
9.77
29.82
20.05
36.72
100
28
Gorontalo
0.32
8.81
10.68
23.87
13.33
42.99
100
29
Maluku
-
6.91
24.30
45.55
9.12
14.12
100
30
Maluku Utara
-
4.95
11.69
40.95
18.15
24.26
100
31
Papua *
0.41
6.24
10.80
29.00
15.32
38.23
100
0.34
5.91
7.87
21.86
21.21
42.80
100
Indonesia Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005
Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.19.a
PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan No
Provinsi
(1)
(2)
Lama Disusui (Bulan) 6-11 12-17
0
≤5
(3)
(4)
(5)
(6)
18-23 (7)
>24
Jumlah
(8)
(9)
1
Nanggroe Aceh Darussalam **
0.19
7.77
7.06
23.22
24.37
37.39
100
2
Sumatera Utara
0.20
12.33
16.41
32.70
16.63
21.74
100
3
Sumatera Barat
0.21
4.32
5.86
20.75
24.90
43.96
100
4
Riau
-
6.41
9.95
12.21
18.05
53.38
100
5
Jambi
0.33
9.51
5.97
25.83
21.70
36.65
100
6
Sumatera Selatan
-
3.98
9.92
27.56
16.59
41.94
100
7
Bengkulu
-
2.84
5.42
16.68
26.69
48.37
100
8
Lampung
0.60
13.67
4.92
21.58
22.01
37.22
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
1.17
14.30
13.49
22.23
10.46
38.35
100
10
Kepulauan Riau
0.26
11.44
17.84
37.86
11.82
20.78
100
11
DKI Jakarta
0.59
12.08
13.28
27.86
13.55
32.64
100
12
Jawa Barat
0.69
7.31
5.92
16.54
22.78
46.75
100
13
Jawa Tengah
0.03
5.44
6.82
17.64
21.22
48.84
100
14
DI Yogyakarta
0.25
6.45
4.52
15.45
19.77
53.55
100
15
Jawa Timur
0.48
9.28
10.65
19.07
19.90
40.63
100
16
Banten
-
10.68
7.56
23.65
16.36
41.74
100
17
Bali
0.38
8.15
6.51
21.64
29.16
34.16
100
18
Nusa Tenggara Barat
0.37
3.59
5.36
14.78
23.65
52.25
100
19
Nusa Tenggara Timur
-
1.86
10.16
33.83
17.74
36.41
100
20
Kalimantan Barat
0.81
16.18
7.68
22.32
14.54
38.48
100
21
Kalimantan Tengah
-
6.80
7.42
22.88
12.57
50.34
100
22
Kalimantan Selatan
0.73
7.97
5.32
23.85
11.55
50.59
100
23
Kalimantan Timur
0.32
10.88
8.90
19.08
17.10
43.71
100
24
Sulawesi Utara
0.41
7.51
13.97
32.90
15.88
29.32
100
25
Sulawesi Tengah
-
10.73
13.03
26.58
11.08
38.58
100
26
Sulawesi Selatan *
-
7.72
14.42
30.19
15.93
31.74
100
27
Sulawesi Tenggara
0.13
6.26
9.31
29.98
15.21
39.12
100
28
Gorontalo
-
13.42
15.06
23.54
14.29
33.70
100
29
Maluku
-
8.00
22.28
50.70
10.11
8.91
100
30
Maluku Utara
-
5.78
11.11
38.38
16.16
28.56
100
31
Papua *
-
5.27
11.94
39.38
19.03
24.38
100
0.37
8.41
9.06
21.69
19.29
41.18
100
Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005 Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 2.19.b
PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2005 Perdesaan No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nanggroe Aceh Darussalam ** Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan * Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua * Indonesia
Lama Disusui (Bulan)
Jumlah
0
≤5
6-11
12-17
18-23
>24
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
0.74 0.59 0.21 0.13 0.49 0.14 0.19 0.31 0.14 0.70 0.13 0.28 0.08 0.77 0.21 0.28 0.88 0.15 0.31 0.14 0.43 0.56
5.84 6.15 4.28 5.54 3.34 4.54 2.63 3.89 8.22 17.58 3.82 3.54 2.70 4.42 1.60 1.68 0.91 2.38 7.10 2.74 5.38 4.92 4.30 3.51 3.17 2.85 7.26 6.58 4.71 6.62
9.92 16.73 7.53 7.25 4.88 5.34 3.61 9.77 12.04 14.88 4.23 3.84 3.36 5.44 3.64 5.24 3.80 8.49 6.10 3.53 4.86 9.97 14.20 8.74 11.55 9.87 9.21 24.91 11.86 10.36
24.27 35.06 22.21 18.54 22.27 21.73 23.84 21.76 26.11 22.18 14.55 14.63 5.79 18.41 19.26 24.21 24.78 39.58 22.52 21.55 20.47 20.81 35.85 29.28 32.81 29.79 23.98 43.97 41.66 24.98
31.21 19.98 25.47 22.03 25.28 25.10 30.88 25.88 16.85 9.40 24.13 22.98 23.38 24.28 33.67 31.51 22.86 20.45 14.66 22.67 19.36 12.99 16.30 14.12 19.97 21.20 13.01 8.82 18.71 13.88
28.02 21.48 40.31 46.50 43.75 43.30 39.04 38.55 36.58 35.95 52.96 54.87 64.77 46.75 41.71 37.35 47.37 29.02 48.85 49.30 49.64 50.43 29.35 44.21 32.19 36.16 46.11 15.72 23.06 43.59
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0.32
4.05
6.98
21.98
22.65
44.02
100
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2005 Keterangan : * Sulawesi Selatan termasuk Sulawesi Barat dan Papua termasuk Irian Jaya Barat ** NAD tidak diikutsertakan dalam perhitungan % nasional terkait dengan bencana Tsunami
Lampiran 3.1 ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA KEMATIAN BALITA, ANGKA HARAPAN HIDUP, DAN ANGKA FERTILITAS TOTAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2003
No
Provinsi
Angka Kematian Bayi (IMR) (2002-2003)
Angka Kematian Balita (2002-2003)
Angka Harapan Hidup (eo) (2002)
Angka Fertilitas Total (TFR) (2003)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Indonesia
Sumber: BPS (2003), Indonesia Demographic and Health (IDHS), 2002 - 2003 Keterangan: (-) tidak ada data
42 48 43 41 30 53 55 43 35 44 36 20 43 38 14 74 59 47 40 45 42 25 52 47 67 77 35
57 59 60 51 49 68 64 47 41 50 44 23 52 56 19 103 73 63 47 57 50 33 71 72 92 97 46
67.70 67.30 66.10 68.10 66.90 65.70 65.40 66.10 65.60 72.30 64.50 68.90 72.40 66.00 62.40 70.00 59.30 63.80 64.40 69.40 61.30 69.40 70.90 63.30 68.60 65.10 64.20 65.50 63.00 65.20 66.20
3.0 3.2 3.2 2.7 2.3 3.0 2.7 2.4 2.2 2.8 2.1 1.9 2.1 2.6 2.1 2.4 4.1 2.9 3.2 3.0 2.8 2.6 3.2 2.6 3.6 2.8 2.6
Lampiran 3.1.a INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 1999, 2002, 2005 No
Provinsi
1999
2002
(1)
(2)
(3)
(4)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat** Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat** Indonesia
Sumber: BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004
65.3 66.6 65.8 67.3 65.4 63.9 64.8 63.0 t.a.d t.a.d 72.5 64.6 64.6 68.7 61.8 t.a.d 65.7 54.2 60.4 60.6 66.7 62.2 67.8 67.1 62.8 63.6 62.9 t.a.d t.a.d 67.2 t.a.d 58.8 t.a.d 64.3
2005 (5)
66.0 68.8 67.5 69.1 67.1 66.0 66.2 65.8 65.4 t.a.d 75.6 65.8 66.3 70.8 64.1 66.6 67.5 57.8 60.3 62.9 69.1 64.3 69.9 71.3 64.4 65.3 64.1 64.1 t.a.d 66.5 65.8 60.1 t.a.d 65.8
69.0 72.0 71.2 73.6 71.0 70.2 71.1 68.8 70.7 72.2 76.1 69.9 69.8 73.5 68.4 68.8 69.8 62.4 63.6 66.2 73.2 67.4 72.9 74.2 68.5 68.1 67.5 67.5 65.7 69.2 67.0 62.1 64.8 69.6
Lampiran 3.2 PERSENTASE 10 PENYAKIT UTAMA PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005
No
DTD
Golongan Sebab Sakit
%
(1)
(2)
(3)
(4)
1
165,0 -179,9
Penyakit Sistem Napas
15.1
2
180 - 197
Penyakit Sistem Cerna
10.15
3
001 - 057,9
Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu
10.14
4
143 - 164,9
Penyakit Sistem Sirkulasi Darah
8.23
5
130 - 139,10
Penyakit Mata dan Adneksa
4.63
6
101 - 111
Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik
4.55
7
198 - 199
Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan
4.30
8
200,0 - 210
Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat
4.03
9
211 - 233
Penyakit Sistem Kemih Kelamin
3.32
10
140 - 142,9
Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus
2.33
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2005 Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Lampiran 3.2.a DISTRIBUSI PASIEN RAWAT JALAN MENURUT BAB ICD-X DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 No
Bab
(1)
(2)
1 2 3
I II III
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
17
XVII
18
XVIII
19
XIX
20
XX
21
XXI
DTD
ICD-X
Golongan Sebab Sakit
(3)
(4)
(5)
Pasien Baru Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(6)
(7)
001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma 097-100 D 50-D 89 Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun
455,041 41,871 8,788
401,100 93,025 11,001
856,141 134,896 19,789
1,598,080 301,400 43,245
1.87 2.23 2.19
101 - 111 112-119.9 120-129 130 - 139,10 140 - 142,9 143-164.9 165.0-179.9 180-197 198 - 199 200,0 - 210 211 - 233 234-244 245-253.9
90,935 38,113 62,184 234,947 118,722 220,270 709,190 432,789 153,056 120,270 127,457 7,015
106,162 30,965 69,360 271,914 113,137 209,392 677,571 500,277 200,113 148,038 183,956 83,523 6,251
197,097 69,078 131,544 506,861 231,859 429,662 1,386,761 933,066 353,169 268,308 311,413 83,523 13,266
717,384 166,252 335,242 728,730 366,701 1,296,764 2,380,180 1,598,977 676,633 634,654 523,713 112,868 15,851
3.64 2.41 2.55 1.44 1.58 3.02 1.72 1.71 1.92 2.37 1.68 1.35 1.19
10,575
10,013
20,588
35,984
1.75
337,554
302,119
639,673
1,028,253
1.61
E 00-E 90 F 00-F 99 G 00-G 99 H 00-H 59 H 60-H 95 I 00-I 99 J 00-J 99 K 00-K 93 L 00-L 99 M 00-M 99 N 00-N 99 O 00-O 99 P 00-P 96
Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik Gangguan Mental & Perilaku Penyakit Susunan Syaraf Penyakit Mata dan Adneksa Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus Penyakit Sistem Sirkulasi Darah Penyakit Sistem Napas Penyakit Sistem Cerna Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat Penyakit Sistem Kemih Kelamin Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan 254-266.9 Q 00-Q 99 Kromosom Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik 267-270.9 R 00-R 99 Abnormal YTK Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu 271-289 S 00-T 98 Lainnya 299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg 290.0-298 Z 00-Z 99 Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata Jumlah
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2005 Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
(8)
Jumlah Admission Kunjungan Rate (9)
(10)
327,816
185,884
513,700
741,677
1.44
164,974
106,585
271,559
309,668
1.14
398,300
674,747
1,073,047
2,141,432
2.00
4,059,867
4,385,133
8,445,000
15,753,688
1.67
Lampiran 3.3 PERSENTASE 10 PENYAKIT UTAMA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005
No
DTD
Golongan Sebab Sakit
%
(1)
(2)
(3)
(4)
1
001 - 057.9
Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu
21.25
2
180 - 197
Penyakit Sistem Cerna
8.44
3
143 - 164.9
Penyakit Sistem Sirkulasi Darah
7.39
4
165.0 - 179.9
Penyakit Sistem Napas
7.38
5
211 - 233
Penyakit Sistem Kemih Kelamin
4.57
6
058,0 - 096,9
Neoplasma
3.53
7
245 - 253,9
Kondisi Tertentu yang Bermula pada Masa Perinatal
3.09
8
101 - 111
Penyakit Endokrin, Nutrisi dan Metabolik
2.91
9
120 - 129
Penyakit Susunan Syaraf
1.15
10
097 - 100
Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan Tertentu
1.06
yang Melibatkan Mekanisme Imun Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2005 Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
Lampiran 3.3.a DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD-X DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 No
Bab
(1)
(2)
1 2 3
I II III
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
17
XVII
18
XVIII
19
XIX
20
XX
21
XXI
DTD
ICD-X
Golongan Sebab Sakit
(3)
(4)
(5)
Pasien Baru Laki-laki
Perempuan
Jumlah
CFR (%)
(6)
(7)
(9)
(10)
001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu 058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma 097-100 D 50-D 89 Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah & Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun
293,213 31,825 12,437
251,053 58,516 14,634
544,266 90,341 27,071
12,624 4,822 225
2.32 5.34 0.83
101 - 111 112-119.9 120-129 130 - 139,10 140 - 142,9 143-164.9 165.0-179.9 180-197 198 - 199 200,0 - 210 211 - 233 234-244 245-253.9
32,558 12,976 15,558 12,312 2,055 101,251 103,259 113,297 7,979 11,722 59,573 38,939
42,013 11,363 13,943 10,136 2,013 87,981 85,708 102,826 7,214 11,170 57,379 319,300 40,225
74,571 24,339 29,501 22,448 4,068 189,232 188,967 216,123 15,193 22,892 116,952 319,300 79,164
4,511 164 3,089 14 21 19,944 6,075 5,787 201 235 4,390 857 9,873
6.05 0.67 10.47 0.06 0.52 10.54 3.21 2.68 1.32 1.03 3.75 0.27 12.47
6,270
5,120
11,390
599
5.26
72,129
64,086
136,215
3,264
2.40
127,429
66,284
193,713
5,331
2.75
53,120
26,937
80,057
2,745
3.43
82,338
92,965
175,303
796
0.45
1,190,240
1,370,866
2,561,106
85,567
3.34
E 00-E 90 F 00-F 99 G 00-G 99 H 00-H 59 H 60-H 95 I 00-I 99 J 00-J 99 K 00-K 93 L 00-L 99 M 00-M 99 N 00-N 99 O 00-O 99 P 00-P 96
Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik Gangguan Mental & Perilaku Penyakit Susunan Syaraf Penyakit Mata dan Adneksa Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus Penyakit Sistem Sirkulasi Darah Penyakit Sistem Napas Penyakit Sistem Cerna Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat Penyakit Sistem Kemih Kelamin Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan 254-266.9 Q 00-Q 99 Kromosom Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik 267-270.9 R 00-R 99 Abnormal YTK Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu 271-289 S 00-T 98 Lainnya 299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg 290.0-298 Z 00-Z 99 Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata Jumlah
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2005 Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)
(8)
Pasien Mati
Lampiran 3.4 JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MALARIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
Jumlah Penderita
API/AMI
(1)
(2)
(3)
(4)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI Keterangan: API = Annual Parasite Incidence (di P. Jawa + Bali) AMI = Annual Malaria Incidence (di luar P. Jawa + Bali)
3,312 11 145 1,707 4,305 2,246 3,025 5,378 6,140 1,124 1,966 175 1,822 21 76 10,535 70,390 4,559 2,304 62 2,613 5,919 601 346 817 10,824 4,140 38,449 183,012
7.11 7.24 0.71 3.96 13.55 5.95 0.00 5.70 11.18 0.96 0.06 0.06 0.47 0.00 0.02 20.51 100.49 0.00 11.90 2.14 1.12 11.53 23.05 0.52 6.92 11.85 66.16 67.24 208.82 -
Lampiran 3.5 ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API) MALARIA DI JAWA-BALI TAHUN 1997 - 2005 Annual Parasite Incidence (API) per 1.000 Penduduk No
Provinsi
(1)
(2)
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
DKI Jakarta
0.00
0.00
0.00
0.07
0.01
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
2
Jawa Barat
0.04
0.07
0.04
0.03
0.02
t.a.d
t.a.d
0.16
0.96
3
Jawa Tengah
0.32
0.65
1.06
1.74
1.46
t.a.d
t.a.d
0.51
0.06
4
DI Yogyakarta
0.52
3.54
6.76
11.73
10.43
t.a.d
t.a.d
0.97
0.06
5
Jawa Timur
0.04
0.03
0.05
0.17
0.12
t.a.d
t.a.d
0.08
0.47
6
Banten
-
-
-
-
-
t.a.d
t.a.d
t.a.d
0.00
7
Bali
0.03
0.03
0.04
0.04
0.08
t.a.d
t.a.d
0.03
0.02
0.12
0.30
0.52
0.81
0.62
0.47
0,22
0.15
0.10
Jawa-Bali
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Ket :
tad = tidak ada data
Lampiran 3.6
HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU TAHUN 2005
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Jumlah Penduduk*
Perkiraan Kasus Menular
(2)
(3)
(4)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat** Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat** Indonesia
4,031,589 12,318,752 4,603,957 4,614,930 2,657,536 6,755,536 1,597,362 7,117,460 1,061,160 1,274,296 8,863,315 39,211,509 32,908,850 3,281,800 36,695,036 9,308,944 3,431,368 4,143,292 4,235,692 4,097,149 1,902,967 3,239,500 2,808,307 2,182,978 2,284,659 8,491,544 1,959,414 909,083
Cakupan Penemuan Semua Kasus (5)
6,571 20,169 7,245 8,957 4,209 10,920 2,604 11,174 1,640 t.a.d
Case Detection Rate (CDR) %
BTA Pos (6)
4,213 15,517 4,686 5,295 2,516 7,506 1,700 6,270 1,158 t.a.d
(7)
3,156 13,401 3,443 3,175 1,980 4,821 1,271 3,985 851
48.03 66.44 47.52 35.45 47.04 44.15 48.81 35.66 51.89
t.a.d
8,966 41,198 34,259 2,196 39,371 9,646 2,065 8,650 8,768 9,081 3,864 6,769 5,776 4,489 4,720 17,262 4,055 1,867
17,758 48,765 41,628 2,246 34,650 10,259 2,425 5,348 3,947 4,954 2,078 4,675 2,393 4,624 2,864 10,293 2,843 1,546
7,308 28,541 17,523 1,241 21,600 6,240 1,282 3,563 2,320 3,837 1,716 2,991 1,648 3,705 2,195 9,089 2,301 1,342
81.51 69.28 51.15 56.51 54.86 64.69 62.08 41.19 26.46 42.25 44.41 44.19 28.53 82.54 46.50 52.65 56.74 71.88
1,260,150 887,132 1,830,067
2,946 1,881 5,063
1,962 861 4,989
1,082 567 2,474
36.73 30.14 48.86
219,965,334
296,381
259,969
158,648
53.53
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI Keterangan : * Jumlah penduduk mengacu pada Statistik Kesra dan hasil Sensus Penduduk NAD, BPS, 2005 ** Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 3.7
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2005 Jenis Kelamin No
Laki-laki
Provinsi Jumlah
(1)
(2)
Perempuan %
(3)
Jumlah
(4)
Laki-laki+ Perempuan
%
(5)
(6)
(7)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2,048
64.89
1,108
35.11
3,156
2
Sumatera Utara
8,832
65.91
4,569
34.09
13,401
3
Sumatera Barat
2,215
64.33
1,228
35.67
3,443
4
Riau
2,077
65.42
1,098
34.58
3,175
5
Jambi
1,190
60.10
790
39.90
1,980
6
Sumatera Selatan
3,006
62.35
1,815
37.65
4,821
7
Bengkulu
779
61.29
492
38.71
1,271
8
Lampung
2,352
59.02
1,633
40.98
3,985
9
Kep. Bangka Belitung
529
62.16
322
37.84
851
10
Kep.Riau
11
DKI Jakarta
4,357
59.62
2,951
40.38
7,308
15,999
56.06
12,542
43.94
28,541
9,667
55.17
7,856
44.83
17,523
732
58.98
509
41.02
1,241
11,898
55.10
9,694
44.90
21,592
3,710
59.46
2,530
40.54
6,240
732
57.10
550
42.90
1,282
t.a.d
t.a.d
-
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
2,084
58.49
1,479
41.51
3,563
19
Nusa Tenggara Timur
1,301
56.08
1,019
43.92
2,320
20
Kalimantan Barat
2,459
64.09
1,378
35.91
3,837
21
Kalimantan Tengah
1,075
62.65
641
37.35
1,716
22
Kalimantan Selatan
1,810
60.51
1,181
39.49
2,991
23
Kalimantan Timur
1,050
63.71
598
36.29
1,648
24
Sulawesi Utara
2,248
60.67
1,457
39.33
3,705
25
Sulawesi Tengah
1,294
58.95
901
41.05
2,195
26
Sulawesi Selatan
5,251
57.77
3,838
42.23
9,089
27
Sulawesi Tenggara
1,351
58.71
950
41.29
2,301
28
Gorontalo
758
56.48
584
43.52
1,342
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
494
45.66
1,082
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat
t.a.d
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
t.a.d 588
54.34
-
306
53.97
261
46.03
567
1,416
57.24
1,058
42.76
2,474
93,114
58.70
65,526
41.30
158,640
t.a.d
t.a.d
-
Lampiran 3.8
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF MENURUT KELOMPOK UMUR (TAHUN), JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
0 - 14
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
15 - 24
K e l o m p o k U m u r ( t a h u n) 35 - 44 45 - 54
25 - 34
55 - 64
>= 65
Total
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
T
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
5
9
252
190
399
253
420
231
458
202
358
172
156
51
2,048
1,108
3,156
31
42
1,169
870
1,800
1,053
1,923
948
2,028
868
1,316
544
565
244
8,832
4,569
13,401
7
8
359
265
492
277
391
250
442
228
292
118
232
82
2,215
1,228
3,443
35
34
263
246
533
276
421
212
409
172
278
99
138
59
2,077
1,098
3,175
5
Jambi
16
9
156
129
218
205
236
171
268
144
206
91
90
41
1,190
790
1,980
6
Sumatera Selatan
33
29
503
347
627
450
606
384
593
283
423
230
221
92
3,006
1,815
4,821
7
Bengkulu
12
8
97
86
174
119
160
100
139
80
134
59
63
40
779
492
1,271
8
Lampung
39
45
312
262
553
445
473
327
423
283
360
193
192
78
2,352
1,633
3,985
20
529
322
851
-
-
-
108
4,357
2,951
7,308
9
Kep. Bangka Belitung
10
Kep.Riau
11
DKI Jakarta
122
110
1,005
823
1,236
787
12
Jawa Barat
137
134
3,455
3,255
4,114
3,470
3,014
2,356
2,572
13
Jawa Tengah
87
122
1,542
1,709
2,094
1,986
1,842
1,540
1,768
14
DI Yogyakarta
3
6
141
109
141
132
110
80
119
15
Jawa Timur
103
139
1,719
1,895
2,302
2,254
2,284
2,058
24
36
788
638
980
695
748
1
4
115
100
164
150
135
15
23
276
250
414
317
431
288
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
6 t.a.d
2 t.a.d
63 t.a.d
59 t.a.d
141 t.a.d
85 t.a.d
109 t.a.d 841
54 t.a.d 529
90 t.a.d 620
61 t.a.d 374
77 t.a.d
41 t.a.d
43 t.a.d
t.a.d
361
220
172
1,808
1,803
1,076
904
443
15,999
12,542
28,541
1,249
1,514
909
820
341
9,667
7,856
17,523
74
115
68
103
40
732
509
1,241
2,625
1,770
2,064
1,247
801
331
11,898
9,694
21,592
517
640
371
385
213
145
60
3,710
2,530
6,240
100
122
79
101
58
94
59
732
550
1,282
422
317
389
227
137
57
2,084
1,479
3,563
19
Nusa Tenggara Timur
18
17
251
204
275
270
212
150
228
184
217
143
100
51
1,301
1,019
2,320
20
Kalimantan Barat
16
19
299
248
496
303
512
293
556
256
402
192
178
67
2,459
1,378
3,837
21
Kalimantan Tengah
7
7
101
109
251
145
255
156
257
118
140
74
64
32
1,075
641
1,716
22
Kalimantan Selatan
19
29
215
169
372
267
394
261
398
252
309
162
103
41
1,810
1,181
2,991
23
Kalimantan Timur
24
Sulawesi Utara
9
5
133
127
201
156
234
118
259
103
153
69
61
20
1,050
598
1,648
11
10
294
271
482
338
475
295
430
236
329
209
227
98
2,248
1,457
3,705
25
Sulawesi Tengah
5
13
138
150
275
223
286
206
270
174
203
105
117
30
1,294
901
2,195
26
Sulawesi Selatan
23
20
674
588
1,083
853
1,039
744
1,005
752
1,027
697
400
184
5,251
3,838
9,089
27
Sulawesi Tenggara
7
11
189
170
304
233
289
192
246
153
215
147
101
44
1,351
950
2,301
28
Gorontalo
5
2
107
102
181
150
160
132
180
126
88
55
37
17
758
584
1,342
29
Sulawesi Barat
-
-
-
30
Maluku
588
494
1,082
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
t.a.d
t.a.d
17
t.a.d 9
87
t.a.d 95
t.a.d 136
t.a.d 122
t.a.d 113
t.a.d 100
t.a.d 84
t.a.d 88
t.a.d 79
t.a.d 44
t.a.d 72
t.a.d 36
6
7
61
62
71
60
42
49
51
36
59
38
16
9
306
261
567
27
37
451
388
397
319
246
181
145
86
112
39
38
8
1,416
1,058
2,474
-
-
-
2,783
93,114
65,526
158,640
t.a.d 846
t.a.d 946
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
15,215
13,916
20,906
16,393
18,401
13,022
17,847
10,927
13,509
t.a.d 7,539
t.a.d 6,390
t.a.d
Lampiran 3.9 JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS per 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2005 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Jumlah Kasus
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Jumlah
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Case Rate
Meninggal (4)
(5)
3 125 19 104 30 59 23 67 34 146 1,927 341 99 19 724 42 226 43 29 107 1 6 7 94 2 143 2 66 1 781 51
2 37 13 39 10 15 6 19 3 81 338 49 52 8 225 11 47 11 4 27 1 4 5 32 1 62 1 36 1 192 0
0.17 1.09 0.45 5.26 1.25 0.86 1.47 1.01 3.78 5.26 23.15 0.96 0.32 0.61 2.08 0.52 7.19 1.12 0.76 2.87 0.06 0.20 0.29 4.76 0.10 1.83 0.24 5.75 0.15 49.06 49.06
5,321
1332
2.65
Lampiran 3.10 JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS YANG MENGGUNAKAN NAPZA SUNTIKAN (IDU) MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2005 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Jumlah Kasus Kumulatif
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Jumlah
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Kasus AIDS yang Menggunakan NAPZA Suntik (IDU) % Jumlah (4)
(5)
3 125 19 104 30 59 23 67 34 146 1,927 341 99 19 724 42 226 43 29 107 1 6 7 94 2 143 2 66 1 781 51
64 14 14 16 39 15 57 12 18 1,331 253 26 8 397 38 85 21 4 26 1 4 3 21 1 91 1 32 9 -
0.00 51.20 73.68 13.46 53.33 66.10 65.22 85.07 35.29 12.33 69.07 74.19 26.26 42.11 54.83 90.48 37.61 48.84 13.79 24.30 100.00 66.67 42.86 22.34 50.00 63.64 50.00 48.48 0.00 1.15 0.00
5,321
2,601
48.88
Lampiran 3.11 JUMLAH KASUS BARU AIDS DITEMUKAN PER TRIWULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat
Triwulan I
Triwulan II
Jumlah Kasus Baru Triwulan III
Triwulan IV
(3)
(4)
(5)
(6)
0 13 4 1 4 0 2 3 5 7 330 10 2 0 20 0 10 2 5 10 0 0 2 0 0 0 0 3 0 7
2 23 1 1 1 0 1 15 3 6 10 57 6 0 15 0 20 8 4 18 1 0 0 17 0 0 2 7 0 19 0
0 11 11 2 2 18 4 27 5 82 262 77 6 0 25 10 29 0 0 0 0 0 0 12 0 0 0 6 0 214 24
Jumlah
440
237
827
%
16.67
8.98
31.34
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Total (7)
0 3 1 37 14 16 11 13 2 16 54 79 45 1 444 26 40 17 0 0 0 3 0 10 0 129 0 15 0 133 26 1,135 43.01
2 50 17 41 21 34 18 58 15 111 656 223 59 1 504 36 99 27 9 28 1 3 2 39 129 2 31 373 50 2,639 100.00
Lampiran 3.12
JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Jumlah Penduduk Usia Balita Wil. Pkm Program (3)
Target Penemuan Pneumonia Balita (10%) (4)
Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita
Kematian Balita Akibat Pneumonia
< 1 Tahun
1 - 4 Tahun
Jumlah
%
< 1 Tahun
1 - 4 Tahun
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Jumlah (11)
418,431
41,843
1,909
6,008
7,917
18.92
-
-
Sumatera Utara
1,382,709
138,271
19,762
38,005
57,767
41.78
-
-
-
3
Sumatera Barat
498,107
49,811
5,281
12,832
18,113
36.36
6
5
11
4
Riau
494,052
49,405
16,863
23,208
40,071
81.11
-
-
-
5
Jambi
254,223
33,048
2,806
1,942
4,748
14.37
-
-
-
6
Sumatera Selatan
788,345
78,835
12,396
16,495
28,891
36.65
2
-
2
7
Bengkulu
13,298
1,330
413
376
789
59.33
-
-
-
8
Lampung
873,632
87,363
7,778
8,809
16,587
18.99
-
-
-
9
Kep. Bangka Belitung
122,272
12,227
2,110
4,981
7,091
57.99
-
-
-
10
Kep.Riau
1,285,229
128,523
519
64
583
0.45
-
-
-
11
DKI Jakarta
834,706
83,471
896
1,212
2,108
2.53
-
-
-
12
Jawa Barat
415,394
63,132
100,357
163,489
39.36
44
9
53
3,479,691
347,969
15,255
27,922
43,177
12.41
-
-
-
259,149
25,915
174
467
641
2.47
-
-
-
t.a.d
-
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
2,991,858
107,706
19,572
32,166
51,738
48.04
-
-
11
16
Banten
1,138,817
113,882
813
13,238
14,051
12.34
5
6
17
Bali
324,619
7,350
710
1,342
2,052
27.92
-
-
-
18
Nusa Tenggara Barat
535,489
53,549
23,737
33,771
57,508
107.39
64
6
70
19
Nusa Tenggara Timur
575,390
57,539
2,757
3,293
6,050
10.51
-
-
-
20
Kalimantan Barat
467,582
46,758
1,041
3,249
4,290
9.17
-
-
-
21
Kalimantan Tengah
195,842
19,584
224
343
567
2.90
-
-
-
22
Kalimantan Selatan
366,199
36,620
6,131
11,770
17,901
48.88
22
21
43
23
Kalimantan Timur
429,057
42,906
3,082
3,950
7,032
16.39
-
-
-
24
Sulawesi Utara
228,259
19,579
1,447
1,871
3,318
16.95
-
-
-
25
Sulawesi Tengah
283,977
28,398
5,288
7,786
13,074
46.04
8
2
10
26
Sulawesi Selatan
793,615
79,362
5,353
10,143
15,496
19.53
3
-
3
27
Sulawesi Tenggara
229,148
22,915
2,737
6,053
8,790
38.36
-
-
-
28
Gorontalo
109,010
10,901
1,807
2,401
4,208
38.60
-
-
-
29
Sulawesi Barat
56,967
5,697
865
1,363
2,228
39.11
1
-
1
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat
t.a.d
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
23,835
2,384
61
72
133
5.58
-
-
244,246
24,425
117
195
312
1.28
-
-
t.a.d 19,697,754
t.a.d
t.a.d 2,172,957
225,036
t.a.d 375,684
t.a.d 600,720
t.a.d 27.65
t.a.d 155
t.a.d
49
204
Lampiran 3.13
SITUASI PENYAKIT KUSTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia %
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Ket:
PB= Pausi Basiler MB= Multi Basiler
PB (3)
103 32 11 24 7 19 9 59 1 127 256 213 1 580 72 38 65 50 35 15 27 32 80 76 283 13 23 45 132 367 2,795 12.98
Kasus Tercatat MB
Jumlah
(4)
(5)
506 254 130 145 82 285 20 144 40 653 2,169 1,884 32 5,737 461 167 224 413 180 93 301 215 473 254 1,593 276 293 355 582 781 18,742 87.02
Angka Prevalensi /10.000 Penduduk (6)
609 286 141 169 89 304 29 203 41 780 2,425 2,097 33 6,317 533 205 289 463 215 108 328 247 553 330 1,876 289 316 400 714 1,148 21,537 100.00
1.41 0.23 0.31 0.31 0.34 0.41 0.17 0.28 0.43 0.88 0.64 0.63 0.10 1.76 0.61 0.62 0.67 1.12 0.49 0.53 1.03 0.93 2.62 1.41 2.17 1.45 3.54 3.17 9.05 4.67 0.98
Lampiran 3.14
JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN KECACATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Ket:
PB= Pausi Basiler MB= Multi Basiler
Kasus Baru MB
PB (3)
(4)
165 47 29 12 21 33 8 41 2
386 201 98 71 65 204 25 101 30
t.a.d
t.a.d
134 406 369 2 1,038 70 65 115 55 40 16 34 32 94 104 440 34 32 t.a.d 44 182 392 t.a.d 4,056
507 1,719 1,561 27 5,274 423 140 239 242 111 79 217 125 391 276 1,361 233 243 t.a.d 280 397 613 t.a.d 15,639
Jumlah
Case Detection Rate/ 100,000
(5)
(6)
551 248 127 83 86 237 33 142 32 641 2,125 1,930 29 6,312 493 205 354 297 151 95 251 157 485 380 1,801 267 275 324 579 1,005 19,695
Cacat Tkt. 2 Jumlah % (7)
12.79 1.96 2.80 1.51 3.29 3.17 1.95 1.96 3.32
0 - 14 Tahun Jumlah %
(8)
(9)
27 32 9 1 0 18 23 2 8
4.90 12.90 7.09 1.20 7.59 69.70 1.41 25.00
72 171 220 0 662 30 17 12 0 31 3 52 13 27 23 135 22 31
11.23 8.05 11.40 10.49 6.09 8.29 3.39 20.53 3.16 20.72 8.28 5.57 6.05 7.50 8.24 11.27
16 30 35
4.94 5.18 3.48
t.a.d 7.20 5.59 5.84 0.91 17.63 5.67 6.18 8.21 7.20 3.47 4.68 7.91 5.89 22.96 16.25 20.85 13.36 30.79
8.99
3.09 5.24 10.24 3.61 10.55 5.63 3.13
52 179 237 0 624 41 15 45 0 13 0 12 10 32 21 110 25 20
8.11 8.42 12.28 9.89 8.32 7.32 12.71 8.61 4.78 6.37 6.60 5.53 6.11 9.36 7.27
30 107 137
9.26 18.48 13.63
t.a.d
t.a.d 25.69 73.37 40.84
(10)
17 13 13 3 0 25 0 8 1
t.a.d
t.a.d 1,722
8.74
t.a.d 1,790
9.09
Lampiran 3.15
JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
Difteri
Pertusis (Batuk Rejan)
(2)
(3)
(4)
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
980 0 0 12 8 7 0 24 0 t.a.d 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 t.a.d 0 0 0 t.a.d 1,031
Tetanus Tetanus Neonatorum (Non Neonatorum) (5)
1,725 449 37 83 35 211 47 t.a.d 2,192 98 73 17 74 16 12 73 361 t.a.d 25 115 4 t.a.d 5,647
(6)
147 40 0 29 8 85 6 0 0 t.a.d 0 0 366 61 783 0 121 3 0 0 0 0 1 0 0 78 19 0 t.a.d 8 20 0 t.a.d 1,775
3 0 6 3 1 1 0 10 4 t.a.d 1 24 2 11 16 21 2 3 2 2 0 6 0 1 8 8 0 1 t.a.d 0 2 2 t.a.d 140
Campak
Polio
Hepatitis B
(7)
(8)
(9)
254 43 1,329 1,086 171 21 384 1,499 67 t.a.d 3,041 1,707 324 112 2,262 806 530 636 385 2 126 140 20 311 117 t.a.d 39 430 t.a.d 15,842
5 10 3 5 26 t.a.d 4 59 20 10 161 t.a.d t.a.d 303
114 786 40 32 442 72 152 20 58 52 1,768
Lampiran 3.16
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Tetanus Neonatorum
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
(5)
(6)
(7)
(8)
(10)
(11)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
Tidak
Ya
(26)
Tidak Diketahui
Dirawat di RS
Tidak Diketahui
Lain-lain
Bambu
Gunting
Lain-lain
Tradisional
Alkohol/Iodium
(18)
Pemotongan Tali Pusat
Tidak Diketahui
Perawatan Tali Pusat
Tidak Diketahui
Tradisional
Dokter
Bidan/Perawat
Penolong Persalinan
Tidak Diketahui
TT1
TT2+
(9)
Tidak Diimunisasi
Status Imunisasi
Tidak Diketahui
Tanpa pemeriksaan
(4)
Tradisional
(3)
Bidan/Perawat
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Dokter
Provinsi
Meningal
No
Total
Pemeriksaan Kehamilan
(27)
(28)
(29)
3 0 6 3 1 1 0 10 4
1 0 5 2 0 0 0 9 2
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 2 0 0 1 0 3 1
0 0 3 1 0 0 0 3 2
0 0 0 2 0 0 0 4 1
0 0 1 0 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 1
2 0 1 0 0 0 0 0 2
0 0 3 3 0 1 0 9 0
0 0 2 0 1 0 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 2 0 0 0 0 4 1
0 0 3 3 0 1 0 5 3
0 0 1 0 1 0 0 1 0
2 0 3 0 0 0 0 2 0
0 0 0 3 0 0 0 4 0
1 0 2 0 0 1 0 3 4
0 0 1 0 1 0 0 1 0
3 0 1 3 0 0 0 5 2
0 0 1 0 0 1 0 3 1
0 0 3 0 0 0 0 1 1
0 0 1 0 1 0 0 1 0
3 0 0 2 0 1 0 9 3
0 0 5 0 0 0 0 0 1
0 0 1 1 1 0 0 1 0
1 24 2 11 16 21 2 3 2 2 0 6 0 1 8 8 0 1
0 7 1 0 10 16 2 3 0 2 0 4 0 0 8 5 0 1
0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 9 2 0 6 7 0 1 2 1 0 0 0 1 5 2 0 0
0 7 0 0 4 3 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
0 5 0 0 6 9 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0
0 3 0 0 0 0 0 2 0 0 0 6 0 0 2 0 0 1
0 4 2 0 2 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 5 0 0 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0
0 15 0 0 12 16 0 2 2 1 0 5 0 0 0 6 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 8 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 7 1 0 3 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0
0 17 1 0 5 21 0 2 2 2 0 0 0 1 6 8 0 0
0 0 0 0 8 0 0 1 0 0 0 4 0 0 2 0 0 1
1 16 2 0 13 12 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
0 2 0 0 3 6 0 0 2 0 0 0 0 0 6 0 0 0
0 5 0 0 0 3 2 0 0 1 0 0 0 0 0 8 0 0
0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 0 6 0 0 2 0 0 1
1 17 2 0 12 19 2 1 2 1 0 0 0 1 0 4 0 0
0 3 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0
0 2 0 0 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2 0 0
0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 0 0 7 0 0 1
1 21 2 0 14 11 2 3 0 2 0 0 0 1 6 5 0 0
0 3 0 0 2 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 6 0 0 2 0 0 1
0 0 2 2 2 2 0 0 140 82
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 0
0 1 1 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 1 0 0
0 1 2 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 1 0 0
0 1 2 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 2 0 0
0 0 2 0
0 0 0 0
0 2 1 0
0 0 0 0
0 0 1 0
0 0 0 0
0 2 2 0
0 0 0 0
0 0 0 0
3
47
26
37
16
14
20
78
17
0
27
83
19
53
28
32
16
79
15
15
20
90
24
15
Lampiran 3.17
JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
< 1 Tahun
Provinsi
(1)
(2)
Kasus Campak Menurut Kelompok Umur 5 - 9 Tahun 10 - 14 Tahun
1 - 4 Tahun
> 15 Tahun
Jumlah
Jumlah
Divaksinasi
%
Jumlah
Divaksinasi
%
Jumlah
Divaksinasi
%
Jumlah
Divaksinasi
%
Jumlah
Divaksinasi
%
Jumlah
Divaksinasi
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
11
2
18.18
72
6
8.33
90
17
18.89
38
5
13.16
43
2
4.65
254
32
2
Sumatera Utara
2
-
-
19
-
-
15
-
-
3
-
-
4
2
50.00
43
2
4.65
3
Sumatera Barat
124
35
28.23
352
109
30.97
373
47
12.60
205
24
11.71
275
5
1.82
1,329
220
16.55
12.60
4
Riau
79
6
7.59
326
48
14.72
248
37
14.92
216
22
10.19
217
50
23.04
1,086
163
15.01
5
Jambi
17
4
23.53
70
35
50.00
56
28
50.00
21
7
33.33
7
2
28.57
171
76
44.44
6
Sumatera Selatan
2
-
-
11
2
18.18
5
2
40.00
2
-
-
1
-
-
21
4
19.05
7
Bengkulu
55
4
7.27
89
45
50.56
110
67
60.91
77
40
51.95
53
21
39.62
384
177
46.09
111
6
5.41
422
13
3.08
526
20
3.80
306
6
1.96
134
1
0.75
1,499
46
3.07
13
-
-
31
3
9.68
11
1
9.09
8
1
12.50
4
-
-
67
5
8
Lampung
9
Kep. Bangka Belitung
10
Kep.Riau
11
DKI Jakarta
341
-
-
1,084
-
-
696
-
-
443
-
-
477
-
-
3,041
-
12
Jawa Barat
260
-
-
707
-
-
433
-
-
130
-
-
177
-
-
1,707
-
-
13
Jawa Tengah
30
3
10.00
85
24
28.24
167
1
0.60
37
1
2.70
5
1
20.00
324
30
9.26
-
-
-
-
-
-
-
112
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
14
DI Yogyakarta
-
-
112
-
15
Jawa Timur
-
-
-
-
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
t.a.d
7.46 t.a.d -
16
Banten
317
18
5.68
825
58
7.03
749
25
3.34
294
-
-
77
11
14.29
2,262
112
4.95
17
Bali
179
92
51.40
300
234
78.00
195
93
47.69
111
98
88.29
21
-
-
806
517
64.14
18
Nusa Tenggara Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
19
Nusa Tenggara Timur
49
5
10.20
214
35
16.36
155
20
12.90
64
3
4.69
48
7
14.58
530
70
20
Kalimantan Barat
85
2
2.35
196
12
6.12
153
4
2.61
96
5
5.21
106
2
1.89
636
25
3.93
21
Kalimantan Tengah
19
3
15.79
126
50
39.68
126
58
46.03
53
25
47.17
61
25
40.98
385
161
41.82
22
Kalimantan Selatan
-
-
-
-
1
1
100.00
-
-
1
-
-
2
1
50.00
23
Kalimantan Timur
18
13
72.22
41
23
56.10
21
13
61.90
20
4
20.00
26
2
7.69
126
55
43.65
24
Sulawesi Utara
11
5
45.45
45
11
24.44
40
13
32.50
23
7
30.43
21
12
57.14
140
48
34.29
14
-
-
-
-
-
-
6
-
-
20
-
-
48.00
99
52
52.53
86
37
43.02
37
16
43.24
64
26
40.63
311
143
45.98
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
62.50
36
26
72.22
31
26
83.87
24
18
75.00
18
12
66.67
117
87
25
Sulawesi Tengah
-
-
26
Sulawesi Selatan
25
12
27
Sulawesi Tenggara
-
-
28
Gorontalo
8
5
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
t.a.d
t.a.d -
t.a.d -
t.a.d
t.a.d -
t.a.d -
t.a.d
t.a.d -
t.a.d -
t.a.d
t.a.d -
t.a.d -
t.a.d
t.a.d -
t.a.d
t.a.d
-
t.a.d -
13.21
74.36 t.a.d
-
3
2
66.67
23
13
56.52
8
6
75.00
3
2
66.67
2
-
-
39
23
58.97
96
20
20.83
214
48
22.43
96
32
33.33
22
12
54.55
2
2
100.00
430
114
26.51
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12.78
5,513
847
15.36
4,391
548
12.48
2,233
296
13.26
1,850
183
9.89
15,842
2,111
-
-
1,855
237
13.33
Lampiran 3.18 JUMLAH KASUS PENYAKIT DIFTERI DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
Rawat Jalan RS
Provinsi <1th
1 - 4 th
(3)
Rawat Inap RS
5 - 14 th 15 - 44 th
(4)
(5)
(6)
>45 th (7)
Jumlah
<1th
(8)
(9)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (10)
(11)
(12)
Puskesmas
>45 th
Jumlah
Meninggal
<1th
(13)
(14)
(15)
(16)
Jumlah Kasus
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (17)
(18)
(19)
>45 th
Jumlah
RS + Puskesmas
(20)
(21)
(22)
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
0
0
0
0
2
2
1
3
12
24
11
51
0
71
227
410
180
39
927
980
2
Sumatera Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
Sumatera Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Riau
0
0
0
1
0
1
0
0
2
4
2
8
0
0
3
0
0
0
3
12
5
Jambi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
3
2
0
8
8
6
Sumatera Selatan
0
0
2
0
0
2
0
0
0
1
1
2
1
0
2
0
1
0
3
7
7
Bengkulu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
Lampung
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
13
2
24
24 0
9
Kep. Bangka Belitung
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
Kep.Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
11
DKI Jakarta
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
Jawa Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
Jawa Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
DI Yogyakarta
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15
Jawa Timur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
Banten
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
Bali
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
18
Nusa Tenggara Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
Nusa Tenggara Timur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
Kalimantan Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
21
Kalimantan Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
Kalimantan Selatan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
Kalimantan Timur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
24
Sulawesi Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
Sulawesi Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
Sulawesi Selatan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
27
Sulawesi Tenggara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
28
Gorontalo
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
30
Maluku
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
31
Maluku Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
32
Papua
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33
Irian Jaya Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
0
0
2
1
2
5
1
3
14
29
14
61
1
73
233
422
196
41
965
1,031
Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Lampiran 3.19 JUMLAH KASUS PENYAKIT PERTUSIS (BATUK REJAN) DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
Rawat Jalan RS
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
<1th
1 - 4 th
(3)
(4)
Rawat Inap RS
5 - 14 th 15 - 44 th (5)
(6)
>45 th
Jumlah
<1th
(7)
(8)
(9)
1 - 4 th
5 - 14 th 15 - 44 th
(10)
(11)
(12)
Jumlah Kasus
Puskesmas
>45 th
Jumlah
Meninggal
<1th
(13)
(14)
(15)
(16)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (17)
(18)
(19)
>45 th
Jumlah
RS + Puskesmas
(20)
(21)
(22)
10
26
54
62
23
175
2
11
30
19
10
72
0
106
243
445
388
296
1478
1725
Sumatera Utara
5
3
11
10
10
39
4
0
1
10
16
31
0
23
125
129
37
65
379
449
3
Sumatera Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
27
0
0
0
37
37
4
Riau
4
6
4
3
0
17
0
0
0
0
0
0
0
2
22
24
15
3
66
83
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7 8
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
7
20
4
1
1
33
35
10
15
18
20
30
93
0
0
0
0
0
0
0
36
41
11
24
6
118
211
Bengkulu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Lampung
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
27
4
0
0
47
47 0
9
Kep. Bangka Belitung
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
Kep.Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
11
DKI Jakarta
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
266
306
521
535
564
2192
2192
12
Jawa Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
30
22
21
15
98
98
13
Jawa Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
DI Yogyakarta
5
4
0
5
2
16
4
2
0
5
6
17
0
2
3
14
13
8
40
73
15
Jawa Timur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
Banten
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
Bali
4
3
5
3
2
17
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
18
Nusa Tenggara Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
Nusa Tenggara Timur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
Kalimantan Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
40
26
6
0
74
74
21
Kalimantan Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
3
0
2
9
1
1
0
13
16
22
Kalimantan Selatan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
Kalimantan Timur
0
2
0
3
4
9
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
2
0
3
12
24
Sulawesi Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
Sulawesi Tengah
0
2
1
4
7
14
0
2
0
4
5
11
0
10
14
18
5
1
48
73
26
Sulawesi Selatan
0
14
63
137
82
296
0
2
23
27
13
65
0
0
0
0
0
0
0
361
27
Sulawesi Tenggara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
28
Gorontalo
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
30
Maluku
0
2
2
2
1
7
0
0
0
0
0
0
0
7
7
3
1
0
18
25
31
Maluku Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
23
31
20
22
115
115
32
Papua
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
1
0
4
4
33
Irian Jaya Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
40
77
158
249
161
685
10
17
54
67
51
199
0
1,255
1,070
4763
5647
Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
519
938
981
Lampiran 3.20 JUMLAH KASUS PENYAKIT HEPATITIS KLINIS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
Rawat Jalan RS
Provinsi <1th
(1)
(2)
1 - 4 th
(3)
Rawat Inap RS
5 - 14 th 15 - 44 th
(4)
(5)
(6)
>45 th
Jumlah
<1th
(7)
(8)
(9)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (10)
(11)
(12)
Jumlah Kasus
Puskesmas
>45 th
Jumlah
Meninggal
<1th
(13)
(14)
(15)
(16)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (17)
(18)
(19)
>45 th
Jumlah
RS + Puskesmas
(20)
(21)
(22)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
0
3
13
27
14
57
0
1
17
67
47
132
0
6
29
131
269
174
609
798
2
Sumatera Utara
1
10
219
506
886
1,622
0
5
32
215
478
730
0
10
360
786
1,338
1,587
4,081
6,433
3
Sumatera Barat
0
0
2
3
2
7
1
0
4
9
6
20
0
0
1
11
19
10
41
68
4
Riau
0
3
21
28
16
68
0
0
8
37
19
64
0
3
19
125
398
141
686
818
5
Jambi
2
1
7
18
7
35
0
2
5
2
2
11
1
23
82
199
348
144
796
842
6
Sumatera Selatan
8
20
26
159
82
295
10
8
43
100
44
205
3
21
91
609
735
295
1,751
2,251
7
Bengkulu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
Lampung
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0 87
0 132
9
Kep. Bangka Belitung
0
0
0
0
0
10
Kep.Riau
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
12
Jawa Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
Jawa Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
DI Yogyakarta
0
0
3
11
10
24
1
1
19
34
55
0
1
4
15
Jawa Timur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
Banten
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
Bali
1
7
13
97
56
174
1
2
13
56
41
113
1
0
0
0
18
Nusa Tenggara Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
Nusa Tenggara Timur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
Kalimantan Barat
1
8
6
86
33
134
2
1
4
15
11
33
0
58
78
272
-
10
11
0 77
0
0
305
305
0
0
-
-
141
141
0
0
0
0
0
0
52
131
0
0
0
0
0
0
36
323
0
0
0
0
0
0
643
324
1,375
1,542 1,158
41
11
25
87
25
11
21
Kalimantan Tengah
0
0
0
24
10
34
0
0
2
6
5
13
0
44
175
267
477
148
1,111
22
Kalimantan Selatan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
27
128
41
204
204
23
Kalimantan Timur
0
1
8
60
32
101
1
1
7
12
21
0
4
17
32
101
36
190
312
24
Sulawesi Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
13
15
24
25
81
81
25
Sulawesi Tengah
2
9
47
40
45
143
0
0
0
13
17
30
1
2
10
54
83
55
204
377
26
Sulawesi Selatan
1
2
17
40
24
84
0
1
9
38
39
87
2
0
0
0
0
0
0
171
27
Sulawesi Tenggara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
28
Gorontalo
1
4
13
71
28
117
28
35
66
0
2
5
181
364
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30
Maluku
1
2
9
21
5
38
5
5
5
32
12
59
0
12
34
108
127
42
323
420
-
3
51 -
80 -
43 -
31
Maluku Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
184
491
455
389
252
1,771
1,771
32
Papua
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33
Irian Jaya Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
18
70
404
1,191
1,250
2,933
20
29
144
644
802
1,639
8
378
1,425
3,250
5,368
3,517
13,938
18,510
Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Lampiran 3.21 JUMLAH KASUS PENYAKIT HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
Rawat Jalan RS
Provinsi
(1)
(2)
<1th
1 - 4 th
(3)
(4)
Rawat Inap RS
5 - 14 th 15 - 44 th (5)
(6)
>45 th
Jumlah
<1th
(7)
(8)
(9)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (10)
(11)
(12)
Puskesmas
>45 th
Jumlah
Meninggal
<1th
(13)
(14)
(15)
(16)
Jumlah Kasus
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (17)
(18)
(19)
>45 th
Jumlah
RS + Puskesmas
(20)
(21)
(22)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
0
1
7
16
16
40
0
0
1
6
10
17
0
0
0
0
0
0
57
114
2
Sumatera Utara
0
0
13
40
149
202
0
0
12
66
113
191
2
0
0
0
0
0
393
786
3
Sumatera Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Riau
0
1
3
8
3
15
0
0
1
4
0
5
0
0
0
0
0
0
20
40
5
Jambi
0
0
0
11
0
11
0
0
0
3
2
5
0
0
0
0
0
0
16
32
6
Sumatera Selatan
2
3
7
43
32
87
0
2
16
59
57
134
3
0
0
0
0
0
221
442
7
Bengkulu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
Lampung
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
Kep. Bangka Belitung
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
Kep.Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
0
0
0
0
-
0
11
DKI Jakarta
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
Jawa Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
Jawa Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
DI Yogyakarta
0
0
1
19
4
24
0
0
0
5
7
12
0
0
0
0
0
0
36
72
15
Jawa Timur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
Banten
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
Bali
0
0
7
24
15
46
0
0
3
18
9
30
0
0
0
0
0
0
76
152
18
Nusa Tenggara Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
Nusa Tenggara Timur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
Kalimantan Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
21
Kalimantan Tengah
1
2
0
5
2
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
20
22
Kalimantan Selatan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
Kalimantan Timur
2
0
0
6
0
8
0
0
3
11
7
21
0
0
0
0
0
0
29
58
24
Sulawesi Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
Sulawesi Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
Sulawesi Selatan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
27
Sulawesi Tenggara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
28
Gorontalo
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
0
0
0
0
-
0
30
Maluku
1
3
2
6
1
13
0
0
0
5
8
13
0
0
0
0
0
0
26
52
31
Maluku Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
32
Papua
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33
Irian Jaya Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
6
10
40
222
456
0
2
36
177
213
428
5
0
0
0
0
0
884
1,768
Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
178
Lampiran 3.22
JUMLAH KASUS AFP MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
Data yang Diterima
Jumlah Kasus AFP
AFP Rate / 100.000 penduduk
Non Polio AFP Rate / 100.000 penduduk
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
46
44
3.67
2.92
2
Sumatera Utara
75
67
1.60
1.33
3
Sumatera Barat
32
31
2.21
2.21
4
Riau
41
40
2.22
2.00
5
Jambi
10
10
1.25
1.25
6
Sumatera Selatan
61
60
2.50
2.29
7
Bengkulu
14
14
2.80
2.80
8
Lampung
94
93
4.23
2.55
9
Kepulauan Bangka Belitung
11
11
2.75
2.75
10
Kepulauan Riau
t.a.d
t.a.d
-
-
11
DKI Jakarta
81
76
3.30
3.13
12
Jawa Barat
361
349
3.23
2.62
13
Jawa Tengah
224
223
2.59
2.36
14
DI Yogyakarta
30
29
4.83
4.83
15
Jawa Timur
328
319
3.94
3.09
16
Banten
273
253
9.04
2.00
17
Bali
31
31
3.88
3.88
18
Nusa Tenggara Barat
31
31
2.21
2.21
19
Nusa Tenggara Timur
45
38
2.71
2.71
20
Kalimantan Barat
22
22
1.57
1.50
21
Kalimantan Tengah
11
11
1.57
1.57
22
Kalimantan Selatan
19
17
1.70
1.70
23
Kalimantan Timur
19
19
2.38
2.38
24
Sulawesi Utara
21
21
3.50
3.50
25
Sulawesi Tengah
13
12
1.50
1.38
26
Sulawesi Selatan
68
68
2.62
2.62
27
Sulawesi Tenggara
16
15
2.14
2.14
28
Gorontalo
13
12
4.00
4.00
29
Sulawesi Barat
t.a.d
t.a.d
-
-
30
Maluku
7
7
1.75
1.75
31
Maluku Utara
9
9
3.00
3.00
32
Papua
7
7
1.40
1.40
33
Irian Jaya Barat
-
-
-
-
2,013
1,939
3.12
2.44
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Lampiran 3.23
JUMLAH KASUS AFP POLIO MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS DAN PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
Klasifikasi Klinis Kompatibel (4)
Virus Polio Liar (3)
Non Polio (5)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
5
4
35
2
Sumatera Utara
10
1
56
3
Sumatera Barat
0
0
31
4
Riau
3
1
36
5
Jambi
0
0
10
6
Sumatera Selatan
5
0
55
7
Bengkulu
0
0
14
8
Lampung
26
11
56
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
0
0
11
t.a.d
t.a.d
t.a.d
11
DKI Jakarta
4
0
72
12
Jawa Barat
59
7
283
13
Jawa Tengah
20
0
203
14
DI Yogyakarta
0
0
29
15
Jawa Timur
10
13
250
16
Banten
161
36
56
17
Bali
0
0
31
18
Nusa Tenggara Barat
0
0
31
19
Nusa Tenggara Timur
0
0
38
20
Kalimantan Barat
0
1
21
21
Kalimantan Tengah
0
0
11
22
Kalimantan Selatan
0
0
17
23
Kalimantan Timur
0
0
19
24
Sulawesi Utara
0
0
21
25
Sulawesi Tengah
0
1
11
26
Sulawesi Selatan
0
0
68
27
Sulawesi Tenggara
0
0
15
28
Gorontalo
0
0
12
29
Sulawesi Barat
t.a.d
t.a.d
t.a.d
30
Maluku
0
0
7
31
Maluku Utara
0
0
9
32
Papua
0
0
7
33
Irian Jaya Barat
0
0
-
303
75
1,515
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Lampiran 3. 24
PERKEMBANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) POLIO TAHUN 2005
No
Provinsi
AFP
Virus Polio Liar (+)
Kontak (+)
Meninggal
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Jawa Barat
349
59
35
0
2
Banten
253
161
0
8
3
Lampung
93
26
0
0
4
Jawa Tengah
223
20
5
0
5
DKI Jakarta
76
4
1
0
6
Sumatera Utara
67
10
0
0
7
Jawa Timur
319
10
0
0
8
Sumatera Selatan
60
5
0
0
9
Nanggroe Aceh Darussalam
44
5
0
0
40
3
0
0
303
41
8
10 Riau TOTAL
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
1,524
Lampiran 3.25 JUMLAH KASUS PENYAKIT TETANUS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
Rawat Jalan RS
Provinsi <1th
1 - 4 th
(5)
(6)
(7)
Jumlah
<1th
(8)
(9)
1 - 4 th
<1th
(14)
(15)
(16)
1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th (18)
(19)
Jumlah
RS + Puskesmas
(20)
(21)
(22)
4
10
3
18
0
0
3
6
7
16
0
0
5
28
47
33
113
147
2
Sumatera Utara
0
11
1
3
8
23
0
12
1
3
1
17
0
0
0
0
0
0
0
40
3
Sumatera Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Riau
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
2
9
0
1
7
9
3
0
20
29
5
Jambi
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
4
0
1
0
7
8
6
Sumatera Selatan
4
0
7
33
3
47
0
2
1
17
12
32
0
0
3
0
3
0
6
85
7
Bengkulu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
4
0
1
0
6
6
8
Lampung
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9
Kep. Bangka Belitung
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
Kep.Riau
-
0
0
0
0
0
-
-
0
0
0
0
0
-
0
11
DKI Jakarta
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
Jawa Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
Jawa Tengah
0
2
5
27
45
79
0
9
9
75
132
225
21
0
2
1
13
46
62
366
14
DI Yogyakarta
0
0
0
5
16
21
0
0
0
6
32
38
0
0
0
0
0
2
2
61
15
Jawa Timur
0
9
78
100
26
213
0
27
127
260
43
457
22
0
84
14
13
2
113
783
16
Banten
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
Bali
0
4
8
25
32
69
0
3
5
19
25
52
0
0
0
0
0
0
0
121
18
Nusa Tenggara Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
3
3
19
Nusa Tenggara Timur
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
20
Kalimantan Barat
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
21
Kalimantan Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
Kalimantan Selatan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
23
Kalimantan Timur
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
24
Sulawesi Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
Sulawesi Tengah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
Sulawesi Selatan
0
0
0
0
0
0
1
10
8
29
25
73
0
0
0
0
4
1
5
78
27
Sulawesi Tenggara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
10
4
19
19
28
Gorontalo
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
29
Sulawesi Barat
0
0
0
0
0
-
0
0
0
0
0
-
-
0
0
0
0
0
-
0
30
Maluku
0
0
1
0
0
1
0
0
2
1
3
0
0
0
0
2
2
4
8
31
Maluku Utara
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
11
7
20
20
32
Papua
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33
Irian Jaya Barat
0
0
0
0
0
-
0
0
0
0
0
-
-
0
0
0
0
0
-
4
28
104
204
133
473
1
63
156
422
280
922
43
4
111
59
109
97
0
(17)
>45 th
1
0
(13)
Meninggal
0
0
(12)
Jumlah
(2)
0
(11)
Jumlah Kasus
Puskesmas
>45 th
Nanggroe Aceh Darussalam
t.a.d
(10)
5 - 14 th 15 - 44 th
1
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
(4)
Rawat Inap RS >45 th
(1)
Indonesia
(3)
5 - 14 th 15 - 44 th
380
0 1,775
Lampiran 3.26 FREKUENSI KLB MENURUT PENYAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 No
Penyakit
Frekuensi
Kasus
Mati
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Case Fatality Rate (%) (6)
1
Anthrax
2
21
1
4.76
2
Campak
122
1,467
7
0.48
3
Cikungunya
32
2,565
0
0.00
4
DBD
246
3,314
91
2.75
5
Diare
275
14,045
93
0.66
6
Diare Berdarah
1
1
0
0.00
7
Difteri
29
65
9
13.85
8
Hepatitis Klinis
2
15
0
0.00
9
Malaria Klinis
12
243
0
0.00
10 Malaria Falsiparum
92
3,924
44
1.12
11 Keracunan Makanan
107
2,445
0
0.00
12 Rabies
142
321
18
5.61
13 Typus Perut
1
18
0
0.00
14 Rubella
5
86
0
0.00
1,068
28,530
263
0.92
TOTAL Sumber: Profil Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2005
Lampiran 3.27 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE TAHUN 2001 - 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI P = Penderita M = Meninggal C = Case Fatality Rate
P
2001 M
CFR
P
2002 M
CFR
P
2003 M
CFR
P
2004 M
CFR
P
2005 M
CFR
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
2.49 2.99 1.58 4.42 0.00 0.23 5.00 1.34 7.55 0.96 0.81 2.48 0.00 1.75 11.11 4.83 0.38 8.53 0.00 13.16 2.13
367 131 133 51 137 7 349 199 15 256 373 325 378 42 369 3,132
2.72 3.82 5.26 0.00 2.92 0.00 1.15 0.00 0.00 0.00 1.88 0.31 1.32 19.05 0.00 1.63
267 145 95 95 148 48 1,371 2,194 69 133 486 5,051
1,003 25 332 355 70 952 37 323 367 293 346 325 4,428
11 3 17 4 0 19 1 11 0 25 5 4 100
1.10 12.00 5.12 1.13 0.00 2.00 2.70 3.41 0.00 8.53 1.45 1.23 2.26
413 30 52 4 591 692 106 2,988 49 89 296 49 126 5,485
10 3 2 1 10 9 1 28 3 3 8 4 12 94
2.42 10.00 3.85 25.00 1.69 1.30 0.94 0.94 6.12 3.37 2.70 8.16 9.52 1.71
401 67 442 113 9 442 20 522 53 104 248 161 68 456 54 352 523 129 170 38 4,372
10 2 7 5 0 1 1 7 4 1 2 4 0 8 6 17 2 11 0 5 93
10 5 7 0 4 0 4 0 0 0 7 1 5 8 0 51
6 6 1 2 1 0 26 28 13 7 37 127
2.25 4.14 1.05 2.11 0.68 0.00 1.90 1.28 18.84 5.26 7.61 2.51
Lampiran 3.28 JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF) MENURUT PROVINSI TAHUN 2000 - 2005
No
Tahun 2000
Provinsi
Tahun 2001
Tahun 2002
Tahun 2003
Tahun 2004
Tahun 2005
P
CFR
IR
P
CFR
IR
P
CFR
IR
P
CFR
IR
P
CFR
IR
P
CFR
IR
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
64
11
1.54
35
3
0.80
92
8.7
2.13
128
3.1
2.76
252
4.37
5.43
629
1.59
14.86
2
Sumatera Utara
96
0
0.86
138
0
1.23
348
3.7
2.80
878
2.7
7.07
1,093
2.20
8.79
3,657
1.80
30.75
3
Sumatera Barat
83
0
2.10
185
0
4.34
623
1.6
13.74
292
0.7
6.88
514
0.97
12.11
1,154
1.99
25.89
4
Riau
390
3
9.21
1,324
2
29.69
978
0.8
19.42
715
0.7
13.98
1,050
2.00
20.53
1,850
1.73
41.19
5
Jambi
131
5
5.10
129
4
5.21
272
4.0
10.71
80
2.5
2.83
275
1.45
9.74
353
3.12
13.38
6
Sumatera Selatan
1,211
2
18.59
1,890
1
27.86
1,406
1.8
19.71
1,403
2.1
17.87
1,270
1.34
16.06
1,621
0.56
18.38
7
Bengkulu
17
0
1.10
17
6
1.06
14
0.0
0.91
2
0.0
0.13
204
0.98
13.25
61
3.28
3.60
8
Lampung
66
6
0.91
228
4
3.10
197
5.1
3.43
624
2.6
9.29
908
1.54
13.51
736
1.63
10.54
9
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
29
3.4
3.21
241
4.1
26.68
53
0
5.65
46
4.35
4.60
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
746
3.49
57.58
10 Kepulauan Riau
-
11 DKI Jakarta
3,751
1
41.26
8,661
0
78.92
5,750
0.9
66.86
14,071
0.4
125.09
20,510
0.43
260.08
23,466
0.34
296.87
12 Jawa Barat
2,283
3
5.38
5,152
2
11.84
4,817
1.3
13.56
8,683
2.1
23.64
19,014
1.13
52.20
18,590
1.53
47.50
13 Jawa Tengah
4,907
2
15.09
5,001
2
15.37
6,357
1.6
19.09
8,490
2.3
25.51
9,047
1.80
27.11
6,583
2.29
19.61
492
2
14.40
917
1
26.84
992
1.0
28.57
1,553
2.3
47.09
2,206
1.41
66.89
971
1.24
29.44
3,247
1
9.25
4,224
1
12.04
5,308
1.3
15.04
4,216
1.4
11.94
8,287
1.45
23.48
15,251
1.74
42.94
14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali
-
-
-
-
-
-
713
0.7
8.00
700
3.6
8.17
2577
2.25
30.08
2,045
1.27
23.87
757
1
25.34
199
1
6.44
3,986
0.3
130.87
2,364
0.3
76.78
1935
0.41
58.64
3,596
0.50
108.97 26.62
18 Nusa Tenggara Barat
34
6
0.89
72
6
1.84
232
1.3
5.91
196
4.6
5.06
805
1.99
20.77
1,062
1.41
19 Nusa Tenggara Timur
118
0
3.07
60
3
1.52
24
4.2
0.63
260
3.2
6.34
1381
3.11
35.00
735
1.36
17.75
1,393
4
35.06
806
31
19.57
1,910
1.6
49.97
349
2.0
9.13
212
2.36
5.55
1,220
1.07
31.92 26.75
20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah
20
0
1.20
30
10
17.10
72
2.8
4.00
300
3.0
16.36
453
1.32
24.70
491
0.81
22 Kalimantan Selatan
91
7
2.94
121
6
5.64
365
0.3
17.04
178
3.4
7.47
378
0.79
10.30
341
2.35
9.29
253
1
10.51
1,423
2
58.17
2,011
2.0
80.08
1,926
1.5
77.32
2276
1.80
91.37
3,165
2.59
121.74 119.89
23 Kalimantan Timur
1,139
4
40.85
1,105
3
38.89
974
1.4
47.47
369
1.3
15.75
225
4.89
10.56
1,926
1.35
25 Sulawesi Tengah
24 Sulawesi Utara
31
7
1.57
178
6
8.67
81
2.5
3.27
184
1.0
7.47
293
3.41
13.06
780
1.00
31.73
26 Sulawesi Selatan
428
2
5.31
1,323
2
15.03
2,408
1.6
31.71
2,636
1.5
31.41
3500
0.69
41.70
2,822
1.81
34.65
27 Sulawesi Tenggara
0
0
0.00
11
0
0.63
51
0.0
2.91
43
2.3
2.45
266
0.75
13.89
758
2.90
39.25
28 Gorontalo
-
-
-
-
-
-
4
0.0
0.31
30
0.0
3.54
14
0.00
1.60
206
0.00
23.50
27
29 Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30 Maluku
3
0
0.14
0
0
0.00
0
0.0
0.00
0
0.0
0.00
0
0.00
0.00
31 Maluku Utara 32 Papua 33 Irian Jaya Barat Indonesia
0
2.00
2.66
0.00
0.00
-
-
-
-
-
-
63
3.2
7.20
2
1.0
0.23
74
9.46
8.71
24
4.17
2.65
123
6
6.04
214
2
10.34
300
1.0
14.19
603
0.8
29.13
390
2.05
18.84
183
1.09
11.02
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
184
3.26
32.62
21,134
2
10.17
33,443
1.4
15.99
40,377
1.3
19.24
51,516
1.5
23.87
79,462
1.2
37.11
95,279
1.36
43.42
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
Ket : IR (Insidens) per 100.000 penduduk
Lampiran 3.29 JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF) MENURUT PROVINSI TAHUN 2001 - 2005
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
2001 Jumlah
2002 Jumlah
(3)
(4)
7 13 6 10 7 7 4 9 3 5 22 33 5 37 6 8 6 3 8 6 9 10 5 2 20 2 3 0 2 5 263
Kabupaten/Kota Terjangkit DBD 2004 2003 Jumlah % Jumlah (5)
9 15 4 13 7 9 4 9 2 5 24 35 5 38 6 9 7 1 8 6 5 10 4 2 17 3 2 0 2 3 264
(6)
8 14 3 12 4 7 1 8 3 5 24 34 5 38 3 8 6 3 8 5 8 12 4 5 18 3 2 0 2 4 257
2005
(7)
16 15 9 14 7 11 5 10 5 5 25 35 5 38 6 9 8 10 9 11 13 13 7 5 23 1 2 0 3 6 326
80.0 65.2 56.3 87.5 90.0 71.4 71.4 100.0 71.4 83.3 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 62.5 90.0 78.6 100.0 100.0 87.5 55.6 82.1 14.3 40.0 0.0 37.5 21.4 74.1
Jumlah
%
(8)
(9)
12 17 10 11 7 9 3 10 6 5 5 25 35 5 38 6 9 9 7 7 6 13 12 9 10 21 6 5 1 0 3 4 4 330
57.1 68.0 52.6 100.0 70.0 64.3 33.3 100.0 85.7 83.3 83.3 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 43.8 58.3 42.9 100.0 92.3 100.0 100.0 91.3 60.0 100.0 20.0 0.0 37.5 20.0 44.4 75.0
Lampiran 3.30 JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERJANGKIT DAN JUMLAH KASUS GIGITAN HEWAN TERTULAR RABIES SERTA HASIL PEMERIKSAAN SPECIMEN HEWAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Kabupaten/Kota Terjangkit
%
Jumlah Kasus GHTR
Pemberian Vaksin Anti Rabies
Lyssa
Seluruhnya (3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Diperiksa (9)
Jumlah Specimen Hewan Positif % Positif (10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
21
18
85.71
109
83
2
3
3
100.00
2
Sumatera Utara
25
23
92.00
958
417
4
24
24
100.00
3
Sumatera Barat
19
18
94.74
1,457
998
7
184
120
65.22
4
Riau
11
8
72.73
395
281
2
167
75
44.91
5
Jambi
10
10
100.00
380
178
3
104
104
100.00
6
Sumatera Selatan
14
12
85.71
1,082
810
0
0
0
0.00
7
Bengkulu
9
9
100.00
542
362
5
0
0
0.00
8
Lampung
10
8
80.00
958
723
9
2
2
100.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
7
0
0.00
0
0
0
0
0
0.00
10
Kepulauan Riau
6
0
0.00
0
0
0
0
0
0.00
11
DKI Jakarta
6
0
0.00
343
174
0
16
0
0.00
12
Jawa Barat
25
1
4.00
188
135
0
2
13
Jawa Tengah
35
0
0.00
10
0
0
0
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
6
0
0.00
0
0
0
0
0
0.00
17
Bali
9
0
0.00
0
0
0
0
0
0.00
18
Nusa Tenggara Barat
9
0
0.00
0
0
0
0
0
0.00
19
Nusa Tenggara Timur
16
6
37.50
2,820
2,725
21
17
12
70.59
20
Kalimantan Barat
12
1
8.33
36
0
1
0
1
0.00
21
Kalimantan Tengah
14
9
64.29
675
487
0
57
67
117.54
22
Kalimantan Selatan
13
11
84.62
154
106
1
18
15
83.33
23
Kalimantan Timur
13
9
69.23
197
83
1
3
3
100.00
24
Sulawesi Utara
9
9
100.00
1,288
551
29
137
112
81.75
25
Sulawesi Tengah
10
11
110.00
226
114
0
114
0
0.00
26
Sulawesi Selatan
23
8
34.78
937
412
15
30
30
100.00
27
Sulawesi Tenggara
10
9
90.00
371
231
4
3
3
100.00
28
Gorontalo
5
0
0.00
0
0
0
0
0
0.00
29
Sulawesi Barat
5
2
40.00
19
0
0
0
0
0.00
30
Maluku
8
3
37.50
595
116
14
0
0
0.00
31
Maluku Utara
8
1
12.50
248
212
3
3
3
100.00
32
Papua
20
0
0.00
0
0
0
0
0
0.00
33
Irian Jaya Barat
9
0
0.00
0
0
0
0
0
0.00
440
186
42.27
884
575
65.05
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI Keterangan : GHTR = Gigitan Hewan Tertular Rabies
1 0
0.00 0.00
5
0
0.00
5
2
0
0
0
0.00
38
0
0.00
0
0
0
0
0
0.00
13,993
9,200
121
Lampiran 3.31 JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI TAHUN 2001 - 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
2001
2002
Tahun 2003
2004
(3)
(4)
(5)
(6)
1,908
1,908
1,940
1,896
2,354 104
2005 (7)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
52
52
45
102
3
Sumatera Barat
30
30
32
30
149
4
Riau
267
267
267
243
532
5
Jambi
136
136
134
220
218
6
Sumatera Selatan
91
91
44
130
191
7
Bengkulu
67
67
55
57
79
8
Lampung
73
73
73
73
74
9
Kepulauan Bangka Belitung
73
73
78
37
160
21
31
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
12
12
12
12
53
12
Jawa Barat
156
156
156
78
229
136
136
136
226
224
7
7
7
142
144
167
119
207
69
76
67
5
5
5
5
11
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
5
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
62
62
62
62
62
19
Nusa Tenggara Timur
1,706
1,706
1,706
1,706
1,627
20
Kalimantan Barat
156
156
156
261
232
21
Kalimantan Tengah
123
123
118
117
202
22
Kalimantan Selatan
135
169
135
249
385
23
Kalimantan Timur
282
282
272
195
409
24
Sulawesi Utara
72
72
72
23
26
25
Sulawesi Tengah
82
82
82
82
451
26
Sulawesi Selatan
154
154
154
110
83
27
Sulawesi Tenggara
197
197
197
182
119
14
83
224
57
30
30
5
12
36
1,334
28
Gorontalo
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat
91 57
390
57
390
390
254 Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
6,181
6,217
6,635
6,430
264 10,239
Lampiran 3.32 JUMLAH KASUS DAN PREVALENSI FRAMBUSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
Jumlah Kasus
(1)
(2)
(3)
Prevalensi / 100.000 penduduk (4)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
-
-
4
Riau
54
0.13
5
Jambi
85
0.34
6
Sumatera Selatan
61
0.09
7
Bengkulu
-
-
8
Lampung
-
-
9
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
10
Kepulauan Riau
-
-
11
DKI Jakarta
-
-
12
Jawa Barat
-
-
13
Jawa Tengah
-
-
14
DI Yogyakarta
-
-
15
Jawa Timur
7
-
16
Banten
27
0.26
17
Bali
-
-
18
Nusa Tenggara Barat
-
-
19
Nusa Tenggara Timur
2,980
7.13
9
0.02
34
0.03
20
Kalimantan Barat
-
-
21
Kalimantan Tengah
-
-
22
Kalimantan Selatan
-
-
23
Kalimantan Timur
-
-
24
Sulawesi Utara
-
-
25
Sulawesi Tengah
12
0.05
26
Sulawesi Selatan
27
Sulawesi Tenggara
28 29 30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat
-
-
1,311
6.84
Gorontalo
-
-
Sulawesi Barat
-
-
215
1.53
Indonesia Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI
-
-
294
1.11
-
-
5,089
0.23
Lampiran 3.33 JUMLAH KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN RASIO KORBAN LUKA DAN MENINGGAL TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2004
No
Provinsi
Jumlah Kecelakaan
(1)
(2)
(3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
212 911 292 613 166 323 167 374 172 4,065 1,231 846 459 1,688 150 492 434 446 234 159 201 898 387 343 862 405 48 59 102 993 17,732
Jumlah Korban
% Korban
Mati
Luka Berat
Luka Ringan
Total
(4)
(5)
(6)
(7)
314 701 157 418 83 199 90 311 54 1,827 927 926 467 1,513 120 299 267 436 225 108 63 579 277 208 347 242 25 36 58 807 12,084
677 2,077 657 1,353 337 681 298 1,011 231 5,278 2,547 2,103 809 3,751 355 923 843 942 580 328 338 1,261 699 529 1,401 518 118 112 107 1,407 32,271
196 759 353 556 174 304 145 389 141 1,010 940 739 198 1,379 152 426 352 278 226 142 230 397 287 189 720 165 55 41 24 237 11,204
167 617 147 379 80 178 63 311 36 2,441 680 438 144 859 83 198 224 228 129 78 45 285 135 132 334 111 38 35 25 363 8,983
Sumber : Ditlantas, Babinkam Mabes Polri (khusus Polda NAD data hanya s/d bulan Nopember 2004)
Rasio/100.000 Penduduk
Mati
Luka Berat
Luka Ringan
Korban
Mati
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
28.95 36.54 53.73 41.09 51.63 44.64 48.66 38.48 61.04
24.67 29.71 22.37 28.01 23.74 26.14 21.14 30.76 15.58
46.38 33.75 23.90 30.89 24.63 29.22 30.20 30.76 23.38
16.61 17.21 14.51 23.82 12.86 10.32 19.33 14.38 22.81
0.71 0.30 1.19 0.72 1.97 0.68 3.16 0.55 6.03
19.14 36.91 35.14 24.47 36.76 42.82 46.15 41.76 29.51 38.97 43.29 68.05 31.48 41.06 35.73 51.39 31.85 46.61 36.61 22.43 16.84 34.72
46.25 26.70 20.83 17.80 22.90 23.38 21.45 26.57 24.20 22.24 23.78 13.31 22.60 19.31 24.95 23.84 21.43 32.20 31.25 23.36 25.80 27.84
34.62 36.40 44.03 57.73 40.34 33.80 32.39 31.67 46.28 38.79 32.93 18.64 45.92 39.63 39.32 24.77 46.72 21.19 32.14 54.21 57.36 37.45
60.49 6.62 6.49 25.12 10.31 3.91 27.20 20.68 22.76 14.46 17.57 10.50 45.66 32.45 23.56 16.79 27.10 13.17 9.04 12.31 56.23 14.87
0.22 0.10 0.11 0.76 0.10 0.47 1.36 1.02 0.71 0.97 2.32 2.11 1.14 1.91 1.59 0.62 1.67 5.20 2.96 2.58 0.67 0.02
Kerugian Harta Benda Materiil (13)
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp.
833,400,000 3,923,525,000 1,266,100,000 3,205,290,000 571,950,000 1,916,675,000 376,400,000 2,632,000,000 330,550,000 10,613,360,000 3,536,540,000 3,552,208,000 650,980,000 4,873,394,000 475,350,000 661,950,000 692,076,000 990,850,000 805,015,000 370,125,000 782,350,000 2,882,135,000 1,008,440,200 721,725,000 2,057,331,500 649,775,000 225,900,000 80,250,000 163,050,000 2,196,900,000 53,045,594,700
Lampiran 3.34 PERSENTASE BATITA (0 - 35 BULAN) MENURUT STATUS GIZI DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
Provinsi
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Buruk+Kurang
Gizi Normal
Gizi Lebih
Jumlah
(6)
(7)
(8)
(kolom 3+4) (1)
(2)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
(3)
(4)
-
(5)
-
-
-
-
-
2 Sumatera Utara
11.06
17.14
28.20
67.86
3.94
100.00
3 Sumatera Barat
10.11
18.92
29.03
67.57
3.41
100.00
4 Riau
9.50
16.46
25.96
67.73
6.31
100.00
5 Jambi
5.25
16.61
21.85
72.54
5.61
100.00
6 Sumatera Selatan
8.65
16.93
25.59
68.96
5.45
100.00
7 Bengkulu
6.07
19.86
25.93
69.82
4.25
100.00
8 Lampung
6.09
15.23
21.32
73.55
5.13
100.00
9 Kepulauan Bangka Belitung
6.84
15.20
22.04
71.69
6.26
100.00 100.00
10 Kepulauan Riau
10.42
17.92
28.34
66.91
4.75
11 DKI Jakarta
6.62
15.11
21.73
73.17
5.11
100.00
12 Jawa Barat
5.43
15.41
20.84
75.25
3.91
100.00
13 Jawa Tengah
5.29
16.30
21.59
75.10
3.31
100.00
14 DI Yogyakarta
2.82
10.63
13.45
82.65
3.90
100.00
15 Jawa Timur
5.24
16.84
22.07
74.20
3.73
100.00
16 Banten
7.57
17.00
24.56
70.20
5.24
100.00
17 Bali
4.69
13.15
17.84
77.56
4.60
100.00
18 Nusa Tenggara Barat
7.25
22.80
30.05
67.07
2.89
100.00
19 Nusa Tenggara Timur
11.72
25.17
36.89
60.77
2.33
100.00
20 Kalimantan Barat
12.30
20.12
32.43
63.97
3.60
100.00
21 Kalimantan Tengah
11.28
17.91
29.19
66.82
3.98
100.00
22 Kalimantan Selatan
100.00
10.49
22.57
33.06
63.59
3.35
23 Kalimantan Timur
7.71
16.06
23.77
70.74
5.49
100.00
24 Sulawesi Utara
8.06
15.69
23.75
69.67
6.57
100.00
25 Sulawesi Tengah
10.04
21.48
31.52
65.73
2.74
100.00
26 Sulawesi Selatan
8.15
20.19
28.34
67.86
3.81
100.00
27 Sulawesi Tenggara
9.59
18.22
27.81
68.17
4.02
100.00
28 Gorontalo
15.07
26.28
41.34
55.92
2.74
100.00
29 Maluku
21.30
20.41
41.71
53.19
5.10
100.00
8.73
15.69
24.42
71.16
4.42
100.00
13.60
18.53
32.13
62.65
5.22
100.00
8.51
18.23
26.74
69.16
4.09
100.00
30 Maluku Utara 31 Papua Indonesia Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, 2005
Lampiran 3.35 PERSENTASE BALITA (0 - 59 BULAN) MENURUT STATUS GIZI DAN PROVINSI TAHUN 2005
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Provinsi
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Buruk+Kurang (3+4)
Gizi Normal
Gizi Lebih
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
10.45 10.81 9.27 5.54 8.54 6.97 7.24 8.70 10.19 7.30 5.77 5.84 4.08 5.67 6.98 5.10 8.44 13.04 11.56 10.19 11.29 7.59 8.44 10.36 8.65 10.04 15.41 15.19 10.24 13.75 8.80
18.20 19.63 16.54 18.72 17.52 19.59 16.72 17.04 17.27 15.03 16.23 18.13 10.97 18.09 19.19 15.41 24.95 28.03 21.16 17.18 24.48 18.33 14.67 20.96 21.51 19.34 26.07 18.47 17.06 17.46 19.24
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Indonesia
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, 2005
28.65 30.44 25.81 24.27 26.06 26.55 23.97 25.74 27.47 22.34 22.00 23.97 15.05 23.76 26.17 20.52 33.39 41.07 32.71 27.38 35.78 25.92 23.11 31.32 30.16 29.38 41.48 33.66 27.30 31.21 28.05
67.79 66.88 67.52 71.33 69.02 69.91 72.33 69.07 68.56 72.87 74.82 73.34 81.76 73.04 69.49 75.73 64.42 57.25 63.61 68.54 61.94 69.55 71.27 66.50 66.51 67.69 56.44 62.51 68.90 63.93 68.48
3.56 2.68 6.67 4.41 4.92 3.53 3.71 5.19 3.97 4.80 3.19 2.69 3.19 3.20 4.33 3.76 2.19 1.68 3.67 4.08 2.29 4.53 5.62 2.18 3.33 2.93 2.07 3.83 3.80 4.86 3.48
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Lampiran 3.36 DISTRIBUSI KASUS GIZI BURUK MENURUT PROVINS TAHUN 2005 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Jumlah Balita
Jumlah Kasus Gizi Buruk yang Dilaporkan
% Kasus Gizi Buruk
Jumlah Kasus Meninggal
% Kasus Gizi Buruk Meninggal
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau* DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat* Indonesia
341,909 1,010,931 364,655 451,175 270,468 609,468 169,950 583,404 830,000
3,763 657 152 56 324 183 390 230 7
1.10 0.06 0.04 0.01 0.12 0.03 0.23 0.04 0.00
8 0 0 4 0 0 0 4 0
0.21 0.00 0.00 7.14 0.00 0.00 0.00 1.74 0.00
713,006 3,137,129 2,693,877 184,317 2,987,667 750,574 273,579 498,095 477,829 354,185 277,614 337,390 218,102 165,472 281,364 988,056 162,781 72,687 170,152 157,016 66,704 200,238
52 18,095 12,028 6,591 7,331 107 3,950 13,969 349 39 56 225 108 491 369 879 2,097 3 1,402 1,120 1,155
0.01 0.58 0.45 0.00 0.22 0.98 0.04 0.79 2.92 0.10 0.01 0.02 0.10 0.07 0.17 0.04 0.54 2.88 0.00 0.89 1.68 0.58
0 0 94 0 46 0 0 40 58 0 1 4 0 0 2 13 0 13 0 2 1 3
0.00 0.00 0.78 0.70 0.00 0.00 1.01 0.42 0.00 2.56 7.14 0.00 0.00 0.41 3.52 0.00 0.62 0.00 0.14 0.09 0.26
19,799,794
76,178
0.38
293
0.38
Sumber : Dit. Gizi, Binkesmas berdasarkan lap. Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2005 Ket: *Prov. Kepulauan Riau termasuk Riau, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 3.37 JUMLAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN PREVALENSI GIZI KURANG PADA BALITA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Jumlah Kab/Kota dengan Prevalensi Gizi Kurang pada Balita 20 - 29,9% 30 - 39,9% ≥ 40% Tidak Ada Data
Jumlah Kabupaten/Kota
< 20%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
21 25 19 11 10 14 9 10 7 6 6 25 35 5 38 6 9 9 16 12 14 13 13 9 10 23 10 5 5 8 8 20 9 440
0 4 2 1 2 2 1 1 1 1 2 9 8 5 11 0 4 0 0 2 2 0 2 6 1 0 0 0 0 0 3 3 1 74
0 10 8 6 7 8 6 9 5 2 3 15 22 0 19 5 5 4 2 3 6 3 8 0 3 11 7 0 0 3 2 6 4 192
7 7 6 3 1 4 2 0 1 3 1 1 2 0 8 1 0 3 4 4 5 6 3 3 6 10 2 2 4 4 2 8 3 116
11 4 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 10 3 1 4 0 0 0 2 1 3 0 1 1 2 1 51
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 7
Sumber : Bina Kesehatan Masyarakat, Depkes, 2006
Lampiran 3.38
PERSENTASE STATUS GIZI (TINGGI BADAN MENURUT UMUR) PADA BALITA 24 - 59 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan+Perdesaan No
Provinsi
Pendek Sekali
Pendek
Normal
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
24.21 24.84 24.19 17.55 15.79 20.44 15.73 19.80 18.02 14.77 20.62 17.48 13.95 18.19 28.64 16.53 28.57 30.61 22.33 21.59 30.09 17.21 18.30 20.89 26.86 19.88 30.51 16.47 39.47 23.21 21.41
18.51 22.11 13.86 16.89 19.38 22.22 19.47 18.81 13.51 11.57 18.00 18.58 13.95 18.19 21.96 17.62 21.92 22.60 20.95 19.32 20.65 15.81 23.21 23.63 18.77 22.32 22.60 19.41 20.18 15.61 18.93
57.28 53.05 61.95 65.56 64.83 57.33 64.80 61.39 68.47 73.67 61.37 63.94 72.09 63.61 49.40 65.85 49.51 46.79 56.72 59.09 49.26 66.98 58.48 55.48 54.37 57.80 46.89 64.12 40.35 61.18 59.66
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat
Indonesia
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Lampiran 3.38.a
PERSENTASE STATUS GIZI (TINGGI BADAN MENURUT UMUR) PADA BALITA 24 - 59 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan No
Provinsi
Pendek Sekali
Pendek
Normal
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
-
-
-
-
(1)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
13.73
19.72
66.55
100
3
Sumatera Barat
15.57
18.85
65.57
100
4
Riau
27.01
15.33
57.66
100
5
Jambi
9.17
17.43
73.39
100
6
Sumatera Selatan
5.10
15.92
78.98
100
7
Bengkulu
10.77
16.92
72.31
100
8
Lampung
6.25
16.67
77.08
100
9
Kepulauan Bangka Belitung
6.67
18.33
75.00
100
10
Kepulauan Riau
17.35
13.27
69.39
100
11
DKI Jakarta
14.77
11.57
73.67
100
12
Jawa Barat
19.97
17.30
62.73
100
13
Jawa Tengah
15.10
18.78
66.12
100
14
DI Yogyakarta
11.73
11.11
77.16
100
15
Jawa Timur
15.91
17.21
66.88
100
16
Banten
29.80
20.20
50.00
100
17
Bali
12.76
16.84
70.41
100
18
Nusa Tenggara Barat
22.75
23.28
53.97
100
19
Nusa Tenggara Timur
26.15
18.46
55.38
100
20
Kalimantan Barat
16.67
21.60
61.73
100
21
Kalimantan Tengah
27.59
17.24
55.17
100
22
Kalimantan Selatan
30.94
15.11
53.96
100
23
Kalimantan Timur
10.53
18.42
71.05
100
24
Sulawesi Utara
18.67
28.00
53.33
100
25
Sulawesi Tengah
23.21
16.07
60.71
100
26
Sulawesi Selatan
20.63
17.50
61.88
100
27
Sulawesi Tenggara
13.79
29.31
56.90
100
28
Gorontalo
25.00
17.31
57.69
100
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
30
Maluku
12.50
14.58
72.92
100
31
Maluku Utara
31.58
21.05
47.37
100
32
Papua
15.12
23.26
61.63
100
33
Irian Jaya Barat
-
-
-
-
17.09
17.41
65.50
100
Indonesia
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Lampiran 3.38.b
PERSENTASE STATUS GIZI (TINGGI BADAN MENURUT UMUR) PADA BALITA 24 - 59 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Perdesaan No
Provinsi
Pendek Sekali
Pendek
Normal
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
-
-
-
-
32.76 28.05 22.28 22.28 22.22 24.38 17.13 25.35 23.08 21.29 19.16 16.55 19.97 27.60 20.81 31.99 31.13 25.00 20.41 29.50 24.75 18.12 20.34 29.04 21.19 32.80
17.53 23.23 12.87 16.58 21.46 24.38 19.88 19.01 15.38 18.71 18.44 17.27 18.96 23.53 18.50 21.12 23.08 20.64 19.73 24.50 12.87 20.81 25.42 19.21 20.82 24.80
49.71 48.73 64.85 61.14 56.32 51.25 63.00 55.63 61.54 60.00 62.39 66.19 61.06 48.87 60.69 46.89 45.80 54.36 59.86 46.00 62.38 61.07 54.24 51.75 57.99 42.40
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
18.03 41.05 27.81 24.25
21.31 20 11.26 19.94
60.66 38.95 60.93 55.81
100 100 100 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat* Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat*
Indonesia
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Lampiran 3.39
PERSENTASE STATUS GIZI (BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN) PADA BALITA 24 - 59 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan+Pedesaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Kurus Sekali
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat* Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat*
Indonesia
Kurus
Normal
(4)
-
Lebih
(5)
-
Total
(6)
-
(7)
-
-
6.87 7.63 7.87 5.21 8.99 8.71 3.56 9.22 11.21 9.35 4.87 5.19 4.56 4.00 5.44 5.36 5.44 7.31 7.50 3.81 5.08 6.78 4.72 5.08 7.15 4.71 6.44
8.96 10.72 8.92 7.17 9.22 10.37 10.69 6.31 10.34 12.24 9.13 8.52 5.21 8.33 8.16 8.04 7.69 12.09 9.42 16.19 13.28 4.24 8.15 8.47 11.13 9.41 11.39
71.34 72.58 59.84 74.59 72.12 65.15 75.06 72.33 60.34 63.61 74.81 74.92 81.43 75.27 67.80 74.26 80.11 73.58 71.54 51.43 72.88 72.03 70.82 76.95 72.18 76.47 66.83
12.84 9.07 23.36 13.03 9.68 15.77 10.69 12.14 18.10 14.80 11.19 11.36 8.79 12.40 18.59 12.33 6.75 7.01 11.54 28.57 8.76 16.95 16.31 9.49 9.54 9.41 15.35
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
9.68 9.45 8.18
11.83 9.45 7.81
68.82 50.39 67.29
9.68 30.71 16.73
100 100 100
6.13
9.35
72.15
12.36
100
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005 Ket: * Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 3.39.a
PERSENTASE STATUS GIZI (BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN) PADA BALITA 24 - 59 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Perkotaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Kurus Sekali
Kurus
Normal
Lebih
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
8.01 8.66 6.99 6.48 8.75 10.77 6.67 12.87 9.35 4.01 5.60 4.76 4.17 7.62 6.03 5.85 13.70 5.36 3.45 7.09 6.58 7.14 9.20 3.17 9.43
13.24 9.45 11.19 8.33 8.75 12.31 14.58 3.33 11.88 12.24 7.89 6.40 3.57 8.04 7.62 9.55 9.04 6.85 8.93 25.00 14.48 3.94 5.26 16.07 17.18 7.94 7.55
68.64 70.08 57.34 78.70 76.88 75.38 81.25 81.67 58.42 63.61 73.53 77.60 82.14 73.26 64.76 74.37 82.45 69.86 76.19 62.50 71.72 74.80 60.53 62.50 70.55 69.84 79.25
10.10 11.81 24.48 6.48 5.63 1.54 4.17 8.33 16.83 14.80 14.57 10.40 9.52 14.53 20.00 10.05 2.66 9.59 9.52 12.50 10.34 14.17 27.63 14.29 3.07 10.05 3.77
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
9.80 10.87
11.76 4.35 6.52
74.51 56.52 76.09
3.92 39.13 6.52
100.00 100.00 100.00
6.49
9.29
71.97
12.25
100.00
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat* Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat*
Indonesia
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005 Ket: * Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 3.39.b
PERSENTASE STATUS GIZI (BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN) PADA BALITA 24 - 59 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Perdesaan No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Kurus Sekali
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat * Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat*
Indonesia
Kurus
Normal
(4)
-
Lebih
(5)
-
Total
(6)
-
(7)
-
-
6.01 7.26 8.40 4.52 9.12 7.95 4.06 10.27 5.78 4.92 4.32 3.86 3.46 4.60 5.22 6.53 8.52 4.49 6.22 6.42 3.82 4.60 6.44 5.05 5.37
5.74 11.17 7.56 6.53 9.49 9.66 10.14 7.53 10.44 9.97 7.19 8.56 8.66 6.32 6.96 12.73 9.66 14.61 12.44 4.59 9.55 6.69 9.01 9.75 12.75
73.37 73.46 61.34 72.36 69.34 61.36 74.59 68.49 73.33 76.16 73.09 80.58 76.84 70.56 74.14 78.84 74.04 69.32 49.44 73.68 68.81 75.80 80.33 72.75 77.98 62.42
14.88 8.10 22.69 16.58 12.04 21.02 11.59 13.70 26.67 7.62 12.02 7.91 10.74 17.32 14.94 8.99 6.70 12.50 31.46 7.66 20.18 10.83 8.37 11.80 7.22 19.46
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
9.63 11.54 6.78
11.85 10.58 8.47
66.67 49.04 62.71
11.85 28.85 22.03
100.00 100.00 100.00
5.9
9.39
72.27
12.44
100.00
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005 Ket: * Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 3.40
PERSENTASE WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN) MENURUT TIPE DAERAH, UKURAN LILA DAN PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
Perkotaan Ukuran Lila < 23,5 > 23,5 (3)
Perdesaan Ukuran Lila < 23,5 > 23,5
Jumlah
(4)
(5)
-
-
Sumatera Utara
12.66
87.34
3
Sumatera Barat
13.94
4
Riau
10.25
5
Jambi
6
(6)
(7)
(8)
-
-
100.00
12.72
87.28
86.06
100.00
15.77
89.75
100.00
14.09
11.44
88.56
100.00
Sumatera Selatan
16.71
83.29
7
Bengkulu
17.34
8
Lampung
9
(9)
(11)
-
100.00
12.69
87.31
100.00
84.23
100.00
15.19
84.81
100.00
85.91
100.00
12.63
87.37
100.00
13.88
86.12
100.00
13.12
86.88
100.00
100.00
18.48
81.52
100.00
17.82
82.18
100.00
82.66
100.00
17.06
82.94
100.00
17.13
82.87
100.00
13.70
86.30
100.00
15.12
84.88
100.00
14.93
85.07
100.00
Kepulauan Bangka Belitung
14.98
85.02
100.00
15.89
84.11
100.00
15.64
84.36
100.00
10
Kepulauan Riau
12.64
87.36
100.00
10.47
89.53
100.00
12.34
87.66
100.00
11
DKI Jakarta
12.08
87.92
100.00
-
-
12.08
87.92
100.00
12
Jawa Barat
13.91
86.09
100.00
14.19
85.81
100.00
14.04
85.96
100.00
13
Jawa Tengah
16.96
83.31
100.00
17.43
82.57
100.00
17.12
82.88
100.00
14
DI Yogyakarta
16.22
83.78
100.00
19.84
80.16
100.00
17.80
82.20
100.00
15
Jawa Timur
13.67
86.33
100.00
17.02
82.98
100.00
15.57
84.43
100.00
16
Banten
15.01
84.99
100.00
18.60
81.40
100.00
16.78
83.22
100.00
17
Bali
11.41
88.59
100.00
11.96
88.04
100.00
11.69
88.31
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
20.71
79.29
100.00
22.80
77.20
100.00
22.01
77.99
100.00
19
Nusa Tenggara Timur
23.85
76.15
100.00
43.78
56.22
100.00
40.35
59.65
100.00
20
Kalimantan Barat
11.59
88.41
100.00
16.44
83.56
100.00
15.00
85.00
100.00
21
Kalimantan Tengah
15.64
84.36
100.00
16.81
83.19
100.00
16.60
83.40
100.00
22
Kalimantan Selatan
14.90
85.10
100.00
19.01
80.99
100.00
17.45
82.55
100.00
23
Kalimantan Timur
12.06
87.94
100.00
9.28
90.72
100.00
10.85
89.15
100.00
24
Sulawesi Utara
16.15
83.85
100.00
6.20
93.80
100.00
9.75
90.25
100.00
25
Sulawesi Tengah
20.00
80.00
100.00
14.58
85.42
100.00
15.76
84.24
100.00
26
Sulawesi Selatan
19.34
80.66
100.00
15.08
84.92
100.00
16.50
83.50
100.00
27
Sulawesi Tenggara
12.31
87.69
100.00
17.13
82.87
100.00
16.17
83.83
100.00
28
Gorontalo
13.78
86.22
100.00
13.78
86.22
100.00
13.78
86.22
100.00
29
Sulawesi Barat*
30
Maluku
14.90
85.1
100.00
15.81
84.19
100.00
15.52
84.48
100.00
31
Maluku Utara
11.54
88.46
100.00
19.95
80.05
100.00
17.53
82.47
100.00
32
Papua
15.84
84.16
100.00
27.65
72.35
100.00
24.69
75.31
100.00
33
Irian Jaya Barat* 14.38
85.62
100.00
17.64
82.36
100.00
16.24
83.76
100.00
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Indonesia
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005 Ket: * Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
-
(10)
-
1
-
Perkotaan + Perdesaan Ukuran Lila Jumlah < 23,5 > 23,5
Jumlah
-
-
Lampiran 3.41
PERSENTASE WANITA USIA 15 - 49 TAHUN MENURUT TIPE DAERAH, UKURAN LILA DAN KELOMPOK UMUR, TAHUN 2005 Perkotaan Ukuran Lila < 23,5 > 23,5
Perdesaan Ukuran Lila Jumlah < 23,5 > 23,5
Perkotaan + Perdesaan Ukuran Lila Jumlah < 23,5 > 23,5
No
Kelompok Umur
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
15 - 19
31.61
68.39
100.00
34.17
65.83
100.00
33.08
66.92
100.00
2
20 - 24
21.36
78.64
100.00
21.95
78.05
100.00
21.67
78.33
100.00
3
25 - 29
13.64
86.36
100.00
15.28
84.72
100.00
14.55
85.45
100.00
4
30 - 34
8.38
91.62
100.00
12.01
87.99
100.00
10.45
89.55
100.00
5
35 - 39
5.79
94.21
100.00
11.38
88.62
100.00
9.05
90.95
100.00
6
40 - 44
5.82
94.18
100.00
11.86
88.14
100.00
9.37
90.63
100.00
7
45 - 49
6.63
93.37
100.00
12.82
87.80
100.00
10.26
89.74
100.00
14.38
85.62
100.00
17.64
82.36
100.00
16.24
83.76
100.00
Total
Jumlah
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005
Lampiran 3.42
PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGKONSUMSI GARAM BERYODIUM MENURUT PROVINSI TAHUN 2002-2005 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat* Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat* Indonesia
2002
Cukup 2003
2005
2002
Kurang 2003
2005
2002
Tidak ada 2003
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
85.60 92.88 91.59 95.57 89.04 95.39 85.68 87.08 59.93 67.83 54.62 65.86 67.82 61.92 45.21 18.02 32.55 86.36 92.51 90.53 93.42 96.97 84.57 59.94 58.71 98.45
90.62 93.02 90.10 96.47 92.19 94.53 85.48 95.00 55.91 69.71 59.43 67.16 74.75 61.33 43.56 21.45 34.07 88.29 93.23 90.25 96.26 94.33 89.85 59.69 66.84 88.58
91.22 88.34 89.24 91.82 86.89 86.17 75.61 93.53 87.90 61.37 66.39 62.77 74.33 72.32 51.66 45.48 23.97 36.77 83.73 88.94 84.37 82.63 92.09 84.40 59.54 64.36 85.38
12.33 6.81 7.34 4.26 7.22 4.25 12.02 10.83 18.03 20.80 19.48 22.68 12.30 21.74 15.23 22.92 14.62 11.82 6.56 8.56 5.50 2.77 13.28 15.11 15.65 1.43
8.43 6.71 6.35 3.47 6.45 5.22 11.57 4.44 17.14 19.31 20.47 23.08 11.81 22.87 16.28 17.79 10.38 10.75 6.61 8.81 3.36 5.50 8.86 15.03 14.41 8.85
7.81 10.61 8.13 7.80 10.33 13.15 17.67 5.87 9.29 18.05 21.97 20.13 20.32 12.68 28.72 15.53 15.88 10.75 14.08 10.46 13.56 12.07 7.57 13.51 17.67 14.66 14.32
2.07 0.31 1.07 0.17 3.74 0.36 2.30 2.09 22.03 11.38 25.90 11.46 19.87 16.33 39.55 59.06 52.84 1.81 0.93 0.91 1.08 0.27 2.15 24.95 25.64 0.12
0.95 0.26 3.55 0.07 1.37 0.25 2.94 0.56 26.95 10.98 20.09 9.76 13.44 15.80 40.15 60.76 55.55 0.96 0.16 0.94 0.39 0.17 1.29 25.28 18.75 2.57
0.97 1.05 2.63 0.38 2.78 0.68 6.72 0.60 2.81 20.58 11.64 17.11 5.35 15.00 19.63 38.99 60.15 52.48 2.19 0.60 2.07 5.30 0.34 2.09 22.79 20.98 0.30
-
39.09 69.53 91.67
43.93 72.15 93.57
-
7.03 14.84 7.31
8.74 14.32 4.59
-
53.87 15.64 1.03
47.33 13.54 1.85
68.53
73.24
72.81
15.42
12.71
14.02
16.05
14.05
13.17
Sumber: Dit. Gizi Masyarakat, Depkes RI dan Dit. Statistik Kesra, BPS, 2005 Ket: * Prov. Sulawesi Barat termasuk Sulawesi Selatan, Irian Jaya Barat termasuk Papua
Lampiran 4.1 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 & K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Ibu Hamil No
Provinsi
(1)
(2)
Ibu Bersalin
Jumlah
K1
% K1
K4
% K4
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kunjungan Neonatus
Jumlah
Ditolong Nakes
% Ditolong Nakes
(8)
(9)
(10)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
109,652
92,425
84.29
80,087
73.04
105,209
65,428
62.19
2 Sumatera Utara
347,683
292,471
84.12
272,448
78.36
323,789
239,712
74.03
Jumlah
Kunjungan Neonatus1
% KN 1
(11)
(12)
(13)
101,579 306,833
-
-
Kunjungan Neonatus2
% KN2
(14)
(15)
-
-
228,415
74.44
4,814
1.57
3 Sumatera Barat
106,556
97,183
91.20
84,996
79.77
100,860
80,837
80.15
96,445
83,691
86.78
83,691
86.78
4 Riau
129,160
113,255
87.69
107,826
83.48
120,176
85,987
71.55
116,771
96,476
82.62
91,069
77.99
70,417
64,272
91.27
55,261
78.48
64,910
53,317
82.14
64,910
52,750
81.27
40,146
61.85
151,982
139,979
92.10
130,934
86.15
145,858
118,340
81.13
139,555
120,103
86.06
7 Bengkulu
47,360
37,892
80.01
35,008
73.92
45,208
31,530
69.74
43,054
32,939
76.51
31,495
73.15
8 Lampung
171,515
155,359
90.58
142,751
83.23
163,719
123,186
75.24
155,923
137,723
88.33
134,778
86.44
27,219
26,680
98.02
24,796
91.10
25,977
22,619
87.07
24,871
19,875
79.91
40,089
37,286
93.01
31,610
78.85
34,574
28,377
82.08
-
-
227,316
204,862
90.12
169,641
74.63
213,341
149,281
69.97
203,041
148,876
73.32
143,099
70.48
5 Jambi 6 Sumatera Selatan
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta
-
-
-
-
-
12 Jawa Barat
981,342
844,116
86.02
748,461
76.27
943,687
620,747
65.78
904,425
568,815
62.89
708,105
78.29
13 Jawa Tengah
654,664
583,281
89.10
518,570
79.21
475,826
348,517
73.24
412,658
375,180
90.92
274,699
66.57
14 DI Yogyakarta
51,736
50,785
98.16
42,246
81.66
49,678
41,022
82.58
47,045
-
89.63
554,698
79.45
641,054
551,944
86.10
634,705
579,225
15 Jawa Timur 16 Banten
698,177
625,754
-
40,283
85.63
91.26
556,055
87.61
258,694
232,386
89.83
186,447
72.07
247,676
155,308
62.71
235,524
102,077
43.34
189,112
80.29
68,472
74,379
108.63
59,375
86.71
65,403
58,529
89.49
62,280
39,360
63.20
32,399
52.02
18 Nusa Tenggara Barat
111,186
98,454
88.55
88,930
79.98
105,714
78,397
74.16
102,692
89,348
87.01
87,114
84.83
19 Nusa Tenggara Timur
120,975
111,216
91.93
79,691
65.87
106,974
63,441
59.31
87,957
69,067
78.52
68,509
77.89
20 Kalimantan Barat
86,258
77,226
89.53
56,683
65.71
80,317
54,918
68.38
75,855
39,360
51.89
32,399
42.71
21 Kalimantan Tengah
53,827
48,540
90.18
41,727
77.52
50,102
37,529
74.91
47,373
39,479
83.34
39,214
82.78
22 Kalimantan Selatan
81,680
74,231
90.88
60,956
74.63
76,329
61,748
80.90
-
-
23 Kalimantan Timur
71,684
65,262
91.04
57,642
80.41
68,056
49,860
73.26
65,543
53,425
81.51
51,942
79.25 40.64
17 Bali
-
-
-
24 Sulawesi Utara
47,724
44,795
93.86
38,473
80.62
44,866
29,966
66.79
44,379
25,956
58.49
18,034
25 Sulawesi Tengah
58,847
50,272
85.43
44,418
75.48
56,109
35,196
62.73
56,032
40,422
72.14
39,085
69.75
26 Sulawesi Selatan
186,293
166,536
89.39
130,515
70.06
177,005
121,407
68.59
168,453
101,082
60.01
87,242
51.79
27 Sulawesi Tenggara
45,128
36,756
81.45
31,511
69.83
41,667
27,865
66.88
41,085
32,483
79.06
29,733
72.37
28 Gorontalo
24,430
22,238
91.03
19,374
79.30
23,320
16,377
70.23
21,893
18,515
84.57
17,417
79.56
-
-
-
29 Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30 Maluku
22,645
22,345
98.68
17,945
79.24
25,028
14,718
58.81
23,587
16,948
71.85
16,504
69.97
31 Maluku Utara
22,582
19,521
86.44
16,155
71.54
21,678
13,039
60.15
20,774
15,858
76.34
15,010
72.25
32 Papua
48,694
30,266
62.16
21,874
44.92
46,480
15,579
33.52
44,267
17,334
39.16
-
-
-
33 Irian Jaya Barat Indonesia
5,123,987
4,540,023
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
88.60
3,951,049
77.11
4,690,590
3,394,721
72.37
4,349,509
3,144,782
72.30
2,831,948
65.11
Lampiran 4.2 CAKUPAN DETEKSI RISIKO, RUJUKAN KASUS RISTI, DAN PENANGANAN KOMPLIKASI IBU HAMIL DAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No
Provinsi
(1)
(2)
Rujukan Kasus Risti Maternal Neonatal
Deteksi Risiko Oleh Nakes Masyarakat
Penanganan Komplikasi Obstetri Neonatal
Jumlah
Jumlah
Ibu Hamil
Ibu Bersalin
Abs
%
Abs
%
Abs
%
Abs
%
Abs
%
Abs
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
109,652
105,209
9,458
8.63
1,542
1.41
2
Sumatera Utara
347,683
323,789
27,085
7.79
6,825
1.96
-
3
Sumatera Barat
106,556
100,860
14,779
13.87
4,634
4.35
1,930
1.81
465
0.44
1,127
1.12
524
0.52
4
Riau
129,160
120,176
15,797
12.23
2,709
2.10
1,810
1.40
218
0.17
3,265
2.72
1,870
1.56
5
Jambi
94
0.13
1,063
1.64
9
0.01
6
Sumatera Selatan
7
1,748
0.50
-
-
1,130
70,417
64,910
7,747
11.00
999
1.42
625
0.89
151,982
145,858
17,677
11.63
6,262
4.12
1,051
0.69
-
Bengkulu
47,360
45,208
7,779
16.43
1,125
2.38
1,089
2.30
850
8
Lampung
171,515
163,719
13,587
7.92
2,065
1.20
3,597
2.10
9
Kepulauan Bangka Belitung
27,219
25,977
1,241
4.56
1,478
5.43
434
1.59
10
Kepulauan Riau
40,089
34,574
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
227,316
213,341
17,122
7.53
3,433
1.51
-
-
12
Jawa Barat
981,342
943,687
25,262
2.57
10,773
1.10
16,189
1.65
31
13
Jawa Tengah
654,664
475,826
14
DI Yogyakarta
51,736
49,678
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
18 19 20
Kalimantan Barat
86,258
21
Kalimantan Tengah
53,827
22
Kalimantan Selatan
81,680
23
Kalimantan Timur
71,684
24
Sulawesi Utara
47,724
698,177
641,054
4,493 107,817
-
-
0.33
-
1,750
0.54
-
-
1,076
0.33
-
-
-
-
1.79
-
-
-
-
313
0.18
-
-
-
-
141
0.52
716
2.76
270
1.04
31
0.08
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13,261
1.41
102
0.01
-
-
-
82,636
12.62
41,745
6.38
-
8.68
-
-
1,275
2.46
430
0.83
2,639
-
-
-
5.31
320
0.64 -
15.44
40,005
5.73
19,080
2.73
2,027
0.29
-
-
-
258,694
247,676
10,822
4.18
8,644
3.34
4,271
1.65
401
0.16
-
-
-
-
68,472
65,403
8,425
12.30
516
0.75
764
1.12
131
0.19
1,442
2.20
131
0.20
Nusa Tenggara Barat
111,186
105,714
16,284
14.65
8,011
7.21
Nusa Tenggara Timur
120,975
106,974
13,949
11.53
9,258
7.65
1,298
80,317
8,968
10.40
2,057
2.38
50,102
4,885
9.08
94
0.17
76,329
8,826
10.81
3,840
4.70
-
-
68,056
11,435
15.95
1,235
1.72
108
0.15
44,866
7,211
15.11
1,007
2.11
1,616
3.39
-
-
-
1.07
225
-
3,046
3.53
647
0.75
321
0.60
79
0.15
44
0.06
-
0.19
-
-
-
-
-
-
-
2.67
556
0.52
3,205
3.99
1,349
1.68
1,101
2.20
331
0.66 -
2,851
-
-
-
-
-
-
-
748
1.67
469
1.05
25
Sulawesi Tengah
58,847
56,109
6,895
11.72
1,982
3.37
846
1.44
289
0.49
998
1.78
1,219
2.17
26
Sulawesi Selatan
186,293
177,005
21,469
11.52
9,986
5.36
5,561
2.99
583
0.31
7,210
4.07
10,036
5.67
27
Sulawesi Tenggara
45,128
41,667
5,965
13.22
4,973
11.02
818
1.81
101
0.22
711
1.71
89
0.21
28
Gorontalo
24,430
23,320
3,611
14.78
521
2.13
296
1.21
10
0.04
756
3.24
10
0.04
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30
Maluku
22,645
32
0.14
-
-
-
-
345
1.38
129
0.52
31
Maluku Utara
-
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
-
-
25,028
922
4.07
22,582
21,678
1,496
6.62
158
0.70
-
-
48,694
46,480
-
-
-
468
0.96
5,123,987
Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
4,690,590
401,007
7.83
134,164
2.62
150,877
2.94
98
0.20
50,083
0.98
-
-
1,496
6.90
113
0.52
1,577
3.39
479
1.03
46,261
0.99
19,082
0.41
Lampiran 4.3 PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2005 No
Provinsi
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
46.12 43.78 46.36 47.91 57.77 59.69 65.41 62.82 60.72 47.58 54.13 63.02 58.94 58.89 61.54 59.64 64.35 58.45 37.51 58.63 64.25 64.85 54.19 65.78 55.93 43.13 43.89 56.22
38.57 41.49 48.12 50.81 64.93 59.30 66.76 66.82 65.84 57.34 62.73 62.95 66.36 58.47 57.29 72.38 54.13 33.08 62.23 68.24 64.85 54.90 72.66 54.74 41.36 48.30 61.22 -
38.07 43.51 44.61
24.17 44.84 28.56
-
58.16
40.35 42.51 47.59 49.80 62.94 59.42 66.39 65.97 63.72 49.51 54.13 62.88 61.32 62.15 59.72 58.61 68.20 55.71 33.80 61.29 67.08 64.85 54.52 70.01 54.97 41.88 47.40 59.91 28.08 44.49 32.80 -
57.67
57.89
Lampiran 4.4 PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG PERNAH MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2005 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(2)
(3)
(4)
(5)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
60.80 59.01 65.14 66.41 71.97 74.34 82.32 78.05 76.38 60.80 72.25 79.79 76.91 74.44 75.94 76.94 79.24 78.18 52.86 72.83 79.30 80.90 70.28 83.50 71.49 59.25 61.45 74.41 -
54.80 54.92 64.92 63.61 77.53 71.49 78.96 81.60 77.66 69.15 82.11 80.60 81.59 73.89 75.23 84.78 75.52 49.67 76.24 80.67 79.52 69.01 87.40 70.52 55.43 66.30 74.50 -
54.81 57.45 64.04 -
33.89 57.40 36.13
74.61
56.22 56.76 64.99 64.58 75.99 72.43 79.88 80.85 77.13 62.46 72.25 80.91 79.11 77.56 74.72 76.19 81.89 76.49 50.19 75.34 80.27 80.03 69.69 85.90 70.72 56.54 65.31 74.48 39.78 57.41 43.50 -
73.61
74.05
Lampiran 4.5 PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2005 Perkotaan+Perdesaan Alat/cara KB yang dipakai No (1)
Provinsi
MOW/ Tubektomi
MOP/ Vasektomi
AKDR/IUD
Suntikan
Susuk KB
Pil
Kondom
Lainnya
Alat/Cara Tradisional
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah
0.74 5.95 1.66 1.14 0.98 1.78 1.96 1.17 1.41 1.46 1.54 1.74 4.81
0.29 1.36 1.85 0.88 0.35 1.04 0.45 0.60 0.62 1.26 0.99 0.90 1.29
2.36 5.77 10.71 4.90 3.95 2.55 3.96 6.38 2.61 8.41 12.02 8.62 8.66
61.38 44.66 61.72 55.28 55.41 63.64 60.55 62.24 52.85 45.44 57.57 59.96 63.54
0.10 4.13 5.92 3.14 5.67 10.27 7.47 6.74 3.36 2.11 2.16 2.10 6.82
30.82 34.62 16.55 32.35 32.32 19.70 23.92 21.62 37.12 38.17 23.35 25.98 13.49
0.77 1.20 0.50 0.81 0.52 0.38 0.56 0.49 0.81 1.98 1.06 0.22 0.59
0.08 0.19 0.09 0.22 0.11 0.14 0.11 0.11 0.18 0.16 0.14 1.10 0.12
2.63 2.10 1.00 1.28 0.69 0.80 1.02 0.64 1.04 1.02 1.17 0.38 0.69
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
14 15 16 17 18
DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat
4.89 4.11 1.24 4.36 1.79
1.06 1.62 0.94 0.79 0.44
27.24 11.66 6.64 41.65 9.39
44.28 54.76 69.14 39.61 63.39
5.88 5.13 2.94 1.27 10.41
11.34 21.49 18.18 10.59 13.74
1.63 0.36 0.51 0.66 0.16
0.40 0.07 0.30 0.14
3.28 0.79 0.41 1.77 0.54
100 100 100 100 100
19 20 21 22 23
Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur
1.64 0.92 0.37 1.22 1.84
1.34 1.00 0.61 0.35 0.60
9.08 2.49 1.91 1.78 8.34
63.80 59.01 43.68 43.34 43.79
4.32 2.19 3.90 2.30 2.45
15.15 33.40 47.53 50.02 41.15
0.18 0.38 0.66 0.49 0.60
0.19 0.09 0.12 0.10 0.16
4.32 0.53 1.22 0.39 1.07
100 100 100 100 100
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
1.87 1.00 0.99 1.19 0.99 1.63 1.79 1.73 2.79
0.95 0.85 0.90 0.76 0.59 0.60 0.83 2.12 1.10
10.73 6.71 2.70 3.50 10.73 3.29 1.81 2.91 9.06
46.90 49.02 53.54 45.11 36.48 57.82 58.54 34.29 57.27
10.49 4.17 4.17 9.39 16.35 10.47 8.43 2.55 4.73
27.79 36.34 35.18 36.79 33.78 22.53 26.62 17.06 23.36
0.44 0.34 0.43 0.19 0.28 0.09 2.11 0.50
0.01 0.10 0.13 0.19 0.14 0.23 0.16 0.11
0.82 1.47 2.16 2.88 0.66 3.43 1.72 37.23 1.07
100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
`
Lampiran 4.5.a PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2005 Perkotaan Alat/Cara KB yang Dipakai No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
MOW/ MOP/ AKDR/IUD Tubektomi Vasektomi (3)
1.35 6.49 2.46 1.68 1.52 2.45 3.42 2.36 2.10 1.78 1.54 1.89 5.73 5.40 4.94 1.71 4.12 1.69 3.30 1.64 0.51 1.54 1.89 2.98 1.41 1.45 1.92 1.67
Suntikan
Susuk KB
Pil
Kondom
Lainnya
Alat/Cara Tradisional
Jumlah
(9)
(10)
(11)
(12)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
0.16 1.15 4.33 0.53 0.09 0.99 0.42 0.35 1.35 1.16 0.99 0.90 1.11 1.36 2.09 1.04 0.65 0.82 11.99 1.06 0.89 0.43 0.51 0.17 0.58 0.94 0.90 0.95
6.20 7.34 20.07 9.99 5.62 3.89 6.61 9.74 6.41 10.45 12.02 12.88 10.47 30.42 11.90 10.52 41.04 14.07 18.96 6.04 1.67 3.63 12.74 11.24 9.71 6.15 5.76 19.79
55.64 43.46 54.74 56.78 52.31 63.78 60.90 57.05 47.87 44.90 57.57 56.47 62.48 37.14 52.30 62.35 37.84 62.02 45.28 56.34 46.25 48.44 42.97 44.31 45.50 55.70 36.87 29.56
0.45 2.13 2.86 3.30 4.19 5.61 3.08 6.39 2.72 2.04 2.16 1.74 4.47 3.84 3.15 1.02 1.44 8.89 1.81 1.28 2.19 0.86 1.59 6.68 4.95 2.21 7.33 10.81
32.01 34.68 13.05 24.02 33.67 20.60 21.40 21.70 37.14 35.70 23.35 24.97 13.47 13.53 23.91 21.83 12.68 11.61 20.18 31.59 46.60 43.41 37.92 32.90 36.08 31.11 43.16 37.23
-
-
-
3.38 0.63 1.81
0.60 1.03 3.10
6.04 2.00 5.21
-
-
3.26
1.19
-
12.00
-
-
53.09 61.67 49.78
7.31 7.94 3.42
-
-
55.08
2.92 `
-
25.55 26.42 30.37 -
23.44
1.62 1.50 1.09 1.51 1.28 0.80 1.31 1.19 0.67 2.27 1.06 0.38 1.10 2.88 0.71 0.88 0.93 0.33 0.25 0.93 0.73 0.68 1.04 1.04 0.48 0.74 0.79 0.00
0.17 0.31 0.07 0.39 0.20 0.06 0.07 0.30 0.36 0.17 0.14 0.16 0.16 0.50 0.12 0.00 0.19 0.14 0.25 0.09 0.27 0.22 0.15 0.02 0.00 0.18 0.24 0.00
2.41 2.94 1.32 1.79 1.10 1.82 2.78 0.93 1.37 1.23 1.17 0.60 1.00 4.94 0.88 0.66 1.11 0.43 7.98 1.04 0.89 0.78 1.19 0.49 1.30 1.51 3.03 0.00
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
-
-
-
-
0.00 0.00 4.31
0.00 0.16 0.00
4.03 0.16 2.00
100 100 100
-
-
-
-
0.86
0.15
1.11
100
Lampiran 4.5.b PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2005 Perdesaan Alat/Cara KB yang Dipakai No
Provinsi
MOP/ MOW/ AKDR/IUD Tubektomi Vasektomi (1) (2) (3) (4) (5) 1 Nanggroe Aceh Darussalam 0.51 0.33 0.94 2 Sumatera Utara 5.54 1.54 4.42 3 Sumatera Barat 1.32 0.81 6.81 4 Riau 0.87 1.06 2.34 5 Jambi 0.79 0.44 3.38 6 Sumatera Selatan 1.45 1.06 1.89 7 Bengkulu 1.43 0.47 2.99 8 Lampung 0.87 0.67 5.53 9 Kepulauan Bangka Belitung 0.96 0.14 0.13 10 Kepulauan Riau 0.41 0.58 1.55 11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat 1.58 0.91 3.98 13 Jawa Tengah 4.22 1.40 7.50 14 DI Yogyakarta 4.30 0.71 23.60 15 Jawa Timur 3.52 1.29 11.49 16 Banten 0.62 0.82 1.52 17 Bali 4.60 0.94 42.23 18 Nusa Tenggara Barat 1.85 0.20 6.46 19 Nusa Tenggara Timur 1.27 1.19 6.88 20 Kalimantan Barat 0.68 0.98 1.30 21 Kalimantan Tengah 0.31 0.51 2.01 22 Kalimantan Selatan 1.03 0.31 0.70 23 Kalimantan Timur 1.78 0.70 3.36 24 Sulawesi Utara 1.24 1.39 10.44 25 Sulawesi Tengah 0.89 0.92 5.96 26 Sulawesi Selatan 0.80 0.88 1.23 27 Sulawesi Tenggara 1.02 0.72 2.97 28 Gorontalo 0.77 0.47 7.78 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 0.55 0.60 1.59 31 Maluku Utara 2.18 0.76 1.75 32 Papua 1.68 1.58 1.62 33 Irian Jaya Barat Indonesia 2.43 1.04 6.80 Sumber : BPS, Statistik Kesra 2005
Suntikan
Susuk KB
(6) 63.50 45.69 64.63 54.53 56.47 63.12 60.42 63.55 56.10 47.22 63.75 64.22 52.45 56.52 78.11 41.32 64.26 67.90 59.90 42.69 40.33 44.71 48.37 49.91 52.33 47.03 38.74 60.74 57.48 25.60 58.96
(7) 1.14 5.58 7.19 3.05 6.18 12.57 9.07 6.83 3.77 2.33 2.48 8.32 8.22 6.55 5.47 1.10 11.37 4.88 2.49 4.56 3.14 3.42 12.55 3.97 5.01 9.87 18.16 12.42 8.59 2.07 6.14 `
Pil (8) 30.38 34.56 18.02 36.52 31.86 19.26 24.83 21.60 37.11 46.45 27.08 13.50 8.84 19.76 13.37 8.58 15.07 14.03 34.00 47.88 53.93 44.80 24.89 36.40 36.91 35.30 32.66 20.67 26.69 9.60 23.30
Kondom
Lainnya
(9) 0.45 0.94 0.25 0.46 0.26 0.17 0.29 0.32 0.90 0.99 0.06 0.26 0.21 0.10 0.02 0.39 0.06 0.16 0.20 0.63 0.38 0.09 0.10 0.30 0.29 0.05 0.37 0.00 0.13 0.87 0.22
(10) 0.04 0.08 0.10 0.14 0.08 0.18 0.13 0.07 0.06 0.14 0.03 0.10 0.29 0.04 0.00 0.41 0.14 0.17 0.09 0.07 0.04 0.19 0.00 0.13 0.11 0.18 0.19 0.37 0.17 0.00 0.08
Alat/Cara Tradisional (11) 2.71 1.38 0.86 1.03 0.54 0.30 0.38 0.56 0.83 0.32 0.14 0.49 1.38 0.73 0.08 0.44 0.60 3.51 0.35 1.35 0.16 0.94 1.01 1.51 2.44 2.84 0.87 3.06 2.26 56.99 1.03
Jumlah (12) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Lampiran 4.6 HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU KUMULATIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara
IUD
%
MOW
%
MOP
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Metoda Kondom (9)
Kon trasepsi % Implant (10)
(11)
%
Suntikan
%
Pil
%
Jumlah
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
708
0.85
164
0.20
11
0.01
3,700
4.45
1,217
1.47
38,043
45.80
39,226
47.22
83,069
6,859
3.54
4,829
2.49
309
0.16
15,158
7.82
7,148
3.69
80,034
41.28
79,567
41.03
193,904
3 Sumatera Barat
4,336
4.74
734
0.80
1
0.00
1,636
1.79
9,791
10.69
55,127
60.20
19,945
21.78
91,570
4 Riau
1,842
1.58
288
0.25
28
0.02
4,016
3.44
4,831
4.14
61,189
52.39
44,604
38.19
116,798
5 Jambi
1,169
1.46
52
0.06
13
0.02
865
1.08
6,727
8.38
42,277
52.70
29,125
36.30
80,228
6 Sumatera Selatan
2,084
1.11
1,147
0.61
45
0.02
6,296
3.34
13,221
7.02
95,966
50.93
69,670
36.97
188,429
7 Bengkulu
1,578
3.11
240
0.47
9
0.02
1,026
2.02
2,797
5.51
27,362
53.93
17,721
34.93
50,733
8 Lampung
4,944
2.55
477
0.25
160
0.08
4,536
2.34
20,485
10.55
92,341
47.55
71,271
36.70
194,214
344
1.29
257
0.96
-
-
553
2.07
2,294
8.61
14,537
54.55
8,666
32.52
26,651
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22,807
9.30
1,526
0.62
924
0.38
4,419
1.80
6,239
2.54
129,748
52.89
79,669
32.47
245,332
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat
70,854
9.46
6,588
0.88
945
0.13
5,241
0.70
39,092
5.22
411,393
54.90
215,266
28.73
749,379
13 Jawa Tengah
14,108
2.75
10,639
2.07
1,436
0.28
17,130
3.34
26,750
5.21
327,618
63.86
115,314
22.48
512,995
7,099
17.08
1,571
3.78
120
0.29
1,555
3.74
2,945
7.08
23,174
55.74
5,111
12.29
41,575
41,205
5.76
9,736
1.36
959
0.13
7,295
1.02
30,776
4.30
467,371
65.37
157,672
22.05
715,014 128,899
14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat
5,215
4.05
699
0.54
96
0.07
953
0.74
10,527
8.17
70,439
54.65
40,970
31.78
10,748
21.13
892
1.75
16
0.03
1,043
2.05
798
1.57
29,852
58.70
7,507
14.76
50,856
6,216
5.61
651
0.59
77
0.07
420
0.38
6,697
6.05
73,542
66.43
23,102
20.87
110,705
19 Nusa Tenggara Timur
2,573
4.15
782
1.26
127
0.20
702
1.13
3,224
5.20
42,671
68.81
11,930
19.24
62,009
20 Kalimantan Barat
1,348
1.97
529
0.77
22
0.03
999
1.46
1,696
2.48
34,447
50.28
29,472
43.02
68,513
21 Kalimantan Tengah
351
0.66
99
0.19
19
0.04
790
1.48
3,919
7.33
25,470
47.65
22,808
42.67
53,456
22 Kalimantan Selatan
939
1.18
548
0.69
35
0.04
1,199
1.51
4,222
5.32
40,706
51.29
31,712
39.96
79,361
23 Kalimantan Timur
2,116
3.81
394
0.71
32
0.06
1,244
2.24
2,019
3.64
28,921
52.13
20,754
37.41
55,480
24 Sulawesi Utara
1,681
4.85
515
1.48
13
0.04
1,727
4.98
3,014
8.69
18,585
53.58
9,149
26.38
34,684
25 Sulawesi Tengah
810
1.61
209
0.42
26
0.05
598
1.19
2,120
4.21
24,632
48.96
21,917
43.56
50,312
26 Sulawesi Selatan
2,490
1.87
560
0.42
39
0.03
3,337
2.50
8,137
6.11
79,452
59.63
39,220
29.44
133,235
27 Sulawesi Tenggara
405
0.93
599
1.38
6
0.01
1,216
2.81
3,806
8.78
19,035
43.92
18,270
42.16
43,337
1,200
4.86
117
0.47
-
-
180
0.73
2,534
10.25
13,495
54.60
7,190
29.09
24,716
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30 Maluku
658
2.82
190
0.81
10
0.04
630
2.70
1,004
4.31
13,131
56.32
7,693
32.99
23,316
31 Maluku Utara
28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat
128
0.95
36
0.27
-
-
219
1.62
881
6.52
7,583
56.09
4,673
34.56
13,520
32 Papua
46
0.98
76
1.62
-
-
97
2.07
395
8.42
3,011
64.20
1,065
22.71
4,690
33 Irian Jaya Barat
32
1.09
-
-
2
0.07
101
3.43
20
0.68
1,708
58.02
1,081
36.72
2,944
Indonesia
216,893
5.13
45,144
1.07
5,480
0.13
88,881
2.10
229,326
5.42
2,392,860
56.57
1,251,340
29.58
4,229,924
Sumber: BKKBN
Lampiran 4.7 JUMLAH DAN PROPORSI PESERTA KB BARU KUMULATIF MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2005 Klinik KB No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: BKKBN
Pemerintah Peserta % (3)
(4)
57,592 147,878 59,219 57,964 52,174 121,282 35,174 112,836 18,972
(5)
69.33 76.26 64.67 49.63 65.03 64.36 69.33 58.10 71.19 -
100,834 401,728 255,769 18,492 381,743 96,669 19,109 94,155 59,916 43,651 33,195 49,244 32,884 18,750 43,417 113,175 40,163 17,953
5,525 22,724 2,350 1,880 242 11,401 951 4,964 900 -
41.10 53.61 49.86 44.48 53.39 75.00 37.57 85.05 96.62 63.71 62.10 62.05 59.27 54.06 86.30 84.94 92.68 72.64 -
20,876 11,907 4,073 2,813 2,523,607
Swasta Peserta
Jumlah
%
Peserta
%
Peserta
%
Peserta
%
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
-
2,982 2,818 1,502 2,354 2,381 4,474 2,147 5,028 424 -
7.98 9.69 4.31 11.86 2.53 5.38 1.40 2.44 0.44 4.58 13.33 2.34 8.66 13.78 6.31 2.39 2.79 10.11 -
384 158 60 26 231,270
Bidan Praktek Swasta
(6)
6.65 11.72 2.57 1.61 0.30 6.05 1.87 2.56 3.38
19,566 72,599 22,132 4,931 18,084 6,938 710 2,703 273 3,137 7,125 1,854 4,807 4,780 3,174 3,181 1,211 2,500 -
89.54 88.07 86.84 95.55 59.66
Dokter Praktek Swasta
29,167 20,325 19,234 643 13,173 4,001 1,528 1,162 268 1,274 1,085 685 3,555 2,676 736 1,358 378 396
1.65 1.17 1.28 0.88 5.47
3.59 1.45 1.64 2.02 2.97 2.37 4.23 2.59 1.59 11.89 2.71 3.75 1.55 1.84 3.10 3.00 1.05 0.43 1.86 2.03 0.86 6.41 7.72 1.46 1.02 0.87 1.60 -
41 28 16 6 125,845
16,970 20,484 28,499 54,600 25,431 51,272 12,461 71,386 6,355 95,765 254,727 215,860 17,509 302,014 21,291 29,509 12,685 1,552 20,451 12,051 27,578 14,234 8,478 2,985 15,521 1,585 3,867 -
0.18 0.21 0.34 0.20 2.98
20.43 10.56 31.12 46.75 31.70 27.21 24.56 36.76 23.85 39.03 33.99 42.08 42.11 42.24 16.52 58.02 11.46 2.50 29.85 22.54 34.75 25.66 24.44 5.93 11.65 3.66 15.65 -
2,015 1,427 541 99 1,349,202
83,069 193,904 91,570 116,798 80,228 188,429 50,733 194,214 26,651 245,332 749,379 512,995 41,575 715,014 128,899 50,856 110,705 62,009 68,513 53,456 79,361 55,480 34,684 50,312 133,235 43,337 24,716 -
8.64 10.55 11.54 3.36 31.90
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 -
23,316 13,520 4,690 2,944 4,229,924
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Lampiran 4.8 PENCAPAIAN DESA UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Desa
Tahun 2004 Desa UCI
%
Jumlah Desa
Tahun 2005 Desa UCI
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
6,180
1,476
23.88
6,180
3,090
50.00
2
Sumatera Utara
5,464
4,397
80.47
5,464
4,317
79.01
3
Sumatera Barat
2,567
1,922
74.87
2,567
1,951
76.00
4
Riau
1,625
1,325
81.54
998
808
80.96
5
Jambi
1,186
986
83.14
1,186
1,055
88.95
6
Sumatera Selatan
2,681
2,181
81.35
2,681
2,254
84.07
7
Bengkulu
1,261
890
70.58
1,261
901
71.45
8
Lampung
2,161
1,988
91.99
2,161
1,945
90.00
9
Kepulauan Bangka Belitung
317
242
76.34
317
250
78.86
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
278
220
79.14
278
192
69.06
12
Jawa Barat
5,798
4,269
73.63
5,798
4,638
79.99
13
Jawa Tengah
8,052
7,107
88.26
8,052
7,166
89.00
14
DI Yogyakarta
438
438
100.00
438
434
99.09
15
Jawa Timur
8,441
4,928
58.38
8,441
6,668
79.00
16
Banten
1,543
1,153
74.72
1,543
1,219
79.00
17
Bali
695
691
99.42
695
695
100.00
18
Nusa Tenggara Barat
778
703
90.36
778
681
87.53
19
Nusa Tenggara Timur
2,591
2,000
77.19
2,591
2,047
79.00
20
Kalimantan Barat
1,452
885
60.95
1,452
944
65.01
21
Kalimantan Tengah
1,324
708
53.47
1,324
781
58.99
22
Kalimantan Selatan
1,955
1,297
66.34
1,955
1,299
66.45
23
Kalimantan Timur
1,334
960
71.96
1,334
960
71.96
24
Sulawesi Utara
1,214
841
69.28
1,214
983
80.97
25
Sulawesi Tengah
1,447
1,044
72.15
1,447
998
68.97
26
Sulawesi Selatan
3,222
2,370
73.56
2,100
1,638
78.00
27
Sulawesi Tenggara
1,554
1,215
78.19
1,554
1,350
86.87
28
Gorontalo
447
249
55.70
447
224
50.11
29
Sulawesi Barat
-
-
-
860
654
76.05
30
Maluku
-
-
-
878
729
83.03
31
Maluku Utara
720
195
27.08
720
381
52.92
32
Papua
36.97
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
-
-
-
1,017
376
1,017
356
35.00
-
-
-
67,742
47,036
69.43
67,731
51,628
76.23
Lampiran 4.9 CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No.
Provinsi
(1)
(2)
Sasaran (3)
BCG Jumlah
%
(4)
(5)
DPT1 Jumlah % (6)
(7)
DPT2 Jumlah % (8)
(9)
DPT3 Jumlah % (10)
(11)
Polio1 Jumlah % (12)
Imunisasi Bayi POLIO2 Jumlah %
(13)
(14)
Polio3
(15)
Polio4
Campak Jumlah %
Jumlah
%
Jumlah
%
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
DO
(21)
(22)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
109,128
85,846
78.7
87,978
80.6
83,740
76.7
80,213
73.5
87,632
80.3
112,921
103.5
76,606
70.2
65,123
59.7
81,171
74.4
7.74
2 Sumatera Utara
320,587
289,292
90.2
271,424
84.7
261,346
81.5
248,176
77.4
291,141
90.8
276,547
86.3
266,767
83.2
263,539
82.2
275,872
86.1
0.00
3 Sumatera Barat
96,520
96,053
99.5
93,463
96.8
87,692
90.9
84,566
87.6
99,106
102.7
94,513
97.9
92,552
95.9
88,317
91.5
86,040
89.1
7.94
147,831
133,109
90.0
138,853
93.9
132,307
89.5
127,020
85.9
137,426
93.0
134,336
90.9
131,709
89.1
129,262
87.4
136,165
92.1
1.94
4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan
64,964
63,869
98.3
64,531
99.3
61,925
95.3
61,301
94.4
64,907
99.9
62,699
96.5
61,846
95.2
62,061
95.5
61,409
94.5
4.84
166,556
152,732
91.7
154,703
92.9
145,116
87.1
145,163
87.2
155,251
93.2
150,511
90.4
145,336
87.3
145,404
87.3
145,003
87.1
6.27
7 Bengkulu
39,545
37,461
94.7
36,333
91.9
35,170
88.9
33,530
84.8
38,420
97.2
36,763
93.0
36,990
93.5
38,632
97.7
34,380
86.9
5.38
8 Lampung
171,587
145,426
84.8
140,995
82.2
137,505
80.1
135,147
78.8
151,287
88.2
145,628
84.9
143,056
83.4
142,132
82.8
144,546
84.2
0.00
9 Kepulauan Bangka Belitung
24,207
23,378
96.6
23,728
98.0
10 Kepulauan Riau
53,270
51,637
96.9
50,689
95.2
89.7
23,819
98.4
95.0
22,362
92.4
22,066
91.2
22,179
91.6
6.53
45,835
22796
86.0
94.2
44,405
21705
83.4
52,189
98.0
48,332
22995
90.7
46,243
86.8
45,345
85.1
45,389
85.2
10.46 6.41
11 DKI Jakarta
191,306
218,505
114.2
221,021
115.5
209,282
109.4
206,514
107.9
203,943
106.6
195,353
102.1
189,999
99.3
179,264
93.7
206,852
108.1
12 Jawa Barat
880,482
681,359
77.4
698,644
79.3
655,624
74.5
643,150
73.0
481,499
54.7
450,321
51.1
437,861
49.7
421,717
47.9
746,063
84.7
0.00
13 Jawa Tengah
605,672
514,133
84.9
511,042
84.4
498,824
82.4
500,448
82.6
517,217
85.4
498,435
82.3
491,806
81.2
490,402
81.0
511,001
84.4
0.01
14 DI Yogyakarta
50,307
48,755
96.9
51,087
101.6
12,940
25.7
15,103
30.0
39,219
78.0
35,230
70.0
34,143
67.9
35,024
69.6
46,607
92.6
0.00
15 Jawa Timur
638,265
606,315
95.0
586,335
91.9
372,555
58.4
400,146
62.7
644,689
101.0
596,456
93.4
581,797
91.2
583,165
91.4
576,277
90.3
0.00
16 Banten
236,590
216,250
91.4
206,418
87.2
198818
84.0
202649
85.7
178,797
75.6
171199
72.4
167,186
70.7
165,381
69.9
208,224
88.0
0.00
62,290
63,346
101.7
61,630
98.9
59,188
95.0
58,907
94.6
63,208
101.5
62,755
100.7
60,904
97.8
61,003
97.9
61,533
98.8
0.16 3.75
17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat
106,771
103,685
97.1
100,947
94.5
96,196
90.1
96,150
90.1
103,783
97.2
104,011
97.4
98,977
92.7
100,273
93.9
97,162
91.0
19 Nusa Tenggara Timur
123,358
114,950
93.2
112,614
91.3
106,975
86.7
101,577
82.3
110,792
89.8
106,720
86.5
103,115
83.6
102,045
82.7
113,476
92.0
0.00
20 Kalimantan Barat
97,648
94,490
96.8
93,152
95.4
87,522
89.6
85,449
87.5
95,724
98.0
91,422
93.6
88,193
90.3
108,072
110.7
88,786
90.9
4.69
21 Kalimantan Tengah
47,798
43,954
92.0
42,627
89.2
40,529
84.8
39,647
82.9
44,819
93.8
42,403
88.7
40,931
85.6
40,605
85.0
40,193
84.1
5.71
22 Kalimantan Selatan
72,844
70,814
97.2
68,411
93.9
63,899
87.7
63,724
87.5
69,537
95.5
66,575
91.4
63,843
87.6
63,254
86.8
63,724
87.5
6.85
23 Kalimantan Timur
70,058
68,012
97.1
65,423
93.4
61,929
88.4
61,608
87.9
69,286
98.9
66,791
95.3
64,455
92.0
62,245
88.8
61,086
87.2
6.63
24 Sulawesi Utara
44,912
34,560
77.0
41,259
91.9
39,801
88.6
39,153
87.2
41,406
92.2
40,731
90.7
40,012
89.1
40,334
89.8
39,134
87.1
5.15
25 Sulawesi Tengah
56,131
45,122
80.4
44,452
79.2
41,080
73.2
40,198
71.6
45,920
81.8
43,443
77.4
41,711
74.3
41,144
73.3
41,053
73.1
7.65
26 Sulawesi Selatan
171,624
126,404
73.7
136,770
79.7
129,736
75.6
123,996
72.2
145,514
84.8
137,292
80.0
131,799
76.8
131,382
76.6
126,322
73.6
7.64
27 Sulawesi Tenggara
53,270
51,637
96.9
50,689
95.2
45,835
86.0
44,405
83.4
52,189
98.0
48,332
90.7
46,243
86.8
45,345
85.1
45,389
85.2
10.46
28 Gorontalo
22,282
20,226
90.8
21,870
98.2
13,338
59.9
12,886
57.8
21,404
96.1
13,819
62.0
19,074
85.6
18,520
83.1
19,279
86.5
11.85
29 Sulawesi Barat
22,216
14,077
63.4
16,448
74.0
12,467
56.1
12,342
55.6
14,288
64.3
13,021
58.6
12,458
56.1
12,303
55.4
12,781
57.5
22.29
30 Maluku
42,343
37,211
87.9
36,178
85.4
30,747
72.6
29,585
69.9
35,683
84.3
31,460
74.3
34,716
82.0
34,564
81.6
34,482
81.4
4.69
31 Maluku Utara
20,954
18,483
88.2
18,645
89.0
17,499
83.5
16,285
77.7
19,936
95.1
17,884
85.3
16,742
79.9
15,727
75.1
15,967
76.2
14.36
32 Papua
55,526
35,061
63.1
35,407
63.8
30,693
55.3
29,386
52.9
38,981
70.2
34,642
62.4
32,263
58.1
31,561
56.8
32,981
59.4
6.85
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
86.7
1.48
33 Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
4,866,842
4,306,152
88.5
4,283,766
88.0
3,838,909
78.9
3,804,534
78.2
4,139,012
85.0
3,953,540
81.2
3,821,695
78.5
3,785,211
77.8
4,220,526
Lampiran 4.10
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi
Sasaran
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
109,128 320,587 96,520 147,831 64,964 166,556 39,545 171,587 24,207 53,270 191,306 880,482 605,672 50,307 638,265 236,590 62,290 106,771 123,358 97,648 47,798 72,844 70,058 44,912 56,131 171,624 53,270 22,282 22,216 42,343 20,954 55,526 4,866,842
HB1 (<7hr) Jumlah % (4)
13,686 115,106 38,457 50,905 28,666 57,297 23,755 48,397 4,852 17,157 73,139 345,363 377,083 35,225 377,012 50,997 40,116 83,070 30,975 10,961 7,262 15,221 18,919 19,500 7,340 55,327 17,157 7,897 4,390 18,667 1,881 4,575 2,000,355
(5)
HB1 (>7hr) Jumlah % (6)
12.5 35.9 39.8 34.4 44.1 34.4 60.1 28.2 20.0 32.2 38.2 39.2 62.3 70.0 59.1 21.6 64.4 77.8 25.1 11.2 15.2 20.9 27.0 43.4 13.1 32.2 32.2 35.4 19.8 44.1 9.0 8.2 41.1
63,972 155,039 65,108 94,442 32,536 114,645 37,449 82,252 21,809 32,567 159,248 447,904 185,643 12,492 209,201 138,591 25,829 15,628 77,689 79,240 37,120 55,777 39,918 26,535 31,720 94,388 32,567 15,507 10,446 5,313 14,580 15,215 2,430,370
(7)
Status Imunisasi HB1 (total) Jumlah % (8)
58.6 48.4 67.5 63.9 50.1 68.8 94.7 47.9 90.1 61.1 83.2 50.9 30.7 24.8 32.8 58.6 41.5 14.6 63.0 81.1 77.7 76.6 57.0 59.1 56.5 55.0 61.1 69.6 47.0 12.5 69.6 27.4 49.9
77,658 270,145 103,565 145,347 61,202 171,942 61,204 130,649 26,661 49,724 232,387 793,267 562,726 47,717 586,213 189,588 65,945 98,698 108,664 90,201 44,382 70,998 58,837 46,035 39,060 149,715 49,724 23,404 14,836 23,980 16,461 19,790 4,430,725
(9)
71.2 84.3 107.3 98.3 94.2 103.2 154.8 76.1 110.1 93.3 121.5 90.1 92.9 94.9 91.8 80.1 105.9 92.4 88.1 92.4 92.9 97.5 84.0 102.5 69.6 87.2 93.3 105.0 66.8 56.6 78.6 35.6 91.0
HEP. B2 Jumlah % (10)
109,198 235,489 88,337 105,258 57,997 139,886 26,670 123,907 21,653 43,023 181,877 650,599 440,601 13,102 352,453 176,878 59,366 103,071 72,173 37,936 60,127 63,079 36,823 35,008 111,556 43,023 16,923 7,566 22,329 13,300 28,911 3,478,119
(11)
100.1 73.5 91.5 71.2 89.3 84.0 67.4 72.2 89.4 80.8 95.1 73.9 72.7 26.0 55.2 74.8 95.3 83.6 73.9 79.4 82.5 90.0 82.0 62.4 65.0 80.8 75.9 34.1 52.7 63.5 52.1 71.5
HEP. B3 Jumlah % (12)
62,324 228,388 83,508 100,062 56,829 133,585 25,954 121,399 21,653 41,072 129,188 632,231 430,611 17,503 365,425 170,774 60,388 99,932 74,550 36,934 57,016 58,275 34,448 34,161 107,588 41,072 18,120 11,212 21,695 11,703 26,654 3,314,254
(13)
57.1 71.2 86.5 67.7 87.5 80.2 65.6 70.8 89.4 77.1 67.5 71.8 71.1 34.8 57.3 72.2 96.9 81.0 76.3 77.3 78.3 83.2 76.7 60.9 62.7 77.1 81.3 50.5 51.2 55.9 48.0 68.1
Lampiran 4.11
DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1 - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 1998 - 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
Tahun 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
4.3 4.6 8.7 10.1 3.1 16.1 8.4 5.1 13.6 7.6 8.5 4.5 5.9 5.1 5.3 16.6 9.9 7.5 7.8 9.4 2.9 10.2 2.5 9.1 1.7 21.8 7.8
13.2 5.5 12.0 10.7 7.4 10.5 11.7 9.5 11.1 6.7 8.4 8.3 9.8 8.7 7.7 23.7 8.9 10.5 10.1 8.3 7.2 12.3 11.7 9.7 3.2 18.1 9.1
16.8 5.8 9.4 4.2 5.9 8.3 7.4 1.1 10.4 5.5 7.0 1.5 7.9 8.9 1.3 13.8 9.6 8.3 8.1 11.2 12.4 7.0 10.9 12.1 9,9 16.9 7.4
15.6 6.6 9.2 8.6 5.7 9.0 3.9 5.0 6.0 0.6 6.3 6.7 5.3 30.3 4.7 14.2 2.9 4.9 12.5 7.5 6.2 10.1 5.4 8.9 9.6 8.2 7.8 2.1 15.6 19.3 10.1
7.7 6.6 6.8 7.4 6.2 8.7 5.7 7.5 3.9 7.3 5.3 3.0 5.7 3.3 4.6 8.1 3.8 9.3 6.4 2.6 9.8 10.3 8.4 9.0 5.6 4.3 9.7 2.9 18.5 8.7 5.8
14.3 8.1 11.6 5.3 8.2 9.3 10.1 3.7 6.9 10.2 5.3 4.0 3.8 7.1 4.0 7.1 6.0 18.8 8.8 9.4 7.9 7.5 11.9 16.3 10.6 11.0 18.4 1.3 9.5 18.0 7.6
16.7 7.6 9.7 5.7 6.1 9.6 20.0 2.8 6.0 11.4 3.7 4.2 2.5 5.0 3.1 4.8 7.1 5.9 12.0 0.2 7.2 5.2 5.1 10.1 4.0 5.8 10.9 3.4 20.9 15.7 5.9
7.7 0.0 7.9 1.9 4.8 6.3 5.4 0.0 6.5 10.5 6.4 0.0 0.01 8.7 1.7 0.0 0.2 3.8 0.0 4.7 5.7 6.9 6.6 5.2 7.7 7.6 10.5 11.8 22.3 4.7 14.4 6.9 1.5
Lampiran 4.12 CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI, TAHUN 2005
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
Sasaran (3)
96,566 107,781 162,614 69,578 150,035 43,499 185,712 26,340 58,597 206,801 943,219 740,923 55,250 696,804 258150 68,472 118,635 95,096 53,337 81,119 49,403 61,744 190,390 58,597 24,453 23,895 46,530 22,608 64,077 4,760,225
Imunisasi Ibu Hamil TT2 Jumlah %
TT1 Jumlah
%
(4)
(5)
56,938 98,597 54,103 126,281 27,208 96,619 25,025 23,485 168,729 790,855 363,185 13,352 50,765 32333 49,884 106,400 69,308 41,578 61,762 33,085 42,546 127,121 23,485 14,589 13,040 15,155 14,788 13,524 2,553,740
(6)
59.0 60.6 77.8 84.2 62.5 52.0 95 40.1 81.6 83.8 49.0 24.2 7.3 12.5 72.9 89.7 72.9 78.0 76.1 67.0 68.9 66.8 40.1 59.7 54.6 32.6 65.4 21.1 53.6
51,019 110,575 50,051 115,427 28,385 69,483 23,700 21,365 163,654 712,210 352,241 13,132 46,141 29163 46,713 99,900 60,082 37,695 56,797 30,767 39,881 109,427 21,365 12,396 10,979 13,861.0 12,692 11,471 2,350,572
TT Ulang
(7)
52.8 68.0 71.9 76.9 65.3 37.4 90.0 36.5 79.1 75.5 47.5 23.8 6.6 11.3 68.2 84.2 63.2 70.7 70.0 62.3 64.6 57.5 36.5 50.7 45.9 29.8 56.1 17.9 49.4
Jumlah
%
(8)
(9)
9,899 42,275 10,806 92 445 12,708 379 40,916 116,326 15,096 11,331 1,942 14,612 40,808 1,074 1,315 7,380 15,788 2,245 3,484 485 1,473 1,159 7,591 359,629
10.3 26.0 15.5 0.1 1.0 21.69 0.2 4.3 15.7 27.3 1.6 0.8 21.3 34.4 0.0 2.0 1.6 14.9 8.3 3.8 14.2 2.0 3.2 5.1 11.8 7.6
Lampiran 4.13 CAKUPAN BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH MENURUT PROVINSI, NOVEMBER 2004 Sekolah No
Cakupan
Sasaran
Provinsi*)
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
SD
MI
Lain-lain
Total
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Total Kls. 2+3
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
3,699
-
Sumatera Utara
10,009
7,645
322
17,976
315,730
297,713
288,713
3
Sumatera Barat
4,103
4,157
54
8,314
119,416
113,874
4
Riau
3,703
288
20
4,011
157,954
148,202
5
Jambi
2,334
106
2,440
70,504
6
Sumatera Selatan
4,045
251
6
4,302
145,933
7
Bengkulu
-
-
61,493
57,036
8
Lampung
4,619
28
5,169
129,997
128,340
26,153
24,263
-
-
522
-
3,699
-
-
9
Kepulauan Bangka Belitung
830
10
Kepulauan Riau
-
11
DKI Jakarta
2,515
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
2,094
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
-
22
Kalimantan Selatan
2,892
500
23
Kalimantan Timur
1,960
84
24
Sulawesi Utara
2,207
21
25
Sulawesi Tengah
1,304
26
Sulawesi Selatan
-
27
Sulawesi Tenggara
28
Gorontalo
811
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
30
Maluku
-
-
-
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
-
574,277
97.9
109,104
222,978
-
-
116,231
97.3
110,967
97.4
108,085
99.1
219,052
98.2
142,799
291,001
-
-
149,429
94.6
143,298
96.7
136,440
95.5
279,738
96.1
67,461
64,975
132,436
67,557
95.8
-
63,475
94.1
61,538
94.7
125,013
94.4
141,320
135,206
276,526
-
-
97.2
125,047
88.5
145,828
107.9
270,875
98.0
54,056
111,092
44,242
71.9
55,710
90.6
51,165
89.7
49,028
90.7
100,193
90.2
127,572
255,912
-
-
128,883
99.1
127,648
99.5
126,006
98.8
253,654
99.1
23,186
47,449
-
-
25,328
96.8
24,049
99.1
22,940
98.9
46,989
99.0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
159,625
23,856
-
-
23,856
812,226
689,612
-
-
-
-
660,119
657,697
2,300
278
-
2,368
38
4,075
1,979
1,140
20
-
-
-
-
182 -
-
116.3
145,896
91.4
137,368
87.8
-
283,264
-
-
316,142
229,185
137.6
193,735
89.6
697,061
1,386,673
755,505
93.0
733,502
90.3
620,421
90.0
626,399
89.9
1,246,820
89.9
663,221
1,320,918
-
-
647,694
98.1
653,505
99.4
663,221
100.0
1,316,726
99.7
2,248
52,411
51,796
52,516
104,312
-
-
52,130
99.5
51,701
99.8
52,284
99.6
103,985
99.7
-
698,037
677,897
679,111
1,357,008
-
-
686,631
98.4
667,980
98.5
673,107
99.1
1,341,087
98.8 94.5
2,578
162,352
116,211
144,414
260,625
57,561
35.5
155,342
95.7
109,692
94.4
136,572
94.6
246,264
2,426
72,336
67,959
66,696
134,655
-
-
71,342
98.6
67,333
99.1
65,987
98.9
133,320
99.0
-
103,226
99,339
98,613
197,952
-
-
100,623
97.5
97,225
97.9
96,500
97.9
193,725
97.9
-
62
156,517
-
(20)
98.3
166,562
-
(19)
283,912
3,011
-
(18)
97.5
141,841
-
(17)
290,365
-
-
(16)
98.2
-
-
(15)
310,140
496
33
(14)
-
-
-
(13)
Total Kls. 2+3 Jumlah %
-
862
-
(12)
Kelas 3 Jumlah %
586,426
-
121
(11)
-
TT Kelas 2 Jumlah %
-
-
-
DT Kelas 1 Jumlah %
-
-
-
32
-
Campak Kelas 1 Jumlah %
4,319
106,721
-
-
93,147
87,088
180,235
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
95,173
89.2
86,944
93.3
81,141
93.2
168,085
93.3
-
42,231
37,645
36,199
73,844
-
-
36,751
87.0
32,887
87.4
31,596
87.3
64,483
87.3
4
3,396
81,151
74,803
72,415
147,218
-
-
79,191
97.6
73,305
98.0
71,230
98.4
144,535
98.2
11
95.4
2,055
71,854
64,295
62,967
127,262
-
-
68,643
95.5
61,575
95.8
59,833
95.0
121,408
-
2,228
48,024
44,517
44,218
88,735
-
-
38,671
80.5
42,040
94.4
42,690
96.5
84,730
95.5
-
-
1,304
33,620
23,846
23,362
47,208
30,611
91.0
22,688
67.5
20,200
84.7
20,312
86.9
40,512
85.8
-
-
24
2
57
63
5
-
90,742
85,559
84,000
169,559
-
-
88,481
97.5
84,355
98.6
82,014
97.6
166,369
98.1
2,005
63,855
58,417
55,593
114,010
59,330
92.9
59,329
92.9
54,364
93.1
52,932
95.2
107,296
94.1
868
23,953
21,054
20,501
41,555
23,142
96.6
22,771
95.1
20,125
95.6
20,113
98.1
40,238
96.8
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
43,539
-
-
-
30,380
69.8
30,380
69.8
-
-
-
-
-
-
1,208
12,500
10,836
10,631
21,467
8,883
71.1
11,949
95.6
10,398
96.0
10,028
94.3
20,426
95.2 85.3
-
-
-
-
33,976
23,536
21,871
45,407
-
-
25,449
74.9
20,239
86.0
18,473
84.5
38,712
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
82,843
14,865
567
98,275
4,406,615
4,036,000
4,022,605
8,058,605
1,306,396
29.6
4,148,037
94.1
3,856,199
95.5
3,875,577
96.3
7,731,776
95.9
Lampiran 4.14 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Provinsi
Jumlah Tempat Tidur
Bed Occupancy Rate (BOR)
Length of Stay (LOS)
Bed Turn Over (BTO)
Turn Over Interval (TOI)
Net Death Rate (NDR)
Gross Death Rate (GDR)
Jumlah Pasien Meninggal <48 jam
Kunjungan Poliklinik / Hari
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah Irian Jaya Timur Indonesia
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006
1,418 3,181 2,030 1,163 695 1,714 441 1,125 279 3,351 4,953 8,242 1,288 8,665 987 1,582 809 1,339 1,096 602 1,143 1,353 1,205 784 2,624 502 350 665 328 397 236 734 55,281
53.9 56.9 68.0 52.2 38.2 60.7 54.0 54.0 48.7 74.5 68.4 64.1 68.1 58.5 58.5 66.5 66.5 89.6 72.3 52.1 60.0 67.9 44.9 72.2 75.1 68.6 43.4 60.5 79.6 67.1 62.9
4.0 4.7 4.9 3.5 3.0 3.8 3.7 4.0 3.0 4.8 3.9 4.6 4.6 4.1 4.4 4.0 3.9 4.0 4.0 3.8 3.3 3.8 5.2 4.2 4.1 3.7 5.7 3.3 4.2 4.1 5.1
41.5 35.0 43.7 48.4 39.0 54.0 50.3 45.3 57.0 56.3 49.6 48.2 47.1 50.7 69.9 57.0 58.4 69.9 63.7 40.5 61.2 47.7 24.2 55.5 54.2 51.3 26.1 41.9 50.9 31.6 41.7
5.0 5.1 2.8 3.8 9.0 2.8 3.8 5.9 3.3 2.2 2.1 3.1 2.6 3.1 2.2 2.4 2.0 2.1 3.1 5.2 2.9 2.2 10.7 2.1 2.9 2.6 7.6 2.8 1.1 2.3 4.6
21.4 33.2 20.4 16.6 11.1 21.3 29.9 19.8 20.3 26.3 17.4 19.7 22.1 26.1 24.0 24.6 18.0 18.2 23.0 13.1 13.7 12.4 18.6 11.8 14.5 17.9 20.0 10.8 42.3 16.9 27.0
43.5 68.8 41.3 46.4 33.9 50.2 52.3 55.4 56.1 47.5 61.8 44.1 29.0 55.3 45.2 42.5 44.1 36.2 50.1 31.0 40.7 26.3 37.1 30.2 39.6 43.3 30.0 25.1 48.0 29.5 49.0
954 2,311 1,927 1058 372 1644 1302 423 118 3961 3623 6532 736 6209 1037 2461 817 1124 731 368 454 974 523 392 1032 325 254 115 127 331 42,226
196 214 180 104 92 187 170 157 83 1,470 309 215 204 229 422 268 195 98 90 64 90 171 94 132 102 172 60 0 203
Lampiran 4.15 PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 2005
2004 No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah Irian Jaya Timur Indonesia
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006
Jumlah RSU
Jumlah RSU Melakukan Pemeriksaan
Jumlah Pemeriksaan
(3)
(4)
(5)
14 25 15 10 7 11 4 6 3 8 28 40 6 43 5 9 6 13 10 10 11 10 6 9 26 5 2 6 2 4 3 4 361
6 8 13 9 5 7 3 6 1 8 26 40 6 27 3 8 5 9 7 7 4 7 5 6 16 4 0 2 0 2 1 3 254
16,831 44,754 47,584 32,799 7,545 43,662 12,533 25,567 3,155 160,639 322,144 253,769 46,530 221,615 24,269 69,029 19,381 35,684 21,652 15,412 8,232 50,439 17,562 7,099 20,969 8,700 6,060 7,711 1,798 12,564 1,565,688
Jumlah RSU
Jumlah RSU Melakukan Pemeriksaan
Jumlah Pemeriksaan
(6)
(7)
(8)
14 26 15 12 7 12 4 8 3 8 28 41 6 45 5 9 7 14 13 10 11 10 6 9 26 6 2 6 4 4 3 4 378
7 9 12 10 7 7 3 6 1 6 19 36 6 24 2 9 5 10 7 6 7 9 6 6 20 4 0 3 1 2 1 4 255
25,100 54,229 47,206 39,634 21,210 53,123 12,468 43,142 4,362 187,024 383,623 298,996 34,980 200,241 43,550 72,599 28,437 28,821 30,157 36,131 18,058 54,007 15,819 10,128 47,830 14,240 6,621 987 8,310 1,134 11,950 1,834,117
Lampiran 4.16
HASIL PEKAN IMUNISASI NASIONAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2006 Balita Diimunisasi Polio No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat
PUTARAN I Target Hasil (3)
(4)
% (5)
PUTARAN II Target Hasil (6)
(7)
%
Target
(8)
(9)
PUTARAN III Hasil (10)
%
Target
(11)
(12)
PUTARAN IV Hasil (13)
%
Target
(14)
(15)
PUTARAN V Hasil (16)
% (17)
548,699
475,835
86.7
536,699
495,623
92.3
536,699
498,163
92.8
498,167
478,895
96.1
498,163
486,533
97.7
1,478,620
1,386,679
93.8
1,478,620
1,466,373
99.2
1,478,620
1,486,547
100.5
1,486,547
1,460,676
98.3
1,486,547
1,516,953
102.0
480,390
477,438
99.4
480,390
492,016
102.4
480,390
496,786
103.4
496,786
494,482
99.5
496,786
501,027
100.9
599,992
617,800
103.0
617,800
635,920
102.9
617,800
640,857
103.7
640,857
642,211
100.2
642,211
652,992
101.7
328,453
298,967
91.0
320,857
305,228
95.1
320,857
306,243
95.4
306,244
307,888
100.5
307,888
311,003
101.0
845,501
846,331
100.1
846,331
861,052
101.7
846,331
863,963
102.1
863,963
862,656
99.8
863,963
871,796
100.9
170,220
166,717
97.9
170,220
173,749
102.1
170,220
170,956
100.4
173,749
170,311
98.0
173,749
173,313
99.7
856,386
781,660
91.3
825,594
815,429
98.8
825,594
815,019
98.7
825,594
815,350
98.8
825,594
821,447
99.5
124,952
110,716
88.6
111,789
118,827
106.3
111,789
115,697
103.5
118,827
120,147
101.1
120,147
117,907
98.1
160,744
149,045
92.7
149,164
149,233
100.0
149,164
146,565
98.3
149,233
162,535
108.9
162,535
159,139
97.9
757,197
852,669
112.6
922,963
888,204
96.2
922,963
900,328
97.5
922,963
878,215
95.2
922,963
903,757
97.9
4,337,474
4,100,337
94.5
4,494,725
4,272,359
95.1
4,494,725
4,327,637
96.3
4,494,725
4,338,951
96.5
4,494,725
4,454,960
99.1
3,103,478
2,816,731
90.8
3,103,478
2,864,189
92.3
3,103,478
2,917,146
94.0
2,917,165
2,917,912
100.0
2,917,912
2,955,195
101.3
229,543
227,207
99.0
228,240
234,916
102.9
228,240
237,084
103.9
237,084
236,808
99.9
237,084
239,936
101.2
3,164,679
3,061,276
96.7
3,059,019
3,158,992
103.3
3,059,019
3,199,042
104.6
3,199,042
3,222,539
100.7
3,222,539
3,257,847
101.1
1,176,113
1,023,290
87.0
1,176,113
1,078,597
91.7
1,176,113
1,095,060
93.1
1,176,113
1,093,205
93.0
1,176,113
1,121,099
95.3
297,604
305,607
102.7
305,607
321,620
105.2
305,607
316,828
103.7
321,620
321,292
99.9
321,620
324,400
100.9
428,833
470,609
109.7
470,609
495,129
105.2
470,609
504,833
107.3
504,833
503,842
99.8
504,833
519,329
102.9
19 Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan 23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Sulawesi Tengah
502,545
522,117
103.9
522,117
541,293
103.7
522,117
538,057
103.1
541,293
542,005
100.1
542,005
551,912
101.8
513,422
455,733
88.8
489,250
475,644
97.2
489,250
467,484
95.6
475,644
474,201
99.7
475,644
477,870
100.5
232,213
214,586
92.4
232,213
229,890
99.0
232,213
227,135
97.8
229,890
232,173
101.0
232,173
233,846
100.7
357,404
332,612
93.1
352,182
343,934
97.7
352,182
344,441
97.8
344,441
342,237
99.4
352,182
350,893
99.6
313,552
313,404
100.0
313,552
316,043
100.8
313,552
321,121
102.4
321,121
328,550
102.3
328,550
333,194
101.4
198,338
221,754
111.8
221,331
223,852
101.1
221,331
225,806
102.0
225,806
226,203
100.2
226,203
230,534
101.9
274,107
278,925
101.8
278,925
287,980
103.2
278,925
284,146
101.9
287,980
285,698
99.2
287,980
293,178
101.8
26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo
805,769
751,128
93.2
805,769
792,251
98.3
805,769
811,277
100.7
811,277
822,724
101.4
822,724
846,704
102.9
264,662
237,680
89.8
241,470
249,649
103.4
241,470
249,814
103.5
249,814
252,532
101.1
252,532
256,100
101.4
110,650
102,133
92.3
110,650
105,051
94.9
110,650
105,494
95.3
105,494
104,637
99.2
105,494
105,155
99.7
29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Irian Jaya Barat Indonesia
112,363
110,031
97.9
112,363
117,862
104.9
112,363
116,436
103.6
117,862
119,837
101.7
119,837
120,126
100.2
181,122
167,920
92.7
171,256
172,335
100.6
171,256
168,572
98.4
172,335
159,536
92.6
172,335
78,830
45.7
97,406
105,748
108.6
97,406
106,123
108.9
97,406
99,803
102.5
106,123
104,123
98.1
106,123
79,722
75.1
286,151
198,035
69.2
286,151
224,794
78.6
286,151
143,948
50.3
224,794
168,821
75.1
224,794
218,639
97.3
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI
87,574
72,505
82.8
87,574
79,409
90.7
87,574
64,594
73.8
79,409
73,139
92.1
79,409
37,785
47.6
23,426,156
22,253,225
95.0
23,620,427
23,093,566
97.8
23,620,427
23,206,882
98.2
23,626,795
23,264,331
98.5
23,703,357
23,603,121
99.6
Lampiran 4.17 JUMLAH DAN PERSENTASE BALITA YANG MEMILIKI KARTU MENUJU SEHAT (KMS), NAIK BERAT BADANNYA, DAN BALITA BAWAH GARIS MERAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Jumlah
Memiliki KMS
% KMS
Ditimbang
Balita % Ditimbang
Jumlah BB Naik
% BB Naik
BGM
% BGM
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
368,142
305,551
83.00
346,707
94.18
130,792
37.72
12,334
Sumatera Utara
1,097,421
948,531
86.43
668,975
60.96
558,300
83.46
6,125
0.92
3
Sumatera Barat
480,311
480,311
100.00
253,594
52.80
182,139
71.82
6,331
2.50
4
Riau
628,562
464,898
73.96
292,898
46.60
224,237
76.56
5,764
1.97
5
Jambi
314,160
246,087
78.33
179,129
57.02
145,389
81.16
4,524
2.53
6
Bengkulu
173,749
127,810
73.56
66,133
38.06
48,977
74.06
2,679
4.05
7
Sumatera Selatan
714,632
360,480
50.44
280,553
39.26
2,302
0.82
2,302
0.82
8
Lampung
831,897
518,610
62.34
482,302
57.98
399,159
82.76
12,259
2.54
9
Kepulauan Bangka Belitung
90,734
60,926
67.15
47,007
51.81
32,463
69.06
998
10
Kepulauan Riau
166,090
72,645
43.74
114,964
69.22
50,780
44.17
-
11
DKI Jakarta
630,569
630,569
12
Jawa Barat
3,927,424
3,099,383
78.92
13
Jawa Tengah
2,612,823
2,561,465
98.03
14
DI Yogyakarta
177,478
177,478
15
Jawa Timur
3,036,188
2,624,491
16
Banten
954,130
17
Bali
231,570
18
Nusa Tenggara Barat
19 20
2.12 -
312,533
49.56
95.06
2,095 68,914
0.67
78.92
170,342 2,946,250
54.50
3,099,383 1,956,765
74.89
1,486,006
75.94
20,903
1.07
131,073
73.85
82,254
62.75
2,719
2.07
86.44
1,478,290
48.69
1,322,668
89.47
437,637
29.60
576,220
60.39
547,969
57.43
374,488
68.34
96,898
17.68
230,575
99.57
159,433
68.85
112,761
70.73
1,202
0.75
472,547
422,674
89.45
277,152
58.65
173,394
62.56
11,341
4.09
Nusa Tenggara Timur
462,081
444,858
96.27
302,798
65.53
177,439
58.60
86,389
28.53
Kalimantan Barat
449,029
318,071
70.84
129,803
28.91
99,086
76.34
5,718
4.41
21
Kalimantan Tengah
138,052
86,208
62.45
86,208
62.45
60,161
69.79
1,301
1.51
22
Kalimantan Timur
292,054
217,816
74.58
144,741
49.56
100,319
69.31
3,581
2.47
23
Kalimantan Selatan
478,052
450,516
94.24
236,158
49.40
169,916
71.95
3,511
1.49
24
Sulawesi Utara
179,371
169,165
94.31
128,470
71.62
104,737
81.53
5,122
3.99
25
Sulawesi Tengah
277,865
214,396
77.16
131,635
47.37
90,244
68.56
12,797
26
Sulawesi Tenggara
209,121
154,959
74.10
99,259
47.46
77,580
78.16
-
27
Sulawesi Selatan
719,564
662,315
92.04
369,715
51.38
260,633
70.50
4,731
28
Gorontalo
93,183
89,157
95.68
51,368
55.13
42,227
82.20
4,082
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
100
3.56
100
-
-
2.34
9.72 1.28 7.95 -
30
Maluku
159,136
96,332
60.53
72,596
45.62
55,480
76.42
1,007
31
Maluku Utara
102,897
85,090
82.69
48,426
47.06
31,929
65.93
2,694
5.56
32
Papua
173,778
111,022
63.89
47,805
27.51
27,546
57.62
2,410
5.04
33
Irian Jaya Barat Indonesia
20,642,610
Sumber: Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes, 2005
17,008,609
82.40
12,543,842
60.77
9,739,998
77.65
828,368
1.39
6.60
Lampiran 4.18
CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A TAHUN 2005
No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Bayi ( 6-11 bln) Februari Agustus
Jumlah Anak Balita (1-4 Thn) Februari Agustus
Cakupan Vitamin A Balita diberi Vitamin A Februari Agustus Jumlah % Jumlah %
Bayi Diberi Vit A
Ibu Nifas
Februari Jumlah %
(4)
(5)
(6)
68,791
68,675
393,832
369,820
-
54,264
78.88
55,129
80.28
331,812
84.25
329,923
89.21
-
-
181,850
181,850
1,212,336
1,212,336
-
124,222
68.31
141,290
77.70
908,519
74.94
991,446
81.78
-
-
3 Sumatera Barat
57,787
57,787
388,601
388,601
100,523
54,162
93.73
54,162
93.73
350,760
90.26
350,760
90.26
65,445
65.10
4 Riau
92,057
89,617
474,797
492,353
122,110
66,092
71.79
70,079
78.20
389,177
81.97
419,040
85.11
82,785
67.80
5 Jambi
35,866
35,866
265,227
265,227
119,251
28,640
79.85
26,139
72.88
184,701
69.64
194,007
73.15
9,512
7.98
-
-
-
-
-
-
7 Bengkulu
43,054
43,054
150,904
150,904
43,054
27,800
64.57
27,954
64.93
108,899
72.16
120,694
79.98
17,455
40.54
8 Lampung
160,672
160,672
701,994
701,994
213,058
103,297
64.29
103,297
64.29
410,390
58.46
410,390
58.46
106,240
49.86
19,708
-
88,848
-
22,120
16,772
85.10
75,710
85.21
11,884
53.73
23,744
22,231
109,620
114,156
-
18,070
76.10
4,335
19.50
94,669
86.36
22,486
19.70
-
-
103,471
103,471
630,569
630,569
-
42,894
41.46
59,385
57.39
279,424
44.31
390,158
61.87
-
-
12 Jawa Barat
413,453
413,453
2,858,083
2,858,083
-
432,669
104.65
343,627
83.11
2,223,175
77.79
2,415,197
84.50
-
13 Jawa Tengah
414,918
329,742
2,129,249
2,017,680
524,792
393,735
94.89
320,627
97.24
2,078,186
97.60
1,983,186
98.29
440,865
-
2 Sumatera Utara
6 Sumatera Selatan
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta
28,413
28,915
181,844
186,168
15 Jawa Timur
14 DI Yogyakarta
638,244
638,244
2,463,693
2,463,693
16 Banten
(8)
(9)
(10)
-
(11)
-
(12)
-
-
-
(13)
-
(14)
Ibu Nifas diberi Vitamin A Jumlah %
(3)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
(7)
Agustus Jumlah %
-
(15)
-
(16)
-
-
-
(17)
-
-
84.01
30,258
106.49
28,949
100.12
167,845
92.30
173,716
93.31
-
-
270,403
42.37
255,209
39.99
1,714,099
69.57
1,166,144
47.33
-
-
117,445
131,902
786,831
897,032
241,208
113,818
96.91
122,216
92.66
658,244
83.66
761,683
84.91
116,723
48.39
17 Bali
50,354
44,800
201,771
184,331
64,228
35,399
70.30
30,213
67.44
186,283
92.32
160,523
87.08
51,392
80.01
18 Nusa Tenggara Barat
58,729
58,932
376,026
371,341
58,394
99.43
53,579
90.92
365,312
97.15
362,051
97.50
-
19 Nusa Tenggara Timur
-
-
-
-
77,418
77,418
397,418
397,418
20 Kalimantan Barat
-
23 Kalimantan Timur
49,400
49,400
292,111
292,111
24 Sulawesi Utara
28,089
27,346
139,630
147,725
25 Sulawesi Tengah
-
-
26 Sulawesi Selatan
93,705
64,515
383,807
256,024
27 Sulawesi Tenggara
34,582
35,610
197,684
199,985
97,883
21,534
28 Gorontalo
15,411
14,618
72,878
80,332
20,428
11,394
29 Sulawesi Barat
22,116
22,236
74,636
74,667
14,966
14,756
66.72
14,867
66.86
59,545
79.78
59,441
79.61
6,253
41.78
30 Maluku
28,927
28,927
159,136
159,136
31,892
10,938
37.81
12,402
42.87
55,380
34.80
51,904
32.62
12,720
39.88
31 Maluku Utara
20,949
20,949
88,703
88,703
21,071
12,382
59.11
12,382
59.11
55,222
62.25
55222
62.25
13,635
64.71
32 Papua
44,267
44,267
181,970
181,970
46,479
19,996
45.17
19,996
45.17
46,902
25.77
52,282
28.73
6,191
13.32
33 Irian Jaya Barat
13,119
13,119
49,230
49,230
15,389
6,674
50.87
6,674
50.87
28,263
57.41
28,263
57.41
7,291
15,736,857
15,487,151
1,812,534
2,134,537
71.56
2,008,205
70.46
12,156,993
77.25
11,718,201
75.66
Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat
-
-
34,541
81.03
245,117
85.88
217,157
84.97
-
-
68,651
49,622
100.45
49,622
100.45
208,482
71.37
223,556
76.53
45,936
66.91
45,431
23,677
84.29
23,317
85.27
130,588
93.52
140,144
94.87
15,649
34.45
-
-
-
-
-
-
-
-
-
86.67
-
-
67.90
-
-
40,268
-
-
269,860
-
255,562
-
-
74.45
-
285,429
-
-
295,891
-
-
-
-
62.02
-
42,626
2,850,242
-
48,016
-
-
2,982,998
-
67.69
-
46,459
-
-
52,407
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
-
-
21 Kalimantan Tengah
Indonesia
-
-
-
-
-
-
-
55,133
85.46
328,607
85.62
231,078
90.26
62.27
22,382
62.85
119,306
60.35
121,529
60.77
58,451
59.72
73.93
12,683
86.76
56,485
77.51
16,361
20.37
14,273
69.87
1,082,700
47.38 59.73
Lampiran 4.19
CAKUPAN DISTRIBUSI TABLET BESI PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Cakupan Fe Ibu Hamil No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi (2)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
Jumlah Ibu Hamil (3)
347,683 106,556 129,160 70,417 151,982 47,360 171,515 27,219 227,316 981,342 654,664 51,736 698,177 258,694 68,472 111,186 120,975 86,258 53,827 81,680 71,684 47,724 58,847 186,293 45,128 24,430 22,645 22,582 48,694 4,974,246
Fe-1
Fe-3
Jumlah
%
Jumlah
%
(4)
(5)
(6)
(7)
292,471 92,362 106,271 30,049 137,153 31,908 40,322 24,022 127,453 672,959 514,436 13,000 543,492 191,570 59,899 98,454 77,396 64,772 46,140 71,869 57,615 38,722 5,527 152,635 28,270 22,114 22,635 20,456 18,480 3,602,452
84.12 86.68 82.28 42.67 90.24 67.37 23.51 88.25 56.07 68.58 78.58 25.13 77.84 74.05 87.48 88.55 63.98 75.09 85.72 87.99 80.37 81.14 9.39 81.93 62.64 90.52 99.96 90.59 37.95 72.42
272,405 79,216 98,570 31,308 129,856 28,402 44,274 21,473 109,407 727,077 463,773 11,200 487,428 154,994 56,746 88,930 67,536 57,271 41,585 60,456 51,192 33,549 5,097 110,862 24,352 17,440 17,897 16,650 12,829 3,321,775
78.35 74.34 76.32 44.46 85.44 59.97 25.81 78.89 48.13 74.09 70.84 21.65 69.81 59.91 82.87 79.98 55.83 66.40 77.26 74.02 71.41 70.30 8.66 59.51 53.96 71.39 79.03 73.73 26.35 66.78
Lampiran 4.20
CAKUPAN WANITA USIA SUBUR (WUS) DAN ANAK SEKOLAH MENDAPAT KAPSUL YODIUM MENURUT PROVINSI TAHUN 2003 No
Provinsi
(1)
(2)
Kapsul Yodium Anak Sekolah
WUS (3)
(4)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
739
2
Sumatera Utara
277
320,267
4,131
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
15,108
7
Bengkulu
55,555
8
Lampung
9
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
10
Kepulauan Riau
-
-
11
DKI Jakarta
-
12
Jawa Barat
123,826
39,054
13
Jawa Tengah
429,373
187,768
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
22,517
17
Bali
18,458
100
18
Nusa Tenggara Barat
233,061
106,496
19
Nusa Tenggara Timur
239,328
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
Kalimantan Selatan
23
Kalimantan Timur
24
Sulawesi Utara
25
Sulawesi Tengah
72,058
22,982
26
Sulawesi Selatan
133,895
76,137
27
Sulawesi Tenggara
28
Gorontalo
-
29
Sulawesi Barat
-
30
Maluku
31
228,115 -
94,171 -
1,951
276 -
71,525
25,520
-
115,866
56,338
1,762,293
632,116
5
-
167,932 -
34,604 -
25,282 -
926 -
449 -
75,061
58,946 -
67,579
49,218
Maluku Utara
6,620
6,442
32
Papua
7,146
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Yanmedik, 2005
-
8,285 -
4,035,876
1,561,920
Lampiran 4.21
JUMLAH PENULISAN RESEP DI RUMAH SAKIT UMUM DEPKES & PEMDA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No (1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Provinsi
Generik
(2)
(3)
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Irian Jaya Tengah Irian Jaya Timur Indonesia
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006
Non Generik Formularium
Non Generik
(4)
(5)
224,436 398,988 897,989 584,442 174,117 365,017 26,481 88,641 71,990 -
18,677 174,126 137,082 54,390 2,007 34,563 8,393 8,184 -
1,680,563 1,501,776 2,739,971 558,365 814,406 301,939 185,386 203,202 1,192,068 328,210 45,879 475,131 464,388 135,544 201,319 856,505 127,159 11,494 189,284 14,245 127,869 14,986,804
211,093 207,165 301,108 149,871 49,875 25,648 12,169 113,927 7,765 -
1,511,547 771,426 1,199,041 81,320 327,527 171,492 273,165 67,887 113,445 75,367 45
574,958 1,844,605 1,625,934 350,593 1,466,764 134,582 202,395 70,428 130,319 65,639 130,496 1,071,775 662,828 250,347 110,270 319,061 103,548
123,263 125,863 51,379 13,605 -
5,697 4,490 53,988 5,402,272
10,626 3,170 69,339 10,281,995
Lampiran 4.22
JUMLAH DAN PERSENTASE PENULISAN RESEP OBAT GENERIK MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah Resep
Penulisan Resep Resep Obat Generik
%
(3)
(4)
(5)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
17,201
16,501
95.93
2
Sumatera Utara
557,668
396,621
71.12
3
Sumatera Barat
74,572
34,779
46.64
4
Riau
1,594,075
1,377,752
86.43
5
Jambi
322,440
322,279
99.95
6
Bengkulu
147,891
135,131
91.37
7
Sumatera Selatan
423,122
299,934
70.89
8
Lampung
452,208
123,438
27.30
9
Kep.Bangka Belitung
63,314
63,159
99.76
240,625
219,759
91.33
DKI Jakarta
-
-
12
Jawa Barat
3,339,642
1,863,079
55.79
13
Jawa Tengah
7,187,279
4,713,232
65.58
14
DI Yogyakarta
185,341
66,553
35.91
15
Jawa Timur
5,218,173
3,626,115
69.49
16
Banten
1,247,104
1,247,119
100.00
17
Bali
3,882,267
3,479,156
89.62
18
Nusa Tenggara Barat
1,392,200
1,266,376
90.96
19
Nusa Tenggara Timur
3,801,044
2,836,902
74.63
20
Kalimantan Barat
1,110,425
1,052,154
94.75
21
Kalimantan Tengah
167,353
138,084
82.51
22
Kalimantan Timur
1,099,814
845,967
76.92
23
Kalimantan Selatan
380,248
109,784
28.87
24
Sulawesi Utara
662,754
579,485
87.44
25
Sulawesi Tengah
81,968
36,150
44.10
26
Sulawesi Tenggara
456,220
301,165
66.01
27
Sulawesi Selatan
601,421
517,337
86.02
28
Gorontalo
81,851
81,851
100.00
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
10
Kep.Riau
11
-
-
558,909
538,239
96.30
27,527
18,764
68.17
346,003
338,274
97.77
101,141
5,914
5.85
35,821,800
26,651,053
74.40
Sumber: Hasil Pengumpulan dan Pengolahan Indikator Kinerja SPM dari Dinkes Kabupaten/Kota dan Dinkes Provinsi, per 18 Nopember 2005 Keterangan : (-) data belum diterima
-
Lampiran 4.23
PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2005 Depkes RI No
Pemda Provinsi
Pemda Kab/Kota
TNI & POLRI
Swasta
Jumlah
Jenis NAPZA
(1)
(2)
1 Opiat
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
2,960
229
15
70
a. Heroin
2,954
222
15
70
-
Kuratif (9)
-
Rehabilitatif Aftercare (10)
2,086 -
(11)
-
2
-
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
Rehabilitatif
Aftercare
Kuratif
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
-
-
-
14 -
-
9
-
Rehabilitatif Aftercare (19)
(20)
5,130
229
15
222
15
-
-
3,035
b. Morfin
6
7
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
-
-
11
c. Pethidin
-
-
-
-
-
-
84
-
-
-
-
-
-
-
-
84
-
-
d. Kodein
-
-
-
-
-
-
2,000
-
-
-
-
-
-
-
-
2,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
-
77
-
-
15
4
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
94
2 Kokain 3 Kanabis/Ganja 4 Lainnya NARKOTIKA 1 Amfetamin
18
-
3,055
229
82
14
-
2
3
15
87
7
-
2,092
-
26
9
-
-
-
-
-
6
-
11
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1 18 458
-
-
7
-
4
-
27
3
-
-
5,252
236
-
-
566
23
15 11
a. Methamfetamin (extacy)
32
1
-
8
2
-
-
-
11
-
-
-
414
-
-
454
3
b. Shabu
50
13
-
4
-
-
-
-
-
-
-
-
24
-
-
78
13
-
34
7
-
42
1
c. Lainnya 2 Sedative a. Barbiturat
42 -
-
-
1
12
14
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
7 -
-
-
-
-
-
-
-
20 -
-
-
30
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30
c. Lainnya
12
-
12
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
-
4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
-
18
-
4 Lainnya
-
-
2
-
12
28
9
1 Alkohol
19
3
2
8
-
-
3
-
-
1
-
-
49
-
4 Lainnya
135
-
-
22
-
-
11
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
49
-
-
248
3
2
11
1
-
-
525
-
-
6,130
263
40
ZAT ADIKTIF LAINNYA Jumlah
154
3
2
30
3,353
247
29
145
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006
16
-
-
-
14
-
-
2,106
-
11
-
-
-
-
458
-
-
12 -
15
-
-
-
16
-
-
1
144
PSIKOTROPIKA
-
12
-
b. Benzodiazepin
3 Inhalan
11
-
-
630
24
-
80
3
-
168
-
23 2 -
Lampiran 4.24
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2005
No
Jenis Bencana
Jumlah Provinsi
Jumlah Kab/Kota
(1)
(2)
(3)
(4)
Jumlah Korban Luka Ringan/ Luka Berat/ Rawat Inap Rawat Jalan
Meninggal (5)
(6)
Pengungsi
Hilang
(7)
(8)
(9)
1 Banjir
5
11
2
0
522
2
12,075 jiwa
2 Banjir Bandang
1
1
0
0
0
0
45 jiwa
3 Tanah Longsor
5
7
170
15
6
4
315 jiwa
4 Gempa Bumi
8
15
1801
3,272
155
1
278 kk / 561 jiwa
5 Angin Topan
1
1
0
0
0
0
0
6 Kecelakaan Lalu Lintas
1
1
0
77
46
0
0
7 Keracunan Makanan
1
1
0
79
63
0
0
8 Ledakan Granat/Bom
3
3
45
202
156
0
0
9 KLB Demam Berdarah
1
1
0
59
76
0
0
10 KLB Gizi buruk
2
2
3
7
5
0
0
11 Kebakaran
1
1
0
0
0
0
0
Sumber : Pusat Penanggulangan Krisis (PPK), Depkes RI
Lampiran 5.1 JUMLAH PUSKESMAS SERTA SARANA LAINNYA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Puskesmas
No
Provinsi
(1)
(2)
Perawatan
Non Perawatan (4)
(3)
Sarana UKBM
Puskes. Total
Pembantu
(5)
(6)
Posyandu (7)
Rumah Dinas Pos Obat
Polindes
Dr/Drg
Desa (9)
(8)
(10)
Sarana Transportasi Puskesmas Pusling
Paramedis R-4 (12)
(11)
Ambulans PB (13)
Sepeda Motor (15)
(14)
Lain-lain (16)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
89
177
266
733
5,019
2,034
141
279
438
189
4
27
385
5
2 Sumatera Utara
98
328
426
1,784
13,721
2,608
285
473
1,108
248
0
18
778
0
3 Sumatera Barat
64
150
214
843
4,485
748
103
313
484
209
9
12
507
3
4 Riau
39
111
150
652
3,092
224
115
215
342
106
24
7
265
0
5 Jambi
43
92
135
575
2,268
166
118
207
371
123
10
7
317
0
6 Sumatera Selatan
75
167
242
914
5,841
1,570
282
279
435
180
7
30
341
0
7 Bengkulu
24
89
113
481
1,712
542
87
197
389
108
0
14
532
0
8 Lampung
31
193
224
710
7,264
717
235
367
670
185
4
10
349
80
9 Kepulauan Bangka Belitung
0
14
33
47
145
868
200
36
71
149
44
0
4
124
10 Kepulauan Riau
17
24
41
180
817
165
5
75
280
27
19
12
112
0
11 DKI Jakarta 12 Jawa Barat
50
285
335
78
1,412
0
0
141
139
57
4
54
305
16
132
864
996
1,425
38,006
1,134
376
880
1,121
407
0
109
1,425
20
13 Jawa Tengah
218
635
853
1,828
44,210
4,304
1,947
1,046
1,360
820
3
20
2,584
42
14 DI Yogyakarta
32
85
117
321
5,242
107
118
144
266
126
0
35
493
0
310
609
919
2,257
43,516
4,902
483
1,207
1,928
914
3
55
2,154
6
16 Banten
18
155
173
187
5,133
36
32
161
217
103
1
0
138
0
17 Bali
23
87
110
491
4,585
236
5
157
377
118
46
4
376
0
18 Nusa Tenggara Barat
46
82
128
461
4,940
518
227
202
717
101
6
34
518
5
19 Nusa Tenggara Timur
72
156
228
862
7,029
1,277
526
290
507
186
23
15
558
3
20 Kalimantan Barat
70
137
207
765
3,578
1,355
79
301
582
126
71
35
312
0
21 Kalimantan Tengah
35
99
134
767
1,567
611
53
235
449
106
50
26
222
2
22 Kalimantan Selatan
33
159
192
619
2,928
1,250
264
276
479
186
30
4
553
30
23 Kalimantan Timur
70
117
187
625
2,699
330
84
229
430
138
40
14
287
43
24 Sulawesi Utara
56
63
119
506
1,791
354
27
133
267
59
15
1
109
49
25 Sulawesi Tengah
59
80
139
703
2,759
839
353
242
467
118
12
0
297
0
26 Sulawesi Selatan
147
200
347
1,015
6,416
758
274
411
606
245
10
6
643
1
27 Sulawesi Tenggara
45
94
139
460
1,991
246
149
180
390
101
8
12
504
0
28 Gorontalo
14
31
45
218
961
267
63
63
91
32
0
13
133
0
29 Sulawesi Barat
19
31
50
213
992
115
14
72
105
28
2
0
90
0 5
15 Jawa Timur
30 Maluku
31
78
109
356
987
81
11
107
158
34
33
8
25
31 Maluku Utara
17
39
56
213
1,112
352
2
85
121
28
41
5
79
0
32 Papua
64
104
168
551
1,270
346
156
187
485
75
73
3
173
5
33 Irian Jaya Barat Indonesia
22
38
60
233
448
166
55
80
249
25
43
4
41
1
2,077
5,592
7,669
22,171
228,659
28,558
6,705
9,305
16,177
5,552
591
598
15,729
316
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, BPS, Statistik Kesra, 2005
Lampiran 5.2 JUMLAH PUSKESMAS, PUSKESMAS PEMBANTU, DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK, SERTA RASIO PUSTU PER PUSKESMAS, MENURUT PROVINSI TAHUN 2000 - 2005
No
Provinsi
Jumlah
Jumlah
Rasio Puskesmas /
Rasio Puskesmas Pembantu /
Rasio Puskesmas Pembantu /
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
100.000 Penduduk
100.000 Penduduk
Puskesmas
2000 2001 2002 2003 2004 2005 (3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
2000
2001
2002
2003
2004
2005 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2000 2001 2002 2003 2004 2005
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
219
219
230
240
240
266
762
778
821
824
2
Sumatera Utara
399
404
411
388
423
426
1,766
1,782
1,789
1,578
3
Sumatera Barat
203
203
204
206
210
214
824
837
825
834
815
4
Riau
148
157
167
142
146
150
648
667
704
642
651
5
Jambi
-
-
-
45
47
135
-
-
-
211
6
Sumatera Selatan
126
123
130
127
132
242
565
630
628
7
Bengkulu
227
227
214
235
250
113
865
879
8
Lampung
112
112
112
112
113
224
476
478
9
Kepulauan Bangka Belitung
198
204
211
219
222
47
684
45
45
45
45
61
41
11 DKI Jakarta
329
329
328
329
329
12 Jawa Barat
946
962
976
982
13 Jawa Tengah
862
853
853
14 DI Yogyakarta
126
126
117
15 Jawa Timur
927
921
16 Banten
165
162
17 Bali
112
18 Nusa Tenggara Barat 19 Nusa Tenggara Timur
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
733
5.46
5.46
5.76
5.70
6.15
6.60 19.00 19.39 20.58 19.55 18.95 18.18
3.48
3.55
3.57
3.43
3.08
2.76
1,883 1,784
3.48
3.48
3.47
3.27
3.43
3.42 15.39 15.36 15.10 13.31 15.27 14.33
4.43
4.41
4.35
4.07
4.45
4.19
843
4.80
4.48
4.79
4.62
4.62
4.69 19.49 18.45 19.39 18.71 17.91 18.46
4.06
4.12
4.04
4.05
3.88
3.94
652
3.13
3.32
3.10
2.55
3.21
3.28 13.69 14.09 13.07 11.55 14.32 14.24
4.38
4.25
4.22
4.52
4.46
4.35
217
575
-
-
-
-
3.92
5.12
- 49.06 21.81
-
-
-
4.69
4.62
4.26
634
588
914
5.25
4.76
5.29
4.94
4.89
3.57 23.53 24.40 25.57 24.68 33.46 13.48
4.48
5.12
4.83
4.99
4.45
3.78
853
891
903
481
3.51
3.41
2.98
3.62
3.68
7.29 12.92 13.20 11.89 13.74
479
478
487
710
7.79
6.95
6.86
7.38
7.02
3.15 33.88 29.67 29.32 31.51 43.72
685
688
704
704
145
2.98
2.99
3.11
3.16
3.10
4.50 10.28 10.03 10.15 10.16
137
137
140
139
143
180
5.00
4.84
4.86
4.61
335
-
-
-
-
-
78
3.92
3.40
4.00
982
996
1,414
1,413
1,415
1,413
1,421 1,425
2.55
2.76
855
857
853
1,830
1,826
1,844
1,830
1,818 1,828
117
117
117
312
312
320
321
922
918
907
919
2,230
2,243
2,238
2,239
168
171
172
173
250
253
202
190
188
187
107
107
108
109
110
471
471
474
479
480
114
120
121
127
125
128
436
433
428
438
210
210
211
218
220
228
797
793
809
837
20 Kalimantan Barat
197
194
189
192
195
207
672
714
710
21 Kalimantan Tengah
133
133
118
133
132
134
663
706
22 Kalimantan Selatan
188
189
189
189
193
192
583
23 Kalimantan Timur
147
153
165
167
174
187
24 Sulawesi Utara
101
101
101
108
114
25 Sulawesi Tengah
131
130
132
134
26 Sulawesi Selatan
355
356
367
27 Sulawesi Tenggara
130
130
39
40
-
-
-
96
100
96
10 Kepulauan Riau
28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Irian Jaya Barat Indonesia Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
739
-
-
-
7.16 31.05
3.81
3.87
3.99
3.79
3.61
4.26
9.98
4.25
4.27
4.28
4.27
4.31
3.17
2.00 13.90
3.45
3.36
3.26
3.21
3.17
3.09
5.99
3.22 15.24 14.72 15.13 14.24 21.31 14.12
3.04
3.04
3.11
3.09
2.34
4.39
3.82
3.61
3.78
0.00
0.00
1.03
-
0.00
0.88
-
-
-
-
-
0.23
2.64
2.59
2.51
2.56
3.82
4.05
3.83
3.72
3.63
3.66
1.49
1.47
1.45
1.44
1.45
1.43
5.93
6.05
5.82
2.79
2.80
2.69
2.67
2.60
2.67
5.71
5.52
5.72
2.12
2.14
2.16
2.14
2.12
2.14
321
4.05
3.90
3.69
3.65
3.57
3.50 10.03
9.66 10.10 10.01
9.79
9.60
2.48
2.48
2.74
2.74
2.74
2.74
2,250 2,257
2.68
2.61
2.63
2.54
2.45
2.53
6.46
6.37
6.38
6.19
6.07
6.22
2.41
2.44
2.43
2.44
2.48
2.46
-
2.31
1.89
1.91
1.88
1.92
-
3.60
2.27
2.12
2.06
2.07
1.52
1.56
1.20
1.11
1.09
1.08
491
3.58
3.46
3.31
3.22
3.13
3.25 15.07 15.23 14.66 14.29 13.76 14.51
4.21
4.40
4.43
4.44
4.40
4.46
444
461
2.98
3.09
2.98
3.17
3.00
3.06 11.41 11.16 10.54 10.94 10.67 11.02
3.82
3.61
3.54
3.45
3.55
3.60
849
862
5.34
5.19
5.36
5.35
5.27
5.35 20.28 19.61 20.54 20.55 20.34 20.23
3.80
3.78
3.83
3.84
3.86
3.78
748
750
765
5.27
4.96
4.52
4.86
4.78
5.11 17.97 18.27 16.98 18.95 18.39 18.88
3.41
3.68
3.76
3.90
3.85
3.70
707
825
731
767
6.33
7.63
6.05
7.28
6.94
7.00 36.80 40.48 36.28 45.16 38.42 40.05
4.98
5.31
5.99
6.20
5.54
5.72
613
613
600
613
619
6.03
6.15
6.22
5.95
5.95
5.85 19.63 19.96 20.16 18.90 18.89 18.86
3.10
3.24
3.24
3.17
3.18
3.22
562
572
552
565
602
625
4.96
6.22
6.48
6.17
5.90
6.56 23.07 23.27 21.67 20.89 20.40 21.94
3.82
3.74
3.35
3.38
3.46
3.34
119
497
519
521
500
506
506
6.34
5.12
4.94
5.08
5.28
5.59 25.28 26.31 25.46 23.50 23.43 23.77
4.92
5.14
5.16
4.63
4.44
4.25
135
139
683
687
704
708
701
703
4.56
6.39
5.79
6.06
5.81
6.06 33.05 33.77 30.88 32.03 30.16 30.63
5.21
5.28
5.33
5.28
5.19
5.06
376
333
347
1,167
1,141
1,162
1,161
955 1,015
7.34
4.56
4.43
4.58
4.45
4.09 14.99 14.62 14.02 14.13 12.77 11.97
3.29
3.21
3.17
3.09
2.87
2.93
122
115
138
139
472
472
458
408
476
460 12.33
8.61
6.34
6.13
7.02
7.08 26.64 31.27 23.79 21.75 24.21 23.43
3.63
3.63
3.75
3.55
3.45
3.31
39
47
44
45
216
248
263
247
221
218
-
4.99
4.47
5.33
4.80
4.88
5.54
6.20
6.74
5.26
5.02
4.84
50
50
-
-
-
212
213
-
-
-
5.17
-
-
-
-
-
-
4.24
4.26
103
109
291
306
291
340
356
9.47
7.83
8.48
8.71 41.75 23.96 25.70 25.30 25.55 28.44
3.03
3.06
3.03
3.14
3.30
3.27
98
308
321
8.05
7.74
- 30.92 30.14 28.03 24.11 23.64 -
-
-
21.93
52
46
49
53
55
56
210
192
224
221
212
213
3.56
5.05
6.60
6.21
6.03
6.33 10.45 21.08 30.18 25.90 23.24 24.09
4.04
4.17
4.57
4.17
3.85
3.80
200
221
215
165
167
168
784
800
844
557
546
551
6.47
8.81
9.19
7.02
9.07
6.67 37.11 31.88 36.08
3.92
3.62
3.93
3.38
3.27
3.28
-
-
-
52
55
60
-
-
-
232
236
233
-
-
-
-
9.71
7,669 21,267 21,587 21,706 21,762 22,002 22,171
3.56
3.55
3.46
3.46
3.48
7,237 7,277 7,309 7,413 7,550
-
-
-
-
7.02 29.65 21.88 - 41.65
3.50 10.45 10.53 10.33 10.15
-
-
-
-
4.46
4.29
3.88
9.96 10.13
2.94
2.97
2.97
2.94
2.91
2.89
Lampiran 5.3 JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, TAHUN 2000 - 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
2000
2001
(3)
(4)
Jumlah Puskesmas 2002 2003 (5)
(6)
2004
2005
2000
2001
(7)
(8)
(9)
(10)
Jumlah Puskesmas Perawatan 2002 2003 2004 (11)
(12)
2005
(13)
(14)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
219
219
230
240
240
266
72
72
77
78
82
89
2
Sumatera Utara
399
404
411
388
423
426
98
98
97
90
97
98
3
Sumatera Barat
203
203
204
206
210
214
63
64
62
63
63
64
4
Riau
148
157
167
142
146
150
42
44
49
36
38
39
5
Jambi
-
-
-
45
47
135
-
-
-
21
21
43
6
Sumatera Selatan
126
123
130
127
132
242
31
31
37
36
38
75
7
Bengkulu
227
227
214
235
250
113
67
67
67
68
71
24
8
Lampung
112
112
112
112
113
224
21
21
25
10
25
31
9
Kepulauan Bangka Belitung
198
204
211
219
222
47
23
25
30
28
29
14 17
10
Kepulauan Riau
45
45
45
45
61
41
7
7
10
25
26
11
DKI Jakarta
329
329
328
329
329
335
50
50
47
46
48
50
12
946
962
976
982
982
996
131
130
132
18
132
132
13
Jawa Barat Jawa Tengah
862
853
853
855
857
853
184
187
206
128
235
218
14
DI Yogyakarta
126
126
117
117
117
117
30
31
32
214
32
32
15
Jawa Timur
927
921
922
918
907
919
257
261
283
32
295
310
16
Banten
165
162
168
171
172
173
19
18
18
279
18
18
17
Bali
112
107
107
108
109
110
20
20
20
20
20
23
18
Nusa Tenggara Barat
114
120
121
127
125
128
25
27
43
27
28
46
19
Nusa Tenggara Timur
210
210
211
218
220
228
57
57
62
59
60
72
20
Kalimantan Barat
197
194
189
192
195
207
65
65
66
66
67
70
21
Kalimantan Tengah
133
133
118
133
132
134
35
34
28
33
31
35
22
Kalimantan Selatan
188
189
189
189
193
192
25
26
25
26
31
33
23
Kalimantan Timur
147
153
165
167
174
187
48
52
68
68
67
70
24
Sulawesi Utara
101
101
101
108
114
119
56
56
57
17
59
56
25
Sulawesi Tengah
131
130
132
134
135
139
55
56
55
66
59
59
26
Sulawesi Selatan
355
356
367
376
333
347
137
150
150
57
140
147
27
Sulawesi Tenggara
130
130
122
115
138
139
36
36
36
156
35
45
28
Gorontalo
39
40
39
47
44
45
13
14
14
28
14
14
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
50
50
-
-
-
-
18
19
30
Maluku
96
100
96
98
103
109
30
30
32
30
30
31
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI
52
46
49
53
55
56
14
15
20
16
15
17
200
221
215
165
167
168
74
74
78
61
63
64
-
-
-
52
55
7,237
7,277
7,309
7,413
7,550
60 7,669
-
-
-
22
23
22
1,785
1,818
1,926
1,924
2,010
2,077
Lampiran 5.4 JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIO PUSKESMAS KELILING PER PUSKESMAS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA, TAHUN 2000 - 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
2000 R-4
PB
2001 R-4
PB
(3)
(4)
(5)
(6)
Jumlah Puskesmas Keliling 2003 2002 R-4 PB R-4 PB (7)
(8)
(9)
2004
(10)
R-4
PB
2000
2001
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(19)
2005 (20)
13
236
14
192
8
2
Sumatera Utara
325
15
264
19
237
1
144
3
Sumatera Barat
177
6
183
6
188
3
73
4
Riau
119
52
111
56
103
46
73
7
5
Jambi
28
11
24
6
Sumatera Selatan
101
25
92
24
114
15
66
6
128
7
Bengkulu
200
19
190
62
149
20
110
20
197
10
8
Lampung
130
2
113
2
102
9
Kepulauan Bangka Belitung
157
5
170
2
160
10
Kepulauan Riau
38
1
38
1
30
96
11
84
4
84
4
68
4
24
12
DKI Jakarta Jawa Barat
477
384
2
42
13
Jawa Tengah
698
665
4
150
14
DI Yogyakarta
130
500
15
Jawa Timur
923
16
Banten
120
17
Bali
125
18
Nusa Tenggara Barat
120
2
125
2
112
3
45
1
119
3
101
6
1.1
1.0
1.0
0.4
1.0
0.8
19
Nusa Tenggara Timur
185
22
177
28
173
19
69
7
183
21
186
23
1.0
1.0
0.9
0.3
0.9
0.9
20
Kalimantan Barat
117
120
115
116
93
58
58
67
112
75
126
71
1.2
1.2
0.8
0.7
1.0
1.0
21
Kalimantan Tengah
102
89
97
76
77
75
53
24
88
54
106
50
1.4
1.3
1.3
0.6
1.1
1.2
22
Kalimantan Selatan
171
39
177
34
168
40
83
4
176
29
186
30
1.1
1.1
1.1
0.5
1.1
1.1
23
Kalimantan Timur
94
51
94
37
113
50
50
17
126
46
138
40
1.0
0.9
1.0
0.4
1.0
1.0
24
Sulawesi Utara
79
18
77
21
81
17
11
67
16
59
15
0.9
1.0
1.0
0.1
0.7
0.6
25
Sulawesi Tengah
93
25
91
19
96
21
17
106
17
118
12
0.9
0.8
0.9
0.3
0.9
0.9
26
Sulawesi Selatan
257
160
249
16
229
15
27
Sulawesi Tenggara
80
23
76
18
77
14
28
Gorontalo
29
1
27
2
23
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
-
-
412 4
610
4
129 5
803
1
114
-
-
5
871
1
-
1
1.2
1.2
0.9
0.0
0.9
0.7
248
0
0.9
0.7
0.6
0.4
0.6
0.6
11
209
9
0.9
0.9
0.9
0.4
1.0
1.0
96
23
106
24
1.2
1.1
0.9
0.6
0.8
0.9
24
123
10
-
-
-
0.9
1.0
1.0
12
180
7
1.0
0.9
1.0
0.6
1.1
0.8
108
0
1.0
1.1
0.8
0.6
0.8
1.0
185
4
1.2
1.0
0.9
0.3
0.9
0.8
3
44
0
0.8
0.9
0.8
0.5
0.8
0.9
49
1
27
19
0.9
0.9
0.7
2.1
0.8
1.1
70
165
57
4
0.3
0.3
0.2
0.1
0.7
0.2
406
1
407
0
0.5
0.4
0.4
0.0
0.4
0.4
1
777
6
820
3
0.8
0.7
0.8
0.2
0.9
1.0
6
108
126
0
1.0
1.0
0.9
4.3
0.9
1.1
914
3
1.0
0.9
1.0
0.1
1.0
1.0
4
172
6
59
90
1
529
2
88
1
103
1
0.5
0.5
0.5
3.1
0.5
0.6
110
45
87
2
111
46
118
46
1.1
1.1
1.4
0.8
1.4
1.5
-
-
17 -
215
8
245
10
1.2
0.8
0.7
0.0
0.7
0.7
183
19
85
9
101
8
0.8
0.7
0.7
1.8
0.7
0.8
16
5
32
32
0
0.6
0.6
0.6
0.4
0.7
0.7
-
-
2
28
2
32
37
34
33
19
18
62
27
46
26
65
28
41
0.9
0.9
1.6
1.4
1.7
1.2
118
102
32
24
71
66
75
73
1.0
1.1
1.0
0.3
0.8
0.9
Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI Keterangan: R-4 = Puskesmas keliling kendaraan bermotor roda empat (mobil) PB = Puskesmas keliling perahu bermotor
-
654
0.2
0.6
109
4,984
0.6
0.6
29
-
0.5
0.7
112
716
0.8
0.6
93
-
7
27
24
5,084
16
-
38
-
22
-
4
108
841
35
886
22
-
19
4
190
101
109
189
35
5,551
27
267
34
108
62
-
-
8
(18)
239
2
198
(17)
Nanggroe Aceh Darussalam
-
-
PB
1
-
-
Rasio Puskesmas Keliling/ Puskesmas 2002 2003 2004
2005
R-4
11
18
25
42
25
43
-
-
-
0.6
1.2
1.1
2,795
317
5,358
805
5,552
591
0.9
0.8
0.8
0.4
0.8
0.8
Lampiran 5.5 JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
Depkes/Pemda RS RS Jumlah Umum Khusus (3)
(4)
(5)
TNI/POLRI RS Jumlah Khusus
RS Umum (6)
(7)
(8)
Departemen Lain/BUMN RS RS Jumlah Umum Khusus (9)
(10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
14
1
15
3
-
3
3
2
Sumatera Utara
26
5
31
7
-
7
17
3
Sumatera Barat
15
2
17
3
-
3
1
-
4
Riau
12
1
13
5
-
5
6
-
5
Jambi
7
1
8
2
-
2
2
-
6
Sumatera Selatan
12
2
14
2
-
2
5
7
Bengkulu
4
1
5
1
-
1
8
Lampung
8
1
9
1
-
1
Kepulauan Bangka Belitung
3
9
1 -
-
-
RS Umum
Swasta RS Khusus
(12)
(13)
Jumlah
RS Umum
(14)
(15)
Semua RS RS Jumlah Khusus (16)
(17)
3
5
2
7
25
3
28
18
61
6
67
111
12
123
1
9
10
19
28
12
40
6
11
2
13
34
3
37
2
2
1
3
13
2
15
-
5
8
2
10
27
4
31
-
-
0
1
-
-
0
9 1
1
-
1
6
1
7
12
18
4
22
-
1
4
-
0
3
4
-
-
0
-
-
0
0
-
-
0
-
-
0
9
5
1
6
52
33
85
73
42
115
12
-
12
6
1
7
45
25
70
91
34
125
49
8
-
8
3
172
7
2
-
2
53
19
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
8
7
15
8
12
Jawa Barat
28
8
36
13
Jawa Tengah
41
8
14
DI Yogyakarta
6
1
15
Jawa Timur
45
8
16
Banten
5
1
6
2
17
Bali
9
2
11
2
18
Nusa Tenggara Barat
7
3
19
Nusa Tenggara Timur
14
20
Kalimantan Barat
13
21
Kalimantan Tengah
10
22
Kalimantan Selatan
11
23
Kalimantan Timur
10
24
Sulawesi Utara
6
25
Sulawesi Tengah
9
1
10
1
-
1
26
Sulawesi Selatan
26
7
33
6
-
6
1
27
Sulawesi Tenggara
6
1
7
2
-
2
1
28
Gorontalo
2
1
3
-
-
0
-
29
Sulawesi Barat
-
0
-
-
0
-
30
Maluku
6
7
3
-
3
-
-
0
31
Maluku Utara
4
-
4
2
-
2
-
-
0
32
Papua
7
9
3
-
3
-
-
0
33
Irian Jaya Barat
4
4
2
-
2
-
1
1
1
-
20
13
-
2
2
-
2
-
1 -
5 -
0
3
72
40
112
124
48
1
1
9
15
24
17
17
34
2
15
56
22
78
133
33
166
-
-
2
8
5
13
17
6
23
-
0
16
4
20
27
6
33
10
1
-
1
-
-
0
2
-
14
2
-
2
-
-
0
8
16
2
-
2
-
1
7
-
10
1
-
1
-
-
0
2
13
3
-
3
2
-
2
4
2
12
3
-
3
2
-
2
8
1
7
2
-
2
-
0
11
-
0
4
4
8
14
5
19
2
12
7
19
45
15
60
-
1
3
-
3
12
1
13
-
0
-
-
0
2
1
-
0
-
-
0 7
15
-
0
6
4
-
4
14
2
-
2
9
3
1 2
-
1
1
1
1 2
10
3
13
24
1
25
5
9
23
0
11
4
8
20
6
1
9
23
3
26
11
19
1
20
-
-
-
6
2 9
1 -
28 -
-
11 26
3 -
2
0 17
2
6 16
-
9 0
Indonesia Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
378
74
452
110
2
112
71
7
78
436
190
626
995
273
1,268
Lampiran 5.6 JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM MENURUT PENGELOLA TAHUN 1995 - 2005 Jumlah Rumah Sakit Umum No
Pengelola
(1)
(2)
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
1
Departemen Kesehatan
15
15
15
15
14
14
14
14
14
13
13
2
Pemerintah Provinsi
42
42
42
43
40
42
45
45
45
43
43
3
Pemerintah Kab/Kota
281
283
285
287
285
286
285
287
294
305
322
Depkes + Pemda
338
340
342
345
339
342
344
346
353
361
378
4
TNI/POLRI
110
111
111
112
110
110
110
110
110
110
110
5
Departemen Lain / BUMN
73
72
69
68
68
68
70
70
71
71
71
Pemerintah
521
523
522
525
517
520
524
526
534
542
559
Swasta
329
335
351
363
370
390
411
427
432
434
436
850
858
873
888
887
910
935
953
966
976
995
6
Jumlah Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.7
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM MENURUT PENGELOLA TAHUN 1995 - 2005 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum No
Pengelola
(1)
(2)
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
9,023
9,089
9,610
9,471
9,194
9,173
9,264
9,086
8,858
8,505
8,483
1
Departemen Kesehatan
2
Pemerintah Provinsi
11,901
12,032
11,936
11,914
12,109
12,226
12,832
12,872
12,958
12,391
12,902
3
Pemerintah Kab/Kota
28,168
28,501
28,888
29,371
29,536
29,883
29,682
30,316
30,803
31,959
33,896
Depkes + Pemda
49,092
49,622
50,434
50,756
50,839
51,282
51,778
52,274
52,619
52,855
55,281
4
TNI/POLRI
10,752
10,836
10,874
10,938
10,748
10,811
10,942
10,740
10,718
10,761
10,814
5
Departemen Lain / BUMN
7,246
7,281
6,881
7,045
6,888
6,928
6,836
6,729
6,758
6,537
6,827
Pemerintah
67,090
67,739
68,189
68,739
68,475
69,021
69,556
69,743
70,095
70,153
72,922
Swasta
33,298
34,303
35,697
36,553
37,308
38,516
40,392
41,796
42,284
42,487
43,364
100,388
102,042
103,886
105,292
105,783
107,537
109,948
111,539
112,379
112,640
116,286
6
Jumlah Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
Lampiran 5.8 JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDURNYA MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 1997 - 2005
No
Jenis Rumah Sakit
(1)
(2)
1997
1998
1999
2001
2000
2003
2002
2005
2004
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
RS
TT
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(18)
(19)
1
RS Jiwa
49
8,208
50
7,921
50
7,863
50
7,834
50
6,689
51
7,777
51
7,771
51
8,535
51
8,527
2
RS Kusta
24
2,724
24
2,643
24
2,593
24
2,459
24
2,427
23
2,344
23
2,344
22
2,248
22
2,446
3
RS TP
10
747
10
748
10
761
9
711
9
711
9
722
9
722
9
751
9
766
4
RS Mata
10
580
10
501
10
507
10
468
10
446
10
418
10
418
10
460
10
475
5
RS OP
1
187
1
187
1
187
1
187
1
187
1
187
1
187
1
187
1
187
6
RS Penyakit Infeksi
1
103
1
103
1
103
1
144
1
144
1
144
1
144
1
144
1
127
7
RS Jantung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
214
2
234
2
234
8
RS Kanker
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
129
1
128
1
129
9
RS Bersalin
50
2,270
51
2,279
51
2,290
54
2,432
53
2,361
55
2,491
55
2,464
55
2,439
56
2,533
63
3,100
64
3,629
55
1,365
56
1,427
10
RS Ibu dan Anak
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
63
3,175
11
RS Gigi dan Mulut
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
-
12
RS Khusus Lainnya
72
3,291
77
3,512
77
3,511
86
3,735
96
4,304
112
4,592
41
1,182
Jumlah
217 18,110
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI
224 17,894
224 17,815
235 17,970
244 17,269
262 18,675
268 18,750
270 19,591
273 20,480
Lampiran 5.9 JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2002 - 2005
No
Provinsi
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung
Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Industri Farmasi
Obat Tradisional Industri Obat Tradisional
Perbekalan Kesehatan Rumah tangga (PKRT)
Alat Kesehatan
Industri Kecil Obat Tradisional
Kosmetika
2002
2003
2004
2005
2002
2003
2004
2005
2002
2003
2004
2005
2002
2003
2004
2005
2002
2003
2004
2005
2002
2003
2004
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 2 -
11 2
11 2 1 1 3
1 1
-
1 1 -
-
40 71 25 1 51 22 1
40 72 25 1 51 24 1
226
229
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
11 2 1 1 3 -
62 77 31 5 57 20 1 1 272
1 2 4 -
265
-
1 -
62 77 31 1 51 24 1
1 2 1 -
19 33 10 -
1
86
-
-
8 8 10 -
1
1 -
1 89
-
1 13 103
26 70 5 1 8 5 -
3
17 37 1
11 8
-
86
1 4
17 37 10
1 -
2
-
8 8 6
26 0 4 9 8 5
-
-
-
-
1
13 36 10
8 7 -
1 2
28 57 4 1 8 5 -
3
30 70 5 1 9 6 -
3
141 160 160 118 172 172 200 208 208 21 21 21 172 338 346 21 28 28 6 6 6 8 9 8 2 6 6 7 7 9 3 3 3 27 27 32 11 11 11 7 7 8 1 1 1 5 2 2 1 4 4 4 2 2 2 811 1,130 1,134
3 74 143 36 11 343 28 6 8 6 9 3 39 11 9 1 36 1 4 2 894
15 -
18 -
28 -
1 -
1 60 54 33 8 11 20 1 1
40 272
-
1 -
-
18 1 -
63 57 33 8 65 22 1 1 55 75 400
18
5 2
1
31 63 33
37 14 1 5 2
-
-
-
34 14
31 63 57 -
67 22 1 1
67 22 1 1
108 55 57 457
125 55 57 498
-
40 14 1 6 2
-
-
-
85 128 33 8 114 55 4 482
95 95 146 146 51 51 8 8 125 130 63 63 367 1 4 4 84 554 1,015
3
3 -
1 37 15 1 6 124 3 77 168 55 8 125 63 7 1 1 4 2 698
39 5 -
39 5 -
39 5 -
42 5 -
1 1
1 1
1 1
1 1
181 107 33 4 138 30 2 541
185 114 45 4 141 32 2 569
185 114 45 4 141 32 2 569
102 120 45 4 144 32 2 29 391 918
Lampiran 5.10 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN KEFARMASIAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2005 Pedagang Besar Farmasi
Provinsi
No (1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
Apotik
(P B F )
Perbekalan Alat Kesehatan
Toko Obat
Penyalur
Sub Penyalur
2002
2003
2004
2005
2002
2003
2004
2005
2002
2003
2004
2005
2002
2003
2004
2005
2002
2003
2004
2005
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
-
-
-
-
-
51
51
51
-
-
-
-
389
389
389
389
-
36
103
36
-
-
-
-
86
86
86
-
-
-
165
165
1
-
-
-
92
28
28
28
103
106
103
499
95
95
95
499
483
499
3
Sumatera Barat
64
67
67
71
158
165
165
165
384
397
397
397
4
Riau
63
84
84
79
122
192
192
216
482
650
650
640
-
5
Jambi
39
39
37
43
75
80
78
94
137
309
150
137
-
-
92
12
6
Sumatera Selatan
76
76
76
76
160
137
137
177
132
132
130
150
-
-
87
35
7
Bengkulu
-
8
Lampung
9
Kepulauan Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau
41 1 -
13
13
15
41
46
57
61
51
51
50
114
124
127
140
3 -
3 -
4 -
21 -
23 -
23 -
-
36 -
28
117
90
142
116
162
81 -
-
-
82 -
78
29
29
-
-
-
-
34
-
-
-
21
4
2 -
494
526
526
310
1,137
1,226
1,226
1,234
810
962
962
493
670
750
750
212
321
349
349
361
1,505
1,566
1,566
1,883
535
535
535
706
30
42
42
84
13 Jawa Tengah
225
249
249
249
722
879
879
879
480
600
600
600
14 DI Yogyakarta
45
43
43
48
208
225
225
300
51
45
45
58
305
334
290
375
1,311
1,331
1,375
1,364
1
230
1
15 Jawa Timur 16 Banten
38
45
45
45
345
345
345
345
17 Bali
73
79
79
78
250
250
250
250
-
48
71
71
71
18 Nusa Tenggara Barat
22
23
24
30
67
79
84
70
60
63
63
108
19 Nusa Tenggara Timur
18
19
19
25
42
48
48
60
81
151
151
151
20 Kalimantan Barat
41
43
43
43
62
77
77
87
242
301
301
327
-
-
2 -
2
-
-
-
-
-
-
-
2
-
14
12
12
12
76
76
76
-
51
-
51
34
-
42
-
48
1
-
48
-
-
14
-
81
68
293
4
4 -
-
12
12
12
49
55
55
36
60
81
81
139
33
33
33
33
-
-
-
51
49
51
73
84
115
216
233
262
321
640
82
92
92
92
-
-
-
23 Kalimantan Timur
45
45
45
50
115
144
144
191
297
386
386
359
40
40
15
-
24 Sulawesi Utara
41
39
39
41
73
80
90
89
121
135
149
125
62
62
62
-
19
13
12
23
60
60
55
73
137
115
105
157
74
79
79
79
352
331
331
418
385
450
450
398
27 Sulawesi Tenggara
11
13
13
15
37
39
39
41
133
156
156
134
2
2
36
18
19
19
31
36
36
44
28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat
-
30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Irian Jaya Barat
Indonesia Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
21 2
23
23
23
16
16
16
125 55
66
70
82
59
59
59 50
-
-
42
-
42
42
-
-
-
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
15
14
15
29
32
35
41
71
75
74
91
1
1
1
13
17
25
29
17
20
23
27
-
7
31
34
34
36
109
116
116
96
39
118
118
61
-
12 -
5
-
-
1
2
53
-
12
2
55
-
12 -
7
12 -
81
7
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2,249
2,478
2,432
2,392
7,767
8,364
8,456
9,216
5,405
6,610
6,806
6,737
1,152
1,639
1,982
1,008
-
12
-
-
-
-
-
-
343
1
-
10
25 Sulawesi Tengah
60 38
47
26 Sulawesi Selatan
4 -
38
21 Kalimantan Tengah
55
-
68
22 Kalimantan Selatan
-
260
81
-
-
253 255
81
-
-
21 -
255
80
8
36
205
57
-
34
37
11 DKI Jakarta
-
99
-
18
-
2
-
202 96
37
12 Jawa Barat
-
-
96
32
4
-
57
101
711
21 -
38
32
12
12 81 -
819
2,087
Lampiran 5.11 JUMLAH UNIT PENGELOLA OBAT (EKS GUDANG FARMASI OBAT) KABUPATEN/KOTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2005 No
Provinsi
Kabupaten/Kota
(1)
(2)
(3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatra Utara Sumatra Barat Riau Jambi Sumatra Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Jumlah
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI
21 25 19 11 10 14 9 10 7 6 6 25 35 5 38 6 9 9 16 12 14 13 13 9 10 23 10 5 5 8 8 20 9 440
Tahun 2002
2003
2004
(4)
(5)
(6)
2005 (7)
10 18 14 11 6 7 4 10 3
10 20 14 11 9 7 4 10 3
20 20 15 11 10 10 1 10 3
21 20 19 11 10 14 5 10 3
6 21 35 5 38 6 12 7 12 10 8 11 12 6 5 12 4 3
6 24 35 5 38 6 12 8 14 10 8 11 12 8 5 12 4 3
6 25 35 5 38 3 9 7 13 10 6 11 13 8 6 11 5 5
6 25 35 5 38 3 9 9 15 12 10 13 13 9 10 24 6 5
5 3 14 1 319
5 3 14
5 3 14 1 339
5 8 20 8 401
331
Lampiran 5.12 JUMLAH SARANA USAHA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No
Provinsi
Jumlah Desa/ Kelurahan
(1)
(2)
(3)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
5,853
2
Sumatera Utara
4,924
3
Sumatera Barat
4
Riau
Sarana UKBM Posyandu
Polindes
(4)
(5)
4,875 * 14,974
634 1,236
Rasio Sarana UKBM terhadap Desa/Kelurahan Pos Obat Desa (6)
Posyandu
Polindes
(7)
(8)
Pos Obat Desa (9)
1,929 *
84 *
0.83
0.33
0.01
2,744 *
450 *
3.04
0.56
0.09
6,652
950
941
10.49
1.50
1.48
3,826 *
226 *
113 *
3.10
0.18
0.09 0.12
5
Jambi
1,072
2,882
123 *
126 *
2.69
0.11
6
Bengkulu
1,071
1,695
636 *
137
1.58
0.59
0.13
7
Sumatera Selatan
2,428
5,676
716
262
2.34
0.29
0.11
8
Lampung
1,967
7,116
1,062
214
3.62
0.54
0.11
9
Kepulauan Bangka Belitung
266
1,071
197
59
4.03
0.74
0.22
10
Kepulauan Riau
144
525
227
7
3.65
1.58
0.05
11
DKI Jakarta
265 *
3,882
0
0
14.65
0.00
0.00
12
Jawa Barat
5,231
41,231
13
Jawa Tengah
7,817
43,607 *
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
7,682
43,672
4,807
137
16
Banten
1,340
8,648
259
17
Bali
602
4,588
18
Nusa Tenggara Barat
711
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
Kalimantan Timur
23
Kalimantan Selatan
24
Sulawesi Utara
25
Sulawesi Tengah
26
Sulawesi Tenggara
1,342
2,096
185 *
27
Sulawesi Selatan
1,964
8,579 *
349
28
Gorontalo
364
943
257
56
29
Sulawesi Barat
312
119 *
13
30
Maluku
842
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI
691 *
201 *
7.88
0.13
0.04
4,068 *
2,156 *
5.58
0.52
0.28
67 *
13.74
0.34
0.17
5.68
0.63
0.02
299
6.45
0.19
0.22
221
-
7.62
0.37
5,020
395
265
7.06
0.56
0.37
2,300
8,003
1,253 *
251 *
3.48
0.54
0.11
1,409
3,781
1,198 *
-
2.68
0.85
1,179
2,069
661
102
1.75
0.56
1,201
4,100
1,135
259
3.41
0.95
0.22
1,835
3,257
364
277 *
1.77
0.20
0.15
984
2,055
368
89
2.09
0.37
0.09
1,369
2,642
901
113
1.93
0.66
0.08
1,854
1.56
0.14
1.38
4.37
0.18
0.15
2.59
0.71
0.15
391
676 2,506
5,373 *
1,360 * 71,160 *
133 *
83 *
2 *
279 *
118 *
1,154
563
167
315,921
27,056
-
17 *
353 *
63,071
* Data tahun 2004
303 *
38 * 9,010
-
0.09
0.38
0.04
1.62
0.10
0.02
0.52
0.00
28.40
0.11
0.05
0.49
0.14
0.03
5.01
0.43
0.14
Lampiran 5.13 JUMLAH POSYANDU MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah
Pratama
Purnama
Mandiri
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
6,652
4
Riau
3,826 *
5
Jambi
2,882
6
Sumatera Selatan
7 8 9
Madya
Posyandu
4,875 *
3,217
65.99
980
20.10
361
7.41
317
6.50
14,974 *
6,714
44.84
5,493
36.68
2,605
17.40
162
1.08
1,784
26.82
2,630
39.54
1,866
28.05
372
5.59
910
23.78
2,094
54.73
683
17.85
139
3.63
5,676
1,804
31.78
2,441
43.01
1,267
22.32
164
2.89
Bengkulu
1,695
691
40.77
605
35.69
322
19.00
71
4.19
Lampung
7,116
1,995
28.04
2,998
42.13
1,847
25.96
277
3.89
Kepulauan Bangka Belitung
1,071
418
39.03
452
42.20
179
16.71
22
2.05
525
38
7.24
66
12.57
220
41.90
149
28.38
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
3,882
416
10.72
1,816
46.78
1,211
31.20
207
5.33
12
Jawa Barat
41,231
33,982
82.42
0
0.00
6,392
15.50
857
2.08
13
Jawa Tengah
43,607 *
7,362
16.88
20,258
46.46
15,854
36.36
106
0.24
14
DI Yogyakarta
5,373 *
1,151
21.42
1,588
29.56
1,823
33.93
811
15.09
15
Jawa Timur
43,672
13,447
30.79
18,103
41.45
10,807
24.75
1,315
3.01
16
Banten
8,648
4,929
57.00
2,752
31.82
817
9.45
150
1.73
17
Bali
4,588
580
12.64
1,343
29.27
2,489
54.25
176
3.84
18
Nusa Tenggara Barat
5,020
2,808
55.94
1,605
31.97
551
10.98
56
1.12
19
Nusa Tenggara Timur
8,003
4,252
53.13
2,414
30.16
1,038
12.97
299
3.74
20
Kalimantan Barat
3,781
1,615
42.71
1,462
38.67
725
19.17
69
1.82
21
Kalimantan Tengah
2,069
1,590
76.85
362
17.50
83
4.01
8
0.39
22
Kalimantan Selatan
3,257
1,760
54.04
1,101
33.80
333
10.22
63
1.93
23
Kalimantan Timur
4,100
1,313
32.02
1,394
34.00
1,000
24.39
327
7.98
24
Sulawesi Utara
2,055
640
31.14
650
31.63
704
34.26
57
2.77
25
Sulawesi Tengah
2,642
1,215
45.99
950
35.96
439
16.62
38
1.44
26
Sulawesi Selatan
8,579 *
4,073
47.48
2,924
34.08
1,453
16.94
129
1.50
27
Sulawesi Tenggara
2,096 *
422
20.13
645
30.77
549
26.19
120
5.73
28
Gorontalo
943
398
42.21
407
43.16
138
14.63
0
0.00
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
30
Maluku
1,360
100.00
0
0
0.00
0
0.00
1,360 *
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI * = data 2004
0.00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
71,160
-
-
-
-
-
-
-
-
563
-
-
-
-
-
-
-
-
315,921
100,884
77,533
55,756
6,461
Lampiran 5.14 JUMLAH POLINDES MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
Provinsi
(1)
(2)
Jumlah
Pratama
Purnama
Mandiri
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
1,929
*
2
Sumatera Utara
2,744
*
3
Sumatera Barat
950
4
Riau
226
*
5
Jambi
123
*
6
Sumatera Selatan
636
*
7
Bengkulu
716
8
Lampung
1,062
9
Madya
Polindes
Kepulauan Bangka Belitung
197
10
Kepulauan Riau
227
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
549
57.79
280
524
73,2
171
2.93
-
-
1,062
100.00
-
-
-
-
-
-
0.00
-
-
-
-
-
-
-
29.47
112
23.88
21
11.79
9
0.95
691
*
4,068
*
133
*
4,807
2,412
50,18
1,305
27.15
Banten
259
254
98.00
5
2.00
17
Bali
221
96
43.44
75
33.94
48
21.72
2
0.90
18
Nusa Tenggara Barat
395
283
71.65
63
15.95
45
11.39
4
1.01
19
Nusa Tenggara Timur
1,253
*
20
Kalimantan Barat
1,198
*
21
Kalimantan Tengah
661
654
98.90
4
0.61
1
0.15
2
0.30
22
Kalimantan Selatan
1,135
1,012
89.00
68
5.99
48
4.23
7
0.62
23
Kalimantan Timur
364
296
81.32
42
11.54
25
6.87
24
Sulawesi Utara
368
287
78.00
82
22.30
3
0.80
1
0.30
25
Sulawesi Tengah
901
575
63.82
237
26.30
87
9.66
2
0.20
26
Sulawesi Selatan
185
27
Sulawesi Tenggara
349
155
44.40
99
28.40
83
23.80
12
28
Gorontalo
257
189
73.54
64
24.90
4
1.56
29
Sulawesi Barat
119
30
Maluku
83
*
31
Maluku Utara
353
*
32
Papua
279
*
33
Irian Jaya Barat
167
Indonesia Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI * = data 2004
27,056
888
18.47 -
202
-
4.20 -
-
-
-
* 3,4 -
-
-
-
*
8,348
0.00 -
2,495
-
1,365
-
241
-
Lampiran 5.15 JUMLAH POS OBAT DESA (POD) MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
POD
(1)
(2)
(3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Indonesia
Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI * = data 2004
84 450 941 113 126 137 262 214 59 7 201 2,156 67 137 299 265 251 102 259 277 89 113 1,854 303 56 13 17 2 118 38 9,010
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
* * 549
58,30
280
29,80
112
11,90
9
15,43
217 96 187
82,80 70,10 87,40
45 30 15
17 21,90 7,01
0 2 8
1,50 3,74
0 0 0
0.00 0.00
94 271 0 231
68,61 90,60 0.00 87,17
31 10 0 24
22,60 3,30 0.00 9,06
4 18 0 8
2,92 6,00 0.00 3,02
10 0 0 2
7,30 0.00 0.00 0,75
0 91
89,20
0 11
10,78
0 0
0.00 0.00
0 0
0.00 0.00
*
176 55 109
68,00 61,80 96,46
61 30 4
23,55 33,70 3,45
12 4 0
4,63 4,50 0.00
3 0 0
1,16 0.00 0.00
*
761 48 0
41,05 85,71 0.00
637 8 0
34,36 14,29 0.00
381 0 0
20,55 0.00 0.00
75 0 0
4,05 0.00 0.00
* *
* * *
*
* * * * 2,885
1,186
549
99
Lampiran 5.16 REKAPITULASI INSTITUSI POLTEKKES MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI PER MARET 2005 Jurusan / Program Studi No
Provinsi
Keperawatan
Kebidanan
Kesehatan
Gizi
Lingkungan (1)
(2)
Kesehatan
Farmasi
Gigi
Analis
Teknik
Teknik Radio-
Teknik
Analis Farmasi
Kesehatan
Elektromedik
diagnostik
Gigi
& Makanan
Fisioterapi
Okupasi
Ortetik
Terapi
Prostetik
TOTAL
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
3
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
2
Sumatera Utara
1
3
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
9
3
Sumatera Barat
2
2
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
4
Riau
2
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
5
Jambi
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
6
Sumatera Selatan
3
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
8
7
Bengkulu
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
8
Lampung
2
2
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
7
9
Kepulauan Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau 11 DKI Jakarta
4
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
16
12 Jawa Barat
5
6
1
1
2
0
1
0
0
0
0
0
0
0
16
13 Jawa Tengah
6
3
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
16
14 DI Yogyakarta
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
6
15 Jawa Timur
8
6
2
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
20
17 Bali
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
18 Nusa Tenggara Barat
2
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
5
19 Nusa Tenggara Timur
3
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
7
20 Kalimantan Barat
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
6
21 Kalimantan Tengah
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
22 Kalimantan Selatan
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
6
23 Kalimantan Timur
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
3
24 Sulawesi Utara
2
2
1
2
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
9
25 Sulawesi Tengah
2
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
26 Sulawesi Selatan
3
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
10
27 Sulawesi Tenggara
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
30 Maluku
3
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
31 Maluku Utara
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
32 Papua
6
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9 203
16 Banten
28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat
33 Irian Jaya Barat TOTAL
67
47
20
23
18
6
12
2
2
1
1
2
1
1
%
33.0
23.2
9.9
11.3
8.9
3.0
5.9
1.0
1.0
0.5
0.5
1.0
0.5
0.5
Sumber: Pusdiknakes, PPSDM
Lampiran 5.17 REKAPITULASI STRATA AKREDITASI JURUSAN/PROGRAM STUDI POLTEKKES TAHUN 2005
No
Provinsi
(1)
(2)
Strata
Jumlah
Jurusan/Program Studi
A
B
C
Non Akreditasi
Belum Akreditasi
(6)
(7)
(8)
Jumlah
%
(9)
(10)
(3)
(4)
(5)
1
Banda Aceh
7
1
6
2
Medan
9
2
5
3
Pekanbaru
5
2
3
2
40.00
4
Padang
7
5
1
1
6
85.71
5
Jambi
4
2
2
4
100.00
6
Bengkulu
3
2
1
2
66.67
7
Palembang
8
2
6
75.00
8
Tanjung Karang
7
7
7
100.00
9
Jakarta I
3
2
1
3
100.00
10
Jakarta II
7
4
3
7
100.00
11
Jakarta III
6
6
12
Bandung
11
9
13
Tasikmalaya
5
5
14
Yogyakarta
6
4
2
6
100.00
15
Semarang
11
3
8
11
100.00
16
Surakarta
5
2
2
4
80.00
17
Surabaya
13
8
5
13
100.00
18
Malang
7
5
2
7
100.00
19
Denpasar
5
2
3
5
100.00
20
Mataram
5
3
2
5
100.00
21
Kupang
7
7
7
100.00
22
Pontianak
6
66.67
23
Palangkaraya
3
24
Samarinda
3
25
Banjarmasin
6
26
Palu
4
27
Makassar
10
28
Kendari
3
3
29
Manado
9
4
30
Ambon
6
4
31
Ternate
3
2
32
Jayapura
9
5
Jumlah % Sumber : Pusdiknakes, Desember 2005
203
2
6
2
2
1
7
100.00
9
100.00
6
100.00
11
100.00
5
100.00
2
2
4
2
1
2
66.67
1
1
1
2
66.67
3
3
6
100.00
4
4
100.00
2
6
2 5
8
80.00
3
100.00
4
44.44
6
100.00
1
2
66.67
4
5
55.56 88.18
2
73
102
4
0
24
179
40.78
56.98
2.23
0.00
13.41
100.00
Lampiran 5.18 JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON POLITEKNIK KESEHATAN MENURUT JURUSAN / PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2005
6
2 Sumatera Utara
5
36
28
13
4 Riau 5 Jambi
3 Sumatera Barat
6 Sumatera Selatan
4
3
1
1
6
1
1
3
6
6
1
1
1
6
1
12
6
1 1
4
1 3
1
2
12 Jawa Barat 2
14 DI Yogyakarta 15 Jawa Timur
1
16 Banten
2
2
1
1
1
2
(18)
1
1
2
1
1
1
(19)
(20)
(21)
1 1 1
1
Kardiovaskuler
(17)
PTTD
AAK
(16)
ATEM
ATG
(15)
APIKES
SMAK
(14)
ARO
AKUPUNTUR
(13)
2
ATRO
ATW
AKFIS (12)
1
(22)
(23)
Jumlah
(24)
1
30
1
88
2
30
1
18
1
25
1 2
9
1 1
1
7 1
11 3
2
1
37
17
7 4
1
2
5
4
3
3
3
8
12
1
1
1
1
40
1
5
3
2
1
1
18 Nusa Tenggara Barat
1
4
19 Nusa Tenggara Timur
2
3
20 Kalimantan Barat
6
21 Kalimantan Tengah
3
22 Kalimantan Selatan
6
23 Kalimantan Timur
6
24 Sulawesi Utara
5
25 Sulawesi Tengah
5
27 Sulawesi Tenggara
2
23
1
1
2
20
5
2
3 3
43
17 Bali
26 Sulawesi Selatan
(11)
Keteknisian Medis
2
10 Kepulauan Riau
13 Jawa Tengah
(10)
1
6
11 DKI Jakarta
(9)
1
7 Bengkulu 1
(8)
1
8 Lampung 9 Kepulauan Bangka Belitung
(7)
AKZI
(6)
12
Keterapian
Gizi
AKL
(5)
Kesmas
AKFAR
(4)
3
AKAFARMA
(3)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
SMF
(2)
Kefarmasian
AKBID
(1)
AKPER
Provinsi
SPRG
No
SPK
Keperawatan
17
2
1
2
1
1 2 2
1
1
2
4
1
2
1
1
2
2
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
4
5
54 2
1 1
83 1
28
1
65
1
6 2 1
6 5
1
7 3
3
1
10 1
1
8 1
6
2 3
1
5
7
1
1
1
1
1
1
1
1
30 7
28 Gorontalo
0
29 Sulawesi Barat
0
30 Maluku
1
1
31 Maluku Utara 32 Papua 33 Irian Jaya Barat JUMLAH Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI
86
0 4
1
1
1
7 0
22
4
314
122
32
17
25
15
9
14
1
1
8
2
20
7
7
16
6
2
1
645
Lampiran 5.19 JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN PER DESEMBER 2005 No.
Jenis Tenaga Kesehatan (2)
(1)
A
KEPERAWATAN 1 SPK 2 AKPER 3 AKBID 4 SPRG 5 AKG Sub Total
B
C
D
E
F
KEFARMASIAN 1 SMF 2 AKAFARMA 3 AKFAR Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT 1 AKL Sub Total GIZI 1 AKZI Sub Total KETERAPIAN FISIK 1 AKFIS 2 AOT 3 ATW 4 AKUPUNKTUR Sub Total KETEKNISIAN MEDIS 1 SMAK 2 AAK 3 ATG 4 PTTD 5 ATRO 6 APIKES 7 ATEM 8 ARO 9 AOP Sub Total Jumlah %
Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI
Jumlah TNI / Polri
Daerah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
9 69 17
9 12 1 3
4 233 104 1
95
25
342
22 314 122 4 0 462
2
30 17 22 69
32 17 25 74
1 1
14 14
15 15
1 1
8 8
9 9
14
14 0 1 1 16
2 2
1 3
Swasta
Jumlah
Pusat
1 1 16 1 2
1 1
1
3 102 15.8
3 31 4.8
6 18 1 2 7 16 5 7 62 511 79.4
8 20 2 2 7 16 6 7 0 68 644
Lampiran 5.20 DATA SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT MENURUT JENIS KETENAGAAN DAN PROVINSI TAHUN 2005 No
Provinsi
Medis
Keperawatan
Kefarmasian
Gizi
Kesmas
Keterapian Fisik
Keteknisan Medis
Jumlah
Jumlah Tenaga
Jumlah SDM
Tenaga Kesehatan
Non Kesehatan
Kesehatan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
396
1,478
124
60
86
36
182
2,362
665
3,027
1,795
6,940
617
298
150
103
633
10,536
4,622
15,158
3
Sumatera Barat
830
3,087
339
124
133
56
268
4,837
1,778
6,615
4
Riau
589
2,637
280
80
69
46
248
3,949
1,725
5,674
5
Jambi
204
845
95
45
54
14
92
1,349
437
1,786
6
Sumatera Selatan
658
2,589
211
110
97
52
194
3,911
2,230
6,141
7
Bengkulu
113
630
52
41
51
14
59
960
222
1,182
8
Lampung
304
1,733
97
79
69
36
202
2,520
1,316
3,836
70
363
30
14
11
4
29
521
257
778
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5,230
17,600
1,592
646
378
368
2,139
27,953
17,028
44,981
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
12
Jawa Barat
3,013
11,804
965
392
318
198
1,108
17,798
10,488
28,286
13
Jawa Tengah
3,089
13,743
1,213
598
372
339
1,507
20,861
13,692
34,553
14
DI Yogyakarta
1,318
3,411
320
92
71
85
401
5,698
2,776
8,474
15
Jawa Timur
3,404
14,179
1,075
539
306
310
1,240
21,053
13,518
34,571
16
Banten
422
2,131
197
55
37
50
227
3,119
1,757
4,876
17
Bali
937
3,145
194
149
169
43
208
4,845
1,448
6,293
18
Nusa Tenggara Barat
174
937
53
51
54
20
113
1,402
692
2,094
19
Nusa Tenggara Timur
257
1,315
117
47
29
15
152
1,932
772
2,704 3,595
20
Kalimantan Barat
220
1,561
92
78
67
27
132
2,177
1,418
21
Kalimantan Tengah
117
794
41
36
45
13
72
1,118
235
1,353
22
Kalimantan Selatan
234
1,494
145
90
98
25
156
2,242
831
3,073
23
Kalimantan Timur
417
2,403
185
79
70
40
189
3,383
1,763
5,146
24
Sulawesi Utara
453
2,055
69
67
46
20
58
2,768
1,365
4,133
25
Sulawesi Tengah
168
1,003
66
34
105
22
62
1,460
417
1,877
26
Sulawesi Selatan
996
4,146
295
220
247
121
383
6,408
1,859
8,267
27
Sulawesi Tenggara
89
734
39
66
30
19
39
1,016
280
1,296
28
Gorontalo
60
167
12
6
6
4
3
258
52
310
29
Sulawesi Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30
Maluku
86
809
15
35
21
8
34
1,008
473
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Indonesia %
Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, Desember 2005
1,481
35
269
7
11
8
3
18
351
100
451
182
1,056
53
55
26
12
136
1,520
476
1,996
22
20
14
8
34
179
658
25,941
105,058
8,612
4,217
3,237
2,111
10,318
159,494
85,350
10.6
42.9
3.5
1.7
1.3
0.9
4.2
65.1
34.9
81
837 244,844
Lampiran 5.21
JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN PUSKESMAS MENURUT PROVINSI KEADAAN TAHUN 2005 Dokter Umum No
Diploma 3
Dokter Gigi
Provinsi
(1)
(2)
SKM PNS
PTT
(3)
(4)
PNS (5)
(6)
Bidan di Bidan di Puskes. desa
Apoteker
PTT (7)
(8)
Kesling
Gizi
(9)
(10)
Keperawatan
Bidan
(11)
(12)
(13)
(14)
Perawat Umum
Perawat Gigi
Sanitarian
Pelak. Gizi
(15)
(16)
(17)
(18)
Laboran Asist. Non Apoteker Analis Analis (19)
(20)
(21)
Lain-lain
Jumlah Tenaga
(22)
(23)
1 Nanggroe Aceh Darussalam
180
48
40
6
88
5
125
74
528
234
1,006
2,768
942
170
168
79
136
146
4
485
7,232
2 Sumatera Utara
476
299
226
119
68
18
105
61
482
242
2,613
2,773
3,610
286
236
294
338
160
17
832
13,255
3 Sumatera Barat
142
86
78
33
63
6
123
106
275
182
735
383
788
133
52
23
137
89
27
448
3,909
4 Riau
100
86
48
54
7
3
38
37
345
170
295
340
555
69
69
51
74
43
1
268
2,653
81
91
26
21
12
3
75
18
340
85
307
626
691
120
95
37
54
74
6
150
2,912
206
129
63
27
75
4
57
54
411
251
985
1,238
1,167
242
261
140
176
112
42
865
6,505
5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu
73
91
33
9
2
0
25
16
126
82
338
719
336
83
77
56
38
32
33
402
2,571
8 Lampung
204
117
51
68
24
8
124
48
488
166
659
928
1,050
137
139
92
79
96
10
329
4,817
9 Kep.Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau
48
26
18
11
17
0
15
15
60
47
76
180
226
38
16
15
22
15
22
202
1,069
66
36
26
16
0
5
12
12
198
37
152
122
370
32
26
10
29
34
4
150
1,337
11 DKI Jakarta
261
23
341
8
24
21
48
48
208
84
568
165
502
84
39
59
85
32
3
542
3,145
12 Jawa Barat
813
523
390
167
196
5
350
195
1,424
767
2,053
3,137
4,381
682
413
287
392
127
61
2,606
18,969
13 Jawa Tengah
899
619
401
129
153
6
490
311
1,574
921
2,127
4,334
3,021
620
442
356
328
275
126
2,814
19,946
14 DI Yogyakarta
84
162
102
46
21
1
72
63
103
163
194
165
687
226
85
71
63
130
9
458
2,905
15 Jawa Timur
977
426
512
182
85
6
205
135
1,574
764
1,809
5,281
3,650
575
483
408
466
279
426
4,843
23,086
16 Banten
135
192
88
64
13
0
28
29
179
45
591
551
709
66
50
37
17
8
0
552
3,354
17 Bali
180
23
90
10
40
2
90
44
195
107
408
392
702
183
139
43
83
34
3
316
3,084
18 Nusa Tenggara Barat
125
29
38
19
43
0
83
95
162
51
303
519
885
75
128
109
39
93
6
299
3,101
19 Nusa Tenggara Timur
57
107
22
10
13
2
108
74
266
142
336
1,243
1,211
172
99
54
95
45
36
524
4,616
20 Kalimantan Barat
154
48
62
24
11
1
69
58
182
88
385
733
1,422
170
163
128
61
134
1
474
4,368
21 Kalimantan Tengah
130
92
38
21
22
16
63
52
155
42
305
542
1,140
352
287
234
231
180
54
367
4,323
22 Kalimantan Selatan
131
127
41
23
58
6
115
80
229
105
414
1,022
743
233
247
119
147
150
8
325
4,323
23 Kalimantan Timur
178
130
102
39
21
4
69
56
417
118
539
197
1,299
261
117
55
58
46
12
760
4,478
24 Sulawesi Utara
137
51
22
7
21
1
54
62
132
30
306
391
992
92
135
37
39
8
9
202
2,728
25 Sulawesi Tengah
114
45
40
7
29
3
76
43
147
52
392
999
1,242
66
210
42
30
42
4
191
3,774
26 Sulawesi Tenggara 27 Sulawesi Selatan
97
49
24
7
35
0
80
88
216
41
169
406
737
51
65
141
24
12
3
156
2,401
278
103
101
79
182
7
144
168
559
107
587
1,004
1,617
233
176
126
95
164
28
468
6,226
28 Gorontalo
37
36
10
2
7
0
19
29
50
6
22
217
297
21
52
8
7
3
1
24
848
29 Sulawesi Barat
26
28
9
6
10
0
21
4
47
35
56
140
341
26
23
14
2
12
6
80
886 1,187
30 Maluku
37
16
11
4
1
1
13
11
65
20
161
203
476
14
27
37
3
1
15
71
31 Maluku Utara
35
11
12
2
10
0
16
22
86
42
77
169
305
19
29
16
4
2
3
70
930
32 Papua
32
41
6
1
1
0
20
39
68
8
389
545
719
10
25
25
10
32
20
452
2,443
33 Irian Jaya Barat Jumlah
23
19
4
0
3
2
17
16
92
78
157
166
330
13
15
14
10
14
6
17
996
6,516
3,909
3,075
1,221
1,355
136
2,949
2,163
11,383
5,312
19,514
32,598
37,143
5,554
4,588
3,217
3,372
2,624
1,006
20,742
168,377
Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Kesmas, Depkes RI
Lampiran 5.22 JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2005/2006 DI POLTEKKES MENURUT PROFESI No
Jenis Profesi (2)
(1)
1
(5)
(6)
4,605
4,367
4,231
13,203
3,484
3,295
10,610
1,120
981
742
2,843
9,556
8,832
8,268
26,656 0
KEFARMASIAN
Sub Total
80
80
40
200
440
390
286
1,116
520
470
326
1,316 0
KESEHATAN MASYARAKAT Kesehatan Lingkungan
1,390
1,184
1,021
3,595
Sub Total
1,390
1,184
1,021
3,595 0
GIZI Gizi Sub Total
1,495
1,330
1,114
3,939
1,495
1,330
1,114
3,939 0
KETERAPIAN FISIK Fisioterapi Okupasi Terapi Sub Total
6
(4)
3,831
Farmasi
5
(3)
Jumlah
Kebidanan
Analisa Farmasi dan Makanan
4
III
Keperawatan
Sub Total
3
Peserta Didik II
KEPERAWATAN
Kesehatan Gigi
2
I
160
160
120
440
80
80
40
200
240
240
160
640 0
KETEKNISIAN MEDIS Analis Kesehatan Teknik Gigi
821
704
478
2,003
80
80
40
200
Teknik Radiodiagnostik dan Terapi
160
180
120
460
Teknik Elektromedik
200
180
120
500
50
40
40
130
Sub Total
1,311
1,184
798
3,293
Jumlah
14,512
13,240
11,687
39,439
Ortetik Prostetik
Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI
Lampiran 5.23 JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2005/2006 DI NON POLTEKKES MENURUT PROFESI No
Jenis Profesi
Peserta Didik I
II
III
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Keperawatan SPK AKPER AKBID SPRG Sub Total
1,320 24,027 6,166 290 31,803
1,665 21,613 5,241 290 28,809
1,425 21,165 4,972 209 27,771
Kefarmasian SMF AKAFARMA AKFAR Sub Total
2,858 1,150 1,700 5,708
2,679 891 1,208 4,778
2,809 934 1,036 4,779
900 900
887 887
706 706
Sub Total
730 730
494 494
381 381
Keterapian Fisik AKFIS ATW Akupuntur Sub Total
730 80 50 860
734 50 80 864
688 60
598 1,380 160 115 390 890 290 460 50
584 1,196 130 70 389 846 350 380
4,410 66,805 16,379 789 88,383 0 8,346 2,975 3,944 15,265 0 2,493 2,493 0 1,605 1,605 0 2,152 190 130 2,472 0 1,874 3,662 428 185 1,114 2,552 934 1,133 50
2
3
4
Kesehatan Masyarakat AKL Sub Total Gizi AKZI
5
6
Keteknisian Medik SMAK AAK ATG PTTD ATRO APIKES ATEM ARO KARDIOVAKULER Sub Total TOTAL
Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI
748 692 1,086 138 335 816 294 293
4,333
3,945
3,654
11,932
44,334
39,777
38,039
122,150
Lampiran 5.24 JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2005 No.
Jenis Tenaga Kesehatan
POLTEKKES
NON POLTEKKES
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
A
KEPERAWATAN 1 SPK 2 AKPER 3 AKBID 4 SPRG 5 AKG Sub Total
B
C
D
E
F
KEFARMASIAN 1 SMF 2 AKAFARMA 3 AKFAR Sub Total KESEHATAN MASYARAKAT 1 AKL Sub Total GIZI 1 AKZI Sub Total KETERAPIAN FISIK 1 AKFIS 2 AOT 3 ATW 4 AKUPUNKTUR Sub Total KETEKNISIAN MEDIS 1 SMAK 2 AAK 3 ATG 4 PTTD 5 ATRO 6 APIKES 7 ATEM 8 ARO 9 AOP 10 KARDIOVASKULER Sub Total Jumlah
Sumber: Pusdiknakes, Depkes RI
0 4,059 2,966 0 773 7,798
1,324 18,884 2,985 188 0 23,381
1,324 22,943 5,951 188 773 31,179
1 40 365 406
2,294 689 742 3,725
2,295 729 1,107 4,131
1,017 1,017
838 838
1,855 1,855
1,161 1,161
358 358
1,519 1,519
120 40 0 0 160
529 0 50 0 579
649 40 50 0 739
0 559 40 0 140 0 183 0 0 0 922 11,463
531 946 110 0 343 581 227 238 0 0 2,976 31,857
531 1,505 150 0 483 581 410 238 0 0 3,898 43,320
Lampiran 5.25 JUMLAH LULUSAN POLTEKKES BERDASARKAN JURUSAN / PROGRAM STUDI DAN KOTA TAHUN 2005
No.
POLTEKKES
(1)
Keperawatan
Kebidanan
Kes. Ling
(3)
(4)
(5)
(2)
1
Banda Aceh
2
Gizi
Kes. Gigi
(6)
Farmasi
(7)
Jurusan/ Program Studi Teknik Teknik Analis Kes. Elektromedik Radiodiagnostik
(8)
(9)
(10)
(11)
Teknik Gigi (12)
AKAFARMA
Fisioterapi
(13)
(14)
Okupasi Terapi
Total
Ortotik Prostetik
(15)
(16)
(17)
262
159
37
54
88
0
0
0
0
0
0
0
0
0
600
Medan
80
240
60
80
40
80
80
0
0
0
0
0
0
0
660
3
Padang
139
208
46
48
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
456
4
Pekanbaru
68
165
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
233
5
Jambi
40
74
38
0
53
0
0
0
0
0
0
0
0
0
205
6
Bengkulu
75
234
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
309
7
Palembang
135
40
0
34
41
35
39
0
0
0
0
0
0
0
324
8
Tanjung Karang
51
91
47
0
50
0
59
0
0
0
0
0
0
0
298
9
Jakarta I
80
40
0
0
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
160
10
Jakarta II
0
0
60
70
0
100
0
100
60
40
40
0
0
0
470
11
Jakarta III
274
117
0
0
0
0
80
0
0
0
0
0
0
0
471
12
Bandung
316
310
75
99
47
0
88
0
0
0
0
0
0
0
935
13
Tasikmalaya
156
40
0
0
41
0
0
0
0
0
0
0
0
0
237
14
Semarang
160
40
80
60
80
0
0
0
80
0
0
0
0
0
500
15
Surakarta
80
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
80
40
0
240
16
Yogyakarta
32
0
58
92
94
0
57
0
0
0
0
0
0
0
333
17
Malang
244
170
0
60
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
514
18
Surabaya
346
180
120
0
39
0
80
83
0
0
0
0
0
0
848
19
Denpasar
190
42
32
43
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
307
20
Mataram
118
40
0
50
25
40
38
0
0
0
0
0
0
0
311
21
Kupang
188
25
17
0
40
0
0
0
0
0
0
0
0
0
270
22
Pontianak
40
47
39
36
0
0
38
0
0
0
0
0
0
0
200
23
Palangkaraya
38
57
0
35
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
130
24
Banjarmasin
178
25
Samarinda
26
0
40
48
90
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
40
78
0
0
40
70
0
0
0
0
0
0
0
0
228
Menado
160
126
40
90
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
416
27
Palu
163
91
64
0
0
40
0
0
0
0
0
0
0
0
358
28
Masakar
120
40
40
40
0
0
0
0
0
0
0
40
0
0
280
29
Kendari
60
48
0
57
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
165
30
Ambon
222
60
56
60
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
398
31
Ternate
72
73
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
145
32
Jayapura
110
51
60
63
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
284
Total
4,059
2,966
1,017
1,161
773
365
559
183
140
40
40
120
40
0
11,463
Sumber: Pusdiknakes, Desember 2005
Lampiran 5.26 JUMLAH PESERTA DIKLAT YANG DILAKSANAKAN PUSDIKLAT DAN BAPELKES NASIONAL TAHUN 2005 No
Unit Kerja
Pra Jabatan
Diklat Pimpinan
Diklat Fungsional
Diklat Teknis
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Pusdiklat
193
112
2,411
288
3,004
2
Bapelkes Cilandak
196
133
282
120
731
3
Bapelkes Ciloto
-
40
1,408
112
1,560
4
Bapelkes Lemah Abang
330
24
1,800
145
2,299
5
Bapelkes Salaman
160
-
180
80
420
6
Bapelkes Makassar
271
151
3,698
124
4,244
1,150
460
9,779
869
12,258
Jumlah
Sumber : Laporan tahunan BAPELKES tahun 2005
Lampiran 5.27 REALISASI DIPA MENURUT PUSAT DAN DAERAH PER PROVINSI DAN PER JENIS BELANJA TAHUN 2005 (Dalam ribuan rupiah) No.
Provinsi
(1) A
(2)
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG
BELANJA MODAL
BELANJA BANTUAN SOSIAL
JUMLAH SELURUHNYA
Alokasi
Realisasi
%
Alokasi
Realisasi
%
Alokasi
Realisasi
%
Alokasi
Realisasi
%
Alokasi
Realisasi
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
PUSAT
1
Setjen
2
Inspektorat Jenderal
3
802,165,372
551,427,934
68.74
348,833,660
62,468,328
17.91
140,093,735
10,323,790
7.37
4,115,218
3,323,135
80.75
15,143,977
12,614,067
83.29
525,000
429,752
81.86
Ditjen Binkesmas
14,699,608
13,921,367
94.71
568,440,727
211,096,949
37.14
518,422,200
92,972,605
17.93
4
Ditjen Yanmedik
110,362,917
104,392,283
94.59
182,579,102
81,160,948
44.45
470,242,330
38,806,498
8.25
5
Ditjen PP - PL
117,407,391
14,198,512
12.09
674,653,490
457,117,278
67.76
107,001,686
23,697,227
22.15
6
Ditjen Yanfar dan Alkes
5,080,736
4,160,080
81.88
134,966,531
130,163,907
96.44
3,990,250
3,728,487
7
Badan Litbangkes
20,884,093
20,884,000
100.00
31,241,794
27,763,479
88.87
20,012,361
8
Badan PPSDM
97,837,571
85,241,621
87.13
213,048,770
124,950,834
58.65
39,301,637
B
DAERAH
23,055,835
1,314,148,602
625,377,453
19,784,195
16,366,954
82.73
4,337,872,535
3,278,150,921
75.57
763,184,349
224,359,729
29.40
906,422,567
495,013,017
54.61
93.44
144,037,517
138,052,474
95.84
16,940,393
84.65
72,138,248
65,587,872
90.92
23,547,856
59.92
238,597,547
66.42 35.87
3,236,310,000
1,157,401 2,960,160,000
7,360,000
5.02 91.47 0.00
9,016,200
4,857,236
53.87
359,204,178
47.59
1
Nanggroe Aceh Darussalam
685,990
514,250
74.96
11,282,263
5,450,582
48.31
23,872,040
6,891,284
28.87
35,840,293
12,856,116
2
Sumatera Utara
906,528
705,655
77.84
20,709,286
9,872,520
47.67
98,955,112
33,972,096
34.33
117,556,200
37,405,880
31.82
238,127,126
81,956,151
34.42
3
Sumatera Barat
1,142,983
995,640
87.11
14,663,686
10,520,885
71.75
45,289,867
26,517,431
58.55
997,090
580,225
58.19
62,093,626
38,614,181
62.19
4
Riau
1,009,670
555,373
55.01
8,511,510
2,950,289
34.66
45,225,889
19,992,600
44.21
1,209,930
324,550
26.82
5
Jambi
1,133,385
987,250
87.11
14,961,103
11,784,200
78.77
53,877,848
41,009,923
76.12
6
Sumatera Selatan
1,959,892
1,745,485
89.06
11,063,435
9,875,200
89.26
55,293,183
32,454,473
58.70
14,441,200
11,607,380
7
Bengkulu
950,060
736,637
77.54
10,077,592
5,763,629
57.19
41,467,344
35,551,152
85.73
1,410,585
1,302,143
8
Lampung
1,863,740
1,385,580
74.34
13,225,389
9,750,885
73.73
43,431,968
29,884,592
68.81
33,297,887
9
Kepulauan Bangka Belitung
868,768
360,275
41.47
8,040,712
4,796,481
59.65
20,179,029
16,603,405
82.28
2,343,650
10
Kepulauan Riau
271,600
128,537
47.33
3,129,088
1,232,318
39.38
22,680,500
15,934,410
70.26
11
DKI Jakarta
1,301,654
1,193,045
91.66
3,842,064
2,342,600
60.97
539,280
359,200
66.61
480,895
141,754
29.48
6,163,893
4,036,599
65.49
12
Jawa Barat
3,255,638
2,541,650
78.07
146,347,668
118,602,780
81.04
122,001,611
57,684,020
47.28
9,274,000
5,740,580
61.90
280,878,917
184,569,030
65.71
13
Jawa Tengah
2,117,719
1,655,368
78.17
19,656,715
17,899,293
91.06
161,817,709
125,252,391
77.40
390,100
390,100
100.00
183,982,243
145,197,152
78.92
14
DI Yogyakarta
1,465,635
871,976
59.49
2,562,180
1,978,663
77.23
29,340,277
23,566,995
80.32
21,983,358
2,525,641
11.49
55,351,450
28,943,275
52.29
15
Jawa Timur
2,002,574
2,002,543
100.00
64,081,591
15,559,785
24.28
206,826,355
175,847,883
85.02
272,910,520
193,410,211
70.87
16
Banten
1,573,285
66,926
4.25
13,366,795
855,382
6.40
43,649,064
16,335,091
37.42
30,167,675
0.00
88,756,819
17,257,399
19.44
17
Bali
1,407,406
678,381
48.20
15,065,661
10,690,286
70.96
47,978,141
26,515,018
55.26
3,809,121
69.10
68,260,329
40,515,694
59.35
18
Nusa Tenggara Barat
1,512,745
1,052,650
69.59
11,916,142
4,518,839
37.92
58,908,505
7,412,920
12.58
72,337,392
12,984,409
17.95
19
Nusa Tenggara Timur
1,081,883
605,680
55.98
31,344,405
5,329,800
17.00
65,864,162
30,283,287
45.98
98,290,450
36,218,767
36.85
20
Kalimantan Barat
484,452
392,560
81.03
13,417,206
5,903,845
44.00
70,536,850
12,181,019
17.27
84,438,508
18,477,424
21.88
21
Kalimantan Tengah
755,046
419,730
55.59
7,661,156
5,062,290
66.08
41,713,513
38,989,720
93.47
50,629,715
44,746,740
88.38
22
Kalimantan Selatan
657,721
456,082
69.34
8,396,007
4,623,241
55.06
34,758,393
5,995,021
17.25
43,812,121
11,074,344
25.28
23
Kalimantan Timur
1,679,890
1,450,842
86.37
14,355,359
12,250,885
85.34
43,502,953
29,117,475
66.93
59,538,202
42,819,202
71.92
24
Sulawesi Utara
1,193,217
982,540
82.34
13,588,269
8,420,567
61.97
51,174,317
22,355,304
43.68
65,955,803
31,758,411
48.15
25
Sulawesi Tengah
960,334
750,245
78.12
14,643,392
11,580,610
79.08
59,593,330
35,935,867
60.30
78,013,453
50,217,375
64.37
26
Sulawesi Selatan
1,082,314
725,850
67.06
13,733,234
8,620,580
62.77
115,629,726
33,419,716
28.90
130,445,274
42,766,146
32.78
27
Sulawesi Tenggara
1,385,972
845,612
61.01
9,323,564
4,120,485
44.19
41,386,743
9,143,684
22.09
1,886,876
547,154
29.00
53,983,155
14,656,935
27.15
28
Gorontalo
527,787
263,586
49.94
5,169,577
2,802,922
54.22
44,784,723
10,078,655
22.50
150,000
100,000
66.67
50,632,087
13,245,163
26.16
29
Sulawesi Barat
277,165
233,560
84.27
2,172,790
1,945,250
89.53
13,860,116
11,630,794
83.92
16,310,071
13,809,604
84.67
30
Maluku
228,815
138,945
60.72
8,392,050
2,871,945
34.22
54,796,845
13,715,421
25.03
63,417,710
16,726,310
26.37
31
Maluku Utara
671,293
421,538
62.79
11,154,889
4,584,362
41.10
78,961,403
16,300,564
20.64
434,500
128,425
29.56
91,222,085
21,434,889
23.50
32
Papua
736,102
595,210
80.86
14,962,299
9,872,034
65.98
49,759,407
17,807,454
35.79
1,395,300
945,840
67.79
66,853,108
29,220,538
43.71
33
Irian Jaya Barat
263,320
212,350
80.64
6,162,355
4,107,708
66.66
18,158,076
7,845,945
43.21
360,000
148,120
41.14
24,943,751
12,314,123
49.37
1,197,031,418 37.34
3,520,646,799
3,054,830,711
86.77 10,671,905,249
6,519,959,542
61.09
Total
1,209,967,489
Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran Depkes RI
824,220,483 68.12 2,735,887,483
1,443,876,931 52.78 3,205,403,478
500,000
2,816,397
55,956,999
23,822,812
42.57
69,972,336
53,781,373
76.86
80.38
82,757,710
55,682,538
67.28
92.31
53,905,581
43,353,561
80.42
21,745,920
65.31
91,818,984
62,766,977
68.36
164,700
7.03
31,432,159
21,924,861
69.75
26,081,188
17,295,265
66.31
2,632,009
275,000
1,950,653
55.00
69.26
Lampiran 5.28
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES TAHUN ANGGARAN 2005 MENURUT ESELON I No
Program
(1)
(2)
Alokasi
Rupiah Murni Realisasi
(3)
(4)
% (5)
Pinjaman Luar Negeri Alokasi Realisasi (6)
(7)
1
Sekretariat Jenderal
3,241,295,307,000
1,328,767,521,774 41.0
2
Inspektorat Jenderal
19,784,195,000
18,716,655,275 94.6
3
Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat
4,089,869,536,000
3,418,119,624,826 83.6
248,057,599,000
4
Ditjen Pelayanan Medik
754,570,961,000
506,090,027,056 67.1
63,903,155,000
5
Ditjen PP - PL
867,278,823,000
563,868,835,663 65.0
73,348,878,000
6
Ditjen Pelayanan Farmasi dan Alkes
144,037,517,000
127,365,231,293 88.4
-
-
7
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
74,238,048,000
64,974,502,202 87.5
-
-
8
Badan PPSDM Kesehatan
325,655,327,000
340,397,911,000 104.5
31,462,819,000
9,516,729,714,000
6,368,300,309,089 66.9
974,294,698,000
Sumber : Biro Keuangan dan Anggaran, Depkes RI
557,522,247,000
-
%
Alokasi
(8)
(9)
69,400,478,192 12.4
Jumlah Realisasi
3,798,817,554,000
(10)
1,398,167,999,966
% (11)
36.8
-
-
19,784,195,000
18,716,655,275 94.6
-
-
4,337,927,135,000
3,418,119,624,826 78.8
0.8
818,474,116,000
506,595,619,056 61.9
64,431,112,356 87.8
940,627,701,000
628,299,948,019 66.8
-
144,037,517,000
127,365,231,293 88.4
-
74,238,048,000
64,974,502,202 87.5
3,156,586,598 10.0
357,118,146,000
343,554,497,598 96.2
137,493,769,146 14.1
10,491,024,412,000
6,505,794,078,235 62.0
505,592,000
Lampiran 5.29 JUMLAH DAN PERSENTASE KEPESERTAAN PENDUDUK DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
Provinsi
(1)
Jumlah Penduduk (***)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
(3)
Peserta Jumlah MASKIN (4)
Jenis Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
JPK
%
NON JPK
%
(5)
(6)
(7)
(8)
ASKES
%
JAMSOSTEK
%
BPL & PRA BPL JPKM
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
%
Dana Sehat
%
(14)
(15)
(16)
Lain-lain
%
(17)
(18)
JPKM / Kartu Sehat
%
(19)
(20)
4,225,999
3,381,791
4,127,927
97.68
98,072
2.32
390,792
9.25
56,412
1.33
Sumatera Utara
12,122,520
2,867,820
3,734,147
30.80
8,388,373
69.20
824,600
6.80
219,783
1.81
3
Sumatera Barat
4,528,282
1,083,424
1,560,244
34.46
2,968,038
65.54
430,146
9.50
42,531
4
Riau
5,481,108
1,208,931
1,976,581
36.06
3,504,527
63.94
330,013
6.02
188,824
5
Jambi
2,568,391
486,409
868,010
33.80
1,700,381
66.20
283,403
11.03
18,569
0.72
6
Sumatera Selatan
6,864,532
1,920,001
3,853,939
56.14
3,010,593
43.86
589,915
8.59
59,102
7
Bengkulu
1,691,768
502,613
763,911
45.15
927,857
54.85
148,328
8.77
14,901
8
Lampung
7,028,588
2,130,200
3,294,819
46.88
3,733,769
53.12
420,161
5.98
155,227
2.21
9
Kepulauan Bangka Belitung
1,004,623
129,801
199,081
19.82
805,542
80.18
28,717
2.86
13,158
1.31
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
8,622,065
881,216
3,053,323
35.41
5,568,742
64.59
838,037
9.72
363,528
4.22
89,896
1.04
10,880
12
Jawa Barat
38,152,356
7,550,535
14,135,837
37.05
24,016,519
62.95
2,533,216
6.64
1,089,902
2.86
770,230
2.02
1,475,372
13
Jawa Tengah
32,400,476
10,367,184
13,920,671
42.96
18,479,805
57.04
1,937,012
5.98
577,972
1.78
397,132
1.23
201,856
14
DI Yogyakarta
3,384,442
769,091
1,364,385
40.31
2,020,057
59.69
435,897
12.88
6,204
0.18
161,312
4.77
15
Jawa Timur
36,206,060
9,181,419
13,134,885
36.28
23,071,175
63.72
1,712,040
4.73
852,385
2.35
255,535
0.71
16
Banten
8,977,896
1,814,399
2,756,798
30.71
6,221,098
69.29
312,895
3.49
469,456
5.23
0.00
17
Bali
3,393,830
548,357
1,134,819
33.44
2,259,011
66.56
281,905
8.31
85,476
2.52
0.00
18
Nusa Tenggara Barat
4,039,434
1,949,507
2,192,252
54.27
1,847,182
45.73
198,274
4.91
20,326
0.50
8,897
0.22
19
Nusa Tenggara Timur
4,184,674
2,652,342
3,013,688
72.02
1,170,986
27.98
283,840
6.78
27,984
0.67
20,091
0.48
20
Kalimantan Barat
3,713,815
1,321,714
1,670,054
44.97
2,043,761
55.03
287,919
7.75
18,674
0.50
17,534
0.47
21
Kalimantan Tengah
1,866,867
485,483
692,418
37.09
1,174,449
62.91
137,852
7.38
6,491
0.35
6,039
0.32
28,508
1.53
28,045
1.50
485,483
26.01
22
Kalimantan Selatan
3,240,725
670,674
1,099,687
33.93
2,141,038
66.07
313,517
9.67
45,529
1.40
24,686
0.76
25,379
0.78
19,902
0.61
670,674
20.70
23
Kalimantan Timur
2,682,492
482,183
983,172
36.65
1,699,320
63.35
441,633
16.46
6,204
0.23
15,787
0.59
1,097
0.04
36,268
1.35
482,183
17.98
24
Sulawesi Utara
2,149,114
697,203
1,111,965
51.74
1,037,149
48.26
211,806
9.86
44,726
2.08
93,217
4.34
65,013
3.03
0.00
697,203
32.44
25
Sulawesi Tengah
2,290,722
730,596
950,598
41.50
1,340,124
58.50
71,320
3.11
15,022
0.66
23,013
1.00
110,647
4.83
0.00
730,596
31.89
26
Sulawesi Selatan
8,573,874
2,363,855
3,447,447
40.21
5,126,427
59.79
666,588
7.77
66,953
0.78
36,515
0.43
45,816
0.53
267,720
3.12
2,363,855
27.57
27
Sulawesi Tenggara
1,990,114
889,657
1,128,889
56.72
861,225
43.28
140,589
7.06
12,507
0.63
0.00
2,342
0.12
83,794
4.21
889,657
44.70
28
Gorontalo
899,653
386,836
1,079,995
120.05
-180,342
-20.05
46,740
5.20
0.00
0.00
12,195
1.36
634,224
70.50
386,836
43.00
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
49.89
31
Maluku Utara
32
Papua
33
Irian Jaya Barat Jumlah
0.00
14,352
0.34
284,580
6.73
3,381,791
80.02
93,443
0.77
12,779
0.11
117,320
0.97
2,867,820
23.66
0.94
3,715
0.08
428
0.01
0.00
1,083,424
23.93
3.45
11,226
0.20
16,476
0.30
4.03
1,208,931
22.06
0.00
54,435
2.12
25,194
0.98
486,409
18.94
0.86
1,056
0.02
1,216,089
17.72
67,776
0.99
1,920,001
27.97
0.88
15,458
0.91
77,982
4.61
4,629
0.27
502,613
29.71
5,011
0.07
532,775
7.58
51,445
0.73
2,130,200
30.31
15,421
1.54
413
0.04
11,571
1.15
129,801
12.92
0.13
869,766
10.09
881,216
10.22
3.87
716,582
1.88
7,550,535
19.79
0.62
439,515
1.36
10,367,184
32.00
0.00
60,292
1.78
769,091
22.72
169,070
0.47
964,436
2.66
9,181,419
25.36
6,876
0.08
153,172
1.71
1,814,399
20.21
2,797
0.08
216,284
6.37
548,357
16.16
9,101
0.23
6,147
0.15
1,949,507
48.26
17,462
0.42
11,969
0.29
2,652,342
63.38
24,213
0.65
0.00
1,321,714
35.59
221,110
1,275,498
636,318
712,204
55.84
563,294
44.16
45,754
3.59
7,076
0.55
0.00
233
0.02
22,823
1.79
636,318
858,656
421,703
470,752
54.82
387,904
45.18
35,034
4.08
7,378
0.86
0.00
2,292
0.27
4,345
0.51
421,703
49.11
2,381,368
1,488,738
1,897,810
79.69
483,558
20.31
234,846
9.86
22,954
0.96
0.00
31,380
1.32
119,892
5.03
1,488,738
62.52
216,799,942
60,000,000
90,330,308
58.33 14,612,789
6.74
4,515,254
2.08
1.92 5,438,801
2.51
60,000,000
27.68
Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
41.67 126,469,634
2,065,214
0.95
4,168,258
Lampiran 5.30 DISTRIBUSI PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2005
No
Provinsi
(1)
(2)
1
Nanggroe Aceh Darussalam
2
Sumatera Utara
Jumlah Penduduk (***)
Jumlah MASKIN
(3)
(4)
ASKES
JAMSOS TEK
BAPEL
(5)
(6)
(7)
4,225,999
3,381,791
390,792
56,412
12,122,520
2,867,820
824,600
219,783
3
Sumatera Barat
4,528,282
1,083,424
430,146
42,531
4
Riau
5,481,108
1,208,931
330,013
188,824
5
Jambi
2,568,391
486,409
283,403
18,569
6
Bengkulu
1,691,768
1,920,001
148,328
14,901
Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa) JPKM Dana Sehat Kartu Sehat PRA-BAPEL (8)
36,304
(9)
57,139 3,715
11,226
(10)
Lain-lain
Total
(11)
(12)
(%) (13)
14,352
3,381,791
284,580
4,127,927
97.68
12,779
2,867,820
117,320
4,135,745
34.12
428
1,083,424
1,560,244
34.46
16,476
1,208,931
221,110
1,976,580
36.06
54,435
486,409
25,194
868,010
33.80
15,458
77,982
502,613
4,629
763,911
45.15
7
Sumatera Selatan
6,864,532
502,613
589,915
59,102
1,056
1,216,089
1,920,001
67,776
3,853,939
56.14
8
Lampung
7,028,588
2,130,200
420,161
155,227
5,011
532,775
2,130,200
51,445
3,294,819
46.88
1,004,623
129,801
28,717
13,158
15,421
413
129,801
11,571
199,081
19.82
9
Kepulauan Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI Jakarta
8,622,065
881,216
838,037
363,528
89,896
10,880
881,216
869,766
3,053,323
35.41
12
Jawa Barat
38,152,356
7,550,535
2,533,216
1,089,902
90,224
680,006
1,475,372
7,550,535
716,582
14,135,837
37.05
13
Jawa Tengah
32,400,476
10,367,184
1,937,012
577,972
25,532
371,600
201,856
10,367,184
439,515
13,920,671
42.96
14
DI Yogyakarta
3,384,442
769,091
435,897
6,204
161,312
769,091
60,292
1,432,796
42.33
15
Jawa Timur
36,206,060
9,181,419
1,712,040
852,385
255,535
169,070
9,181,419
964,436
13,134,885
36.28
16
Banten
8,977,896
1,814,399
312,895
469,456
6,876
1,814,399
153,172
2,756,798
30.71
17
Bali
3,393,830
548,357
281,905
85,476
2,797
548,357
216,284
1,134,819
33.44
18
Nusa Tenggara Barat
4,039,434
1,949,507
198,274
20,326
8,897
9,101
1,949,507
6,147
2,192,252
54.27
19
Nusa Tenggara Timur
4,184,674
2,652,342
283,840
27,984
20,091
17,462
2,652,342
11,969
3,013,688
72.02
20
Kalimantan Barat
3,713,815
1,321,714
287,919
18,674
17,534
24,213
1,321,714
1,670,054
44.97
21
Kalimantan Tengah
1,866,867
485,483
137,852
6,491
6,039
28,508
485,483
28,045
692,418
37.09
22
Kalimantan Timur
2,682,492
670,674
441,633
6,204
15,787
1,097
482,183
36,268
983,172
36.65
23
Kalimantan Selatan
3,240,725
482,183
313,517
45,529
24,686
25,379
670,674
19,902
1,099,687
33.93
24
Sulawesi Utara
2,149,114
697,203
211,806
44,726
93,217
65,013
697,203
1,111,965
51.74
25
Sulawesi Tengah
2,290,722
730,596
71,320
15,022
23,013
110,647
730,596
950,598
41.50
26
Sulawesi Tenggara
1,990,114
2,363,855
140,589
12,507
2,342
889,657
83,794
1,128,889
56.72
27
Sulawesi Selatan
8,573,874
889,657
666,588
66,953
45,816
2,363,855
267,720
3,447,447
40.21
28
Gorontalo
899,653
386,836
46,740
12,195
386,836
634,224
1,079,995
120.05
29
Sulawesi Barat
30
Maluku
1,275,498
636,318
45,754
7,076
233
636,318
22,823
712,204
55.84
31
Maluku Utara
858,656
421,703
35,034
7,378
2,292
421,703
4,345
470,752
54.82
32
Papua
2,381,368
1,488,738
234,846
22,954
31,380
1,488,738
119,892
1,897,810
79.69
33
Irian Jaya Barat 14,612,789
4,515,254
4,168,258
60,000,000
5,438,801
90,800,316
41.88
6.74
2.08
1.92
27.68
2.51
Jumlah Persentase Berdasarkan Jumlah Penduduk Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
216,799,942
60,000,000
36,515
670,029 0.95
1,395,185
Lampiran 6.1
PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004 / 2005 Tahun 2005 No
Negara
(1)
(2)
1
Brunei Darussalam
2
Jumlah Penduduk (Ribuan Jiwa)
Kepadatan Penduduk per Km²
(3)
(4)
Tahun 2004 Laju Persentase Persentase Persentase Angka Beban Angka % Penduduk Pertumbuhan PDB per PDB Penduduk Usia Penduduk Usia Penduduk Penduduk Usia Tanggungan Melek Huruf di Daerah Kapita (US$) (US$ billions) 65 Tahun Ke 15 Tahun Ke 15 - 64 Tahun (%) (%) Perkotaan 1994-2004 (%) Atas Bawah (5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
374
65
77.6
2.4
30.0
66.9
3.1
49
92.7
13879*
5.2*
Indonesia
222,781
126
47.9
1.3
28.6
66.0
5.4
52
87.9
1,184
257.6
3
Kamboja
14,071
75
19.7
2.2
37.7
58.9
3.4
70
73.6
354
4.9
4
Laos
5,924
26
21.6
2.4
41.2
55.2
3.6
81
68.7
423
2.5
5
Malaysia
25,347
73
65.1
73
32.8
62.7
4.5
59
88.7
4,753
118.3
6
Myanmar
50,519
63
30.6
1.3
30.1
65.0
4.9
54
89.7
166*
9.1*
7
Filipina
83,054
293
62.6
2.0
35.7
60.5
3.8
65
92.6
1,036
84.6
8
Singapura
4,326
6,389
100
2.4
20.2
71.6
8.2
40
92.5
25,191
106.8
9
Thailand
64,233
127
32.5
1.0
24.1
69.0
6.9
45
92.6
2,539
161.7
10 Vietnam
84,238
253
26.7
1.5
30.3
64.2
5.5
56
90.3
550
45.2
Sumber : - WHO Health Report, 2006 : Jumlah Penduduk dan Laju pertumbuhan Penduduk - Human Development Report (HDR), 2006 : Persentase penduduk per kategori Umur, PDB, dan PDB per capita Keterangan : * diambil dari ASEAN Statistical Yearbook 2005
Lampiran 6.2
PERBANDINGAN ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN 2004
No
Negara
Indeks Pembangunan Manusia
Usia Harapan Hidup Waktu Lahir
Total Fertility Rate (TFR)
Angka Kelahiran Kasar per 1000 Penduduk
Angka Kematian Kasar per 1000 Penduduk
Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Bayi (AKB)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1 Brunei Darussalam
0.871
77
2.4
22.8
2.8
9
6
2 Indonesia
0.711
67
2.3
20.2
7.2
38
39
3 Kamboja
0.583
54
4.0
33.6
10
141
71
4 Laos
0.553
59
4.7
34.2
12.2
83
86
5 Malaysia
0.805
72
2.8
21.3
4.6
12
5.9
6 Myanmar
0.581
59
2.3
23.2
11.2
105
81
7 Filipina
0.763
68
3.1
24.6
5.1
34
28
8 Singapura
0.916
80
1.3
11.4
4.4
3
3
9 Thailand
0.784
70
1.9
14.5
6.8
21
20
10 Vietnam
0.709
71
2.3
19.9
6.4
23
32
Sumber : - ASEAN Statistical Yearbook 2005 : Angka Kelahiran Kasar dan Angka Kematian Kasar - Human Development Report (HDR), 2006 : Indeks Pembangunan Manusia, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita - World Health Report 2006 : TFR dan Umur Harapan Hidup
Lampiran 6.3
PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI PADA BAYI DAN DISTRIBUSI VITAMIN A DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004 No
Negara
BCG (%)
DPT3 (%)
Polio3 (%)
Hepatitis B3 (%)
Campak (%)
Vitamin A (%) (2002)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Brunei Darussalam
99
92
92
99
99
-
2
Indonesia
82
70
70
75
72
62
3
Kamboja
95
85
86
-
80
47
4
Laos
60
45
46
45
36
64
5
Malaysia
99
99
95
95
95
-
6
Myanmar
85
82
82
54
78
87
7
Filipina
91
79
80
40
80
76
8
Singapura
99
94
94
93
94
-
9
Thailand
99
98
98
96
96
-
10 Vietnam
96
96
96
94
97
99
Sumber : SOWC-Unicef, 2006
Lampiran 6.4
PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004 Kematian yang Disebabkan Kematian yang Disebabkan TBC pada Penduduk HIV TBC pada Penduduk HIV Negatif Positif
No
Negara
Insidens Rate per 100.000 Penduduk
Prevalensi per 100.000 Penduduk
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Brunei Darussalam
54.0
63.0
5
0
2
Indonesia
245.0
275.2
45
1
3
Kamboja
510.0
708.7
80
14
4
Laos
155.7
317.8
25
0
5
Malaysia
102.5
132.7
16
0
6
Myanmar
170.9
179.6
19
1
7
Filipina
293.4
463.3
48
0
8
Singapura
39.6
40.8
4
0
9
Thailand
142.3
207.7
17
2
10
Vietnam
176.5
231.8
22
1
Sumber : WHO Health Report, 2005
Lampiran 6.5
ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS TAHUN 2005 1. Angka Estimasi HIV Dewasa dan Anak-anak
No
Dewasa (15–49) Rate (%)
Dewasa (15+)
Wanita (15+)\
Dewasa dan Anak-anak
Negara
(1)
(2)
1 Brunei Darussalam 2
2. Kematian Akibat AIDS
Indonesia
Estimasi
[estimasi rendah – estimasi tinggi]
Estimasi
(3)
(4)
(5)
<100 170,000
3 Kamboja
[<200] [100.000 – 290.000]
<100
[estimasi [estimasi rendah – Estima rendah – estimasi tinggi] si estimasi tinggi] (6) (6) (6) [<200]
<0.1
[<0.2]
Estimasi (6) <100
[estimasi rendah – [estimasi rendah Estimasi estimasi tinggi] – estimasi tinggi] (6)
(6) [<200]
<100
(6) [<200]
170,000
[100.000 – 290.000]
0.1 [0.1 – 0.2]
29,000
[15.000 – 52.000]
5,500
[3.300 – 8.300]
59,000
[28.000 – 99.000]
16,000
[8.500 – 26.000]
130,000
[74.000 – 210.000]
130,000
[70.000 – 200.000]
1.6 [0.9 – 2.6]
Laos
3,700
[1.800 – 12.000]
3,600
[1.700 – 12.000]
0.1 [0.1 – 0.4]
5 Malaysia
69,000
[33.000 – 220.000]
67,000
[32.000 – 220.000]
0.5 [0.2 – 1.5]
17,000
[7.300 – 57.000]
4,000
[2.100 – 7.200]
360,000
[200.000 – 570.000]
350,000
[200.000 – 550.000]
1.3 [0.7 – 2.0]
110,000
[53.000 – 190.000]
37,000
[20.000 – 62.000]
12,000
[7.300 – 20.000]
12,000
[7.200 – 20.000]
[<0.2]
3,400
[1.800 – 6.000]
<1000
[<1.000]
5,500
[3.100 – 14.000]
5,500
[3.000 – 14.000]
0.3 [0.2 – 0.7]
1,500
[700 – 3.700]
<100
[<200]
9 Thailand
580,000
[330.000 – 920.000]
560,000
[320.000 – 900.000]
1.4 [0.7 – 2.1]
220,000
[100.000 – 370.000]
21,000
[14.000 – 42.000]
10 Vietnam
260,000
[150.000 – 430.000]
250,000
[150.000 – 420.000]
0.5 [0.3 – 0.9]
84,000
[43.000 – 150.000]
13,000
[7.800 – 20.000]
0.6 [0.4 - 1.0] 2,200,000 1.300.000 - 3.500.000] 560,000
[370.000 - 810.000]
4
6
Myanmar
7 Filipina 8
Singapura
ASEAN
7,600,000 5.100.000 - 11.700.000]
7,400,000 000.000 - 11.500.000]
Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006.
<0.1
<1000
[260 – 2.000]
<100
[<200]
Lampiran 6.6 STATUS GIZI BURUK DI NEGARA ASEAN TAHUN 2006
No
Negara
Gizi Buruk (%)
(1)
(2)
(3)
1
Brunei Darussalam
3
2
Indonesia
6
3
Kamboja
33
4
Laos
4
5
Malaysia
3
6
Myanmar
5
7
Filipina
19
8
Singapura
0
9
Thailand
21
10
Vietnam
17
Sumber : Human Development Report, 2006
Lampiran 6.7 PERBANDINGAN PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SUMBER AIR BERSIH DAN YANG MENGGUNAKAN SARANA SANITASI SEHAT DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004
No
Negara
Penduduk Yang Menggunakan Sumber Air Bersih (%)
Penduduk Yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
-
-
1
Brunei Darussalam
2
Indonesia
77
55
3
Kamboja
41
17
4
Laos
51
30
5
Malaysia
99
94
6
Myanmar
78
77
7
Filipina
85
72
8
Singapura
100
100
9
Thailand
99
99
10
Vietnam
85
61
Sumber : Human Development Report, 2006