Preformulasi Lasta Sitompul.docx

  • Uploaded by: ata
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Preformulasi Lasta Sitompul.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,220
  • Pages: 12
MAKALAH FARMASI INDUSTRI

PRA-REGISTRASI Injeksi Dekstrosa

Dosen: Prof. Hakim Bangun, Apt.

OLEH: Lasta Manjouito 173202136

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

PREFORMULASI I.

Informasi Produk

Nama Produk

: Dextrose 5%

Bentuk sediaan

: Injeksi

Kemasan

: Larutan infus 5% x 500 ml x 1’s 1000 ml x 1’s

Perusahaan

: Euro-Med

Indikasi

: rehidrasi, penambah kalori secara parenteral, basic soln.

II.

Formula dan Cara Pembuatan

2.1 Formula Formula yang diajukan sesuai dengan formula standar (Niazi, 2004) R/ Dekstrosa anhidrat

52,5 gram

Arang jerap

0,15 gram

Aqua pro injeksi

ad 1000 mL

2.2 Cara Pembuatan a. Bahan-bahan ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan b. Alat-alat yang akan digunakan harus disterilkan terlebih dahulu. c. Aquadest diukur sebanyak 100 mL lalu dilakukan penaraan pada botol infus. d. Aquadest 300 mL dididihkan pada heater dan diturunkan suhunya hingga mencapai 60°C.

e. Dekstrosa monohidrat dimasukkan ke dalam air dan diaduk hingga larut sempurna dengan suhu yang tetap terjaga 60°C. f. Larutan tersebut diukur pH-nya dengan menggunakan pH meter. HCl dan atau NaOH ditambahkan untuk menyesuaikan pH sediaan. g. Arang jerap/karbon aktif ditambahkan ke dalam larutan dan diaduk perlahan dengan tetap mempertahankan suhu pada 60°C. h. Larutan disaring sebanyak 3 hingga larutan menjadi jernih. i. Larutan dimasukkan ke dalam masing-masing botol infus hingga batas penaraan yang ditandai di awal. j. Botol infus ditutup dengan penutup karet lalu dibungkus dengan aluminium foil. k. Sediaan tersebut disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. l. Sediaan diberi etiket, dimasukkan ke dalam kemasan sekunder dan dievaluasi.

III.

Persyaratan Mutu

3.1 Spesifikasi Bahan Aktif -

Dekstrosa (FI Ed. V, 2014 hal 288)

Struktur Kimia Dekstrosa (Rowe et al., 2009) Pemerian

: Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih; tidak berbau; rasa manis.

Kelarutan

: Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih; larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol.

Identifikasi

: tembaga (II) tartrat alkali LP panas terbentuk

endapan merah tembaga oksida. Warna larutan

: Bandingkan warna dengan mengamati larutan tegak lurus dari atas pada alas dasar warna putih dalam tabung pembanding warna yang selaras.

Keasaman

: hingga terjadi warna merah muda (titrasi dengan NaOH 0,02 N)

Suhu lebur

: suhu 83°C

pH

: 3,5 – 6,5

Air

: Antara 7,5% dan 9,5% untuk bentuk hidrat Tidak lebih dari 0,5% untuk bentuk anhidrat

Sisa pemijaran

: Tidak lebih dari 0,1%

Klorida

: Tidak lebih dari 0,018%

Sulfat

: Tidak lebih dari 0,025%

Arsen

: Tidak lebih dari 1 bpj

Logam berat

: Tidak lebih dari 5 bpj

Stabilitas

: Terhadap cahaya: dekstrosa memiliki daya tahan yang baik terhadap cahaya, namun penyimpanannya diusahakan terlindung dari sinar matahari. Terhadap suhu : dekstrosa tidak stabil terhadap suhu tinggi, pada pemanasan suhu tinggi dekstrosa akan berubah menjadi 5hidroksi-metil-furfural, yang akhirnya berubah menjadi asam lauvulinic. Terhadap oksigen: dekstrosa anhidrat memiliki kemampuan absorpsi yang signifikan pada suhu 25oC dan kelembaban sekitar 85% (McEvoy, 2002).

Inkompatibilitas

: tidak bercampur dengan obat-obat vitamin B12, kanamicin sulfat, Na-novobiosin, warfarin. Eritromicyn tidak stabil pada larutan dekstrosa pada pH di bawah 5,05 sedangkan vitamin B12 mengalami dekomposisi atau penguraian bila dipanaskan dengan sediaan dekstrosa. Pada

sediaan aldehid, glukosa bereaksi dengan senyawa amin, amida asam amino, peptida, dan protein. Perubahan warna menjadi coklat dan penguraian dapat terjadi apabila sediaan bereaksi dengan senyawa alkali kuat (McEvoy, 2002). Wadah dan penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik. Penyimpanan pada suhu 2o-25oC atau disimpan pada suhu kamar (tahan sampai 14 bulan).

Penandaan

: Pada etiket dicantumkan hidrat atau anhidrat.

3.2 Spesifikasi Bahan Tambahan a. Activated Charcoal Arang Jerap adalah sisa destilasi destruktif dari beberapa bahan organik yang telah diberi perlakuan untuk mempertinggi daya serap (FI Ed. V, 2014 hal 130). Pemerian

: Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam; tidak berbau; tidak berasa.

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol.

Susut pengeringan

: Tidak lebih dari 15,0%; pengeringan pada suhu 120ᵒ selama 4 jam.

Sisa pemijaran

: Tidak lebih dari 4,0%.

Senyawa larut asam

: Tidak lebih dari 3,5%.

Klorida

: Tidak lebih dari 0,2%.

Sulfat

: Tidak lebih dari 0,2%.

Senyawa sianogen

: Tidak terjadi warna biru (dengan HCl p).

Logam berat

: Tidak lebih dari 50 bpj;

Batas mikroba

: Tidak boleh mengandung Salmonella sp dan Escherichia coli.

Wadah dan penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Stabilitas

: Stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara.

b. Water for Injection Air Steril untuk Injeksi adalah Air Murni yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan anti mikroba atau bahan tambahan lainnya (FI Ed. V, 2014 hal 57). Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

pH

: Antara 5,0 sampai 7,0;

Klorida

: Mengandung 10 μg Cl (0,5 bpj)

Sulfat

: Tidak terjadi kekeruhan

Amonia

: Tidak lebih dari 0,3 bpj

Kalsium

: Tidak terjadi kekeruhan

Karbon dioksida

: Campuran tetap jernih

Logam berat

: Warna cairan tidak lebih tua dari warna campuran 50 ml air murni dengan asam asetat 1 N dalam jumlah yang sama

Endotoksin bakteri

: Tidak boleh lebih dari 0,25 unit Endotoksin FI per ml, menggunakan Endotoksin BPFI sebagai pembanding.

Sterilitas

: Memenuhi syarat

Amonia

: 0,3 bpj untuk wadah dengan volume 50 ml atau lebih

Zat padat total

: Tidak lebih dari 0,004% ( kemasan < 30 ml) Tidak lebih dari 0,003% (kemasan 30 ml - kurang 100 ml) Tidak lebih dari 0,002% (kemasan 100 ml atau lebih)

3.3 Spesifikasi Produk Injeksi Dektrosa adalah larutan steril dektrosa dalam Air untuk Injeksi. Mengandung dektrosa C6H12O6.H2O, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi dektrosa tidak mengandung bahan anti mikroba (FI Ed. V, 2014 hal 289). Identifikasi

: tembaga (II) tartrat alkali LP panas terbentuk endapan merah tembaga oksida.

Baku pembanding

: Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua

isi; larutan bisa digunakan selama 14 hari. Simpan larutan dan vial yang belum dibuka di dalam lemari pendingin. Endotoksin bakteri

: Tidak lebih dari 0,5 unit Endotoksin FI per ml untuk injeksi yang mengandung dektrosa kurang dari 5% dan tidak lebih dari 10,0 unit Endotoksin FI per ml untuk injeksi yang mengandung dektrosa antara 5% dan 70%.

pH

: 3,2 – 6,5

Bahan partikulat

: Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi volume kecil

Logam berat

: Tidak lebih dari 5 bpj dalam tiap g C6H12O6.H2O per ml injeksi

Wadah dan penyimpanan

: Dalam wadah dosis tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II.

Penandaan

: Pada etiket dicantumkan kadar total osmolar dalam mOsmol per liter. Jika volume sediaan kurang dari 100 ml, atau jika sediaan injeksi tidak untuk injeksi langsung tetapi harus diencerkan sebelum digunakan, etiket dapat mencantumkan kadar osmolar total dalam mOsmol per ml.

IV.

Metode Analisis

4.1 Metode Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Bahan Aktif -

Identifikasi. Tambahkan beberapa tetes larutan zat (1 dalam 20) pada 5 ml

tembaga(II) tartrat alkali LP panas terbentuk endapan merah tembaga oksida. -

Warna larutan. Larutkan 25 g zat dalam air hingga 50,0 ml, warna

larutan tidak lebih intensif dari larutan yang dibuat sebagai berikut: Campur 1,0 ml kobalt (II) klorida LK; 3,0 ml besi(III) klorida LK dan 2,0 ml tembaga(II) sulfat LK dengan air hingga 10 ml. Encerkan 3,0 ml larutan dengan air hingga 50

ml. Bandingkan warna dengan mengamati larutan tegak lurus dari atas pada alas dasar warna putih dalam tabung pembanding warna yang selaras. -

Keasaman Larutkan 5,0 g zat dalam 50 ml air bebas karbon dioksida P,

tambahkan fenolftalein LP, dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,020 N LV hingga terjadi warna merah muda: diperlukan tidak lebih dari 0,30 ml untuk netralisasi.

4.2 Metode Analisis Kualitatif Bahan Tambahan a. Air steril untuk injeksi -

Klorida. Pada 20 ml zat uji dalam tabung pembanding warna tambahkan 5

tetes asam nitrat P dan 1 ml perak nitrat LP dan campur perlahan: terjadi kekeruhan dalam waktu 10 menit dan tidak lebih keruh dari 20 ml Air dengan kemurnian tinggi yang mengandung 10 μg Cl (0,5 bpj), diamati dengan arah tegak lurus dengan dasar gelap dengan cahaya yang masuk dari samping. -

Amonia. Penetapan sebagai berikut: Untuk Air Steril untuk Injeksi dalam

wadah dengan volume kurang dari 50 ml, encerkan 50 ml dengan 50 ml Air dengan kemurnian tinggi dan gunakan larutan ini sebagai larutan uji. Untuk volume 50 ml atau lebih gunakan 100 ml Air Steril untuk Injeksi sebagai larutan uji. Pada 100 ml larutan uji tambahkan 2 ml kalium raksa (II) iodide alkalis LP: segera terjadi warna kuning yang tidak lebih gelap dari Air dengan kemurnian tinggi yang ditambahkan 30 μg NH3 (0,6 bpj untuk Air Steril untuk Injeksi untuk wadah dengan volume kurang dari 50 ml; 0,3 bpj untuk wadah dengan volume 50 ml atau lebih). b. Karbon aktif -

Klorida. Tidak lebih dari 0,2%; lakukan penetapan menggunakan 10 ml

filtrat yang diperoleh pada uji Keasaman-kebasaan: tidak lebih keruh dibandingkan larutan pembanding yang mengandung 1,5 ml asam klorida 0,020 N. -

Sulfat. Tidak lebih dari 0,2%; lakukan penetapan menggunakan 10 ml

filtrat yang diperoleh pada uji Keasaman-kebasaan: tidak lebih keruh dibandingkan larutan pembanding yang mengandung 1,0 ml asam sulfat 0,020 N.

-

Alkaloid Kocok 1 g zat yang telah dikeringkan pada 120º selama 4 jam

dengan larutan 100 mg striknin sulfat P dalam 50 ml air selama 5 menit, saring dan buang 10 ml filtrat pertama. Pada 10 ml filtrat tambahkan 1 tetes asam klorida P dan 5 tetes kalium raksa(II) iodida LP: tidak terjadi kekeruhan. -

Zat warna Pipet 50 ml larutan metilen biru P (1 dalam 1000) masing-

masing ke dalam dua labu 100 ml bersumbat kaca. Tambahkan ke dalam salah satu labu 250 mg zat yang ditimbang saksama, tutup dan kocok selama 5 menit. Saring isi masing-masing labu melalui penyaring kering, buang 20 ml dari masing-masing filtrat pertama. Pipet 25,0 ml masing-masing filtrat ke dalam dua labu tentuktur 250-ml. Tambahkan ke dalam masing-masing labu 50 ml larutan natrium asetat P (1 dalam 10), campur; tambahkan melalui buret 35,0 ml iodum 0,1 N LV, sambil digoyang. Tutup labu, biarkan selama 50 menit, kocok kuat dengan selang waktu 10 menit. Encerkan masing-masing campuran dengan air sampai tanda, campur, diamkan selama 10 menit, saring melalui penyaring kering, buang masing-masing 30 ml filtrat pertama. Titrasi kelebihan iodum dalam masing-masing 100 ml filtrat dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV menggunakan 3 ml kanji LP sebagai indikator. Hitung jumlah ml iodum 0,1 N yang diperlukan pada masing-masing titrasi: perbedaan antara kedua volume tidak kurang dari 0,7 ml.

4.3 Metode Analisis Kuantitatif Obat Jadi -

Identifikasi. Tambahkan beberapa tetes larutan zat (1 dalam 20) pada 5 ml

tembaga (II) tartrat alkali LP panas terbentuk endapan merah tembaga oksida. -

5-Hidroksimetilfurlfural dan senyawa sejenis Pipet sejumlah volume

injeksi setara dengan 1,0 g dekstrosa, encerkan dengan air hingga 250,0 ml. Ukur serapan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 284 nm menggunakan air sebagai blangko: serapan tidak lebih dari 0,25. -

Penetapan kadar Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan 2-5 g

dekstrosa, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan 0,2 ml ammonium hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai tanda. Ukur rotasi optik dalam tabung polarimeter yang sesuai pada suhu 25º seperti tertera pada

Penetapan Rotasi Optik dan Rotasi jenis. 198,17 dan 180,16 berturut-turut adalah bobot molekul dekstrosa monohidrat dan dekstrosa anhidrat.

V.

Protap Uji Stabilitas

Pengujian stabilitas dibagi menjadi dua yaitu stabilitas pada suhu kamar dan stabilitas dipercepat. Uji stabilitas dilakukan terhadap zat aktif dan sediaan jadi. Studi

Kondisi Penyimpanan

Frekuensi Pengujian (Bulan)

Jangka Panjang (30±2)ºC, RH 75±5 %

0, 3, 6, 9, 12, 18, 24

Dipercepat

0, 1, 2, 3, 6

(40±2)ºC, RH 75±5 %

Kondisi pengujian meliputi pemeriksaan penampilan (bebas dari kerusakan, kontaminasi bahan baku, dan pengotoran), kejernihan, viskositas dan sifat alir, tingkat keasaman, bobot jenis, dan kadar zat aktif.

Evaluasi Sediaan a. Uji Organoleptis -

Diamati bau dan warnanya.

-

Sediaan infuse dextrose 5% diperiksa kelengkapan etiket, brosur dan penandaan pada kemasan.

b. Uji Kebocoran -

Bagian luar kemasan primer dikeringkan dengan menggunakan tisu.

-

Sediaan dibolak-balik sebanyak 20 kali.

-

Sediaan diletakkan dalam keadaan terbalik di tempat dengan permukaan datar yang dilapisis dengan kertas saring dan dibiarkan selama 5 menit.

-

Sediaan dibalik menjadi tegak di tempat dengan permukaan datar yang dilapisis dengan kertas saring dan dibiarkan selama 5 menit.

-

Adanya isi sediaan yang keluar diamati pada kertas saring yang ditandai dengan basahnya kertas saring.

c. Uji Kejernihan dan Warna

-

Bagian luar sediaan dibersihkan dengan alkohol dan dikeringkan dengan tisu.

-

Sediaan dimasukkan ke dalam box yang berlatar putih dan hitam.

-

Sinar dipancarkan ke sediaan dari arah samping.

-

Adanya kotoran diamati, dimana kotoran berwarna akan terlihat pada latar belakang putih dan kotoran tidak berwarna akan terlihat pada latar belakang hitam.

d. Uji pH -

Sejumlah sediaan dimasukkan ke dalam beaker glass.

-

Alat pH meter dibersihkan dengan aquadest dan diklaibrasi dengan larutan pH 4, 7 dan 10.

-

Elektroda pada pH meter dibersihkan kembali dengan aquadest.

-

Elektroda dicelupkan ke dalam sediaan.

-

Tombol read ditekan dan tunggu hingga nilai pH sediaan terbaca pada alat.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. McEvoy, G. K. (2002). AHFS Drug Information. United State of America: American Society of Health System Pharmcists. Niazi, S. K.. (2004). Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Sterile Products Volume 6. Boka Raton: Pharmaceutical Press. Rowe, C. R., P. J. Shekey and P. J. Weller. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. USA: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association. -

Related Documents


More Documents from "hikmah"

Surat Keterangan Lulus
August 2019 37
April 2020 28
Hi Virtues Of Hajj
November 2019 33
Hindi Just One Message
April 2020 19