Praklit Revisi 5.docx

  • Uploaded by: ryan
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Praklit Revisi 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,822
  • Pages: 31
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI (Studi terhadap siswa kelas VII di SMP Paramarta Program Reguler Jombang Ciputat Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017)

PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu Program Study Pendidikan Agama Islam

Oleh: Ryan Habibie 2014510067

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah mencurahkan segala nikmat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Proposal Skripsi ini, dengan judul Skripsi: Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (Studi terhadap siswa Kelas VII di SMP Paramarta Program Reguler Jombang Ciputat Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017). Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada habibullah Nabi Muhammad saw. yang telah menunjukkan jalan yang benar yaitu iman dan ikhsan. Proposal Skripsi ini penulis susun dengan harapan judul skripsi yang penulis pilih bisa disetujui dan diajukan pada sidang munaqosyah skripsi oleh Pimpinan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta. Akhir kata, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini baik berupa moril maupun materil, serta memohon maaf apabila dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekeliruan.

Jakarta, Oktober 2017

Penulis Ryan Habibie

ii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1 2. Identifikasi Masalah ............................................................................ 2 3. Pembatasan Masalah ........................................................................... 3 4. Rumusan Masalah ............................................................................... 3 5. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 3 B. LANDASAN TEORETIS 1. Kerangka Teoretik............................................................................... 4 a. Prestasi Belajar ........................................................................... 4 b. Tingkat Pendidikan Orang Tua ................................................... 9 c. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar ......................................................................................... 15 2. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 17 3. Kerangka Berfikir ............................................................................... 17 4. Perumusan Hipotesis Penelitian .......................................................... 17 C. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian ................................................................................ 18 2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 18 3. Metode Penelitian ............................................................................... 18 4. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 19 5. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 19 6. Instrumen Penelitian ........................................................................... 20 a. Instrumen Tingkat Pendidikan Orangtua ...................................... 20 b. Instrumen Prestasi Belajar ............................................................ 21 c. Uji Coba ........................................................................................ 22

iii

D. TEKNIK ANALISIS DATA ........................................................................ 22 E. HIPOTESIS ................................................................................................... 26 F. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

iv

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan

proses

pembelajaran

agar

peserta

didik

secara

aktif

mengembangkan potensi di dalam diri untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1 Untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan, manusia memasuki dunia pendidikan melalui proses belajar. Proses belajar manusia selalu melalui tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan Informal, Formal dan Non-Formal. Sedangkan komponen

yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

pendidikan tersebut terdiri dari tiga unsur yaitu orang tua, pemerintah, dan masyarakat. Ketiga jalur dan komponen pendidikan tersebut saling terkait dan membentuk simpul pengetahuan anak.2 Jalur pendidikan informal dalam keluarga merupakan pintu gerbang pertama pendidikan seorang anak. Melalui kedua orang tua, kerabat, serta saudara serumah, banyak memberikan kesan dalam perkembangan anak. Mereka secara langsung menurunkan sifat, watak serta memberikan contoh dalam menghadapi permasalahan. Semua pengalaman tersebut menambah wawasan dan pengetahuan bagi anak di rumah. 3 Sedangkan pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur. Melalui pendidikan yang terstruktur seseorang akan memiliki daya pemikiran yang berjenjang dimulai dari pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi. Pada pelaksanaannya, pendidikan formal dilakukan oleh suatu lembaga yang menjalankan kegiatan pendidikan, yaitu sekolah. Sekolah disini merupakan tempat melakukan kegiatan belajar dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.4

1

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Ibid. 3 Fuad ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: 2011, Hlm. 18 4 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2

1

Untuk mengetahui keberhasilan pendidikan di sekolah maka pada akhir tahunnya atau akhir semester dilakukan penilaian (evaluasi). Penilaian sebagai alat ukur untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar siswa yang dapat disebut pula dengan sebagai prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa ditunjukkan melalui angka-angka nilai di dalam raport.5 Pada suatu sekolah menengah swasta yang berlokasi di kelurahan Jombang kecamatan Ciputat yakni SMP Paramarta Program Reguler, peneliti menemukan terdapat peserta didik yang memiliki nilai rendah pada bidang study Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Peneliti menduga kasus tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor utama yaitu: status sosial masyarakat, perekonomian keluarga, tingkat pendidikan orang tua serta motivasi belajar anak itu sendiri. Dari pengamatan sementara, peneliti mendapati beragamnya latar belakang pendidikan orang tua sehingga peneliti menduga adanya hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar anak. Karena kondisi keluarga merupakan salah satu pendukung prestasi siswa, termasuk peran orang tua di dalamnya. Partisipasi orangtua dalam membantu anak belajar dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Orangtua yang berpendidikan tinggi pasti lebih tahu dan mengerti cara mendidik dan mengarahkan anaknya, mereka mampu memberikan respon yang tepat dan pengasuhan yang efektif serta mengasyikkan bagi anaknya. Sehingga orangtua dapat melakukan peran edukatif jika mereka memiliki pengetahuan atau pendidikan yang bagus.6

2. Identifikasi Masalah Setelah melihat latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang berkaitan dengan prestasi siswa

5 Suharsimi Arikunto dan Jabar, Evaluasi Program Pendididikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, Hlm. 3 6 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, Hlm. 80.

2

kelas VII SMP Paramarta Program Reguler pada bidang study Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, yaitu: a. Rendahnya status sosial masyarakat; b. Rendahnya tingkat perekonomian keluarga; c. Rendahnya tingkat pendidikan formal orang tua; d. Rendahnya motivasi belajar anak.

3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, banyak sekali hal-hal yang harus penulis teliti, namun karena keterbatasan waktu, tenaga serta biaya, maka penelitian ini dibatasi pada rendahnya latar belakang pendidikan formal orang tua.

4. Rumusan Masalah Sebagaimana diuraikan dalam pembatasan masalah diatas, maka rumusan masaalah yang akan menjadi objek penelitian yaitu, “Apakah terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan formal orang tua terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VII SMP Paramarta Program Reguler Jombang Ciputat Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017?”

5. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti, antara lain: 1. Secara Teoritis a. Dapat berguna sebagai masukan, wawasan serta referensi bagi Program Studi PAI Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2. Secara Praktis Penelitian ini berguna bagi warga sekolah serta masyarakat lainnya, yaitu sebagai berikut: a. Mampu memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar dengan atau tanpa peran orang tua.

3

b. Sebagai bahan pemikiran bagi orang tua untuk meningkatkan diri dalam bidang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman, agar dapat membimbing anaknya untuk memperoleh prestasi belajar yang baik c. Sebagai tolak ukur bagi tenaga pendidik dalam pembelajaran kepada siswa. d. Sebagai bahan masukan bagi satuan pendidikan untuk mengambil kebijaksanaan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam disekolah.

B. LANDASAN TEORETIS 1. Kerangka Teoretik a. Prestasi Belajar 1) Pengertian Prestasi Belajar a) Prestasi Prestasi adalah hasil yang telah dicapai.7 Prestasi diistilahkan terhadap suatu hasil dari kegiatan yang telah dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang melalui ketekunan, keuletan serta penuh kesungguhan. Menurut Agoes Soejanto, Prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan yang diperoleh dengan keuletan kerja.8 Burhanuddin Rauf menyatakan bahwa prestasi adalah gambaran tingkat penguasaan siswa dalam belajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar.9 Dari beberapa rumusan diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang diperoleh setelah melakukan suatu kegiatan dengan penuh keuletan dan ketekunan serta penuh kesungguhan. 7

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 3, hlm. 543 Agoes Soejanto, Belajar yang Sukses, (Jakarta: Bina Aksara. 1995), hlm. 20 9 Burhanudin Rauf, Evaluasi Hasil Belajar Mengajar, (Ujung Pandang: FPIPS-IKIP. 1997), Hlm. 19 8

4

b) Belajar Belajar adalah serangakaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.10 Menurut Asep Jihad, belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan

unsur

yang

sangat

fundamental

dalam

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.11 Sedangkan menurut Sardiman, belajar merupakan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.12 Berbeda dengan kedua pakar di atas, Sanjaya Rasak mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas meltal/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan

dalam

pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.13 Dari pemaparan para ahli di atas, maka dapat dirangkum pengertian belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga dalam upaya memahami gejala yang terjadi di sekitar, sehingga merangsang

perubahan

dalam

pengetahuan,

pemahaman,

keterampilan serta sikap. c) Prestasi Belajar Pelaksanaan pendidikan, baik melalui jalur informal, formal ataupun non-formal, pasti memiliki tujuan. Pendidikan tidak akan diberikan

begitu

saja

tanpa

ada

maksud

di

dalamnya.

Keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan pendidikan dapat 10

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Ed. 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 13. Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Multi Pressindo. 2009), hlm. 1 12 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Grafindo. 1996), Hlm. 22 13 Sanjaya Rasak, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda. 2000), Hlm. 53 11

5

diamati ketika seseorang mampu menunjukan perubahan dalam menghadapi suatu permasalahan sesuai dengan materi pendidikan yang telah diberikan sebelumnya. Keberhasilan atau prestasi belajar dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar mengajar. Di bawah ini penulis sajikan perngertian prestasi belajar menurut beberapa ahli sebagai titik tolak teori. Tohirin mengatakan bahwa prestasi belajar artinya adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan balajar yang mencakup aspek kongnitif, afektif dan psikomotor.14 Menurut Hadari Nawawi, prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes.15 Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan, mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 2) Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:16 a) Faktor

internal

(faktor

dari

dalam

diri

siswa),

yakni

keadaan/kondisi jasmani (aspek fisiologis) dan rohani (aspek psikologis) siswa. (1) Aspek fisiologis, seperti:

14 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Raja Grafindo. 2005), Hlm. 151 15 Hadari Nawawi, Administrasi sekolah, (Jakarta: Galio Indonesia. 1998), Hlm. 100 16 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm. 129-136

6

(a) Tonus (tegangan otot): yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dalam mengikuti pelajaran. (b) Mata dan telinga. (2) Aspek psikologis, meliputi: (a) Inteligensi

siswa:

kemampuan

psiko-fisik

untuk

mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. (b) Sikap siswa: gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. (c) Bakat siswa: kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. (d) Minat siswa: kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. (e) Motivasi siswa: keadaan internal organisme, baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan (1) Lingkungan sosial, meliputi orang tua dan keluarga, tenaga pendidik dan kependidikan, teman sebaya, dan masyarakat. (2) Lingkungan nonsosial, meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan. c) Faktor pendekatan belajar (appoarch to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materimateri pelajaran.

7

3) Cara Mengukur Hasil Belajar Siswa Menurut Sugihartono, dkk., mengatakan “dalam kegiatan belajar mengajar, pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar”. Prestasi Belajar siswa perlu diukur atau dinilai untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam proses belajar. Pengukuran ini dilakukan selain untuk dapat memotivasi siswa juga dapat sebagai dasar bagi pendidik untuk menentukan langkah selanjutnya dalam proses belajar terkait dengan program remedial dan pengayaan bagi siswa.17 Sardiman A.M. mengemukakan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menilai prestasi belajar siswa:18 a) Mengumpulkan data hasil belajar siswa. (1) Setiap kali ada usaha mengevaluasi selama pelajaran berlangsung. (2) Pada akhir pelajaran. b) Menganalisis data hasil belajar siswa. Dengan langkah ini guru akan mengetahui: (1) Siswa yang menemukan pola-pola belajar yang lain. (2) Keberhasilan atau tidaknya siswa dalam belajar. c) Menggunakan data hasil belajar siswa, dalam hal ini menyangkut: (1) Lahirnya feed back untuk masing-masing siswa dan ini perlu diketahui oleh guru. (2) Adanya feed back itu maka guru akan menganalisis dengan tepat follow up atau kegiatan-kegiatan berikutnya. Sugihartono, dkk. menyatakan “alat untuk mengukur atau mengevaluasi kegiatan pendidikan khususnya hasil belajar pada

17 18

Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: UNY Press. 2007), Hlm. 130 Sardiman, Op. Cit. Hlm, 174-175

8

garis besarnya dapat dibedakan dalam dua macam yaitu yang berupa tes dan non tes”.19 Apabila yang dipergunakan sebagai alat pengukur adalah tes, maka individu yang dievaluasi dihadapkan pada situasi yang telah distandarisasikan sedemikian rupa sehingga semua individu yang dites mendapat perlakuan yang sama. Dalam penggunaan alat ukur tes ini individu yang dites akan memperoleh skor tertentu sebagai penggambaran dari hasil yang telah mereka laksanakan. Sedangkan apabila yang dipergunakan sebagai alat evaluasi adalah non tes maka situasi dibiarkan berjalan seperti apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh tester. Kegiatan-kegiatan pendidikan yang dapat dievaluasi dengan non tes misalnya tentang kerajinan, kelancaran berbicara di muka kelas, aktivitas dalam diskusi, dan sebagainya. Alat yang dapat dipergunakan untuk mengevaluasi antara lain pedoman wawancara, pedoman observasi, dokumentasi, angket, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud prestasi belajar dalam penelitian ini yaitu, hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes pada tiap akhir semester. b. Tingkat Pendidikan orang tua 1) Pengertian Pendidikan Pendidikan pada umumnya berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain, menuju kearah suatu cita- cita tertentu. 20 Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya.

19

Sugihartono, dkk. Op. Cit. Hlm. 139

20

Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), cet. 1, Hlm. 6

9

Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusiinstitusi lainnya.21 Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah arahan dan bimbingan kepada seseorang dan merupakan pengaruh dari pengalaman belajar yang terus-menerus dialami seseorang untuk mencapai sutu tingkat kedewasaan. 2) Pengertian OrangTua Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anakanak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk utama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada disampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila itu menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula menjadi temannya dan mula-mula dipercayainya. Apapun yang dilakukan

ibu

dapat

dimanfaatkannya,

kecuali

apabila

ia

ditinggalkan. Dengan memahami segala sesuatu yang terkandung di dalam hati anaknya, juga jika anak telah mulai agak besar, disertai

21

Muhibbin Syah, Op. Cit., Hlm. 11.

10

kasih sayang, dapatlah ibu mengambil hati anaknya untuk selamalamanya. Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di mata anaknya ia seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai diantara orangorang yang dikenalnya. Cara ayah melakukan pekerjaannya seharihari berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang agak besar, baik lakilaki maupun perempuan, bila mau mendekati dan dapat memahami hati anaknya. Pada dasarnya kenyataan-kenyataan yang dikemukakan di atas itu berlaku dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga dengan yang bagaimanapun juga keadaannya. Hal itu menunjukkan ciri-ciri dari watak rasa tanggung jawab dari setiap orang tua atas kehidupan anak- anak mereka untuk masa kini dan masa mendatang, bahkan para orang tua umumnya merasa bertanggung jawab atas segala dari kelangsungan hidup anak-anaknya. Karenanya tidaklah diragukan bahwa tanggungjawab pendidikan secara mendasar terpikul kepada orang tua. Apakah tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secara sadar atau tidak, diterima dengan sepenuh hatinya atau tidak, hal itu adalah merupakan “fitrah” yang telah dikodratkan Allah SWT, kepada setiap orang tua. Mereka tidak bisa mengelakkan tanggung jawab itu karena telah menjadi amanah Allah SWT yang dibebankan kepada mereka.22 Di tilik dari hubungan dan tanggung jawab orang tua kepada anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dipikulkan kepada orang lain, sebab guru dan pemimpin umat umpamanya, dalam memikul tanggung jawab pendidikan yang dipikul oleh para pendidik selain orang tua adalah merupakan pelimpahan dari tanggung jawab orang tua yang karena satu dan lain

22

Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cet. 9, hlm. 36.

11

hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.23 3) Jalur Pendidikan a) Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah kegiatan

yang sistematis,

bertingkat/berjenjang, dimulai dari sekolah dasar, menengah sampai dengan perguruan tinggi serta yang setaraf dengannya; termasuk dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.24 Pada umumnya lembaga formal adalah tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, dan paling mudah untuk membina generasi muda yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat.25 Biasanya lembaga formal ini berbentuk sekolah-sekolah. Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja melalui sistem yang disebut kurikulum. b) Pendidikan Informal Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan ini diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran Pendidikan informal adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar.26 Pada umumnya tidak sadar, pada umumnya

23

Ibid., Hlm. 38. Aida Mj, Ilmu Pendidikan, (Semarang: Putra Sanjaya, 2005), Hlm.67. 25 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet. 2, Hlm. 162. 26 Zahra Idris, Dasar-dasar Kependidkan, (Padang: Angkasa Raya, tt), Hlm.59. 24

12

tidak teratur dan tidak sistematis sejak seseorang lahir dan mati seperti dalam keluarga, tetangga/pekerjaan, hiburan, pasar,atau di dalam pergaulan sehari-hari. c) Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal atau di luar sekolah adalah, “suatu kegiatan yang dilakukan di luar sekolah, yang diselenggarakan oleh suatu kemasyarakatan’’. 27 Contoh pendidikan nonformal antara lain balai pengembangan, sanggar kegiatan, lembaga kursus dan lain sebagainya. 4) Jenjang Pendidikan Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.28 Jenjang pendidikan formal di Negara Indonesia sebagimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Repubik Indonesia, dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi:29 a) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. b) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Jenjang pendidikan menengah terdiri atas pendidikan 27

Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Hlm. 49. 28 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm. 4 29 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Naasional, hlm. 12.

13

menengah

umum

dan

pendidikan

menengah

kejujuran.

Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madarsah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. c) Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang terdiri atas pendidikan akademik, pendidikan vokasi, dan pendidikan profesi. Pendidikan tinggi berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Dengan demikian bentuk tingkat pendidikan orang tua dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu tingkat pendidikan dasar (SD, MI, atau yang sederajat serta SMP, MTs, atau yang sederajat), tingkat pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, MAK atau yang sederajat), pendidikan tinggi (perguruan tinggi, akademi, institut atau universitas). 5) Tingkat Pendidikan Orang Tua Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan yang dialami dalam suatu lembaga formal maupun informal. Sedangkan orang tua diartikan ayah dan ibu kandung.30 Adapun tingkat pendidikan orang tua yang dimaksud disini adalah jenjang pendidikan formal yang dialami orang tua yaitu tingkat pendidikan dasar (lulusan SD/MI dan SMP/MTs), tingkat pendidikan

menengah

(SMA/MA/SMK

atau

lainnya

yang

sederajat) dan tingkat pendidikan tinggi (perguruan tinggi, diploma atau sarjana).

30

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 802.

14

c. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Orang tua sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk mencukupi segala kebutuhan hidup. Demikian pula orang tua berkewajiban untuk menjaga keselamatan diri dalam keluarga dari segala macam ancaman dan gangguan agar dapat mencapai kebahagiaan, ketentraman, ketenangan, kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Sebagimana firman Allah SWT dalam (Q.S. At-Tahrim/66: 6): ‫س ُك ۡم َوأَ ۡه ِلي ُك ۡم ن ًَ۬ارا‬ َ ُ‫ـٰٓأَيُّ َہا ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ قُ ٰٓواْ أَنف‬ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.31 Dalam hadits juga disebutkan bahwa orangtualah yang paling berperan dalam pendidikan anaknya, yaitu hadis dari abu hurairah yang berbunyi: ‫كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه‬ “Tidaklah setiap bayi yang lahir kecuali dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang dapat menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Muslim).32 Maksud dari ayat dan hadits di atas, ditetapkan secara kodrati bahwa tanggung jawab pendidikan terletak pada orang tua. Dengan demikian orang tua harus dapat memberikan bimbingan, pengarahan, dan tauladan yang baik terhadap anaknya baik dalam bentuk ucapan maupun sikap. Oleh karena itu Muhammad Shoehib mengatakan agar keluarga dapat memainkan perannya sebagai pendidik, ia perlu dibekali dengan pengetahuan dan pendidikn.33 Partisipasi orangtua dalam membantu anak belajar dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Orangtua yang berpendidikan tinggi pasti lebih tahu dan mengerti cara mendidik dan mengarahkan anaknya, 31

Departemen Agama RI, Al-Jumanatul ‘Ali Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 560.

Imam Abi Husain Muslim bin Hujad Ibnu Muslim Al Khusairi An Naisa Nuri, Jami’ As sahih, Juz. 7., (Libanon: Darul Fikr, t.t), hlm. 52. 33 Riana, Skripsi, Hubungan minat dan cara belajar dengan prestasi siswa, Malang: FMIPA Universitas Malang, Hlm. 7 diakses dari http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/02/prestasibelajar.html. pada 23 November 2017. 32

15

mereka mampu memberikan respon yang tepat dan pengasuhan yang efektif serta mengasyikkan bagi anaknya. Sehingga orangtua dapat melakukan peran edukatif jika mereka memiliki pengetahuan atau pendidikan yang bagus.34 Di samping itu, hal yang perlu disebutkan meskipun kurang begitu dominan bagi anak, yaitu bahwa orang tua yang memiliki pendidikan yang baik dapat juga mempengarui proses identifikasi anak dengan orangtuanya. Identifikasi itu sendiri dapat diartikan sebagai dorongan untuk menjadi identik atau sama dengan orang lain. Identifikasi dilakukan oleh seseorang kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam suatu segi, untuk memeperoleh system norma, sikap dan nilaiyang dianggapnya ideal dan masih merupakan kekurangan dalam dirinya.misalnya, identifikasi seorang anak laki-laki untuk menjadi sama dengan ayahnya atau seorang anak perempuan untuk menjadi sama dengan ibunya.35 Menurut

Bayley,

ada

beberapa

faktor

yang mempengaruhi

kemampuan intelektual individu, yaitu keturunan, latar belakang social ekonomi, lingkungan hidup, kondisi fisik, dan iklim emosi. Terkait faktor keturunan bayley mengatakan studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi antara anak dan orangtua atau dengan kakek-neneknya menunjukan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.36 Sebuah penelitian yang dilakukan Psychologi Spot menemukan gen kecerdasan seorang anak diturunkan dari ibunya. Penelitian ini mengatakan bahwa tiap gen dalam tubuh manusia memiliki sumber yang berbeda. Dan untuk gen kecerdasan, ditemukan berasal dari ibu. Gen kecerdasan anak berasal dari kromosom X, dan karena wanita membawa dua, itu artinya sang anak mendapatkan kecerdasan dari ibunya.37

Ngalim Purwanto, Loc.Cit. W.A Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2004, Hlm.72 36 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 1995. 37 Diakses dari http://liputan6.com/lifestyle/read/2600654/kecerdasan/kecerdasan-anakditurunkan-dari-sang-ibu-benarkah pada 23 November 2017 34 35

16

Sedangkan The Medical Research Council Sosial dan Public Health Sciences Unit di Amerika Serikat. Pada penelitian Medikal Reasearch mewawancarai 12.686 anak dengan rentang usia 14 hingga 22 tahun. Pertanyaan fokus pada IQ, edukasi dan status ekonomi.38

2. Hasil Penelitian yang Relevan a. Penelitian yang dilakukan oleh Isna Atik Wildayati (2012), diperoleh hasil bahwa: Tingkat pendidikan formal orang tua tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dengan prestasi bidang studi PAI di SMP N 1 Ambarawa tahun ajaran 2011/2012. b. Penelitian yang dilakukan oleh Yusro Novalia (2012), diperoleh hasil bahwa: Hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan dari pendidikan orang tua terhadap prestasi anak di MTs. Negeri Klego tahun pelajaran 2011/2012 diterima kebenarannya.

c. Kerangka Berpikir Berangakat dari landasan teori diatas maka dapat diajukan kerangka berfikir penelitian sebagai berikut: a. Jenjang pendidikan formal seseorang mencerminkan wawasan dan kecerdasan intelektualnya. b. Tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi cara orang tua dalam mengasuh dan mendidik serta memberi pengetahuan kepada anaknya. Berdasarkan anggapan dasar diatas maka peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal orang tua, semakin tinggi prestasi belajar anak.

d. Perumusan Hipotesis Penelitian

38

Idem.,

17

Berdasarkan deskripsi

teori dan kerangka berpikir yang telah

dikemukakan, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut “Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP Paramarta Program Reguler Jombang Ciputat Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 20172018.”

C. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin peneliti capai pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan formal orang tua terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas VII SMP Paramarta Program Reguler Jombang Ciputat Tangerang Selatan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Paramarta Program Reguler Jombang Ciputat Tangerang Selatan. Sekolah ini berlokasi di Jl. Raya Jombang, Gg. Taqwa No.70 Jombang Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan 15414, Telp. 021-74634750 b. Waktu penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Maret 2018.

3. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode kuisioner. Penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada paradigma positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data

menggunakan

instrumen

penelitian,

analisis

data

bersifat

18

kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.39 Sedangkan jenis penelitian ini adalah studi korelasi, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan di antara dua variabel atau lebih, dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variabel yang satu (Variabel bebas) terhadap variabel lainnya (variabel terikat).40

4. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.41 Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VII SMP SMP Paramarta Program Reguler Jombang Ciputat Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2017/2018. b. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. 42 Teknik yang dipakai untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.43 Berdasar pada teori suharsimi terkait pengambilan sampel, maka peneliti menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 25% dari jumlah populasi. Besarnya sampel yang dikehendaki mempunyai taraf kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5%.

5. Teknik Pengumpulan Data

39

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta. 2012), Hlm. 7 40 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), Hlm. 250 41 Ibid., Hlm. 173 42

43

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian. (Bandung: Alfabeta. 2010), Hlm. 62

Ibid., Hlm. 64

19

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang relevan, akurat, dan reliabel. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Kuisioner Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperolah informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal- hal yang ia ketahui.

44

Jenis kuisioner yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tertutup, yakni kuisioner yang telah dilengkapi dengan pilihan jawaban sehingga siswa hanya memberi tanda pada jawaban yang telah dipilih. 45 Pada penelitian ini kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data tingkat pendidikan formal orangtua siswa. b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu pengumpulan data yang diperoleh dari catatan-catatan atau sumber tertulis dari objek penelitian yang dapat dipercaya

kebenarannya.

Menurut

Suharsimi

Arikunto,

metode

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.46 Dokumen yang akan digunakan berupa raport hasil belajar siswa yang akan menggambarkan variabel ptrestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

6. Instrumen Penelitian a. Instrumen Tingkat Pendidikan Orang Tua 1) Definisi Konseptual Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan yang dialami dalam suatu lembaga formal, nonformal maupun informal orang tua yaitu ayah dan ibu kandung. 2) Definisi Operasional 44

Suharsimi Arikunto, Op. cit., Hlm. 194 Suharsimi Arikunto, Op. cit., Hlm. 195 46 Suharsimi Arikunto, Op. cit., Hlm. 201 45

20

Berdasarkan pengertian di atas dan batasan masalah penelitian yang ada,

secara operasional tingkat pendidikan orang tua dapat

didefinisikan sebagai skor pendidikan formal. 3) Kisi-Kisi Instrumen Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Kerja Dimensi

Indikator

Pendidikan Tingkat

Nomor Butir

Jumlah

1,2

2

pendidikan

formal

formal mulai dari SD

orang tua

sampai dengan PT

4) Pembobotan Pembobotan instrumen tingkat pendidikan orang tua dilakukan dengan menggunakan skala ordinal untuk setiap pertanyaan atau pernyataan yang diberikan dengan pilihan jawaban yang telah ditentukan. Tabel 3.6 Skala Lembar Kuisioner Tingkat Pendidikan Orang Tua Jawaban

Kode

SD / Sederajat

1

SMP / Sederajat

2

SMA / Sederajat

3

PT / Sederajat

4

Jumlah item 2; Skor Maksimal = 8 (2x4); Skor Minimal = 2 (2x1) b. Instrumen Prestasi Belajar 1) Definisi Konseptual Prestasi belajar adalah adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan balajar yang mencakup aspek kongnitif, afektif dan psikomotor dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes. 2) Definisi Operasional

21

Berdasarkan definisi konseptual tersebut, secara operasional, prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai nilai mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti siswa yang dimuat dalam buku raport.

c. Uji Coba Uji coba dilakukan untuk memperoleh instrumen pengumpul data yang baik. Dengan menggunakan instrumen yang baik maka akan di dapat data yang valid. Karna dalam sebuah penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karna data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, untuk memperoleh data yang valid bergantung pada baik buruknya instrumen pengumpul data.47

D. TEKNIK ANALISA DATA Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, teknik analisis data yang digunakan adalah statistik. Peneliti menggunakan analisis data statistik probabilitas, yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. 48 Langkah-langkah untuk menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Deskripsi Data49 a. Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi 1) Menghitung jumlah kelas interval K = 1 + log . n 
 Keterangan: K: Jumlah kelas interval n : Jumlah data
 log : Logaritma 2) Menghitung rentang data Rentang data = data terbesar – data terkecil 47

Suharsimi Arikunto, Op. cit., Hlm. 211 Sugiyono, Op. Cit. Hlm. 209. 49 Sugiono, Op. Cit., Hlm 35-58 48

22

3) Menghitung panjang kelas Panjang kelas = b. Penyajian data dalam bentuk tabel, grafik batang dan histogram. c. Menghitung central tendency (gejala pusat), yang meliputi: 1) Mean adalah nilai rata-rata yaitu total dibagi jumlah individu. Mean data berkelompok: Me =

atau Me =

Keterangan: Me : Mean Σf1

: Jumlah data

F1x1 : Produk perkalian antara f1 pada tiap interval data dengan kelas (x1). Tanda kelas x1 adalah rata-rata dari batas bawah dan batas pada setiap interval data 2) Median adalah suatu nilai yang membatasi 50% dari frekuensi distribusi sebelah atas dan 50% frekuensi sebelah bawah. Md = b + p Keterangan: Md : Median b

: Batas bawah, di mana median akan terdekat

n

: Banyak data

p

: Panjang kelas interval

F : Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median f

: Frekuensi kelas median

3) Modus adalah nilai yang mempunyai frekuensi terbanyak dalam distribusi. Mo = b + p Keterangan: Mo : Modus b

: Batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak

p

: Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak

23

b1 : Frekuensi kelas modus dikurangi kelas terdekat sebelumnya b2 : Frekuensi kelas modus dikurangi kelas terdekat berikutnya 2. Uji Statistik\ Analisis untuk menguji hipotesa pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana. Regresi linier adalah salah satu alat yang dapat digunakan dalam memprediksi permintaan di masa akan datang berdasarkan data masa lalu atau untuk mengetahui pengaruh

satu

variabel bebas (independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent).50 Di bawah ini akan dicantumkan langkah-langkah uji statistik menggunakan Persamaan Regresi Linier Sederhana: a. Membuat persamaan regresi linier sederhana dengan urutan sebagai berikut: 1) Membuat tabel penolong Data

Variabel

Variabel

(n)

Bebas (X)

Terikat (Y)

1

...

2

XY

X2

...

...

...

...

...

...

...

3

...

...

...

...

...

...

...

...

...

N

...

...

...

...

Jumlah

∑X = ...

∑Y = ...

∑XY= ...

∑X2 = ...

2) Menghitung nilai konstanta a dan b a) Rumus menghutung nilai konstanta b b = n.∑XY - ∑X.∑Y n.∑X2 – (∑X)2 50

Syofian Siregar, Op.Cit, Hlm. 284

24

b) Rumus menghutung nilai konstanta a a = ∑Y – b.∑X n 3) Persamaan Regresi linear sederhana Rumus: Y = a+b.X Dimana: Y = Variabel terikat X = Variabel bebas a dan b = Konstanta b. Menhitung nilai korelasi variabel X dan Y dengan urutan sebagai berikut: 1) Buat tabel penolong Data

Variabel Variabel XY

X2

Y2

...

...

...

...

...

...

...

...

...

3

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

N

...

...

...

...

...

Jumlah

∑X=

∑Y=

∑XY=

∑X2=

∑X2=

Bebas

Terikat

(X)

(Y)

1

...

2

(n)

2) Menghitung nilai kotrelasi (r) Rumus:

c. Menghitung koefisien determinasi Rumus: KP = (r)2 x 100% Maksud dari koefisien determinasi adalah untuk mengetahui seberapa besar sumbangan (kontribusi) yang diberikan variabel X terhadap variabel Y. d. Menentukan nilai thitung dan ttabel

25

Rumus:

Sedangkan untuk nilai ttabel dapat menggunakan tabel t. e. Mengambil Keputusan Dalam upaya mengambil keputusan apakah Ho ditolak atau Ho diterima maka menggunakan kaidah pengujian berikut:  Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima  Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak.51

E. HIPOTESIS Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha = thitung > ttabel Ho = ttabel ≤ thitung

51

Syofian Siregar, Op.Cit., Hlm. 288

26

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Soejanto, Belajar yang Sukses, Jakarta: Bina Aksara, 1995 Aida Mj, Ilmu Pendidikan, Semarang: Putra Sanjaya, 2005 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo. 2009. Burhanudin Rauf, Evaluasi Hasil Belajar Mengajar, Ujung Pandang: FPIPSIKIP, 1997. Hadari Nawawi, Administrasi sekolah, Jakarta: Galio Indonesia, 1998 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru cetakan ke 15, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Sanjaya Rasak, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Bandung: Remaja Rosda, 2000. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Grafindo. 1996. Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2007. Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan cetakan ke 1, Jakarta: Aksara Baru, 1982. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Cetakan ke 2, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenadamedia Group, 2013. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan ke 3, Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo, 2005. Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam cetakan ke 9, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

27

Related Documents

Praklit Revisi 5.docx
December 2019 50
Revisi Bkd.docx
May 2020 23
Revisi Kb.docx
October 2019 39
Revisi 1rtff
May 2020 23
Revisi Jiwa.docx
December 2019 40

More Documents from "Rani Rahayu M"