7048_resume Etbis Bab 4 Kel 5.docx

  • Uploaded by: ryan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 7048_resume Etbis Bab 4 Kel 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,243
  • Pages: 12
RESUME BAB 4 KODE ETIK AKUNTANSI Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi

Disusun Oleh : Kelompok 5 / KELAS A

Eriksa Wahyu Pratama

(1613010021)

Tiara Ayu Putri Lestari

(1613010047)

Andika Pradipta

(1613010067)

Jepri Duwi Safrudin

(1613010084)

Husnul Mufidah

(1613010210)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL” VETERAN” JAWA TIMUR 2019

KODE ETIK AKUNTANSI Akuntan memiliki tanggung jawab untuk menyajikan laporan keuangan yang jujur dan akurat mengenai gambaran keuangan sebuah organisasi. Sebagai auditor, mereka memiliki tanggung jawab untuk mengaudit laporan keuangan serta membuktikan kebenaran dan keakuratan laporan tersebut. Dengan demikian akuntan menyelesaikan tujuan profesinya untuk memenuhi kebutuhan klien atau perusahaan tempat merekan bekerja, atau untuk mempertahankan minat kepentingan pemegang saham

(stake holder) yang berhak atas

representasi status keuangan organisasi yang jujur. Profesi akuntansi telah mengembangkan beberapa kode etik yang ditetapkan dalam standar perilaku akuntan, standar yang membutuhkan lebih dari sekedar mengikuti hukum moral. Akibatnya, kode menentukan apa yang secara etika dibutuhkan seorang akuntan. Etika bisnis menyebutkan enam cara agar kode etik bisa bermanfaat: 1) Kode dapat memotivasi melalui penggunaan oleh lingkungan sekitar dan secara umum diakui sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan 2) Kode dapat memberikan panduan permanen yang lebih stabil antara yang benar atau yang salah daripada kepribadian manusia 3) Kode dapat memberikan panduan,terutama dalam situasi yang ambigu 4) Kode tidak hanya bisa membimbing perilaku karyawan ,mereka juga bisa mengendalikan kekuatan otokratis perusahaan 5) Kode dapat membantu menentukan tanggung jawab sosal bisnis itu sendiri 6) Kode jelas untuk kepentingan bisnis itu sendiri,karena jika perusahaan tidak menjaga perilaku etik mereka maka orang lain akan melakukannya untuk mereka Di Amerika Serikat, ada dua kode utama, untuk profesi akuntan kode professional AICPA (American Institute Of Certified Accountant) perilaku yang diadopsi bentuknya pada tahun 1973, direvisi secara signifikan di tahun 1988, dan diperbarui untuk perilisan secara resmi pada oktober 2009 dan Institute Of Management Accountants (IMA). Terdapat juga kode untuk negara lain, tetapi yang paling menonjol adalah international federation of accountnts (IFAC) kode etika untuk akuntan professional, di perbarui pada tahun 2009 oleh international ethics standards board for accountants (IESBA), yang mengembangkan standar etika dan panduan untuk akuntan profesional. Empat prinsip kode

IESBA-Intergritas, kompetensi, kerahasiaan dan objektivitas, indentik dengan kode AICPA. (Kode IMA juga menyebutkan prinsip integritas, kompetensi, kerahasiaan dan objektivitas. Kode AICPA terdiri dari dua bagian, yang pertama dikhususkan untuk prinsip dan bagian ke dua dikhususkan untuk mengatur. Tujuan kode AICPA adalah untuk membimbing dan cakupannya meliputi semua akuntan public yang memiliki sertifikat AICPA. PRINSIP KODE Ada 6 prinsip kode: 1) Dalam menjalankan tanggung jawab mereka sebagai profesional, anggota harus menerapkan penilaian profesional dan moral yang peka dalam segala hal kegiatan 2) Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dan melayani kepentingan umum, menghormati kepercayaan public dan menunjukkan komitmen untuk profesionalisme 3) Mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik dengan cara melakukan semua tanggung jawab professional dengan rasa integritas yang tinggi 4) Anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melaksanakan tugasnya 5) Anggota harus memperhatikan teknis profesi dan standar etika yang berlaku 6) Semua anggota dalam praktik publik harus mematuhi prinsip-prinsip pedoman perilaku professional dalam menentukan lingkup dan sifat layanan yang akan disediakan Prinsip I - Responsibilitas Merupakan pengejawantahan tanggungjawab perusahaan sebagai anggota masyarakat dalam mematuhi hukum dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat. Disini suatu perusahaan harus mampu berperilaku dan atau bertindak sebagai warga korporasi yang baik (good corporate citizenship). Responsibilitas dalam akuntansi digunakan mempertanggungjawabkan opini dari seorang auditor. Responsibilitas merupakan suatu cara yang pasti dan mutlak yang dilakukan oleh auditor

Prinsip II - Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung-jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepacla obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dalam mememuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritar, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk memenuhi tanggungjawabnya dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini Prinsip III - Integritas integritas adalah suatu kepribadian seseorang yang bertindak secara konsisten dan utuh, baik dalam perkataan maupun perbuatan, sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik. Seseorang dianggap berintegritas ketika ia memiliki kepribadian dan karakter berikut:



Jujur dan dapat dipercaya



Memiliki komitmen



Bertanggung jawab



Menepati ucapannya



Setia



Menghargai waktu



Memiliki prinsip dan nilai-nilai hidup

Kata “integritas” berasal dari Bahasa Latin, yaitu “integer” yang mengandung arti; 

Keteguhan sikap dalam mempertahankan prinsip yang menjadi landasan hidup dan melekat pada diri seseorang sebagai nilai-nilai moral.



Mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.

Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa integritas adalah jati diri seseorang dan merupakan lawan langsung dari kemunafikan. Integritas merupakan suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip. (Mulyadi, 2002) Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip Obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menujukkan obyektivitas mereka di berbagai situasi. Anggota dalam praktik akuntan publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit intern yang bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintah. Mereka harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas. (Mulyadi, 2002).

Membatasi konsep integritas hanya untuk menjadi jujur adalah analog dengan menggambarkan kisah Walt Disney tentang "Pinocchio" hanya sebagai kisah seorang anak lelaki yang hidungnya tumbuh ketika dia berbohong. Tentu saja, cerita itu memberi tahu kita untuk tidak berbohong, seperti halnya integritas memberitahu kita untuk jujur. Tetapi kejujuran bukanlah sinonim untuk integritas. Berbohong dan ketidakjujuran hanyalah gejala kurangnya integritas, dan mengidentifikasi kurangnya integritas hanya dengan berbohong tidak merangkul makna inti, seperti halnya hidung Pinocchio yang tumbuh adalah seluruh kisah “Pinocchio. ” Apa yang diceritakan oleh kisah itu kepada kita? Pikir kembali. Geppetto menciptakan boneka khusus, Pinocchio, yang berjalan dan berbicara sendiri. Tapi dia adalah boneka kayu, bukan anak lelaki sejati. Untuk menjadi anak lelaki sejati, Pinocchio harus menjadi orang yang lengkap secara moral. Apa yang diperlukan untuk Pinocchio untuk menjadi "utuh, utuh, dan tidak berkurang" - yaitu, untuk mencapai integritas - dan menjadi anak laki-laki sejati? Pertama, dia harus mengembangkan hati nurani. Karena boneka tidak dilengkapi dengan hati nurani, ia diberikan Jiminy Cricket. Tapi Jiminy di luar Pinocchio. Bersama Jiminy, Pinocchio mendengar dari luar apa yang benar dan salah. Kode perilaku, yang diwakili Jiminy, belum menjadi bagian dari Pinocchio. Dia perlu menginternalisasi kode itu. Demikian pula, hanya mempelajari aturan profesi saja tidak cukup. Seorang akuntan harus menginternalisasi dan menjalankan aturan itu Kisah Pinokio menggambarkan bahwa berbohong hanya merupakan gejala kurangnya integritas. Orang berbohong karena mereka mementingkan diri sendiri. Mereka berbohong untuk mencegah ketidaknyamanan, terlihat lebih baik, menghindari bahaya, atau mendapatkan keuntungan. Orang dengan integritas tidak perlu berbohong, karena nilainilainya bagus. Selain itu, mereka memiliki kebijaksanaan untuk mengakui bahwa tidak ada yang harus mereka kompromi dari nilai-nilai itu. Individu dengan integritas memiliki keberanian untuk hidup dengan konsekuensi dari kebenaran dan keyakinan diri untuk memberi orang lain hak (keadilan) mereka tanpa terlalu takut pada diri mereka sendiri. Dimulai dengan Plato dan Aristoteles, teori etika tradisional telah menempatkan penekanan tinggi pada integritas, atau keutuhan. Seseorang tidak utuh kecuali dia memiliki apa yang disebut empat kebajikan utama - kebijaksanaan, keadilan, kesederhanaan, dan keberanian. Individu memiliki integritas hanya jika ia memiliki keempat kebajikan; setiap kebajikan menuntut yang lainnya.

Kita dapat dengan mudah menerapkan pelajaran Pinokio dan etika tradisional ke bidang akuntansi. Akuntan yang tergoda untuk menyajikan laporan keuangan yang tidak benar atau memaafkan praktik akuntansi yang meragukan harus menjalani transformasi yang mirip dengan milik Pinocchio. Untuk menjadi seorang profesional sejati, akuntan harus memperoleh kebajikan kebijaksanaan, keadilan, pengendalian diri, dan keberanian. Akuntan harus bertindak dengan integritas, yang diukur sebagai berikut ketentuan: Integritas diukur dalam hal apa yang benar dan adil. Dalam ketiadaan aturan, standar, atau pedoman spesifik, atau dalam menghadapi pendapat yang saling bertentangan, seorang anggota harus menguji keputusan dan perbuatan dengan bertanya: “Apakah saya melakukan apa yang akan dilakukan oleh orang yang berintegritas? Sudahkah saya mempertahankan integritas saya? ”Integritas menuntut anggota untuk mengamati baik bentuk maupun semangat standar teknis dan etika; pengelakan standar tersebut merupakan subordinasi keputusan. Ini adalah aspek penting lain dari prinsip ketiga: persyaratan eksplisit bahwa anggota “mengamati baik bentuk maupun semangat standar teknis dan etika. ”Menghindari standarstandar itu, kata kode itu, berarti“ subordinasi penilaian. ”Dalam akuntansi pajak, misalnya, mengabaikan maksud dari undang-undang perpajakan adalah tidak etis. Penemuan akuntansi "kotak hitam" - laporan keuangan yang didasarkan pada metodologi akuntansi yang sangat kompleks sehingga jumlahnya, meskipun akurat dan legal, membingungkan daripada mengklarifikasi - jelas melanggar semangat standar akuntansi, yang didirikan tepatnya untuk menjamin publik dan pengguna lain gambar keuangan yang akurat. Penyajian kembali pendapatan, inventaris, dan pendapatan, serta penggunaan derivatif dan kemitraan di luar buku semuanya menghindari tanggung jawab akuntan untuk menyajikan status keuangan perusahaan secara akurat. Sulit membayangkan, dalam kasus penghindaran pajak KPMG, misalnya, bagaimana seorang akuntan dapat mempertahankan perilaku tersebut dengan dasar bahwa tidak ada undang-undang yang benar-benar dilanggar, ketika perilaku itu jelas-jelas melanggar semangat hukum. Akhirnya, Prinsip III mengatakan, integritas menuntut anggota untuk mematuhi prinsip-prinsip “obyektivitas dan kemandirian dan perhatian yang pantas. ” Objektivitas dan kemandirian mungkin yang paling penting dari prinsip-prinsip dalam kode AICPA. Kita beralih ke prinsip itu sekarang.

Prinsip IV - Objektivitas dan Independensi “Objektivitas,” menurut kode, “adalah suatu keadaan pikiran, kualitas yang memberikan nilai pada layanan anggota. ”Oleh karena itu, objektivitas adalah suatu kebajikan; itu adalah kebiasaan untuk dikembangkan. Prinsip ini mensyaratkan bahwa orang yang objektif harus tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Kode ini juga membuat pernyataan yang kuat ini: “Kemandirian menghalangi hubungan yang mungkin tampak merusak objektivitas anggota dalam memberikan layanan pengesahan. Sangat sulit membayangkan bahwa siapa pun dapat berpikir bahwa Arthur Andersen dapat "tampak" bersikap objektif terhadap Enron, ketika Andersen “Tergantung pada Enron sebesar $ 52 juta dalam biaya, lebih dari setengahnya, $ 27 juta, diperoleh bukan dari mengaudit pembukuannya, tetapi dari menyediakan layanan lain. Secara spesifik, “prinsip obyektivitas memaksakan kewajiban untuk tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. ” Kami akan melihat lebih dekat kewajiban untuk tidak memihak dan bebas dari konflik kepentingan. Agar tidak memihak, anggota AICPA harus berusaha menghilangkan perasaan dan minat pribadi mereka dari penilaian atau rekomendasi yang dibuat atau tindakan apa pun yang diambil. Anggota harus melepaskan diri dari situasi dan melihatnya sebagai pihak ketiga yang tidak tertarik. Untuk perusahaan akuntansi daripada audit, ini menciptakan godaan besar untuk "pergi lunak "pada

audit,

dan

membuat

skeptisisme

yang

diperlukan

sulit

untuk

dicapai.

Kode ini menekankan penampilan kemandirian bagi anggota AICPA di Indonesia layanan publik (ini tidak berlaku untuk layanan pribadi: anggota dalam praktik publik, pemeliharaan objektivitas dan independensi memerlukan penilaian berkelanjutan terhadap hubungan klien dan tanggung jawab publik. Anggota seperti itu yang memberikan audit dan pengesahan lainnya layanan harus independen dalam fakta dan penampilan. Dalam menyediakan semua lainnya layanan, anggota harus menjaga obyektivitas dan menghindari konflik kepentingan.

Meskipun jelas bahwa dalam melakukan layanan pengesahan, akuntan harus obyektif dan independen, itu mungkin tidak mungkin, beberapa mungkin berdebat, untuk auditor internal atau akuntan manajemen. Namun kodenya tidak membuat perbedaan itu. Bahkan, ia mengakui berbagai kepentingan itu. "Anggota sering melayani berbagai kepentingan dalam

banyak kapasitas yang berbeda, "kode menyatakan, tetapi “harus menunjukkan objektivitas mereka dalam berbagai keadaan. ”33 Bahkan menjelaskan berbagai fungsi yang dilakukan anggota AICPA: “Anggota di depan umum mempraktikkan membuat bukti, pajak, dan layanan konsultasi manajemen. Anggota lain menyiapkan laporan keuangan dalam pekerjaan orang lain, melakukan internal jasa audit, dan melayani dalam kapasitas keuangan dan manajemen dalam industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih mereka yang bercita-cita untuk masuk ke profesi. ”34 Meskipun berbeda peran, akuntan bermain untuk konstituensi yang berbeda, kode menuntut objektivitas: "Apapun layanan atau kapasitas, anggota harus melindungi integritas pekerjaan mereka, menjaga obyektivitas, dan menghindari subordinasi dari penilaian mereka.

Sama seperti peneliti yang ideal termotivasi untuk mencari pengetahuan sejati, akuntan yang ideal termotivasi untuk menyajikan gambaran keuangan yang benar. Akuntan tidak dapat mencapai ini jika mereka menundukkan penilaian mereka yang lain, atau karena takut (perhatikan kebutuhan untuk keberanian) atau keserakahan (perhatikan kebutuhan untuk kesederhanaan), mereka memberi tahu bos apa yang ingin didengar bos. Untuk mempertahankan integritas mereka, akuntan harus, pertama dan terutama, jujur pada diri mereka sendiri dan profesi mereka. Dengan demikian, interpretasi Prinsip IV diakhiri dengan kata-kata yang kuat tentang tanggung jawab anggota tidak dalam praktik publik, yang pada dasarnya pekerjaan mereka tidak mandiri.

Meskipun anggota tidak dalam praktik publik tidak dapat mempertahankan penampilan kemerdekaan, mereka tetap memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan objektivitas dalam memberikan layanan profesional. Anggota dipekerjakan oleh orang lain untuk menyiapkan laporan keuangan atau untuk melakukan audit, pajak, atau layanan konsultasi didakwa dengan tanggung jawab yang sama untuk objektivitas seperti anggota di depan umum praktek dan harus cermat dalam penerapan prinsip akuntansi yang diterima secara umum dan jujur dalam semua transaksi mereka dengan anggota di depan umum praktek.

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa semua akuntan - publik dan pribadi memilikinya tanggung jawab utama: untuk membuat pekerjaan mereka sejujur dan sejujur mungkin. Apa pun yang kurang dari itu, dengan alasan apa pun, merusak integritas dan mereka pengabdian pada tujuan profesi akuntansi. Aktivitas apa pun yang tidak etis - bahkan kegiatan hukum yang melanggar semangat kode - dilarang.

Prinsip V – Kehati-hatian Seorang anggota harus mematuhi standar teknis dan etika profesi, berjuang terus meningkatkan kompetensi dan kualitas layanan, dan pemecatan tanggung jawab profesional untuk yang terbaik dari kemampuan anggota.

Prinsip kehati-hatian menetapkan standar yang sangat tinggi bagi akuntan. Interpretasi prinsip mengidentifikasi "pencarian keunggulan" sebagai "esensi." perawatan karena. Keunggulan itu membutuhkan kompetensi dan ketekunan. Itu akuntan harus melakukan yang terbaik dari kemampuannya dengan “kepedulian terhadap yang terbaik kepentingan orang-orang yang layanannya dilakukan dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.

Akuntan mencapai kompetensi melalui pendidikan dan pengalaman. Pertama, mereka harus mempelajari tubuh pengetahuan akuntansi yang umum. Untuk memelihara fasilitas dan ketajaman tingkat tinggi, mereka harus melengkapi pengetahuan ini dengan komitmen berkelanjutan untuk peningkatan profesional. Karena kehati-hatian lebih lanjut meminta bahwa ketika akuntan mengakui keterbatasan kompetensi mereka, mereka berkonsultasi dengan orang lain atau merujuk klien ke orang lain yang memiliki persyaratan kompetensi. "Setiap anggota bertanggung jawab," sesuai dengan kode, "untuk menilai kompetensinya sendiri - mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman, dan penilaian memadai untuk tanggung jawab yang harus dipikul. Ketekunan, yang “memaksakan tanggung jawab untuk memberikan layanan dengan segera dan dengan hati-hati, teliti, dan memperhatikan teknis dan etika yang berlaku standar, adalah aspek lain dari kehati-hatian. Agar cepat, hati-hati, dan karenanya mengharuskan seorang akuntan “merencanakan dan mengawasi secara memadai setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, perencanaan menjadi berantakan yang mengarah pada layanan yang kurang kompeten kepada klien dapat dikategorikan sebagai perilaku tidak etis - meskipun beberapa akuntan mungkin tidak setuju bahwa kecerobohan dapat dianggap sebagai dimensi etis. Prinsip VI – Ruang Lingkup dan Sifat Jasa Seorang anggota dalam praktik publik harus mematuhi Prinsip-prinsip Kode Etik Perilaku Profesional dalam menentukan ruang lingkup dan sifat layanan yang akan disediakan

Prinsip

ini

mengikat

semua

prinsip

bersama.

Dimulai

dengan

profesionalisme:

“Aspek kepentingan publik dari layanan akuntan publik bersertifikat membutuhkan bahwa layanan tersebut konsisten dengan perilaku profesional yang dapat diterima untuk akuntan publik tertentu. Integritas membutuhkan layanan itu dan kepercayaan publik tidak tunduk pada keuntungan dan keuntungan pribadi. Prinsipnya juga menyatakan, “Objektivitas dan kemandirian mengharuskan anggota bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional. Karena perawatan membutuhkan bahwa layanan diberikan kompetensi dan ketekunan.

Seorang anggota harus memutuskan dalam keadaan apa untuk menyediakan layanan spesifik dengan mempertimbangkan masing-masing dari enam prinsip. Kode tersebut mencatat, “Dalam beberapa kasus, mereka mungkin mewakili kendala keseluruhan pada layanan nonaudit yang mungkin ditawarkan kepada klien tertentu. Tidak ada aturan keras dan cepat yang dapat dikembangkan untuk membantu anggota mencapai penilaian ini, tetapi mereka harus puas bahwa merekavbertemu semangat Prinsip dalam hal ini. Dengan kata lain, praktisi yang bijaksana harus menerapkan prinsip ruang lingkup dan sifat layanan dalam semangat keadilan. Untuk mencapai ini, kode panggilan untuk anggota AICPA untuk melakukan hal berikut: • Berlatih di perusahaan yang memiliki prosedur pengendalian kualitas internal memastikan bahwa layanan disampaikan secara kompeten dan diawasi secara memadai. • Menentukan, dalam penilaian masing-masing, apakah ruang lingkup dan sifat dari layanan lain yang diberikan kepada klien audit akan menciptakan konflik kepentingan dalam kinerja fungsi audit untuk klien itu. • Menilai, dalam penilaian masing-masing, apakah suatu kegiatan konsisten dengan peran mereka sebagai profesional.

Implikasi praktis dari ini adalah monumental. Itu artinya anggota tidak boleh berpraktik di perusahaan yang tidak memiliki prosedur pengawasan mutu internasional yang diawasi secara memadai untuk layanan yang kompeten. Anggota juga harus mengetahui dan menentukan layanan apa yang akan dibuat klien untuk bunga menarik. Akhirnya, anggota harus menilai kesesuaian kegiatan mereka terhadap apa yang akan dilakukan oleh profesional

sejati.

Kritik terhadap Pedoman Perilaku Prinsip-prinsip kode, yang diambil secara keseluruhan, menetapkan kerangka kerja untuk pendekatan etis akuntan terhadap profesi akuntansi. Namun, kritik mengatakan, bahwa prinsip-prinsip tersebut setidaknya memiliki dua kekurangan: (1) mereka terlalu luas dan amorf; dan (2) mereka tidak memiliki sanksi. Prinsip pertama, misalnya, mengatakan, “Dalam melaksanakan tanggung jawab mereka sebagai profesional, anggota [AICPA] harus melakukan penilaian profesional dan moral yang sensitif

dalam

semua

kegiatan

mereka.

“Pernyataan

itu

juga

luas, kritik berpendapat, karena tidak ada yang bertindak sebagai CPA dalam semua kegiatan, dan terlalu amorf karena tidak secara spesifik mendefinisikan profesional “sensitif” penilaian. Namun, jawabannya adalah bahwa bahasa selalu bersifat umum dan masuk perlu interpretasi dan aturan dan interpretasi prinsip-prinsip kode mengatasi masalah kota yang kurang spesifik. Lebih lanjut, prinsip dimaksudkan untuk menjadi inspirasional; aturan dimaksudkan untuk menjadi konkret.

Kelemahan kedua untuk kode, secara keseluruhan, adalah bahwa mereka jarang ditegakkan. Dan kode tanpa penegakan mungkin lebih buruk daripada tidak ada kode sama sekali. Untuk mengurangi Kekurangan ini dalam kode akuntansi, Sarbanes - Oxley Act, di samping mendirikan Dewan Pengawasan Akuntansi

Perusahaan Publik, memberikan SEC

kekuatan yang lebih besar untuk menegakkan standar. (Kami akan memeriksa masalah ini lebih lengkap dalam bab selanjutnya.

Namun demikian, terlepas dari kekurangan ini, kode etik sangat luar biasa penting dalam menetapkan standar profesional. Aturan spesifik dapat dihapus setiap ketidakjelasan dalam prinsip kode. Bab 6 membahas aturan AICPA itu mengklarifikasi prinsip-prinsip dalam kode perilaku profesionalnya.

Related Documents

Etbis Bab 1
August 2019 49
Etbis Bab 6.docx
December 2019 33
Etbis Bab 5&6.docx
October 2019 35

More Documents from "Rena ervina br ketaren"