Revisi Jiwa.docx

  • Uploaded by: Rani Rahayu M
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Revisi Jiwa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,535
  • Pages: 22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Kehilangan dan dukacita adalah hal yang esensial dan normal dalam kehidupan manusia. Membiarkan pergi, melepaskan, dan terus melangkah terjadi ketika individu menjalani tahap pertumbuhan dan perkembangan normal. Dengan mengucapkan “selamat tinggal” kepada tempat, orang, impian, dan benda-benda yang disayangi, misalnya selimut atau mainan favorit, guru sekolah dasar, atau harapan ketika remaja untuk menjadi bintang music rok yang terkenal, adalah contoh kehilangan yang penting yang terjadi selama pertumbuhan. Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam kontekskultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian

1

B. Rumusan Masalah 1. Apa itu kehilangan atau berduka ? 2. Apa saja tipe kehilangan ? 3. Apa saja jenis kehilangan ? 4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan atau berduka ? C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah: 1. Tujuan umum a. Mengetahui konsep kehilangan dan berduka. b. Mengetahui asuhan keperawatan pada kehilangan dan berduka disfungsional 2. Tujuan khusus a. Mengetahui jenis-jenis kehilangan. b. Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka. c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan

2

BAB II KEHILANGAN/BERDUKA A. Kehilangan 1. Definisi Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali. Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung: a.

Arti dari kehilangan

b.

Sosial budaya

c.

Kepercayaan / spiritual

d.

Peran seks

e.

Status social ekonomi

f.

kondisi fisik dan psikologi individu

2. Tipe Kehilangan Tipe kehilangan ialah menggunakan hierarki kebutuhan manusia menurut maslow(1954), tindakan manusia dimotivasi oleh hierarki kebutuhan, contoh kehilangan yang relevan dengan kebutuhan spesifik manusia yang diindentifikasi dalam hirearki maslow antara lain :

3

a.

Kehilangan fisiologi kehilangan pertukaran yang adekuat, kehilangan fungsi pancreas yang adekuat, kehilangan sesuatu ekstremitas, dan gejala atau kondisi somatic lain yang menandakan kehilangan fisiologis.

b.

Kehilangan keselamatan kehilangan lingkungan yang aman, seperti kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan public, dapat menjadi titik awal dalam proses dukacita yang panjang misalnya, sindrom stress pasca trauma. Terungkapnya rahasia dalam hubungan profesional dapat dianggap sebagai suatu kehilangan keselamatan psikologi sekunder akibat hilangnya rasa percaya antara klien dengan pemberi perawatan.

c.

Kehilangan keamanan dan rasa memiliki Kehilangan terjadi ketika hubungan berubah akibat kelahiran, pernikahan, perceraian, sakit, dan kematian. Ketika makna suatu hubungan berubah maka peran dalam keluarga atau kelompok akan hilang.

d.

Kehilangan harga diri Kebutuhan harga diri terancam atau dianggap sebagai kehilangan setiap kali terjadi perubahan cara menghargai individu dalam pekerjaan dan perubahan hubungan. Rasa harga diri individu dapat tertantang atau dialami sebagai suatu kehilangan ketika persepsi tentang diri sendiri berubah.

e.

Kehilangan aktualisasi diri Tujuan pribadi dengan potensi individu dapat terancam atau hilang ketika krisis internal atau eksternal mengahalangi atau menghambat upaya pencapaian tujuan dan potensi tersebut (parkes,1998).

3. Jenis Jenis Kehilangan Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu: a.

Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai. Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan

4

ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi. b.

Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.

c.

Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama, perhiasan, uang atau pekerjaan.

d.

Kehilangan lingkungan yang sangat dikenalKehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasukdari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen misalnya : pindah ke kota lain maka akan memiliki tetangga baru dan penyesuaian yang baru.

e.

Kehilangan kehidupan/ meninggal. Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya, sebagian orang berespon berbeda terhadap kematian.

4. Rentang Respon Emosional a. Fase penyangkalan (Denial) Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan " Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi", " Itu tidak mungkin". Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase penginkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, tidak tahu berbuat apa.

5

Reaksi tersebut cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun. b. Fase marah (Anger) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang orang tertentu atau ditujukan kepada dririnya sendiri. Tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus. Respon fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal c. Fase tawar- menawar (Bergaining) Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata " Kalau saja kejadian ini bisa ditunda maka saya yang akan sering berdoa" Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataan sebagai berikut sering dijumpai "Kalau saja yang sakit bukan anak saya". d. Fase depresia. Individu pada fase ini sering menunujukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan

menurut,

atau

dengan

ungkapan-ungkapan

yang

menyatakan

keputusasaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun. e. Fase Penerimaan (Acceptance) Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu terpusat kepada objek atau orang hilang akan mulai berkurang atau hilang, individu telah menerima kenyataan dialaminya, gambaran tentang objek yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatian beralih pada objek yang baru.

6

B. Berduka 1. Definisi Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,atau kesalahan/kekacauan

2. Teori dari proses berduka Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya.

Peran

perawat

adalah

untuk

mendapatkan

gambaran

tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati. a. Teori Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun. b. Teori Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori : 1) Penghindaran Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.

7

2) Konfrontasi Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut. 3) Akomodasi Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

3. Tahap berduka PARKES (1986) dan PARKES ET AL (1991) a. Mati rasa dan meningkari. Orang yang baru saja mengalami kehilangan akan merasa tidak nyata, penghentian waktu, segera setelah kematian orang yang penting dalam kehidupan mereka. Perasaan ini digambarkan sebagai “mati rasa”. Ada kecenderungan untuk mengingkari kejadian dan keyakinan bahwa semuanya hanyalah mimpi buruk. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai bermingguminggu. b. Kerinduan atau Pining Fase ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal. Hal ini dinyatakan dalam mimpi orang yang kehilangan, dan orang yang sering kalil menyatakan meluhat orang yang sudah meninggal dalam keramaian. c. Putus asa dan depresi Jika orang yang kehilangan akhirnya menyadari kenyataan tentang kematian, ada perasaan putus asa yang hebat dan kadang terjadi depresi. Periode ini adalah saat individu mengalami disorganisasi dalam batas tertentu dan merasa bahwa mereka tidak mampu melakukan tugas yang dimasa lalu dilakukan dengan sedikit kesulitan. d. Penyembuhan dan reorganiosasi. Pada titik tertentu kebanyakan individu yang kehilangan menyadari bahwa hidup mereka harus berlanjut dan mereka harus mencari makna baru dari keberadaan mereka.

8

Tidak semua orang dapat melampaui tahap - tahap tersebut dengan baik, dapat saja terjadi, ketidakmampuan menggunakan adaptasi dan timbul bentuk-bentuk reaksi lain. Jangka waktu periode tahap tersebut juga sangat individual. Penerimaan suatu prognosa penyakit terminal memang berat bagi setiap individu. Ini merupakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan pada individu tersebut. Dari ancaman tersebut timbul suatu rentang respon cemas pada individu, cemas dapat dipandang suatu keadaan ketidakseimbangan atau ketegangan yang cepat mengusahakan koping. Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat digambarkan dalam suatu rentang yaitu harapan, ketidakpastian dan putus asa.

9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Faktor predisposisi a. Genetik Individu yang salah satu anggota keluarga memiliki riwayat depresi akan lebih sulit dalam bersikap optimis saat mengahadapi kehilangan. b. Kesehatan fisik Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup teratur memiliki kemampuan yang baik dalam menghadapi stress dibanding individu yang mengalami gangguan fisik. c. Kesehatan mental Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap suatu kehilangan dan beresiko untuk kambuh. d. Pengalam kehilangan sebelumnya Kehilangan dan perpisahan dengan orang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan dimasa dewasa. 2. Faktor presipitasi Faktor yang memunculkan rasa kehilangan adalah perasaan stress nyata atau imajinasi individu dan kehilangan yang bersifat biopsikososial, seperti kondisi sakit, kehilangan fungsi seksual, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, dan kehilangan posisi di masyarakat. 3. Tanda dan gejala Berduka yang disebutkan diatas sebagai respon kehilangan, memiliki karakteristik sebagai berikut a. Berduka menunjukan suatu reaksi syok dan ketidak yakinan b. Berduka menunjukan perasaan sedih dan hampa bila mengingat kembali kejadian kehilangan c. Berduka menunjukan perasaan tidak nyaman, sering disertai dengan menangis, keluhan sesak pad dada, tercekik, dan nafas pendek. d. Mengenang orang yang telah pergi secara terus-menerus.

10

e. Mengalami persaan berduka. f. Mudah tersinggung dan marah. 4. Dimensi (respon) dan gejala klien yang berduka Videbeck 2008 menyatakan bahwa perilaku dan respon dalam berduka mencakup respon kognitif, emosional, spiritual, psiologis, dan perilaku. a. Kognitif 1) Klien menemukan makna dalam kehilangan 2) Gangguan asumsi dan keyakinan 3) Memelihara hubungan dengan almarhum 4) Percaya pada kehidupan akhirat dan orang-orang yang meninggal seolah-olah adalah pemimpin. b. Emosional 1) Perasaan mati rasa 2) Marah, sedih, cemas. 3) Kebencian 4) Merasa bersalah/ Menyalahkan 5) Emosi yang berubah-ubah 6) Penderitaan dan kesepian yang berat. 7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau suatu benda yang hilang 8) Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi dan keputus asaan 9) Saat fase reorganisasi muncul rasa mandiri dan percaya diri c.

Fisiologis 1) Sakit kepala, gangguan pola tidur (insomnia) 2) Gangguan nafsu makan, berat badan turun 3) Tidak bertenaga 4) Palpitasi gangguan pencernaan 5) Gangguan fungsi neuroendokrin 6) Perubahan fungsi imun

d.

Spiritual 1) Kecewa atau marah kepada tuhan. 2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan.

11

3) Kehilangan harapan, kehilangan makna. 4) Merasa terluka e.

Perilaku 1) Menangis terisak, menangis tak terkendali. 2) Melakukan fungsi secara otomatis. 3) Sangat gelisah perilaku mencari. 4) Iritabilitas dan sikap bermusuhan. 5) Mencari dan menghindari tempat dan aktifitas yang pernah dilakukan bersama orang yang sudah meninggal. 6) Menyimpan benda berharga milik orang yang telah meninggal, padahal ingin membuangnya. 7) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alcohol. 8) Kemungkinan melakukan gestur atau upaya bunuh diri atau pembunuhan. 9) Mencari aktifitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi. 10) Klien mempertahankan hubungan dengan almarhum atau almarhumah.

5. Mekanisme koping Adapun mekanisme koping untuk kehilangan antara lain : a. Denial (penyangkalan) b. Regresi c. Intelektualisasi/rasionalisasi d. Supresi e. Proyeksi B. Diagnosa 1. Dukacita 2. gangguan pengelolaan mood 3. Isolasi Sosial

12

C. Intervensi No

1

Nursing Outcomes Classification

Nursing Interventions Classification

(NOC)

(NIC)

Setelah

tindakan 

dilakukan

Dengarkan pasien dengan penuh

keperawatan selama 2x8 jam klien

perhatian, jangan menghukum atau

dapat melalui proses berduka secara

menghakimi

normal dan sehat dengan kriteria 

Beri

hasil :

memegang tangan, menepuk bahu



Klien dapat mengekspresikan 

Tingkatkan kesadaran pasien secara

perasaan kehilangan

bertahap

Klien tidak menyalahkan diri 

Bantu

sendiri

dukungan

 

Klien

dapat

menerima

dukungan

pasien

nonverbal

:

mengidentifikasi

positif

yang

terkait

dengan kenyataan

kehilangan yang dialaminya 2

Setelah

tindakan 

dilakukan

Beri suasana tenang

keperawatan selama 2x8 jam klien 

Bina hubungan saling percaya

dapat

antara perawat dan klien

meningkatkan

control,

tanggungjawab dan kesadaran diri 

Dorong

dengan kriteria hasil :

mengekspresikan pengalaman yang



menyakitkan dan menyedihkan

Klien dapat mengekspresikan mingingkari, 

perasaan ketidakberdayaan,

putus

asa,



aspek positif

untuk

yang

dimiliki klien 

marah dann rasa bersalah

Identifikasi

klien

Dorong klien menilai persepsi,

Dapat meningkatkan pengertian

logika, rasional

tentang respon mal adaptif dan  mengembangkan koping yang

Bimbing klien untuk melakukan

adaptif

Bimbing klien untuk melakukan



teknik nafas dalam

ibadah 3

Setelah

dilakukan

tindakan 

keperawatan 2x8 jam klien mampu

13

Dorong klien untuk menyebutkan penyebab menarik diri

menyebutkan penyebab menarik diri 

Diskusikan bersama klien tentang

dengan kriteria hasil :

keuntungan





Klien

dapat

menyebutkan

orang lain. Diskuksikan bersama klien tentang

orang lain

kerugian berinteraksi dengan orang

Klien

dapat

menyebutkan

berinteraksi

dengan 

orang lain



dengan

keuntungan berinteraksi dengan 

kerugian 

berinteraksi

Klien

lain. Ajarkan

klien

cara

berkenalan

dengan satu orang. mengetahui

cara 

Masukkan kegiatan berbincang –

berkenalan dengan satu orang

bincang dengan orang lain dalam

Klien

kegiatan harian.

dapat

memasukkan

kegiatan berbincang – bincang 

Lakukan terapi kognitif dan terapi

dengan

sosialisasi

orang

lain

dalam

kegiatan harian

D. Implementasi Implementasi

merupakan

tahap

proses

keperawatan

dimana

perawat

memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien (Potter & Perry. 2009) Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi. 2012) E. Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses yang berkesinambungan. Untuk menjadi efektif evaluasi perlu didasarkan pada kriteria yang dapat diukur yang mencerminkan hasil akhir perawatan yang diharapkan. Pasien kehilangan/berduka diharapkan : 1. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan dengan tiap-tiap tahap. 2. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur. 3. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosin-emosi dan perilaku-perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melak sanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri

14

BAB IV ROLEPLAY PSIKOSOSIAL KEHILANGAN/BERDUKA Di sebuah desa dikota Cianjur ada sepasang suami istri yang baru 6 bulan menikah, sang suami bernama Azka dan sang istri bernama Fitri . Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila Azka sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Fitri baru saja di ketahui positif hamil. Azka dan Fitri pun sangat senang dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu. Fitri pun tidak boleh bekerja apa pun dirumah, pekerjaan rumah sementara waktu dikerjakan oleh pembantu mereka. Setelah dua minggu mengambil cuti Azka pun kembali bekerja, dia bekerja di sebuah perusahaan dan tempat kerja dengan rumah barunya pun lumayan jauh. Suatu hari di teras rumah.. Azka

: sayang abang berangkat kerja dulu ya.. sayang hati-hati dirumah, kalau ada apa-apa segera telpon abang ya.. istirahat aja jangan capek-capek..

Fitri

: iya abang.. abang juga hati-hati ya.. cepat pulang loh.. (dengan nada manja)

Azka

: iya sayang... (sambil mencubit hidung istrinya)

Fitri

: daa abang...

Setelah itu pun Fitri masuk kembali ke dalam rumah. Sementara itu Azka yang sedang diperjalanan terus terbayang wajah sang istri.. ketika Azka sampai di kantor.. Nida

: woii... azka.. apa kabar..

Azka

: baik Nid..

Nida

: gimana honeymoon nya?

Azka

: sukses donk.. tunggu aja pemberitahuan selanjutnya (sambil main mata)

Nida

: hahaha ok.. selamat bekerja kembali yaa..

Azka

: ok..

Setelah jam kerja usai, Azka bergegas siap-siap dan pulang, yang dipikirkan sedang apa istrinya dirumah.. karena terlalu gembira dan ingin cepat sampai dirumah, Azka kurang hati-hati dalam mengendarai mobilnya, dan dia mengalami kecelakaan tabrakan dengan mobil.. dan oleh warga sekitar Azka dilarikan kerumah sakit terdekat. Sementara itu dirumah.. Prannnggggg....... gelas yang dipegang Fitri jatuh dan pecah.

15

Fitri

: duh ada apa ini, kok perasaan ku gak enak gini (dengan nada khawatir).

Tidak lama kemudian... kringgggggggg... telpon rumah berbunyi, dan Fitri pun bergegas mengangkat telpon itu.. Fitri

: halo.. dengan siapa ini?

RS

: selamat malam ibu.. benar ini dengan ibu Fitri, istri bapak Azka?

Fitri

: ya benar.. ada yang bisa saya bantu?

RS

: begini bu, suami ibu sekarang lagi dirawat dirumah sakit

Fitri

: masya allah... (sambil menangis).. di Rumah sakit mana ini??

RS

: Rumah sakit umum Cianjur

Fitri

: ya.. ya. Saya akan segera kesana (masih sambil menangis dan gugup)

Kemudian Ningrum menghubungi mamanya.. Fitri

: halo ma...

Mama

: halo Fitri... kamu kenapa? Kenapa menangis?

Fitri

: bang Azka kecelakaan ma, sekarang lagi di rumah sakit umum cianjur

Mama

: masya allahh... Fitri.. halo.. haloo.. nak... Fitri kamu tunggu disitu ya, mama segera kerumah kamu, nanti kita berangkat sama-sama, jangan kamu pergi sendiri keadaan kamu tidak memungkinkan.. tunggu mama..

Fitri

: iya ma..

Kemudian telpon pun terputus.. sesaat kemudian, mama Fitri sudah sampai dan langsung masuk.. Mama

: Fit...Fitri..

Fitri

: ya ma.. (dengan badan yang lemas)

Mama

: ayo kita berangkat (sambil menuntun Fitri yang tampak syok berat)

Ketika tiba dirumah sakit umum cianjur.. Mama Fitri, dan Fitri segera menanyakan kepada petugas disitu diruang mana Azka dirawat.. ketika sampai didepan kamar Azka, keluar seorang dokter. Kemudian dokter itu memanggil salah seorang keluarganya untuk ikut keruangan dokter tersebut, dan yang ikut adalah mama Fitri. Sementara itu Fitri menunggu didepan kamar suaminya. Sementara itu diruangan dokter.. Mama

: bagaimana dok keadaan menantu saya?

Dokter

: keadaannya kritis bu.. pasien banyak kehilangan darah.. kemungkinan untuk hidupnya sangat tipis..

Mama

: dok tolong selamatkan menantu saya dok, apapun itu caranya.. tolong

16

Dokter

: pasti bu.. kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk menantu ibu.. ibu bantu doa saja ya..

Mama

: iya dok..

kemudian mama Fitri pun kembali ke tempat .. Fitri

: ma.. bagaimana keadaan bang Azka ma?

Mama

: bang Azka baik-baik aja sayang, (sambil menahan air mata)

Ketika pagi hari mama Fitri terbangun karena ada suara langkah kaki masuk kekamar Azka, dilihatnya putrinya tertidur di bahunya.. ketika dokter keluar.. Dokter

: ibu maaf.. ibu mohon yang sabar ya.. bapak Azka sudah meninggal kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi tetap yang di atas berkehendak lain..

Mama

: inalillahi wa inailaihirojiun... Fitri... Fit bangun nak..

Fitri

: ya ma... ada apa ma.. bang Azka siuman?

Mama

: sabar ya nak.. yang tabah..

Seketika Fitri langsung tak sadarkan diri, dia syok berat mendapati sang suami yang telah pergi meninggal dunia.. dan ketika Fitri siuman , dia sudah mendapati dirinya berada dikamarnya, namun seketika ingat akan suaminya dia histeris.. Fitri

: bang Azkaaaaaa..... (menangis histeris sambil berteriak-teriak).. bang...

Kemudian mama dan papanya Fitri pun masuk. Mama

: sabar nak... sabar.. tenangkan hatimu..

Fitri

: maa... bang Azka udah pulang kerja kan ma? Dimana dia ma? Mama...

Mama

: (sambil menangis).. nak tabahkanlah hatimu.. Azka sudah pergi meniggalkan kita sayang..

Fitri

: gak mungkin maa.. bang Azka tadi pagi pamitan berangkat kerja kok sama Fitri..

Kemudian sang mama pun memapah Fitri keruang tamu yang sudah ramai oleh tetangga dan sanak keluarga yang bertakjiah. Namun seketika itu juga Fitri kembali pingsan. Setelah proses pemakaman selesai keluarga Fitri dan Azka pun berunding, bagaimana kalau sebaiknya Fitri ini diboyong kerumah mamanya saja, bagaimana pun Fitri tengah hamil muda dan jiwanya sedang tergoncang. Selama 3 minggu peninggalan suaminya fitri menjadi sosok wanita pendiam dan mengurung diri di dalam kamar, kadang menangis, marah, sedikit berhalusinasi dan tidak berinteraksi dengan yang lainnya. Sang

17

mama khawatir akan kondisi fitri dan janin yang tengah dikandungnya memutuskan untuk memeriksakan keadaan fitri ke bagian psikologi. Perawat

: hallo assalamualaikum, ini fitri ya? Saya suster nina

Fitri

: (menatap dengan tatapan kosong dan hanya berdiam diri)

Perawat

: boleh ga kalo suster ngobrol dengan fitri ?

Fitri

: boleh

Perawat

: fitri mau ngobrol dimana?

Fitri

: disini aja

Perawat

: oh yasudah, gakan lama kok Cuma 15 menit aja ya

Fitri

: iya

Perawat

: fitri coba ceritain sama suster, apa sih yang fitri rasain sekarang?

Fitri

: fitri sedih sus, suami fitri belum pulang pulang, masih kerja dan kerjanya lamaaaaa banget..

Perawat

: fitri... suami fitri sudah meninggal, fitri harus sabar dan iklasin

Fitri

: ah suster bohong, suami saya masih kerja dan belum pulang sus

Perawat

: suster ngerti apa yang fitri rasain, tapi fitri harus ingat akan satu hal fitri gaboleh diam terus dikamar ya kasian dede bayi yang lagi dikandung fitri..

fitri

: (diam tanpa berespon)

perawat

: oh iya besok suster mau ngobrol-ngobrol lagi ya sama fitri, fitri mau jam berapa?

Fitri

: jam 10 aja

Perawat

: oh baiklah besok suster kesini lagi ya, sekarang suster pulang dulu.

Keesokan harinya..... Perawat

: hallo assalamualaikum.. fitri ini sama suster nina yang kemarin ngobrol sama fitri, gimana fitri udah siap belum buat bicara lagi sama suster?

Fitri

: iya sus..

Perawat

: fitri..apa yang fitri rasain hari ini?

Fitri

: fitri kesel sus, bang azka kok ga pulang-pulang ya.. di telpon ga diangkat terus, apa ada rapat ya dikantornya?

Perawat

: fitri dengerin suster ya, bang azka sudah tidak ada disini lagi

Fitri

: ah udah sus jangan bilang itu

18

Perawat

: yasudah, suster punya cara untuk mengurangi rasa kesal fitri, fitri mau ya ikutin suster. Fitri tarik nafas dalam... kemudian keluarkan... sekali lagi..(perawat mengajari teknik relaksasi) gimana? Sudah enakan?

Fitri

: (ngangguk)

Tiba tiba fitri menangis sangat kencang, suster mencoba meredakan tangisannya dengan menyentuh bagian punggung dan mengusapnya.. Perawat

: fitri tenang ya, supaya fitri tenang yuk kita samasama ambil air wudhu kita sholat dan berdoa agar hati fitri tenang..

Fitri

: (mengikuti perawat)

Perawat

: nah fitri ketika perasaan fitri ga enak dan ga tenang, fitri bisa ngelakuin hal yang sama kaya tadi ya..

Fitri

: iya sus..

Perawat

: hari ini kita sampai sini dulu besok suster kesini lagi ya buat ngobrol lagi sama fitri..

Fitri

: boleh sus..

Hari ketiga ... Perawat

: assalamualaikum fitri.. sesuai janji kita kemarin kita akan berbincang bincang lagi ya selama 15 menit..

Fitri

: iya sus...

Perawat

: silahkan katakan apa saja yang mau fitri ceritain..

Fitri

: coba aja waktu itu fitri ga nyuruh mas azka pulang cepet, pasti sekarang mas azka masih ada disini sama fitri, nemenin fitri main, jalan-jalan...ini semua salah fitri sus...

Perawat

: fitri... fitri gaboleh nyalahin diri sendiri, kita semua gatau akan takdir yang akan menimpa kita, hanya Allah yang tau dan ini mungkin sudah takdir untuk kita teriima dengan ikhlas dan sabar.. yang harus kita lakuin sekarang itu ya berdoa semoga mas azka tenang disana dan fitri yang ditinggalkan juga merasa nyaman..

Fitri

: sus.... ( menangis)

Perawat

: iya... (memeluk) fitri harus kuat, apalagi sekarang fitri sedang mengandung buah hati bang azka.. jadi fitri gabolh terusterusan sedih dan berdiam diri dikamar seperti ini

19

Fitri

: terus apa yang harus fitri lakuin sus?

Perawat

: hmm.... fitri hobinya apa?

Fitri

: fitri suka menonton film..membaca juga , biasanya fitri suka bacain cerita seru buat bang azka dan setelah itu kita tertawa bersama

Perawat

: kalo gitu fitri bisa lakuin aktivitas yang fitri suka, daripada berdiam diri dan mengurung diri dikamar seperti ini, lebih baik fitri menonton film yang fitri suka atau membaca untuk keluarga fitri disini kan ada ibu dan ayah fitri, fitri bisa membaca cerita lucu pada mereka dan berbincang dengan mereka, bagaimanapun keluarga adalah tempat dimana kita bisa mendapatkan kenyamanan (terapi kognitif)

Fitri

: iya sus, akan fitri coba

Perawat

: mau coba sekarang?

Fitri

: boleh

Kemudian perawat memutarkan film kesukaan fitri dan menonton film bersama hingga fitri terlihat fokus dalam film dan tertawa sesekali karna terbawa suasana dan alur film yang seru.

20

BAB V PENUTUPAN A. Kesimpulan Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekuranganatau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baiks ebagian atau seluruhnya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati. Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5katagori kehilangan, yaitu: Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal. B. Saran Penulis menyarankan agar petugas kesehatan dapat berkerja profesional dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang perawat yang ideal dan bertanggung jawab. Sehingga pasien dapat merasakan kepuasan atas asuhan keperawatan yang diberikan.

21

DAFTAR PUSTAKA Fitria Nita. 2012. Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. NANDA. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi Edisi 10. Jakarta : EGC Potter dan Perry. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC Stuart dan Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC

22

Related Documents

Revisi Bkd.docx
May 2020 23
Revisi Kb.docx
October 2019 39
Revisi 1rtff
May 2020 23
Revisi Jiwa.docx
December 2019 40
Proposal Revisi
August 2019 50

More Documents from "Sovia Muspah"