(prak Kosmet) Laporan Praktikum Kosmet Milk Cleanser.docx

  • Uploaded by: Pebriana Astuti
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View (prak Kosmet) Laporan Praktikum Kosmet Milk Cleanser.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,324
  • Pages: 26
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI “Sediaan Milk Cleanser Ekstrak Kunyit (Curcuma longa L.)”

Disusun Oleh: Kelompok 3 Dewi Anggun Lestari

11161020000051

Suji Nurdiana

11161020000059

Robiah Al-adawiyah

11161020000060

Pebriana Astuti

11161020000061

Husni Ovia Wulandari

11161020000066

FARMASI C

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum kosmetologi “Sediaan Milk Cleanser” dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada para dosen pembimbing praktikum kosmetologi, rekan-rekan kelompok dan pihak lainnya yang turut berpartisipasi dalam menyelesaikan laporan praktikum kosmetologi ini. Juga untuk semua pihak yang telah memberikan sumbangsih pemikiran secara langsung maupun tidak langsung. Laporan praktikum ini disusun dari hasil praktikum yang telah kami laksanakan sebelumnya dan beberapa informasi yang kami tampung dari berbagai sudut pandang yang telah dilakukan maupun berbagai situs internet. Semoga laporan praktikum ini dapat memberi manfaat bagi kami selaku penulis dan para pembaca dapat dengan mudah memahami isi laporan ini, maka dari itu kami berharap kritik dan saran dari para pengoreksi juga pembaca yang bersifat membangun, sehingga kedepannya kami dapat menjadi lebih baik lagi dalam menyusun laporan praktikum..

Penyusun,

Ciputat, 19 Maret 2019

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .....................................................................................ii DAFTAR ISI ....................................................................................................3 BAB I ...............................................................................................................4 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................4 1.3 Tujuan ........................................................................................................4 BAB II .............................................................................................................5 LANDASAN TEORI ......................................................................................5 2.1 Dasar Teori ................................................................................................5 2.2 Deskripsi Ekstrak ......................................................................................6 2.3 Preformulasi Bahan Tambahan .................................................................7 BAB III ...........................................................................................................18 METODE KERJA ..........................................................................................18 3.1 Formula .....................................................................................................18 3.2 Perhitungan ...............................................................................................18 3.3 Alat dan Bahan ..........................................................................................19 3.4 Prosedur Kerja ..........................................................................................20 BAB IV ...........................................................................................................21 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................21 4.1 Hasil ..........................................................................................................21 4.2 Pembahasan ..............................................................................................21 BAB V ............................................................................................................24 PENUTUP.......................................................................................................24 5.1 Kesimpulan ...............................................................................................24 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................26 LAMPIRAN ....................................................................................................27

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit wajah yang putih, bersih dan sehat adalah dambaan setiap wanita. Untuk menunjang hal tersebut, para wanita banyak memakai berbagai produk kecantikan yang sering disebut dengan kosmetik. Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti pada epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar, atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM, 2003). Salah satu sediaan kosmetik yang banyak dijumpai di masyarakat adalah sediaan milk cleanser. Milk cleanser adalah suatu pembersih wajahyang dapat mengangkat kotoran yang ada pada wajah. Sediaan kosmetika ini dibuat dalam bentuk emulsi minyak dalam air (O/W). Saat ini banyak sekali tren produk kecantikan yang berasal dari bahan alam, di mana secara turun temurun telah diyakini efektivitasnya terhadap kecantikan dan kesehatan kulit wajah. Oleh karena itu, kami membuat sediaan kosmetik berupa Milk Cleanser yang terbuat dari bahan alami yaitu kunyit (Curcuma longa L.).

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja formulasi yang digunakan dalam pembuatan milk cleanser? 2. Bagaimana cara pembuatan milk cleanser? 3. Apa saja manfaat dari milk cleanser dari bahan alami? 1.3 Tujuan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan formulasi dalam pembuatan milk cleanser. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara pembuatan milk cleanser. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat milk cleanser dari bahan alami

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. (BPOM. 2003) Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud perawatan kulit agar kulit menjadi bersih dan sehat terlindung dari kekeringanan sengatan cuaca, baik panas matahari maupun dingin. Pembersihan kulit adalah tahap pertama pada setiap tindakan perawatan bahkan langkah pertama dari setiap aplikasi kosmetika lain. Pembersihan kulit dilakukan untuk mengeluarkan berbagai zat yang tidak berguna lagi yang terdapat pada permukaan kulit, minyak permukaan kulit yang, sudah tercemar kotoran, sel keratin epidermal yang sudah terlepas dan kosmetika lama yang masih menempel di permukaan kulit. Namun tindakan pembersihan tersebut bukan berarti harus membersihkan seluruh zat yang ada, karena ada zat yang tetap diperlukan untuk kulit agar kulit tetap sehat, umpamanya lapisan lemak permukaan kulit. Pada kulit yang sehat, lapisan lemak kulit akan segera dibuat lagi 15 - 30 menit setelah dibersihkan, tetapi pada orang yang kulitnya kurang sehat atau sudah menua diperlukan waktu yang lebih lama untuk membentuk kembali lapisan lemak permukaan kulityang berguna untuk perlindungan kulit secara alamiah. Pembersihan kulit dengan air saja, kurang bersih karena ada zat yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu dilakukan pembersihan dengan bahan dasar lain seperti minyak atau campuran air minyak (emulsi). Minyak merupakan bahan pembersih yang mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat membersihkan kotoran yang larut dalam minyak dan tidak menyebabkan kulit kering dan kasar. Milk Cleanser merupakan emulsi dengan komponen air lebuh banyak dibandingkan dengan minyak sehingga membentuk emulsi yang cair. Bahan utama dari milk cleanser adalah air, minyak, dan emulgator yang berfungsi mengemulsikan air dan minyak. Selain tiga bahan tersebut terdapat bahan tambahan lain yang dapat membantu meningkatakan stabilitas, efektivitas, dan performa sediaan.

5

2.2. Deskripsi Ekstrak Kunyit merupakan tanaman yang telah dikenal sejak dulu. Kunyit digunakan dalam berbagai bidang seperti kesehatan, kuliner, dan kosmetik. Kingdom

: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisi

: Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub divisi

: Angiospermae (Berbiji tertutup)

Kelas

: Monocotyledonae (Biji berkeping satu)

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Curcuma

Spesies

: Curcuma domestica VALET

Kunyit termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Susunan tubuh tanaman terdiri atas akar, rimpang, batang semu, pelepah daun, daun, tangkai bunga dan kuntum bunga Sistem perakaran tanaman kunyit termasuk akar serabut (radix adventicia) berbentuk benang (fibrosus) yang menempel pada rim pang. lebih kurang 22,50 cm, tebal rimpang muda 1,61 cm dan rimpang tua 4 cm. Tiap rumpun tanaman kunyit dapat tumbuh rimpang antara 7- 10 buah, dan anakan antara 11-15 tanaman. Kedalaman rimpang dalam tanah sekitar 16 cm, panjang akar Rimpang kunyit bercabang- cabang, dan secara keseluruhan membentuk rumpun. Bentuk rimpang sangat bervariasi, umumnya bulat panjang dan kulit rimpang muda berwarna kuning-muda serta berdaging kuning. Rimpang tua kulitnya berwarna jingga-kecoklatan dan dagingnya jingga terang agak kuning. Rasa rimpang enak dan berbau khas aromatik sedikit agak pahit serta pedas. Rimpang-rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama. Umbi utama bentuknya bervariasi antara bulat-panjang, pendek dan tebal, lurus ataupun melengkung Batang tanaman kunyit relatif pendek membentuk batang semu dari pelepah-pelepah daun yang saling menutup satu sama lain. Daun tumbuh berjumbai dengan ukuran panjang sekitar 35 cm, lebar 14 cm, berwarna hijau, dan tiap tanaman terdiri atas 9-10 helai daun. Bunga keluar dari ujung batang semu dengan panjang karangan (inflorecentia) bunga 10-15 cm serta berwarna merah. Kuntum bunga tumbuh tunggal berwarna putih-pucat atau kuning, dan mekarnya bersamaan. Daun-daun pelindung bunga berwarna putih atau putihbergaris hijau dan di ujungnya merah-jambu. Sedangkan yang terletak di bagian

6

bawah berwarna hijau-muda. Secara keseluruhan tanaman kunyit tumbuh berbentuk terna yang dapat mencapai ketinggian hingga 1 meter, merumpun selebar lebih kurang 24 cm. Kandungan zat kimia pada rimpang kunyit adalah minyak atsiri, pati, serat, dan abu. Rimpang kunyit yang dihasilkan dari dataran rendah kandungan kimianya lebih tinggi daripada rimpang kunyit dari dataran tinggi (seperti disajikan pada Tabel). Kandungan Zat

Kp. Cimanggu Bogor

Kp. Manoko Lembang

(dari bobot kering)

(240 m dpl)

(1200 m dpl)

Kadar minyak atsiri (%)

1,8100

1,4600

Kadar pati (%)

55,0300

47,8100

Kadar serat (%)

3,4400

2,8700

Kadar abu (%)

6,4700

7,5200

Indeks bias

1,5030

1,5086

Bobot jenis

0,9300

0,9465

Warna minyak

Kuning

Kuning

Komponen utama yang terpenting dalam rimpang kunyit adalah "kurkuminoid" dan minyak atsiri. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) bahwa kandungan kurkumin rimpang kunyit rata - rata 10,92 % Kandungan kurkuminoid terdiri atas senyawa kurkumin dan ke turunannya, yang mempunyai aktivitas biologis berspektrum luas, di antaranya antibakteri, antioksidan, dan antihepatotoksik. Kurkumin yang terkandung dalam kunyit dapat membantu mempercepat re-epitelisasi, poliferasi sel, dan sintesis kolagen.

2.3. Preformulasi Bahan Tambahan Parafin Liquid Nama senyawa

BP: Liquid Paraffin JP: Liquid Paraffin PhEur: Paraffin, Liquid USP: Mineral Oi (Raymond, 2009) 7

Pemerian

cairan berminyak, jernih, tidak berwarna bebas atau praktis bebas dari fluoresensi. Dalam keadaan dingin tidak berbau, tidak berasa dan jika dipanaskan berbau minyak tanah lemah. ( KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,1995)

Kelarutan

Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam minyak menguap, dapat bercampur dengan minyak lemak; tidak bercampur dengan minyak jarak.( KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,1995) Minyak mineral mengalami oksidasi saat terkena panas dan cahaya. Oksidasi dimulai dengan pembentukan peroksida, yang menunjukkan 'periode induksi'. Dalam kondisi biasa, periode induksi bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Namun, sekali jejak peroksida terbentuk, oksidasi lebih lanjut adalah autokatalitik dan berlangsung sangat cepat. Oksidasi menghasilkan pembentukan aldehida dan asam organik, yang memberi rasa dan bau. Stabilisator dapat ditambahkan untuk menghambat oksidasi; hydroxyanisole butylated, butylated hydroxytoluene, dan alpha tocopherol adalah antioksidan yang paling umum digunakan.  Minyak mineral dapat disterilisasi dengan panas kering  Minyak mineral harus disimpan dalam wadah kedap udara, dilindungi dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. (Raymond C Rowe, 2009)

Stabilitas

Inkompatibilitas

Inkompatibel dengan oksidator kuat. (Raymond C Rowe, 2009)

Fungsi

Emollient; lubricant; oleaginous vehicle; solvent; vaccine adjuvant. (Raymond C Rowe, 2009)

Propilen Glikol Nama senyawa

1,2-propanadiol (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014)

8

Struktur molekul

C3H8O2.

(Pubchem, National Center for Biotechnology Information, 2018)

Berat molekul

76,09 g/mol. ((Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014))

Pemerian

Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab ((Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014))

Kelarutan

Dapat percampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial, tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014)

Titik leleh

-59°C. (Raymond C Rowe, 2006)

Keasaman

pKa: 14,9 (Pubchem, National Center for Biotechnology, 2018)

Stabilitas

Inkompatibilitas

Stabil pada suhu dingin dengan wadah tertutup, jika pada suhu tinggi dan dengan wadah terbuka propilen glikol cenderung mengoksidasi sehingga dapat menghasilkan produk seperti asam laktat. Propilen glikol stabil secara kimia bila dicampur dengan etanol (95%), gliserin atau air. Propylene glycol bersifat hygroscopsc dan sebaiknya disimpan di wadah tertutup, terhindar dari cahaya, dalam tempat yang dingin dan kering. (Raymond C Rowe, 2006) Propilen glikol tidak dapat digunakan bersamaan dengan reagen pengoksidasi seperti kalium permanganate. (Raymond C Rowe, 2006)

9

Fungsi

Sebagai pelarut dalam konsentrasi 10-25%, pengawet dalam konsentrasi 15-30%. (Raymond C Rowe. 2006)

Asam Stearat Nama senyawa

Stearic acid, acidum stearicum, cetylacetic acid (Raymond C Rowe. 2009)

Struktur molekul

Berat molekul Pemerian Kelarutan

Titik leleh Stabilitas

Inkompatibilitas

Fungsi

(Raymond C Rowe. 2009) 284.47 g/mol (Raymond C Rowe. 2009) keras, putih atau agak kuning muda, mengkilap, Kristal putih atau putih kekuningan Bebas larut dalam benzene, karbon tetraklorida, eter, dan kloroform. Larut dalam etanol 95%, hexane, dan propylene glycol, dan praktis tidak larut dalam air (Raymond C Rowe. 2009) 69-70°C (Raymond C Rowe. 2009) Bahan yang stabil, dapat ditambahkan antioksidan. Dalam jumlah besar harus disimpan dalam wadah tertutup dan dalam keadaan sejuk dan kering. (Raymond C Rowe. 2009) Tidak kompatibel dengan sebagian besar logam hidroksida dan mungkin tidka kompatibel dengan basa, zat pereduksi, dan zat pengoksidasi. (Raymond C Rowe. 2009) pengemulsi, pelarut (Raymond C Rowe. 2009)

Setil Alkohol Nama senyawa

Cetyl Alcohol (Raymond C Rowe. 2009)

Struktur molekul

C16H34O

10

Berat molekul

(Raymond C Rowe. 2009) 242.44 (Raymond C Rowe. 2009)

Pemerian

waxy, serpihan putih, granul, kubus, rasa lunak dan bau khas (Raymond C Rowe. 2009)

Kelarutan

sangat larut dalam kloroform, etanol, (95%) dan air, praktis tidak larut dalam eter (Raymond C Rowe. 2009) 45–52 0C; 49 0C for pure material. (Raymond C Rowe. 2009) pKa: 16.20

Titik leleh Keasaman Stabilitas

Alkohol setil stabil dlm asam, alkali, cahaya, dan udara; tidak menjadi tengik. harus disimpan dalam wadah tertutup dengan baik di tempat yang dingin, kering. (Raymond C Rowe. 2009)

Inkompatibilitas

Tidak kompatibel dengan agen oksidasi yang kuat. Setil alkohol bertanggung jawab untuk penurunan titik lebur ibuprofen, yang mengakibatkan menempel kecenderungan selama proses pelapisan kristal film ibuprofen (Raymond C Rowe. 2009)

Fungsi

Coating agent; emulsifying agent; stiffening agent (Raymond C Rowe. 2009)

TEA Nama senyawa

Triethanolamine (Raymond C Rowe. 2009)

11

Struktur molekul

Berat molekul Pemerian Kelarutan

Titik leleh Keasaman

Stabilitas

Inkompatibilitas

C6H15NO3

(Raymond C Rowe. 2009) 149.19 (Raymond C Rowe. 2009) Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental. (Raymond C Rowe. 2009) bercampur dengan aseton, dalam benzene 1 : 24, larut dalam kloroform, bercampur dengan etanol. (Raymond C Rowe. 2009) 20–21 0C (Raymond C Rowe. 2009) pH = 10.5 (0.1N solution) pKa: 7.76 (Raymond C Rowe. 2009) Trietanolamin mungkin berbalik coklat pada paparan udara dan cahaya. Nilai 85% trietanolamin cenderung stratify di bawah 15 0C; homegeneity dapat dikembalikan dengan pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan. Trietanolamin harus disimpan dalam wadah kedap udara yang dilindungi dari cahaya, di tempat yang dingin, kering. (Raymond C Rowe. 2009) Trietanolamin adalah amina tersier yang berisi hidroksi kelompok; Hal ini mampu mengalami reaksi yang khas amina tersier dan alkohol. Trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk kristal garam dan Ester. Dengan asam lemak yang lebih tinggi, trietanolamin membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun. Trietanolamin juga akan bereaksi dengan tembaga untuk bentuk kompleks garam. Perubahan warna dan curah hujan dapat mengambil tempat di hadapan garam logam berat. Trietanolamin dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil klorida untuk menggantikan kelompok hidroksi dengan halogen. Produk ini reaksi sangat beracun, menyerupai mustard nitrogen lainnya.

12

(Raymond C Rowe. 2009) Fungsi

Alkalizing agent; emulsifying agent. (Raymond C Rowe. 2009)

Span Nama senyawa Struktur molekul

Berat molekul Pemerian

Kelarutan

Sorbitan Monolaurate (Raymond C Rowe. 2009) C18H34O6

(Pubchem) 346 (Raymond C Rowe. 2009) Cairan kental berminyak berwarna kuning muda, krem muda ke manik-manik berwarna cokelat atau serpih atau padatan keras dengan lilin dengan sedikit bau (Pubchem) Dispersible dalam air panas dan dingin (pubchem)

Stabilitas

stabil dalam asam atau basa lemah. Simpan di wadah tertutup rapat ditempat sejuk dan kering. (Raymond C Rowe. 2009)

Fungsi

Emulgator (Raymond C Rowe. 2009)

Nipagin Nama senyawa Struktur molekul

Methyl paraben Sucrose (Raymond C Rowe. 2009) C8H8O3

13

(Raymond C Rowe. 2009) Berat molekul

152.149 g/mol (Raymond C Rowe. 2009)

Pemerian

Titik leleh

Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, mempunyai sedikit rasa terbakar. Tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau atau berbau khas lemah. (Raymond C Rowe. 2009) Sukar larut dalam air, sukar larut dalam benzena, sukar larut dalam tetra klorida, mudah larut dalam etanol, dan eter. (Raymond C Rowe. 2009) 125 - 128°C. (Raymond C Rowe. 2009)

Keasaman

pKa (8, 4 pada 28°C). (Raymond C Rowe. 2009)

Stabilitas

Stabil di bawah kondisi penyimpanan yang direkomendasikan. Mudah terurai oleh cahaya. (Raymond C Rowe. 2009) Aktivitas antimikroba metal paraben dan paraben lainnya sangat berkurang dengan adanya surfaktan non ionik, seperti polisorbat 80, sebagai hasil dari micellization. Namun, propilen glikol (10%) telah ditunjukkan untuk mempotensiasi aktivitas antimikroba paraben dengan adanya surfaktan non ionic dan mencegah interaksi antara metal paraben dan polisorbat 80. Tidak kompatibel dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium trisilicate, talc, tragacanth, sodium alginat, minyak atsiri, sorbitol, dan atropine. (Raymond C Rowe. 2009) Antimikroba (Raymond C Rowe. 2009)

Kelarutan

Inkompatibilitas

Fungsi Nipasol Nama kimia Rumus molekul

Propyl 4-hydroxybenzoate [94-13-3]. (Raymond C Rowe, 2009) 𝐶10 𝐻12 𝑂3 (Raymond C Rowe, 2009)

Struktur molekul

(Raymond C Rowe, 2009)

14

Berat molekul

180.20 g/mol. (Raymond C Rowe, 2009)

Pemerian

Berwarna putih, kristal, tidak berbau, dan tidak berasa bubuk. (Raymond C Rowe, 2009) Sukar larut dalam etanol ( 95 % ), mudah larut dalam air dan etanol 30 %. (Raymond C Rowe, 2009) 295℃ (Raymond C Rowe, 2009)

Kelarutan

Titik didih Stabilitas dan Penyimpanan

Inkompatibilitas

Fungsi

Larutan propilparaben berair pada pH 3-6 dapat disterilkan oleh autoclaving, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, berair solusi stabil (kurang dari 10% dekomposisi) hingga sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan solusi pada pH 8 atau di atasnya kena hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari di suhu kamar). (Raymond C Rowe, 2009) Aktivitas antimikroba propylparaben berkurang secara signifikan di hadapan surfaktan nonionik sebagai akibat dari micellization. (Raymond C Rowe, 2009) Pengawet antimikroba. (Raymond C Rowe, 2009)

Vitamin E Nama kimia

Alfa tokoferol, Vitamin E, Tocopherol (Depker RI. 2014)

Rumus molekul

C29H50O2

(FI V, 2014) Berat molekul

430.72 g/mol (Raymond C Rowe, 2009)

Pemerian

Praktis tidak berbau dan tidak berasa bentuk alfa tokoferol dan alfa tokoferol asetat berupa minyak kental jernih, warna kuning atau kuning kehijauan.

15

Kelarutan

Alfa tokoferol asam suksinat tidak larut dalam air; sukar larut dalam larutan alkali; larut dalam etanol, dalam eter, dalam aseton dan dalam minyak nabati. Sangat mudah larut dalam kloroform. (Depker RI. 2014)

Titik didih

235OC (Raymond C Rowe, 2009)

Konstanta disosiasi

10.8 (Pubchem)

Stabilitas dan Penyimpanan

Ester tokoferol lebih stabil pada oksidasi daripada tokoferol bebas tetapi efektivitas antioksidannya kurang efektif. Tokoferol harus disimpan di bawah gas inert, dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya.(Raymond C Rowe, 2009)

Inkompatibilitas

Tokoferol tidak kompatibel dengan peroksida dan ion logam, terutama besi, tembaga, dan perak. (Raymond C Rowe, 2009)

Fungsi

Sebagai antioksidan. (Raymond C Rowe, 2009)

Aquadest Nama senyawa

aquadest/air murni/ purified water (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014)

Berat molekul

18,02 g/mol (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014) Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014) Tercampur dengan pelarut polar (Raymond C Rowe, 2006) pH 5,0-7,0 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014)

Pemerian Kelarutan Keasaman

Stabilitas Inkompatibilitas

Air stabil secara kimiawi di semua keadaan fisik (es, cairan, dan uap) (Raymond C Rowe, 2006) Sorbitol akan membentuk gugus yang larut dalam air dengan banyak ion logam divalen dan trivalen dalam kondisi sangat asam dan basa. Penambahan polietilen glikol cair ke larutan sorbitol, dengan agitasi yang kuat, menghasilkan gel yang mudah larut dalam air dengan titik leleh 35-40 °C. Larutan Sorbitol jika bereaksi

16

Fungsi

dengan oksida besi akan berubah warna. (Raymond C Rowe, 2009) Pelarut (Raymond C Rowe, 2006)

17

BAB III METODE KERJA 3.1 Formula Milk Cleanser Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) Jumlah (%) Bahan Ekstrak kunyit

1%

Parafin liquid

15%

Propilen glikol

3%

Asam stearat

1%

Setil alkohol

3%

TEA

0,5%

Span

3%

Nipagin

0,2%

Nipasol

0,01%

Vit E

0,5%

Parfum Aquadest

3.2 Perhitungan Bahan Ekstrak kunyit Parafin liquid Propilen glikol Asam stearat Setil alkohol TEA

qs Ad 100%

Perhitungan 1 gram/100 ml x 100 ml = 1 gram 15 gram/100 ml x 100 ml = 15 gram 3 gram/100 ml x 100 ml = 3 gram 1 gram/100 ml x 100 ml = 1 gram 3 gram/100 ml x 100 ml = 3 gram 0.5 gram/100 ml x 100 ml = 0.5 gram

18

Penimbangan 1g 15 g 3g 1g 3g 0.5 g

Span Nipagin Nipasol Vit E Parfum Aquadest

3 gram/100 ml x 100 ml = 3 gram 0.2 gram/100 ml x 100 ml = 0.2 gram 0.01 gram/100 ml x 100 ml = 0.01 gram 0.5 gram/100 ml x 100 ml = 0.5 gram 20 tetes 100 ml – (1+ 15 + 3 + 1 + 3 + 0.5 + 3 + 0.2 + 0.01 + 0.5 + 1(20 tetes) = 67.79 ml

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat : - Mortir - Sudip - Hot plate - Cawan - Gelas beker - Batang pengaduk - Sspatel - Botol milk cleanser

3g 0.2 g 0.01 g 0.5 g 20 tetes 67.79L

-

3.3.2 Bahan : - Ekstrak kunyit - Parafin liquid - Propilen glikol - Asam stearat - Setil alkohol - TEA - Span - Nipagin - Nipasol - Vit E - Parfum - aquadest

19

3.4 Prosedur Kerja 1. fase minyak (parafin liquid, asam stearat, setil alkohol, span) dilebur di atas penangas air hingga 70 0C 2. Pada saat bersamaan fase air (TEA, nipagin, nipasol, propilen glikol, air) dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 70 0C 3. Campurkan fase minyak dan fase air kedalam mortir yang sebelumnya sudah dihangatkan. Kemudian diaduk hingga terbentuk massa putih seperti susu 4. Setelah dingin 40 0C ditambahkan vit E, dan ekstrak kunyit diaduk hingga homogen 5. Kemudian tambahkan parfum sambil diaduk terus hingga homogen 6. Masukkan kedalam wadah milk cleanser yang sudah disediakan sebelumnya 7. Evaluasi sediaan yang diperoleh meliputi a. Uji organoleptik b. Uji homogenitas c. Uji daya bersih (dapat dilakukan dengan mengoleskan make up ke kulit, kemudian bersihkan dengan menggunakan milk cleanser, bandingkan dengan hanya menggunakan air biasa) d. Uji pH dengan menggunakan pH universal

20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Kelompok 1 2 3 4 5

Warna putih putih kuning pucat putih netral putih susu

Bau Mawar tidak berbau lemon segar Lemon Wangi

pH 8 6 9 8 8-9

Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen

4.5 Pembahasan Pada praktikum kali ini, kami melakukan pecobaan pembuatan milk cleanser berbahan dasar emulsi. Emulsi pada dasarnya adalah sediaan cair yang mengandung campuran minyak dan air yang dibuat homogen dengan penambahan zat pengemulsi. Zat pengemulsi memastikan bahwa fasa minyak terdispersi halus ke seluruh air sebagai gumpalan kecil. Jenis emulsi ini disebut emulsi 'minyak dalam air'. Fase berminyak (fase dispersi) didispersikan melalui fase berair (fase kontinu). Umumnya semua emulsi dosis oral cenderung menjadi 'minyak dalam air', karena fase berminyak biasanya kurang menyenangkan untuk dikonsumsi dan lebih sulit untuk diberi perasa. Emulsi 'air-dalam-minyak' dapat dibentuk, tetapi emulsi ini cenderung yang digunakan secara eksternal (John F Marriott, 2010). Teori emulsifikasi didasarkan pada studi tentang emulsi yang paling alami, susu. Susu, jika diperiksa dengan cermat, akan terlihat terdiri dari gumpalan lemak, dikelilingi oleh lapisan kasein, tersuspensi dalam air. Ketika emulsi farmasi dibuat, pertimbangan utamanya adalah sama. Tujuannya adalah untuk benar-benar membagi fase berminyak menjadi gumpalan kecil, mengelilingi setiap gumpalan dengan amplop agen penangguhan (mis. Acacia BP), dan akhirnya menangguhkan gumpalan dalam fase berair (John F Marriott, 2010). Pembuatan sediaan ini dimulai dengan mencampurkan masing-masing fase ke dalam cawan yang sudah dipanaskan. Pada fase minyak, leburkan olive oil, parafin cair, asam stearat, setil alkohol dan span sampai mencair dan hingga suhu 70°C. Pada fase cair, campurkan TEA, Nipagin, Nipasol, Propilen Glikol, air hingga suhu 70°C. Pemilihan suhu ini ialah untuk menghindari penguapan yang terjadi terhadap bahan-bahan sehingga dapat mengurangi konsentrasi formula yang digunakan. Juga untuk menjaga kestabilan bahan-bahan yang dapat rusak pada suhu tinggi.

21

Setelah kedua fase telah mencampai 70°C, campurkan di dalam mortar yang sebelumnya sudah dipanaskan terlebih dahulu, hal ini dilakukan bertujuan untuk agar tidak terjadi perubahan suhu yang drastis dan dapat memicu terbentuknya gumpalan pada emulsi. Lalu gerus seluruhnya hingga homogen dan terbentuk massa putih seperti susu. Pengadukan konstan dan tidak terlalu kuat untuk memastikan bahwa tidak ada 'titik dingin' di dalam krim karena ini akan mempercepat pendinginan di daerah yang terpisah dan menghasilkan krim kental (John F Marriott, 2010). Selanjutnya setelah homogen, pastikan suhu sediaan sudah turun hingga 40°C dan tambahkan Vitamin E yang berperan sebagai antioksidan. Pemberian antikosidan dianggap dapat memblokir reaksi berantai yang bereaksi dengan radikal bebas. Mereka menyediakan elektron yang diperlukan dan ion hidrogen yang mudah tersedia untuk menghentikan reaksi berantai dalam oksidasi otomatis (John F Marriott, 2010). Penurunan suhu juga dilakukan karena Vitamin E mudah terdegradasi pada suhu tinggi. Dapat dilihat dalam tabel, bahwa Vitamin E mudah sensitif pada temperatur, kelembaban, cahaya dan juga pH. Tetapi tidak pada oksigen atau oksidasi (Gadient,1986). Hal ini juga disebabkan karena Vitamin E merupakan agen anti oksidan yang tidak mudah teroksidasi.

Selanjutnya pemberian parfum untuk memberikan kesan wangi dan harum dalam pengaplikasian produk oleh konsumen demi menciptakan efek nyaman pada saat kontak dengan kulit wajah. Jika sudah mendapatkan bau yang diinginkan dan cukup, maka aduk dengan homogen dan produk dapat di masukkan ke dalam kemasan dan diberi label. Sediaan kami memiliki hasil organoleptik berwarna kuning, karena berasal dari ekstrak kunyit yang kami buat sebesar 1% atau sekitar 1 gram. Dimana pH

22

sediaan milk cleanser seharusnya berwarna putih seperti susu jika tidak terjadi perpecahan antara fase minyak dengan fase airnya, mengingat sediaan milk cleanser merupakan sedian emulsi minyak dalam air. Tetapi karena penambahan ekstrak kunyit yang mengandung zat warna kurkumin sebagai bahan zat aktifnya, sediaan kami menjadi berwarna kuning pucat. Kami menambahkan parfum lemon sehingga sediaan kami memiliki bau seperti lemon segar. Teksturnya sedikit kental namun tidak lengket dan mudah menyerap di kulit. Hal ini sudah memenuhi syarat karena sediaan milk cleanser seharusnya halus dan tidak mengalami pemisahan fase Disamakan dengan warna sediaan kami yang berwarna kuning. Untuk pH, sediaan kami memiliki pH sebesar 9 dimana pH fisiologis kulit berkisar antara 4,6-6,5. Homogenitas sediaan kami bertekstur rata, warna yang seragam dan tidak ada gumpalan. Sudah memenuhi spesifikasi homogenitas sediaan yang seharusnya. Untuk uji daya bersihnya kekuatan sediaan kami dalam membersihkan cukup lemah. Karena tidak langsung membersihkan make up dalam sekali usap, harus diusap beberapa kali dimana jika diaplikasikan ke wajah dapat membuat kulit wajah rusak karena pengusapan yang kasar. Tetapi setidaknya sediaan kami tetap mampu membersihkan, melembabkan (tidak terdapat kekeringan) dan sangat lembut di kulit.

23

BAB V PENUTUPAN

5.1 Kesimpulan Kunyit mengandung zat aktif kurkumin dan zat kuning yang memberikan warna kuning pada sediaan milk cleanser yang dibuat. Sediaan milk cleanser ekstrak kunyit dibuat emulsi minyak dalam air dengan hasil sediaan berwarna kuning dengan teksturnya sedikit kental namun tidak lengket dan mudah menyerap di kulit. Hal ini sudah memenuhi syarat karena sediaan milk cleanser seharusnya halus dan tidak mengalami pemisahan. Untuk uji daya bersihnya kekuatan sediaan kami dalam membersihkan cukup lemah. Karena tidak langsung membersihkan make up dalam sekali usap, harus diusap beberapa kali dimana jika diaplikasikan ke wajah dapat membuat kulit wajah rusak karena pengusapan yang kasar. Tetapi setidaknya sediaan kami tetap mampu membersihkan, melembabkan (tidak terdapat kekeringan) dan sangat lembut di kulit.

24

DAFTAR PUSTAKA BPOM. 2003. Kosmetik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Departemen Kesehatan Ri. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia F Marriott, John dkk. 2010. Pharmaceutical Compounding and Dispensing. United Kingdom: Pharmaceutical Press. Gadient, M. .1986. Effect of pelleting on nutritional quality of feed. Proceed-ings of Maryland Nutrition Conference Lukacovic, M. F., Dunlap, F. E., Michaels, S. E., Visscher, M. O., Watson, D. D. 1988, ‘Forearm wash test to evaluate clinical mildness of cleansing products’, Journal of the Society of Cosmetic Chemists, 39:355-366. Rowe, Raymond C, Et Al . 2006. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. London : Pharmaceutical Press. Rowe, Raymond C, Et Al . 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. London : Pharmaceutical Press. Rukmana, Rahmat. 1994. Kunyit. Yogyakarta: penerbit Kanisius.

25

LAMPIRAN

26

Related Documents

Laporan Prak 1.docx
August 2019 25
Laporan Praktikum
September 2019 87
Laporan Praktikum
June 2020 47
Milk
June 2020 27
Milk
July 2020 23

More Documents from ""