Ppt Letsu.pptx

  • Uploaded by: username
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppt Letsu.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,471
  • Pages: 52
L E TA K SUNGSANG DAN KETUBAN PECAH DINI Andreas Anindito Hermawan 112017158

KASUS • Wanita berusia 23 tahun datang dengan keluhan sakit perut sejak 8 jam SMRS. Pasien mengeluh perut terasa kencang dan tegang selama semalaman tanpa keluhan berhenti. Sakit perut tidak dirasakan menjalar sampai pinggang. Pasien belum meminum obat apapun selama keluhan. • Keluhan sakit perut ini disertai dengan keluarnya air dari kemaluannya sejak 8 jam SMRS. Pasien mengaku air yang keluar dari kemaluannya berwarna jernih, tidak berbau. Keluarnya darah dari kemaluan disangkal oleh pasien.

Riwayat KB  HPHT: 17 Mei 2018  Haid pertama : 14 tahun

• Tidak memakai pil KB maupun alat kontrasepsi lainnya.

 Siklus haid: teratur 28 hari  Lamanya : 5 hari

Riwayat Obstetri

 Nyeri haid (-)

Riwayat Perkawinan • Kawin: Sudah, 1x. Dengan suami sekarang sudah 1 tahun

• Kehamilan kali ini merupakan kehamilan pertama. Tidak ada komplikasi dalam kehamilan. Pada saat kehamilan sering kontrol rutin.

 Keadaan umum: tampak sakit ringan  Kesadaran: compos mentis  TD: 120/90 mmHg, HR: 90x/menit, RR: 24x/menit, suhu: 36,7  TB: 154cm, BB: 84 kg  Status gizi: Baik  Edema: Tidak ada

 Cara berjalan: Normal  Mobilisasi (aktif/pasif): Aktif

Pemeriksaan Fisik  Kepala: normal  Respirasi

Pola napas: Normal Suara napas: Normal Alat bantu napas: Tidak ada  Sirkulasi

Sianosis: Tidak ada Intensitas nadi: Kuat

Irama nadi: Reguler

• Payudara: Normal • Gastrointestinal Asupan nutrisi: Oral

• Intrgumen Warna kulit: kuning langsat • Muskuloskeletal Edema: Tidak ada Kelainan tulang: Tidak ada • Genetalia Keputihan: Tidak ada Perdarahan pervaginam: tidak ada

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Abdomen

Pemeriksaan Payudara Payudara tampak simetris. Putting susu menonjol dan tidak ada cairan yang keluar. Tampak hiperpigmentasi areola mammae. Kebersihan pada payudara cukup.

Inspeksi: Perut tampak membuncit. Tidak tampak luka bekas operasi laparoskopi. Tampak striae gravidarum dan linea nigra. Palpasi : Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 27 cm, teraba bagian bulat, melenting, ballottement (+), Tafsiran Berat Janin = (27 cm - 13) x 155 = 2170gr Leopold II : teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba bagian terkecil di sebelah kanan. Leopold III : teraba bulat, lembek, dan tidak melenting. Leopold IV : bokong belum masuk PAP

 Inspeksi

: Tidak ada cairan keluar pervaginam



Tidak ada lesi maupun massa



Perineum utuh, tidak ada bekas jahitan

 Dengan Spekulum

: Vagina tidak ada kelainan  Hymen robek



Cavum douglasi tidak menonjol

 Pemeriksaan VT

: Serviks tampak pembukaan 1 cm



Bagian bawah janin bokong, hodge I teraba sacrum

 Pemeriksaan Lakmus

: Kertas lakmus merah berubah menjadi biru

Tgl 3/9/18 USG: Jth/DJJ(+)/CRL: 8.8cm/GA :14W5D/ EDD:27-02-2019

Tgl 3/2/19 USG: Jth/DJJ (+)/BPD: 8.32 cm/AC: 29.18 cm/ FL: 6.87 cm/TBJ: 2347gr/ GA: 33 W 6D.

Hematologi Hema I Hb : 11,8 g/dL Ht : 34,4 % Eritrosit : 3,80 juta/uL Leukosit: 10.000/mm3 Trombosit: 336.000/mm3 Golongan Darah Golongan Darah : O Rhesus : Positif

Hemostasis Masa perdarahan PT Pasien Kontrol INR APTT Pasien Kontrol

: 2 menit : 12 detik : 13 detik : 0,78 : 32.5 detik : 30.3 detik

Kimia Klinik Gula darah GDS : 113 mg/dL

 G1P0A0 hamil 38 minggu, janin tunggal hidup intra uterin, KPD + letak sungsang.

 Rencana Diagnostik  Rencana Terapi

: SC :

 Rawat  IVFD RL+ Bricasma 3 amp

 Konservatif:  Pematangan paru Dexamethasone 2 x 6 mg IV (2 hari)  Tokolitik Nifedipin 4 x 10 mg, Profenid 3 x 100 mg

 Cefotaxime 1gr extra  Puasa Pro SC

 Infus RL : D5% 28 tpm  Cefotaxim 2 x 1 gram  Remopain inj 3 x 1 Amp

 Calnex inj 500 mg 3 x 1  Drips sintokinon 2 amp/500 cc cairan  Kateter 24 jam  cek Hb post operasi

10 Februari 2018 pukul 06.45 S : Post SC hari ke 1, Nyeri luka bekas operasi, flatus (+) BAB (-) O : Keadaan Umum: Tampak sakit ringan Kesadaran: Compos mentis TD : 110/70 mmHg N :80 x / menit RR : 20 x/ menit S :36.3o C Mata : CA -/- SI -/C/P : BJ I-II murni reguler, Vesikuler +/+ Mammae : ASI (-) Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik TFU : 2 Jari di bawah pusat Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) Hb post op: 10,4 g/ dl A: PIA0 post SC atas indikasi KPD , Letak sungsang P: Aff DC, tirah baring, terapi dilanjutkan

11 Februari 2018 pukul 06.45 S : Post SC hari ke 2, Nyeri luka bekas operasi. ASI (-), flatus (+)BAB (-) BAK(+) O : Keadaan Umum: Tampak sakit ringan, Kesadaran : Compos mentis TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit HR: 80x/menit T : 36,9C Mata: CA -/- SI -/C/P: BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+ Abd: Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik TFU : 2 Jari di bawah pusat Ekstremitas: Akral hangat, edema (-) A: PIA0 post SC atas indikasi KPD , letak sungsang P:- Tirah baring Minum, makan bubur halus Terapi dilanjutkan

12 Februari 2018 pukul 06.45 S :Post SC hari ke 3, Nyeri luka operasi berkurang, ASI (+) sedikit, flatus (+) BAB (+), BAK (+) O : Keadaan Umum: Baik Kesadaran : Compos mentis TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit HR : 80x/menit T : 36,6oC Mata : CA -/- SI -/C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+ Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (+), kontraksi uterus baik TFU : 2 Jari di bawah pusat Ekstremitas : Akral hangat, edema (-) A : PIA0 post SC atas indikasi KPD, letak sungsang P : Ganti Verban, Mobilisasi, pasien pulang

 Ketuban pecah dini ( KPD) atau spontaneus/ early/ premature rupture

of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan yang dapat terjadi pada kehamilan preterm dan pada kehamilan aterm.  Ketuban pecah dini preterm adalah ketuban yang pecah sebelum

kehamilan 37 minggu dan tidak sedang dalam masa persalinan  Pembukaan serviks pada kala I kurang dari 2 cm pada primipara dan

pada multipara kurang dari 5 cm.

 Infeksi langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina  Selaput ketuban lemah, serviks inkompeten, kanalis sevikalis yang

selalu terbuka karena kelainan serviks uteri (bekas persalinan, kuretase) disebut PRM spontan.  Tekanan intrauterin yang meningkat berlebihan (overdistensi uterus)

misalnya tumor, hidramnion, dan gemeli.  Trauma didapat (hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun

amniosintesis)

 Kelainan letak, misal lintang sehingga tidak ada bagian terendah yang

menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.  Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas

perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorhoe.  Faktor lain yaitu:  Faktor disproporsi antara kepala janin dan panggul ibu.  Faktor multigraviditas, merokok, dan perdarahan antepartum  Defisiensi gizi dari tembaga (Cu) dan vitamin C.

 Cairan berisi mekonium, verniks kaseosa, lanugo dan jika telah terinfeksi bau.  Janin mudah diraba.  Konsistensi uterus lebih keras dan ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan

usia kehamilan.

 Pemeriksaan dalam : selaput ketuban tidak ada atau air ketuban kering.

 Pemeriksaan inspekulo tampak air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian

yang sudah pecah atau ada cairan ketuban pada forniks posterior.5

 Terdapat infeksi genital (sistemik).  Terdapat gejala korioamnionitis.

 Maternal: demam, takikardi, uterine tenderness, cairan amnion keruh dan bau,

leukositosis, leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/ urin (+).

 Fetal : takikardi (kardiotokografi), volume cairan ketuban berkurang.  Jika terjadi korioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar. Sedangkan

angka respiratory distress, sepsis, dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih besar.

 Riwayar KPD sebelumnya  Pemeriksaan dengan spekulum

tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE)  Cairan dari vagina perlu diperiksa warna, bau, dan PH-nya. Air ketuban yang keruh dan berbau menunjukkan adanya proses infeksi  Pemeriksaan laboratorium  Tes lakmus (tes nitrazin): lakmus merah 

biru (menunjukkan air ketuban alkalis) pH air ketuban 7-7,5  Mikroskopik (tes fern/ pakis) gambaran daun pakis  Tes LEA (leukosit esterase)

• Amniosintesis • Pemeriksaan ultrasonografi (Indeks Cairan Amnion) • Peningkatan protein Creaktif serum adalah peringatan adanya korioamnionitis.

ANTIBIOTIK YANG DIANJURKAN: Penicillin G 5 juta units q 4-6 h IV atau Ampicillin 2g IV dilanjutkan 1 g q 4h atau Clindamyin 600 ng q 8hIV Ibu hamil dengan korioamnionitis membutuhkan antibiotik spektrum luas

KLASIFIKASI LETAK SUNGSANG

Letak bokong murni ( Frank Breech ) Bokong menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas

Letak Bokong Kaki (Complete Breech) Disamping bokong teraba kaki. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna jika di samping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.

Presentasi Lutut / Kaki (Incomplete Breech) Tergantung pada teraba kedua kaki atau teraba satu kaki disebut letak kaki sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna. Janin dengan presentasi kaki dan variannya direkomendasikan untuk tidak dilakukan percobaan persalinan per vaginam.

 Prematuritas  Abnormalitas uterus (malformasi, fibroid)  Abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher, aneploid)

 Overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion)  Multipara dengan berkurangnya kekuatan otot uterus,  Obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma, tumor pelvis lain).

 Letak janin dalam uterus bergantung

pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus.  Pada kehamilan sampai kurang lebih 32

minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak leluasa. Dengan demikian dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.

Diagnosis • Anamnesis : • Gerak anak di perut bawah pusat • Benda keras (kepala janin) mendesak tulang iga • Penuh di bag atas & Banyak gerak di bag bawah • Pemeriksaan luar : • Bagian keras, bundar, melenting pada fundus uteri. • Di atas simfisis  bagian kurang bundar dan lunak. • Kepala letaknya lebih tinggi  DJA setinggi pusat atau mungkin lebih tinggi.

Diagnosis  Pemeriksaan Dalam : ◦ 3 tonjolan tulang  2 buah tubera ossis ischii dan ujung os sacrum di antaranya ◦ Anus dan genitalia ◦ Yang menentukan : ujung os sacrum  tulang yang meruncing dengan sederetan processi spinosi ditengah-tengahnya ( crista sacralis media)





Dalam kehamilan : versi luar

Dalam persalinan : i. Pertolongan kelahiran spontan ii. Ekstraksi parsial (manual aid ) Bahu  Cara klasik, cara Muller, cara louvset Kepala  Cara Mauriceau & cara Prague iii. Ekstraksi total Ekstraksi bokong dan ekstraksi kaki iv. Seksio sesar

Prinsip : kepala harus lahir dalam 8 menit !

 Versi luar dilakukan dengan pertimbangan:  Saat hamil usia kehamilan sekitar 35-36 minggu masih mudah

dilakukan karena air ketuban masih banyak dan bagian bawah belum masuk PAP.  Saat in partu pembukaan kurang dari 4 cm, ketuban masih utuh, dan bagian terendah belum masuk PAP. Keduanya dilakukan di rumah sakit sehingga aman dan jika perlu segera dilakukan sectio caesarea.  Versi luar tidak boleh dipaksakan karena mungkin ada faktor-faktor seperti kelainan bentuk rahim atau tali pusat yang pendek, jadi jika dipaksa menimbulkan kerusakan pada janin atau solusio plasenta

TEKNIK VERSI LUAR • Mengeluarkan bagian terendah dari PAP, mobilisasi yaitu mengarahkan bokong ke arah perut janin, rotasi yaitu memutar bokong/ kepala dengan putaran 90o (observasi DJJ, jika baik putaran diteruskan sampai kepala janin berada di daerah pelvis), dan fiksasi yaitu memasukkan kepala ke PAP sehingga terfiksasi. • Kesukaran versi luar disebabkan karena dinding perut tegang seperti pada primigravida, perasaan takut/ nyeri, janin letak bokong (frank breech), tali pusat pendek, dan kelainan rahim seperti uterus bicornus, subseptus, atau mioma. Kontra indikasi untuk versi luar yaitu riwayat obstetri buruk, hipertensi, kehamilan ganda, polihidramnion, hidrosefalus, dan perdarahan.

 Kontra indikasi  Bekas SC  Pasca miomektomi  Panggul sempit absolut  Hidramnion  Insersi plasenta pada dinding anterior  Perdarahan antepartum  Hipertensi  Kelainan bentuk uterus  Hidrosefalus dan anensefalus  Kehamilan ganda  Kepala Janin defleksi pada letak sungsang

 Komplikasi

 Solusio plasenta  Lilitan tali pusat  Ruptura uteri  Gawat janin  Ketuban pecah

 Versi luar berhasil  persalinan normal.  Versi luar gagal  persalinan sungsang pervaginam atau seksio

sesarea

PERSALINAN SPONTAN (METODE BRACHT) • • • •

Hanya dilakukan bila : TBBA pada primipara < 3500 gram, pada multipara <4000 gram Bila tidak terpenuhi  seksio ! Teknik : dimulai setelah bokong anak lahir Keuntungan : tangan sama sekali tidak masuk ke dalam jalan lahir  memperkecil kemungkinan infeksi

REKOMENDASI KELAHIRAN LETAK SUNGSANG – Rekomendasi untuk persalinan normal pada usia kehamilan 36 minggu atau berat badan janin 2500 - 4000 gr – Menawarkan untuk mencoba persalinan normal pada usia kehamilan 31 hingga 35 minggu atau saat berat badan janin 1500 - 2500 gr – Menawarkan untuk operasi caesar pada usia kehamilan 30 minggu atau ketika berat badan janin <1500 gram *

– Tidak direkomendasikan untuk berat badan janin > 4000 gr *

 Posis Frank atau complete breech  Kepala bayi tidak hiperextensi  Perkiraan berat bayi mencapai 2500

sampai 4000gr

PERSALINAN DENGAN METODE SPONTAN BRACHT Teknik Persalinan 1. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong mulai membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan episiotomi. 2. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jarijari lain memegang panggul. 3. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu. 4. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi, dan menghindari ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit. 5. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala. 6. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.

EKSTRAKSI PARSIAL (MANUAL AID) • Rintangan baru timbul pada kelahiran bahu

• Tidak ada kemajuan  (his lemah / rintangan bahu) tidak boleh menunggu terlalu lama !  pada saat ini kepala mulai masuk ke dalam rongga panggul  tali pusat akan tertekan  anak harus lahir dalam +8 menit setelah tali pusat lahir  ekstraksi parsial atau manual aid.

EKSTRAKSI PARSIAL (MANUAL AID) Terdapat 2 fase : • Fase 1 (menunggu): – Fase ini dimulai dari lahirnya bokong sampai pusar lahir dengan kekuatan ibu sendiri • Fase 2 (Bertindak Cepat): – Bila badan janin sudah lahir sampai pusar, tali pusar akan tertekan antara kepala dan panggul, maka bayi harus lahir dalam waktu 8 menit. – Cara melahirkan bahu: • Klasik • Mueller • Lovset – Cara melahirkan kepala : • Mauriceau • Prague terbalik

EKSTRAKSI PARSIAL • Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. • Tahapan : 1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri. 2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik (Deventer), Mueller, Louvset 3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau, Prague Terbalik

1.

2.

3.

Prinsipnya melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan di bawah simpisis tetapi jika sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.

1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. 2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya. 3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara femuropelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir. Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.

1.

2.

Prinsipnya: memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4 mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain mencengkeram leher janin dari arah punggung. 2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.

• Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. • Satu tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. • Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu.

 Dahulu dikenal sebagai ekstraksi pada bokong dan kaki, namun

angka kesakitan dan angka kematian anak tinggi  sudah ditinggalkan

 Hanya dilakukan bila janin harus segera lahir karena ibu dan janin

dalam bahaya

 Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong

sudah berada di dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki.  Jari telunjuk tangan penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan.  Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir.  Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.

 Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan









menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.

SEKSIO SESAREA Indikasi :

 Panggul sempit  Besarnya anak (> 3500 gr pada primi & >4000 gr

pada multi)  Tali pusat menumbung  Primigravida tua  Nilai sosial janin tinggi  Riwayat persalinan buruk  Prematuritas

Skor Zatuchni dan Andros 0

1

Paritas

Primi

Multi

Umur kehamilan

> 39 mg

38 mg

<37 mg

TBBA

>3630gr

3629-3176gr

<3176gr

Pernah letak sungsang (2500gr)

Tidak

1 kali

> 2kali

Pembukan serviks

<2cm

3cm

>4cm

Station

<-3

-2

-1 atau lebih rendah

Arti nilai: ≤ 3 : persalinan perabdominam 4 : evaluasi kembali secara cermat, terutama berat badan bayi, bila tetap dapat dilahirkan pervaginam 5 : dilahirkan pervaginam

2

 Komplikasi dari persalinan letak sungsang

 Dari faktor ibu:  Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.  Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)  Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.

 Dari faktor bayi:  Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-alat vital

intra-abdominal.  Infeksi karena manipulasi  Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati.

 Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada wanita

berusia 23 tahun yang datang dengan keluhan sakit perut disertai dengan keluarnya air berwarna jernih dari kemaluannya sejak 8 jam SMRS. Dapat diambil diagnosis kerja G1P0A0 hamil 38 minggu, janin tunggal hidup intra uterin, KPD + letak sungsang. Untuk melahirkan secara pervaginam juga sudah tidak dapat terpenuhi sehingga dilakukan sectiocaesaria.

Related Documents

Ppt
November 2019 88
Ppt
December 2019 96
Ppt
November 2019 82
Ppt
October 2019 87
Ppt
June 2020 22
Ppt
June 2020 25

More Documents from ""