Peror Sap 7.docx

  • Uploaded by: Dwi Aryandari
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peror Sap 7.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,922
  • Pages: 15
KONSEP KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI SAP 7

KELOMPOK 3  Anak Agung Istri Pawitradewi

(1607532079)

 Ni Kadek Lia Indahyani

(1607532081)

 Ni Kadek Dwi Aryandari

(1607532086)

 Ni Luh Putu Pitayani Vinensya

(1607532088)

 Alif Noer Wahyuni

(1607532092)

 Putu Eka Mas Pratiwi

(1607532094)

Program Reguler Denpasar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi adalah unit sosial, terdiri dari sekelompok orang yang berinteraksi untuk mencapai rasionalitas tertentu. Sebagai untisosial, organisasi terdiri dari orang-orang dengan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan motivasi yang berbeda. Pertemuan budaya dan motivasi orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda mempengaruhi

perilaku

individual

dan

menimbulkan

problem

dalam

proses

keorganisasian kerena menyebabkan terjadinya benturan nilainilai individual yang dapat menjadi faktor pengganggu dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu setiap organisasi perlu menciptakan nilai-nilai yang dianut bersama untuk membangun system keorganisasian guna menyeragamkan pemikiran dan tindakan serta mengubah perilaku individual ke perilaku organisasional. Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil, terdapat terjadi perubahanperubahan kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal organisasi. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta administrasi dapat berjalan terus dengan lancar Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan pimpinan dalam pembuatan keputusan maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja organisasi. Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi dan manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak kegiatan pembuatan keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut. Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proses perencanaan ditujukan kepada pemilihan alternative program dan prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan 1

dan berbagai dampak yang mungkin timbul. Begitu juga dalam tahap implementasi atau operasional dalam suatu organisasi, para manajer harus membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan. Hakikatnya kegiatan administrasi dalam suatu organisasi adalah pembuatan keputusan. Kegiatan yang dilakukan tersebut mencakup seluruh proses pengambilan keputusan dari mulai identifikasi masalah sampai dengan evaluasi dari pengambilan keputusan yang melibatkan seluruh elemen-elemen dalam administrasi sebagai suatu sistem organisasi. Artinya dalam membuat suatu keputusan untuk memecahkan suatu permasalahan yang ditimbulkan dari adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi dibutuhkan informasi yang cukup baik dari internal maupun eksternal organisasi guna mengambil keputusan yang tepat dan cepat. Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai suatu tujuan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan hakekat keputusan? 2. Apa definisi dari pengambilan keputusan dan urgensinya? 3. Bagaimana proses pengambilan keputusan dan elemen-elemen dasarnya? 4. Apa saja yang termasuk tipologi pengambilan keputusan? 5. Apa saja jenis keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi? 6. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan? 7. Bagaimana pengambilan keputusan kelompok? 8. Bagaimana implikasi manajerial dalam pengambilan keputusan?

2

1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui hakekat keputusan 2. Untuk mengetahui definisi pengambilan keputusan dan urgensinya 3. Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan dan elemen-elemen dasarnya 4. Untuk mengetahui tipologi pengambilan keputusan 5. Untuk menambah wawasan mengenai jenis keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi 6. Untuk menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan 7. Untuk mengetahui pengambilan keputusan kelompok 8. Untuk mengenal lebih dalam implikasi manajerial dalam pengambilan keputusan

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakekat Keputusan Keputusan muncul saat seseorang menetapkan pilihan atas beberapa alternative yang tersedia dihadapannya, tetapi kosekuensinya sangat menentukan dimasa selanjutnya. Sebagai individu setiap manusia melakukan pembuatan keputusan, baik untuk kepentingan pribadi maupun banyak orang atau organisasi. Jadi keputusan itu adalah tindakan penentuan suatu pendapat/pilihan diantara sekian banyak alternative. Sehingga membuat keputusan itu adalah mengambil atau memilih alternatif. Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan/persoalan artinya setiap keputusan yang diambil adalah dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Manajer akan selalu dituntut untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan suatu masalah.kualitas dan efektifitas seorang manajer dapat dilihat pada saat dia mengambil keputusan. Bila sering membuat keputusan, ia adalahmanajer yang kreatif dan produktif, bila keputusannya selalu tepat menandakan ia manajer yang pintar,dan bila keputusannya berskala besar baik hasil maupun risiko itu mencerminkan ia manajer sejati.

2.2 Definisi Pengambilan Keputusan dan Urgensinya 1) Sebagai pemilihan tindakan dari sejumlah alternative yang ada (Curtis R. Finh dan Robert L. McGough, 1982 dalam Djatmiko, 2002) 2) Merupakan tindakan yang melekat erat dan terpadu secara berkesinambungan dalam keseluruhan kegiatan administrasi (Gibson dan Hun, 1965 dalam Djatmiko, 2002) 3) Doe dan Drake (1980) dalam Djatmiko (2002) memandang bahwa pengambilan keputusan merupakan jantung dan hati totalitas kegiatan administrasi. 4) Bahkan Ivancevich (1989) dalam Djatmiko (2002) lebih mengatakan bahwa pengambilan keputusan berpengaruh secara langsung terhadap kinerja individu yang selanjutnya berpengaruh terhadap efektivitas organisasi. Oleh sebab itu, pengambilan keputusan merupakan tangung jawab utama manajer organisasi. Agar sukses memerankan tanggung jawab itu paling tidak manajer harus memiliki 4 kepakaran atau keterampilan dasar, yaitu: a. Keterampilan/ kepakaran teknis (technical skill), yakni pemahaman serta kecakapan dan kesanggupan untuk mengerti dan mengerjakan aktivitas tertentu, meliputi 4

pengetahuan dan pemahaman konsep, proses, metode yang diperlukan untuk mengenali, menganalisis dan memecahkan masalah di bidang tertentu. b. Keterampilan/ kepakaran insane (human skill), yakni kesanggupan untuk bekerja dengan orang lain secara efektif sebagai anggota sebuah kelompok dan dapat membangun sebuah kerja sama yag baik dalam kelompok yang dipimpinnya termasuk didalamnya kemampuan berkomunikasi, memahami tingkah laku orang lain serta melakukan pendekatan-pendekatan. c. Keterampilan/ kepakaran konseptual (conceptual skill), yakni kesanggupan untuk melihat usaha-usaha sebagai suatu totalitas. Kesanggupan analisis. d. Keterampilan/ manajerial (manajerial skill), yakni kecakapan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen, yang melipui pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan fungsi yang ada dalam manjemen.

2.3 Proses pengambilan keputusan dan elemen-elemen dasarnya Beberapa ahli menyatakan pendapat mereka mengenai pengambilan keputusan dan elemen dasarnya 1. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman sudita (1997) a. Mennetapkan tujuan b. Mengidentifikasi masalah c. Mengembangkan sejumlah alternative d. Penilaian dan pemilihan alternative 2. Menurut Herbet. A Simon (1992) dalam Djatmiko (2002) a. Penemuan masalah (intelligence), meliputi pengumpulan data, mewaspadai lingkungan, dan mendeteksi permasalahan yang ada. b. Pemahaman masalah (design), meliputi pengkajian masalah secara sistematis, menciptakan alternative berdasarkan hasil evaluasi atas hasil-hasilnya. c. Pemilihan alternative (choice), kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternative yang disukai. d. Implementasi (implementation), adalah pelaksanaan keputusan yang meliputi pemberian penjelasan kepada pihak-pihak terkait serta membuat consensus bahwa keputusan menitiberatkan pada kebaikan dan menanamkan komitmen.

5

3. Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2004) a. Mengidentifikasi masalah, dimana masalah itu adalah kesenjangan antara keadaan nyata dengan keadaan yang dikehendaki b. Mengidentifikasi kriteria keputusan, yakni mennetukan faktor-faktor apa yang relevan dalam mengambil keputusan c. Member bobot ke kriteria d. Menyusun alternatif, yakni membuat daftar sejumlah alternative yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. e. Menganalisis alternative, yaitu menganalisis kekuatan dan kelemahan masingmasing alternative f. Memilih sebuah alternative, yakni memilih alternative terbaik dari alternative yang dipertimbangkan g. Mengimplementasikan penyampaian

keputusan

alternative kepada

terpilih.

Impelementasi

orang-orang

yang

mencakup

terpengaruh

dan

mendapatkan komitmen mereka atas keputusan itu. h. Mengevaluasi efektivitas keputusan, yakni menilai hasil kepuusan itu melihat apakah masalahnya terpecahkkan atau mencapai hasil seperti yang dikehendak.

2.4 Tipologi pengambilan keputusan Ada beberapa tipe yang mewarnai pengambilan keputusan yaitu: 1. Berdasarkan atas analisis psikologis personalitasnya Erich From, maka Ernest Dale (1976) yang dikutif oleh Djatmiko (2002) dikelompokkan 5 tipe pengambilan keputusan yaitu: a. Tipe resensif atau desensif, dimana memandang semua kebaikan berada diluar dirinya, sehingga cenderung melakukan pengambilan keputusan bedasarkan ide penasehatnya serta membebankan tanggung jawab kepada pihak luar dengan delegasi otoritas secar liberal b. Tipe eksploitatif atau agresif, dimana memandang semua kebaikan berada diluar dirinya yang harus dikuasi dengan kekuatan atau kecerdikan. Cirri tipe ini adalah memanipulasi individu untuk kepentingan pribadi dengan pengawasan yang ketat dan struktur organisasi yang kaku. c. Tipe hoarding, yaitu memiliki kepercayaab yang sangat minim kepada pihak eksternal, menyusun struktur organisasi sebagai alat untuk membentengi

6

kedudukannya. Pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan sendiri. d. Tipe marketing, yaitu memandang memandang dirinya sebagai komoditi dan memnadang nilai dirinya sejalan dengan imbalan. Bagi tippe ini struktur organisasi dan keputusan harus memberikan imbalan yang memadai bagi pengambil keputusan. e. Tipe produktif, yaitu memiliki kemampuan untuk memakai dan mewujudkan potensi yang dimilikinya.dalam pengambilan keputusan, cenderung membantu pihak lain dalam mengembangkan dirinya mencapai kemmapuan maksimal dengan mengintegrasikan suksesnya dengan sasaran organisasi. 2. Berdasarkan kriteria sumber keputusan, Chug dan Meginson (1981) yang mengutip pendapat Barnard (1938) dalam Djatmiko (2002) pengambilan keutusan aada 3 tipe, yakni: a. Intermediary decisions adalah pengambilan keputusan yang dilaksanakan atas desakan atasan dalam hirarki administrasi. b. Applate decisions adalah pengambilan keputusan atas desakan bawaha. c. Creative decisions adalah pengambilan keputusan atas inisiatif sendiri. 3. Berdasarkan atas kriteria struktur dan hubungan interpersonal (Lipham, 1974) dalam Djatmiko (2002), maka ada3 jenis yaitu: a. Pengambilan keputusan rutin atau terprogram adalah pengambilan keputusan yang pelaksanaannya bersifat hirarkis, terstruktur dan diprogramkan dengan seksama serta dilaksankan berulang baik karena dorongan atasan maupun bawahan. b. Pengambilan keputusan heuristik yaitu pengambilan keputusan yang lebih memberikan keleluasaan dalam mengembangkan gagasan-gagasan secara terbuka. c. Pengambilan keputusan kompromis/negosiasi adalah pengambilan keputusan yang dapat dipakai untuk mengatasi konflik karena perbedaan seperti nilai budaya, peran yang diharapkan, minat pribadi individu-individu, antara kelompok kepentingan. Disini pimpinan berperan sebagai mediator. 4. Berdasarkan dimensi kompleksitas variabel dan ketidakpastian hasil, Chung dan Meginson (1981) yang dikutip oleh Djatmiko (2002)membagi pengambilan keputusan menjadi 4 yakni:

7

a. Pengambilan keputusan berprogram dimana sifatnya berulang, rutin, dengan jumlah variabel terbatas dan hasil setiap alternative dapat diketahui. b. Pengambilan keputusan analitis, dimana variabelnya kompleks, dengan melinatkan analisis statistic. c. Pengambilan keputusan judgementel disini terlibat variabel dalam jumlah kecil tetapi setiap jumlah setiap variabel tidak diketahui dengan pasti. d. Pengambilan keputusan adaptif adalah pengambilan keputusan dengan melibatkan sejumlah besar variabel dan hasil setiap variabel tidak dapat diprediksi. 5. Berdasarkan gaya dalam pengambilan keputusan, Hersey dan Blanchard (1992) yang dikutif oleh Djatmiko (2002) membedakan pengambilan keputusan ke dalam 4 gaya yaitu: a. Pengambilan keputusan otoritatif, ini dipakai dalam situasi dimana didalamnya terdapat manajer yang mempunyai pengalaman dan imformasi serta iktikad yang kuat yang dihadapkan dengan anak buah yang kurang memiliki kemampuan, iktikad atau kepercayaan diri untuk membantu pimpinan melakukan pengambilan keputusan secara mandiri. b. Pengambilan keputusan konsulatif, adalah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh majaer yang dihadapkan dengan bawahan yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan serta iktikad untuk membantu pimpinan mempertimbangkan masukan mereka. c. Pengambilan keputusan fasilitatif yakni pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama antara pimpinan dan bawahan. d. Pengambilan keputusan delegatif adalah pengambilan keputusan yang didalamnya terdapat bawahan yang memiliki kesiapan yang tinggi baik pengalaman informasi, maupun iktikad untuk membuat keputusan atau rekomendasi yang baik. 6. Berdasarkan cara/ pendekatandalam mengambil keputusan Robbins dan Coulter (2004) membagi pengambila keputusan menjadi: a. Pengambilan keputusan rasional, yaitu pengambilan keputusan dimana masalah yang dihadapi jelas, tidak adakonflik sasaran, mengetahui segala pilihan yang jelas, menjaga pilihan supaya tetap konstan tidak ada kendala waktu dan biaya, dan memilih pilihan terakhir yang memaksimalkan hasil.

8

b. Pengambilan keputusan rasional terbatas, yakni pengambilan keputusan yang disederhankan karena keterbatasan kemampuan dalam memproses imformasi, keterbatasan dalam menganalisis imformasi sehingga keputusan yang diambil sekesar memenuhi syarat buka yang maksimal. c. Pengambilan keputusan intuisi, adalah proses pengambilan keputusan berdasarkan intuisi atau perasaan dibawah sadar atau “perasaan hati yang paling dalam’ bisa karena didasari ole pengalaman, niali etika/budaya, mental bawah sadar, perasaan/emosi, kognisi/pikiran (karena keahlian, pengetahuan dan pelatihan).

2.5 Jenis Keputusan Terkait dengan Masalah yang Dihadapi Menurut Herbert Simon (1992), ada dua jenis keputusan yaitu: 1.

Keputusan yang diprogramkan (program decision) Keputusan ini merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara 2 alternatif atau lebih. Keputusan ini merupakan keputusan yang baik karena tedapat langkah-langkah pengambilan keputusan yang tertata sehingga dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan.

2.

Keputusan yang tidak diprogramkan (non-programmed decision) Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan

9

strategik. Jadi keputusan ini muncul dikarenakan adanya masalah baru yang belum pernah terjadi atau belum terdapat pengalaman terhadap masalah tersebut.

2.6 Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Pengambilan Keputusan 1) Menurut Gibson dan kawan-kawan (1997) faktor-faktor yang berpengaruh secara individual adalah sebagai berikut. a. Nilai/tata nilai, pedoman dasar dan kepercayaan yang dianut pengambil keputusan jika berhadapan pada situasi harus menentukan pilihan. b. Kepribadian, pengambil keputusan sering dipengaruhi oleh factor-faktor psikologis, baik sadar maupun tidak. c. Kecenderungan mengambil resiko,

pengambil keputusan akan selalu

berhadapan dengan risiko. d. Potensi ketidaksesuaian, terutaman pada saat keputusan dibuat.

2) Menurut Onong Uchjana Effendy (1996) ada tiga kekuatan yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut. a. Dinamika individu. Organisasi adalah wadah individu-individu yang masingmasing membawa sikap, perangai, dan watak sendiri. b. Dinamika kelompok. Organisasi adalah kelompok social, karena mereka terdiri dari sejulah individu yang saling berinteraksi secara intesif dan teratur, sehingga diantara mereka terdapat pembagian tugas, struktur, dan normanorma tertentu. c. Pengaruh norma ini besar sekali terhadap cara berfikir, dan bertingkah laku termasuk dalam proses pengambilan keputusan. d. Dinamika lingkungan. Yang dimaksud lingkungan disini adalah, kondisi dan factor-faktor yang berkaitan dengan suatu keputusan. 2.7 Pengambilan Keputusan Kelompok Berikut akan diuraikan keunggulan dan kekurangan dari keputusan kelompok itu yang dikutip dari pendapat Umar Nimran (1999) sebai berikut. 1) Keunggulan keputusan berkelompok a. Informasi dan pengetahuan lebih lengkap. Dengan menghimpun sumber daya dari sejumlah individu, berarti lebih banyak masukan yang dipakai dalam proses pembuatan keputusan.

10

b. Keragaman pandangan lebih banyak. Kelompok membawa heterogenitas mereka ke dalam proses keputusan. Hal ini membuka peluang bagi lebih banyak pendekatan dan alternatif yang akan menjadi pertimbangan. c. Penerimaan keputusan lebih besar. Banyak solusi yang ternyata gagal setelah keputusan diambil karena orang-orang tidak dapat menerima hasil keputusan tersebut. d. Bila orang yang akan dikenai oleh keputusan itu dan orang yang akan melaksanaknanya dapat ambil bagian dalam proses pembuatannya, maka mereka cenderung untuk menerimanya. 2) Legitimasi keputusan lebih kuat. Masyarakat kini menghargai metode-metode yang demokratis. 3) Kekurangan keputusan kelompok a. Memakan waktu. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengambil kesepakatan terhadap sebuah solusi daripada yang dilakukan oleh individu. b. Tekanan untuk sependapat. Keinginan anggota kelompok untuk diterima dan dipertimbangkan sebagai aset bagi kelompok akan mengakibatkan adanya penekanan pada pihak yang berbeda pendapat. c. Dominasi oleh minoritas. Diskusi kelompok boleh jadi didominasi satu atau beberapa anggota. d. Tanggung jawab yang kabur. Pada suatu keputusan individu, sudah jelas siapa yang bertanggungjawab, sedangkan pada keputusan kelompok tanggung jawab dari setiap kelompok diabaikan. 4) Teknik-teknik keputusan kelompok a. Brainstorming Teknik ini berusaha untuk menggali dan mendapatkan gagasan-gagasan dari anggota kelompok. b. Nominal Group Technique (NGT) Berbeda dengan brainstorming, teknik ini berkenaan dengan penggalian dan evaluasi terhadap gagasan secara sekaligus. c. Delphi Technique Dalam prosesnya adalah semata-mata tergantung pada kelompok nominal (para pakar) sebagai partisipan yang semuanya tidak melakukan interaksi tatap muka.

11

2.8 Implikasi Manajerial dalam Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah intisari dari manajemen organisasi, dan oleh karenanya dapat berpengaruh terhadap masa depan organisasi. Setiap anggota organisasi lebih-lebih yang berada dalam level manajemen wajib hukumnya untuk terampil dalam mengambil keputusan

baik

ketika

merencanakan,

mengorganisasikan,

memimpin,

dan

mengendalikan. proses dalam mengambil keputusan tersebut akan banyak berkaitan dengan jenis masalah apakah terstruktur atau tidak terstruktur, kondisi, pendekatan serta gaya dalam mengambil keputusan. Robbins (2001) memberi tip bagi manajer untuk memperbaiki kualitas pengambilan keputusannya yaitu: pertama, analisis situasi; kedua, sadarlah akan adanya bias; ketiga, kombinasikan analisis rasional dengan intuisi; keempat, jangan mengasumsikan bahwa gaya pengambilan selalu pas untuk setiap pekerjaan atau masalah, dan akhirnya selalulah bersikap kreatif.

12

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Keputusan muncul saat seseorang menetapkan pilihan atas beberapa alternative yang tersedia dihadapannya, tetapi kosekuensinya sangat menentukan dimasa selanjutnya. Jadi keputusan itu adalah tindakan penentuan suatu pendapat/pilihan diantara sekian banyak alternative. Sehingga membuat keputusan itu adalah mengambil atau memilih alternatif. Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai definisi pengambilan keputusan dan urgensinya. Beberapa ahli menyatakan pendapat mereka mengenai pengambilan keputusan dan elemen dasarnya. Ada beberapa tipe yang mewarnai pengambilan keputusan yaitu berdasarkan atas analisis psikologis personalitasnya, berdasarkan kriteria sumber keputusan, berdasarkan atas kriteria struktur dan hubungan interpersonal, berdasarkan dimensi kompleksitas variabel dan ketidakpastian hasil, berdasarkan gaya dalam pengambilan keputusan, dan berdasarkan cara/ pendekatandalam mengambil keputusan. Jenis keputusan ada dua diantaranya keputusan yang diprogramkan (program decision) dan keputusan yang tidak diprogramkan (non-programmed decision). Pengambilan keputusan adalah intisari dari manajemen organisasi, dan oleh karenanya dapat berpengaruh terhadap masa depan organisasi. Setiap anggota organisasi lebih-lebih yang berada dalam level manajemen wajib hukumnya untuk terampil dalam mengambil keputusan

baik

ketika

merencanakan,

mengorganisasikan,

memimpin,

dan

mengendalikan. proses dalam mengambil keputusan tersebut akan banyak berkaitan dengan jenis masalah apakah terstruktur atau tidak terstruktur, kondisi, pendekatan serta gaya dalam mengambil keputusan.

13

DAFTAR PUSTAKA 

Ardana.2009, Perilaku Keorganisasian,Denpasar:Graha Ilmu



Wibowo,2013, Perilaku dalam Organisasi,Jakarta:RajawaliPers

14

Related Documents


More Documents from ""

Peror Sap 7.docx
July 2020 4
Bab2bronkiolitis.docx
May 2020 32
Soal Us.docx
May 2020 34
2.notulen.doc
April 2020 33
1 Konsep Tumbuh Kembang.docx
December 2019 48