Permasalahan Tegalalang.docx

Walaupun dalam penataan dan perancangan sebuah kawasan sudah dilakukan pertimbangan terkait peraturan dan regulasi, masih terdapat pelanggaran regulasi baik yang dilakukan oleh perancang maupun penghuni atau penduduk. Setelah melakukan tinjau pustaka dan observasi pada obyek Desa Wisata, Tim Penulis mencoba menganalisa permasalahan yang muncul terkait penataan kawasan, khususnya penataan landscape pada obyek observasi (Desa Wisata). Pada bagian ini akan dibahas mengenai Permasalahan yang ada di desa Tegalalang antara lain adalah sebagai berikut: 

Sempadan Jalan Desa tegalalang merupakan salah satu desa wisata yang didatangi banyak wisatawan setiap harinya. Dengan adanya peluang ini warga setempat mencoba untuk memanfaatkan peluang ini untuk berjualan souvenir yang dibuat secara handmade. Namun sayangnya upaya ini tidak dibarengi oleh pengetahuan pemilik toko dalam hal membangun tokonya. Di sepanjang Jalan Raya Tegalalang banyak sekali ditemui Toko Souvenir yang tidak menerapkan aturan Garis Sempadan Bangunan atau sering disebut sebagai GSB. Apabila peraturan tentang Garis Sempadan Bangunan tidak dihiraukan, selain merugikan diri sendiri dengan membahayakan bangunan sendiri, akan ada sanksi yang diberikan sebagaimana tercantum dalam peraturan perundang-undangan. Sanksi yang diberikan dapat berupa peringatan tertulis hingga adanya perintah pembongkaran bangunan dan dapat pula berupa denda.



Akomodasi parkir obyek wisata memakan badan jalan Dalam operasi obyek wisata, penyediaan akomodasi lahan parkir merupakan salah satu hal yang penting, sehingga penyediaan Lahan parkir yang baik sangat diperlukan. Lahan Parkir yang baik merupakan lahan parkir yang dapat mengakomodasi dan menampung kendaraan pengunjung yang datang sehingga kendaraan dapat tertata dengan rapi dan tidak mengganggu sirkulasi sekitar maupun dalam obyek wisata.

Setelah melakukan observasi pada berbagai obyek wisata yang ada di Desa Wisata Tegalalang, Tim Penulis menemukan beberapa kesalahan desain pada penyediaan Lahan Parkir. Misalnya masalah tidak tersedianya lahan parkir bagi wisatawan di banyak obyek wisata terasering. Akibatnya badan jalan digunakan sebagai lahan parkir oleh pengelola, sehingga menimbulkan masalah lainnya, salah satunya kemacetan yangmana dapat meningkatkan resiko kecelakaan lalu lintas. 

Obyek Wisata Terasering Rawan Terkena Longsor Lahan berkontur merupakan tipe lahan yang memiliki ketidaksetaraan tinggi lahan, berbeda dengan lahan datar yang hampir memiliki ketinggian setara atau datar, tidak memiliki perbedaan ketinggian. Kondisi lahan seperti ini biasanya dapat kita jumpai di daerah dataran tinggi seperti pegunungan atau perbukitan. Beberapa dapat kita jumpai di daerah dataran rendah, namun perbedaan tinggi lahan biasanya tidak seekstrim di daerah dataran tinggi. Setiap tipe lahan memiliki cara pertahanannya sendiri. Contohnya pada lahan miring, Pohon yang memiliki daya cengkram kuat - seperti Pohon dikotil - yang dapat menumbuhkan akar yang kuat sehingga dapat mencengkram tanah sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya longsor.

Namun hal ini jarang ditemui pada obyek-obyek wisata terasering yang menampilkan padi sebagai “obyek tontonan utama”, dan melupakan langkah preventif pencegahan bencana longsor. 

View Persawahan yang Terhalang

View yang terbentang sepanjang 1,2 kilometer di sebelah timur kawasan, hanya bisa dinikmati pada beberapa titik tertentu, padahal bila tidak dihalangi oleh toko-toko souvenir area untuk melihat view bisa dinikmati lebih luas dan semua view persawahan bisa dinikmati dari area jalan.