Peritonitis Silvi.docx

  • Uploaded by: Anissa Inayah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peritonitis Silvi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,117
  • Pages: 38
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II “PERITONITIS”

Disusun Oleh Kelompok 1: SILVIA LESTARI (717.6.2.0920) ANISATUL INAYAH(717.6.2.0924)

Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Tahun Pelajaran 2018-2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua umumnya dan kepada kelompok kami khususnya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tugas ini dapat terlaksana karena adanya kerjasama anggota kelompok dan juga karena adanya dukungan baik material maupun spiritual dari orang tua yang telah membantu kelancaran tugas ini. Besar harapan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk dijadikan pertimbangan dan koreksi selanjutnya. Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan ataupun kerancuan baik dalam bahasa ataupun tulisan. Kami juga menerima kritik dan saran dari pembaca yang nantinya akan berguna bagi kelompok kami. Terima Kasih.

Sumenep, 13 Maret 2019

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii BAB I .........................................................................................................................................1 PENDAHULUAN......................................................................................................................1 1.1

Latar Belakang ..........................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah .....................................................................................................2

1.3

Tujuan ........................................................................................................................2

BAB II ........................................................................................................................................3 PEMBAHASAN ........................................................................................................................3 2.1.

Anatomi Peritonium ..................................................................................................3

2.2

Definisi ......................................................................................................................4

2.3

Etiologi ......................................................................................................................6

2.4

Klasifikasi ..................................................................................................................7

2.5

Patofisiologi...............................................................................................................9

2.6

Manifestasi Klinis ....................................................................................................10

2.7

Pemeriksaan Diagnostik ..........................................................................................12

2.8

Penatalaksanaan.......................................................................................................12

2.9

Komplikasi Peritonitis .............................................................................................15

2.10

Asuhan Keperawatan Peritonitis .............................................................................16

2.11

PATHWAY/WOC: ...................................................................................................20

BAB III ....................................................................................................................................21 ASUHAN KEPERAWATAN PERITONITIS ..........................................................................21 2.12

Contoh Kasus ..........................................................................................................21

2.13

Asuhan Keperawatan ...............................................................................................21

BAB IV ....................................................................................................................................32 PENUTUP ................................................................................................................................32 4.1

KESIMPULAN .......................................................................................................32

4.2

Saran ........................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................33

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utamanya. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi,atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Peradangan Peritoneum(peritonitis)merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen misalnya (apendisitis,salpingitis,perforasi ulkus gastroduodenal),rupture saluran cerna , komplikasi post operasi,iritasi kimiawi,atau dari luka tembus abdomen.Pada keadaan normal ,peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri secara inokulasi kecil-kecilan.kontaminasi yang terus menerus,bakteri yang virulen,penurunan resistensi , dan adanya benda asing atau enzim pecerna aktif merupakan fakto faktor yang memudahkan terjadinya peritonitis. Keputsan untuk melakukan tindakan bedah harus segera di ambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung

dari

kemampuan

melakukan

analisis

anamnesis,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1

Bagaimana anatomi dari organ peritonitis( peritoneum)?

0

pada

data

1.2.2

Apa definisi peritonitis?

1.2.3

Bagaimana etiologi pada peritonitis?

1.2.4

Bagaimana klasifikasi dari peritonitis?

1.2.5

Bagaimana patofisiologis daeri peritonitis?

1.2.6

Bagaimana manifestasi klinis pada peritonitis?

1.2.7

Bagaimana pemeriksaan diagnosis pada peritonitis?

1.2.8

Bagaimana penatalaksanaan peritonitis?

1.2.9

Bagaimana komplikasi pada peritonitis?

1.2.10 Bagaimana asuhan keperawatan yang berikan pada pasien dengann peritonitis 1.3 Tujuan 1.3.1

Mengetahui anatomi dan organ peritoneum

1.3.2

Mengetahui definisi peritonitis

1.3.3

Mengetahui etiologi peritonitis

1.3.4

Mengetahui klasifikasi dari peritonitis?

1.3.5

Mengetahui patofisologi dari peritonitis?

1.3.6

Mangetahui manifestasi klinis dari peritonitis?

1.3.7

Mengetahui pemeriksaan diagnosis pada peritonitis?

1.3.8

Mengetahui penatalaksanaan pada peritonitis?

1.3.9

Mengetahui komplikasi pada peritonitis?

1.3.10 Mendiskusikan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan peritonitis?

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1.Anatomi Peritonium

Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epithelial.pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang

2

rongga yaitu coelom.diantara dua rongga terdapatentoderm yang merupakan dinding eteron.eteron di daerah abdomen menjadi usus, kedua rongga mesoderm , dorsal dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm tersebut kemudian menjadi peritoneum. Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi dinding rongga abdomen dan peritoneum visceral yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen. Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal atau kantong peritoneum. Pada laki-laki berupa kantong tertutupdan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga peritoneum, didalam peritoneum terdapat banyak lipatan atau kantong.lipatan besar(omentum mayor)banyak lemak yang terdapat disebelah depan lambung.lipatan kecil(omentum minor)meliputi hati,kurvaturan minor, dan lambung berjalan keatas dinding abdomen dan membentuk mesenterium usus halus. Lapisan peritoneum dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Lembaran

yang

menutupi

dinding

usus,

disebut

lamina

visceralis(tunika serosa) 2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis 3. Lembaran yang menghubungkan lamina vaseralis dan lamina parietalis Fungsi peritoneum: 1. Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis. 2. Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam 3. rongga peritoneum tidak saling bergeseka. 4. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen 5. Tempat kelenjar limfe dan pembulah darah yang membantu melindungi terhadap infeksi. 2.2 Definisi Peritonitis adalah peradangan pada semua bagian peritonium. Ini berarti baik perritoneum parietal, yaitu membran yang melapisi dinding

3

abdomen, maupun peritoneum viseral, yang terletak di atas visera atau organorgan internal, meradang. ( WHO.2002:63). Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasita peritoneal oleh bakteri atau kimia (Marylinn E,doenges, 1999 hal:513) Peri Peritonitis adalah peradangan pada semua bagian peritonium. Ini berarti baik perritoneum parietal, yaitu membran yang melapisi dinding abdomen, maupun peritoneum viseral, yang terletak di atas visera atau organorgan internal, meradang. ( WHO.2002:63). . merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronik/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular dan tanda-tanda umum inflamasi. Peritonitis adalah radang peritoneum dengan eksudasi serum, fibrin, sel-sel dan pus, biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan nyeri tekan pada abdomen, konstipasi, muntah dan demam peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada peritoneum. Peritoneum adalah membrane serosa rangkap yang terbesar didalam tubuh. Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal dan peritoneum visceral, yang berfungsi menutupi sebagian besar dari organorgan abdomen dan pelvis, membentuk perbatasan halus yang memungkinkan organ saling bergeser tanpa ada penggesekan. Organ-organ digabungkan bersama dan menjaga kedudukan mereka tetap, dan mempertahankan hubungan perbandingan organ-organ terhadap dinding posterior abdomen. Sejumlah besar kelenjar limfe dan pembuluh darah yang termuat dalam peritoneum, membantu melindunginya terhadap infeksi. Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritoneum adalah lapisan tunggal dari sel-sel mesoepitelial diatas dasar fibroelastik. Terbagi menjadi bagian visceral, yang menutupi usus dan mesenterium, dan bagian parietal yang melapisi dinding abdomen dan berhubungan dengan fasia muskularis. Peritoneum viselare yang menyelimuti organ perut dipersyarafi oleh system

4

syaraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahita pada usus dapat dilakukan tanpa dirasakan oleh pasien. Akan tetapi bila dilakukan tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot yang menyebabkan ischemia misalnya pada colic atau radang seperti appendicitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang merasakan nyeri visceral biasanya tidak dapat menunjukan dengan tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya dengan menunjuk daerah yang nyeri. Peritoneum perietale, dipersyarafi oleh syaraf tepi, sehingga nyeri dapat timbul karena adanya rangsang yang berupa rabaan, tekanan atau proses radang. Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau atau disayat, dan pasien dapat menunjukkan dengan tepat lokasi nyeri. Area permukaan total peritoneum sekitar 2 meter, dan aktivitasnya konsisten dengan suatu membrane semi permeable. Cairan dan elektrolit kecil dapat bergerak kedua arah. Organ-organ yang terdapat dicavum peritoneum yaitu gaster, hepar, vesia fellea, lien, ileum jejunum, kolon transfersum, kolom sigmoid, sekum dan appendix (intra peritoneum), pancreas,duodenum, kolon ascenden, desenden, ginjal dan ureter (retroperitoneum) tonitis adalah infeksi nifas yang dapat menyebar melalui pembuluh limfe yang berada di dalam uterus langsung mencapai peritoneum. Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput tipis yang melapisi dinding abdomen dan meliputi organ-organ dalam. Kasus peritonitis akut yang tidak tertangani dapat berakibat fatal. Pada saat ini penanganan peritonitis dan abses peritoneal melingkupi pendekatan multimodal yang berhubungan juga dengan perbaikan pada faktor penyebab, administrasi antibiotik, dan terapi suportif untuk mencegah komplikasi sekunder dikarenakan kegagalan sistem organ. 2.3 Etiologi Ada dua jenis peritonitis: 1. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP) atau peritonitis primer adalah hasil dari infeksi cairan dalam rongga peritoneum Anda. Gagal hati

5

atau gagal ginjal dapat menyebabkan kondisi ini. Orang-orang dengan kondisi dialisis peritoneal untuk gagal ginjal juga mengalami peningkatan risiko untuk SBP. SBP terjadi bukan karena infeksi intra abdomen tetapi biasanya terjadi pada pasien yang asites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau pembulu darah limfe mesenterium. Kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati yang kronik.semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi resiko terjadinya peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul komponen asites pathogen yang paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negative E.coli 40%,klebsiella 7,spesies pseudomonas 15, proteus da gram lainnya 15, dan golongan staphylacaccus 3, selain itu terdapat anaerob dan infeksi bakteri. 2. Sementara peritonitis sekunder biasanya disebabkan oleh perforasi atau nekrosis(infeksi transmural) disebabkan oleh bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas. infeksi bakteri yang menyebar dari saluran pencernaan. Kondisi berikut dapat menyebabkan peritonitis: 

Luka perut atau cedera



Usus buntu yang pecah



Ulkus atau luka lambung



Usus berlubang



Diverticulitis, ketika kantung terbentuk pada dinding usus besar dan menjadi meradang



Pankreatitis, merupakan peradangan pada pankreas



Sirosis hati atau jenis lain dari penyakit hati



Infeksi kandung empedu, usus, atau aliran darah



Penyakit radang panggul, yang merupakan infeksi organ reproduksi wanita



Penyakit Crohn, merupakan jenis penyakit inflamasi usus

6



Prosedur medis invasif, termasuk pengobatan untuk gagal ginjal, operasi, atau penggunaan selang untuk makan.

2.4 Klasifikasi Berdasarkan pathogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Peritonitis Bakterial Primer Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavum peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen.Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Spesifik : misalnya Tuberculosis 2.Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis. Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi,

keganasan

intraabdomen,

imunosupresi

dan

splenektomi.Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.

b) Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa) Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organism tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya infeksi ini. Bakterii anaerob, khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi. Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat suatu peritonitis. Kuman dapat berasal dari: 1) Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal. 2) Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.

7

3) Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya appendisitis.

c) Peritonitis non bacterial akut: Peritonitis yang disebabkan oleh jamur, seperti Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, seperti misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.

d) Peritonitis non bacterial kronik (Granulomatous peritonitis). Peritoneum

dapat

bereaksi

terhadap

penyebab

tertentu

melaluii

pembentukkan granuloma, dan sering menimbulkan adhesi padat. Peritonitis granulomatosa kronik dapat terjadi karena talk (magnesium silicate) atau tepung yang terdapat disarung tangan dokter. Menyeka sarung tangan sebelum insisi, akan mengurangi masalah ini. 2.5 Patofisiologi Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus. Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia. Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah

8

kapiler organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkunglengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus. Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga dapat terjadi peritonitis. 2.6 Manifestasi Klinis 

Demam.



Nyeri perut yang semakin terasa jika bergerak atau disentuh.



Perut kembung.



Mual dan muntah.



Nafsu makan menurun.

9



Konstipasi dan tidak bisa buang gas.



Lemas.



Jantung berdebar.



Tidak mengeluarkan urine atau jumlah urine lebih sedikit. Bagi

penderita gagal

ginjal yang

menjalani continuous

ambulatory

peritoneal dialysis (CAPD) atau cuci darah melalui perut, apabila terjadi peritonitis, cairan yang dikeluarkan dari rongga perut akan terlihat keruh dan mengandung

gumpalan-gumpalan

berwarna

putih.

CAPD

atau cuci

darah melalui perut adalah metode terapi yang menggantikan tugas ginjal untuk membuang zat limbah dari darah dengan bantuan cairan khusus yang dimasukkan ke rongga perut, melalui kateter atau selang permanen yang sudah dipasang sebelumnya di perut. Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis tanda dan gejalanya ; demam, Perut bawah nyeri, keadaan umum tetap baik, pada pelvioperonitis bisa terdapat pertumbuhan abses, nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan, ibu dengan peronitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing. Diagnosis peritonitis ditegakan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneun visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi, nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maksimum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekainsme antisipasi penderita

secara

tidak

sadar

utnuk

menghindari

meyakinakan/tegang karena iritasi peritoneum.

10

palpasinya

yang

Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatranspalntasi, atau hiv), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, enselofati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi. 2.7 Pemeriksaan Diagnostik Tes diagnostik untuk peritonitis dapat mencakup: 1) Tes darah dan urin (leukositosis, hematokrit meningkat, asidosis metabolik) 2) Studi pencitraan seperti X-ray dan scan computerized tomography (CT),Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan : a. Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis. b. Usus halus dan usus besar dilatasi. c. Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi. 3) Exploratory surgery (Eksplorasi bedah). 2.8 Penatalaksanaan 1) Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari penatalaksanaan medik. 2) Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah. 3) Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen. 4) Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi.

11

5) Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga diperlukan. 6) Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama). 7) Tujuan utama tindakan bedah adalah untuk membuang materi penginfeksi dan diarahkan pada eksisi, reseksi, perbaikan, dan drainase. 8) Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal. Pengobatan Penderita peritonitis akan disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit. Beberapa penanganan bagi penderita peritonitis adalah: 

Pemberian obat-obatan. Penderita akan diberikan antibiotik suntik atau obat antijamurbila dicurigai penyebabnya adalah infeksi jamur, untuk mengobati serta mencegah infeksi menyebar ke seluruh tubuh. Jangka waktu pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan yang dialami pasien.



Pembedahan. Tindakan

pembedahan

dilakukan

untuk

membuang

jaringan yang terinfeksi atau menutup robekan yang terjadi pada organ dalam.Jika pasien mengalami sepsis atau infeksi yang sudah menyebar ke aliran darah, dokter bisa memberikan obat tambahan seperti obat untuk menjaga tekanan darah tetap normal. Sedangkan untuk pasien yang menjalani CAPD(continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)), dokter akan menyuntikkan obat langsung ke dalam rongga peritoneum, melalui kateter yang sudah terpasang sebelumnya. Pasien juga disarankan untuk menghentikan aktivitas CAPD dan menggantinya dengan cuci darah untuk sementara, sampai pasien sembuh dari peritonitis. Keperawatan/kebidanan selama masa pra, intra, post operatif maka tindakan bidan atau perawat harus memahami tahapan- tahapan yang dilakukan pada seorang pasien, tahapan tersebut, mencakup tiga fase yaitu a) Fase pra-operatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien digiring ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan

12

selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian data dasar pasien yang datang di klinik, rumah sakit atau di rumah, menjalani wawancara pra-operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan mungkin dibatasi hingga melakukan pengkajian pasien pra-operatif ditempat ruang operasi. b) Fase intra-operatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan medikasi melalui intervena sesuai

Instruksi

menyeluruh

Dokter,

sepanjang

melakukan prosedur

pemantauan

fisiologis

pembedahandan

menjaga

keselamatan pasien. Pada beberapa contoh, aktivitas keperawatan terbatas hanya pada menggemban tangan pasien selama induksi anastesia umum, bertindak dalam peranannya sebagai perawat scub, atau membantu dalam mengatur posisi pasien diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip- prinsip dasar kesejajaran tubuh. c) Fase pasca-operatif dimulai dengan masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini d) Pada fase pasca-operatif langsung, fokus terhadap mengkaji efek dari agen anastesia dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih

detail

memungkinkan

lagi

dalam

proses

unit

ini.

keperawatan

Kapan

pengkajian,

keperawatan, intervensi dan evaluasi diuraikan.

13

berkaitan

dan

diagnosa

Pencegahan Pencegahan peritonitis tergantung pada faktor risikonya. Misalnya pada pasien dengan kondisi sirosis dan terdapat asites, dokter dapat memberikan antibiotik untuk mencegah peritonitis. Sedangkan bagi seseorang yang menjalani CAPD,hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian peritonitis CPAD diperoleh hasil bahwa responden perempuan mempunyai kejadian peritonitis lebih tinggi dari pada laki-laki hal ini terjadi karna kecenderungan laki-laki yang kurang perhatian terhadap perawatan diri. ada beberapa langkah untuk menghindari peritonitis, yaitu: a.

Cuci tangan dengan bersih sebelum menyentuh kateter.

b.

Bersihkan kulit di sekitar kateter dengan antiseptik setiap hari.

c.

Simpan perlengkapan CAPD pada tempat yang higienis.

d.

Kenakan masker melakukan CAPD.

e.

Pelajarilah teknik CAPD yang benar.

f.

Jangan tidur dengan binatang peliharaan.

Prinsip umum terapi pada peritonitis adalah : a) Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena. b) Terapi antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan

infeksi

nifas.

Karena

pemeriksaan-pemeriksaan

ini

memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain. c) Terapi analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan pengisapan membantu dalam menghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan fungsi usus. Cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru dan menyebabkan distress pernapasan.Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan bantuan ventilasi diperlukan.

14

d) Tindakan pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila terdapat apendisitis, reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki pada ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis dan drainase pada abses. Pada peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan. Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan bersamaan. 2.9 Komplikasi Peritonitis Menurut Chushieri komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu : a. Komplikasi dini -

Septikemia dan syok septic\

-

Syok hipovolemik

-

Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan multi system

-

Abses residual intraperitoneal

-

Portal Pyemia (misal abses hepar)

b. Komplikasi lanjut -

Adhesi

-

Obstruksi intestinal rekuren

2.10 Asuhan Keperawatan Peritonitis 1. PENGKAJIAN a. Identitas Nama pasien, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat. b. Keluhan utama :Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut sebelah kanan dan menjalar ke pinggang. c. Riwayat Penyakit Sekarang:Peritinotis dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia, peritoneal diawali terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus, dan sirosis

15

hepatis dengan asites. d. Riwayat Penyakit Dahulu:Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi, operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati. e. Riwayat Penyakit Keluarga:Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini disebabkan oleh bakterial primer, seperti: Tubercolosis. Maka kemungkinan diturunkan ada. f. Pemeriksaan Fisik - Sistem pernafasan (B1) Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu pernafasan serta menggunakan otot bantu pernafasan. - Sistem kardiovaskuler (B2) Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia vaskular karena anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung irregular akibat pasien syok (neurogenik, hipovolemik atau septik), akral : dingin, basah, dan pucat. - Sistem Persarafan (B3) Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun hanya mengalami penurunan kesadaran. - Sistem Perkemihan (B4) Terjadi penurunan produksi urin. - Sistem Pencernaan (B5) Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul akibat proses patologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun (<12x/menit). - Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6) Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan aktivitas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat kekurangan volume cairan. g. Pengkajian Psikososial

16

Interaksi sosial menurun terkait dengan keikutsertaan pada aktivitas sosial yang sering dilakukan. h. Personal Hygiene Kelemahan selama aktivitas perawatan diri. i. Pemeriksaan Penunjang. -

Test laboratorium Leukositosis Hematokrit meningkat Asidosis metabolik

-

X-Ray

Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan : Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis, usus halus dan usus besar dilatasi, udara bebas (air fluid level) dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi. 2. DIAGNOSA a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan. b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.. c. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kedalaman pernafasan sekunder distensi abdomen dan menghindari nyeri. 3. PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI NO Tujuan INTERVE Diagnosa dan hasil keperawatan NSI 1. Mandiri Nyeri akut Tujuan : Setelah dilakukan  Pantau ( kaji ) berhubungan dengan: tindakan keluhan nyeri inflamasi, demama keperawatan dan catat lokasi dan kerusakan selama 1 x 24 jam, nyeri serta nyeri berkurang. jaringan: intensitas nyeri Kriteria hasil : DS :  Ajarkan teknik DO :  Pasien terlihat untuk melakukan lebih tenang perawatan luka 2x sehari dengan  Laporan nyeri hilang/terkontro dibantu keluarga.

17

l.

2.

Risiko tinggi infeksi Tujuan : berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan luka post operasi. keperawatan selama 1 x 24 jam mengurangi infeksi DS : yang terjadi, DO : meningkatkan kenyamanan pasien: Kriteria hasil: -Meningkatnya penyembuhan pada waktunya, bebas drainase purulen atau eritema, tidak demam. -Menyatakan pemahaman penyebab individu / faktor resiko.

3

Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kedalaman pernafasan sekunder distensi abdomen dan menghindari nyeri.

DS :

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam pola nafas efektif, ditandai bunyi nafas normal, tekanan O2 dan saturasi O2

18

 Observasi ttv Kolaborasi  Pemberian obat penghilang nyeri berkolaborasi dengan dokter. Mandiri  Catat faktor risiko individu contoh trauma abdomen, apendisitis akut, dialisa peritoneal.  Pertahankan teknik aseptik ketat pada perawatan drein abdomen, luka insisi/terbuka, dan sisi invasif.  .Lakukan perawatan luka dengan steril.  kolaboraso dalam pemberian antibiotik, contoh gentacimin (Garamycyin), amikasin (amikin), Klindamisin (Cleocin). Lavase pritoneal/ Mandiri  Pantau hasil analisa gas darah dan indikator hipoksemia: hipotensi, takikardi, hiperventilasi, gelisah, depresi SSP, dan

DO :

sianosis  Auskultasi paru untuk mengkaji ventilasi dan Kriteria Hasil: mendeteksi komplikasi pulmoner.  Pertahankan -Pernapasan tetap pasien pada dalam batas normal posisi semifowler. -Pernapasan tidak  Berikan O2 sulit sesuai progra normal.

-Istirahat dan tidur dengan tenang -Tidak menggunakan otot bantu nafas.

4. IMPLEMENTASI Implementasi sesuai intervensi 5. EVALUASI Evaluasi dilakukan menggunakan SOAP dan masalah keperawatan teratasi.

19

2.11 PATHWAY/WOC:

Peritonium Pengobatan Parietal

Visceral

Terapi analgesik

Pencegahan

Antibiotik/obat jamur

Manifestasi klinis

Terkontaminasi bakteri/kimia

Demam Nyeri Abses

E.coli, klebsiella, pseodomonar, streptococus

Inflamasi PERITONITIS

Akut Inflamasi

Rangsang aktivitas parasimpati k

Syok

MK:

Peristaltik

Absorbsi

Paralisys usus

Produksi

muntah

Peradangan

Penumpukan cairan di peritonium

Kronis

Mual,

Kompersi jarigan Lambung tertekan Distensi abdomen

urin

MK: Kekurang an jumlah cairan

Nutrisi tidak terpenuhi MK: Gangguan pemenuha n nutrisi

Hipotermi

20

Akumulasi abdomen

MK: Nyeri

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PERITONITIS 2.12 Contoh Kasus Ny.s seorang ibu rumah tangga berusia 35 tahun , wanita suku jawa datang kerumah sakit dengan diantar keluarganya dengan keluhan kadang luka bekas operasi diperutnya terasa nyeri.keluarga mengatakan nyerin di seluruh perutnya.sebelumnya keluarga klien tidak pernah memiliki riwayat seperti ini dan tidak mempunyai penyakit keturunan ataupun penyakit menular, menurut keluarga klien nyeri yang timbul ialah akibat dari luka bekas operasi dimana nyeri tersebut terasa seperti ditusuk-tusuk pada bagian perut tengah,terlebih nyeri akan terasa jika klien bergerak. Dari hasil observasi TTV: TD:120/70 mmHg, S:37°C, nadi :66 x/ menit,RR:20x/m. 2.13 Asuhan Keperawatan 2.13.1 PENGKAJIAN 

Identitas klien

Nama

:Ny.s

Umur

: 35Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Suku / Bangsa

: jawa/Indonesia

Alamat

: JL. Mawar,simpangan 1

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Status Perkawinan

: Menikah

No.Rekam Medik

: 055988

Tanggal Masuk RS

: 09 Maret 2011

Tanggal Pengkajian

: 1 Desember 2018

Diagnosa Medis 

: Peritonitis, Post Op Laparatomy

Identitas Penanggung Jawab

Nama

: Tn.M

21

Umur

: 40Tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Agama

: Islam

Suku / Bangsa

: Indonesia

Alamat

: JL. Mawar,simpangan 1

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: wiraswasta

Hubungan dengan klien

: suami



Riwayat kesehatan a. Keluhan Utama Klien Mengatakan kadang luka bekas operasi diperutnya terasa nyeri. b. Riwayat Penyakit Sekarang Peritonitis post op laparatomy c. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya dan tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti ini sebelumnya, dan tidak mempunyai penyakit keturunan ataupun penyakit menular. e. Riwayat Psikologi Klien mengatakan tidak menerima keadaannya tapi keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien. f. Riwayat Spritual Klien menganut agama Islam dan selalu berdoa akan kesembuhan penyakitnya g. Pola aktivitas sehari-hari

NO

Kegiatan

1.

Pola makan

Sebelum sakit

-

3x sehari Nasi sayur

22

Selama sakit

-

1x sehari Nasi sayur dan lauk

dan lauk

2.

porsi berkurang

-

2 piring Tidak ada

-

Ada masalah. Perasaan kenyang.

-

8 gelas/hari Air putih

-

3gelas/hari Air putih

-

1x/hari Padat kuning 6-7x/hari Kuning jernih

-

2 hari/x1

-

3-4x/hari Kuning pekat Terpasang kateter

-

4 jam/hari

-

2 jam/hari

-

7 jam/hari

-

2 jam/hari

-

Tidak ada

-

Susah tidur akibat nyeri

2x/hari 2x/hari

-

1x/hari 1x/hari

Bersih Bersih 2x/hari

-

Bersih Bersih 2x/hari

Pola minum

3.

Pola BAB

eliminasi

BAK

4.

Pola aktivitas dan istirahat -

Tidur siang - Tidur malam - Gangguan tidur Personal hygiene

5.

-



Mandi Gosok gigi - Rambut - Kuku - Ganti pakaian PEMERIKSAAN FISIK

Tingkat kesadaran

: Compos Mentis

Tanda-tanda vital S: 37°c ,N: 66x/ menit,RR: 20x/ menit, TD: 120/70 mmHg. Kepala: simetris, tidak terdapat benjolan dan bekas luka Mata: simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih Hidung: Simetris, tidak terdapat cuping hidung, tidak ada tanda infeksi

23

Telinga: Simetris, tidak terdapat serumen, pasien mampu mendengarkan dengan baik. Mulut: Lidah bersih, mukosa lembab, terdapat karies gigi, gusi merah muda dan tidak ada pendarahan Leher: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan dan pembesaran kelenjar Dada/Thoraks Inspeksi

: Simetris dan pernapasan spontan

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan

Perkusi

: Sonor

Auskultasi

: Tidak ada suara tambahan

Abdomen

: Terdapat luka jahitan post operasi laparatomy padaabdomen bagian tengah dan terpasang selang drainage pada abdomen sebelah kanan.

Inspeksi

: ada bekas luka operasi

Palpasi

: ada nyeri tekan

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus 3x/menit

Genetalia

: tidak ada lesi atau edema

Ekstremitas

: ekstremitas atas dan bawah dapat digerakkan dengan normal, dan teraba hangat

Kulit

: warna kuning langsat turgor kembali 2detik dan tidak ada masalah



POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit : Klien mengatakan ingin cepat sehat, agar cepat bisa pulang karena sudah lelah di rumah sakit. 2. Kognitif

:Klien dan keluarga menyadari kondisi penyakit klien sekarang,

bahwa pada kasus yang dialami pada dirinya harus dilakukan tindakan operasi. 3. Persepsi diri/konsep diri:Klien dan kluarga dapat menerima konsisinya sekarang. 4. Peran / berhubungan :Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik

24

5. Koping – Toleransi stress:Klien mengatakan jika ada masalah selalu diselesaikan dengan baik dan dibicarakan dengan baik. 6. Nilai – Pola keyakinan :Klien mengatakan yakin bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tidak ada berhubungan dengan larangan agama dan keyakinan klien 

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan EKG Ny. Y pada tanggal 09 Januari 2018 : 1. Sinus rythm 2. Right axis deviantion 3. Incomplete right bundle branch block 4. Left posterior homblock 5. Loag carrected Q.t inverval Abnormal EKG 

THERAPHY

1. Infus RL 20 : D5% 2:2 20 tpm 2. Infus Metronidazole 3x500ml (antibiotik obat anti mikroba yang digunakan untuk berbagai macam infeksi ) 3. Infus PCT 3x500mg (paracetamol infus untuk mengatasi demam) 4. Injeksi cefotaxime tunggal dosis 3x1 gram,2x1 gram dan 3x2 dengan presentase sebesar 89,3%, 7,1%, dan 3,6% ( antibiotik untuk menangani penyebaran berbagai variasi infeksi bakteri ) 5. Injeksi Ketorolac 30mg 3x1 (obat anti inflamasi nonsteroid pereda nyeri) 6. Injeksi Ranitidin 50mg 2x1 ( obat yang diindikasikan untuk maag dan lambung) 7. Injeksi ODR 4mg 2x1 (obat anti mual muntah) 8. PO. Chana 3x1 2.13.2 ANALISA DATA

25

Nama Klien

: Ny.S

Umur

: 35 tahun

Diagnosa

No. Reg.

: 055988

: peritonitis,post op laparatomy

NO JAM/TGL ANALISA

ETIOLOGI

MASALAH

peritonitis

Nyeri akut

DATA 1.

02-12-18 08.wib

DS: Klien mengatakan kadang luka bekas operasi nya terasa nyeri, seperti ditusuktusuk pada bagian abdomen , nyeri muncul ketika klien bergerak.

Tindakan pembedahan

inflamasi

Nyeri

DO:

2.

01-12-18 08.30 wib

- Klien tampak lemas, kesadaran compos mentis,terdapat luka jahitan post operasi pada abdomen bagian tengah,terdapat selang drainage pada abdomen sebelah kanan. - Klien mengatakan tidak nyaman dengan luka bekas operasinya. - Terdapat luka jahitan post operasi pada abdomen bagian tengah, terdapat selang

peritonitis

Resiko tinggi infeksi

luka post operasi

resiko infeksi

26

drainage pada abdomen sebelah kanan. 2.13.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS 1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis(inflamasi) 2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi

2.13.4 INTERVENSI KEPERAWATAN N DIAGNOSA O KEPERAWATAN

TUJUAN

INTERVENSI

1 Nyeri akut b/dagen pencedera fisiologis (inflamasi) ditandai dengan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, nyeri berkurang. Kriteria hasil: 1. Klien tidak mengeluh nyeri 2. Skala nyeri berkurang (skala 0-2) 3. Klien tampak rileks 4. Tandatanda vital dalam batas normal.

Mandiri  Membantu dalam  Pantau ( kaji ) manajemen nyeri keluhan nyeri dan catat lokasi nyeri serta intensitas nyeri  Ajarkan  Meminimalisir resiko teknik untuk infeksi melakukan perawatan luka 2x sehari dengan dibantu keluarga Kolaborasi  Pemberian obat penghilang nyeri berkolaborasi dengan dokter  Memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

DS: -

Klien mengatakan luka bekas operasi nya terasa nyeri, seperti ditusuktusuk pada bagian abdomen , nyeri muncul ketika klien bergerak.

DO: -

Klien tampak lemas, kesadaran compos mentis,terdap at luka jahitan post operasi pada 27

RASIONAL

abdomen bagian tengah,terdap at selang drainage pada abdomen sebelah kanan - 2Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan: DS -

Mandiri 1.Catat faktor risiko individu contoh trauma abdomen, apendisitis akut, dialisa peritoneal. 2.Catat warna Kriteria Hasil : :Klien kulit, suhu, mengatakan kelembaban. tidak nyaman 1.Tidak ada tandadengan luka tanda infeksi : 3.Kaji keadaan bekas luka klien -kalor operasinya.

DO: -

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, tidak terjadi infeksi.

4.Lakukan perawatan luka dengan steril

-dolor Terdapat luka jahitan post operasi pada abdomen bagian tengah, terdapat selang drainage pada abdomen sebelah kanan

-rubor -tumor

5.kolaborasi dalam pemberian antibiotic.

-fungsiolesa 2.Menunjukan penyembuhan luka dengan baik -fase luka

perlekatan

-fase aseptik peradangan -fase pembersih -fase proliferasi 3.Klien

tampak

28



Untuk mengetahui tingginya infeksi

nyaman 4.Tanda-tanda vital dalam batas normal 5.Jumlah Leukosit dalam batas normal

2.13.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI N O 1 .

HARI/TANG GAL&JAM 01 Desember2018 09.15 WIB

IMPLEMENTASI

EVALUASI

1. Mengkaji nyeri, lokasi, lama, S:Nyeri ringan, skala nyeri intensitas (skala 0-10) dan nyeri seperti tergigit-gigit, karakteristik nyeri nyeri pada bagian abdomen, nyeri muncul jika klien 2.Mengobservasi/mengukur bergerak tanda-tanda vital klien O:TD : 120/70 mmHg 3. Memberikan posisi semifowler pada klien S : 37,1 ºC 4. Mengkolaborasikan pemberian analgetik injeksi Ketorolac 30mg 3x1 & Ranitidine 50mg 3x1

N

: 66 x/menit

RR : 20 x/menit Klien tampak nyaman setelah diinjeksi obat dan nyeri berkurang, skala nyeri 2, dan tidak ada reaksi alergi terhadap obat yang diinjeksikan



A: masalah teratasi

29

sebagian

P: intervensi dilanjutkan 2 .

02Desember2018 09.45IB

   

N O 1 .

HARI/TANG GAL&JAM 01Desember2018 09.15 WIB

Mengobservasi/mengukur tanda-tanda vital klien. Memberikanposisi semifowler pada klien Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam selama ±15 menit kepada klien Mengkolaborasikan 4. Injeksi cefotaxime tunggal dosis 3x1 gram,2x1 gram dan 3x2 dengan presentase sebesar 89,3%, 7,1%, dan 3,6% ( antibiotik untuk menangani penyebaran berbagai variasi infeksi bakteri )pemberian analgetik injeksi Ketorolac 30mg 3x1 & Ranitidine 50mg 3x1

IMPLEMENTASI

S:klien mengatakan nyeri abdomen berkurang

O: Klien dapat mengikuti dengan baik dan tampak lebih rileks setelah diajarkan teknik relaksasi napas dalam Klien tampak nyaman setelah diinjeksi obat dan nyeri berkurang, skala nyeri A:masalah teratasi

P:-

EVALUASI

1. Mencatat faktor risiko individu S:klien mengtakan nyeri contoh trauma abdomen, berkurang setelah dilakukan apendisitis akut, dialisa peritoneal. perawatan luka. 2. Mengkaji warna kulit, suhu, O:Keadaan luka jahitan kelembaban kulit klien klien tampak mengering sebagian, pada jahitan 3.Mengobservasi/mengukur bagian atas masih basah, tanda-tanda vital klien tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka klien 4. Mengkaji keadaan luka klien masalah 5. Melakukan perawatan luka A: teratasi dengan steril

sebagian

6. . Mengkolaborasi pemberian antibiotik injeksi Meropenem 2x1g dan infus Metronidazole 3 x P: intervensi dilanjutkan. 500ml

30

2 .

02 Desember2018 09.45 WIB

S:klien mengatakan luka berkurang setelah dilakukan perawatan luka. O:Keadaan luka klien bersih 2. Mengkaji keadaan luka dan dan sudah mengering, tidak karakteristik luka klien ada tanda-tanda infeksi pada luka klien tampak nyaman dan luka tampak bersih 3.Melakukan perawatan luka setelah dilakukan perawatan luka dengan steril 1.Mengobservasi/mengukur tanda-tanda vital klien

.A: Masalah teratasi 4.Mengkolaborasi pemberian antibiotik injeksi P: Meropenem 2x1g dan infus Metronidazole 3 x 500ml.

31

BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum suatu membrane yang melapisi rongga abdomen. Peritonitis biasanya terjadi akibat masunya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang perotonium melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. (Corwin, 2000). Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen kedalam rongga abdomen biasanya sebagai akibat dari inflamasi , infeksi, iskemia, trauma, atau perforasi tumor. Terjadi proliferasi bacterial. Terjadi edema jaringan, dan dalam waktu singkat terjadi aksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler, dan darah. Respos segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik, disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus. 4.2 Saran

32

Dari makalah ini kami selaku penulis menyarankan masalah peritonitis di masyarakat dapat memberikan berbagai cara untuk mencegah peritonitis dan diharapkan mahasiswa/i dapat memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien yang mengalami peritonitis yang sesuai dengan apa yang dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA Japanesa, Aiwi, dkk. 2013. Pola Kasus dan Penatalaksanaan Peritonitis Akut di Bangsal

Bedah

RSUP

Dr.

M.

Djamil

Padang(https://www.google.com/search?q=jurnal+tentang+peritonitis+ pdf&oq=jurnal+tentang+peritonitis&aqs=chrome.1.69i57j0l3.11850j0j 4&client=ms-android-oppo&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8) Diakses 08 Maret 2019 Supono. 2010.Junal

Keperawatan.: Faktor-Faktor

Yang

Berkontribusi

Terjadinya Peritonitis Pada Pasien Continuous Ambilatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang. (https://www.google.com/search?q=jurnal+tentang+peritonitis+pdf&oq =jurnal+tentang+peritonitis&aqs=chrome.1.69i57j0l3.11850j0j4&client =ms-android-oppo&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8). Diakses 08 Maret 2019.

33

Pradipta. 2015. Studi Penggunaan Antibiotik Cefotaxime Pada Pasien Sirosis Hati Dengan Manifestasi Klinis Spontaneeous Bacterial Peritonitis (SBP) Rawat

Inap

RSUD

Kabupaten

Sidoarjo.

(https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+ peritonitis+bahasa+indonesia&oq=#d=gs_qabs&u=%23p%3DQEgh9w CztDMJ). Diakses 08 Maret 2019.

34

Related Documents

Peritonitis
June 2020 19
Peritonitis
December 2019 26
Peritonitis
April 2020 26
Peritonitis Silvi.docx
December 2019 36
Peritonitis Ayu.docx
October 2019 39
Peritonitis Aguda
November 2019 31

More Documents from ""