PPREMATURITAS Makalah Yang Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KEPERAWATAN ANAK
Dosen Pengampu; Sri Yunita Salat..,SST..,M.Kes
Oleh : KELOMPOK 1 DENI FEGINURAHMAN ( 717620935) LULUATUL JAMILAH
(717620925)
ANISATUL INAYAH
(717620924)
M. NASRULLAH
(717620881)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP, 2019
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Bayi Prematuritas adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37 minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering di anggap sebagai periode kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin 1996) Masalah Kesehatan pada bayi prematuritas, membutuhkan asuhan kebidanan, dimana pada bayi prematuritas sebaiknya dirawat di rumah sakit karena masih membutuhkan cairan-cairan dan pengobatan /serta pemeriksaan Laboratorium yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan terapi pada bayi dan anak yang meliputi peran perawat sebagai advokad, fasilitator, pelaksanaan dan pemberi asuhan keperawatan kepada klien. Tujuan pemberian pelayanan kesehatan pada bayi prematuritas dengan asuhan kebidanan secara komprehensif adalah untuk menyelesaikan masalah kebidanan. 1.2 TUJUAN A. Tujuan Umum Untuk dapat mengetahui asuhan kebidanan pada masalah patologi persalinan prematuritas dan manajemennya dalam asuhan kebidanan. B. Tujuan Khsusus Agar dapat mngetahui mengenai : 1. pengertian prematuritas 2. penyebab bayi prematuritas 3. tanda dan gejala persalinan prematuritas 4. factor resiko persalinan prematuritas 5. klasifikasi bayi prematuritas 6. patofisiologi prematurita 7. masalah dan komplikasi yang ditimbulkan oleh persalinan prematuritase 8. pengelolaan persainan prematuritase 9. konsep manajemen asuhan kebidanan prematuritase
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prematuritas 2.1.1 Definisi Prematuritas adalah kelahiran yang berlansung pada umur 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Terdapat 3 subkatagori usia kelahiran prematurn berdasarkan katagori Wold Health Organization (WHO), yaitu : 1. Extremely preterm (<28 minggu) 2. Very Preterm (28 hingga <32 minggu) 3. Moderate to late preterm (32 hingga <37 minggu) 2.1.2 Epidemiologi Angka kejadian prematur yang tinggi masih menjadi pusat perhatian dunia hingga kini. Tingkat kelahiran prematur di Amerika Serikat sekitar 12,3% dari keseluruhan 4 juta kelahiran setiap tahunnya dan merupakan tingkat kelahiran prematur tertinggi di antara negara industri. Angka kejadian kelahiran prematur di indonesia belum dapat di pastikan jumlahnya, namun berdasarkan data riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Dapartemen Kesehatan Tahun 2007, promorsi BBLR di Indonesia mencapai 11,5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili angka kelahiran prematur. Dalam studi yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2002 didapatkan kelahiran prematur sebesar 138 kasus (4,6%). 2.1.3 Patofisiologi Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4 golongan yaitu :
1. Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan 2. Inflamasi/infeksi 3. Perdarahan plasenta 4. Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur. Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal. Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan penyebab potensial terjadinya persalinan prematur. Infeksi intraamnion akan terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α ). Sitokin akan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang aksis HPA janin dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban. Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan plasenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan mengakibatkan kontraksi miometrium. Perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah protrombin menjadi trombin dan pada beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium. Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa disebabkan oleh kehamilan kembar, Pollyhidrammion atau distensi berlebih yang disebabkan oleh kelainan uterus atau proses oprasi pada serviks, mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin dan COX-2.
Gambar 1. Patofisiologi prematur.
2.2 Faktor Risiko
2.2.1 Usia Ibu
Persalinan prematur meningkat pada usia <20 tahun dan >35 tahun. Berdasarkan penelitian di Purwokerto tahun 2009 angka persalinan prematur pada usia <20 tahun sebesar 30% sedangkan pada persalinan usia reproduksi (20-35 tahun) angka kejadian prematur sebesar 10%, hal ini menunjukan ibu usia muda meningkatkan kejadian prematur sebesar 38,8 kali lebih besar. Kehamilan usia muda lebih memungkinkan mengalami penyulit pada masa kehamilan dan persalinan yaitu karena wanita muda sering memiliki pengetahuan yang terbatas tentang kehamilan atau kurangnya informasi dalam mengakses sistem pelayanan kesehatan. Pada usia ini juga belum cukup dicapainya kematangan fisik, mental dan fungsi organ reproduksi dari calon ibu. Golongan primigravida muda dimasukkan dalam golongan risiko tinggi, karena angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi pada kehamilan remaja 2-4x lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi.15 Persalinan prematur di usia >35 tahun sebesar 16,9% di Semarang tahun 2008. Pada usia ibu yang tua telah terjadi penurunan fungsi organ reproduksi, penurunan fungsi ini akan mempengaruhi kesehatan baik ibu maupun janin yang dikandungnya sehingga ibu dan bayi yang dikandungnya memiliki banyak hal yang dapat mempersulit dan memperbesar risiko kehamilan.16,17 2.2.2 Penyakit Dalam Kehamilan
2.2.2.1 Preeklampsia/Eklampsia Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia 20 minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria, sedangkan eklampsia adalah preeklampsia yang diserta dengan kejang dan atau koma. Preeklampsia meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta, persalinan prematur, Intrauterine Growth Retardation (IUGR), dan hipoksia akut. Preeklampsia menyumbang sekitar 15% dari semua kelahiran prematur. Preeklampsia/eklamspia didasari oleh beberapa teori, namun teori yang saat ini paling banyak digunakan adalah teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel. Berdasarkan teori ini terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis” sehingga menyebabkan plasenta mengalami iskemia dan terjadi disfungsi endotel. Spasme pembuluh darah arteriola yang menuju organ penting dalam tubuh dapat menyebabkan mengecilnya aliran darah yang menuju retroplasenta sehingga mengakibatkan gangguan pertukaran CO2, O2 dan nutrisi pada janin. Hal ini menyebabkan terjadinya vasospasme dan hipovolemia sehingga janin menjadi hipoksia dan malnutrisi. Hipoksia menyebabkan plasenta mengtransfer kortisol dengan kadar yang tinggi ke dalam sirkulasi janin. Konsentrasi kortisol yang tinggi akan mensintesis prostaglandin yaitu protasiklin (PGE-2) yang menyebabkan timbulnya kontraksi, perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban,
sehingga bayi sering
terlahir prematur. 2.2.2.2 Penyakit Kardiovaskular Penyakit kardiovaskular adalah sekelompok gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Penyakit jantung/kardiovaskular terjadi pada 0,5 - 3 % kehamilan, yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil di dunia. Masa kehamilan, persalinan maupun pasca persalinan berhubungan dengan perubahan fisiologis yang membutuhkan penyesuaian dalam sistem kardiovaskular. Fisiologi hemodinamik mencapai puncak pada akhir trimester kedua, pada masa ini perubahan hemodinamik dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinik pada jantung yang telah sakit sebelumnya. Perubahan hormonal yaitu aktivasi estrogen oleh sistem renin-aldosteron menyebabkan retensi air dan natrium yang akan meningkatkan volume darah ± 40%. Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah sebesar 1200-1600 ml lebih banyak dibanding dalam keadaan tidak hamil.24,26 Selama masa kehamilan curah jantung akan mengalamipeningkatan
30-50%.
Perubahan
curah
jantung
ini
disebabkan
karenapeningkatan preload akibat bertambahnya volume darah, penurunan afterload akibat menurunya resistesi vaskular sitemik, dan peningkatandenyut jantung ibu saat istirahat 1020 kali/menit. Peningkatan curah jantung dipengaruhijuga oleh isi sekuncup jantung yang
meningkat 20-30% selama kehamilan.26 Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut jantung dan volume sekuncup jantung dapat menguras cadangan kekuatan jantung. Payah jantung akan menyebabkan stres maternal sehingga terjadi pengaktifan aksis HPA yang akan memproduksi kortisol dan prostaglandin, kemudian mencetuskan terjadinya persalinan prematur. New York Heart Association (NYHA) kelas III dan IV dengan aktivitas fisiknya sangat terbatas, tidak dianjurkan untuk hamil. Jika kehamilan masih awal sebaiknya diterminasi, dan jika kehamilan telah lanjut sebaiknya kehamilan diteruskan dengan persalinan pervaginam dan kala II dipercepat serta kehamilan berikutnya dilarang. 2.2.2.3 Anemia Anemia adalah suatu kelainan darah yang terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu sedikit sel darah merah (SDM), penghancuran SDM berlebihan, atau kehilangan banyak SDM.27 Angka kejadian anemia pada kehamilan berkisar 24,1% di Amerika dan 48,2% di Asia Tenggara pada tahun 1993-2005.28 Selama kehamilan, tubuh ibu mengalami mengalami banyak perubahan salah satunya adalah hubungan antara suplai darah dengan respon tubuh. Seperti yang telah dijelaskan pada subbab penyakit kardivaskular, total jumlah plasma pada wanita hamil dan jumlah SDM meningkat dari kebutuhanawal, namun peningkatan volume plasma lebih besar dibandingkan peningkatan massa SDM dan menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin, sehingga mempengaruhi kadar O2 yang masuk ke dalam jaringan. Keadaan ini dapat menyebabkan hipoksia jaringan yang kemudian akan memproduksi kortisol dan prostaglandin, yang mencetuskan terjadinya persalinan prematur pada ibu dengan anemia. 2.2.2.4 Hipotiroid Penyakit tiroid adalah suatu kelainan yang menyerang glandula tiroid.29 Secara global, hipotiroid yang terjadi pada kehamilan sebesar 0,2% kasus dan hipotiroid sub klinis 2,3% kasus.30,31 Saat awal gestasi, janin bergantung sepenuhnya pada hormon tiroid ibu yang melewati plasenta karena fungsi tiroid janin belum berfungsi sebelum 12-14 minggu kehamilan.30 Pada kehamilan 12 minggu pertama kadar hormon chorionic gonadotropin (HCG) akan mencapai puncaknya dan kadar tiroksin bebas akan meningkat, sehingga menekan kadar tirotropin. Namun, kadar hormon tiroid yang rendah pada hipotiroidkehamilanakan memacu aksis HPA untuk memacu produksi TRH untuk memenuhi kebutuhan hormon tiroid ibu dan janin. Pengaktifan aksis HPA ini yang dapat memacu pelepasan kortisol kedalam darah sehingga memproduksi prostaglandin yang dapat memacu terjadinya persalinan prematur.
2.2.3 Paritas Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup.Paritas dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan yaitu : 1) Nulipara, adalah seorang wanita yang belum pernah menyelesaikan kehamilan melewati gestasi 20 minggu. Trimester ke-1 Trimester ke-2 Trimester ke-3 Mean Median Mean Median Mean Median fT4 (ng/dL) 1.08 ± 0.14 1.08 0.94 ± 0.12 0.94 0.90 ± 0.13 0.89 fT3 (ng/dL) 3.41 ± 0.53 3.42 3.33 ± 0.45 4.20 3.22 ± 0.52 3.24 TSH (µIU/mL) 1.08 ± 0.69 0.94 1.20 ± 0.62 1.13 1.39 ± 0.75 1.29 2) Primipara, yaitu seorang wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang lahir hidup atau meninggal dengan perkiraan lama gestasi 20 minggu atau lebih. 3) Multipara, adalah seorang wanita yang pernah menyelesaikan dua atau lebih kehamilan hingga 20 minggu atau lebih. Jumlah
paritas
merupakan
salah
satu
faktor
predisposisi
terjadinya
kelahiranprematur karena jumlah paritas dapat mempengaruhi keadaan kesehatan ibu dalam kehamilan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jerman tahun 2004 didapatkan data bahwa pada wanita primipara angka kejadian kelahiran prematur lebih besar yaitu 9,5%, sedangkan angka kejadian pada multipara adalah sebesar 7,5%. Hal ini di karenakan oleh kenyataan bahwa wanita multipara akan mencari pengetahuan yang lebih untuk menghindari risiko yang akan terjadi pada kehamilan berikutnya berdasarkan pengalaman dari proses persalinan sebelumnya, sehingga dapat mengurangi risiko 2.2.4 Riwayat Partus Prematurus Riwayat persalinan prematur sebelumnya merupakan penanda risiko paling kuat dan paling penting. Berdasarkan data Health Technology Assessment Indonesia tahun 2010 bahwa insiden terjadinya persalinan prematur selanjutnya setelah 1x persalinan prematur meningkat hingga 14,3% dan setelah 2x persalinan prematur meningkat hingga 28%. Wanita yang mengalami persalinan prematur memiliki risiko untuk mengalaminya kembali pada kehamilan selanjutnya.8 2.2.5 Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini adalah pecahnya kulit ketuban sebelum persalinan, sedangkan pecahnya kulit ketuban pada usia kehamilan <37minggu disebut ketuban pecah dini kehamilan prematur.18 Ketuban pecah dini kehamilan prematur terjadi pada 1% -3% dari seluruh kehamilan dan bertanggung jawab untuk sepertiga dari semua kelahiran prematur.Ketuban pecah selama persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang, keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks, perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antar MMP dan Tissue Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP-1) mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin.18 Pecahnya selaput ketuban yang berfungsi melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim pecah dan mengeluarkan air ketuban menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim yang memudahkan terjadinya infeksi asenden. Semakin lama periode laten maka semakin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematur dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim. 2.2.6 Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 24 minggu hingga sebelum kelahiran bayi. Perdarahan antepartum menyebabkan seperlima bayi lahir dengan prematur dan juga menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami cerebral palsy. Penyebab paling sering dari perdarahan antepartum adalah plasenta previa dan solusio plasenta Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Terjadinya implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan karena: 1) Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi. 2) Lapisan endometrium tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin 3) Vili khorialis pada chorion leave yang persisten. Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan plasenta maternal dari tempat implantasinya sebelum waktunya. Perdarahan tidak dapat berhenti dikarenakan uterus yang sedang mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus.Pada penjelasan pada subbab prematur sebelumnya telah dijelaskan bahwa perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah protrombin menjadi trombin
dan pada beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium dan menginduksi persalinan prematur 2.2.7 Gemelli Gemelli/kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih intrauteri. Kehamilan ganda dianggap mempunyai risiko tinggi karena dapat menyebabkan komplikasi lebih tinggi untuk mengalami hiperemesis gravidarum, hipertensi dalam kehamilan, kehamilan dengan hidramnion, persalinan dengan prematuritas, pertumbuhan janin terhambat.2,40 Gemelli merupakan 30% penyebab terjadinya prematur di Indonesia pada tahun 2010.8 Fisiologi dari kehamilan ganda yaitu dua ovum yang dibuahi pada saat hampir besamaan atau berasal dari satu ovum yang mengalami pemecahan disaat dini. Persalinan prematur pada kehamilan ganda dapat terjadi dikarenakan terjadinya overdistensi, maka retraksi akibat ketegangan otot uterus makin dini sehingga dimulailah proses Braxton Hicks, kontraksi makin sering dan menjadi HIS persalinan.2,40 2.2.8 Bakterial Vaginosis Vagina yang sehat mengandung berbagai jenis bakteri yang penting dalam memerangi infeksi.41 Bakterial Vaginosis (BV) diperkirakan terjadi pada 40% wanita dan merupakan faktor risiko kuat penyebab prematur. BV dapat meningkatkan risiko prematur 2 kali lipat terutama jika dijumpai pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Di Indonesia, angka kejadian persalinan prematur sebesar 20,5% pada wanita hamil muda dengan BV dan 10,7% terjadi pada akhir kehamilan BV merupakan suatu kondisi tanpa dijumpai adanya peradangan. Bakteri BV menghasilkan enzim mukolitik yang mempermudah bakteri tersebut menembus barier lendir serviks masuk kedalam traktus genitalis bagian atas. Selain itu jumlah mikroflora vagina normal yaitu Lactobacillus fakultatif menurun, maka akan mempengaruhi tingkat keasaman vagina dan mempermudah pertumbuhan bakteri anaerob.Gambaran klinis BV dapat dinilai dengan menggunakan kriteria Amsel, yaitu terdapat tiga dari empat tanda klinis berikut: 1. pH vagina di atas 4,5 2. Sekret vagina yang homogen dan tipis 3. Terdapat bau amis dari sekret vagina bila ditambahkan kalium hidroksida 10% (tes amin) 4. Terdapat clue cell pada sediaan basah. 2.1.9 Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih/urinary tract infection (UTI) adalah tumbuh dan berkembang biaknya mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna. Pada wanita hamil dikenal 2 keadaan infeksi saluran kemih yakni:
1. Bakteriuria asimtomatik (asymptomatic bacteriuria, covert bacteriuria) adalah terdapatnya bakteri dalam saluran kemih tanpa menimbulkan manifestasi klinis. 2. ISK simtomatik adalah ISK yang disertai gejala dan tanda klinik. Lebih dari 30% penderita bakteriuria simtomatis yang tidak diobati akan menyebabkan berkembangnya kelahiran bayi prematur dengan berat badan lahir rendah sekitar 1,5 sampai 2 kali lipat.44 Faktor risiko meningkatnya infeksi saluran kemih dapat dikarenakan oleh 1. Perubahan morfologi kehamilan, dimana asal dari traktus genital dan traktus urinarius adalah sama secara embriologi. Selain itu, letaknya yang sangat berdekatan, maka adanya perubahan pada salah satu sistem akan mempengaruhi sistem yang lain. Pada saat hamil dapat terjadi perubahan pada traktus urinarius berupa: a. Dilatasi pelvis renal dan ureter Adanya dilatasi tersebut juga dimungkinkan akibat dari adanya hormon progesteron yang meningkat disamping efek penekanan dari uterus yang membesar karena hamil. b. Vesika urinaria terdesak ke anterior dan superior Pembesaran uterus dan pelebaran di daerah basal vesika urinaria akibat kelemahan otot destrusor karena pengaruh dari progesteron mengakibatkan sering terjadinya retensi urin dan memudahkan pertumbuhan bakteri. 2. Perubahan kehamilan 1. Kebiasaan menahan berkemih Cara terjadinya infeksi saluran kemih umumnya bakteri yang menyebabkan terjadinya infeksi berasal dari tubuh penderita sendiri. Ada 3 cara terjadinya infeksi, yaitu: 2. Melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain ke bagian saluran kemih 3. Penyebaran melalui saluran getah bening yang berasal dari usus besar ke buli-buli atau ke ginjal.
4. Migrasi mikroorganisme secara asenden dan urethra wanita yang pendek memudahkan terjadi kontaminasi yang berasal dari vagina dan rektum. Pada infeksi dan inflamasi dapat menginduksi kontraksi uterus. Banyak mikroorganisme yang menghasilkan fosfolipid A2 dan C sehingga meningkatkan konsentrasi asam arakidonat secara lokal dan pada gilirannya dapat menyebabkan pelepasan PGF-2 dan PGE-2 sehingga terjadi kontraksi miometrium uterus. Selain itu pada keadaan infeksi terdapat juga produk sekresi dari makrofag/monosit berupa interleukin-1 dan interleukin-6, sitokin, tumor necrosis factor, yang juga akan menghasikan sitokin dan prostaglandin. 2.3.1 Kematian Maternal Kematian maternal adalah kematian seorang wanita saat hamil atau dalam 42 hari penghentian kehamilan, dengan penyebab yang berhubungan atau diperburuk oleh kehamilan dan penanganannya tetapi bukan dari penyebab kecelakaan atau insidental.46 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, angka kematian maternal yaitu sebesar 396 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab obstetrik langsung terhadap kematian maternal sebagian besar dikarenakan perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tak langsung kematian ibu berupa kondisi kesehatan yang dideritanya misalnya Kurang Energi Kronis (37%), anemia (40%) dan penyakit kardiovaskuler. 2.3.2 Persalinan Tindakan Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal secara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi adanya penyulit. Sehingga persalinan tersebut dilakukan dengan memberikan tindakan mengguakan alat bantu. Data penelitia di Surakarta tahun 2005 tercatat jumlah kelahiran sebanyak 1.469, terdiri dari persalinan normal sebanyak 731 (49,8%), sedangkan persalinan dengan komplikasi yang memerlukan tindakan sebanyak 738 (50,2%)Persalinan tindakan dilakukan jika kelahiran spontan diduga berisiko lebih besar pada ibu atau anak daripada tindakannya hal yang menyebabkan peralinan dilakukan tindakan adalah adanya faktor penyulit pada saat persalinan yang berasal dari faktor kekuatan HIS ibu (power), faktor bayi (passager) atau faktor jalan lahir (passage). Pada prematuritas dengan gawat janin hanya diindikasikan untuk melalukan seksio sesaria, dikarenakan syarat tindakan vakum dan forseps adalah bayi aterm dimana struktur tulang telah matang. 2.3.3 Lama Rawat Inap
Rawat inap adalah pelayanan kesehatan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan oleh karena penyakitnya sehingga penderita harus menginap. Lama rawat inap adalah istilah yang umum digunakan untuk mengukur durasi satu episode rawat inap. Lama rawat inap dinilai dengan mengekstraksi durasi tinggal di rumah sakit yang diukur dalam atau hari. Sebagian besar ahli obstetrik merawat inapkan lebih lama pasien dengan komplikasi persalinan, diantaranya adanya ketuban pecah dini kelahiran prematur, eklampsia, infeksi dan perdarahan. 2.4 Luaran Perinatal 2.4.1 Asfiksia Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Organ pada bayi prematur belum sepenuhnya berkembang, bayi membutuhkan perawatan khusus hingga organ pada bayi tersebut dapat berkembang cukup dalam mendukung kehidupan bayi tanpa dukungan dari alat medis. Pematangan organ mungkin memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Kortikosteroid perlu diberikan 7 hari sebelum kelahiran hingga paling lambat 24 jam sebelum bayi lahir untuk meningkatkan maturasi paru fetus. Skor apgar adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran. 2.4.2 Berat Bayi Lahir Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata berat bayi normal (usia gestasi 37 sampai dengan 41 minggu) adalah 2500 – 4000 gram.54 Prevalensi global BBLR adalah 15,5 %, yang berarti bahwa sekitar 20,6 juta tersebut bayi yang lahir setiap tahun, 96,5 % dari mereka di negara berkembang.Berat badan lahir rendah ( BBLR ) telah didefinisikan oleh WHO sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR dapat menjadi konsekuensi dari kelahiran prematur atau karena ukurannya Tanda 0 1 2 Akronim Warna kulit Seluruh badan biru atau pucat warna kulit tubuh normal merah muda, tetapi tangan dan kaki kebiruan warna kulit tubuh, tangan dan kaki normal merah muda, tidak ada sianosis Appearance Denyut Jantung Tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse Respon refleks Tidak ada respon terhadap stimulasi Meringis atau menangis lemah ketika di stimulasi Meringis atau bersin atau batuk saat stimulasi saluran napas Grimace Tonus Otot Lemah atau tidak ada Sedikit gerakan Gerakan aktif Activity Pernapasan Tidak ada Lemah atau tidak teratur Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur Respiration .
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI PREMATUR I. IDENTITAS KLIEN: Nama
: By. S. P
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tgl. Lahir : Surabaya, 20 Juli 2001 Umur
: 4 hari
Anak Ke
: Satu (pertama)
Nama Ayah : Tn. W Nama Ibu
: Ny. S. P
Pendidikan Ayah: SLTA Pendidikan Ibu
: SLTA
Agama
: Kristen
Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia Alamat
: Kedung Rukem Tengah No. 4
Tanggal MRS
: 21 Juli 2001 (di Ruang Neonatologi)
Diagnosa Medis
: NP/BBLR/SMK
Sumber Informasi: Status/rekam medik
II. RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Riwayat Keperawatan Sekarang (PRESENT ILLNESS) 1.1
Keluhan utama
: bayi lahir prematur (35 minggu), BBLR (2100 gram), melalui SC (Sectio Caesar).
1.2
Lama keluhan
: 4 hari.
1.3
Akibat timbulnya keluhan : bayi dirawat terpisah dari ibu secara inten- sif.
1.4
Faktor yang memperberat : tidak ada.
1.5
Upaya untuk mengatasi
1.6
Lainnya
: dirawat di Ruang Neonatologi. : tidak ada.
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya (PAST HISTORY) (1) Prenatal
: ibu eklamsi.
(2) Natal : lahir melalui sectio caesaria. (3) Post-Natal LLA= 12 cm.
: apgar score 7-9; BB= 2100 gram; PB= 47 cm; LK= 32 cm; LD= 30 cm;
Luka/operasi
: tidak ada.
Alergi
: tidak ada.
Pola kebiasaan
: tidak terkaji.
Tumbuh kembang : tidak dikaji. Imunisasi
: belum diimunisasi.
Status gizi : baik, penurunan BB= 2100 gram menjadi 2000 gram. Psikososial : Psikosexual Interaksi
:
Lainnya
:
:
tidak dikaji
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Komposisi keluarga
: belum bertemu orangtua klien. Klien tinggal bersama ayah, ibu & pem-bantu.
Lingkungan rumah dan komunitas : tinggal di kampung yang padat penduduknya. Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga: ayah tamatan SLTA & bekerja swasta dengan dibantu oleh ibu. Kultur dan kepercayaan
: adat Jawa. Fungsi dam hubungan keluarga :
klien
merupakan anak pertama sehingga keluarga berharap banyak. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan: ibu belum dapat me- nyusui klien. Persepsi keluarga tentang penyakit klien: keluarga pasrah terhadap apa yang terjadi & menerima-nya. Lainnya
: tidak dikaji.
III. PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe) 1. (Khusus Neonatus) 1.1 Reflek moro
: positif.
1.2 Reflek menggenggam
: positif, lemah.
1.3 Reflek menghisap : positif, namun masih lemah. 1.4 Tonus otot/aktifitas
: positif.
1.5 Kekuatan menangis
: kuat.
2. (Anak dan Neonatus) 2.1 Keadaan umum
: menangis kuat, lemah.
2.2 Tanda-tanda vital : HR= 140x/mnt, RR= 38x/mnt, suhu= 36,5oC. 2.3 Kepala dan wajah
: LK= 32 cm, rambut tipis, terdapat lanugo, tidak ada cephal hematom, fontanella tidak menonjol.
2.4
Mata
: mengeluarkan sekret banyak, terutama mata kiri, berkedip bila terpapar cahaya.
2.5 Telinga
: reflek terkejut positif.
2.6 Hidung
: dapat bersin
2.7 Mulut
: mukosa kering.
2.8 Tenggorokan
: tidak ada kelainan.
2.9 Leher
: tidak ada kelainan.
2.10 Dada
: LD= 30 cm.
2.11 Paru-paru
: Ves/vel, ronchi -/-; wheezing -/-, RR= 38x/mnt.
2.12 Jantung
: S1 S2 tunggal, murmur positif sistole, HR= 140x/mnt.
2.13 Abdomen
: SOEPL, terdengar bunyi bising usus, tali pusat masih basah, tidak terdapat distensi abdomen.
2.14 Ginjal
: tidak ada kelainan.
2.15 Genetalia
: jenis kelamin perempuan.
2.16 Rektum
: terdapat anus, iritasi/kemerahan di sekitar anus.
2.17 Extremitas
: plantar crease > 1/3 anterior.
2.18 Punggung
: tidak terdapat spina bifida.
2.19 Neurologi
: tidak ada kelainan.
2.20 Endokrin
: tidak ada kelainan.
IV. POLA FUNGSI KESEHATAN 1. Nutrisi dan metabolisme : ASI/PASI 12x25 cc. 2. Eliminasi
: BAB/BAK biasa.
3. Istirahat dan tidur
: cukup ( 18 jam sehari).
4. Aktifitas dan latihan
: lemah.
5. Lainnya
: tidak dikaji.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG (DIAGNOSTIK TEST) 1. Laboratorium : -
GDA= 82 mg/L.
-
Leukosit= 6600 x 109/L.
-
Hb= 24,0 gr/DL.
-
Diff Eosinofil:
-
SC= 73
Ly= 27
Thrombosit= cukup.
2. Foto
: tidak ada.
3. Lainnya : HV/A, B = 16,8 mg%. VI. PROGRAM TERAPI Tanggal 24 Juli 2001: -
/B15 12 x 25 cc s/d 12 x 40 cc + extra.
-
Thermoregulasi.
Tanggal 26 Juli 2001: Fototherapy: -
1x12 jam I.
-
1x 24 jam II.
I.
No/
ANALISA DATA
DATA
Tgl 1. 24/7/ 2001
S: Bayi tidak aktif, lemah O: -Suhu= 36oC. -RR= 38x/mnt, HR= 140x/ mnt.
KEMUNGKINAN PENYEBAB
MASALAH
DIAGNOSA
Immaturitas, transisi lingkungan, ekstra uterus neonatus.
Risiko hipotermia.
Risiko hipotermia berhubungan de-ngan immaturitas, transisi lingkungan ekstra uterus neo-natus.
Letargi sekunder akibat prematuritas.
Ketidakefektifa n pola pemberian makan bayi.
Ketidakefektifan pola pemberian ma-kan bayi berhubu-ngan dengan le-thargi sekunder akibat prematuritas.
Kerentanan terha-dap infeksi nosoko-mial efek iritan ling-kungan sekunder.
Risiko terha-dap kerusa-kan integritas kulit.
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerentanan terha-dap infeksi nosoko-mial, efek iritan lingkungan sekun-der.
-Kulit dingin.
2. 24/7/ 2001
S: Lemah ser-ta cengeng O: -Reflek mengisap ma-sih lemah. -NGT terpasang. -BB= 2000 gr. -Ada mun-tah 5-10 cc.
3.
S= tidak dikaji.
24/7/
O: -Kulit disekitar anus kemerahan
2001
-Lembab pada dae-rah genital & anus. -BAB/BAK +.
4. 25/7/ 2001
S: Klien agak ce-ngeng. O: -Mukosa bibir kering. -Turgor kulit
Immaturitas, radiasi lingkungan, kehilangan melalui kulit/ paru.
Ketidakseimbangan cair-an & elektrolit
Ketidakseimbang-an cairan berhu-bungan dengan immaturitas, radi-asi lingkungan, kehilangan melalui kulit/paru.
masih baik. -BB= 2000 gr. -Klien mendapat fotothera-py pada tgl. 26 Juli 2001 sebanyak 2 seri. 5.
S: tidak dikaji.
25/7/ O: -Tubuh kuning. 2001 -Tali pusat masih basah. -Umur 4 hari, lahir prematur. -Belum mendapat imunisasi.
Kerentanan bayi/ immaturitas, baha-ya lingkungan, luka terbuka (tali pusat).
Risiko terhadap infeksi.
Risiko terhadap infeksi berhubu-ngan dengan ke-rentanan bayi/im-maturitas, bahaya lingkungan, luka terbuka (tali pusat).
ASUHAN KEPERAWATAN No/
DIAGNOSA
Tgl
RENCANA INTERVENSI
RASIONAL
Jam
1.
Risiko hipotermia 1. Tempatkan bayi 1. Agar suhu berhubungan dedi bawah tubuh bayi 0715 ngan immaturipemanas/inkuba tetap stabil. 24/7/ tas, transisi lingkungan ekstra utor. 2001 terus neonatus. 2. Pertahankan 2. Agar suhu Tujuan:
ruang
perawatan.
Hipotermia tidak terjadi.
tidak
3. Kaji
suhu
EVA
24 Juli 2001:
S: tid dika
Mengatur suhu in-kubator.
O: -K
Mengukur suhu tu-buh
klien=
36,4oC.
0820 -
mempengar
Memantau suhu
-A
lingkungan.
uhi kondi-si
-
Menghindarika
kan suhu ling-
su-hu tubuh
kungan
bayi, bila a-
A: M n bayi dari terat seba sumber dingin dengan me- P: Te re makaikan in i. pakaian/ popok
da
yang kering.
rectal/axilla Kriteria Hasil:
setiap
-
bila per-lu.
Mempertahan-
Bayi tidak kedinginan.
2
klien.
4. Kaji
memantau
status
infant
S/D
jam 3. Untuk
tetap
normal. -
lingkungan
IMPLEMENTASI
yang
perubahan
menunjukkan
dapat segera
stress dingin.
di
lakukan
tindakan.
-
ma-kan melalui
5. Hindarkan meletak-kan bayi
dekat
deng-an sumber dingin/ terbuka.
daerah
sonde susu 25
1020
4. Untuk
cc tiap 2 jam. -
mengetahui
40
10
ada
riwayat/kea
stress
melalui
botol.
mungkin
daan
Memberikan susu
sedini
bila
Memberikan
yang
Mengkaji kebutu-han nutrisi klien.
terhadap dingin. 5. Agar terhindar dari penurunan suhu tu-buh secara menda-dak akibat pengaruh lingkungan. 2.
24/7/ 2001
Ketidakefektifan pola pemberian makan bayi ber-hubungan dengan lethargi sekunder akibat prematuri-tas.
1. Kaji
pola
makan
& 1. Agar
kebutuhan nutrisi.
dengan
orangtua
o
sangat diperlukan aktif.
mengenai pemberian ASI.
3. Berikan intervensi spesifik untuk 3. Agar kemampuan untuk makan/ mening katkan pemberian makan
Pola pemberian makan bayi efek-tif.
per Kriteria Hasil:
oral
yang
efektif
selain
dapat dilakukan per
melalui sonde.
- Bayi meneri-ma nutrisi 4. Tingkatkan
pemberi-an
makan
per oral & penurunan pemberi-an 4. Meningkatkan
de-ngan adekuat. - Bayi dapat ma-kan tanpa ban-tuan sonde. - Reflek mengi-sap bayi se-
hingga dapat di berikan per oral.
d
secara tepat pola
2. Keterlibatan
Tujuan:
meningkat
dapat
& kebutuhan nut-ri
2. Diskusikan
terus
bayi
makan enteral se-jalan dengan
mampuan bayi ma-
makin efektifnya bayi makan
oral.
/minum melalui mulut
3.
24/7/ 2001
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerentanan terhadap infeksi nosokomial, efek iritan lingkungan sekunder.
1. Ganti
popok/pakaian 1. Untuk mencegah ter-
bayi setiap kali basah
jadinya
kelembaban 0720
-
aki-bat kencing bayi. 2. Berikan
talk
mengganti
setiap 2. Untuk
popok/pa-
kaian.
menghindari
iritasi
terutama
pada
daerah
sekitar
anus/
-
perineal. 3. Masase dengan lem-but 3. Untuk sirkulasi. kulit yang sehat,
Tujuan: Integritas kulit baik.
merangsang
-
-
terutama pada dae-rah yang tertekan. 4. Monitor terus kondisi/ 4. Agar dapat diketahui
Kriteria Hasil:
perubahan yang ter-jadi.
kondisi kulit klien & 0920 dapat
- Iritasi pada dae-
dilakukan
-
in-
tervensi secepatnya.
rah perineal mi-
1030
nimal.
-
- Popok/pakaian tidak
-
dibiarkan
lembab & basah
1120 1210
1245 4.
Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
1. Berikan
cairan
sesuai 1. Untuk
kebutuhan bayi & usia.
mencegah/
menghindari terjadi-nya 0725
-
25/7/ 2001
immaturitas, radiasi lingkungan, 2. Timbang BB setiap hari. kehilangan mela-lui kulit/paru. 3. Monitor & catat intake – Tujuan:
output
setiap
hari,
ketidakseimba-ngan cairan.
-
2. Untuk
a- 0845 pabila terjadi perubahan,
memantau
sehingga
segera diatasi.
bandingkan jumlah untuk 3. Upaya Mempertahankan keseimbangan cairan & elektrolit.
menentukan
status
ketidakseimba-ngan. 4. Pertahankan lingkungan
tetap
sedini
-
pencegahan mungkin
terjadi suhu
dapat
bila
0935
-
ketidakseim- S/D
bangan.
nor-
mal. 4. Untuk
mencegah
terjadinya 5. Kaji
tanda-tanda
peningkatan
kebutuhan
cairan & TTV: - Peningkatan
cairan
-
kehilangan karena
pe-
ningkatan/penurunan
1025
suhu tubuh. suhu 5. Untuk dilakukan upa-ya
tubuh.
pencegahan
&
pe-
sedini
&
- Hipovolemik shock.
nanganan
- Sepsis.
setepat mungkin.
1100
- Asfiksia & hipoksia. 6. Monitor laboratorium.
S/D 6. Untuk memantau perkembangan/peruba-han yang terjadi se-cepat mungkin, teru-tama bila ada
kecu-rigaan
terjadinya
ke-
tidakseimbangan
ca-
-
iran. -
1130
1245 5.
25/7/ 2001
Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan bayi/immaturitas, bahaya lingkungan, luka terbuka (tali pusat).
1. Berikan lingkungan yang 1. Agar bayi terhindar dari melindungi
klien
dari
risiko terjadinya infeksi. 0710 -
infeksi seperti:
-
cuci tangan sebe-lum menyentuh klien.
S/D
-
Ikuti protap isolasi pada bayi.
Tujuan: Infeksi dapat di cegah.
-
lakukan/terapkan teknik
steril
saat 0910
melakukan tinda-kan
-
pada bayi. 2. Kaji
perubahan
suhu
mengetahui 0920 tubuh serta tanda/ge-jala 2. Untuk setiap perubahan yang klinis yang timbul terjadi. 3. Monitor hasil peme3. Untuk mengetahui riksaan laboratorium. apabila terjadi infeksi
4. Monitor
tanda-tanda
secara dini.
terjadi infeksi & pan-tau 4. Agar tanda & gejala serta rawat tali pusat bayi
terjadinya infeksi da-pat
secara benar.
segera diketahui.
-
1255
BAB IV PENUTUP 4.1Kesimpulan Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia di bawah 20tahun, pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu pendek,kejadian terendah ialah usia antara 26-35 tahunKejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Halini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatalyang kurangPada bayi Ny “S” merupakan bayi premature yang berat badan lahir 2100 gram dengan usia kehamilan 29-30 minggu. 4.2Saran Seperti sedinimungkin
kasus
diatas
sehingga
di
hendaknya peroleh
perlu
keterangan
dilakukan yang
pemantauan
dapat
dijadikan
pertimbangandalam penanganan sehingga orang yang melahirkan bayi premature harusmendapat perawatan yangMaksimal, untuk memepertahankan suhuh dan memperbaiki kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA Parwirohardjo, Sarwono, 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSPEde Mamuaba, Ida Bagus, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KBUntuk pendidikan bidan.Jakarta :EGCMochtar,Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGCSoe Pardam, Suryani dan Retno Widyani, 2001,Panduan Perawatan Bayi Sakit, Cetakan I.Jakarta:Puspa Swara