Perencanaan Pulang Dalam Persiapan Keperawatan Di Rumah.docx

  • Uploaded by: WOTO
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perencanaan Pulang Dalam Persiapan Keperawatan Di Rumah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,553
  • Pages: 10
Perencanaan Pulang dalam Persiapan Keperawatan di Rumah PENDAHULUAN Perencaan pulang (discharge planning) merupakan komponen yang terkait dengan rentang ners. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan keperawatan yang berkelanjutan yang artinya keperawatan yang selalu dibutuhkan pasien di mana pun pasien berada. Rentang keperawatan kontinu (continum of care) adalah integrasi sistem keperawatan yang berfokus pada pasien terdiri atas mekanisme pelayanan keperawatan yang membimbing, mengarahkan pasien sepanjang waktu (Chesca, 1982). Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program keperawatan pasien yang dimulai segera setelah pasien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga, pasien, dan orang yang penting bagi pasien.

PENGERTIAN Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri dirumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi ketika keperawatan profesional, pasien, dan keluarga berkolaburasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif,serta keperawatan rutin yang sebenarnya (Swenberg, 2000).

TUJUAN Tujuan perencanaan pulang adalah: 1. menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial; 2. meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga; 3. meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien; 4. membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain; 5. membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien; 6. melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat. Rorden dan Nursalam (2011) mengungkapkan bahwa perencanaan pulang bertujuan untuk: 1. membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan, pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi angka kambuh dan penerimaan kembali dirumah sakit; dan

2. terjadi pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan dengan keperawatan dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

MANFAAT Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut (Nursalam, 2002, 2007, 2011). 1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat penjaran selama dirumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu dirumah. 2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas keperawatan pasien. 3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru. 4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah.

PRINSIP-PRINSIP 1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi. 2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi. 3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama. 4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di masyarakat. 5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.

JENIS-JENIS Chesca (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai berikut. 1. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini di lakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat. 2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali maka prosedur keperawatan dapat dilakukan kembali. 3. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus terus dipantau dengan melakukan kerja sama dengan keperawatan puskesmas terdekat.

HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI PASIEN SEBELUM PULANG 1. Instruksi penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan, serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi. 2. Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan dirumah. 3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan. 4. Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi.

5. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan lain-lain. 6. Informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis, dan kunjungan rumah apabila pasien memerlukan.

FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIKAJI DALAM PERENCANAAN PULANG PASIEN DENGAN POSTLAPARATOMI Pada pasien dengan postlaparatomi beberapa faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang adalah sebagai berikut. 1. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi, dan keperawatan yang diperlukan. 2. Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal didalam keluarga. 3. Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan mereka memberi asuhan. 4. Bantuan yang diperlukan pasien. 5. Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan, minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri, keamanan dari bahaya, komunikasi, keagamaan, rekreasi, serta sekolah. 6. Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat. 7. Sumber finansial dan pekerjaan. 8. Fasilitas yang ada dirumah dan harapan pasien setelah dirawat. 9. Kebutuhan keperawatan dan supervisi di rumah. Beberapa tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum pasien diperbolehkan pulang antara lain sebagai berikut. 1. Pendidikan kesehatan, diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang keperawatan postlaparatomi. Pendidikan kesehatan terkait dengan keperawatan postoperatif yang perlu diberikan pada pasien dengan postlaparatomi meliputi (Long, 1996): a. Kontrol (waktu dan tempat); b. Lanjutan keperawatan (luka operasi, pemasangan gift, dan tindakan lainnya); c. Diet/nutrisi yang harus dikonsumsi; d. Aktivitas dan istirahat, kontrol; e. Keperawatan diri (kebersihan dan mandi). 2. Program pulang bertahap bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga. 3. Rujukan integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara keperawatan komunitas atau praktik mandiri keperawatan dengan rumah sakit, sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien dirumah.

PERENCANAAN PULANG

(Discharge Planning) PENDAHULUAN Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu antara keperawatan yang diterima pada waktu rumah sakit dengan keperawatan yang diberikan setelah pasien pulang. Keperawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan ners di rumah. Namun sampai dengan saat ini, perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat di rumah sakit belum optimal dilaksanakan, dimana peran keperawatan terbatas pada kegiatan rutinitas saja yaitu hanya berupa informasi kontrol ulang. Pasien yang memerlukan keperawatan kesehatan dirumah, konseling kesehatan atau penyuluhan, dan pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering kembali ke ruang kedaruratan dengan masalah minor, sering kali diterima kembali dalam waktu 24jam sampai 48 jam, dan kemudian pulang kembali. Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan rentang keners. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan keperawatan berkelanjutan yang artinya keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien di manapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulanh akan berisiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Dalam perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang baik terarah, sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk keperawatan di rumah.

TUJUAN Tujuan Umum Setelah dilaksanakan praktik manajemen keperawatan diharapkan Ruang Y mampu menerapkan discharge planning. Tujuan Khusus 1. 2. 3. 4.

Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan. Mengidentifikasi masalah pasien. Memprioritaskan masalah pasien yang utama. Membuat perencanaan pasien pulang, yaitu mengajarkan pada pasien yang harus dilakukan dan dihindari selama dirumah. 5. Melakukan evaluasi pada pasien selama diberikan penyuluhan. 6. Mendokumentasikan.

MANFAAT 1. Bagi pasien a. Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan keperawatan di rumah. b. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien. c. Membantu pasien memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memperbaiki, serta, mempertahankan status kesehatan pasien. 2. Bagi mahasiswa a. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien sebagai penerimaan pelayanan. b. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien. c. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan keperawatan dirumah.

PENGORGANISASIAN Kepala ruangan

:

PP1

:

PA1

:

PA2

:

PP2

:

Supervisor/Pembimbing:

MEKANISME KEGIATAN 1. 2. 3. 4. 5.

Topik : Discharge planing pada Ny. Kdt dengan diagnosis medis TB paru dan efusi pleura. Sasaran : Ny. Kdt Hari/tanggal : Waktu : Materi : a. Asuhan keperawatan pada pasien dengan TB paru dan efusi pleura. b. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan TB paru dan efusi pleura. c. Perencanaan pulang pada pasien dengan TB paru dan efusi pleura.

METODE 1. Diskusi 2. Tanya jawab

MEDIA 1. Status pasien 2. Sarana dan prasarana ners 3. Leaflet

PELAKSANAAN KEGIATAN Tahap Persiapan

Pelaksanaan

Kegiatan 1. PP 1 sudah siap dengan status pasien dan format discharge planing. 2. Menyebutkan masalah pasien. 3. Menyebutkan hal-hal yang perlu diajarkan pada pasien dan keluarga. 4. KARU memeriksa kelengkapan administrasi. 1. PP 1 menyampaikan pendidikan kesehatan, melakukan demonstrasi dan redemonstrasi: a. diet, b. aktivitas dan istirahat, c. minum obat teratur, d. keperawatan diri.

Waktu 10 menit

Tempat Nurse station

Pelaksana PP1

30 menit

Bed pasien

KARU PP 1

2. PP1 menanyakan kembali pada pasien tentang materi yang telah disampaikan, 3. PP 1 mengucapkan terimakasih. 4. Pendokumentasian.

EVALUASI 1. Struktur. a. Persiapan dilakukan pada saat pasien masuk Ruang Paru. b. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik. c. Penyusunan proposal. d. Menetapkan kasus. 2. Proses. a. Kelancaran kegiatan. b. Peran serta keperawatan yang bertugas. 3. Hasil. a. Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga.

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN DISCHARGE PLANNING 1. No. Reg : Diisi sesuai nomor register pasien.

1. Nama: Diisi sesuai nama pasien. 2. Jenis kelamin: Diisi laki-laki/perempuan. 3. Tanggal MRS: Sesuai pasien masuk pasien. 4. Diagnosis MRS: Diisi oleh dokter berdasarkan pemeriksaan klinis. 5. Tanggal MRS: Tanggal ditetapkannya pasien pulang oleh dokter. 6. Diagnosis KRS: Diagnosis pasien berdasarkan pemeriksaan klinis setelah pasien diperbolehkan pulang. 7. Dipulangkan dari RS Y dengan keadaan: Diisi berdasarkan kondisi pasien pulang. 8. Tanggal/tempat kontrol: Diisi sesuai tempat dan kontrol ketika pasien kontrol. 9. Lanjutan keperawatan dirumah: Diisi keperawatan lanjutan sesuai diagnosis sewaktu pulang (keperawatan luka, gift, dan lain) 10. Aturan diet: Diisi berdasarkan anjuran dari ahli gizi. 11. Obat-obat yang diminum dan jumlahnya: Diisi sesuai obat yang dibawa pulang aturannya, dosisnya, jumlahnya. 12. Aktivitas dan istirahat: Diisi sesuai advis dokter tentang kegiatannya, dan istirhatnya dirumah. 13. Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG) : Hasil dari pemeriksaan pasien yang diperbolehkan dibawa pulang. 14. Lain-lain: Diisi hal di luar ketentuan diatas misal : obat obat yang di-stop/ dihentikan.

Dokumentasi Keperawatan PENDAHULUAN Latar Belakang

Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penetapan manajemen asuhan keperawatan profesional. Ners profesional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.

Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan, dan standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan. Salah satu bentuk kegiatan keperawatan adalah dokumentasi keperawatan profesional yang akan tercapai dengan baik apabila sistem pendokumentasian dapat dilakukan dengan benar. Kegiatan pendokumentasian meliputi keterampilan berkomunikasi dan keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Konsep solusi terhadap masalah diatas, perlu disusun standar dokumentasi keperawatan agar dapat digunakan sebagai pedoman bagi ners dengan harapan asuhan keperawatan yang dihasilkan mempunyai efektivitas dan efisiensi.

Tujuan

Tujuan Umum Menerapkan sistem dokumentasi keperawatan dengan benar di Ruang X RSU Y

Tujuan khusus 1. Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses keperawatan). a. Mendokumentasikan pengkajian keperawatan. b. Mendokumentasikan diagnosis keperawatan. c. Mendokumentasikan perencanaan keperawatan. d. Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan. e. Mendokumentasikan evaluasi keperawatan. 2. Mendokumentasikan pengolahan logistik dan obat. 3. Mendokumentasikan HE (healt education) melalui kegiatan perencanaan pulang. 4. Mendokumentasikan timbang terima (pergantian sif/jaga). 5. Mendokumentasikan kegiatan supervisi. 6. Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui ronde keperawatan.

Manfaat 1. 2. 3. 4. 5.

Sebagai alat komunikasi antarners dan dengan tenaga kesehatan lain. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan.

Pengkajian Keperawatan 1. Pengumpulan data, kriteria, yaitu LLARB: (1) Legal, (2) Lengkap, (3) Akurat, (4) Relevan, dan (5) Baru. 2. Pengelompokan data, kriterianya adalah sebagai berikut. a. Data biologis : hasil dari (1) observasi tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik melalui IPPA (inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi); (2) pemeriksaan diagnostik/penunjang, yaitu laboratorium dan rontgen. b. Data psikologis, sosial, dan spiritual melalui wawancara. c. Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (review of sistem) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan, observasi dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/diagnostik. Keterangan lengkap seperti pada lampiran.

Diagnosis keperawatan Kriteria antara lain sebagai berikut.

1. Status kesehatan dibandingkan standar untuk menentukan kesenjangan. 2. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien. 3. Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang ners. 4. Komponen diagnosis terdiri atas P-E-S.

Perencanaan Komponen perencanaan keperawatan terdiri atas: 1. Prioritas masalah Kriteria antara lain sebagai berikut. a. Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama. b. Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas kedua. c. Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga. 2. Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat SMART (Specific Measurable Achievable Reasonable Time) Kriteria (NOC-Nursing Outcome Criteria) disesuaikan standar pencapaian, antara lain sebagai berikut. a. Tujuan dirumuskan secara singkat. b. Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan. c. Spesifik pada diagnosis keperawatan. d. Dapat diukur. e. Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. f. Ada target waktu pencapaian. 3. Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervention Classification) yang telah diterapkan oleh instansi pelayanan setempat. Jenis rencana tindakan keperawatan mengandung tiga komponen, meliputi DET tindakan keperawatan yaitu sebagai berikut. a. Diagnosis/Observasi. b. Edukasi (HE). c. Tindakan independen, dependen, dan interpenden. Kriteria meliputi hal sebagai berikut. a. Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan. b. Merupakan alternatif tindakan tepat. c. Melibatkan pasien/keluarga. d. Mempertimbangkan latar belakang sosial budaya pasien/keluarga. e. Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku. f. Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien. g. Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber daya, dan fasilitas yang ada. h. Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan penulisan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. i. Menggunakan formulir yang baku.

Intervensi/Implementasi Keperawatan (NIC : Nursing Intervention Classification) Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga. Intervensi keperawatan berorientasi pada 15 komponen dasar keperawatan yang dikembangkan dengan prosedur teknis nersan. Kriteria meliputi:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan; Mengamati keadaan bio-psiko-sosil spiritual pasien; Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/keluarga; Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; Menggunakan sumberdaya yang ada; Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan pasien/keluarga; Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan; Menerapkan prinsip-prinsip aseptik dan antiseptik; Menerapkan etika keperawatan; Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan mengutamakan keselamatan pasien; Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien; Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam keselamatan pasien; Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan; Merapikan pasien dengan alat setiap selesai melakukan tindakan; Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah ditentukan; Prosedur keperawatan umum maupun khusus dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap yang telah disusun.

Evaluasi Dilakukan secara periodik, sistematis, dan berencana untuk menilai perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan. Kriteria meliputi: 1. 2. 3. 4. 5.

Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi; Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan tingkah laku pasien; Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil tindakan selanjutnya; Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain; Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai dan standar praktik keperawatan).

Komponen evaluasi, mencakup K-A-P-P (Kognitif-Afektif-Psikomotor-Perubahan biologis), yaitu sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4.

Kognitif (pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan) Afektif (sikap) klien terhadap tindakan yang dilakukan. Psikomotor (tindakan/perilaku) klien dalam upaya penyembuhan. Perubahan biologis (tanda vital, sistem, dan imunologis) Keputusan dalam evaluasi adalah sebagai berikut. Masalah teratasi Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan perencanaan tindakan ulang. Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari rencana tindakan. Timbul masalah baru.

Related Documents


More Documents from "NURUL AWALIAH"