Perencanaan Produksi Dalam Agribisnis.docx

  • Uploaded by: Dhea Alviolita Warman
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perencanaan Produksi Dalam Agribisnis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,717
  • Pages: 19
ALAT UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERENCANAAN PRODUKSI DALAM AGRIBISNIS

MAKALAH OLEH: DHEA ALVIOLITA WARMAN 170304059 AGRIBISNIS-2

DOSEN PEMBIMBING: Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si

MATA KULIAH MANAJEMEN AGRIBISNIS P R O G R A M S T U D I A G R I B I S N I S F A K U L T A S P E R T A N I A N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

i

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa, puji syukur kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis sehinggapenulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah

yang

berjudul

“Alat

Untuk

Mengambil

Keputusan

Manajemen Agribisnis dan Perencanaan Produksi Dalam Agribisnis” disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Agribisnis Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada : 1. Dosen Manajemen Agribisnis Bapak Dr. Ir. Hasman Hasyim M.Si yang telah bersedia membimbing penulis dalam penyusunan makalah. 2. Orang tua penulis yang selalu memberi dukungan kepada penulis serta rela menjadi donatur demi kelancaran penyusunan makalah ini. 3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dengan ini penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan semata hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami nantikan. Medan, Maret 2019

Penulis

i

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2 1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 BAB II ISI 2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan ........................................................ 3 2.2 Proses Pengambilan Keputusan ............................................................... 4 2.3 Unsur Pengambilan Keputusan ................................................................ 5 2.4 Perencanaan Produksi .............................................................................. 7 2.5 Perencanaan Produksi dalam Agribisnis .................................................. 9 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 14 3.2 Saran ...................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA

ii

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional sangat penting dan strategis. Hal ini terutama karena sektor pertanian masih memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk yang ada di pedesaan dan menyediakan bahan pangan bagi penduduk.

Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah

kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan, pengemasan produk, dan pemasaran. Besarnya penduduk yang terlibat dalam sektor pertanian serta kemampuannya dalam menghadapi krisis ekonomi yang terjadi saat ini juga merupakan alasan lain sektor pertanian sangat penting untuk dipertahankan dalam pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia. Produksi merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu industri karena dari produksi sendiri akan menghasilkan suatu produk yang dapat menambah nilai bagi perusahaan. Nilai itu sendiri dalam bentuk pemasukan digunakan untuk mengelola sumber daya dan juga untuk meningkatkan fasilitas perusahaan demi peningkatan usaha. Banyak biaya yang dikeluarkan perusahaan agar proses produksi bisa berjalan dengan maksimal, karena jika tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan masalah produksi yang berlebih. Salah satu hal yang menyebabkan permasalahan tersebut adalah perencanaan yang kurang tepat. Kurangnya perencanaan mengakibatkan kerugian yang dapat menyebabkan terhambatnya kemajuan perusahaan. Perlu adanya solusi bagi produsen untuk lebih memperhatikan kondisi yang terjadi sehingga tidak terjadi masalah dan merugikan produsen di kemudian hari. Salah satu solusi adalah dengan melakukan perencanaan produksi. Perencanaan produksi merupakan kegiatan perencanaan yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan produksi dengan mempertimbangkan jumlah permintaan berdasarkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam perencanaan produksi penentuan jumlah optimal produk yang akan diproduksi menjadi kunci bagi perencanaan produksi yang tepat. Menurut Puji (2002) strategi

2

yang dapat dilakukan untuk melakukan efisiensi produksi adalah dengan melakukan perencanaan produksi. Hal ini juga berpengaruh terhadap rantai pasokan produk dalam memenuhi permintaan konsumen. Dalam suatu perencanaan, perlu adanya pengambilan keputusan. Banyak manajer yang bergantung pada metode penyelesaian masalah secara informal. Percaya pada tradisi menyebabkan para manajer mengambil keputusan yang sama dengan keputusan terdahulu untuk masalah atau kesempatan yang sama, meminta saran kepada yang berwenang dan mengambil keputusan berdasarkan saran seorang ahli atau manajer tingkat yang lebih tinggi. Manajer yang memakai pendekatan rasional, cerdik dan sistematis akan mencapai solusi lebih baik. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami lebih lanjut mengenai pengertian, proses, unsur, serta alat dalam pengambilan keputusan dan juga perencanaan produksi dalam agribisnis. 1.3 Rumusan Masalah 1. Apa itu pengertian pengambilan keputusan? 2. Apa saja proses pengambilan keputusan? 3. Apa saja unsur pengambilan keputusan? 4. Apa itu perencanaan produksi? 5. Apa itu perencanaan produksi dalam agribisnis?

3

BAB II ISI 2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alterntif terbaik dari sejumlan alternatif yang tersedia. Mulyana (2007) menyatakan pengambilan keputusan berkaitan erat dengan jangka waktu perencanaan. Perencanaan dalam keberadaannya dipecah menjadi perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Siagian (dalam Sudrajat, 2010) pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif dari beberapa alternatif secara sistematis untuk digunakan sebagai pemecahan masalah. Kamus Webster mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai tindakan menentukan sesuatu pendapat atau langkah-langkah tindakan. Secara formal, pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk memilih salah satu cara atau arah tindakan dari berbagai alternatif yang ada demi tercapainya hasil yang di inginkan. Mengambil atau membuat keputusan berarti melakukan pemilihan dari berbagai kemungkinan atau alternatif. Definisi ini mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 1. Proses. Proses menunjukkan adanya kegiatan atau pelaksanaan sesuatu. Kita perlu menyadari bahwa pengambilan keputusan yang baik adalah suatu proses aktif, dimana manajer agribisnis terlibat secara pribadi dan agresif. Pengambilan keputusan yang baik menuntut keterlibatan aktif dan tepat waktu dari manajer agribisnis 2. Pemilihan. Pemilihan menunjukkan adanya pilihan, yaitu ada beberapa alternatif untuk dipilih. Apabila tidak ada alternatif (hanya tersedia satu buah pilihan) maka tidak ada keputusan yang diambil. Alternatif yang hendak dipilih dan diputuskan tersebut harus layak, realistis, dan dapat dijangkau. Contoh: penghapusan utang merupakan suatu alternatif, tetapi jarang merupakan suatu

4

tindakan yang realistis sehingga sering tidak perlu dipertimbangkan sebagai alternatif dalam kebanyakan situasi 3. Tujuan. Pengambilan keputusan yang efisien menuntut adanya tujuan yang jelas dan telah ada di benak pengambil keputusan (decision maker). Tujuan sebagaimana halnya dengan alternatif harus layak (feasible) dan bersifat khusus. Contoh: Tujuan manajer dalam perusahaan agribisnis adalah “menghasilkan laba sebanyak mungkin”. Tujuan ini tidak banyak membantu dalam pemasaran perusahaan karena sifat tujuan itu terlalu umum dan tidak terukur. Lebih baik pernyataan itu diubah menjadi “menghasilkan atau mempertahankan meningkatkan tingkat pertumbuhan laba sebesar 5%” 2.2 Unsur Pengambilan Keputusan Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui unsur atau komponen pengambilan keputusan. Unsur pengambilan keputusan itu adalah (Mulyono, 2008). a. Tujuan dari pengambilan keputusan b. Identifikasi alternatif keputusan yang memecahkan masalah c. Perhitungan tentang faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan manusia d. Sarana dan perlengkapan untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan. Terry (dalam Sudrajat, 2010) Unsur-unsur utama dari teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut. a. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalahmasalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain. b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kepentingannya. c. Pelbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama. d. Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditimbulkan oleh setiap alternatif yang dipilih.

5

e. Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya. f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat-akibatnya yang dapat memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau Sasaran yang telah digariskan. 2.3 Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan hanyalah merupakan prosedur yang logis untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menghasilkan pemecahan masalah. Dalam keadaan apa pun, pengambilan keputusan yang profesional merupakan proses sistematis yang melibatkan beberapa langkah yang khusus (Suryathi, et al, 2013). Proses pengambilan keputusan melibatkan tiga unsur penting, yaitu sebagai berikut: 1. Pengambilan keputusan harus didasarkan harus didasarkan pada fakta yang ada. Makin sedikit fakta yang relevan dan tersedia, makin sulit proses pengambilan keputusan 2. Pengambilan keputusan melibatkan analisis informal aktual. Analisis dapat menggunakan uji statistik, komputer atau hanya merupakan proses pemikiran yang logis dan sederhana 3. Proses pengambilan keputusan membutuhkan unsur pertimbangan dan penilaian yang subjektif dari manajemen terhadap situasi, berdasarkan pengalaman dan pandangan umum. Walau secara teoritis ada kemungkinan untuk menjalankan proses pengambilan keputusan secara mekanis, tetapi jarang sekali tersedia cukup banyak data, sumberdaya atau waktu untuk menganalisisnya secara lengkap. Proses pengambilan keputusan terdiri atas empat tahap, sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi masalah Masalah pokok yang dihadapi oleh manajer adalah berada dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. Manajer yang baik harus mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi masalah. Tahap ini merupakan yang paling sulit. Sering dijumpai antara gejala dan masalah yang sesungguhnya sering terjadi kerancuan. Contoh, kita melihatnya sebagai masalah laba yang rendah, padahal laba yang rendah tersebut hanya merupakan akibat dari sitem distribusi yang tidak efisien

6

dan berbahaya tinggi. Apabila masalah telah dapat dirumuskan secara jelas maka kita dapat menanganinya secara mudah. 2. Merumuskan berbagai alternatif Manajer harus menentukan berbagai alternatif penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi. Beberapa alternatif kadang-kadang dapat diperbaiki dengan mempertimbangkan pengalaman di waktu lalu. 3. Menganalisis alternatif Tahap

ini

mungkin

memerlukan

pengujian

yang

sulit,

yakni

mempertimbangkan mengenai laba rugi untuk setiap alternatif. Hal ini menyangkut tujuan jangka panjang dan jangka pendek perusahaan. Meskipun analisis harus dilakukan secara obyektif, tetapi proses pemilihan akhir pasti mengandung unsur penilaian yang subyektif. 4. Mengusulkan suatu penyelesaian dan menyarankan suatu rencana tindakan Setelah melewati tahap-tahap diatas, manajer dapat menyarankan suatu penyelesaian yang logis, meskipun kenyataan, kesempatan dan resiko yang dihadapi sama, tetapi kesimpulan yang diambil dapat berbeda-beda diantara para manajer. Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Identifikasi Masalah

Perumusan Alternatif

Analisis Alternatif

Rencana Tindakan Pada waktu pengambilan keputusan, suatu rencana tindakan untuk melaksanakan keputusan tersebut harus ditentukan. Rencana tindakan ini mungkin dapat menemukan beberapa faktor penting yang belum dimasukkan dalam analisis.

7

Efektivitas dari pengambilan keputusan ditentukan oleh pemilihan alternatif yang rasional. Untuk mengambil keputusan yang rasional dibutuhkan beberapa syarat, antara lain sebagai berikut. 1. Keterangan yang ingin diperoleh harus didasarkan fakta yang ada di lapangan 2. Harus bebas dari prasangka, bersih, dan jauh dari pertimbangan subjektif 3. Harus berusaha untuk dapat mencapai suatu tujuan 4. Harus dapat mengetahui dengan jelas tujuan mana yang dapat dicapai beserta berbagai kelemahannya 5. Harus berdasarkan prinsip-prinsip analisis dalam menilai berbagai alternatif sesuai dengan tuntutan untuk mencapai tujuan 6. Harus menggunakan ukuran objektif 7. Sejauh mungkin didasarkan pada teknik kuantitatif 8. Harus bersikap optimis dan berkemauan yang kuat untuk memilih alternatif yang paling baik 2.4 Perencanaan Produksi Menurut Simchi-Levi, et al (2003), manajemen rantai pasok adalah sebuah perencanaan yang terpadu, implementasi, koordinasi dan kontrol dari semua proses bisnis dan kegiatan yang diperlukan untuk memproduksi dan

mengirim

produk

permintaan pasar. strategi

pada

seefisien

mungkin

yang

Perencanaan sistem produksi

rantai

pasok

yang

dilakukan

dapat

memuaskan

merupakan salah

dengan

tujuan

satu

memenuhi

permintaan. Manajemen operasi dalam agribisnis ditujukan pada pengarahan dan

pengawasan

proses

yang

digunakan

oleh

perusahaan

makanan

dan agribisnis untuk produksi di pabrik. Saat ini, manajer jasa di supermarket, konsultan sama

institusi

agribisnis

terhadap

keuangan, mempunyai

desain

industri

internet

pertanyaan

dan

pekerjaan,

pilihan

dan

perusahaan

pertimbangan

lokasi,

desain

yang

fasilitas,

pembelian transportasi, dan penjadwalan; seperti pada sektor produksi. Manajemen

operasi

untuk

perusahaan

makanan

dan

agribisnis

dapat

8

dibagi ke dalam dua daerah yang berbeda yakni perencanaan produksi dan logistik. Perencanaan produksi sebagai bagian dari aspek dari manajemen operasi, meliputi keputusan dan aktivitas yang luas termasuk merancang program mutu, merencanakan lokasi pabrik, memilih tingkat kapasitas yang tepat, mendesain layout operasi, memutuskan desain proses, menentukan tugas, pekerjaan dan tanggungjawab Fungsi logistik dari manajemen operasi juga menjadi bagian penting dalam manajemen operasi. Adapun kegiatan yang terlibat di dalamnya adalah sebagai perencanaan produksi agregat, penjadwalan produksi, serta pembelian bahan untuk produksi. Hingga saat ini, manajer operasi juga dikenal sebagai manajemen produksi karena fokusnya terhadap sektor produksi. Namun sektor jasa sekarang merupakan sektor yang pertumbuhannya tercepat dalam perekonomian. Tentu saja ada perbedaan antara organisasi manufaktur dan jasa, tetapi perbedaannya tidak begitu jelas.

Tabel 2.1. Karateristik dari Pengolah Produk dan Penyedia Jasa Produsen barang dibedakan dengan penyedia jasa karena produk yang dihasilkan berbentuk fisik, berdaya tahan dan dapat diinventarisir. Perusahaan jasa produknya tidak berbentuk fisik melainkan ide, informasi, penampilan dan lainlain. Beberapa organisasi jasa seperti restoran, lembaga pengiriman dan perakitan produk ataupun kredit berkembang pesat dan berbeda dengan penyedia produk. Penyedia jasa, tidak seperti produsen, cenderung untuk mempunyai hubungan yang tinggi dengan pelanggan dan waktu tanggapan terhadap pelanggan sering

9

dihitung dalam menit, tidak dalam hari atau minggu seperti pada produsen produk. Penghasil barang cenderung melayani pasar regional atau bahkan internasional dimana jasa cenderung tidak dapat dikirim. Tetapi penyedia jasa cenderung melayani pelanggan yang dekat (walapun hal ini telah berubah sehubungan alat komunikasi dan teknologi baru). Mutu lebih mudah diakses pada produsen barang karena dapat diukur dan diuji. Mutu dalam penyedia jasa adalah sulit untuk diaskes karena diukur terhadap hal yang intangible seperti persepsi konsumen, komunikasi serta waktu, yang kesemuanya memiliki sifat subjektif. Penghasil barang berkaitan dengan dua hal penting; manajemen dari berbagai jenis inventaris, dan mendistribusikan barang yang siap dan jasajasa. Artinya, penghasil barang banyak berkaitan dengan manajemen operasi meliputi suatu sistem aktivitas dan pelaku yang saling berhubungan. Supplier (penyedia) menyediakan input terhadap sistem. Perindustrian tepat waktu dari input kualitas tinggi mempengaruhi semua aktivitas dalam sistem. Input terdiri dari tenaga kerja (tenaga terampil dan manajer), modal (peralatan), bahan, informasi dan tenaga yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang diinginkan. Tranformasi atau konvensi dari input menjadi output meliputi fasilitas, proses dan prosedur dimana barang dan jasa dihasilkan. Pelanggan membeli output dari satu sistem produks dan memberi umpan balik setiap kali selesai mengkonsumsi. Dalam posisi ini, manajer produksi secara keseluruhan berjalan dengan lancar. 2.5 Perencanaan Produksi dalam Agribisnis Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program, baik program yang sifatnya umum maupun yang spesifik, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu usaha produksi yang baru memerlukan perencanaan yang bersifat umum atau yang sering disebut sebagai praperencanaan. Faktorfaktor yang sangat penting dan harus diputuskan dalam praperencanaan dalam agribisnis, khususnya subsistem produksi primer / usaha tani, adalah pemilihan komoditas, pemilihan lokasi produksi dan pertimbangan fasilitas, serta skala usaha.Setelah ketiga hal tersebut diputuskan, dibuatlah rencana yang

10

lebih spesifik menyangkut kebutuhan input-input serta perlengkapan produksi (Said et al., 2001). 1. Pemilihan Komoditas Pertanian Pemilihan komoditas yang akan diusahakan memegang peranan penting dalam keberhasilan usaha produksi pertanian. Komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan menjadi prioritas utama, tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemasarannya. Sebab, mungkin terjadi komoditas tersebut ekonomis dalam produksi, tetapi tidak tepat untuk daerah produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas yang telah dipilih selanjutnya ditetapkan jenisnya / varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim lokasi yang direncanakan (Andayani, 2017). 2. Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian dan Penempatan Fasilitas Untuk usaha agribisnis berskala kecil pemilihan lokasi produksi tidak menjadi prioritas, karena umumnya produksi dilakukan di daerah domisili para petani. Namun, untuk usaha agribisnis berskala menengah ke atas, seperti perusahaan dengan modal investasi yang berjumlah besar, pemilihan lokasi tersebut akan besar pengaruhnya bagi keberhasilan dan kesinambungan usaha. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan prasarana dan sarana fisik penunjang, lokasi pemasaran, dan ketersediaan insentif wilayah. Ketersediaan tenaga kerja mencakup jumlah, spesifi kasi dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan, serta tingkat upah regional dan peraturan-peraturan daerah mengenai ketenagakerjaan. Jumlah tenaga kerja yang ada di suatu wilayah menjadi pertimbangan akan kecukupan tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi, terutama berkaitan dengan tenaga kerja buruh atau tenaga kerja harian. Kekurangan tenaga kerja dari segi jumlah akan dapat menghambat proses produksi seperti yang direncanakan. Spesifi kasi dan mutu tenaga kerja yang diperlukan dalamn proses produksi sangat penting untuk menjamin agar penempatan tenaga kerja yang direkrut sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam suatu jenis pekerjaan. Ketersediaan sarana dan prasarana fisik penunjang, seperti transportasi dan perhubungan, komunikasi, penerangan, serta pengairan/sumber air, sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam keputusan lokasi produksi. Sifat-sifat dan

11

karakteristik produk-produk pertanian dan perlengkapan input-input dan sarana produksinya yang kamba (voluminous) menyebabkan ketersediaan sarana dan prasarana fisik tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Produk pertanian yang umumnya tidak tahanlama memerlukan penanganan dan pengangkutan yang cepat menuju lokasi konsumen. Begitu juga keberadaan alat telekomunikasi akan menjadi penting untuk transfer informasi dari lokasi produksi ke lokasi pasar atau sebaliknya. Pertimbangan lainnya adalah lokasi pemasaran. Sebaiknya lokasi produksi dekat dengan lokasi pemasaran, terutama untuk komoditas-komoditas yang tidak tahan lama, seperti produk hortikultura. Walaupun demikian, pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, jarak antara lokasi produksi dan lokasi pasar tidak menjadi prioritas karena dengan teknologi daya tahan produk dapat diperpanjang dan jarak relatif dapat diperpendek dengan alat-alat pengangkutan yang cepat. Selanjutnya, insentif wilayah juga merupakan faktor pertimbangan dalam Menetapkan keputusan lokasi produksi. Insentif wilayah sangat terkait dengan kebijakan pemerintah daerah terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan operasi produksi tersebut. Kebijakan pajak, kebijakandan peraturan tenaga kerja, kebijakan investasi, budaya pelayanan publik, danefektivitas pelayanan publik (debirokrasi), dan lain-lain merupakan insentif wilayah yang memiliki daya tarik bagi investor untuk berusaha di daerah tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan produksi agribisnis: 1. Skala Usaha Pertanian Skala usaha sangat terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input, seperti modal, tenaga bibit, peralatan, serta fasilitas produksidan operasi lainnya harus diperhitungkan. Skala usaha yang besar, secara teoritis,akan dapat menghasilkan economic of scale yang tinggi. Namun, kenyataannya di lapangan sering kali skala besar menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian yang

12

khas. Oleh karena itu, dalam merencanakan usaha produksi pertanian, keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting. Karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian juga menyebabkan skala usaha kecil di bidang agribisnis kebanyakan dapat mencapai skala ekonomis. Pada umumnya, tanaman hortikultura dapat diusahakan dalam skala yang kecil dengan tingkat efi siensi yang cukup tinggi. Akan tetapi, komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, kina, karet, tebu, dan lain-lain, akan sangat tidak efi sien jika diusahakan dalam skala yang kecil. Dengan demikian, untuk memberdayakan usahatani kecil pada komoditas tersebut, dibentuklah pola-pola kemitraan, seperti perkebunan inti rakyat (PIR) (Andayani, 2017). 2. Perencanaan Proses Produksi Pertanian Setelah menetapkan jenis dan varietas komoditas yang akan diusahakan, lokasi produksi dan penempatan fasilitas, serta skala usaha yang akan dijalankan, maka proses produksi mulai direncanakan. Khusus dalam pembukaan usaha baru diperlukan perencanaan pengadaan fasilitas, seperti bangunan, peralatan, dan perlengkapan produksi. Setelah perencanaan pengadaan fasilitas dirampungkan, dilanjutkan

dengan

perencanaan

proses

produksi.

Hal-hal

yang

perlu

dipertimbangkan dalam perencanaan proses produksi adalah biaya produksi, penjadwalan proses produksi, pola produksi, dan sumber-sumber input dan sistem pengadaannya. a) Biaya Produksi Pertanian Perencanaan

biaya

produksi

sangat

terkait

dengan

kemampuan

pembiayaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik bersumber dari modal sendiri maupun dari sumber luar, seperti modal ventura, pembiayaan melalui kredit, penjualansaham, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya. Perencanaan biaya tersebut juga terkait dengan skala usaha yang optimal dan ekonomis untuk menghasilkan pendapatan usaha yang layak (Gunawan dan Iswara, 1987). b) Penjadwalan Proses Produksi Pertanian Penjadwalan proses produksi dibuat mulai dari pembukaan lahan sampai kepada pemanenan dan penanganan pascapanen, terutama untuk komoditas yang memiliki gestation period yang relatif pendek, seperti tanaman hortikultura. Namun, komoditas yang gestation period-nya relatif panjang, seperti tanaman

13

perkebunan, biasanya penjadwalan secara rinci dilakukan secara bertahap, walaupun tetap ada perencanaan jangka panjang yang menyeluruh. Penjadwalan tanaman hortikultura yang berumur pendek memegang peranan penting sehubungan dengan fluktuasi harga dan permintaan dalam setahun. Hal-hal ini yang perlu diperhatikan dalam melakukan penjadwalan adalah jenis komoditas, kecenderungan permintaan dan fluktuasi harga, gestation period, pola produksi, pembiayaan, dan lain-lain. Penjadwalan

dilakukan

mulai

dari

pembukaan

lahan,

pembibitan,

penanaman, pemeliharaan (pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, dan lain-lain), dan masa panen. Masa panen hendaknya disesuaikan dengan waktu ketika kecenderungan permintaan dan harga komoditas tersebut tinggi, kemudian dihitung mundur. c) Perencanaan Pola Produksi Pertanian Perencanaan

pola

produksi

memegang

peranan

penting

dalam

penjadwalan, perencanaan tenaga kerja dan input, pembiayaan, proses produksi dan operasi, penanganan pascapanen, serta sistem distribusi dan pemasaran, terutama untuk tanaman hortikultura yang memerlukan penanganan cepat. Pola produksi dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk, antara lain berdasarkan: Jumlah komoditas, yaitu komoditas tunggal, komoditas ganda, dan multikomoditas; dan sistem produksi, yaitu pergiliran tanaman dan produksi massa. d) Perencanaan dan Sistem Pengadaan Input-Input dan Sarana Produksi Pertanian Perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifi kasi input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun spesifi kasinya. Secara umum, input-input dalam agribisnis adalah bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan modal. Di lain pihak, sarana dan prasarana produksi meliputi areal tempat produksi, perlengkapan dan peralatan, bangunan-bangunan pendukung, dan teknologi. Setelah input-input serta sarana dan prasarana produksi diidentifi kasi dan dispesifi kasi, disusunlah rencana dan sistem pengadaannya. Dua hal mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli. Misalnya, dalam

14

hal pengadaan bibit, apakah memproduksi bibit sendiri ataukah membeli dari sumber-sumber lain. Keputusan memproduksi sendiri atau membeli sangat tergantung pada biaya imbangan antara kedua alternatif tersebut (Gunawan dan Iswara, 1987).

15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 1.

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alterntif terbaik dari sejumlan alternatif yang tersedia.

2.

Unsur pengambilan keputusan ialah tujuan, identifikasi alternatif, perhitungan tentang factor-faktor yang tidak diketahui sebelumnya serta sarana dan perlengkapan untuk mengevaluasi.

3.

Proses

pengambilan keputusan hanyalah

merupakan prosedur yang

logis untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menghasilkan pemecahan masalah. 4.

Perencanaan sistem produksi merupakan salah satu strategi pada rantai pasok yang dilakukan dengan tujuan memenuhi permintaan.

5.

Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program, baik program yang sifatnya umum maupun yang spesifik, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Ada 8 tipe kepemimpinan

3.2 Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa baik masyarakat maupun petani sebaiknya memahami secara baik alat dalam menentukan keputusan dalam agribisnis dan juga perencanaan produksi dalam agribisnis agar usahatani dapat berjalan secara efisien dan efektif.

16

DAFTAR PUSTAKA Andayani,S.A. 2017. Pendekatan Manajmemen Dalam Agribisnis. CV. Media Cendikia Muslim : Bandung. Gunawan S, dan I.G.L.A Iswara, 1987. Teori Pengambilan Keputusan dalam Ekonomi Produksi”. Karunika : Universitas Terbuka Jakarta. Muljono, 1999, Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi, PT. Elex Media Komputindo-Kelompok Gramedia, Jakarta. Mulyana Iman, 2007, Diterbitkan di: 13 Oktober, http://www.e-iman.uni.cc Said G, Rachmiyanti dan M Z Muttaqin. 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis. Ghalia :Indonesia Jakarta. Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., dan Simchi-Levi, E., 2003. Designing and Managing the Supply Chain: Concepts, Strategies, and Case Studies, McGraw- Hil. Sudrajat,2010,http://id.shvoong.com/business-Management/688030 pengambilan keputusan-dalam-manajemen operasi/ixzz1 JukIS0w4, diakses, Mei 2012. Suratiyah, K., 2001, Manajemen Keuangan Agribisnis (Hand Out Matrikulasi), Program Pascasarjana Jurusan Ilmu-ilmu Pertanian Program studi Magister Manajemen Agribisnsis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Related Documents


More Documents from "Dian Wulandari Al Firsta"