Peper Pasien K3 Temu 13, Upaya Mempertahankan Ergonomik.docx

  • Uploaded by: cok nita
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peper Pasien K3 Temu 13, Upaya Mempertahankan Ergonomik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,594
  • Pages: 20
MAKALAH K3 DALAM KEPERAWATAN “Upaya Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Berbaring, Duduk, Berdiri, dan Berjalan”

NAMA KELOMPOK :

GUSTI AYU PUTU WAHYU SARTIKA

(17.321.2665)

I MADE WAHYU ADITRA

(17.321.2671)

KOMANG WISNU BUDIKESUMA

(17.321.2677)

LUH PUTU DIAN SURYANINGSIH

(17.321.2678)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI 2019/2020

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu, Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat, rahmat, dan karuniaNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Upaya mempertahankan Ergonomik pada posisi berbaring, duduk, berdiri, dan berjalan” tepat pada waktunya. Adapun makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mengikuti mata kuliah Keshatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan saran, petunjuk, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini. Demi kesempurnaan makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya. Om Shanti Shanti Shanti Om.

Denpasar, 17 Maret 2019

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………...i DAFTAR ISI .............................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2 1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Upaya Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Berbaring, Duduk, Berdiri, dan Berjalan .............................. 3 2.2 Upaya Mencegah Hazard Psikososial ............................................. 8 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan ....................................................................................... 16 3.2 Saran .............................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomic. Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sector kegiatan ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsure hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatankegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat perintisan. Fungsi pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomic dan penerapannya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah Upaya Mempertahankan Ergonomik pada posisi berbaring, duduk, berdiri, dan berjalan ? 2. Bagaimanakah Upaya Mencegah Hazard Psikososial ?

1

1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui tentang ergonomic pada setiap posisi dan mencegah hazard psikososial 1.4 Manfaat Penulisan Sebagai sarana informasi bagi mahasiswa dan pembaca dalam posisi ergonomic dan pencegahan terhadap hazard psikososial

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Upaya Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Berbaring, Duduk, Berdiri, dan Berjalan A. Definisi Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan alat, cara kerja dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk mewujudkan kondisi lingkungan kerja yang sehat, amam, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang setingi-tinginya. B. Prinsip Ergonomi Dalam perancangan peralatan kerja dapat digunakan beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain : 1) Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alatalat petunjuk, cara-cara manusia melayani mesin (macam gerak dan kekuatan) 2) Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat industri harus diambil ukuran

terbesar

sebagai dasar serta

cara tenaga kerja yang lebih

kecil.

diatur Misalnya,

dengan

suatu

kursi

dapat

dinaikturunkan, tempat duduk dapat disetel maju mundur. 3) Ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan penempatan alat-alat industri : a. Berdiri 

Tinggi badan berdiri



Tinggi bahu



Tinggi siku



Tinggi pinggul



Depa



Panjang lengan

3

b. Duduk 

Tinggi duduk



Tinggi lengan atas



Panjang lengan bawah dan tangan



Jarak lekuk lutut - garis pinggang



Jarak lekuk lutut - telapak

4) Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan pada sudut tulang dinasehatkan duduk tegak. Agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas, maka dianjurkan pemilihan sikap duduk yang tegak yang baik diselingi istirahat sedikit membungkuk. 5) Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar. b. Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung. c. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm 6) Pekerjaan

yang

berdiri

sedikit

mungkin

dirubah

menjadi

pekerjan duduk. Dalam hal ini tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk. 7) Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-27º ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44 º ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (rileks). 8) Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung, lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih bila sikap tubuh tidak berubah. 9) Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan, sehingga gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan. Berilah papan penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki-kaki dan lengan.

4

10) Gerakan ritmis seperti melayang, mengayuh pedal, memutar roda memerlukan frekuensi paling optimum, yang menggunakan tenaga paling sedikit. Misalnya pada frekuensi 60/menit, mengayuh pedal dirasakan masih ringan. 11) Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun. 12) Waktu

istirahat

pertimbangan

didasarkan

ergonomi,

kepada

harus

keperluan

dihindari

atas

dasar

istirahat-istirahat

sekehendak tenaga kerja, istirahat oleh turunnya kapasitas tubuh dan istirahat curian. 13) Beban

tambahan

akibat

lingkungan

sebaiknya

ditekan

menjadi sekecil- kecilnya. 14) Daya penglihatan dipelihara sebaik-baiknya terutama dengan penerangan yang baik 15) Batas kesanggupan kerja sudah tercapai apabila bilangan nadi kerja mencapai angka 30/menit di atas bilangan nadi istirahat, sedangkan nadi kerja tersebut tidak harus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali kepada nadi istirahat sesudah kurang 15 menit C. Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Duduk Sebagai contoh penerapan ergonomi bila posisi kerja lebih banyak duduk, maka menurut Sanders & Mc. Cormick : 1) Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik 2) Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun. Duduklah dengan posisi bersandar. 3) Ketinggian landasan kerja tak memerlukan menekuk

tulang

belakang yang berlebihan 4) Jika pekerjaan anda menuntut diskriminasi penglihatan dan koordinasi tangan atau mata (contoh: mengetik dengan komputer) maka posisi pekerjaan perlu di dekat daerah mata, sedikit di bawah ketinggian bahu, untuk menstabilkan tangan diberi bantalan

5

siku/pergelangan yang nyaman dengan tujuan mengurangi beban otot bahu 5) Sesekali lakukan ‘disguised pauses’, istirahat sekedar untuk mengurangi konsentrasi pada pekerjaan misalnya: merubah posisi duduk, berdiri sebentar dari kursi atau berjalan-jalan sebentar D. Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Berdiri 1) Bekerjalah dengan posisi tegak ke depan. Usahakan pekerjaan terlihat dengan kepala dan badan tegak, kepala agak ke depan. 2) Kurangi gerakan yang tidak perlu, gunakan sepatu yang senyaman mungkin 3) Manfaatkan waktu istirahat semaksimal mungkin agar kerja dan istirahat seimbang. 4) Hindari postur tubuh yang tidak berubah/statis, sesekali regangkan otot-otot anda 5) Apabila anda memerlukan aktivitas menjangkau barang-barang tertentu, maka letakkan barang-barang tersebut dalam posisi yang minimal atau terdekat dan mudah dijangkau dan mudah terlihat E. Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Dinamis (duduk dan berdiri) 1) Usahakan benda yang akan anda jangkau berada maksimal 15 cm di atas landasan kerja 2) Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90cm-120cm, merupakan ketinggian yang paling tepat dan baik untuk posisi duduk maupun berdiri F. Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Berbaring 1. Jika berbaring lordosis dipertahankan 2. Posisi yang paling baik adalah “semi Fowler” yaitu berbaring dengan paha dan lutut 450 3. Membantu venous return 4. Otot perut (Illiopsus) relaks 5. Bantal, menjadikan kepala & leher netral. Bantal bulu/kapuk lebih baik dari pada spon

6

G. Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Berjalan 1. Biasakan berjalan dengan tubuh yang tegak. Walaupun setiap orang memiliki cara berjalan yang unik, ada sikap tertentu yang banyak orang lakukan saat berjalan, terutama dalam hal postur tubuh. Biasakan berjalan dengan punggung tegak dan mengangkat dagu agar sejajar dengan lantai. Dengan menjaga postur ini selama berjalan, Anda bisa bernapas lebih leluasa sebab tulang punggung Anda tetap lurus sehingga tidak menekan diafragma. Jangan berjalan sambil menunduk atau membungkuk sebab postur tubuh yang buruk lambat laun membuat punggung terasa nyeri, leher kaku, dan bahkan muncul keluhan lain yang lebih serius 2. Gunakan otot betis, paha belakang, dan kuadrisep agar Anda bisa berjalan dengan baik. Gerakan berjalan yang efektif melibatkan hampir semua otot tungkai, bukan hanya satu. Visualisasikan bahwa saat ini Anda sedang berjalan. Langkahkan kaki kanan ke depan dengan meletakkan tumit di lantai lalu gunakan otot paha belakang dan kuadrisep kaki kiri untuk menggerakkan tubuh ke depan sampai Anda bisa memindahkan tumit kiri ke depan. Biasakan melangkah dengan gerakan menggulung telapak kaki, yaitu mengangkat telapak kaki dimulai dari tumit sampai ke jari-jari kaki dengan arah lurus ke depan. Cara ini akan mengaktifkan otot betis sehingga telapak kaki membentuk sudut yang tepat saat terangkat dari lantai setiap kali Anda melangkah. 3. Tariklah kedua bahu sedikit ke belakang, tetapi biarkan tetap rileks. Saat berjalan, Anda akan lebih banyak mengandalkan otot kaki dan otot perut. Walau demikian, Anda harus tetap memperhatikan postur tubuh atas. Menarik bahu sedikit ke belakang dalam kondisi rileks akan banyak manfaatnya. Postur ini menjaga tubuh Anda agar tetap kuat dan stabil saat Anda meluruskan punggung dari leher sampai pinggul. Melakukan postur ini sambil menegakkan punggung dan mengangkat dagu akan mencegah ketegangan di punggung dan menghindari terjadinya cedera. Selain itu, cara ini membantu Anda membentuk kebiasaan berjalan yang baik sehingga tubuh Anda tidak bungkuk yang

7

cenderung menimbulkan nyeri dan ketegangan bahu. Terakhir, dengan menarik bahu sedikit ke belakang, penampilan Anda akan lebih baik karena postur ini menunjukkan kepercayaan diri dan kekuatan. Walaupun terkesan sepele, hal ini sangatlah penting 4. Ayunkan lengan selama Anda berjalan. Mengayunkan lengan adalah hal biasa bagi banyak orang. Biarkan kedua lengan tergantung ke bawah secara alami. Saat mulai berjalan, lengan Anda akan berayun sedikit. Semakin cepat Anda berjalan, semakin lebar ayunannya. Mengayunkan lengan adalah sesuatu yang alami ketika Anda berjalan. Penelitian membuktikan bahwa cara ini bisa meningkatkan efisiensi dari setiap langkah Anda. Berjalan sambil mengayunkan lengan membantu Anda melangkah lebih lebar dengan energi metabolik yang sama besarnya seperti jika Anda tidak mengayunkan lengan.[3] Jadi, jangan takut mengayunkan lengan saat berjalan. Jangan khawatir, Anda tidak akan terlihat seperti pendekar. Jika cuaca tidak terlalu dingin, jangan masukkan tangan ke dalam saku agar Anda bisa mengayunkan lengan. Dengan demikian, Anda akan memperoleh manfaatnya, yaitu berjalan lebih cepat dan lebih jauh.

2.2 Upaya Mencegah Hazard Psikososial Hazard (bahaya) Psychosocial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul karena adanya interaksi dari aspek-aspek job description, desain kerja dan organisasi serta managemen di tempat kerja serta konteks lingkungan sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan fisik, sosial dan psikologi. Bahaya psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi dampak pada aspek fisik dan mental pekerja. Seperti misalnya pola kerja yang tak beraturan, waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll (Sunaryo 2004). Upaya yang dilakukan untuk mencegah hazard psikososial :

8

1. Analisis beban kerja Definisi: Analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas. Tujuan : a.

Analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang dapat dilimpahkan kepada seorang pegawai, atau dapat pula dikemukakan bahwa analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan beban kerja dalam waktu tertentu.

b. Membangun/merumuskan sistem penilaian beban kerja dan perencanaan kebutuhan pegawai pada masing-masing Unit kerja; c. Melakukan penilaian beban kerja Unit Kerja berdasarkan beban kerja jabatan/unit kerja dengan menggunakan variabel norma waktu, volume kerja dan jam kerja efektif, dikaitkan dengan jumlah pegawai/jabatan.

Metode Analisis Beban Kerja: Dalam rangka mendapatkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan ini dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu : a. Pendekatan Organisasi Organisasi dipahami sebagai wadah dan sistem kerja sama dari jabatan-jabatan. Melalui pendekatan organisasi sebagai informasi, akan diperoleh informasi tentang : nama jabatan, struktur organisasi, tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab, kondisi kerja, tolok ukur tiap pekerjaan, proses pekerjaan, hubungan kerja, serta persyaratan-persyaratan

9

seperti : fisik, mental, pendidikan, ketrampilan, kemampuan, dan pengalaman. Berdasarkan pendekatan organisasi ini dapat dibuatkan prosedur kerja dalam pelaksanaan kerja yang menggambarkan kerja sama dan koordinasi yang baik. Kegiatan dan hubungan antar unit organisasi perlu dibuatkan secara tertulis, sehingga setiap pegawai tahu akan tugasnya bagaimana cara melakukannya serta dengan siapa pegawai itu harus mengadakan hubungan kerja. Selanjutnya tugas dan fungsi setiap satuan kerja dihitung beban tugasnya. Hambatannya karena belum adanya ukuran beban tugas, hal ini perlu kesepakatan tiap satuan kerja yang sejenis. Dengan demikian ukuran beban tidak hanya satu, tetapi bisa dua, tiga atau lebih. b. Pendekatan analisis jabatan Jabatan yang dimaksud tidak terbatas pada jabatan struktural dan fungsional, akan tetapi lebih diarahkan pada jabatan-jabatan non struktural yang bersifat umum dan bersifat teknis (ingat kriteria jabatan baik aspek material maupun formal). Melalui pendekatan ini dapat diperoleh berbagai jenis informasi jabatan yang meliputi identitas jabatan, hasil kerja, dan beban kerja serta rincian tugas. Selanjutnya informasi hasil kerja dan rincian tugas dimanfaatkan sebagai bahan pengkajian beban kerja. Beban kerja organisasi sesuai prinsip organisasi akan terbagi habis pada sub unit-sub unit dan sub unit terbagi habis dalam jabatan-jabatan. Melalui pendekatan analisis jabatan ini akan diperoleh suatu landasan untuk penerimaan, penempatan dan penentuan jumlah kualitas pegawai yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu antara lain 1) Sebagai landasan untuk melakukan mutasi; 2) Sebagai landasan untuk melakukan promosi. 3) Sebagai landasan untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan (Diklat); 4) Sebagai landasan untuk melakukan kompensasi; 5) Sebagai landasan untuk melaksanakan syarat-syarat lingkungan kerja;

10

6) Sebagai landasan untuk pemenuhan kebutuhan peralatan atau prasarana dan sarana kerja c. Pendekatan Administratif Melalui pendekatan ini akan diperoleh berbagai informasi yang mencakup berbagai kebijakan dalam organisasi maupun yang erat kaitannya dengan sistem administrasi kepegawaian Teknik Penghitungan Beban Kerja : Analisis beban kerja dilakukan dengan membandingkan bobot/beban kerja dengan norma waktu dan volume kerja. Target beban kerja ditentukan berdasarkan rencana kerja atau sasaran yang harus dicapai oleh setiap jabatan, misalnya mingguan atau bulanan. Volume kerja datanya terdapat pada setiap unit kerja, sedangkan norma waktu hingga kini belum banyak diperoleh sehingga dapat dijadikan suatu faktor tetap yang sangat menentukan dalam analisis beban kerja. Teknik perhitungan yang digunakan adalah teknik perhitungan yang bersifat “praktis empiris”, yaitu perhitungan yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman basis pelaksanaan kerja masa lalu, sesuai judgement disana-sini dalam pengukuran kerja dilakukan berdasarkan sifat beban kerja pada masing-masing jabatan, mencakup : a. Pengukuran kerja untuk beban kerja abstrak Untuk mengukur beban kerja abstrak diperlukan beberapa informasi antara lain : 1) Rincian / uraian tugas jabatan. 2) Frekwensi setiap tugas dalam satuan tugas. 3) Jumlah waktu yang dibutuhkan setiap tugas. 4) Waktu Penyelesaian Tugas merupakan perkalian beban kerja dengan norma waktu. 5) Waktu kerja efektif. b. Pengukuran kerja untuk beban kerja konkret Untuk mengukur beban kerja konkret diperlukan beberapa informasi antara lain : 1) Rincian / uraian tugas jabatan.

11

2) Satuan hasil kerja. 3) Jumlah waktu yang dibutuhkan setiap tugas. 4) Target waktu kerja dalam satuan waktu. 5) Volume kerja merupakan perkalian beban kerja dengan norma waktu. 6) Waktu kerja efektif. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil, ditetapkan jam kerja efektif terdiri dari jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja seperti melepas lelah, istirahat makan dan sebagainya. Dalam menghitung jam kerja efektif digunakan ukuran sebagai berikut : a) Jam Kerja Efektif per hari = 1 hari x 5 jam =300 menit b) Jam Kerja Efektif per minggu = 5 hari x 5 jam =25 jam = 1.500 menit c) Jam Kerja Efektif per bulan = 20 hari x 5 jam =100 jam = 6.000 menit d) Jam Kerja Efektif per tahun = 240 hari x 5 jam =1.200 jam = 72.000 menit Volume kerja setiap unit kerja dapat diketahui berdasarkan dokumentasi hasil kerja yang ada, sedangkan norma waktu perlu ditetapkan dalam standar norma waktu baku, yang akan dijadikan faktor tetap dalam setiap melakukan analisis beban kerja, dengan asumsi-asumsi tidak terdapat perubahan yang menyebabkan norma waktu tersebut berubah. Hal-hal yang harus diperhatikan : Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam waktu kerja adalah : a. Lamanya seseorang dapat bekerja dengan baik, b. Hubungan waktu kerja dengan istirahat c. Waktu kerja sehari menurut periode yang meliputi pagi, siang dan malam, Jam kerja tanpa istirahat untuk waktu kebutuhan Personal, Fatique and Delay (PFD) adalah 15% dari waktu normal.Rata-rata lama bekerja seseorang dalam sehari adalah 6-8 jam dan selebihnya adalah istirahat ataupun dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat.

12

Jadi dalam seminggu seseorang dapat bekerja dengan baik selama 36-48 jam (Suyanto 2008).

2. Memberi Kesempatan Pengembangan Kerja Definisi: Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana karir dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi perawat. Hal ini akan meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan berusaha mengontrol karirnya dan memilih karir yang lebih baik sehingga ia terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Marquis and Huston 2010). Tujuan: a. Meningkatkan moral kerja dan mengurangi kebuntuan karir (dead end job/career) b. Menurunkan jumlah perawat yang keluar dari pekerjaannya (turn-over) c. Menata sistem promosi berdasarkan mobilitas karir berfungsi dengan baik dan benar

3. Penetuan/Penyesuaian Desain Kerja Definisi: Herjanto menjelaskan bahwa desain pekerjaan adalah rincian tugas dan cara pelaksanaan tugas atau kegiatan yang mencakup siapa yang mengerjakan tugas, bagaimana tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil apa yang diharapkan (Herjanto 2001). Tujuan: a. Mengatur penugasan kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan di rumah sakit b. Merangsang karyawan untuk bekerja secara produktif. c. Mengurangi timbulnya rasa bosan d. Dapat meningkatkan kepuasan kerja Pedoman Dalam Desain Pekerjaan:

13

a. Identitas pekerjaan. Identitas pekerjaan merupakan jabatan pekerjaan yang berisi nama pekerjaan seperti penyelengara operasional dan manajer pemasaran. Bila pekerjaan tidak mempunyai identitas, karyawan tidak akan atau kurang bangga dengan hasil-hasilnya. Ini berarti kontribusi mereka tidak tampak (Hani 2000). b. Hubungan tugas dan tanggung jawab, yakni perincian tugas dan tanggung jawab secara nyata diuraikan secara terpisah agar jelas diketahui. Rumusan hubungan hendaknya menunjukkan hubungan antara pelaku organisasi. c. Standar wewenang dan pekerjaan, yakni kewenangan dan standar pekerjaan yang harus dicapai oleh setiap pejabat harus jelas. Pekerjaan pekerjaan

yang

memberikan

kepada

para

karyawan

wewenang

untukmengambil keputusan-keputusan, berarti menambah tanggung jawab. Hini akan cendrung meningkatkan perasaan dipercaya dan dihargai. d. Syarat kerja harus diuraikan dengan jelas, seperti alat-alat, mesin, dan bahan baku yang akan dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tersebut. e. Ringkasan

pekerjaan

atau

jabatan

harus

menguraikan

bentuk

umumpekerjaan dan mencantumkan fungsi-fungsi dan aktifitas utamanya Pertimbangan Dalam Menyusun Desain Kerja: Para penyusun desain pekerjaan harus mempertimbangkan hal-hal beriku (Herjanto 2001). a. Perluasan tugas (job enlargement) meliputi pemberian tugas yang lebih besar secara horizontal, dimana pekerjaan tambahan itu berada pada tingkat kecakapan dan tanggung jawab yang setara dengan pekerjaan semula. Gibson (1983) mengatakan perluasan pekerjaan membuat karyawan mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar. b. Pengayaan tugas (job enrichmant) mencakup penambahan tugas dengan tanggung jawab yang lebih tinggi seperti perencanaan dan pengendalian. c. Perputaran tugas (job rotation) yaitu melakukan penukaran tugas antar pekerja secara periodik untuk menghindari seseorang bekerja secara monoton mengerjakan tugas yang sama setiap hari. Perputaran tugas ini memberikan

kesempatan

kepada

pekerja

untuk

memperbanyak

14

pengalaman dan memungkinkan seorang pekerja untuk menggantikan pekerja lain yang tidak masuk. Manfaat Desain Pekerjaan: Desain pekerjaan memiliki tujuan agar : a. Efisiensi operasional, produktifitas dan kualitas pelayanan menjadi b. Optimal.Fleksibilitas dan kemampuan melaksanakan proses kerja secara horizonta dan hirarki. c. Minat, tantangan, dan prestasi menjadi optimal. d.

Tanggung jawab tim ditetapkan sedemikian rupa, sehingga bisa meningkatkan kerja sama dan efektifitas tim.

e. Integrasi kebutuhan individu karyawan dengan kebutuhan organisasi.

15

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya

3.2 Saran Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

16

DAFTAR PUSTAKA DhienWhie. 2017. Upaya Mempertahankan Ergonomik Pada Posisi Berbaring. Tersedia

pada

https://www.pdfcoke.com/document/367074616/Upaya-

Mempertahankan-Ergonomik-Pada-Posisi-Berbaring. Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2019 Marquis, and Huston. 2010. Epemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Teori Dan Aplikasi. Alih Bahasa: Widyawati Dan Handayani. Jakarta: EGC. Sari, Nilam. dkk. 2018. Upaya Mencegah Hazard Psikososial. Tersedia pada https://id.pdfcoke.com/document/376671322/Upaya-Mencegah-Hazard-Psikososial. Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2019 Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan Dan Keperawatan Di Rumah Sakit. Penerbit Mitra Medika. Yudia. 2017. Upaya Mempertahankan Ergonomik Posisi berbaring, duduk, berdiri, dan berjalan. Tersedia pada https://repository.usu.ac.id. Diakses Pada Tanggal 15 Maret 2019 Pukul 19:20

Related Documents


More Documents from ""