Temu 13 Teori Ak.doc

  • Uploaded by: Ida Ayu Santi Dharmastri Laksmi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Temu 13 Teori Ak.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,441
  • Pages: 12
TEMU 13

RISET EMPIRIS MENGENAI MANAJEMEN LABA KELOMPOK 07

Nama Kelompok 7 :

No. Absen:

Luh Ade Kusuma Yanti

(02)

Ida Ayu Santi Dharmastri L

(22)

I Gusti Ayu Agustia Arini

(32)

PROGRAM REGULER SORE 2018 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR BALI

PEMBAHASAN 

Konsep Manajemen Laba Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang

menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang. Schipper dalam Widodo Lo (2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi atau campur tangan dengan maksud tertentu terhadap proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Definisi tersebut mengartikan bahwa manajemen laba merupakan perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitas mereka. Manajer melakukan manajemen laba dengan memilih metode atau kebijakan akuntansi tertentu untuk menaikkan laba atau menurunkan laba. Manajer dapat menaikkan laba dengan menggeser laba periode-periode yang akan datang ke periode kini dan manajer dapat menurunkan laba dengan menggeser laba periode kini ke periode-periodeberikutnya. National Association of Certified Fraud Examimers dalam Sulistyanto (2008), mendefinisikan manajemen laba sebagai kesalahan atau kelalaian yang disengaja dalam membuat laporan mengenai fakta material atau data akuntansi sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan menyebabkan orang yang membacanya akan mengganti atau mengubah pendapat atau keputusannya. Fisher dan Rosenzweig dalam Sulistyant (2008), menyebutkan bahwa manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang. Lewitt dalam Sulistyanto (2008), menyatakan bahwa manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua dilakukan untuk menutupi konsekuensi dari keputusankeputusan

manajer.

Sementara itu Healy dan Wahlen dalam Sulistyanto (2008), mengatakan bahwa manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kotrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu. Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen dalam mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan membahayakan perusahaan. Definisi manajemen laba dibedakan menjadi dua, yaitu:  Arti Sempit Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings. 

Arti Luas Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut. Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses

pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus. Tujuan manajemen laba adalah memanipulasi besaran laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan mempengaruhi hasil perjanjian yang bergantung

pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Fischer dan Rosenzweig (1995) memandang earnings management sebagai serangkaian langkah yang dilakukan manajer untuk meningkatkan atau menurunkan jumlah laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan yang merupakan tanggung jawabnya tanpa menyebabkan penurunan atau peningkatan keuntungan yang dicapai suatu badan usaha dalam jangka panjang. Ada tiga sasaran yang dapat dicapai oleh manajer dalam melakukan manajemen laba meliputi: minimalisasi biaya politik (political cost minimization), maksimalisasi kesejahteraan manajer (manager wealth maximization), dan minimalisasi kas pendanaan (minimization of financing cost). 

Motivasi Manajemen Laba Sugiri (2005) menyatakan bahwa salah satu motivasi manajemen laba adalah mengelabui kinerja ekonomi yang sebenarnya, dan itu dapat terjadi karena terdapat ketidaksimetrian informasi antara manajemen dan para pemegang saham suatu badan usaha. Motivasi manajemen laba lainnya adalah mempengaruhi penghasilan (telah diatur dalam kontrak) yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan dengan asumsi bahwa manajemen memiliki kepentingan pribadi dan kompensasinya didasarkan pada laba akuntansi. Dalam Positif Accounting Theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu: 

Program Bonus (Bonus Plan). Adanya asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka. Pada motivasi ini, diasumsikan bahwa manajer meningkatkan keuntungan yang dilaporkan dalam upaya untuk memaksimalkan imbalan bonus yang akan diterima. Manajer pada perusahaan yang menerapkan program bonus lebih cenderung untuk menggunakan metode atau prosedur-prosedur akuntansi yang akan menaikkan laba saat ini dengan memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan.



Kontrak Utang (Debt Covenant).

Semakin dekat suatu perusahaan ke waktu pelanggaran kontrak utang, manajemen akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat ‘memindahkan’ laba periode mendatang ke periode berjalan, yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical defauld (kegagalan dalam pelunasan hutang). 

Motivasi Politis (Political Motivation). Perusahaan besar yang menguasai hajat hidup orang banyak akan cenderung menurunkan labanya untuk mengurangi visibilitasnya, misalnya dengan menggunakan praktik atau prosedur akuntansi, khususnya selama periode kemakmuran tinggi.



Motivasi Pajak (Taxation Motivation). Salah satu insentif yang dapat memicu manajer untuk melakukan rekayasa laba adalah keinginan untuk meminimalkan pajak atau total pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Hal ini karena laba sering dijadikan landasan untuk mengambil keputusan, menyusun kontrak maupun penilaian kinerja suatu manajer.



Pergantian CEO (Chief Executive Officer). Banyak motivasi yng timbul disekitar waktu penggantian CEO. Contohnya, CEO yang mendekati masa pensiun (tugas akhirnya) akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.



IPO (Initial Public Offering). Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya dipasar modal belum memiliki harga pasar, sehingga terdapat masalah bagaimana menetapkan nilai saham yang ditawarkan. Oleh karena itu, informasi seperti laba bersih dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan, sehingga manajemen perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga lebih tinggi atas sahamnya.

3. Teknik Manajemen Laba

Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dalam Rahmawati dkk. (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu : 

Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.



Mengubah metode akuntansi Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, Contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.



Menggeser periode biaya atau pendapatan Contohnya yaitu rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.

4. Kondisi Untuk Praktek Manajemen Laba Trueman dan Titman (1988) dalam Rahmawati dkk. (2006) berpendapat bahwa hanya manajer yang dapat mengobservasi laba ekonomi perusahaan untuk setiap periode. Sebaliknya, pihak lain mungkin dapat menarik kesimpulan sesuatu mengenai laba ekonomi dari laba yang dilaporkan oleh perusahaan, sebagaimana yang diungkapkan oleh manajer. Dalam menyiapkan laporan mungkin manajer dapat memindah, antarperiode, pada saat sebagian laba ekonomi diketahui sebagai laba akuntansi dalam laporan keuangan. Perpindahan tersebut dapat dicapai, sebagai contoh, melalui pengakuan biaya pensiun, penyesuaian penaksiran umur ekonomis, dan penyesuaian penghapusan piutang.

Jika manajer tidak dapat memindah laba antarperioda maka laba yang dilaporkan oleh perusahaan akan sama dengan laba ekonomi perusahaan pada setiap perioda. Fleksibilitas untuk menunda laba antarperioda hanya tersedia bagi beberapa perusahaan, dan hanya manajer yang mengetahui apakah mereka mempunyai fleksibilitas tersebut atau tidak. 5. Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Rahmawati dkk, (2006) dapat dilakukan dengan cara: 

Taking a Bath Hal ini terjadi selama periode pada saat terjadinya reorgenerasi, termasuk adanya pergantian pimpinan baru. Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian, maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan tindakan ini manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat dilimpahkan kepada manajer lama. Konsekuensinya, mereka akan menghapus aset, menyediakan biaya yang diharapkan di masa mendatang, dan secara umum akan meningkatkan probabilitas keuntungan yang dilaporkan di masa datang.



Income Minimization Pola ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang akan datang diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.



Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelaggaran perjanjian hutang. Pola ini dapat dilakukan dengan mengakui pendapatan terlebih dahulu, dan menunda pengakuan beban.



Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan dan dapat meningkatkan

kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas di masa yang akan datang karena pada umumnya investor lebih menyukai aliran laba yang relatif stabil. Perataan laba dapat dihasilkan dari hal-lah berikut ini: 

Natural income smoothing, yaitu proses pembentukan laba secara inheren menghasilkan suatu stream earnings yang relatif merata, seperti yang terjadi pada utilitas publik (Eckel, 1981).



Intentional income smoothing, yaitu yang disebabkan oleh tindakan manajemen. yang dapat digolongkan ke dalam dua hal di bawah ini.



Real income smoothing (RIS), yang merupakan respon manajer terhadap perubahan kondisi perekonomian. Hasil investigasinya menunjukkan hasil bahwa RIS mempengaruhi aliran kas perusahaan.



Artificial income smoothing (AIS), yaitu upaya manajer untuk secara "artifisial" mengurangi variabilitas laba. Hasil investigasinya menunjukkan hasil bahwa AIS tidak memiliki dampak langsung terhadap aliran kas perusahaan.

Foster (1986) dalam Firdaus (2007) mengklasifikasikan unsur-unsur laporan keuangan yang sering dijadikan sasaran perekayasaan atau manipulasi oleh manajemen yaitu: 

Unsur Penjualan 

Saat penjualan faktur. Misalnya, penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang, fakturnya dibuat pada periode ini akan dilaporkan sebagai penjualan periode ini.



Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif



Penurunan produk, misalnya dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah



Unsur Biaya



Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk suatu pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dan tanggal yang berbeda dan kemudian melaporkannya ke dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda



Mencatat prepayment (biaya dibayar di muka) sebagai biaya. Misalnya melaporkan biaya iklan dibayar di muka untuk tahun depan sebagai biaya iklan tahun ini. Moses (1987) dalam Firdaus (2007) dalam penelitiannya mengklasifikasikan

berbagai perubahan kebijakan akuntansi yang sering dijadikan alat perekayasaan laba antara lain: 

Perubahan metode pencatatan persediaan ke metode LIFO



Perubahan metode pencatatan biaya jaminan hari tua



Perubahan metode depresiasi aktiva tetap, amortisasi aktiva tidak berwujud dan konsolidasi



Perubahan dalam penaksiran atau estimasi masa manfaat aktiva tetap maupun aktiva tidak berwujud



Perubahan kebijakan terhadap pembebanan atau pengkapitalisasian.

Menurut Restie Ningsaptiti (2010) terdapat pengaruh ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, pengaruh komposisi dewan komisaris, pengaruh spesialisasi industry auditor dan pengaruh komposisi komite audit terhadap manajemen laba . 

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Utama (2005) menunjukkan

bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan natural logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif terhadap besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil indikasi pengelolaan labanya. . Hal ini disebabkan karena perusahaan besar biasanya memiliki peran sebagai pemegang kepentingan yang luas sehingga lebih diperhatikan oleh masyarakat. Akibatnya perusahaan akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan yang akurat. 2) Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap Manajemen Laba Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ini artinya kepemilikan institusional maupun manajerial tidak mampu mengurangi aktivitas manajemen laba. hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Palestin (2006) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Artinya, semakin besar kepemilikan saham maka semakin kecil praktik manajemen laba. Ini disebabkan karena kepemilikan saham yang terkonsentrasi dapat membuat pemegang saham pada posisi yang kuat untuk mengendalikan manajemen secara efektif sehingga mampu membatasi perilaku oportunis oleh manajer. 3) Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, berarti banyaknya jumlah anggota komisaris independen dalam perusahaan belum berhasil mengurangi manajemen laba yang terjadi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Veronica dan Utama (2005) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak terbukti berpengaruh terhadap tindak manajemen laba yang dilakukan di perusahaan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena peranan dewan komisaris tidak dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. 4) Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor terhadap Manajemen Laba

Berdasarkan pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa spesialisasi industri auditor berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. hasil ini konsisten dengan pendapat Dang et al. (2004) dalam Mirna dan Indira (2007) berpendapat bahwa KAP yang memiliki banyak klien dalam industri yang sama, akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang resiko audit khusus yang mewakili industri tersebut. Namun hal ini akan membutuhkan pengembangan yang dimiliki oleh KAP spesialis industri maka diharapkan bahwa KAP spesialisasi industri cenderung membatasi manajemen laba. 5) Pengaruh Komposisi Komite Audit terhadap Manajemen Laba Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi dewan komite tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti komite audit yang diukur dari persentase jumlah anggota komite audit yang berasal dari luar perusahaan belum dapat mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam suatu perusahaan. penelitian ini konsisten dengan penelitian Wedari (2004) serta Siregar dan Utama (2005) yang menemukan bahwa keberadaan komite audit independen tidak terbukti efektif mengurangi manajemen laba. Hal ini diduga disebabkan karena pengangkatan komite audit oleh perusahaan hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporte governance di perusahaan. DAFTAR REFERENSI

Agnes Utari Widyaningdyah. 2001. Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan, November Vol. 3 No. 2. Watts, R, L., and Zimmerman, J, L. 1990, “Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective”. The Accounting Review, 60 (1): 131-156. Firdaus, M. 2007. Manajemen Agribisnis. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Rahmawati, dkk. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi IX

Setiawati, L. dan A. Na'im. 2000. Manajemen Laba. Journal Ekonomi dan Bisnis. Sugiri. 2005. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Ningsaptiti, Restie, and Tahrir HIDAYAT. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008). Diss. Perpustakaan FE UNDIP, 2010.

Related Documents

Temu 13 Teori Ak.doc
November 2019 16
Kd Temu 13.docx
June 2020 22
Temu Lawak
October 2019 52
Temu Lawak.docx
November 2019 26
Temu Manten
October 2019 55

More Documents from "Ella Nur Fadlilah"

Temu 13 Teori Ak.doc
November 2019 16
Sap 13 Fix New.docx
November 2019 23
Kombis Sap 12 Fix.docx
November 2019 28
Cover%20lp.docx
June 2020 10
July 2020 22