Penjelajahan 10 Tahun Mencari Es Dan Debu

  • Uploaded by: Anna Marthea Veronicha
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penjelajahan 10 Tahun Mencari Es Dan Debu as PDF for free.

More details

  • Words: 560
  • Pages: 2
Penjelajahan 10 Tahun Mencari Es dan Debu Misi Deep Impact Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), 4 Juli 2005, adalah menembakkan impaktor berbobot 362 kilogram ke komet 9P/Tempel 1. Misi untuk meneliti bagian dalam komet itu terbilang sukses. Citra yang dikirim ke Bumi menunjukkan secara detail pemandangan spektakuler dari inti komet saat tumbukan dan setelah tumbukan, serta efeknya pada komet. Keberhasilan Deep Impact, seperti dimuat jurnal ilmiah Nature edisi Oktober 2005, bukan hanya bergantung pada akurasi kontrol wahana antariksanya, melainkan berkat kemantapan jaringan kerja para ahli di Bumi. Misi ini menggunakan wahana antariksa Rosetta milik Badan Antariksa Eropa (ESA), yang membawa sistem kamera OSIRIS (Optical, Spectroscopic, and InfraRed Imaging System) untuk mengamati komet sebelum dan setelah tumbukan. Komet menjadi kajian menarik para ilmuwan karena komposisinya yang diyakini menggambarkan kondisi saat sistem tata surya terbentuk. Komet menghabiskan sebagian besar usianya dalam lingkungan bersuhu rendah jauh dari Matahari. Karena itu, meskipun telah banyak penelitian mengenai sistem komet, struktur dan komposisi intinya masih kurang terungkap. Sejauh ini, boleh dikata para ahli baru mengungkap wajah komet, susunan koma yang menyelimutinya. Pada jarak 3 AU dari Matahari (1 AU atau astronomical unit adalah jarak Bumi dengan Matahari), komponen berwujud gas pada atmosfer ini didominasi unsur air hasil sublimasi (perubahan dari es menjadi uap air) dari permukaan inti komet akibat efek pemanasan dari Matahari. Butiranbutiran debu juga terbentuk pada koma dan ekor komet, dan pantulan radiasi matahari menimbulkan cahaya pada komet. Perbandingan antara es dan debu dalam sebuah komet agak berbeda dari nilai permukaan ambien. Sebab itu, nilai yang diharapkan diperoleh dari Deep Impact memungkinkan penelitian residu beku dari es purba dilepaskan dari Tempel 1. Total limpahan air juga berhasil dideteksi secara langsung oleh Deep Impact melalui frekuensi inframerah, tetapi pemandangan geometri spektrometer inframerah wahana antariksa itu menyulitkan pengukuran kuantitatif. Penelitian oleh Michael Küppers (Institut Max-Planck Jerman) dan kawan-kawan menemukan bahwa jumlah total air yang dilepaskan dari 9P/Tempel 1 hampir 5.000 ton. Langkah berikutnya adalah menentukan massa debu. Dengan menggunakan parameter optikal tertentu-seperti proporsi paparan radiasi elektromagnetik yang

http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1131448952&26

memencarkan debu dengan debu yang diserap-dapat diperoleh total area material yang tertambahkan pada koma oleh tumbukan tadi. Konversi terhadap volume (dan juga massa) secara sensitif bergantung pada seberapa padat butiran debu dan luasan sebarannya. Dengan mengambil lingkup nilai yang mungkin dari paramater ini, Küppers dan kawan-kawan menemukan sebuah perbandingan es-debu pada komet 9P/Tempel 1 secara substansial lebih besar dari satu. Akan tetapi, sebaran dari nilai-nilai untuk total massa debu secara signifikan lebih tinggi dibanding nilai dari hasil dua set pengukuran spektroskopik inframerah menengah. Nilai-nilai yang diperkirakan dari pengukuran itu di bawah 1.000 ton dan menunjukkan perbandingan debu-es yang lebih rendah. Hasil inframerah juga bergantung pada ukuran dan kepadatan butiran debu. Akan tetapi, lebih dapat diandalkan, sebagaimana yang diperoleh dengan pengukuran emisi-termal terhadap butiran debu lebih besar yang mengandung suatu fraksi yang lebih besar dari total massa debu. Tentu saja total massa material yang dilepaskan oleh tumbukan itu dapat diperkirakan lebih sederhana dari dimensi lubang yang ditimbulkan. Hasil observasi Deep Impact yang dipaparkan Küppers diperoleh dari Rosetta yang diluncurkan 2 Maret 2004. Rosetta sendiri sedang dalam penjelajahan 10 tahun menuju komet berkala 67P/Churyumov-Gerasimenko. Ilmuwan meyakini isu mengenai komposisi debu dan air pada 9P/Tempel 1 niscaya masih akan terus menimbulkan debat sebelum analisis akhir dari misi Deep Impact dipublikasikan beberapa bulan kemudian. Ilmuwan pun masih harus bersabar menanti Rosetta menyelesaikan misinya setelah mengorbit inti komet 67P/Churyumov-Gerasimenko pada November 2014.

http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1131448952&26

Related Documents


More Documents from "Nurul Mift'Je"