Berkedip Tak Seharusnya Jadi Masalah Akhir pekan lalu, Piers Barnes, ahli fisika di Australia, memberi tip agar setiap jepretan foto bisa sempurna. Sebelumnya, ia rela menghitung ratarata jumlah kedipan setiap orang setiap menitnya, berapa lama setiap kedipannya berlangsung, lalu mengaitkannya dengan kecepatan shutter kamera dan jumlah orang yang akan difoto. Hasilnya, dia menyarankan, untuk kelompok yang kurang dari 20 orang dan memiliki pencahayaan yang baik, sebaiknya kelompok itu dipecah menjadi tiga. Kalau pencahayaannya jelek, bagi menjadi dua. Pemotretan lalu diambil menurut jumlah individu yang menjadi obyek foto. Dijamin, menurut Barnes, foto yang dihasilkan berpeluang lebih dari 95 persen menghasilkan foto yang sempurna, yakni tak ada satu pun yang sedang berkedip. Sebuah kedipan memang bisa mengundang keluhan. Pejaman yang ratarata hanya selama 250 milidetik itu bisa menodai keindahan dan keceriaan sebuah foto, terlebih foto bersama. Tapi, nyatanya, mata memang butuh berkedip. Jangan pernah bayangkan kita tak pernah atau jarang berkedip karena hanya dengan cara itu mata bisa membilas tubuhnya dari stimuli berbahaya benda asing semacam kilau cahaya dan partikel debu. Mata juga membasuh diri dengan pelumas untuk mencegahnya mengering. Ketika mata kita berkedip, tidak sampai setengah detik, pada saat yang sama pelupuk mata mensekresikan koktail berisi minyak dan lendir ke seluruh permukaan bola mata. Uniknya lagi, setiap gerakan berkedip ternyata menekan kerja beberapa area di otak yang bertanggung jawab mendeteksi perubahan lingkungan sekitar. Jadi, meski kita bisa berkedip sesering setiap 210 detik, otak bisa diajak bekerja sama sehingga kita bisa menikmati dunia sekitar seakan tanpa putusputus.
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1167788215&19