Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai.docx

  • Uploaded by: Leonardh Nadoo
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,342
  • Pages: 13
PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DI WASPADAI

Disusun Oleh : Kelompok III Jaqline Caroline Gala

( C1814201208 )

Laurensia Bangun

( C1814201209 )

Leady Lokollo

( C1814201210 )

Leonardus

( C1814201211 )

Libertus Ardiono

( C1814201212 )

Maria Vivin VI

( C1814201214 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR 2018

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan sistem yang bertujuan untuk memberikan asuhan terhadap pasien secara aman sebagai upaya mencegah kejadian yang tidak diinginkan (Kemenkes, 2011 dalam Ismawati, 2014 ). Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar, merupakan hal yang berpotensi terjadinya kesalahan dalam proses pemberian pelayanan kesehatan berupa kesalahan diagnosis, pengobatan, perawatan, serta kesalahan sistem lainnya sehingga berbagai kesalahan yang terjadi mengakibatkan insiden keselamatan pasien. Di Indonesia, data tentang KTD dan KNC masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan mal-praktik yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Insidensi pelanggaran keselamatan pasien 28,3% dilakukan oleh perawat menurut (Depkes RI, 2006 dalm Ismawati, 2014 ). Oleh karena itu, perawat sebagai salah satu pelaksana berpotensi besar dalam melakukan suatu kesalahan jika tidak mempunyai pengetahuan dan kesadaran yang tinggi bahwa tindakan yang dilakukan akan memberikan efek pada pasien. Hasil survei pendahuluan menurut Ketua Komite Keselamatan Pasien di tempat penelitian pada 4 Maret 2013, sudah dilakukan program keselamatan pasien namun masih ada keluhan terkait komunikasi perawat, masih ada perawat yang belum mengidentifikasi pasien menggunakan dua identitas pasien, masih didapatkan pasien meminta obat oral untuk diletakkan dimeja sehingga ada kemungkinan obat terlambat diminum dari waktu yang ditentukan. Terkait dengan jumlah insiden keselamatan pasien peneliti tidak mendapat ijin menampilkan data tersebut. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : Lingkungan kerja, hal-hal yang berhubungan dengan kondisi pasien, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat, kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat. Semua faktor tersebut menimbulkan terjadinya insiden keselamatan pasien yang beragam, mulai dari yang

ringan dan sifatnya reversible hingga yang berat berupa kecacatan atau bahkan kematian (KKP–RS, 2008 dalam Ismawati, 2014). Berbagai upaya telah diusahakan untuk mengurangi dampak insiden keselamatan pasien. Salah satu cara dengan menerapkan sistem keselamatan pasien di rumah sakit dan pelatihan/sosialisasi terkait keselamatan pasien. Di ruang rawat inap, perawat harus menerapkan enam sasaran keselamatan diantaranya memastikan identifikasi pasien; mengkomunikasikan secara benar saat serah terima pasien; memperhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names); memastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar; meningkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi; dan menurunkan risiko cidera.

BAB II PEMBAHASAN (HIGH-ALERT MEDICATIONS)

A.

PENGERTIAN Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) adalah sejumlah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat (drugs that bear a heightened risk of causing significant patient harm when they are used in error (ISMP - Institute for Safe Medication Practices). Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) merupakan obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan / error dan / atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) termasuk obat-obat yang tampak mirip (nama Obat, rupa dan ucapan mirip / NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/LASA), termasuk pula elektrolit konsentrasi tinggi. Jadi, obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.

B.

TUJUAN 1. Memberikan pedoman dalam manajemen dan pemberian obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications) sesuai standar pelayanan farmasi dan keselamatan pasien rumah sakit. 2. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit. 3. Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome. 4. Mencegah terjadinya kesalahan / error dalam pelayanan obat yang perlu diwaspadai kepada pasien. 5. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

C.

DAFTAR OBAT YANG PERLU DIWASPADAI Obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi: 1. Kelompok obat yang memiliki rupa mirip (Look-Alike). 2. Kelompok obat yang memiliki nama mirip (Sound-Alike).

3. Kelompok obat elektrolit konsentrasi tinggi DAFTAR OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT MEDICATIONS) 1.

Kelompok obat yang memiliki rupa mirip (Look-Alike)

2.

Kelompok obat yang memiliki nama mirip (Sound Alike)

3.

D.

Kelompok obat elektrolit konsentrat tinggi a.

kalium / Potassium klorida (KCl) [sama dengan 25 mEq/ml atau yang lebih pekat]

b.

natrium / sodium klorida (NaCl) lebih pekat dari (0,9%)

c.

magnesium sulfat (MgSO4) [sama dengan 50% atau lebih pekat].

Identifikasi Area yang Membutuhkan Elektrolit Konsentrat Berdasarkan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien maka unit yang dinilai membutuhkan penempatan elektrolit konsentrat tinggi di unit pelayanan hanya ada di : 1. ICU 2. UGD 3. Kamar operasi

E.

Peresepan dan Instruksi Medis 1. Penulisan resep untuk obat yang termasuk kelompok obat yang perlu diwaspadai (HighAlert Medications) harus sesuai dengan ketentuan penulisan resep yang baku serta beberapa hal penting berikut : a) Dokter memeriksa kelengkapan dan ketepatan resep

penulisan resep, indikasi,

ketepatan obat, dosis,rute pemberian. b) Penulisan obat yang termasuk kelompok obat LASA/NORUM harus menggunakan huruf kapital semuaserta mencantumkan dengan jelas dosis dan satuan obat. Contoh IR 15 IU seharusnya dituliskan IR 15 International Unit. c) Instruksi lisan hendaknya dihindari, jika sangat terpaksa diperbolehkan dalam keadaan emergensi yang diatur sesuai dengan pedoman komunikasi efektif dengan tekhnik SBAR. d) Apoteker atau Asisten Apoteker yang menerima resep, harus melakukan konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak sesuai (nama obat/sediaan, satuan, dll). 2. Penulisan instruksi terapi oleh dokter dan perawat di rekam medis (catatan terintegrasi) juga sesuai dengan penulisan resep, yaitu: a. Ditulis huruf kapital b. Satuan tertentu harus ditulis lengkap c. Dosis dan pemberian harus ditulis jelas

d. Pemberian elektrolit konsentrat hendaknya memberikan penjelasan untuk mengingatkan perawat tentang dosis dan cara pemberiannya 3. Satuan obat haru ditulis lengkap, Missal : IU harus ditulis International Unit

F.

Penyimpanan 1. Lokasi penyimpanan Lokasi penyimpanan obat yang perlu diwaspadai berada di logistik farmasi dan pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi tinggi terdapat juga di unit pelayanan, yaitu ICU, UGD, kamar operasi dalam jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan perbekalan farmasi, utamanya dengan memperhatikan jenis sediaan obat (rak/kotak penyimpanan,lemari pendingin), sistem FIFO dan FEFO serta ditempatkan sesuai ketentuan obat “High Alert”. 2. Penyimpanan elektrolit konsentrat tinggi a. Asisten apoteker (logistik farmasi / pelayanan farmasi) yang menerima obat segera memisahkan obat yang termasuk kelompok obat yang (High Alert) sesuai Daftar Obat High Alert b.

Tempelkan stiker merah bertuliskan (High Alert) pada setiap kemasan obat high alert

c.

Berikan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat high alert yang terpisah dariobat lain.

3. Penyimpanan obat LASA (Look Alike) a) Look Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan (warning) untuk keselamatan pasien(patient safety ) : obat-obatan yang bentuk / rupanya mirip dan pengucapannya / namanya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan. b) Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama harus diselingi dengan minimal (dua) obat dengan kategori LASA diantara atau ditengahnya. c) Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat memberi/menerima instruksi. 4. Pemberian Label Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi dua jenis:

a) “HIGH ALERT” untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau infus tertentu, misalnya heparin, insulin, dll. Penandaan obat High Alert dilakukan dengan stiker (High Alert Double Check) pada obat. b) “LASA” untuk obat-obat yang termasuk kelompok LASA/NORUM  Obat kategori Look Alike Sound Alikediberikan penanda dengan stiker LASA padatempat penyimpanan obat.  Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien, maka diberikan tanda LASA pada kemasan primer obat. 5. Penyiapan obat High Alert a. Apoteker, Asisten Apoteker memberi memverifikasi resep obat high alert sesuai pedoman Pelayanan farmasi penangananHigh Alert b. Garis bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan tinta merah. c. Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat high alert dapat didelegasikanpada asisten apoteker yang sudah ditentukan. d. Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda sebelum obat diserahkan kepada perawat. e. Petugas farmasi pertama dan kedua, membubuhkan tanda tangan dan nama jelas di bagian belakang resep sebagai bukti telah dilakukan double check. f. Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan informasi yang memadai dan menandatangani buku serah terima obat rawat inap.

6. Cara Pencegahan Obat yang Perlu diwaspadai (High Alert) di ruang perawatan: a) KCL 7,46% injeksi (konsentasi sediaan yang ada adalah 1mEq = 1 ml) Nacl 3% injeksi intravena diberikan melalui vena sentral dengan kecepatan infuse tidak lebih dari 100mL/jam. b) Natrium Bicarbonat (Meylone vial 8,4%) injeksi harus diencerkan sebelum digunakan.

7. Cek 7 benar obat pasien  Benar obat

 Benar waktu dan frekuensi pemberian  Benar dosis  Benar rute pemberian  Benar identitas pasien  benar informasi  benar dokumentasi

8. Pemberian obat yang perlu diwaspadai (high Alert) di ruang perawatan a) sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat lain harusmelakukan pemeriksaan kembali (double check ) secara independen 

kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter



ketepatan perhitungan dosis obat.



Identitas pasien

b) Obat high alert infus harus dipastikan 

ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump).

 Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump dan disetiap ujung selang.  Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan sesuai perhitungan standar yang telah berlaku, yang berlaku disemua ruang perawata c) Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepada perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert, dan menyerahkan formulir pencatatan obat. d) Dalam keadaan emergency yang dapat menyababkan pelabelan dan tindak pencegahan terjadinya kesalahan obat high alert dapat mengakibatkan tertundanya pemberian terapi dan memberikan dampak yang buruk pada pasien, maka dokter dan perawat harus memastikan terlebih dahulu keadaan klinis pasien yang membutuhkan terapi segera (cito) sehingga double check dapat tidak dilakukan, namun sesaat sebelum memberikan obat, perawat harus menyebut secara lantang semua jenis obat yang diberikan kepada pasien sehingga diketahui dan didokumentasikan dengan baik oleh perawat yang lainnya.

G. Contoh Kasus Ny. S dirawat di sebuah bangsal RS dengan keluhan penglihatan kabur dan sakit kepala, pasien sudah dirawat selama 2 hari, saat dokter visite ditemani perawat, dokter mengatakan akan memberikan salep mata untuk pasien. Dokter kemudian meresepkan Gentamisin ointment untuk keluhannya. Kemudian resep tersebut diberikan oleh perawat ke farmasi berdasarkan tulisan diresep Saat obat sampai di ruanagan perawat kemudian langsung memberikan obat tersebut kepada pasien. Sesaat setelah perawat mengoleskan obat tersebut pada mata pasien, pasien langsung menjerit kesakitan dan mengatakan matanya terasa panas dan perih a. Permasalahan P a d a k a s u s diatas, yaitu pasien yang seharusnya menerima obat salep mata, ternyata mendapatkan salep untuk kulit. pada resep, tidak ditulissecara spesifik jenis salepnya, apakah untuk mata atau kulit, selain itu petugas farmasi juga tidak mengkonfirmasi resep yang mereka terima, apakah itu untuk kulit atau salap sediaan untuk mata. Saat tiba dirunganpun, perawat tidak lagi membaca dan memperhatikan jenis sediaan salap yang dia te rima dan langsung memberikan pada pasien sesuai dengan instruksi yang dia dapatkan dari dokter. Jadi, pada kasus diatas dokter melakukan kelalaian dalam menulis resep, petugas farmasipun lalai karena tidak melakukan konfirmasi sebelum memberikan obat kepada perawat ruangan, Ironisnya perawat ruangan juga melakukan kelalaian karena memberikan obat kepada pasien tanpa melakukan SOP pemberian obat yang benar. b. Penyelesaian Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dilakukan langkahLangkah berikut dalam menangani masalah tersebut yaitu: 1.

Ketika menerima resep dan mendapati ada kejanggalan pada resep seharusnya petugas farmasi melakukan konfirmasi kepada dokter spesialis sebelum menyiapkan resep. Selain itu petugas farmasi juga harus melakukan double cek.

2.

Sebelum memberikan obat kepada pasien perawat seharusnya melakukan SOP yang benar dalam peberian obat. Perawat harus memperhatikan 7 benar.

Selain itu ada beberapa strategi penyelesaian yang dapat dilakukan bila terjadi kesalahan pemberian obat: 1. strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan : 1. Memperbaiki Komunikasi. Pelayanan medis yang kompleks, ditambah dengan keterbatasan petugas sebagai manusia maka amat penting bagi petugas di rumah sakit untuk mempunya alat komunikasi yang terstandar dan disepakati bersama, baik berupa komunikasi verbal maupun tertulis. Pada kasus ini yang amat penting dilakukan segera adalah pembuatan SOP penulisan resep sesuai standar yang ditetapkan. Bila memungkinkan penulisan resep dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan tehnologi informasi berupa elektronik resep. Sosialisasi tentang keselamatan pasien seharusnya dilaksanakan pada seluruh karyawan dan dievaluasi dan diperbaiki terus menerus, sehingga seluruh petugas mempunyai pemahaman yang sama terhadap konsep medication errors. 2. Memperkuat faktor tim. Di layanan, pelaksanaan SOP yang telah dibuat harus disupervisi agar tidak ada pengabaian dan mengurangi kelalaian dari petugas. Supervisi selain dilaksanakan di unit kerja masing-masing, juga harus ada kerjasama dengan unit yang lain karena pelayanan di rumah sakit sifatnya terintegrasi dan berkesinambungan. Perlu dievaluasi apakah SOP yang telah ada perlu diperbaiki dan dibuat lebih mudah untuk dilaksanakan. 3. Memperbaiki manajemen SDM. Pengadaan SDM harus disesuaikan dengan analisa beban kerja dan sesuai dengan jenjang pendidikan. Kompetensi SDM hendaknya selalu ditingkatkan, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan- pelatihan yang terkait denga penerapan keselamatan pasien di rumah sakit. Rotasi SDM perlu dilakukan apabila terjadi kejenuhan pada petugas akibat melaksanakan tugas rutin dalam jangka waktu lama.

4. Memperbaiki desain tugas. Tugas didesain sesuai dengan kompetensi SDM dan mudah dipahami serta dilaksanakan. Perlu dibuat SOP atas tugas double check oleh petugas ruang rawat inap yang sebenarnya kegiatannya sudah dilakukan dan disepakati bersama. 5. Organisasi mengambil semua pelaporan insiden sebagai pembelajaran dan melakukan langkah – langkah untuk meminimalisir dan mencegah insiden yang sama terulang kembali pada masa yang akan datang

H. Peran Perawat dalam Mengantisipasi Medication Error Seorang perawat adalah penghubung utama antara pasien dan obat yang akan masuk ketubuh pasien, hal ini berarti bahwa perawat tidak hanya memiliki keterampilan dalam memberikan obat sesuai dengan kebutuhan pasien, melainkan juga bertanggung jawab untuk menangkap kesalahan dalam perintah sebelum memberikan obat. Perawat harus menguasai pengetahuan dan keterampilan mengenai obat-obatan atau farmakologi maupun medication error guna meminimalisir angka kejadian medication error hingga 0 untuk dapat memenuhi Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Keterampilan perawat dalam pemberian obat dengan memperhatikan prinsip benar obat, benar pasien, benar dosis, benar waktu pemberian, benar tehnik pemberian dan prinsip benar pemberian obat lainnya, memegang peranan yang penting dalam medication error. Jika salah satu dari prinsip tersebut salah dilakukan maka dapat berpotensi menimbulkan medication error dan merugikan pasien yang berakibat pada perpanjangan hari perawatan. Seorang perawat dapat menciptakan suasana kemitraan yang baik dengan menyediakan cukup waktu untuk berdialog dan berkonsultasi dengan pasien. Dengan adanya pemahaman mengenai informasi obat yang diperoleh pasien dari perawat, maka pasien dapat berperan serta dalam upaya kesehatannya.

Related Documents


More Documents from ""