ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS : KESEHATAN LANSIA
DI SUSUN OLEH 1. ALVIONITA ARRUAN (C1814201197) 2. LEONARDUS (C1814201211) 3. MUHAMMAD ILYAS (1814201219) 4. NI NYOMAN AYU SUMARNI (C1814201222) 5. RESKY (1814201227) 6. YUMELTIN TOMALEGO (C1814201232)
STIK STELLA MARIS MAKASSAR TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DI KOMUNITAS
A. Konsep lansia 1. Pengertian lansia Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun.
Jumlah
kelompok
usia
ini
meningkat
drastic
dan
ahli
demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005). Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004). Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 7590 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun. Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi
pada tingkat
kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif.Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka. 2. Batasan Usia Lansia Menurut Nugroho (2008), tidak ada batasan yang pasti tentang pembagian usia pada lansia. Menurut pendapat beberapa ahli batasan usia dapat dibedakan sebagai berikut. a.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada empat tahap, antara lain: 1) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun) 2) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun) 3) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun) 4) Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)
b. Menurut Masdani (Tanpa Tahun), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun 2) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun 3) Fase prasenium, antara usia 55-65 tahun 4) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia c. Menurut Setyonegoro (Tanpa Tahun), lanjut usia dikelompokkan sebagai berikut: 1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun) 2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun) 3) Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi: -
Usia 70-75 tahun (young old)
-
Usia 75-80 tahun (old)
-
Usia lebih dari 80 tahun (very old)
d. Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut: 1) Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda) 2) Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal) 3) Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah) 4) Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut) 5) Usia >75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)
e. Menurut Hurlock (1979), perbedaan usia lansia terbagi dalam dua tahap, antara lain: 1) Early old age (usia 60-70) 2) Advanced old age (usia 70 tahun ke atas) f.
Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lansia, antara lain: 1) Young old (usia 60-69 tahun) 2) Middle age old (usia 70-79 tahun) 3) Old-old (usia 80-89 tahun) 4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
Sedangkan menurut undang - undang No. 4 tahun 1965 pasal 1, merumuskan bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai seeorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahu, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.
3. Teori-Teori Proses Penuaan Menurut Nugroho (2008), proses menua bersifat individual, yaitu tahap proses menua terjadi pada seseorang dengan usia yang berbeda, setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. Menurut Potter dan Perry (2005), teori-teori yang menjelaskan tentang proses menua biasanya dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial. a. Teori Biologis 1) Teori Genetik a)
Teori Genetic Clock Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat waktu biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu waktu genetik atau jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai
batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati (Nugroho, 2008). b)
Teori Mutasi Somatik Penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel. Menurut Azizah (2011), terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
2) Teori Non-Genetik a)
Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory) Menurut Nugroho (2008), teori ini dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein.Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi. Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi dan sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
b) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory) Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia
dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis dan hilangnya fungsi pada proses menua (Nugroho, 2008). c)
Teori Imunologis (Auto-Immune Theory) Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya (self recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga akan dirusak.
d) Teori Fisiologis Terdiri atas teori dipakai-aus (wear and tear) dan teori oksidasi stress.Di sini terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal) (Nugroho, 2008). Menurut Stanley (2006), teori ini mengutarakan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi yang dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. e)
Teori Riwayat Lingkungan Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan seperti karsinogen dari industri, sinar matahari, trauma dan infeksi dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder (Stanley & Beare, 2006).
f)
Teori Metabolisme Telah
dibuktikan
dalam
berbagai
percobaan
hewan,
bahwa
pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang
umur,
sedangkan
perubahan
asupan
kalori
yang
menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Nugroho, 2008). Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan
pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon pertumbuhan. Modifikasi cara hidup yang kurang aktif menjadi lebih aktif mungkin dapat juga meningkatkan umur panjang (Azizah, 2011). g) Teori Keracunan Oksigen Teori ini menjelaskan tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan genetik (Azizah, 2011). h) Teori Stres Teori ini mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh tidak dapat melakukan regenarasi (Maryam et al, 2008).
b. Teori Psikososial a) Teori Pembebasan/Penarikan Diri (Disengagement Theory) Menurut Nugroho (2008), teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini pertama kali diajukan oleh Cumming dan Henry (1961), menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lansia berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga sering para lansia mengalami kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen. Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
b)
Teori Aktivitas Menurut Nugroho (2008), teori ini mengemukakan ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan lansia secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial, lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin dan mempertahankan hubungan antara sistem sosial-individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia. Stanley dan Beare (2006), berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
c)
Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory) Nugroho (2008) menyatakan, dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
lansia
sangat
dipengaruhi
oleh
tipe
personalitas
yang
dimilikinya.Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah berusia lanjut. d) Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory) Menurut Nugroho (2008), teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan
kunci
mempertahankan
status
sosialnya
berdasarkan
kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok teori ini yaitu masyarakat terdiri atas pelaku sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing dan untuk mencapai tujuan akan terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.
4. Perubahan pada Lansia Semakin bertambahnya usia manusia, pasti akan mengalami proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan pada diri manusia. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fisiologis, kognitif, psikososial dan spiritual (Azizah, 2011). a.
Perubahan Fisiologis Perubahan fisiologis setiap lansia bervariasi, baik secara umum atau khusus.Perubahan fisiologis ini bukan bersifat patologis.Perubahan ini terjadi pada semua orang tetapi kecepatan yang berbeda dan bergantung pada keadaan dalam kehidupan sebelumnya (Potter dan Perry, 2005). Perubahan keadaan sel-sel pada lansia sangat berpengaruh terhadap fungsifungsi dari sistem tubuh lansia. Perubahan-perubahan yang terjadi terkait sel yaitu, jumlah sel menurun, sel mengalami hipertrofi, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi (berkurang 5-10%) dan lekukan otak akan menjadi lebih dangkal (Nugroho, 2008). Perubahan pada sistem indra berpengaruh besar pada keadaan lansia. Pada sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan presbiopi, lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. Sistem pendengaran lansia mengalami hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam (presbiakusis), suara tidak jelas, kata-kata sulit dimengerti, hal tersebut 50% terjadi pada usia di atas 60 tahun. Sistem integumen, lansia mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, berkerut, kulit mengalami kekurangan cairan sehingga menjadi tipis (Azizah, 2011). Sistem muskuloskeletal pada lansia biasanya kehilangan tonus otot, serat otot berkurang ukurannya dan kekuatan otot berkurang.Wanita pasca menopause memiliki laju demineralisasi tulang yang lebih besar daripada pria lansia.Wanita yang mempertahankan masukan kalsium selama hidup dan kemudian masuk pada tahap menopause mengalami demineralisasi tulang kurang dari wanita yang tidak pernah melakukannya (Potter dan Perry, 2005).
Perubahan pada sistem kardiovaskuler lansia mengalami penurunan kekuatan kontraktil miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung, massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan penumpukan lipofusin. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan tekanan oksigen agar lebih maksimum, mengurangi tekanan darah dan berat badan (Azizah, 2011). Pada sistem pernafasan, perubahan yang terjadi yaitu otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan ealstisitas, kapasitas residu meningkat, ukuran alveoli melebar dan jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun, kemampuan batuk berkurang (Bandiyah, 2009). Umur tidak berhubungan dengan perubahan otot diafragma, apabila terjadi perubahan otot diafragma, maka otot toraks menjadi tidak seimbang dan menyebabakan distorsi toraks selama respirasi berlangsung (Azizah, 2011). Sistem pencernaan pada lansia yang mengalami perubahan, yaitu kehilangan gigi, indera pengecap menurun (80%), adanya iritasi selaput lendir, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik melemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi dan organ hati semakin mengecil (Nugroho, 2008). Penuaan menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen, akibatnya terjadi peningkatan ukuran abdomen.Karena tonus dan elastisitas menurun, hal ini menyebabkan abdomen lebih membuncit (Potter dan Perry, 2005). Berbeda dengan sistem perkemihan, sistem ini mengalami perubahan yang signifikan.Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, misalnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal.Hal ini memberikan efek dalam pemberian obat pada lansia, karena lansia kehilangan kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk metabolisme obat.Pola berkemih yang tidak normal, biasanya sering berkemih pada malam hari, hal ini menunjukkan bahwa inkontinensia urin meningkat (Azizah, 2011). Sistem susunan saraf mengalami atrofi yang progresif pada serabut saraf.Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensori dan respon
motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif (Azizah, 2011). Menurut Nugroho (2008), perubahan yang terjadi pada sistem persarafan yaitu menurunnya berat otak sekitar 10-20%, respon dan waktu untuk bereaksi lambat khususnya terhadap stress, saraf yang berhubungan dengan panca indera mengecil, kurang sensitif terhadap sentuhan dan defisit memori. Perubahan pada struktur dan fungsi sistem reproduksi terjadi sebagai akibat hormonal. Menopause pada wanita berkaitan dengan penurunan respon ovarium terhadap hipofisis dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada
pria,
tidak
ada
penghentian
fertilitas
tertentu
dikaitkan
dengan
penuaan.Spermatogenesis mulai menurun selama dekade keempat, tetapi kontinu sampai dekade kesembilan.Kurangnya frekuensi aktivitas seksual dapat diakibatkan oleh penyakit, kematian pasangan seksual, penurunan sosialisasi dan kehilangan minat seksualnya (Potter & Perry, 2005). Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang memproduksi hormon. Perubahan-perubahan pada sistem endokrin ini yaitu sekeresi hormon kelamin (progesteron, estrogen, testosteron) menurun, produksi aldosteron menurun, fungsi paratiroid dan sekeresinya tidak berubah, kelenjar pankreas mengalami penurunan dalam memproduksi insulin dan hormon-hormon lain di dalam tubuh manusia mengalami penurunan fungsi (Nugroho, 2008). Pada pengaturan suhu, hipotalamus bekerja sebagai termostat. Kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ± 35oC akibat metabolisme menurun, sehingga lansia akan menggigil, pucat dan gelisah. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot (Nugroho, 2008).
b. Perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah: Perubahan fisik
Kesehatan umum Tingkat pendidikan Hereditas Lingkungan Perubahan
kepribadian
yang
drastis
namun
jarang
terjadi
misalnya
kekakuan sikap Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0 - 10 menit Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan kareana tekanan dari faktor waktu
c. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa pemnyakit selalu mengancam sering binggung, panij dan depresif
Hal ini desebakan antara lain kareana ketergantungan fisik dan sosial ekonomi Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau relasi
Sadar akan datangnya kematian
Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit
Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi
Penyakit kronis
Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial
Gangguan saraf panca indra
Gizi
Kehilangan teman dan keluarga
Berkurangnya kekuatan fisik
5. Permasalahan yang timbul pada lansia 1) Permasalahan umum
a.
Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya presentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia.
b.
Jumlah lansia miskin makin banyak
c.
Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d.
Rendahnyan kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
e.
Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f.
Adanyan dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan populasi pada kehidupan dan penghidupan lansia
2) Permasalahan khusus a.
Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia Perubahan normal (alami) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang, tinggi badan menyusut kareana pengaruh osteoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjaddi penggurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan nfungsi organ reproduksi terutama di temukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan seksualitas tidak selalu menurun.
b.
Terjadinya perubahan abnormal pada fisik lansia Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.
6. Bebrapa Penyakit yang Menyerang Lansia Penyakit dan gangguan umu pada lansia da 7 macam, yaitu: 1) Depresi mental 2) Gangguan penengaran 3) Bronkitis akut 4) Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan 5) Gangguan pada koksa/sendi panggul 6) Anemia 7) Demensia
7. Sikap Perawat Terhadap Lansia Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mjempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi diberbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dan keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemempuan atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian ynag bermartabat. Perawat
gerontologi
dalam
prakteknya
mmenggunakan
managenement
kasus,
pendidikan, konsultasi, penelitian dan administrasi. Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan.Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia.Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat dan kesejahteraan klien.Selain itu, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunann kualitaas asuhan.Klien dan fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat.Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang dan mungkin masyarakat juga memandang
mereaka seperti itu.Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup itu tidak berharga lagi. Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan perawatan paling efekstif.Usia, pendidikan, pengalaman kerja dan lembaga pekerjaan seseorang dapat juga mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap.Kareana lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia. Pendekatan perawatan lanjut usia a. Pendekatan fisik Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu: 1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain 2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau sakit b. Pendekatan psikis Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagi penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat ynag akrab c. Pendekatan sosial Mengadakan diskusi, tukar pikiran dan bercerita merupakan upaya perawatan atau dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
ASPEK - ASPEK PENGKAJIAN KOMUNITAS
1. Data inti a) Riwayat / Sejarah perkembangan komunitas Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di
komunitas dan
studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut b) Data demografi Mengkaji jumlah komunitas berdasarkan jenis kelamin, status perkawinan,
suku
dan agama c) Vital statistik meliputi angka kematian, penyebab kematian, angka pertambahann anggota, angka kematian d) Status kesehatan komunitas - Keluhan yang dirasakan saat ini - Tanda - tanda vital - Kejaian penyakit saat ini - Riwayat penyakit keluarga - Pola pemenuhan kebutuhan sehari - hari - Status psikososial - Status pertumbuhan dan perkembangan - Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan - Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan - Pola perilaku tidak sehat
2. Data lingkungan fisik a) Pemukiman b) Sanitasi c) Fasilitas d) Batas - batas wilayah e) Kondisi geografis
3. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
4. Ekonomi a) Jenis pekerjaan b) Jumlah penghasilan rata - rata tiap bulan c) Jumlah pengeluaran rata - rata tiap bulan d) Jumlah pekerja di bawah umur, ibu rumah tangga dan usia lanjut
5. Keamanan dan Transportasi
6. Politik dan Pemerintahan
7. Sistem Komunikasi a) Sarana umum komunikasi b) Jenis dan alat komunikasi yang digunakan dalam komunikasi c) Cara penyebaran komunikasi
8. Pendidikan a) Tingkat pendidikan komunitas b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan informal) c) Jenis bahasa yang digunakan 9. Rekreasi
Fokus Keperawatan Lanjut Usia Keperawatan lanjut usia berfokus pada : 1. Peningkatan kesehatan (helth promotion) 2. Pencegahan penyakit (preventif) 3. Mengoptimalkan fungsi mental 4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
Diagnosa Keperawatan 1. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi. 2. Dx. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas 3. Dx. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuskular
yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan. 4. Dx. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori sekunder 5. Dx. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual. 6. Dx. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular 7. Dx. Kelelahan b.d kondisi fisik kurang 8. Dx. Risiko kerusakan integritas kulit 9. Dx. Kerusakan Memori b.d gangguan neurologi 10. Dx. Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan. 11. Dx. Isolasi social b.d perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera, perubahan status mental. 12. Dx. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual. 13. Dx. Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi , fungsi peran, lingkungan, status ekonomi 14. Dx. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik (ketidakseimbangan mobilitas) serta psikologis yang disebabkan penyakit atau terapi 15. Dx Distress spiritual b.d peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang sosiokultural.
LANGKAH PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN a.
Susun Plan of Action (rencana kegiatan pemecahan masalah)dari masing-masing masalah yang di temukan dengan cara : - Menuliskan rumusan masalah kesehatan - Menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus
b.
Adakan musyawarah terbats dengan tokoh-tokoh masyarakat/kader untuk membahas hasil pendataan, rumusan masalah dan plan of action yang telah di susun
c.
Susun hasil musyawarah yang telah dilaksanakan dalam bentuk matrik kegiatan (nama kegiatan, penanggung jawab tiap tim, haari/tanggal/jam kegiatan, tempat kegiatan)
d.
Menyusun prioritas masalah dengan menggunakan metode skoring
e.
Buatlah kerangka acuan keegiatan pada setiap kegiatan yang akan dilaksanakan
LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN a. Pastikan kerangka acuan kegiatan telah dibuat sebagi panduan anda melaksanakan kegiatan. b. Pastikan sasaran kegiatan telah mengetahui jadwal kegiatan yang telah ditetapkan c. Laksanakan kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan d. Catat evaluasi hasil kegiatan sesuai dengan tujuan kegiatan, dengan mencatat : jumlah kehadiran dari sasaran, ketepatan jadwal kegiatan, kelancaran kegiatan, respon dari peserta/sasaran e. Buat laporan hasil kegiatan dengan menuliskan evaluasi hasil kegiatan tersebut, dengan menambahkan poin hasil kegiatan pada kerangkan acuan kegiatan
LANGKAH EVALUASI KEGIATAN a. Evaluasi kegiatan merupakan penilaian perkembangan/kemajuan/keberhasilan tujuan dan indikator yang telah ditetapkan pada kerangka acuan kegiatan, dan merupakan rangkuman evaluasi hasil tiap-tiap kegiatan yang telah dilaksanakan. b. Buat evaluasi secara narasi dengan mengguraikan tiap-tiap kegiatan c. Buat rencana tindak lanjut (RTL)
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. & Mc. Farlane, J.M. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Volume 2. Jakarta: EGC. Friedman, M. Marliyin. 2010. Family Nursing Research. Theory and Practice.(5th Ed).CT : Appleton-Century-Cropts. Sri Rahayu dkk. 2000. Nutrisi untuk klien Hipertensi. Jakarta: EGC Mansjoer, Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius EGC Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC].
Kushariyadi.(2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
NAMA KK : ____________________________________ ALAMAT
: _______________________No___________ RT____________RW______KEL__________
PETUNJUK PENGISIAN 1. Isilah label komposisi keluarga dengan benar 2. pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda ( √ ) 3. Jawaban dapat lebih dari satu untuk pertanyaan menulis. 4. mengisi titik-titik sesuai pertanyaan.
A. Komposisi Keluarga No
Nama Hubungan
.
Umur
L/P Tingkat
dengan KK
Pekerjaan Agama
Ket.
pendidikan
1. Anggota keluarga yang meninggal 5 bulan terakhir ________________ 2. Penyebab kematian _________________________________________ 3. Umur ____________________________________________________ B. Bila dalam Keluarga Terdapat Lansia/ Lanjut Usia (> 55 Tahun) 1. Berapa jumlah lansia dalam rumah saat ini : ( )1
( )2
( )
2. Adakah penyakit keturunan dalam keluarga : ( ) jantung
( ) Hipertensi
( ) Asma
( ) Diabetes
3. Pernahkah melakukan pemeriksaan gula darah dalam 3 bulan terakhir : ( ) pernah
( ) tidak
4. Bila pernah sebutkan /berapa hasil pemeriksaannya__________________
5. Bagaimana kondisi lansia saat ini : ( ) Sehat
( ) Sakit
6. Bila sakit, apa yang dikeluhkan lansia/diagnosis medisnya _____________ 7. Apa yang telah dilakukan untuk mengatasi penyakit lansia ____________ ( ) Ke pelayanan kesehatan
( ) didiamkan saja
( ) Minum obat warung
( ) Alternatif
8. Apakah kegiatan lansia sehari-hari _______________________________ 9. Apakah perlu dibentuk lansia (atau posyandunya sudah ada, jelaskan ________ ( ) ya, alasannya ____________________________________________ ( ) Tidak, alasannya _________________________________________