Penentuan Prioritas Masalah.docx

  • Uploaded by: Nurul Aini
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penentuan Prioritas Masalah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,303
  • Pages: 8
4.1. Penentuan Prioritas Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, terdapat beberapa masalah yang perlu mendapat penyelesaian segera. Namun, tidak semua permasalahan dalam program puskesmas dapat diselesaikan sekaligus, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar dan terpenting yang mungkin untuk diselesaikan. Metode yang kami gunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah metode Hanlon. Setelah itu, kami membuat diagram Plan, Do, Check, Action untuk mengatasi masalah yang menjadi prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode Hanlon menggunakan skoring sebagai berikut: 1. Urgensi : merupakan masalah yang penting untuk dilaksanakan a. Nilai 1 = Tidak penting b. Nilai 2 = Kurang penting c. Nilai 3 = Cukup penting d. Nilai 4 = Penting e. Nilai 5 = Sangat penting 2. Kemungkinan tindakan intervensi a. Nilai 1 = Tidak mudah b. Nilai 2 = Kurang mudah c. Nilai 3 = Cukup mudah d. Nilai 4 = Mudah e. Nilai 5 = Sangat mudah 3. Biaya yang diperlukan a. Nilai 1 = Sangat mahal

b. Nilai 2 = Mahal c. Nilai 3 = Cukup mahal d. Nilai 4 = Murah e. Nilai 5 = Sangat murah 4. Kemungkinan meningkatkan mutu a. Nilai 1 = Sangat rendah b. Nilai 2 = Rendah c. Nilai 3 = Sedang d. Nilai 4 = Tinggi e. Nilai 5 = Sangat tinggi

Tabel 4.2: Analisis Prioritas Masalah No Masalah Urgensi Capaian program TB 4 1 Hipertensi 3 2 Imunisasi pada anak 5 3 sekolah Pneumonia balita 4 4 ABJ <95% 4 5

Intervensi Biaya 3 4 3 3

Mutu 4 2

Total 15 11

Rangking II V

3

4

4

16

I

3 3

3 3

3 4

13 14

IV III

Keterangan: 1. Capaian program TB Urgensi : 4 (penting) Pencapaian program puskesmas Andalas yang terkait dengan persoalan TB seperti angka penjaringan suspek, case detection ratio, dan indicator lainnya juga masih menunjukkan belum tercapainya target yang diharapkan, seperti pada indikator angka penjaringan suspek dengan

pencapaian yang masih 70%, angka kesembuhan masih 54%, CDR masih 75%.Jika tidak diintervensi dapat terjadi peluasan kasus TB. Intervensi : 3 (cukup mudah) Keadaan ini dirasa cukup mudah diintervensi dengan menggerakkan masyarakat di wilayah kerja puskesmas untuk secara mandiri membentuk suatu gerakan khusus peduli TB, menggerakkan kader, meningkatkan penyuluhan terkait TB untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga menjadi peduli dengan permasalahan TB. Diperlukan juga suatu forum diskusi dan kelompok berbagi pada masyarakat yang sembuh dari TB untuk memberikan pengalaman dan berbagi informasi dengan masyarakat yang lain. Biaya : 4 (murah) Biaya untuk pelaksanaan kegiatan ini akan digunakan untuk pembuatan leaflet, poster, dan partisipasi aktif dari masyarakat, serta mengundang penderita TB yang dinyatakan telah sembuh. Mutu : 4 (tinggi) Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat di wilayah Puskesmas Andalas serta meningkatkan angka capaian indikator program TB, sehingga meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya penderita TB. 2. Hipertensi Urgensi : 3 ( penting) Penyakit hipertensi merupakan penyakit tidak menular terbanyak pada laporan akhir tahun 2016 dan 2017. Penyakit ini dapat disebabkan oleh

berbagai faktor ada yang dapat di ubah dan ada yang tidak dapat diubah. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyakit ini adalah peningkatan usia, dan gaya hidup yang kurang baik. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berbagai penyakit lain yang dapat menurunkan kualitas hidup dari penderitanya.

Intervensi : 3 (Cukup mudah) Intervensi dari penyakit hipertensi cukup mudah dilakukan dengan melakukan penyuluhan untuk memperbaiki gaya hidup pasien, seperti mengonsumsi makanan rendah garam, rendah lemak, olahraga teratur, dan tidak merokok.

Biaya : 3 (cukup mahal) Biaya untuk pelaksanaan kegiatan ini cukup mahal karena akan digunakan untuk pembuatan leaflet, poster, dan spanduk. Diperlukan donatur dan sponsor karena banyaknya biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan ini.

Mutu : 2 (sedang) Intervensi yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan tentang bahaya hipertensi, mengontrol tekanan darah, sehingga menurunkan angka kejadian penyakit hipertensi di masyarakat dan komplikasi hipertensi dapat dikurangi.

3. Imunisasi pada Anak Sekolah Urgensi 5 ( Sangat Penting) Usia sekolah dan remaja merupakan waktu dengan paparan lingkungan yang luas dan beraneka ragam. Seiring bertambah usia, sistem kekebalan tubuh anak juga meningkat, namun tidak tertutup kemungkinan mereka mendapatkan infeksi lain. Oleh karena itu, setelah mendapatkan imunisasi wajib di usia balita, anak harus mendapatkan imunisasi lanjutan di usia sekolah yang bertujuan untuk menjaga dari serangan infeksi, meningkatkan fungsi kognitif, dan menjaga status gizi agar tetap baik. Di dalam lingkungan sekolah, penularan infeksi dapat terjadi di antara para siswa sekolah melalui jalan nafas dan kontak langsung melalui kulit. Inilah sebabnya imunisasi menjadi hal yang sangat penting dilakukan di Indonesia dan harus mempunyai angka cakupan yg tinggi. Dari data di tahun 2017, imunisasi menjadi 3 masalah utama di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yaitu masih rendahnya capaian imunisasi anak sekolah < 80%. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya agar dapat meningkatkan capaian imunisasi anak sekolah di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Intervensi 3 (Cukup Mudah) Intervensi cukup mudah dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan mengenai manfaat imunisasi dengan narasumber dokter spesialis anak dan ulama dari MUI, advokasi kepada pihak sekolah untuk mendukung program imunisasi dan memberikan pengetahuan tentang imunisasi secara

berkala kepada peserta didik, serta membuat leaflet BIAS yang menarik, mencari video edukasi tentang imunisasi yang inovatif dan membuat poster tentang imunisasi di sekolah. Biaya 4 (Murah) Biaya kegiatan ini diperkirakan murah karena penyuluhan diberikan melalui slide presentasi oleh pakar, video edukasi, dan leaflet. Mutu 3 (Tinggi) Intervensi dapat meningkatkan kesadaran orang tua dan pihak sekolah tentang pentingnya imunisasi dan mengubah stigma yang tidak benar mengenai imunisasi, sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi pada anak sekolah, meningkatkan kesehatan anak sekolah, dan mencegah penyebaran penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

4.

Pneumonia Balita Urgensi : 4 (penting) Pneumonia dapat meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas pada balita. Kasus pneumonia pada usia <1 tahun dan usia 1-5 tahun pada tahun 2017 didapatkan sebanyak 103 kasus (16,3% dari seluruh kasus pneumonia yang terjadi), dengan kejadian terbanyak terjadi di kelurahan Andalas. Faktor yang berperan penting adalah kurangnya pemahaman orang tua balita tentang pneumonia dan pemahaman petugas mengenai MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit).

Intervensi : 3 (cukup mudah) Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan kepada orang tua balita tentang bahaya pneumonia dan penyegaran pengetahuan petugas kesehatan tentang MTBS dalam menangani kasus pneumonia balita, pembagian leaflet, serta mengadakan pelatihan terhadap petugas mengenai MTBS di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Biaya : 3 (cukup mahal) Intervensi yang dilakukan berupa pelatihan dan seminar mengenai pneumonia pada balita, sehingga membutuhkan biaya yang cukup mahal. Mutu : 3 (sedang) Keberhasilan intervensi pneumonia balita dapat meningkatkan kualitas hidup serta mengurangi angka morbiditas dan mortalitas. akibat kasus pneumonia balita. Penyegaran pemahaman petugas kesehatan mengenai MTBS dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam menangani pneumonia balita. 5.

Angka Bebas Jentik <95% Urgensi : 4 (Penting) Kasus DBD merupakan kasus yang terkait dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh berkembang biaknya nyamuk sebagai vektor virus dengue. Kasus demam berdarah dengue (DBD) pada wilayah kerja Puskesmas Andalas pada tahun 2017 berjumlah 55 orang dengan kasus terbanyak di kelurahan Andalas (12 kasus), Kubu Dalam dan Parak Karakah dengan jumlah kasus yang sama (11 kasus). Peningkatan ini berhubungan dengan

perubahan musim yang terjadi antara bulan Mei-Juli. Data yang didapatkan pada tahun 2017 di Puskesmas Andalas menunjukkan cakupan angka bebas jentik (ABJ) masih kurang dari 95%, namun terdapat penurunan jumlah kasus DBD yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2016. Intervensi : 3 (Cukup Mudah) Intervensi dari masalah ini cukup mudah dilakukan dengan memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang 3M plus, mengoptimalisasi kelompok serdadu jentik yang telah ada dan kelompok peduli DBD lainnya. Diberikan juga leaflet tentang penyakit DBD. Biaya : 3 (cukup mahal) Kesadaran masyarakat yang masih rendah dan daerah endemis DBD yang luas membutuhkan intervensi berulang berupa penyuluhan, pembuatan baliho, spanduk, dan media promosi lainnya yang membutuhkan biaya yang cukup mahal. Mutu : 4 (tinggi) Intervensi yang dilakukan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengaruh lingkungan dan tempat perindukan nyamuk dalam mencegah dan mengurangi kasus DBD. Tindakan intervensi seperti 3M plus dan optimalisasi serdadu jentik berkontribusi dalam meningkatkan angka bebas jentik dan mengurangi kasus DBD terutama pada musim penghujan.

Related Documents


More Documents from "syafir"