Penanggulangan Urbanisasi.docx

  • Uploaded by: Feby Artani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penanggulangan Urbanisasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,434
  • Pages: 10
URBANISASI Pengertian Urbanisasi Dalam beberapa Kerpustakaan kependu-dukan dijelaskan bahwa sebenarnya urbanisasi muncul terkait dengan terjadinya proses perubahan dan pertumbuhan suatu wilayah yang disebut dengan istilah kota. Oleh karna itu tidak mengherankan apabila urbanisasi ini dapat diartikan sebagai suatu proses perpindahan penduduk dari desa kekota walaupun secara harfiah urbanisasi bisa juga berarti pengkotaan. Menurut De Bruijne seperti dikutip N. Daldjoeni (1988) bahwa setidaknya ada 7 (tujuh) pengertian urbanisasi di antaranya, Pertama pertumbuhan persentase penduduk yang bertempat tinggal diperkotaan, baik secara mondial, nasional, maupun regional. Kedua, berpindahnya penduduk kekota-kota dari pedesaan. Ketiga, bertambahnya penduduk bermatapencarian non-agraris di pedesaan. Keempat, tumbuhnya suatu permukiman menjadi kota. Kelima, mekarnya atau melu-asnya struktur artefakial morfologis suatu kata di kawasan sekelilingnya. Keenam, meluasnya pengaruh suasana ekonomi kota ke pedesaan dan Ketujuh meluasnya pengaruh suasana sosial, psikologis dan kultural kata pedesaan, ringkasnya, meluasnya nilai-nilai dan norma-norma kota ke kawasan luarnya. Sedangkan, menurut R. Bintarto (1984) melihat urbanisasi dari sisi beberapa perspektif umpamanya: Pertama, dari segi demografi yang mana urbanisasi ini dilihat sebagai suatu proses yang ditunjukkan melalui perubahan dalam jumlah penduduk dalam suatu wilayah. Maksudnya proses urbanisasi tersebut lebih ditekankan pada aspek kependudukan dalam arti terjadi ledakan penduduk yang terjadi baik itu di kawasan pedesaan maupun perkotaan dinilai cenderung melampaui daya dukung wilayah tersebut. Tak hanya itu dampak yang ditimbulkan dari pertambahan peduduk tentu saja akan menim-bulkan konsekuensi tersendiri bagi perlunya tersedia fasilitas perumahan. Kedua, dari sisi ekonomi. Dalam hal ini urbanisasi dapat dianggap sebagai suatu proses perubahan struktur dalam bidang

ekonomi yang bisa diamati pada munculnya perubahan pada pekerjaan masyarakat desa yaitu dari sektor pertanian yang kemudian beralih bekerja menjadi buruh atau pekerja yang sifatnya nonagraris dikota. Ketiga, dari perspektif perilaku yang mana hal ini lebih terfokus pada proses penyesuaian manusia terhadap situasi yang mengalami perubahan baik yang disebabkan karena perkembangan teknologi maupun akibat yang ditimbulkan dari munculnya perkembangan baru dalam kehidupan manusia. Keempat, dari aspek sosiologinya yang dalam hal ini urbanisasi dihubungkan dengan adanya perubahan gaya hidup warga desa sebagai dampak dari adanya pengaruh masyarakat perkotaan. Dan kelima dari perspektif geografi. Dalam hal ini urbanisasi dipandang sebagai proses terjadinya distribusi, difusi perubahan dan pola menurut waktu dan tempat. Adapun menurut pendapat yang dikemukakan P.J.M.Nas (1979) bahwa urbanisasi adalah proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktrur mata pencarian yang agraris lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota. Selanjutnya, proses urbanisasi ini bisa pula dipahami bagi suatu perubahan yang diakibatkan dari adanya pengaruh perluasan kota terhadap daerah sekitarnya termasuk wilayah pedesaan baik itu dilihat dari dimensi sosial, ekonomi, budaya maupun morfologi. Dengan kata lain melalui urbanisasi ini akan mendorong terjadinya perpin-dahan penduduk dari desa ke kota. Selain itu, ada juga pendapat lain misalnya sebagaimana yang ditulis Louis Wirth dalam karyanya yang berjudul “Urbanism as a way of life”, yang menjelaskan bahwa : Pertama, urbanisasi menimbulkan inovasi, spesialisasi, diversitas dan anonimitas. Kedua, luas, kepadatan dan heterogenitas merupakan variabel bebas yang menentukan urbanisme, atau gaya hidup kota. Kemudian Louis Wirth menjelaskan jika urbanisme yang dianggap way of life merupakan suatu kesuksesan dalam bidang ekonomi disatu sisi, namun di sisi

lain yang terkait dengan segi sosial justru dinilainya sebagai sesuatu yang bersifat destruktif. King dan Colledge (1978) mengemukakan bahwa setidaknya ada empat proses utama keruangan itu yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk mengenal konsep urbanisasi diantaranya : Pertama, adanya pemusatan kekuasaan pemerintah kota sebagai pengambil keputusan dan sebagai badan pengawas dalam penyelenggaraan hubungan kota dengan daerah sekitarnya. Kedua, terdapatnya arus modal dan investasi yang berfungsi untuk mengatur kesejahteraan penduduk kota dan wilayah sekitarnya. Ketiga, terdapatnya proses difusi inovasi serta perubahan yang berdampak pada aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik di perkotaan. Akhirnya, rupanya faktor migrasi dan pemukiman baru dapat terjadi apabila pengaruh kota secara terus menerus masuk ke daerah pedesaan. Sedangkan menurut Schnore (1964) yang mana baginya masalah urbanisasi dihubungkan dengan proses terbentuknya kota dan konsep tentang urbanisme relevan dengan perilaku serta gaya hidup warga kota. Walaupun begitu dari berbagai definisi tentang apa sesungguhnya dimaksud istilah urbanisasi sebagaimana dijelaskan di atas maka setidaknya ada beberapa hal yang patut dipahami yang terkait dengan masalah konsep ini yaitu bahwa urbanisasi mengacu pada : Pertama, terjadinya perpindahan penduduk dari desa kekota yang berdampak pada makin padat dan bertambahnya jumlah penduduk kota. Kedua, lewat proses urbanisasi maka kota pun akan mengalami pertumbuhan dalam arti makin luasnya wilayah perkotaan serta bertambahnya sarana/ fasilitas yang diperlukan warga kota. Dan ketiga karena secara fisik ukuran kota terus makin meluas sehingga hal ini berimplikasi pula pada berubahnya gaya hidup serta sikap mental warga kota. Bahkan, perubahan pola pikir orang kota rupanya juga dapat berpengaruh pada cara hidup masyarakat pedesaan terutama bagi warganya yang pernah tinggal didaerah perkotaan. Peristiwa urbanisasi terjadi secara global, baik di negara maju maupun negara berkembang. Namun, angka terjadinya urbanisasi biasanya lebih besar di negara

berkembang seperti negara kita ini. Secara teori hal ini mungkin tidak terdengar berbahaya, tapi pada kenyataannya urbanisasi yang terus menerus terjadi dapat berdampak buruk bagi suatu negara, baik dilihat dari desa yang ditinggalkan maupun kota yang didatangi.

Penyebab Terjadinya Urbanisasi Urbanisasi dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif urbanisasi. Dampak buruk dari urbanisasi meliputi banyak hal. Hal ini dapat mempengaruhi perubahan unsurunsur budaya pada masyarakat desa yang belum terbiasa dengan keadaan di kota. Jika itu terjadi maka nilai-nilai adat dan budaya akan sedikit demi sedikit terkikis. Selain itu, dampak dari urbanisasi juga mempengaruhi tingkat pengangguran jika mereka yang datang dari desa tidak memiliki pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan saat melamar pekerjaan di kota. Urbanisasi dapat terjadi karena berbagai hal. Penyebab terjadinya urbanisasi antara lain: 

Kurangnya lapangan pekerjaan di desa.



Pendapatan di kota jauh lebih besar.



Bencana alam.



Pembangunan yang tidak merata.



Fasilitas pendidikan dan kesehatan di kota lebih baik dari yang ada di desa.



Bersifat momentum (contoh: hari raya).

Cara Menghindari Terjadinya Urbanisasi Hal-hal tersebut tidak dapat kita biarkan terjadi, untuk itu harus ada penanganan khusus dalam menghadapi peristiwa urbanisasi ini. Ada dua langkah yang dapat kita ambil

yaitu mencegah dan menangani. Namun tentu saja, hal yang lebih baik dilakukan adalah mencegah munculnya faktor pendorong urbanisasi dari pada menangani urbanisasi yang sudah terlanjur terjadi. Berikut adalah cara mencegah urbanisasi di negara berkembang, dengan beberapa langkah cara yang bisa di atasi: 1. Pembangunan yang Merata Tidak dapat dipungkiri, jika kita melihat dan membandingkan kondisi yang ada di desa dan kota pastinya kita akan menemukan perbedaan yang signifikan. Beberapa daerah terpencil di Indonesia bahkan tidak punya akses listrik dan air bersih yang memiliki peran penting dalam kehidupan keseharian mereka. Tidak heran banyak orang desa yang pindah ke kota karena listrik dan air bersih tentunya bukan masalah yang umum kita jumpai di perkotaan. Jika hal ini bisa diatasi, tentunya rakyat desa tidak mungkin punya gagasan untuk pindah ke kota. 2. Mempermudah Akses Transportasi dan Komunikasi Selain listrik dan air bersih, dua hal penting dalam kehidupan sehari-hari adalah transportasi dan layanan komunikasi. Mengenai fasilitas komunikasi, ironis memang, ujian sekolah di Indonesia sudah berani menerapkan sistem online, padahal belum semua sekolah di negeri kita bisa punya jaringan internet. Jangankan jaringan internet, telepon genggam saja mungkin masih jarang. Tidak adil rasanya jika program pemerintah hanya dilaksanakan setengah-setengah dengan alasan beberapa tempat tidak memiliki fasilitas yang memadai. Pengadaan jalan beraspal di desa-desa akan sangat membantu akses ke desa untuk proses jual-beli maupun distribusi produk dari kota sehingga masyarakatnya tidak perlu meninggalkan desa untuk mendapatkan barang-barang tertentu.

3. Standart Pendidikan Disamaratakan Tujuan seseorang merantau dari desa ke kota yang paling sering kita temui adalah pelajar. Banyak masyarakat usia sekolah yang rela merantau di kota besar untuk bisa mendapatkan pendidikan yang lebih layak karena di tempat asalnya bisa dibilang tertinggal. Hal ini benar adanya dengan bukti anak-anak yang menyelesaikan sekolah menengah di perkotaan akan lebih mudah masuk perguruan tinggi karena kualitas ilmu yang diterima lebih baik dari pada sekolah yang ada di desa. Hasilnya begitu banyak anak rantau dari desa yang mulai menempati kota besar sejak masih di bangku sekolah menengah. Jika standart pendidikan di samaratakan tentu saja jumlah urbanisasi sejak usia sekolah dapat di minimalisir. Hal ini juga bisa menjadi upaya pemerintah dalam mengatasi pengangguran. 4. Tersedianya Fasilitas Kesehatan yang Memadai Fasilitas kesehatan yang ada di kota besar tentu lebih lengkap dan jauh lebih baik dari pada yang tersedia di pedesaan. Bahkan beberapa desa tidak punya akses dokter umum maupun spesialis sehingga yang sakit harus jauh-jauh pergi ke kota demi mendapatkan perawatan. Alhasil setelah sembuh mereka yang dari desa lebih memilih untuk menetap di kota agar generasi mereka yang berikutnya tidak harus jauh-jauh melakukan perjalanan untuk mendapatkan penanganan kesehatan yang baik. 5. Pemerataan Wilayah Pemerintahan Beberapa tahun belakang kita bisa melihat adanya usaha pemerintah dalam mengatasi urbanisasi dengan cara ini. Telah dilakukan pemekaran daerah dibeberapa titik dan tentu saja hal ini membawa pengaruh besar bagi daerah tersebut. Pemekaran daerah adalah pembagian daerah yang tadinya satu provinsi dibagi menjadi dua provinsi dengan tujuan pemerataan wilayah pemerintahan. Hal ini sangat membantu masyarakat yang jauh dari area perkantoran pemerintahan dan sulit untuk mengurus surat-surat kenegaraan atau yang memiliki permasalahan hukum di Indonesia. Dengan adanya pemerataan wilayah

pemerintahan dengan jarak perkantoran pemerintahan yang dapat dijangkau masyarakat tentu akan membantu mengurangi terjadinya urbanisasi. 6. Menciptakan Lapangan Pekerjaan di Pedesaan Tujuan utama para pendatang dari desa pindah ke kota adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan bayaran yang jauh lebih tinggi dari yang didapatkan di desa. Namun ada kalanya orang desa yang datang ke kota tidak memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk bisa mendapatkan pekerjaan di perkotaan. Hal ini berhubungan dengan pemerataan pendidikan untuk orang desa dan orang kota. Selain itu jika di desa tersedia lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang sesuai dengan kemampuan orangorang desa, tentunya orang-orang desa tidak akan berpindah ke kota. 7. Memperbaiki Fasilitas Umum Yang Terbengkalai Agar orang desa betah dengan tempat mereka tinggal, fasilitas umum dari negara hendaknya dipelihara bukan hanya oleh orang-orang desa tapi juga dengan perhatian dari pemerintah. Iklim di desa dan di kota biasanya jauh berbeda, entah itu yang ada di pesisir pantai maupun di kaki gunung. Seringkali area pedesaan tertimpah bencana alam yang membuat fasilitas umum seperti jalan dan jembatan rusak sehingga menganggu kelangsungan kegiatan ekonomi di Indonesia terutama di desa. Karena jauh dari jangkauan pemerintah, biasanya perbaikan fasilitas umum yang terkena bencana ini akan memakan waktu lama, bahkan ada yang tidak digubris sama sekali sehingga masyarakat sendiri yang harus memperbaiki. Dan tentu saja perbaikan yang dilakukan masyarakat kualitasnya akan berbeda sehingga harus dilakukan perbaikan ulang setiap jangka waktu tertentu. Orang desa tentunya akan jenuh dengan kondisi tempat mereka tinggal dan memilih untuk pindah ke kota yang fasilitas umumnya begitu terawat.

8. Mengedukasi Masyarakat Desa tentang Kehidupan di Kota Karena keterbatasan sumber informasi, masyarakat desa sebenarnya tidak begitu mengerti kondisi kehidupan di perkotaan. Yang mereka tahu hanyalah luasnya lapangan pekerjaan di kota dan penghasilan di kota berlipat ganda dari yang di dapatkan di desa. Perlu ada yang mengedukasi masyarakat desa mengenai gaya hidup orang kota, pekerjaan seperti apa yang tersedia disana dan apa saja yang dibutuhkan sebagai bekal seseorang untuk bisa bertahan hidup di kota. Dengan diberikan pengetahuan tersebut tentunya jumlah pengangguran bisa diminimalisir dan orang desa yang hendak menetap di kota bisa mendapat bayangan tentang kehidupan yang akan mereka hadapi. 9. Memfokuskan Pembangunan di Daerah yang Membutuhkan Kasus di negara berkembang, seringkali pembangunan difokuskan pada kota-kota besar yang sebenarnya sudah tidak membutuhkan pembangunan yang lebih lagi karena sistemnya sudah berjalan dan segala macam fasilitas tinggal dijaga dan dipelihara. Yang terjadi malah pembangunan terus-terusan dilakukan di kota besar untuk kebutuhan yang tidak mendesak padahal banyak desa yang jauh lebih membutuhkan pembangunan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan rakyatnya. 10. Program Pengembalian Tenaga Kerja Sudah ada beberapa organisasi yang melakukan hal ini dengan sukarela. Banyaknya pelajar yang merantu di kota besar untuk pendidikan dan berencana menetap untuk kerja di kota. Jika pemerintah dan masyarakat bersama-sama mewujudkan sembilan cara yang suda dijabarkan sebelumnya, anak-anak rantau ini bisa termotivasi kembali ke desa asal mereka untuk membangun daerah mereka menjadi lebih baik. Dengan demikian kondisi penduduk Indonesia di kota besar tidak akan semakin tahun semakin padat karena pelajar-pelajar asal desa yang sukses akan kembali ke tempat asal mereka untuk mengusahakan kesuksesan di tempat tersebut. Hal ini juga bisa menjadi cara mengatasi masalah persebaran penduduk.

Itulah cara mencegah urbanisasi di negara berkembang yang dapat kita terapkan di negara kita sendiri. Tentunya cara-cara tersebut dapat dilakukan secara bertahap agar maksimal pelaksanaannya. Baiknya ada keselarasan antara pemerintah dan masyarakat agar hal-hal yang dapat mengganggu kelangsungan kesejahteraan kehidapan bernegara dapat berkurang dan bahkan tidak lagi ditemukan di masa yang akan datang.

E. Penanggulangan Harus kita akui apabila upaya untuk mencegah meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah kekota ternyata bukan merupakan pekerjaan yang mudah sebagaimana yang ramai diwacanakan banyak orang. Meskipun demikian usaha untuk mengatasi urbanisasi ini kelihatannya memang cukup rumit dan kompleks karena mereka pun yang berpindah kota seringkali memiliki motif yang berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu, bagi sebagian orang menilai jika upaya pencegahan dianggapnya jauh lebih penting ketimbang tindakan yang sifatnya kurang efektif dalam mengatasi masalah perpindahan penduduk dari desa kekota. Dalam hal ini tindakan pencegahan (preventif) dapat dilakukan dengan cara seperti yang dikemukakan Maskun (1994) dan Beratha (1991) menggalakkan berbagai kegiatan pemba-ngunan didesa yang didalamnya mencakup pembangunan infrastruktur pedesaan. Disamping itu, perlu pula diintensifkan kegiatan penyuluhan pembangunan pedesaan dengan harapan metode ini mampu meningkatkan kesadaran dikalangan penduduk desa untuk tidak serta merta berpindah kekota dengan dibekali berbagai keterampilan serta keahlian yang memadai. Memang harus kita akui apabila usaha untuk mencegah masuknya arus perpindahan penduduk ke kota tentu bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah. Apalagi, dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi dan transportasi yang semua ini setidaknya

dapat mempermudah akses penduduk untuk berurbanisasi kekota. Belum lagi kota dengan segala fasilitas yang dimilikinya dapat dianggap sebagai salah satu faktor menarik bagi mereka yang bermukim diluar perkotaan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika pembangunan masyarakat desa boleh dikata merupakan salah satu solusi yang paling tepat untuk mencegah arus penduduk untuk berpindah kekota. Hanya saja, membangun desa ini tentulah memerlukan biaya yang amat besar. Terlebih lagi, manakala fasilitas yang ingin dibangun itu dilengkapi dengan terknologi yang modern serta diharapkan mampu menyerap tenaga kerja dan ini dapat dinilai berimplikasi terhadap upaya meminimalisir jumlah penduduk yang berpindah kekota. Di samping itu, perlu pula dibuat suatu aturan yang memberi sanksi yang keras dan tegas pada penduduk yang berpindah kekota sehingga hal ini diharapkan tidak memberi ruang yang lebih luas bagi penduduk untuk berdomisili dikota.Pasalnya, kalau kita belajar dari berbagai kasus yang ada ternyata menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang sedemikian padat dikota tidak hanya berpotensi memunculkan tumbuh suburnya pemukiman kumuh tapi juga rupanya hal tersebut dapat pula menjad faktor determinan bagi berkembang biaknya aksi kejahatan dan berbagai bentuk tindakan kriminal lainnya termasuk dida-lamnya aksi pencurian, perampokan dan bahkan pembunuhan.

Daftar Pustaka  https://materiips.com/cara-mencegah-urbanisasi  https://media.neliti.com/media/publications/103275-ID-studi-media-danperpustakaan-tentang-urb.pdf

Related Documents


More Documents from ""

Kerangka Dasar Ajaran Islam
December 2019 42
Chapter 5.docx
May 2020 32
Bab Two Eby.docx
May 2020 35
328669_bab 4 Rai.docx
April 2020 33