Pemilu 2009 Dan Memaknai Demokrasi

  • Uploaded by: Muhaemin Sidiq
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemilu 2009 Dan Memaknai Demokrasi as PDF for free.

More details

  • Words: 450
  • Pages: 1
Pemilu 2009 dan Memaknai Demokrasi Permasalahan utama pemilu 2009 yang banyak diberitakan oleh media massa adalah tidak akuratnya Daftar Pemilih Tetap, pemimpin parpol sibuk menyalahkan Pemerintah (Presiden dan Mendagri) dan KPU, padahal masalah itu terjadi bermula dari bawah bahkan bisa disebut kesalahannya berasal dari tingkat RW, mengapa tidak dicari akar permasalahan dan di cari solusinya? Setelah berlangsung pemilu legislatif dengan hasil prediksi yang meraih suara (meraih kepercayaan rakyat) adalah partai A hingga Z, para politisi sibuk lagi mencari kesalahan yang menyebabkan kepercayaan rakyat pada partainya kurang daripada kepercayaan rakyat pada partai lain. Lagi-lagi yang disinggung adalah masalah tidak akuratnya Daftar Pemilih Tetap, masalah Koalisi dan masalah oposisi. Saya sebagai warga Negara Indonesia merasa prihatin, Indonesia tidak akan menjadi maju dan sejahtera dengan hadirnya para politisi busuk yang rakus akan kekuasaan, toh mereka mempermasalahkan DPT, koalisi dan oposisi hanya karena mereka hitunghitungan tentang kekuasaan yang akan mereka peroleh. Padahal masalahnya sudah jelas dan solusinya pun ada pada diri kita sebagai warga Negara yang menintai dengan setulus hati pada negaranya. Masalah DPT bermula dari tingkat pemerintahan yang paling rendah yaitu RT dan RW, lalu mengapa pendataan pemilih masih mengandalkan orang yang tidak mampu dan tidak dapat dipercaya? Beri kekuasaan sedikit kepada bapak RT dan RW untuk melaporkan siapa saja warganya yang mempunyai hak pilih, mereka lebih mengenal warganya! Kenapa mesti repot? Masalah hasil pemilihan legislatif, yang didominasi oleh partai tertentu, sangat jelas menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai tersebut, yang meraih kepercayaan harus menjaga kepercayaan tersebut, dan yang tidak meraihnya harus mawas diri, kenapa masyarakat tidak mempercayainya? Hargai kepercayaan rakyat baik itu kepada partainya maupun kepada partai lain, jangan hanya karena mengejar mimpi menjadi seorang presiden harus mengorbankan perasaan rakyat, toh nantinya rakyat juga yang akan memilih pemimpinnya, dan rakyat akan memilih calon pemimpin yang mereka percayai, jadi jika kita bermimpi jadi presiden kita harus menjaga kepercayaan rakyat, jangan mengkhianatinya. Jika pada akhirnya memilih menjadi oposisi, apakah rakyat setuju jika wakilnya menjadi oposisi? Oposisi yang bagaimana yang diinginkan oleh konstituennya?apakah oposisi yang tahu etika atau oposisi yang hanya menghambat kebijakan pemerintah? Mari kita semua bermawas diri, dengan kembali pada kodrat bahwa seorang wakil rakyat adalah wakil dari rakyat, bukan tambang uang apalagi kekuasaan, bukan meminta kepada rakyat tetapi member yang terbaik buat rakyat. Mari kita bermawas diri, kita memimpin karena pilihan rakyat, jangan menjadi orang yang dilayani oleh rakyat, jangan memeras rakyat, tapi kita sebagai pemimpin harus melayani rakyat dengan segenap kemampuan, pikiran, tenaga, dan harta. Terakhir, mari kita mawas diri, kita sebagai warga Negara harus berbuat sesuatu yang bisa membuat Negara ini menjadi lebih baik, melalui pikiran, tenaga, dan harta, jangan kita terus meminta ini ini kepada Negara sedangkan kita sendiri kadang lupa bahkan tidak pernah memberikan yang terbaik kepada Negara.

Related Documents


More Documents from "Arwin Zoelfatas"