Pemeriksaan Liabilitas Jangka Penek (audit2).docx

  • Uploaded by: Parade Of Black Pierre
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pemeriksaan Liabilitas Jangka Penek (audit2).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,586
  • Pages: 21
PEMERIKSAAN LIABILITAS JANGKA PENDEK (CURRENT LIABILITIES) (Diajukan untuk memenuhi tugas Manajemen Keuangan Syariah )

Dosen Pembimbing :

Fenny Yufantria, M.Ak. Oleh :

Ahmad Jian Sastra Ramadan (1651030009) Riami Amini Aru

(1651030012)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek (Current Liabilities)”, tepat pada waktunya.

Sholawat dan salam kami haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmu pengetahuan yang menjadikan manusia cerdas dan berwawasan luas.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Namun berkat usaha dan bantuan dari beberapa pihak, makalah ini dapat terselesaikan meski masih banyak terdapat kekurangan.

Ucapan terima kasih kami kepada dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi dan dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Harapan kami adalah semoga kritik dan saran dari pembaca tetap tersalurkan kepada kami dan semoga makalah ini bermanfaat.Amin.

Bandar Lampung,

Februari 2019

Tim Penyusun

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................2 C. Tujuan Masalah ............................................................................................2 BAB II. PEMBAHASAN A. Bentuk Organisasi Bisnis dalam Perekonomian Syari’ah ............................3 B. Implementasi Syirkah dalam Perushaan Bisnis ...........................................6 C. Jenis Akad dan Implementasi dalam Organisasi Bisnis .............................10 BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................................16 B. Kritik dan Saran .........................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

ii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Persaingan yang ketat dipasar menyebabkan perusahaan harus dapat aktif dalam menghadapi persaingan yang ada. Suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar yang ketat selalu membutuhkan modal, baik untuk pembelian aset perusahaan atau untuk menambahkan oprasional perusahaan. Adapun sumber modal yang didapatkan oleh perusahaan yaitu dana pemilik perusahaan, saham, maupun peminjaman dana utang dilakukan oleh perusahaan. Utang yang diambil perusahaan dapat berupa liabilitas jangka pendek maupun liabilitas jangka panjang. Liabilitas jangka pendek adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu singkat, paling lama satu tahun atau harus dilunasi dalam jangka waktu satu siklus akuntansi.(1) Auditor memiliki tugas untuk memeriksa setiap laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan baik laporan laba rugi, laporan posisi keuangan, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas. (2) Salah satu tugasnya adalah pemeriksaan liabitilas jangka pendek yang dimiliki perusahaan. Bagaimana pengendalian internal liabilitas jangka pendek perusahaan yang akan dibahas secara rinci di bab berikutnya

1

Carl S. Warren dkk, Pengantar Akuntansi, (Jakarta Selatan: Salemba Empat, 2014), hlm. 542 Sukrisno Agoes, Auditing:Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik buku 1, (Jakarta Selatan: Salemba Empat, 2017), hlm. 4 2

1

B.

Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah Sifat dan Contoh Liabilitas Jangka Pendek? 2. Apakah Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Liabilitas Jangka Pendek? 3. Bagaimanakah Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek?

C.

Tujuan Masalah 1. Untuk Memahami Sifat dan Contoh Liabilitas Jangka Pendek 2. Untuk Mengetahui Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Liabilitas Jangka Pendek 3. Untuk Memahami Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek?

2

BAB II PEMBAHASAN

A.

Sifat dan Contoh Liabilitas Jangka Pendek Setiap perusahaan memiliki liabilitas, baik liabilitas jangka pendek maupun jangka panjang. Liabilitas jangka pendek adalah kewajiban perusahaan untuk melunasi kewajibannya dengan jangka waktu singkat atau paling lama satu tahun atau dalam satu priode siklus akuntansi.(3) Menurut SAK ETAP (IAI, 2009 : 172), Liabilitas (obligation) kini entitas yang timbul dari peristiwa lalu, penyeselainnya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. Penyeselaian liabilitas masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas, penyerahan aset lain, pemberian jasa, penggantian liabilitas tersebut dengan liabilitas lain, atau konversi liabilitas menjadi ekuitas. Liabilitas juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan atau membatalkan haknya.4 Menurut PSAK (IAI, 2015:9, 11) liabilitas merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomis.5 Menurut Sukrisno Agoes liabilitas jangka pendek adalah liabilitas perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun, atau dalam satu siklus operasi

3

Carl S. Warren dkk, loc.cit. Sukrisno Agoes, Auditing:Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik buku 2, (Jakarta Selatan: Salemba Empat, 2017), hlm. 16 5 Ibid. 4

3

normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan aset lancar (Current assets) perusahaan.6 Dari pengertian-pengertian diatas, penulis menyimpulkan liabilitas jangka pendek adalah kewajiban yang harus diselesaikan oleh perusahaan kepada pihak yang memberi utang kepada perusahaan yang jangka waktu penyelesaiannya secara singkat yaitu paling lama satu tahun atau dalam satu priode siklus akuntansi, yang biasanya diselesaikan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahan. Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban saat ini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal (PSAK 2015:16) Liabilitas jangka pendek memiliki beberapa contoh, yaitu: 1. Utang usaha (account payable). Kewajiban kepada pihak ketiga dari pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun. 2. Pinjaman dari bank jangka pendek (short term loan). Pinjaman yang diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu perjanjian kredit (loan agreement), bisa dalam bentuk kredit modal kerja (working capital loan) ataupun kredit rekening koran (overdraft facility). 3. Bagian dari kredit jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun (current portion of long term loan). Per tanggal laporan posisi keungan, bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang harus direklasifikasi dari liabilitas jangka panjang ke liabilitas jangka pendek.

6

Ibid.

4

4. Utang pajak (tax payable). Kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi dalam periode berikutnya. Misalnya Pph 21, Pph 25, PPn dan lain-lain 5. Biaya yang masih harus dibayar (accrued expenses). Biaya yang sudah terjadi dan menjadi beban periode yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi dalam periode berikutnya. Misalnya biaya gaji, biaya listrik, telepon, air dan lainnya. 6. Voucher payable (dalam hal digunakan voucher system). 7. Utang dividen (dividend payable). 8. Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue). 9. Utang muka penjualan. 10. Utang pemengang saham. 11. Utang leasing (kewajiban sewa) yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang. 12. Utang bunga. 13. Utang perusahaan afiliasi (utang dalam rangka hubungan khusus). Beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memeriksa liabilitas jangka pendek, yaitu: 1. Kecenderungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari yang sebenarnya (understatement of liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari jumlah yang sebenarnya. Untuk itu auditor harus melakukan prosedur yang disebut searching of unrecorded liabilities, dengan cara memeriksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan. 2. Perbedaan antara accounts payable dan accrued expenses. Accounts payable memiliki angka lebih pasti, karena perusahaan mencatat berdasarkan invoice yang diterimanya dari supplier. Sedangkan, accrued

5

expenses dicatat berdasarkan estimasi, sehingga jumlahnya kurang pasti dibandingkan accounts payable.

B.

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Liabilitas Jangka Pendek Setiap pemeriksaan memiliki tujuan yang berbeda-beda. Adapun tujuan pemeriksaan liabilitas jangka pendek adalah untuk memeriksa apakah:(7) 1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek. Jika internal control atas liabilitas jangka pendek disimpulkan oleh auditor cukup baik maka ruang lingkup pemeriksaan atas liabilitas jangka pendek dapat dipersempit dan sebaliknya jika disimpulkan lemah maka ruang lingkup pemeriksaan harus diperluas. Beberapa ciri internal control yang cukup baik atas liabilitas jangka pendek: a. Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian, bagian penerimaan barang, bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian keuangan. b. Digunakannya

formulir-formulir

yang

bernomor

urut

tercetak

(prenumbered) untuk permintaan pembelian (purchase requisition), order pembelian (purchase order) dan laporan penerimaan barang (receive report) c. Adanya sistem otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan utang. d. Digunakannya sistem tender untuk pembelian dalam jumlah yang besar, dimana beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis dalam amplop tertutup ke panitia tender. e. Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk utang usaha, dan setiap akhir bulan jumlah saldo utang usaha menurut subsidiary ledger harus dibandingkan dengan saldo utang usaha menurut general ledger yang merupakan perkiraan pengendali (controlling account)

7

Ibid, hlm. 18

6

f. Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (supplier invoice) harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving report dan purchase order, untuk mencegah pebayaran atas barang yang dibeli melebihi jumlah barang yang dipesan dan yang diterima. g. Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas (stamp paid) untuk menghindari digunakannya dokumen-dokumen tersebut untuk proses pembayaran yang kedua kalinya 2. Liabilitas jangka pendek yang tercantum di neraca di dukung oleh buktibukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang betul-betul terjadi. Jika liabilitas jangka pendek merupakan utang usaha, yang berasal dari pembelian secara kredit, maka utang tersebut harus didukung oleh buktibukti yang lengkap, seperti: purchase requisition, purchase order, supplier invoice dan receiving report. Selain itu, pembelian tersebut harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, misalnya: manajer pembelian, dan manajer akuntansi dan keuangan. Jika liabilitas jangka pendek berupa utang dividen, maka harus didukung oleh notulen rapat umum pemegang saham yang memberika otorisasi untuk pembagian dividen, maka harus didukung oleh notulen rapat umum pemegang saham yang memberikan otorisasi untuk pembagian dividen. Jika berupa kredit bank, harus harus didukung oleh perjanjian kredit dan notulen rapat direksi yang memberikan otorisasi untuk peminjaman uang dari bank. Begitu juga jika berupa utang pemegang saham, maka tidak boleh ada setoran modal yang belum dilunasi oleh pemegang saham 3. Semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat per tanggal neraca. Dalam hal ini auditor harus meyakinkan diri bahwa tidak ada unrecorded liabilities. Untuk itu auditor harus memeriksa semua perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, memeriksa notulen rapat direksi dan

7

pemegang saham dan mengirim konfirmasi ke penasihat hukum (legal consultant/lawyers) perusahaan. 4. Accrued Expenses jumlahnya reasonable (masuk akal/wajar atau tidak), dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Untuk itu auditor harus memeriksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat perusahaan, apakah masuk akal dan konsisten dengan tahun sebelumnya. Misalnya untuk accrued traveling expense (biaya perjalanan yang masih harus dibayar) harus diperiksa untuk perjalanan ke mana, menggunakan pesawat terbang apa, berapa lama perjalanannya, menginap di hotel mana, dan lainnya. 5. Kewajiban leasing(sewa) jika ada, sudah dicatat sesuai dengan standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK 30) Misalnya jika ada utang leasing untuk pembelian mesin pabrik, maka haga perolehan mesin dan utang leasing harus dicatat sebesar nilai tunainya. Selain itu, bagian dari utang leasing yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang harus dicatat sebagai liabilitas jagka pendek. Sedangkan yang jatuh temponya lebih dari satu tahun yang akan datang harus dicatat sebagai liabilitas jangka panjang. 6. Seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sudah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan/ dikreditkan pada rugi laba tahun berjalan. Misalkan pada tanggal 31 Oktober 2015 perusahaan membeli barang usahaan secara kredit dari luar negeri sebesar US$100.000 kurs saat itu adalah Rp. 13.000 per 1 US$ sehingga utang usaha dicatat sebesar Rp. 1.320.000.000. per tanggal 31 desember 2015, utang tersebut masih belum

8

diulunasi dan kurs Bank Indonesia saat itu per 1 US$: beli Rp. 13.400, jual Rp. 13.200 berarti kurs tengah adalah Rp. 13.300 per 1 US$. Jurnal penyesuaian yang harus dibuat per 31 desember 2015: Laba Rugi Selisih Kurs

Rp. 30.000.000

Utang Usaha

Rp. 30.000.000

7. Biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka pendek telah dicatat pertanggal laporan posisi keuangan (neraca). Dalam hal ini auditor harus yakin bahwa semua bunga liabilitas jangka pendek, baik dari utang bank, utang pemegang saham dll. Sudah dicatat sebagai beban perusahaan dan jika bunga tersebut belum dibayar, sudah dicatat sebagai utang bunga per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). 8. Biaya bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada tanggal neraca betul telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan. Auditor harus yakin bahwa bunga yang dibebankan dalam laporan laba rugi berasal dari pinjaman jangka pendek yang digunakan perusahaan dan didukung oleh perjanjian kredit yang sah, sehingga betul-betul merupakan beban perusahaan. Selain itu auditor juga harus melakukan pengecekan apakah perhitungan bunga sudah dilakukan secara akurat, walaupun beban bunga dicatat berdasarkan nota debit dari bank (berarti dihitung oleh bank) 9. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi "Bank Default”. Biasanya dalam perjanjian kredit bank mencantumkan beberapa persyaratan yang harus dipatuhi nasabahnya, antara lain: a. Perusahaan tidak boleh mengganti “manajer kunci tanpa seizin bank” b. Current ratio harus dijaga pada tingkat tertentu c. Tidak boleh terlambat dalam membayar bunga

9

Jika persyaratan tersebut dilanggar oleh perusahaan maka terjadi bank default dan hal tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 10. Penyajian liabilitas jangka pendek didalam (neraca) laporan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK). Misalnya, jika perusahaan mempunyai kredit jangka pendek dari bank auatu mempunyai utang leasing (sewa), maka dalam catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan antara lain: a. Plafon kredit b. Jangka waktu kredit c. Tingkat bunga d. Jaminan kredit e. Pengembalian kredit dan pembayaran bunga apakah dalam rupiah atau mata uang asing f. Nilai tunai aset dalam rangka sewa guna g. Jenis leasing h. Jangka waktu leasing

C.

Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek Setiap pemeriksaan harus sesuai dengan prosedur yang ada agar pekerjaan berjalan sesuai yang seharusnya. Begitu juga pada pemeriksaan liabilitas jangka pendek memiliki beberapa prosedur, antara lain:(8) 1. Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban jangka pendek. Dalam hal ini auditor dapat menggunakan internal control questionaries, flow chart atau penjelasan narrative. Karena utang usaha merupakan bagian

8

Ibid, hlm. 23

10

dari siklus pembelian, utang usaha dan pengeluaran kas, maka bisa digunakan internal control questionnaires untuk pembelian. Jika dari evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek, auditor menyimpulkan bahwa internal controlnya baik atau berjalan efektif, maka substantive test atas liabilitas jangka pendek bisa dikurangi. Dengan perkataan lain, ruang lingkup pemeriksaan bisa dibatasi. 2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang usaha maupun kewajiban lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan saldo utang di buku besar (controlling account) Harus diingat bahwa rincian-rincian tersebut harus disiapkan oleh klien. Tugas auditor adalah memeriksa rincian tersebut, bukan menyususn rincian. Jika rincian yang diberikan klien tidak cocok dengan saldo buku besarnya atau terdapat kesalahan footing, maka auditor harus mengembalikan rincian tersebut kepada klien untuk diperbaiki. Selain rincian utang usaha, yang harus diminta dari klien adalah: rincian biaya yang masih harus dibayar, liabilitas lain-lain, utang pajak, dan lainlain. 3. Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut subsidiary ledger utang usaha (jika jumlah suppliernya banyak, tidak usah 100 %). Jika jumlah supplier banyak (misalnya seratus supplier), dan internal control client baik maka pencocokan ke subledger bisa dibatasi jumlahnya. Seandainya ditemukan perbedaan antara saldo di rincian utang usaha dan saldo di subledger utang usaha, harus diminta agar klien yang mencari penyebab perbedaan tersebut. 4. Secara test basis (sampling), periksa bukti pendukung dari saldo utang kepada beberapa supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan

11

purchase requisition, purchase order, receiving report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan mathematic (mathematical accuracy) dari dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang. 5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus dilakukan rekonsiliasi antara saldo utang menurut statement of account tersebut dengan saldo subsidiary ledger utang. 6. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya. Auditor tidak harus mengirim konfirmasi untuk utang usaha, karena sumber pencatatan utang usaha berasal dari luar perusahaan (misalnya faktur dari supplier), dan tujuan konfirmasi adalah untuk memeriksa keakratan data akuntansi klien. Jadi lain dengan konfirmasi piutang yang merupakan audit prosedur standar yang haru dilakukan oleh auditor. Apalagi jika sebagian besar supplier terbiasa untuk mengirim monthly statement of account, maka auditor hanya perlu mencocokan saldo utang usaha menurut rincian dengan saldo menurut monthly statement of account tersebut 7. Periksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent payment) untuk mengetahui apakah ada liabilitas yang belum dicatat (unrecorded liabilities) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan untuk meyakinkan diri mengenai kewajaran saldo liabilitas per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Caranya adalah dengan me-review buku pengeluaran kas sesudah tanggal laporan posisi keaugan (neraca) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan. Perhatikan apakah ada pembayaran-pembayaran diperiode sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang 12

menyangkut pembelian atau biaya untuk tahun yang diperiksa yang belum diacatat sebagai liabilitas jangka pendek pertanggal laporan posisi keuangan (neraca). Periksa juga notulen rapat direksi, pemegang saham, dewan komisaris untuk mengetahui apakah ada kewajiban perusahaan, misalnya pembagian bonus, yang baru akan dibayar diperiode berikutnya dan belum dicatat sebagai liabilitas per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Auditor juga harus memeriksa bukti-bukti pembayaran di subsequent period yang berkaitan dengan kewajiban yang terjadi ditahun yang diperiksa. 8. Seandainya ada utang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa surat perjanjian kreditnya dan buatkan excerpt dari perjanjian kredit tersebut, dan periksa otorisasi dari direksi, dewan komisaris dan RUPS untuk perolehan kredit bank tersebut. 9. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut. 10. Seandainya ada utang leasing (sewa), periksa apakah pencatatannya sudah sesuai dengan standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No.30 Revisi 2015 tentang Sewa) dan apakah bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat (direklasifikasi) sebagai kewajiban jangka pendek. 11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara akurat dan tie-up jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum pada laporan laba rugi. perhatikan juga aspek pajaknya. 12. Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka harus ditelusuri apakah ini merupakan uang muka pembelian atau karena adanya pengembalian barang

13

yang dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar (material) harus direklasifikasi sebagai piutang. 13. Seandainya ada uang muka penjualan pertanggal laporan posisi keuangan (neraca), periksa bukti pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan di periode berikutnya (subsequent clearance) misalnya dengan mengirimkan barang yang dipesan oleh pembeli. 14. Seandainya ada kredit jangka panjang, harus diperiksa apakah bagian yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasi sebagai liabilitas jangka pendek. 15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) telah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), dan selisih kurs yang terjadi dibebankan/dikreditkan pada rugi laba tahun berjalan. 16. Untuk utang PPh 21 dan PPN periksa apakah utang tersebut sudah dilunasi pada periode berikutnya. Seharusnya utang PPh 21 dan PPN per 31 Desember dilunasi di bulan Januari tahun berikutnya. Sedangkan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu mengisi dan memasukkan SPT PPh Badan, perusahaan telah membayar PPh 29 (setoran akhir) 17. Periksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat oleh perusahaan, apakah reasonable dan konsisten dengan dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Perlu diketahui bahwa untuk memperkecil laba, bisa saja perusahaan memperbesar jumlah accrued expensenya. Dengan memeriksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) auditor bisa mengetahui apakah jumlah yang di accrued betul-betul diabayar di tahun berikutnya dalam jumlah yang kurang lebih sama.

14

Selain itu, bisa diketahui seandainya ada biaya-biaya tahun yang diperiksa yang

belum dicatat diperiode sesudah tanggal laporan posisi keuangan

)neraca(, sehingga harus diusulkan audit adjustmennya oleh auditor. 18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua kewajiban yang tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). 19. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai masalah dibidang hukum yang memerlukan bantuan dari legal consultant atau lawyer. Misalnya, ada tuntutan dipengadilan yang pertanggal laporan posisi keuangan (neraca) prosesnya belum selesai. Seperti diketahui proses peradilah memakan waktu yang cukup lama. Hal ini menyebabkan timbulnya kontijen liabilities, yaitu liabilitas yang meungkin terjadi, mungkin juga tidak terjadi, tergantung pada kejadian dalam periode berikutnya. 20. Periksa apakah penyajian kewajiban jangka pendek di laporan posisi keuangan (neraca) dan catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK).

15

BAB VI PENUTUP A.

Kesimpulan Liabilitas jangka pendek adalah kewajiban yang harus diselesaikan oleh perusahaan kepada pihak yang memberi utang kepada perusahaan yang jangka waktu penyelesaiannya secara singkat yaitu paling lama satu tahun atau dalam satu priode siklus akuntansi, yang biasanya diselesaikan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahan. Beberapa contoh dari liabilitas jangka pendek, yaitu: 1. Utang usaha 2. Pinjaman dari bank 3. Bagian dari kredit jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun 4. Utang pajak 5. Biaya yang masih harus dibayar 6. Voucer Payable 7. Utang deviden 8. Pendapatan yang diterima dimuka 9. Uang muka penjualan 10. Utang pemegang saham 11. Utang leasing 12. Utang bunga 13. Utang perusahan afliasi Tujuan dari pemeriksaan liabilitas jangka pendek ini adalah untuk mengetahui pengendalian internal diperusahaan berjalan dengan baik atau tidaknya, dan untuk mengetahui transaksi yang terkait dengan liabilitas jangka pendek ini benar-benar ada atau tidak.

16

Dalam pemeriksaan liabilitas jangka pendek memiliki beberapa prosedur yang harus diperhatikan seperti yang sudah diterangkan bab sebelumnya, prosedur ini hanya mencakup ruang lingkup liabilitas jangka pendek.

B.

Kritik dan Saran Demi penyempurnaan makalah ini, saran dan kritikan teman-teman sangat

dibutuhkan. Kesalahan dan kekeliruan yang terdapat dalam makalah ini adalah bukti dari kekurangan pemikiran penulis, dan semua itu tidak lepas dari sifat manusia yang selalu salah dan lupa.

17

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing:Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik buku 1. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing:Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik buku 2. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

S. Warren, Carl dkk. 2014. Pengantar Akuntansi. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

18

Related Documents


More Documents from "Annisa Ayu Dewanti"