Dalam jangka panjang, sumber energi kita cukup untuk memenuhi kebutuhan energi listrik rakyat Indonesia yang makmur
Dalam pembahasan “NKRI memiliki masa depan yang sangat cerah I”, kita melihat bahwa kebutuhan energi dasar yang berupa bahan makanan, penggerak dasar kehidupan manusia Indonesia agar tumbuh segala imajinasi, apresiasi akan keindahan dan segala harmoni kehidupan, bisa tercukupi untuk mendukung kemakmuran NKRI dalam jangka panjang. Setidaknya untuk 300 tahun kedepan, sebuah durasi waktu yang setara dengan kejayaan dinasti Ming di Cina. Kebutuhan tersebut bisa dipenuhi cukup dengan mengalokasikan maksimum 20% lahan daratan atau 5,7 % luas wilayah Indonesia keseluruhan. Dengan luas yang setara dengan 38 jt Ha lahan pertanian ini, akan didapat daya pokok yang berupa sumber makanan kirakira sebesar 793 GWe. Dengan daya 100 watt per orang, sebenarnya luas lahan ini cukup untuk kebutuhan sampai 3 Milyar penduduk (Maksimum untuk 7,98 Milyar penduduk, tetapi sudah diperhitungkan juga untuk factor pengaman, gizi, dan realisasi kemajuan teknologi pertanian) penduduk NKRI dalam jangka waktu 300 tahun kedepan. Jika kita berkaca pada Negara yang sudah maju seperti USA yang konsumsi energi listriknya tahun 2005 secara nasional mencapai 12.347 kWh perkapita pertahun, maka konsumsi energi listrik NKRI dalam jangka panjang harus ditingkatkan dari konsumsi saat ini yang mencapai 530 kWh per kapita pertahun menjadi setidaknya 12.347 kWh perkapita pertahun dalam jangka panjang agar tidak malu menyebut sebagai Negara makmur. Idealnya untuk saat ini, dengan penduduk sekitar 220 juta, diperlukan energi listrik sebesar 2.716.340 GWh pertahun. Dan untuk kebutuhan 3 Milyar penduduk dalam jangka panjang, diperlukan energi listrik sebesar 36.525.013 GWh pertahun Jika kita lihat tulisan “Hitungan Energi Matahari”, potensi energi terbarukan untuk listrik di Indonesia dari potensi angin, bio diesel, ombak, dan air sungai yang realistis setara dengan daya 49 GWe. Energi panas bumi, berdasarkan data Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro : Indonesia memiliki potensi energi panas bumi sebesar 27 GWe atau 40 persen dari cadangan panas bumi dunia (11 Desember 2007,Antara). Dan berdasarkan tulisan “catatan stadium general on Nuclear Energi”, keseluruhan cadangan batubara dan uranium kita akan cukup untuk waktu kurang dari 100 tahun kedepan. Maka dalam jangka panjang, sumber-sumber energi ini bahkan tidak akan mampu mendukung kemakmuran NKRI yang layak dengan jumlah penduduk seperti sekarang (220 juta orang) dalam 300 tahun kedepan seperti terlihat dalam tabel berikut. Tabel 1 : Pemenuhan Energi jangka panjang ver 1.1
Kecuali berhasil mendaratkan orang-orang Indonesia di planet lain yang mengandung Uranium atau bisa menemukan energi fusi hidrogen, kita juga harus menemukan alternative solusi yang kira-kira realistis untuk dikembangkan dalam jangka panjang. Melihat gambaran kenyataan tersebut, sebaiknya Batubara dan uranium secara strategis tidak kita manfaatkan 100% untuk kebutuhan listrik Negara NKRI yang makmur dalam 59 tahun kedepan. Karena itu berarti segala hutan kita diatas lahan batubara akan gundul, dan setelah itu tak punya cadangan uranium lagi. Untuk mendukung kemakmuran selama 300 tahun, sumber-sumber energi ini harus di harmonisasikan dengan alternatif yang lain. Misalnya Batubara dan Uranium cukup untuk kebutuhan 30% dari kebutuhan ideal kemakmuran untuk mengantar menuju masyarakat makmur tahap 1 dalam jangka 50 tahun kedepan. Dan sisanya Batubara lebih baik digunakan untuk sumber gas untuk kebutuhan pupuk pertanian atau sumber BBM misalnya. Dan Nuklir setelah belajar pengembangan di BATAN dan mendirikan Reaktor Nuklir untuk listrik dalam waktu dekat, barulah 20 tahun lagi bisa memanfaatkannya untuk ‘bahan bakar’ kapal-kapal induk dan kapal selam NKRI untuk mengamankan wilayah dan perikanan NKRI. Lantas bagaimana jika kita belum berhasil menemukan energi fusi atau tidak bisa mencari uranium di planet lain, apakah kita masih bisa survive sebagai Negara makmur dalam 300 kedepan? Matahari sudah dan terus menerus dengan tanpa perhitungan ekonomi memberikan pada kita daya sebesar 1.286.722 GWe yang mungkin bisa kita manfaatkan. Dengan pilihan teknologi yang efisien, kita bisa mengkonversinya menjadi sesuatu yang mencukupi dalam jangka panjang. Untuk kebutuhan masyarakat makmur, dengan jumlah penduduk 3 Milyar yang membutuhkan energi listrik sebesar 36.525.013 GWh per tahun akan cukup dipenuhi dengan minimum 4.170 GWe atau cukup 0,32% dari apa yang sudah diberikan oleh Matahari pada kita tersebut. Ini berarti, besar kemungkinan kita bisa memenuhi kembutuhan masyarakat NKRI makmur selama 300 tahun kedepan. Berdasarkan masukan dari teman mailing list IA-ITB yang menyebutkan bahwa di Cina untuk reservasi energi digunakan bendungan, maka ini bisa dikombinasikan dengan apa yang sudah dikaruniakan oleh Gusti Ingkang Murbeng Dumadi tersebut. Saat ini PLTS masih relative mahal karena selain ketersedian Sel Surya dan juga kendala penyimpanan energi listrik yang berupa batere untuk kapasitas sangat tinggi. Dengan kombinasi ini diharapkan harga PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Air) bisa ditekan sampai kira-kira setara dengan harga PLTA+Masif Sel Surya. Jadi kemungkinan mahalnya tidak akan berlipat-lipat, tetapi sekitar harga PLTA + Rp 275 per kWh. Seandainya kita membangun PLTSA setelah 20 tahun kedepan untuk menunjang kemakmuran NKRI, kita memerlukan sistem bendungan untuk penyimpan energi surya. Karena kita hanya bisa mengambil energi surya disaat siang, tidak hujan, dan ada gradien dari saat matahari terbit sampai matahari tenggelam. Dengan asumsi 90 hari hujan per tahun, energi sel surya per m2 4,6 kWh perhari, maka untuk satu sistem PLTSA dengan energi 7.590 GWh per tahun (atau daya sekitar 1,15 GWe) dibutuhkan sel surya dengan
luas 2×3 km2. Dengan system ini, dibutuhkan luas sel surya untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang sesuai dengan tabel 2 berikut.
Terlihat dari tabel 2 tersebut dari sisi sel surya, tidak ada masalah dan hanya akan menambah investasi sebesar Rp 275 per kWh dan dari sisi lahan masih realistis, masih bisa dicarikan lahan ditepi-tepi pantai yang gersang atau memiliki kontur yang agak terjal yang cocok untuk bendungan. Sel surya ini dibentangkan diatas bendungan yang dibangun yang berfungsi sebagai reservoir. Tantangannya adalah untuk menyimpan energi matahari yang dihasilkan oleh sel surya tersebut agar distribusi listrik bisa dilakukan sesuai kebutuhan saat malam hari dan disaat hujan. Salah satu caranya adalah dengan membangun bendungan reservoir energi sebagai pengganti sistem batere yang sangat mahal untuk kapasitas raksasa ini. Berapa besar bendungan yang kita perlukan? Dari rumus energi potensial : E = mgh. Jika kita ingin reservoir tersebut cukup untuk cadangan selama 2 hari dibutuhkan sistem yang mampu menampung 42 GWh. Dengan m= 1000 kg/m3, g= 9,8 m/s2 dan ketinggian bendungan 100 m, kaka dibutuhkan luas bendungan untuk satu sistem ini sebesar 153 km2 atau 10×15 km2 (sekitar 20% luas Jakarta). Kebutuhan bendungan ini memang sangat luas dibanding sistem utamanya, dan mungkin baru layak kita bangun setelah 20 tahun kedepan (Misalnya bendungan untuk melindungi pantai strategis dari kenaikan tinggi laut, seperti di Belanda). Tapi setidaknya kita memiliki solusi untuk kemakmuran NKRI dalam 300 kedepan. Dengan sistem PLTSA tersebut, untuk mendukung kemakmuran NKRI dengan jumlah penduduk saat ini atau mengikuti pertumbuhan penduduk kedepan, dibutuhkan jumlah sistem seperti dalam tabel 3 berikut.
Melihat kenyataan tersebut, untuk 3 milyar penduduk diperlukan 4.812 sistem bendungan dengan luas yang memakan 38,69 % dari luas daratan NKRI, ini adalah sinyal kita harus menekan angka pertumbuhan penduduk dibawah 0,51% pertahun. Dengan demikian dalam 300 tahun kedepan akan ada 1 Milyar penduduk Indonesia, dan kita memerlukan sistem bendungan yang menghabiskan 13,24 % wilayah daratan atau jika dibangun juga ditepian pantai akan menghabiskan 4 % dari wilayah total wilayah NKRI.
Dengan penduduk 1 Milyar, dengan dukungan energi pokok dan gizi yang menghabiskan lahan 20% wilayah daratan, dan energy listrik yang menghabiskan lahan 4% - 13,24% wilayah daratan, NKRI mampu menjadi Negara makmur bahkan untuk masa setidaknya 300 tahun. Salam, -yohan S