Pelukis Dan Pemimpin Yang Arif

  • Uploaded by: Prof. DR. H. Imam Suprayogo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pelukis Dan Pemimpin Yang Arif as PDF for free.

More details

  • Words: 961
  • Pages: 3
Pelukis dan Pemimpin Yang Arif Bagikan 19 Mei 2009 jam 10:14 Diunggah melalui Facebook Seluler Semua orang menganggap bahwa ilmu pengetahuan itu penting bagi siapapun. Islam juga mengajarkan begitu. Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Mencari ilmu bagi kaum muslimin adalah wajib hukumnya. Akan tetapi dengan ilmu pengetahuan ternyata masih belum cukup untuk menjalani hidup ini dengan sempurna. Selain ilmu pengetahuan, ternyata masih ada lagi yang diperlukan, yakni kearifan. Orang arif lebih tinggi atau unggul dari sebatas orang yang berilmu pengetahuan. Orang-orang perguruan tinggi biasanya selalu mengedepankan kebenaran ilmu pengetahuan, sekalipun hanya sebatas kebenaran ilmiah.Disebut benar secara ilmiah bila hal itu dipandang sesuai dengan logika akal dan didukung oleh bukti-bukti empirik. Sedangkan bukti-bukti empirik itu bisa diperoleh melalui kegiatan observasi, eksperimen atau cara lainnya secara terus menerus. Kebenaran ilmiah biasanya disebut bersifat relative, yakni sesuatu dianggap benar sepanjang masih didukung oleh data yang cukup.Jika data itu sudah tidak mencukupi lagi, atau karena ditemukan data baru, maka gugurkan kebenaran ilmiah itu. Oleh karena itu kebenaran ilmiah selalu terbuka untuk diuji dan juga suatu saat bisa saja digugurkan. Oleh karena itu, mencari kebenaran tidak boleh henti. Bagi orang perguruan tinggi harus memiliki sikap terbuka, bebas dan beranidalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Kegiatan riset bagi perguruan tinggi tidak boleh berhenti. Sebab, jika kegiatan risetitu berhenti, maka perguruan tinggi tersebut secara esensial tanpa ada yang menghentikannya pun, sesungguhnya sudah dengan sendirinya berhenti. Sekali lagi, ilmu pengetahuan bagi kehidupan ini sedemikian pentingnya. Akan tetapi, di atas posisi ilmu itu masih ada lagi yangharus dimiliki oleh seseorang, apalagi seorang pemimpin. Apa yang dimaksudkan di atas ilmu itu adalah hikmah atau sementara orang menyebutnya kearifan. Dalam sejarah kenabian, ada seorang yang dikaruniai hikmah yang tinggi, yakni Lukman al Hakim.

Untuk memahami apa sesungguhnya yang disebut dengan kearifan itu, secara mudah dapat ditangkap dari sebuah kisah sederhana berikut ini. Apakah kisah tersebut sungguh ada dalam kenyataan, kiranya tidak perlu dipersoalkan. Tetapi, apapun rasanya dari kisah tersebut bisa digunakan untuk memahami apa sesungguhnya yang dimaksud dengan kearifan itu. Kisah dimaksud adalah sebagai berikut. Sebuah kerajaan kebetulan dipimpin oleh seorang raja yang cacat. Ia hanya memiliki mata satu. Cacat ini dibawa sejak lahir. Hanya karena orang ini keturunan raja, maka mau tidak mau, rakyat pun harus mengangkat dan mengakui ia sebagai rajanya. Sebagai seorang raja, ia berkeinginan agar dirinya dilukis dan lukisan itu segera dipasang di tempat-tempat tertentu, sebagaimana raja pada umumnya. Untuk memenuhi keinginannya itu, maka dipanggilah pelukis yang dipandang ulung di negeri itu. Atas perintahnya, pelukis dimaksud menunaikan tugasnya, dan tidak lama kemudian lukisannya selesai. Segera setelah lukisan itu selesai dibuat dengan sempurnadan, dan persis seperti wajah sang raja tersebut maka segera diserahkan. Pelukis mengira sang raja senang melihatnya, tetapi ternyata justru sebaliknya. Secara spontan sang raja marah. Ia begitu kecewa tatkala melihat wajahnya dilukis sesuai dengan kenyataan, yakni hanya tampak bermata satu. Kemudian, ia tidak hanya menyuruh stafnya agar lukisan itu segera dimusnahkan, melainkan juga pelukis tersebut agar dihukum dengan hukuman berat, karena telah menghina dirinya. Gagal mendapatkan lukisan dari pelukis itu, maka sang raja masih meminta agar dicarikan pelukis lainnya, untuk mengerjakan hal yang sama. Tidak lama kemudian, berhasil ditemukan dari negeri itu, seorang pelukis yang samasama ulungnya. Setelah mendapatkan penjelesan secukupnya, maka mulailah pelukis tersebut menunaikan tugasnya. Mendapatkan informasi bahwa pelukis pertama dihukum oleh karena bersikap obyektif, yakni melukis apa adanya, maka agar selamat ia terpaksa bersikap subyektif. Ia melukis sang raja dengan wajah yang dibuat-buat. Sekalipun sang raja hanya bermata satu, dilukis seolah-olah bermata dua. Kali itu ia bersikap subyektif, hanya karena terpaksa untuk memenuhi keinginan sang raja. Sekalipun sebagai pelukis harus berusaha bersikap obyektif dan jujur, kali itu kode etiknya terpaksa dilanggar, sebatas memenuhi keinginanrajanya. Seperti halnya pelukis pertama, segera lukisan itu selesai, maka dengan penuh percaya diri diserahkan. Ia mengira sang raja akanbangga dan gembira tatkala menerima lukisannya itu. Tetapi ternyata justru sebaliknya.

Sang raja tatkala melihat lukisan itu menjadi marah. Pelukis yang kedua ini dianggap justru telah menghinanya. Merasa bermata satu, tetapi dilukis dengan bentuk wajah bermata dua. Pelukis ini dianggap tidak obyektif dan justru akan memalukan, jika lukisan tersebut dipampang di mana-mana. Raja pun kemudian minta agar pelukis ini dihukum berat, karena melalui lukisan itu, ia telah merendahkan martabat sang raja. Dua pelukis ulung telah menjadi korban dari usaha memenuhi keinginan penguasa negeri itu. Tetapi sang raja pun juga belum putus asa, kemauannya masih tetap ingin terpenuhi. Tidak begitu lama lagi, didapat informasi bahwa masih ada pelukis ulung lain di negeri itu. Maka dipanggillah pelukis tersebut ke istana. Berbeda dengan kedua pelukis sebelumnya, seniman yang ketiga ini ternyatamengerti banyak tentang kehidupan raja ini, termasuk juga hobynya. Pelukis giliran yang ketiga ini tahu bahwa sang raja memiliki hoby berburu. Maka tatkala hadir dikerajaan untuk melukisnya, ia membawa sebuah senapan yang dianggap buatan paling mutakhir. Raja tentu saja senang sekali dengan tawaran itu. Selanjutnya pelukis tersebut dipersilahkan, segera memulai melukis dirinya. Namun, pelukis ini sebelum menunaikan tugasnya, memohon kepada sang raja agar berkenan mencoba menggunakan senapan yang dibawanya tadi. Sang raja tidak keberatan mencobanya, memenuhi usulan pelukis tersebut.Pelukis yang ketiga ini, tidak saja ulung dalam melukis, tetapi juga menyandang kearifan yang tinggi. Dalam posisi sang raja sedang mencoba menggunakan senapan tersebut, ia lukis dengan sempurna. Kiranya semua orang tahu, bahwa siapapun yang lagi menembak,pasti hanya menggunakan mata satu. Raja bermata satu yang lagi mencoba menggunakan senapan tersebut, ia lukis sebagaimana adanya. Lukisan itu selanjutnya segera diserahkan, dan tatkala menyaksikan hasil lukisan itu, benar-benar raja sedemikian gembiranya.Ia dilukis dalam keadaan sedang menembak, sehingga siapapun tidak tahu bahwasanya raja ini hanya bermata satu. Semoga pemimpin bangsa hasil Pilpres mendatang, tidak saja mampu bekerja cepat, dekat dengan rakyat, dan atau membuktikan dirinya telah berhasil mengatasi berbagai bencana, tetapi juga arif. Sesungguhnya bangsa yang majemuk ini memang membutuhkan pemimpin yang cerdas, jujur, dan adil, pekerja keras, tetapi juga arif. Wallahu a’lam

Related Documents

Pelukis
July 2020 23
Arif.
November 2019 47

More Documents from ""