LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : .................................................... TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN PROVINSI JAWA TIMUR
PEDOMAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN PROVINSI JAWA TIMUR
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tahun 2017 merupakan masa peralihan Program Jaminan
Kesehatan
Daerah
(Jamkesda)
menjadi
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur, dimana program tersebut
menjadi
suatu
bentuk
tanggung
jawab
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam upaya menjamin masyarakat miskin di Provinsi Jawa Timur yang belum menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Program Jaminan
Kesehatan
Nasional
(JKN).
Pedoman Pelaksanaan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Maskin – 2017
Di
dalam 1
Penyelenggaraan Pembiayaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Jawa Timur Tahun 2017, terdapat beberapa perubahan bila dibandingkan dengan pelaksanaan Program Jamkesda
Tahun
2016,
mekanisme pembiayaannya
dimana
pada
Tahun
2016
sharing dana 50% antara
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan 50% Pemerintah Kabupaten/Kota dan pada tahun 2017 mekanisme sharing dana sudah tidak ada lagi karena peserta pemegang Kartu Jamkesda yang tersisa pada tahun 2016 sudah diserahkan ke Kabupaten/Kota untuk diintegrasikan dengan Program JKN dan bukan lagi menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Sedangkan bagi kepesertaan yang tidak jelas identitasnya seperti gelandangan & orang terlantar, penderita gangguan jiwa berat dan atau pasung, penerima
layanan
penderita kusta dll,
pada
UPT
Dinas
Sosial
Provinsi,
pada tahun 2017 tetap menjadi
tanggung jawab sepenuhnya Pemerintah Provinsi Jawa Timur . Pada pelaksanaan Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin tahun 2017, penerima
bantuan
pembiayaan
pelayanan
kesehatan
tersebut meliputi : Seniman, penerima Layanan pada UPT Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
2
Dinas Sosial Provinsi, penghuni Lembaga Pemasyarakatan/ Rumah Tahanan, Gelandangan dan orang terlantar, dan penderita kasus khusus seperti penderita dan mantan penderita kusta, penderita gangguan jiwa berat dan pasung,
Kelainan
Kongenital
(cacat
bawaan
lahir),
penderita gizi buruk, penderita Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), pengungsi masalah sosial selama masih di penampungan, penderita TBC resisten obat (Multiple Drug Resistance/MDR) dalam Pergub Jatim No 138 tahun 2016 Bab II pasal 2 (1).b.7. Penderita TBC, penderita AIDS dan baru
lahir
ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi
(neonatus)
dengan
risiko
tinggi
yang
pembiayaannya ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi melalui mekanisme klaim. Sedangkan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) pada tahun 2017 meliputi RSUD Dr. Soetomo, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, RSU Dr. Soedono Madiun, RSU Haji Surabaya, RS Jiwa Menur, RS Paru Surabaya, RS Asy Syaafi Pamekasan, RSU Karsa Husada Batu, RS Paru Jember, RS Paru Manguharjo Madiun, RS Kusta Kediri, RS Kusta Sumberglagah Mojokerto, RS Paru Dungus Madiun, RS Mata Masyarakat Surabaya, RSUD Kabupaten Sidoarjo, RSUD Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
3
Kabupaten Jombang, RSUD Dr. Iskak Tulungagung, RSUD Ibnu Sina Gresik, RSUD Dr. Soebandi Jember dan RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodingrat Lawang. Terkait pelaksanaan
dengan
kebijakan
penyelenggaraan
dan
pembiayaan
mekanisme pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin di Provinsi Jawa Timur di Rumah Sakit, maka perlu diterbitkan Pedoman Pelaksanaan pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Pedoman Pelaksanaan (Manlak) ini memberikan petunjuk dan arahan secara umum kepada semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan, dengan harapan kegiatan
tersebut
dapat
dilaksanakan
sebaik-baiknya
sehingga alokasi dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara
efektif,
efisien
dan
akuntabel
dalam
rangka
pengawasan serta monitoring dan evaluasi Pelaksanaan pembiayaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin Provinsi Jawa Timur. B. LANDASAN HUKUM 1.
Undang-Undang Pembentukan
Nomor 2 Tahun 1950 tentang
Provinsi
Djawa
Timur
(Himpunan
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
4
Peraturan-Peraturan
Negara
Tahun
1950)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950); 2.
Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan
Negara
Indonesia
Tahun
(Lembaran 2003
Negara
Nomor
47,
Republik Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3.
Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
2004
Nomor
150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 4.
Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 5.
Undang-Undang
Nomor 44
Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
5
6.
Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2011
Nomor
83,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 7.
Undang – Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256); 8.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571);
9.
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2014
Nomor
244,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
6
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
2005
Nomor
140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan
Pemerintah
Nomor
101
Tahun
2012
tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan
Pemerintah RI Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 226, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5746); 12. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan
sebagaimana
telah
diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; 13. Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
7
Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang
Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah; 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2015
tentang
Perubahan
atas
Peraturan
Menteri
Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 15); 16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2014 tentang Juknis Sistem INA-CBG’s (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 795) telah diubah menjadi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2016 Tentang Pedoman Indonesian Case Base
Groups (INA-CBG); Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
8
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Program
Jaminan
Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 874); 18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1221); 19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan
Program
Jaminan
Kesehatan
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan; 20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2015 tentang
Pencegahan
Kecurangan
(Fraud)
dalam
Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Pada Sistem Jaminan Kesehatan Nasional; 21. Keputusan
Menteri
HK.02.02/MENKES/523/2015
Kesehatan tentang
Nomor Formularium
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
9
Nasional sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.02.02/MENKES/137/2016 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.
02.02/MENKES/523/2015
tentang
Formularium Nasional; 22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 – 2019; 23. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Jawa Timur Nomor 1 tahun
2016
tentang
Sistem
Kesehatan
Provinsi
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Nomor 1 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 55) ; 24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2016 tentang Upaya Kesehatan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 Nomor 2 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 56) ; 25. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 138 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan
Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur. Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
10
C. TUJUAN a. Umum : Meningkatkan akses, pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin di Jawa Timur agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif, efisien dan akuntabel. b. Khusus : 1. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar dengan kendali mutu dan kendali biaya. 2. Pengelolaan
keuangan
yang
transparan
dan
akuntabel.
D. SASARAN Sasaran penerima penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan
Bagi
Masyarakat
Miskin
yang
ditanggung
Pemerintah Provinsi terdiri atas : 1. Masyarakat Miskin yang meliputi : a.
Seniman;
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
11
b.
Penerima layanan pada UPT Dinas Sosial Provinsi;
c.
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tahanan (Rutan);
d.
Gelandangan dan orang terlantar yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap
2. Masyarakat dengan kondisi tertentu meliputi : a.
Penderita kusta / mantan penderita kusta;
b.
Penderita gangguan jiwa berat dan/atau pasung;
c.
Penderita Kelainan Kongenital (cacat bawaan lahir);
d.
Penderita Gizi Buruk;
e.
Penderita Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI);
f.
Pengungsi
masalah
sosial
yang
ditanggung
Pemerintah Provinsi selama masih di penampungan milik Pemerintah Provinsi; g.
Penderita TBC Resisten Obat (Multipled Drug Resistence/MDR); dalam Pergub Jatim No 138 tahun 2016 Bab II pasal 2 (1).b.7. Penderita TBC
h.
Penderita AIDS;
i.
Ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir (neonatus) dengan resiko tinggi.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
12
BAB II TATA LAKSANA KEPESERTAAN
A. KETENTUAN UMUM 1. Penerima
Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur Tahun 2017 adalah masyarakat Jawa Timur khususnya masyarakat miskin
dan
masyarakat
dengan
kondisi
tertentu
diantaranya seniman, penerima layanan pada UPT Dinas Sosial Provinsi, penghuni Lapas/Rutan, gelandangan dan orang terlantar, penderita dengan kasus khusus seperti penderita dan mantan penderita kusta,
penderita
gangguan jiwa berat dan pasung, Kelainan Kongenital, penderita gizi buruk, penderita Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), pengungsi masalah sosial selama masih di penampungan, penderita TBC, penderita AIDS dan
ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
(neonatus) dengan risiko tinggi. 2. Seniman adalah pekerja seni yang ditetapkan oleh Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur dan masuk dalam database kepesertaan eks Jamkesda.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
13
3. Penerima Layanan pada UPT Dinas Sosial Provinsi adalah masyarakat miskin yang tinggal di wilayah Jawa Timur (baik warga Jawa Timur maupun non Jawa Timur) yang menjadi penghuni layanan pada UPT Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. 4. Penghuni Lapas dan Rutan adalah masyarakat miskin yang tinggal di Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan. 5. Gelandangan dan orang terlantar yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap adalah masyarakat miskin yang tinggal di wilayah Jawa Timur yang tidak memiliki tempat tinggal tetap dan ditetapkan dengan surat rekomendasi Dinas Sosial setempat. 6. Penderita Kusta / mantan penderita Kusta adalah masyarakat yang menderita penyakit Kusta/mantan penderita penyakit Kusta yang mendapat pelayanan kesehatan di PPK dan pembiayaannya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka upaya pencapaian target Jawa Timur bebas Kusta 7. Penderita gangguan jiwa berat dan/atau pasung adalah masyarakat Jawa Timur yang menderita gangguan jiwa Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
14
berat dan/atau penderita gangguan jiwa dalam kondisi dipasung (dirantai, dikurung, diisolasi ditempat tertentu) 8. Penderita Kelainan Kongenital (cacat bawaan lahir) adalah
masyarakat
Jawa
Timur
yang
mengalami
kelainan cacat bawaan lahir yang diagnosanya telah ditegakkan oleh dokter di Rumah Sakit untuk keperluan life saving sampai berumur 1 tahun. 9. Penderita Gizi Buruk adalah penderita dengan kategori gizi buruk menurut Berat Badan/Umur (BB/U) atau Berat Badan/Tinggi Badan (BB/TB) atau Tinggi Badan/Umur (TB/U) sesuai pemeriksaan screening gizi. 10. Penderita
Kejadian
selanjutnya disingkat
Ikutan
Pasca
Imunisasi
yang
KIPI adalah masyarakat Jawa
Timur yang mengalami kejadian medis yang terjadi setelah imunisasi dapat berupa reaksi vaksin, reaksi suntikan,
kesalahan
prosedur
ataupun
koinsidens
sampai ditentukan adanya hubungan kausal. 11. Pengungsi masalah sosial yang ditanggung pemerintah Provinsi selama masih di penampungan milik Pemerintah Provinsi adalah pengungsi pasca kerusuhan yang berada di penampungan Pemerintah Provinsi dan ditetapkan
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
15
dengan Keputusan Gubernur/Surat Keterangan Kepala Dinas Sosial Provinsi. 12. Bayi yang baru dilahirkan dari pasangan suami istri pengungsi masalah sosial
adalah bayi dari pasangan
suami istri pengungsi masalah sosial selama berada di tempat penampungan dan dibuktikan dengan Surat Keterangan Kelahiran. 13. Penderita TBC adalah masyarakat Jawa Timur yang menderita tuberkulosa dengan kondisi resisten/kebal terhadap obat sebagai akibat dari pengobatan TBC yang tidak adekuat dan/atau penularan dari pasien TB resisten obat. DEFINISI TIDAK SESUAI, Penderita
TBC
kebal
obat
sudah
mendapat pendanaan dari Global Fund 14. Penderita AIDS adalah masyarakat Jawa Timur yang sudah menunjukkan sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia. 15. Ibu Hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir (neonatus) dengan resiko tinggi adalah ibu yang berada dalam kondisi hamil, bersalin, nifas dan anak bayi baru lahir yang berada dalam kondisi resiko tinggi. Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
16
B. ADMINISTRASI KEPESERTAAN I. Persyaratan Administrasi : 1. Rekomendasi dari Direktur Rumah Sakit :
Ketentuan
bagi
kepesertaan
yang
berhak
untuk
mendapatkan surat rekomendasi dari Direktur Rumah sakit : a. Penderita gangguan jiwa berat dan /atau pasung yang tidak memiliki kartu PBI, adalah penderita gangguan jiwa berat dan /atau pasung yang telah dibebaskan
dari
pasungnya
berdasarkan
surat
Keterangan dari Kepala Puskesmas dan diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat (Format Prov1) dan Foto kopi KTP dan/ atau KSK. b. Penderita Gizi Buruk kepesertaannya berdasarkan surat
Keterangan
diketahui
oleh
dari
Kepala
Kepala
Puskesmas
Dinas
dan
Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat atau asal pasien (Format Prov-2) dan Foto kopi KTP dan/ atau KSK. c. Penderita Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) kepesertaannya berdasarkan surat Keterangan dari Kepala Puskesmas dan diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat atau asal Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
17
pasien
(Format
Prov-3)
serta
laporan
KIPI
Kabupaten/Kota dan Foto kopi KTP dan/ atau KSK. d. Penderita
Kusta
dan
mantan
penderita
kusta,
Kelainan Kongenital, TBC, AIDS dan Ibu Hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir (neonatus) dengan resiko tinggi yang mereka bukan peserta PBI, SPM/SKM/SKTM, serta tidak mampu membayar premi sebagai peserta mandiri JKN, kepesertaannya ditetapkan dengan Surat Keterangan/Rekomendasi yang dikeluarkan oleh Direktur Rumah Sakit (Format Prov-4), dengan ketentuan : 1) Foto kopi KTP dan/ atau KSK; 2) Surat
Keterangan
Miskin
dari
kelurahan/
peserta
PBI/SPM/
Kecamatan; 3) Surat
Pernyataan
bukan
SKM/SKTM; 4) Surat Pernyataan pasien tidak mampu membayar premi JKN; 5) Penderita Kusta dan Mantan Penderita Kusta yang telah ditegakkan diagnosis positif menderita Kusta oleh dokter yang menangani di rumah sakit
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
18
6) Penderita kelainan kongenital untuk life saving yang ditetapkan oleh dokter yang menangani di Rumah Sakit sampai berumur 1 tahun. 7) Penderita TBC yang telah ditegakkan diagnosis positif (penggunaan kata positif dapat membuat rancu definisi dengan Penderita TBC BTA positif) menderita TBC oleh dokter yang menangani di rumah sakit dan Foto kopi KTP dan/ atau KSK. 8) Penderita AIDS yang telah ditegakkan diagnosis positif (tidak perlu kata positif) menderita AIDS oleh dokter yang menangani di rumah sakit. 9) Ibu Hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir (neonatus) dengan resiko tinggi yang dinyatakan dengan surat keterangan oleh dokter yang menangani di rumah sakit. 2. Rekomendasi dari Luar Rumah Sakit :
a. Seniman yang masuk dalam database eks Jamkesda. b. Penerima Layanan pada UPT Dinas Sosial Provinsi kepesertaannya
ditetapkan
dengan
Surat
Rekomendasi Kepala UPT Layanan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur (Format Prov-5).
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
19
c. Penghuni
Lapas
dan
Rutan
kepesertaannya
ditetapkan dengan surat Rekomendasi dari Kepala Lembaga
Pemasyarakatan
dan
Kepala
Rumah
Tahanan setempat (Format Prov-6). d. Gelandangan dan orang terlantar kepesertaannya ditetapkan dengan Surat Rekomendasi Kepala Dinas Sosial setempat (Format Prov-7). e. Pengungsi
masalah
sosial
yang
ditanggung
pemerintah Provinsi selama masih di penampungan milik
Pemerintah
Provinsi
ditetapkan
dengan
Keputusan Gubernur / Surat Keterangan Kepala Dinas Sosial Provinsi. f. Bayi yang dilahirkan dari pasangan suami istri pengungsi
masalah
berdasarkan
Surat
sosial
kepesertaannya
Keterangan
Kelahiran
dan
fotocopy (milik orang tua) Keputusan Gubernur Jawa Timur/
Surat
Keterangan
Kepala
Dinas
Sosial
Provinsi. 3. Rekomendasi Khusus yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi
atas
permintaan
Provinsi/Kabupaten/Kota :
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
20
Masyarakat Miskin selain kepesertaan yang telah diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 138 tahun 2016 dan selain peserta PBI, yang mendapat pelayanan kesehatan di PPK, karena kondisi tertentu dan atas permintaan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota
dengan
Surat
Rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Format Prov-8) , dengan persyaratan : Surat permohonan dari Pemerintah Provinsi (Gubernur, Kepala
Biro
Kesra)/
(Bupati/Walikota,
Pemerintah
Kepala
Kabupaten/Kota
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota dilampiri dengan : a. Foto kopi KTP dan/ atau KSK Pasien; b. Surat
Keterangan
Miskin
dari
kelurahan/
Kecamatan; c. Surat Pernyataan bukan peserta PBI/SPM/ SKM/SKTM; d. Surat
Pernyataan
pasien
tidak
mampu
membayar premi JKN; II. Persyaratan Administrasi Kepesertaan : 1. Penderita dan Mantan Penderita Kusta
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
21
a. Fotocopy Surat Rekomendasi dari Direktur Rumah Sakit b. Fotocopy
KTP
dan/atau
KSK
dan/atau
Surat
Keterangan Domisili 2. Seniman a. Fotocopy Surat Rekomendasi dari Dewan Kesenian Jawa Timur dan masuk dalam Database eks kepesertaan Jamkesda b. Fotocopy KTP dan/atau KSK 3. Penderita Jiwa Berat dan/atau Jiwa pasung a.
Fotocopy Surat Rekomendasi dari Direktur Rumah Sakit
b. Fotocopy Surat Keterangan dari Kepala Puskesmas diketahui
oleh
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat (penderita pasung) c.
Diagnosa dari Dokter Spesialis Jiwa (bagi penderita gangguan jiwa berat)
d. Fotocopy KSK atau Keterangan Domisili Kelurahan 4. Penerima Layanan pada UPT Dinas Sosial Provinsi Fotocopy Surat Rekomendasi dari Kepala / Pejabat yang berwenang pada Layanan UPT Dinas Sosial Provinsi Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
22
5. Gelandangan dan orang terlantar Fotocopy Surat Rekomendasi dari Kepala / Pejabat yang berwenang di Dinas Sosial Kabupaten/Kota setempat (apabila bayi baru lahir maka kepesertaannya mengikuti kunjungan
kepesertaan berikutnya
orangtuanya maka
dan
harus
untuk
meminta
rekomendasi dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota sesuai dengan nama anaknya) 6. Penghuni Lapas/Rutan a. Fotocopy
Surat
Rekomendasi
dari
Kepala
Lapas/Rutan dan atau pejabat yang berwenang di Lapas/Rutan b. Fotocopy Surat Rujukan dari Klinik Lapas/Rutan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (RS Provinsi, UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, RS Rujukan
Regional
dan
RS
Jiwa
Dr.
Radjiman
Wediodingrat Lawang). 7. Kepesertaan Khusus bagi
penderita TBC, AIDS, Ibu
Hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir (neonatus) dengan resiko tinggi : Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
23
a. Fotocopy Surat Rekomendasi dari Direktur Rumah Sakit b. Fotocopy KTP dan/atau KSK c. Fotocopy surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas) ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan (RS Provinsi, UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, RS Rujukan Regional dan RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodingrat Lawang). 8. Penderita Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) a. Fotocopy Surat Rekomendasi dari Direktur Rumah Sakit b. Fotocopy Surat Keterangan dari Puskesmas dan diketahui
oleh
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota c.
Fotocopy Formulir KIPI diisi dengan lengkap oleh Dokter Puskesmas
d. Fotocopy Laporan KIPI Kabupaten/Kota e. Fotocopy KSK atau Surat Keterangan Domisili 9. Penderita Gizi Buruk a. Fotocopy Surat Rekomendasi dari Direktur Rumah Sakit
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
24
b. Fotocopy Surat Keterangan dari Puskesmas dan diketahui
oleh
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota c.
Fotocopy KSK atau Surat Keterangan Domisili
10. Pengungsi Masalah Sosial selama di Penampungan Milik Provinsi a. Kepesertaannya
berdasarkan
Keputusan
Gubernur/Surat Keterangan Kepala Dinas
Sosial
Provinsi b. Bagi bayi yang baru dilahirkan dari pasangan suami istri pengungsi Masalah Sosial kepesertaannya berdasarkan
surat
keterangan
kelahiran
dan
melampirkan identitas orang tuanya masuk dalam Keputusan
Gubernur/Surat
Keterangan
Kepala
Dinas Sosial Provinsi. 11. Peserta dengan Rekom Khusus dari Dinas Kesehatan Provinsi a. Fotocopy Surat Rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi b. Fotocopy KTP dan/atau KSK III.Masa Berlaku Surat Rekomendasi : a. 1 (satu) bulan: Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
25
- Surat
Rekomendasi
Gelandangan
dan
bagi
Orang
kepesertaan Telantar
yang
diterbitkan oleh Dinas Sosial Kabupaten/ Kota. b. 3 (tiga) bulan: - Surat Rekomendasi dari Direktur Rumah Sakit c. 1 (satu) kali episode pelayanan kesehatan : - Surat
Rekomendasi
dari
Dinas
Kesehatan
Provinsi Jawa Timur bagi penderita kasus khusus atas permintaan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota d. Tidak ada ketentuan batas masa berlaku selama pasien masih berada di tempatnya : - Surat Rekomendasi Panti dari Panti Sosial milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur - Surat Rekomendasi dari Lapas / Rutan e. Tidak ada ketentuan batas masa berlaku : - Surat Rekomendasi Penderita Kusta dari Direktur Rumah Sakit f.
Masa Berlaku Surat Keterangan Surat
Keterangan
dari
Puskesmas
(Jiwa
Pasung, KIPI, Gizi Buruk) tidak ada ketentuan
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
26
batas masa berlaku selama kasus tersebut belum selesai.
C.
KELENGKAPAN BERKAS KLAIM
Persyaratan
berkas
klaim
yang
diajukan
ke
Dinas
Kesehatan Provinsi : 1. Kepesertaan - Foto
copy
identitas
kepesertaan
(Surat
Rekomendasi), jika terdapat perbedaan antara identitas kepesertaan dengan KTP/KSK maka harus di lampiri Surat Keterangan dari Kelurahan/Keca matan setempat. - Foto copy KTP dan/ KSK Untuk kepesertaan anak yang belum masuk KSK maka
harus
melampirkan
Akte
atau
Surat
Keterangan Kelahiran. 2. Rujukan -
Foto copy rujukan berjenjang sesuai tingkat pelayanan Kesehatan.
-
Untuk kasus Rawat Inap pasien dengan kasus Emergency (sesuai kreteria diagnosa emergency),
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
27
menyertakan surat keterangan rawat dari dokter IGD.
3. Lampiran Pelayanan Pasien -
Form INA-CBG’s / lembar case mix harus ada nama
dan
tanda
tangan
dokter
yang
merawat. -
Billing / kwitansi tarif pelayanan pasien (karcis pelayanan, pemeriksaan penunjang, terapi, tindakan medik, biaya obat dan lainlain).
-
Form
bukti
pelayanan
pemeriksaan
penunjang (Laboratorium, Radiologi). -
Form
bukti
pelayanan
pemberian
terapi
(Fisiotrapi, Radiotrapi, Kemoterapi dan lainlain). -
Copy resep pemberian obat pasien (untuk kasus klaim obat yang di bayarkan secara terpisah dari Paket INA CBG’s).
4. Jika Pasien mendapat tindakan khusus (Rawat Inap): -
Melampirkan
Foto
Copy
Resume
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
Medik 28
Pasien. -
Melampirkan Foto Copy Resume Operasi atau tindakan bedah lainnya.
-
Melampirkan Foto Copy hasil pemeriksaan Penunjang
Diagnostik
(Laboratorium,
Radiologi). -
Pemberian obat di luar Paket harus dilampiri surat persetujuan dari komite medik / dokter supervisor.
5. Klaim Alat Kesehatan -
Surat Keterangan medis dari dokter yang merawat (keterangan indikasi medis) atau resep.
-
Kwitansi (dari Rumah Sakit) harga alat Kesehatan (Kacamata, Alat bantu dengar, Protesa alat gerak, Protesa gigi, Korset tulang belakang, Collar neck, Alat bantu gerak / Kruk).
6. Klaim Continuos Ambulatory Peritonial Dialysis (CAPD) : -
Surat Keterangan medis dari dokter yang merawat (keterangan indikasi medis) atau
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
29
Resep. -
Protokol terapi dan regimen penggunaan consumable CAPD.
-
Kwitansi consumable CAPD.
7. Klaim Ambulance A. Ambulance Pemulangan Jenazah : - Foto copy kepesertaan, PBI-JKN / KIS. - SEP (Surat Eligibilitas Peserta) dari BPJS Kesehatan - Surat Kematian dari dokter yang merawat beserta stempel Rumah Sakit. - Kwitansi klaim pelayanan Ambulance (Tarif Ambulance mengikuti standart tarif sesuai Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit, tarif yang dimaksud berdasarkan satuan perkilometer). B. Ambulance Droping kasus Jiwa; - Foto copy kepesertaan, PBI-JKN / KIS. - SEP (Surat Eligibilitas Peserta) dari BPJS - Surat keterangan sembuh dari dokter yang merawat atau surat pulang / keluar dari Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
30
Rumah Sakit. - Kwitansi klaim pelayanan Ambulance (Tarif Ambulance mengikuti standart tarif sesuai SK Direktur Rumah Sakit, tarif yang dimaksud
berdasarkan satuan
perkilometer). - Surat Keterangan penyerahan Pasien ke keluarga / Pengurus Panti / Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos).
II. PROSES PENGKODINGAN UNTUK KLAIM INA-CBG’S
1. Penegakan Diagnosa Utama a. Diagnosa akhir selama dilakukan perawatan dengan kriteria paling banyak menggunakan sumber daya atau hari rawatan paling lama b. Diagnosa Utama harus sesuai dengan tindakan prosedur Utama (tindakan bedah atau non bedah) c. Diagnosa tersebut disertai upaya penegakan diagnosis dan tindakan pengobatan / terapy selama episode perawatan Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
31
2. a.
Diagnosa Sekunder Diagnosa yang menyertai diagnosa utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode pelayanan
b.
Diagnosa tersebut disertai upaya penegakan diagnosis dan tindakan pengobatan / terapy selama episode perawatan
c.
Diagnosa sekunder bukan riwayat pasien sebelum pasien dilakukan perawatan
3.
Tindakan Prosedur
a.
Tindakan
Prosedur
harus
relevan
dengan
diagnosa Utama b.Prosedur tersebut dilakukan pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode perawatan 4. Pasien yang datang untuk kontrol ulang dengan diagnosis yang sama seperti kunjungan sebelumnya di rawat jalan harus
menggunakan kode “Z” sebagai
diagnosis utama dan kondisi penyakitnya sebagai diagnosis sekunder. 5. Kasus Rawat Inap dengan kemoterapi berulang dan pelepasan platina (Pen) harus menggunakan kode “Z” Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
32
sebagai diagnosa utama dan kondisi penyakitnya sebagai diagnosis sekunder 6. Kasus dengan kepesertaan KIPI, Gizi Buruk,
Jiwa
Pasung, Hemodialisa, Thalasemia, Hemofilia, Kelainan Kongenital, TB MDR (inkonsistensi penyebutan antara penderita TBC dan TBC Kebal Obat) dan AIDS pengkodingan
diagnosa utama harus
disesuaikan
dengan kepesertaan pasien 7. Episode Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk
konsultasi
dan
pemeriksaan
dokter,
pemeriksaan penunjang maupun pemeriksaan lainnya. Episode Rawat Jalan a. Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi pasien dan
dokter
serta
antara
pemeriksaan
penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru. Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
33
b. Pasien yang membawa hasil pemeriksaan penunjang
pada
hari
pelayanan
yang
berbeda yang dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi medis, dianggap sebagai episode baru. c. Pemeriksaan
penunjang khusus
dirawat
jalan (MRI, CT Scan) tidak menjadi episode baru karena termasuk dalam special CMG. d. Pelayanan IGD, pelayanan rawat sehari maupun pelayanan bedah sehari (One Day
Care/Surgery) termasuk rawat jalan. e. Pelayanan IGD pasien harus masuk dalam kriteria emergensi (sesuai lampiran) apabila tidak
termasuk
kriteria
maka
harus
dilampirkan rujukan. f. Pasien
yang
datang
ke
rumah
sakit
mendapatkan pelayanan rawat jalan pada satu atau lebih klinik spesialis pada hari yang sama, terdiri dari satu atau lebih diagnosis, dimana diagnosis satu dengan Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
34
yang lain saling berhubungan atau tidak berhubungan,
dihitung
sebagai
satu
episode. g. Pasien datang kembali ke rumah sakit dalam
keadaan
darurat
(pasien
harus
masuk dalam kriteria emergensi) pada hari pelayanan yang sama, maka dianggap sebagai episode baru. Episode Rawat Inap a. Episode Rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan
jika
pasien
mendapatkan
perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap. b. Pasien yang masuk ke rawat inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di rawat jalan
atau
gawat
darurat,
maka
kasus
tersebut termasuk satu episode rawat inap, Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
35
dimana pelayanan yang telah dilakukan di rawat
jalan
atau
gawat
darurat
sudah
termasuk didalamnya c. Pasien datang kembali rawat inap apabila pasien tersebut masih dalam diagnosa yang sama dalam selang waktu 1 (satu) hari, maka klaim tersebut dijadikan satu episode perawatan rawat inap sebelumnya, apabila pasien tersebut dengan kasus yang berbeda dengan perawatan rawat inap sebelumnya maka dianggap sebagai episode baru.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
36
BAB III TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN
A. KETENTUAN UMUM 1. Pemberi
Pelayanan
Kesehatan
yang
selanjutnya
disingkat PPK dalam penyelenggaraan
Pembiayaan
Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa
Timur
adalah
Rumah
Sakit
Daerah
milik
Pemerintah Provinsi, Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan
Provinsi,
Rumah
Sakit
Rujukan
Regional (RSUD Ibnu Sina Gresik, RSUD Dr. Iskak Tulungagung,
RSUD
Dr.
Soebandi
Jember,
RSUD
Sidoarjo dan RSUD Jombang) dan Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. 2. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PPK adalah pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik 3. Kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien rawat inap kasus gawat darurat dapat dipenuhi dalam waktu maksimal 3 x 24 jam hari kerja (administrasi mengikuti orang). 4. Loket pendaftaran di RS Daerah Milik Provinsi, UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, RS Rujukan Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
37
Regional
dan RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang disesuaikan dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku di masing-masing rumah sakit, untuk UGD buka 24 jam. 5. Pemberian pelayanan kesehatan berorientasi kepuasan pelanggan
yang dilaksanakan dengan mudah, ramah
dan profesional. 6. Setiap peserta dapat memperoleh pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan
di
RS
yang
memberi
pelayanan
kesehatan dalam Pelaksanaan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur. 7. Pelayanan kesehatan rujukan menerapkan pelayanan terstruktur dan berjenjang berdasarkan indikasi medis dan kemampuan sumber daya kesehatan. 8. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta Pelaksanaan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur secara langsung. 9. Pelayanan obat di RS PPK Pelaksanaan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur mengikuti ketentuan sbb : Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
38
a. Instalasi Farmasi di
RS Provinsi , UPT Dinkes
Provinsi Jatim, RS Rujukan Regional dan RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodingrat Lawang bertanggungjawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai yang diperlukan pasien mengacu pada Formularium Nasional Program JKN. b. Penggunaan obat di luar Formularium Nasional JKN dalam rangka penyelamatan jiwa (life saving) maka Rumah Sakit bisa memenuhi obat tersebut setelah ada persetujuan dari
Komite Farmasi dan Terapi
(KFT) atau Komite Medik. c.
Pemberian obat untuk pasien rawat jalan diberikan sekurang-kurangnya untuk 3 (tiga) hari pengobatan.
d. Pemberian obat untuk pasien penyakit kronis dapat diberikan selama 30 hari, dengan ketentuan 7 hari masuk paket INA CBG’s dan yang 23 hari diklaim terpisah di luar paket INA CBG’s serta diklaimkan sebagai tarif Non INA CBG’s, dan harus tercantum pada Formularium Nasional. e. Pemberian
obat
untuk
pasien
rawat
inap
menerapkan prinsip One Day Dose Dispensing.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
39
10. Pelayanan
Kesehatan
RJTL
(Rawat
Jalan
Tingkat
Lanjutan) dan RITL (Rawat Inap Tingkat Lanjutan) di Rumah
Sakit
PPK
Penyelenggaraan
Pembiayaan
Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur mencakup tindakan medik, pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya yang dilakukan secara terpadu. 11. Paket tarif INA-CBG’s mengikuti update terbaru dari Kementerian Kesehatan RI. 12. Pemberian obat diluar tarif paket INA-CBG’s mengacu pada Formularium Nasional (Fornas). 13. Pelayanan dan pemberian obat yang dapat diklaimkan diluar tarif paket INA - CBG’s mengikuti ketentuan Program JKN dengan ketentuan harga mengikuti e – Katalog ditambah biaya pelayanan kefarmasian, apabila tidak terdapat pada e - Katalog maka harga sesuai dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit. 14. Rumah Sakit Khusus hanya dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai bidang kekhususannya dan bidang lain yang menunjang kekhususannya tersebut (sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
40
Nomor 340 Tahun 2010), berlaku tarif sesuai kelas rumah sakit. 15. Dalam hal pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit khusus di luar kekhususannya berlaku tarif rumah sakit satu kelas di bawah penetapannya B. PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN 1. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Jamkesda adalah
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
milik
Pemerintah Provinsi, Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi dan Rumah
Sakit
Umum Daerah milik Pemerintah Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodingrat Lawang dan Rumah Sakit Rujukan Regional untuk memberi pelayanan Kesehatan kepada peserta Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin. 2. Pelayanan Kesehatan diklasifikasikan ke dalam bentuk pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan. 3. Pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan Kesehatan yang dilakukan di Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
41
Puskesmas
dan
jaringannya
Pembantu,
Puskesmas
yaitu
Keliling,
Puskesmas
Polindes
dan
Ponkesdes. 4. Pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan adalah pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik. a. Untuk
pelayanan
dilaksanakan
di
kesehatan
Rumah
spesialistik
Sakit
Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, UPT Dinas
Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, Rumah Sakit Haji, Rumah Sakit Dr Soedono Madiun, Rumah Sakit Jiwa Menur dan Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang hal tersebut tidak berlaku pada :
Kasus
Gawat
Gelandangan Pengungsi
Darurat, dan
orang
Seniman, terlantar,
Masalah Sosial, Penderita
Jiwa berat dan/atau Pasung, penerima layanan pada UPT Dinas Sosial Provinsi;
Kasus Kusta
Kasus
jiwa
rujukan
hanya
dari
Puskesmas. Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
42
Kasus Lapas dan Rutan rujukan dari klinik Lapas dan Rutan.
b. Untuk pelayanan Kesehatan Sub spesialistik dilaksanakan di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya dan Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang, hal tersebut tidak berlaku pada :
Kasus
Gawat
Gelandangan
Darurat, dan
Seniman,
Orang
terlantar,
Pengungsi Masalah Sosial, Gangguan Jiwa Berat dan atau/Pasung, penerima pada layanan UPT Dinas Sosial Provinsi
Kasus
jiwa
rujukan
hanya
dari
Puskesmas.
Kasus Lapas dan Rutan rujukan dari klinik Lapas dan Rutan.
5. Surat rujukan berlaku selama 1 (satu) bulan kecuali : a. Pasien setelah rawat inap di sertakan surat keterangan kontrol dari dokter yang merawat yang berlaku satu kali kunjungan. b. Pasien
yang
perawatan
mendapat Kemoterapi,
pengobatan
/
Radioterapy,
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
43
Fisioterapy, perawatan luka disertakan surat keterangan
dari
dokter
yang
merawat
(regimen pengobatan /perawatan). 6. Surat rujukan berlaku 3 (tiga) Bulan untuk kasus Jiwa. 7. Pelayanan
Kesehatan
menggunakan
surat
rujukan
rujukan
yang
harus sesuai
(diagnosa pada rujukan harus terkait dengan poli yang dituju). 8. Kunjungan ke poli lain yang tidak sesuai dengan diagnosa pada surat rujukan, apabila masih berhubungan
dengan
diagnosa
utama
diberlakukan sistem konsul antar poli dan berlaku 1 (satu) kali kunjungan. 9. Pemberian
pelayanan
Kesehatan
berorientasi
kepuasan pelayanan yang dilaksanakan dengan efektif, efisien, mudah, ramah dan profesional. 10. Mendahulukan pemberian pelayanan Kesehatan pada pasien yang datang dari pada kelengkapan administrasi (sebagaimana diatur dalam sub bab administrasi
kepesertaan).
Kelengkapan
administrasi pasien rawat inap (dengan kasus Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
44
emergency)
dapat
dipenuhi
dalam
waktu
maksimal 3 x 24 jam hari kerja. 11. Bagi pasien yang masih mengurus persyaratan administrasi
diantaranya
Rekomendasi
dari
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dijamin sejak awal perawatan. Apabila pasien mengurus
persyaratan
aministrasi
tersebut
setelah keluar dari rumah sakit (dengan kondisi sembuh, pulang paksa, kabur) maka kepesertaan tersebut tidak berlaku, kecuali pasien meninggal dunia dalam rentang waktu 3 x 24 jam hari kerja dapat ditanggung sejak awal perawatan. 12. Bagi pasien Rawat Inap melalui IGD yang masih mengurus
persyaratan
administrasi
(Surat
Rekomendasi (Panti, Lapas/Rutan, Gelandangan dan Orang Terlantar, Jiwa Pasung, KIPI, Gizi Buruk), dijamin sejak awal perawatan selama Pasien masih di Rawat. Apabila pasien mengurus persyaratan aministrasi tersebut setelah keluar dari rumah sakit (dengan kondisi sembuh, pulang paksa, kabur) maka kepesertaan tersebut tidak berlaku, kecuali pasien meninggal dunia setelah Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
45
Keluar Rumah Sakit dihitung dalam waktu 3 x 24 jam hari kerja dapat ditanggung sejak awal perawatan. 13. Pelayanan emergency harus menyertakan form Instalasi
Gawat
Darurat
(IGD),
terdapat
anamnesa pasien serta tandatangan dokter yang bertanggung jawab yang disertai dengan stempel IGD. 14. Loket pendaftaran di Rumah Sakit RS Provinsi, UPT Dinkes Provinsi Jawa Timur, RS Rujukan Regional dan RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodingrat Lawang disesuaikan dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku di daerah masingmasing, untuk IGD buka 24 jam. 15. Pelayanan obat di Rumah Sakit RS Provinsi, UPT Dinkes Provinsi Jawa Timur, RS Rujukan Regional dan RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodingrat Lawang dengan ketentuan sbb : a. Instalasi Farmasi/Apotek di Rumah Sakit RS Provinsi dan UPT Dinkes Provinsi Jawa Timur, RS Rujukan Regional dan RS Jiwa Dr. Radjiman
Wediodingrat
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
Lawang 46
bertanggungjawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai yang diperlukan pasien mengacu pada Formularium Nasional Program JKN. b. Pemberian obat untuk pasien rawat jalan tingkat lanjutan diberikan untuk 3 (tiga) hari pengobatan kecuali untuk penyakit-penyakit kronis tertentu diberikan selama 30 (tiga puluh) hari dengan ketentuan 7 (tujuh) hari masuk dalam paket INA CBGs dan yang 23 (dua puluh tiga) hari diklaim tersendiri dan terpisah. c. Klaim obat kronis yang dapat diklaimkan diluar tarif paket INA - CBG’s hanya berlaku untuk pasien rawat jalan tingkat lanjutan dan mengikuti ketentuan Program JKN dengan harga mengikuti e-catalogue di tambah Faktor pelayanan kefarmasian. Apabila harga obat tidak tercantum dalam e-catalogue, maka acuannya menggunakan harga sesuai Surat Keputusan (SK) Direktur Rumah Sakit.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
47
d. Klaim penyakit kronis adalah penyakit yang membutuhkan obat untuk pemakaian rutin selama 30 hari sesuai indikasi medis, Pasien yang tidak memerlukan pengobatan rutin selama 30 hari setiap bulan tidak
termasuk
dalam ketentuan ini karena keseluruhan obat sudah termasuk dalam paket INA CBG’s. e. Pemberian
obat
kronis
tertentu
yang
dimaksud pada poin (d) mengacu pada Formularium
Nasional
dengan
kriteria
diagnosa : 1) Diabetes mellitus 2) Hipertensi 3) Jantung 4) Asma 5) Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) 6) Epilepsy 7) Gangguan
Kesehatanjiwa
(Schizophrenia) 8) Stroke 9) Sistemik Lupus Erytematosus (SLE) 10) Sirosis Hepatis Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
48
f. Selain penyakit tersebut, pihak RS bisa menambahkan sesuai kondisi di RS tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Pihak RS membuat SK Direktur bahwa penyakit
tersebut
termasuk
dalam
kriteria kronis. 2) Pemberlakuan
sejak
SK
Direktur
di
keluarkan. 3) Membuat
daftar
obat
kronis
untuk
masing-masing penyakit tersebut yang mengacu pada formularium nasional dan harga sesuai e-catalogue di tambah Faktor pelayanan kefarmasian. Apabila harga obat tidak tercantum dalam e-
catalogue, maka acuannya menggunakan harga
sesuai
Surat
Keputusan
(SK)
Direktur Rumah Sakit. g. Obat Tambahan bisa di klaim secara terpisah dengan kriteria : 1) Obat tersebut untuk mengurangi efek samping dari obat utama Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
49
2) Obat tersebut untuk mengatasi penyakit penyerta h. Klaim obat kronis dan obat tambahan harus sesuai kode diagnosa Utama atau diagnosa sekunder i.
Penggunaan obat Program untuk penyakit HIV dan AIDS, TB, malaria, kusta, penyakit lain, dan vaksin ditetapkan oleh Menteri tidak dapat di klaim terpisah dari paket INA CBG’s.
j. Pemberian obat untuk pasien rawat inap menerapkan
prinsip
One
Day
Dose
Dispensing. Jika diperlukan, pada saat pasien pulang dapat diberikan obat selama 3 hari. k. Pemberian obat pada pasien Jiwa dan Kusta dalam satu kali kunjung rawat jalan minimal untuk 6 hari perawatan sesuai dengan kebutuhan medis maksimal 1 bulan. l.
Pemberian Obat Kemoterapi, Hemofilia dan Thalassemia : - Pemberian obat kemoterapi, Hemofilia dan Thalassemia mengacu pada Formularium Nasional
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
50
- Pemberian obat kemoterapi hanya bisa digunakan untuk terapi penyakit kanker dan pengajuan klaim obat kemoterapi harus sesuai Formularium Nasional dan harga sesuai di e-catalogue - Pengajuan klaim pada pelayanan rawat jalan thalassemia yang menerima terapi kelasi besi dilakukan dengan input data pasien sesuai pelayanan thalasemi rawat inap INA-CBG’s dan hanya diklaimkan satu kali dalam satu bulan untuk pengajuan klaim obat sesuai Top UP INA CBG’s. - Pengajuan klaim pada pelayanan rawat jalan hemofilia A dan hemofilia B yang menerima
faktor
pembekuan
darah
dilakukan dengan input data pasien sesuai pelayanan hemofilia A dan hemofilia B rawat inap INA-CBG’s, yang pengajuan klaim obat sesuai kelas rumah sakit dan regionalisasi tarif. (Permenkes No 59 th 2014 Hal. 14).
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
51
16. Obat yang dapat diklaimkan diluar tarif paket INA-CBG’s harus dientry dalam software Entry Biaya Lain Jamkesda. 17. Untuk update harga obat di Progam Software Entry Biaya Lain sesuai dengan instruksi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dengan mengikuti harga e-catalogue saat penerbitan update harga obat 18. Pelayanan Kesehatan RJTL (Rawat Jalan Tingkat Lanjutan)
dan
Lanjutan)
di
RITL
(Rawat
Rumah
Sakit
Inap PPK
Tingkat Jamkesda
Kabupaten/Kota dan Provinsi mencakup tindakan medik, pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan
darah
serta
pelayanan
lainnya
dilakukan secara terpadu. 19. Bahan habis pakai, darah, dan pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya di Rumah Sakit diklaimkan dalam satu paket INA-CBG's. 20. Paket tarif INA CBG’s mengikuti update tarif
INA
CBG’s
terbaru
dari
paket
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
52
21. Untuk memenuhi kesesuaian INA-CBG’s, dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosa aktual
yang tepat
sesuai
dengan
prosedur
penunjang diagnose dan menuliskannya
pada
lembar case-mix. Jika diperlukan, coder dapat melakukan
konfirmasi
kepada dokter dalam
proses pengecekan diagnosa menurut ICD-10 dan/atau ICD-9 CM. Dokter penanggung jawab harus mencantumkan nama dan tandatangan pada berkas pemeriksaan (resume medik dan
case-mix). 22. Pada
kasus-kasus
dengan
diagnosa
yang
kompleks dengan severity level-3 menurut kode INA-CBG’s, harus mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk/diberi tanggung jawab oleh pihak Rumah Sakit. 23. Pada kasus Severity level-3, verifikator berhak melakukan penelusuran rekam medik untuk memastikan diagnosa dan pengkodingan pada berkas pasien. Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
53
24. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di instalasi rawat jalan atau instalasi gawat darurat hanya diklaim menggunakan 1 (satu) kode INACBG’s dengan jenis pelayanan rawat inap. 25. Pasien yang datang berobat pada dua instalasi rawat
jalan
(poli)
dengan
dua
atau
lebih
diagnosa, maka diagnosa tersebut dijadikan diagnosa sekunder dari diagnosa utama dan diklaimkan menggunakan 1 (satu) kode INACBG’s 26. Pasien yang datang berobat berkala dalam satu periode Rawat Jalan selama kurun waktu 3 (tiga) hari sejak kunjungan pertama (berturut turut) dengan Diagnosa dan Prosedur yang sama dalam hal
pemeriksaan
penunjang
maka
diklaim
menggunakan 1 (satu) Kode INA CBG’s Kecuali Fisioterapy, Rawat Luka dan Radioterapy. 27. Rumah
Sakit
Khusus
hanya
dapat
menyelenggarakan pelayanan Kesehatan sesuai Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
54
bidang kekhususannya dan bidang lain yang menunjang (sesuaidengan
ke
khususannya
lampiran
Peraturan
tersebut Menteri
Kesehatan Nomor 340 tahun 2010), berlaku tarif sesuai kelas rumah sakit 28. Dalam hal pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Khusus di luar kekhususannya berlaku tarif rumah sakit satu kelas di bawah penetapannya C. MANFAAT PELAYANAN KESEHATAN Manfaat pelayanan kesehatan yang disediakan dalam Pelaksanaan
Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur adalah Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan yang bersifat komprehensif sesuai indikasi medis kecuali beberapa hal yang dibatasi dan tidak dijamin dengan ruang lingkup wilayah pelayanan meliputi wilayah Provinsi Jawa Timur. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi antara lain: 1. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup : a. Administrasi pelayanan
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
55
b. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis dasar; c. Pemeriksaan,
pengobatan,
dan
konsultasi
spesialistik; d. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis; e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; f. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis; g. Rehabilitasi medis; h. pelayanan darah; i. pelayanan kedokteran forensik klinik; j. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan; k. Pelayanan keluarga berencana; l. perawatan inap non intensif; dan m.perawatan inap di ruang intensif. 2. Pelayanan yang dibatasi (Limitation) a. Kacamata diberikan dengan indikasi medis minimal sferis
0,5D
dan
silindris
0,25D,
dengan
nilai
maksimal Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
56
rupiah) berdasarkan resep dokter dan diberikan paling cepat 2 (dua) tahun sekali. b. Alat bantu dengar diberi penggantian dengan tarif maksimal Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sesuai resep dari dokter THT dan diberikan paling cepat 5 (lima) tahun sekali berdasarkan harga yang paling efisien
sesuai
kebutuhan
medis
pasien
dan
ketersediaan alat tersebut di daerah. c. Protesa alat gerak adalah kaki palsu dan tangan palsu diberikan berdasarkan resep dokter dan disetujui Komite Medik atau pejabat yang ditunjuk dengan mempertimbangkan alat tersebut memang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi sosial peserta tersebut. Tarif maksimal Rp. 2.500.000,(dua juta lima ratus ribu rupiah) dan diberikan paling cepat 5 (lima) tahun sekali atas indikasi medis. d. Protesa gigi yg berfungsi untuk mengembalikan fungsi pengunyahan. Tarif maksimal Rp. 1.000.000,(satu juta rupiah) untuk full protesa gigi, sedangkan untuk masing-masing rahang dengan tarif maksimal Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) dan diberikan Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
57
paling cepat 2 (dua) tahun sekali atas indikasi medis untuk gigi yang sama. e. Korset
tulang
belakang
diberikan
berdasarkan
rekomendasi dari dokter spesialis bedah saraf atau spesialis bedah tulang atau spesialis bedah umum dengan mempertimbangkan alat tersebut memang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi sosial pasien tersebut dengan tarif maksimal Rp. 350.000,(tiga ratus lima puluh ribu rupiah) diberikan paling cepat 2 (dua) tahun sekali atas indikasi medis. f. Collar Neck diberikan sebagai penyangga kepala dan leher karena trauma pada kepala atau leher atau fraktur tulang servical sesuai indikasi medis dengan tarif maksimal Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) diberikan paling cepat 2 (dua) tahun sekali atas indikasi medis. g. Alat bantu gerak / Kruk diberikan berdasarkan rekomendasi dari dokter spesialis bedah umum atau spesialis bedah tulang / Orthopedi sesuai indikasi medis dengan tarif maksimal Rp. 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) diberikan paling cepat 5 (lima) tahun sekali atas indikasi medis. Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
58
h. Kacamata, alat bantu dengar, protesa alat gerak, protesa gigi, korset tulang belakang, coller neck, alat bantu gerak / kruk tersebut di atas disediakan oleh Rumah Sakit yang bekerjasama dengan pihak-pihak lain dan diklaimkan terpisah dari tarif paket INA – CBG’s. i. Standar
Ambulatory
Tarif
untuk
pelayanan
Continous
Peritoneal Dialysis (CAPD)
dengan
ketentuan : pemasangan pertama sesuai dengan tarif INA-CBG’s, Consumables dan jasa pelayanan sebesar Rp. 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) per bulan sebagai tarif Non INA-CBG’s dan
Transfer set sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per set sebagai tarif Non INACBG’s. 3. Pelayanan yang tidak dijamin (Exclusion) a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku. b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan Program Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
59
Pembiayaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur, kecuali dalam keadaan darurat. c. Pelayanan
kesehatan
yang
telah
dijamin
oleh
program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja. d. Pelayanan
kesehatan
yang
terkait
dengan
kecelakaan lalu lintas yang telah dijamin oleh pihak lain. e. Pelayanan kesehatan dilakukan di luar wilayah Provinsi Jawa Timur. f. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik. g. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas. h. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi). i. Gangguan
kesehatan
atau
penyakit
akibat
ketergantungan obat dan/atau alkohol. j. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri,
atau
akibat
melakukan
hobi
yang
membahayakan diri sendiri. k. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupunktur, shin she, chiropractic, yang
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
60
belum dinyatakan
efektif
berdasarkan
penilaian
teknologi kesehatan (health technology assessment). l. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen). m. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu. n. Perbekalan kesehatan rumah tangga. o. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa / wabah. p. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah (preventable advers
events) dan q. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan kesehatan yang diberikan. r. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti sosial, baik dalam gedung maupun luar gedung. V. Pelayanan di Rumah Sakit Jiwa dan Kusta Untuk pelayanan kesehatan Jiwa dan Kusta klaim pasien pulang diatur sebagai berikut : Hari 1- hari 42
= tarif INA CBG’s (Fase Akut)
Hari 43 – hari 102
= ADL (Fase Sub Akut)
Hari 103 – keatas
= ADL (Fase Kronis)
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
61
Penilaian harus dilakukan dengan melampirkan copy rekam medik yang terkait dengan ADL (Activity Daily
Living) dan disertai dengan berkas Kuesioner WHODAS.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
62
BAB IV TATALAKSANA PENDANAAN
A. KETENTUAN UMUM 1. Peserta
Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur yang belum masuk program JKN/KIS, dibiayai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui mekanisme klaim. 2. Peserta
Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur dan yang belum masuk program JKN/KIS yang terdiri atas seniman, penerima layanan pada UPT Dinas Sosial Provinsi, penghuni Lapas dan Rutan, gelandangan dan orang terlantar yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap, pasien penderita kusta/mantan penderita kusta, pasien gangguan jiwa berat dan pasung, penderita kelainan congenital (cacat bawaan lahir), penderita gizi buruk, penderita
Kejadian
Ikutan
Pasca
Imunisasi
(KIPI),
pengungsi masalah sosial selama masih di penampungan milik pemerintah provinsi, penderita TBC, penderita AIDS dan Ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir (neonatus)
dengan
resiko
tinggi,
selama
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
belum 64
didaftarkan
ke
kesehatannya
BPJS
Kesehatan,
ditanggung
oleh
biaya
pelayanan
Pemerintah
Provinsi
melalui mekanisme klaim. 3. Biaya pelayanan kesehatan bagi peserta tersebut diatas ditanggung sesuai tarif INA – CBG’s dan ketentuan yang dikeluarkan
oleh
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia. 4. Masyarakat
miskin
dan
PBI
JKN
yang
mendapat
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Provinsi dan UPT Dinas Kesehatan Provinsi, maka dapat dibiayai dalam Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat
Miskin Provinsi Jawa Timur atas permintaan Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota. 5. Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah mengintegrasikan eks peserta
Jamkesda ke Program JKN yang dikelola
BPJS Kesehatan wajib memberikan laporan kepada Gubernur melalui Dinas Kesehatan Provinsi, apabila Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memberikan laporan sebagaimana
dimaksud
diatas,
maka
Pemerintah
Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas pembiayaan pelayanan kesehatan dimaksud. 6. Biaya transportasi rujukan ke UPT Dinkes Provinsi Jawa Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
65
Timur, RS Rujukan Regional, RS Daerah milik Provinsi, dan RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang tidak ditanggung
dalam
penyelenggaraan
Pembiayaan
Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur; 7. Biaya pelayanan transportasi pemulangan jenazah dan droping kasus jiwa di wilayah Provinsi Jawa Timur bagi peserta
Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur, Peserta PBI dan PBI-D yang mendapat pelayanan kesehatan di PPK Provider tahun 2017 pembiayaannya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi. 8. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) mengajukan berkas lengkap
klaim
dana
pelayanan
kesehatan
bagi
masyarakat miskin kepada Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. 9. Klaim sebagaimana dimaksud pada nomor 8 (delapan) dilakukan verifikasi oleh verifikator Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat 25 (dua puluh lima) hari kerja sejak berkas diterima lengkap oleh Dinas Kesehatan dari PPK.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
66
10. Berkas dinyatakan lengkap apabila ada surat pengantar klaim dari PPK yang dilampiri berkas klaim pelayanan dan soft copy file data INA CBG’s (txt) 11. Apabila terdapat revisi terhadap berkas klaim,
maka
dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja berkas yang sudah direvisi dikembalikan ke Dinas Kesehatan 12. Dalam hal terjadi keterlambatan proses verifikasi oleh verifikator yang tidak disebabkan atas keterlambatan masuknya berkas klaim dari fasilitas kesehatan ke Dinas Kesehatan, maka Dinas Kesehatan bertanggungjawab untuk melakukan proses penyelesaian tagihan klaim. 13. Khusus untuk kasus gawat darurat yang dilayani di fasilitas kesehatan swasta bukan PPK, maka pembayaran biaya pelayanan kesehatan pasien
dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila memerlukan perawatan lanjutan maka harus dirujuk ke PPK yang memiliki PKS (Perjanjian Kerjasama) dalam Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur. 14. Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dalam bentuk apapun.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
67
15. Pembiayaan pelayanan kesehatan yang didanai oleh Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur tidak boleh diklaimkan dengan dana sumber lain (duplikasi). 16. Peserta
Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur yang dirujuk ke Rumah Sakit yang tidak bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur maka biaya pelayanan kesehatan ditanggung oleh Pasien; 17. Biaya
pelayanan
kesehatan
peserta
Pembiayaan
Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur dibayar sesuai Tarif Paket INA – CBG’s dan ketentuan lain yang berlaku. 18. Tagihan klaim yang belum terbayar hingga tahun anggaran berjalan berakhir, dapat dibayar menggunakan anggaran pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin
tahun
anggaran
berikutnya
dengan
memperhitungkan kemampuan keuangan daerah. 19. Penyelesaian sisa tagihan klaim pelayanan kesehatan eks Program Jamkesda pada Tahun 2016 selanjutnya akan diverifikasi pada tahun 2017 oleh Dinas Kesehatan
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
68
Provinsi dan dibayar oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. 20. Pemerintah Provinsi dan Pemerntah Kabupaten/Kota wajib mengalokasikan anggaran Tahun 2017 untuk membayar klaim tagihan pelayanan kesehatan Tahun 2016. 21. Pada masa transisi antara Program Jamkesda dengan Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin tahun 2017 terdapat
beberapa
ketentuan peralihan : a. Pengajuan
klaim
pasien
rawat
inap
dengan
identitas kartu Jamkesda yang masuk rumah sakit sebelum tanggal 31 Desember 2016 dan keluar rumah sakit sebelum atau pada tanggal 31 Desember
2016
pembiayaannya
dengan
mekanisme sharing 50% Pemerintah Provinsi dan 50% Pemerintah Kabupaten/Kota b. Pengajuan
klaim
pasien
rawat
inap
dengan
identitas Kartu Jamkesda yang masuk Rumah Sakit sebelum atau pada tanggal 31 Desember 2016 dan keluar rumah sakit setelah tanggal 31
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
69
Desember
2016
pembiayaannya
ditanggung
Pemerintah Provinsi.
B. SUMBER DAN ALOKASI DANA Sumber
alokasi
Penyelenggaraan
Pembiayaan
Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur berasal dari Dana APBD Provinsi Jawa Timur sesuai Peraturan Gubernur Nomor 138 Tahun 2016 ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi . Alokasi dana tersebut untuk membiayai
pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin yang dirawat di kelas III UPT Dinkes Provinsi Jawa Timur, RS Daerah Milik Provinsi, RS
Rujukan
Regional
dan
Wediodingrat
Lawang.
Dana
RS
Jiwa
Dr.
Pembiayaan
Radjiman Pelayanan
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur juga untuk menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi peserta PBI Program JKN/KIS antara lain biaya pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan serta
biaya pemulangan jenazah dan droping
kasus jiwa.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
70
C.
PENYALURAN DANA Dana
untuk
Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur bersumber dari dana APBD Provinsi Jawa Timur dan disalurkan oleh Pemerintah Provinsi ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD. D. MEKANISME PENGAJUAN KLAIM 1. Besaran klaim untuk RS PPK mengacu tarif paket INACBG’s atau ketentuan lain yang berlaku. 2. Pengajuan Klaim biaya pelayanan kesehatan oleh PPK Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat
Miskin Provinsi Jawa Timur ke Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. 3. Terhadap klaim sebagaimana dimaksud pada nomor 2 dilakukan verifikasi paling lambat 25 (dua puluh lima) hari kerja sejak berkas diterima lengkap oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur; 4. Berkas klaim pelayanan kesehatan dinyatakan lengkap apabila ada surat pengantar klaim dari PPK dilampiri dengan soft copy file data INA CBG’s (txt);
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
71
5. Dalam hal terdapat revisi terhadap berkas klaim, maka dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja berkas sudah direvisi dan dikembalikan ke Dinas Kesehatan. 6. Hasil verifikasi klaim dituangkan
dalam
Berita
Acara
Persetujuan Klaim yang meliputi : a. Berita Acara Persetujuan Klaim untuk penerima pembiayaan pelayanan kesehatan bagi Masyarakat miskin yang berisi nilai persetujuan klaim dan dilampiri perhitungan klaim pelayanan rawat jalan, rawat inap dan ambulance. b. Berita Acara Persetujuan Klaim di luar paket INA CBG’s untuk penerima pembiayaan pelayanan kesehatan dilampiri dengan perhitungan klaim pelayanan rawat jalan dan rawat inap c.
Berita Acara Persetujuan Klaim untuk Ambulance Jenazah dan Droping Kasus Jiwa bagi peserta PBI dan
PBI-D
dilampiri
dengan
rekapitulasi
ambulance. d. Berita Acara Persetujuan Klaim beserta dokumen kelengkapannya Pembiayaan Pejabat
disetujui oleh Kepala Seksi
Pelayanan
Kuasa
Kesehatan
Pengguna
Rujukan,
Anggaran
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
Dinas 72
Kesehatan
Provinsi
dan
Direktur
Pemberi
Pelayanan Kesehatan. e.
Dokumen kelengkapan meliputi : (1)
kwitansi global;
(2)
rekapitulasi pelayanan kesehatan masyarakat miskin;
7.
Berita
(3)
klaim rawat jalan;
(4)
klaim rawat inap;
(5)
klaim ambulance;
(6)
rekapitulasi klaim.
Acara
Persetujuan
Klaim
beserta
dokumen
kelengkapannya harus dikembalikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja ke Dinas Kesehatan Provinsi. 8.
Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya Berita Acara Persetujuan Klaim beserta dokumen
kelengkapannya Dinas
menerbitkan
Surat
Perintah
Kesehatan
Membayar
Provinsi
(SPM)
dan
menyampaikan kepada BPKAD Provinsi untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada rekening masing-masing PPK;
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
73
9.
Form Berita Acara Persetujuan Klaim beserta dokumen kelengkapannya ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
E. MEKANISME PENCAIRAN DANA KLAIM 1. Hasil Verifikasi Klaim Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat
Miskin
Provinsi Jawa Timur
yang
dituangkan dalam Berita Acara Persetujuan Klaim yang telah disetujui oleh Pejabat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Direktur RS PPK kemudian oleh Dinas Kesehatan Provinsi diterbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang kemudian diserahkan ke Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Jawa Timur. 2. Selanjutnya Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Jawa Timur menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dan menyalurkan pencairan dana tersebut melalui transfer ke rekening Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK). F. PELAPORAN 1. Rumah Sakit Penyelenggaraan Pembiayaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin mengirimkan laporan sesuai Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
74
dengan format laporan Kesehatan
Provinsi
setiap
FORM RS PPK ke Dinas minggu
pertama
bulan
berikutnya. 2. Dinas Kesehatan Provinsi mengirimkan umpan balik pelaporan ke PPK setiap tribulan. 3. Seluruh berkas (dokumen klaim) dan lampirannya dari PPK diserahkan ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk diverifikasi. 4. Dinas Kesehatan Provinsi menyimpan
Seluruh berkas
(dokumen klaim) meliputi laporan : - Realisasi klaim - Utilisasi review pelayanan kesehatan
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
75
BAB V PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Provinsi Jawa Timur
terdiri dari Tim Pengelola Pembiayaan Pelayanan
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Provinsi dan Pelaksana verifikasi Program Jamkesda di RS Kabupaten/Kota, UPT Dinkes Provinsi Jawa Timur, RS Provinsi dan RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodingrat Lawang adalah Verifikator Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Tim Pengelola Program ini
bersifat internal lintas
program Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tim Pengelola melaksanakan pengelolaan pembiayaan
pelayanan
kesehatan bagi masyarakat di Jawa Timur meliputi kegiatan manajeman kepesertaan, pelayanan, keuangan, perencanaan dan SDM, informasi, hukum dan organisasi serta telaah hasil verifikasi.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
76
I.
TIM PENGELOLA PENYELENGGARAAN PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN PROVINSI JAWA TIMUR
1. Tim Pengelola Provinsi Tim Pengelola yang berkedudukan Provinsi terdiri dari Penanggung
Jawab
yang
dijabat
oleh
Kepala
Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Ketua Pelaksana dijabat oleh Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Sekretaris dijabat oleh Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan 15 (lima belas) orang Verifikator. Adapun Struktur Tim Pengelola Program : Penanggung
:
Jawab Ketua
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
:
Kepala
Bidang
Pelayanan
Seksi
Pelayanan
Kesehatan Sekretaris
:
Kepala
Kesehatan Rujukan Anggota
:
Verifikator Dinas Kesehatan Provinsi
2. Tim Pengelola Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
77
Tim Pelayanan
Pengelola Kesehatan
Penyelenggaraan Bagi
Pembiayaan
Masyarakat
Miskin
di
Kabupaten/Kota terdiri dari Penanggung Jawab dijabat oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Ketua Pelaksana dijabat oleh Sekretaris Dinas Kesehatan dan 3 (tiga) orang anggota (dapat
Kabupaten/Kota disesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Kabupaten/Kota). II. MONITORING DAN EVALUASI Monitoring
dilaksanakan
untuk
mendapatkan
gambaran tentang kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan
penyelenggaraan
Pembiayaan
Pelayanan
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Provinsi Jawa Timur, sedangkan
evaluasi
dilaksanakan
untuk
mengetahui
masalah-masalah teknis di lapangan, mencari solusi dan masukan guna perbaikan pelaksanaan untuk tahun-tahun berikutnya. Dalam rangka mendukung monitoring dan evaluasi diperlukan
pencatatan
dan
pelaporan
pelaksanaan
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur secara rutin. Laporan ini
dibuat oleh Puskesmas,
Rumah Sakit, dan
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
78
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi setiap Tribulan. Dinas Kesehatan Provinsi mengirim umpan balik laporan Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Provinsi
Jawa
Timur
melalui
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota setiap tribulan.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
79
BAB VI PENUTUP Kebijakan Kesehatan
Bagi
Penyelenggaraan Masyarakat
Pembiayaan
Miskin
Provinsi
Pelayanan Jawa
Timur
dimaksudkan untuk menjamin pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang belum masuk dalam kepesertaan JKN/KIS tahun 2017. Penyelenggaraan Program ini dikelola sendiri-sendiri oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, kesehatan
yang
diberikan
namun pelayanan
bersifat
komprehensif,
berkesinambungan dengan sistem rujukan terstruktur dan berjenjang pada fasilitas pelayanan kesehatan yang telah melakukan perjanjian kerjasama bagi RS Kabupaten/Kota yang menjadi Rumah Sakit Rujukan Regional. Buku Pedoman Pelaksanaan penyelenggaraan
Pembiayaan
ini sebagai acuan dalam
Pelayanan
Kesehatan
Bagi
Masyarakat Miskin Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2017. Apabila di kemudian hari diperlukan perubahan pada Pedoman Pelaksanaan ini, akan dilakukan penyempurnaan pada penyusunan Pedoman Pelaksanaan selanjutnya.
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
80
Penyelenggaraan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin – 2017
81