1
2018 PEDOMAN INDIKATOR MUTU KEPERAWATAN
[Type the author name] Kuningan Medical Center Luragung 2/28/2018
2
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan adalah bagian dari Pembangunan Nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut Departemen Kesehatan RI telah menyusun rencana strategis yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan melalui keputusan Menteri Kesehatan No 1274/MENKES/SK/VIII/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005-2009. Salah satu program pembangunan kesehatan adalah Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang bertujuan meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan perorangan. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan kemampuan sumber daya kesehatan yang harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga tercapai tujuan secara optimal. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan, disamping berfungsi memberi pelayanan tetapi juga melakukan pendidikan dan penelitian. Dalam menjalankan fungsi yang kompleks ini rumah sakit memerlukan sumber daya yang handal dan professional dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan kepakaran bekerja secara kolaborasi dan terpadu untuk mencapai pelayanan yang bermutu. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan memegang peranan penting dalam menentukan mutu pelayanan rumah sakit, tulang punggung dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan karena pelayanan keperawatan diberikan secara berkesinambungan selama 24 jam dan berada dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut keperawatan mempunyai kontribusi yang cukup besar untuk mewujudkan terlaksananya program-program yang telah
3
Pelayanan keperawatan bermutu merupakan keinginan dari setiap individu dan masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, perawat sebagai pemberi pelayanan perlu mengetahui ukuran dari suatu pelayanan yang dikatakan bermutu. Donabedian (1992) menyatakan bahwa peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan hal yang sangat penting, yang dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel yang meliputi input, proses dan out put/ out come. Evaluasi mutu pelayanan keperawatan selama ini dilaksanakan melalui survey akreditasi rumah sakit. Dari jumlah 1292 RS di Indonesia sampai dengan Juni 2007, sebanyak 641 (49,6%) Rumah Sakit telah terakreditasi (599 terakreditasi penuh, 42 terakreditasi bersyarat), dan 32 Rumah Sakit gagal terakreditasi. Namun demikian, hasil survey akreditasi belum dapat memberi gambaran pelayanan keperawatan bermutu secara keseluruhan karena survey hanya berfokus pada evaluasi input dan proses. Dalam upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan, Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan merasa perlu untuk menyusun pedoman pengukuran indikator klinik mutu pelayanan keperawatan rumah sakit. Penyusunan dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang menjadi isu dan sering terjadi dalam pelayanan keperawatan. Indikator klinik keperawatan yang disusun merupakan indikator mutu minimal yang dapat dilaksanakan oleh perawat di rumah sakit. Indikator tersebut meliputi : Keselamatan pasien (patient safety), perawatan diri (self care), kenyamanan, kecemasan, pengetahuan dan kepuasan. 2. TUJUAN a. Tujuan Umum Terpantaunya praktik pelayanan keperawatan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan. b.
Tujuan Khusus 1. Dipahaminya konsep mutu pelayanan keperawan 2. Dipahaminya indikator klinik pelayanan keperawatan 3. Diterapkannya
indikator
klinik
dalam
pelaksanaan
keperawatan 4. Dapat ditetapkan tingkat kualitas pelayanan kepera
pelayanan
4
BAB II MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
1. PENGERTIAN MUTU Mutu pelayanan keperawatan merupakan komponen penting dalam sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada klien. Penilaian terhadap kualitas praktik keperawatan dimulai sejak era Florence Nightingale (tokoh perawat) yang mengidentifikasi peran keperawatan dalam kualitas pelayanan kesehatan dan mulai mengukur hasil yang diharapkan pasien (patient out come). Ia mempergunakan metode statistik untuk mencatat hubungan ”patient outcomes” dengan kondisi lingkungan (Dossey, 2005; Nightingale, 1859/1946). Beberapa tahun kemudian pengukuran terhadap kualitas pelayanan kesehatan terus berkembang. Pada tahun 1970, ANA (American Nurses Association) melakukan diseminasi secara luas model penjaminan mutu terdiri dari komponen quality assurance (Rantz, 1995) dan mengenalkan model ”Donabedian’ structure, process and outcomes model (Donabedian, 1988, 1992) yang merupakan metode komprehensif untuk menilai mutu pelayanan kesehatan. Pada tahun 1994, ANA memperkenalkan Keselamatan Pasien dan Inisiatif Kualitas (ANA, 1995) yang merupakan pilot studi di Amerika, dibiayai oleh ANA untuk menilai hubungan staf keperawatan dengan kualitas pelayanan (ANA, 1996a, 1997, 2000a, 2000b, 2000c). Berbagai indikator mutu telah diidentifikasi, akhirnya ditetapkan 10 (sepuluh) indikator sensitif keperawatan yang dipergunakan untuk menilai kualitas asuhan pasien (Gallagher & Rowell, 2003) yaitu: a. Berdasarkan uraian singkat di atas, sebenarnya perhatian terhadap mutu pelayanan keperawatan sudah lama dimulai dan diterapkan di sarana pelayanan keseahatan. Beberapa pengertian tentang mutu secara umum diuraikan sebagai berikut, mutu adalah:
Kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen (Deming)
Kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk (Feigenbaum)
5
Pemenuhan terhadap kebutuhan/keperluan sesuai dengan apa yang dipersyaratkan atau distandarkan (Crosby)
Produk yang berorientasi pada pelanggan (Martinich, 1997: 563).
Kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi kebutuhankebutuhan pelanggan (Jay Heizer & Barry Render, 2001: 171)
b. Pengertian mutu sangat luas, tetapi mutu dapat diartikan dan diterapkan di keperawatan melalui pernyataan sebagai berikut, mutu adalah:
Caring” yang merupakan fokus/inti dari keperawatan
Bersifat relatif untuk setiap klien, dinamis dan selalu berubah dari waktu ke waktu dengan kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar profesional.
Berupa kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar operasional
Berupa pengawasan dimana diperlukan dalam lingkungan yang kompetitif
Merupakan tantangan yang harus diterima dan dipenuhi oleh keperawatan.
Mengelola mutu keperawatan relatif sulit karena hasil keperawatan bersifat unik dan dipengaruhi oleh sejumlah aktifitas, perilaku/perbuatan, keperluan, teori serta konsep-konsep yang tercakup dalam praktik keperawatan. Ada 3 (tiga) area tanggung jawab mutu dalam pelayanan keperawatan yang harus menjadi perhatian utama pada setiap organisasi keperawatan yaitu: pasien, praktisi dan profit/pembiayaan. Untuk area pasien, mutu digambarkan dengan asuhan keperawatan, praktisi digambarkan dengan penampilan kinerja perawat, serta profit digambarkan dengan pembiayaan keperawatan. Pada tahap awal, area mutu yang akan dibahas adalah pasien dalam bentuk hasil dari asuhan keperawatan. 2. INDIKATOR KLINIK KEPERAWATAN a. Pengertian Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan indikator klinik keperawatan. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi. Contoh, berat badan bayi pada umumnya adalah indikator status nutrisi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).
6
Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan satu kecenderungan sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992) dan WHO (1981) menguraikan indikator adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap pelayanan. b. Karakteristik Karakteristik dari suatu indikator adalah: 1. Sahih (valid) 2. Dapat dipercaya (reliable) 3. Peka (sensitive) 4. Spesifik (specific) 5. Berhubungan (relevan) c. Jenis Indikator Pada tahap pertama ditetapkan indikator klinik mutu pelayanan keperawatan klinik sebagai berikut: 1. Keselamatan pasien (patient safety) Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain. 2. Keterbatasan Perawatan Diri Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll. Keterbatasan perawatan diri merupakan terpenuhinya kebutuhan perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan diri untuk makan, mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi). Keterbatasan perawata diri dibagi menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan keperawatan.
7
c. Kepuasan pasien Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayananan keperawatan yang diharapkan. 1. Kecemasan Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman. Cemas yang masih ada setelah intervensi menurunkan kecemasan, yang diukur menjadi indikator klinik. 2. Kenyamanan Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. 3. Pengetahuan Discharge
Planning
adalah
suatu
proses
yang
dipakai
sebagai
pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam perencanaan pemulangan, pasien dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home, hospice, home care atau tempat – tempat lain diluar rumah sakit.
8
BAB II INDIKATOR MUTU KEPERAWATAN KLINIK 1. Indikator Mutu Keperawatan Menurut Depkes a. Angka Kejadian Dekubitus Topik Indikator Angka Kejadian Dekubitus Rasional
Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan integritas kulit. Terjadi akibat tekanan, gesekan dan atau kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya.
Formula
Jumlah kejadian dekubitus X 100 % Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan jumlah kejadian baru dekubitus yang terjadi selama periode waktu tertentu
Definisi operasional
Numerator (Pembilang)
Jumlah kejadian baru dekubitus selama dalam perawatan (insiden).
Denumerator
Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus, yaitu jumlah pasien yang mempunyai resiko terjadi dekubitus selama periode waktu tertentu. Pasien yang berisiko terjadi dekubitus adalah pasien baru setelah dilakukan pengkajian memiliki satu atau lebih faktor resiko sbb:
Frekuensi
a. Usia lanjut b. Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu dari tubuh tanpa bantuan, seperti pada cidera medula spenalis atau cidera kepala atau mengalami penyakit neuromuskular c. Malnutrisi / status gizi d. Berbaring lama, mengalami penekanan disalah satu/ lebih area tubuh lebih dari 2 jam di TT / penggunaan kursi roda e. Mengalami kondisi kronik seperti DM, Penyakit vaskuler. f. Inkontinen urine dan feses, yang dapat menyebabkan iritasi kulit akibat kulit yang lembab. Pengumpulan data dilakukan setiap hari Pelaporan dilakukan setiap bulan
9
b. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat Topik Indikator
Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat Oleh Perawat
Rasional
Kejadian kesalahan yang terjadi dalam pengobatan pasien. Kejadian kesalahan pengobatan pasien yang dirawat inap dapat mengakibatkan keadaan fatal atau kematian. Kejadian nyaris cidera (KNC) pada pasien (near miss), kejadian ini sebagai tanda bahwa adanya kekurangan dalam sistem pengobatan pasien dan mengakibatkan kegagalan dalam keamanan pasien. Kejadian tidak diharapkan (KTD) atau adverse event adalah : suatu kejadian salah pemberian obat yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan, karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak Hasil riset: 1 dari 5 pemberian obat berpotensi medication error (Leape, 2001)
Formula
Angka KTD dalam pemberian obat = Jumlah pasien yang terkena KTD dalam Pemberian obat x 100 Jumlah pasien pada hari tersebut Angka KNC dalam pemberian obat = Jumlah pasien yang terkena KNC dalam Pemberian obat x100% Jumlah pasien pada hari tersebut
Definisi operasional
Kejadian salah pemberian obat : Sesuai dengan 6 Benar 1. Salah pasien : Dikarenakan salah nama dan tidak sesuai identitas pada medical record 2. Salah waktu : a. Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadual)* b. Pemberian obat yang terlalu cepat (30 menit sesudah jadual)* c. Obat stop tetap dilanjutkan 3. Salah cara pemberian/ route : adalah salah cara memberikan obat (Oral, Intravena, Intra
10
musculer, Subcutan, Supositoria, Drip). Misal: Pemberian Intramuskuler diberikan secara Intravena, dll 4. Salah Dosis : a. Dosis berlebih : adalah jika obat diberikan melebihi dosis obat yang diresepkan dokter. b. Dosis Kurang adalah jika dosis obat yang diberikan kurang dari dosis yang diresepkan dokter 5. Salah obat : adalah obat yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter 6. Salah dokumentasi : adalah dokumentasi yang dilakukan tidak sesuai dengan pelaksanaan. Kriteria KTD: Kejadian tidak diharapkan (adverse event) : suatu kejadian salah pemberian obat yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak. Kriteria KNC: Kejadian nyaris cidera (near miss) : suatu kesalahan pemberian obat akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, yang dapat menciderai pasien tetapi cidera serius tidak terjadi karena keberuntungan karena pencegahan atau peringanan. Numerator (Pembilang)
Jumlah pasien yang mengalami kejadian pada pemberian kesalahan obat adalah jumlah insident Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau kejadian nyaris cedera (KNC) yang terjadi dalam 1 hari.
Denumerator
Jumlah pasien dalam sehari adalah jumlah pasien yang dihitung berdasarkan sensus.
11
c. Angka Kejadian Pasien Jatuh Topik Indikator Identifikasi pasien jatuh Rasional
Jatuh mengakibatkan cedera fisik, trauma psikologis dan kematian pada pasien usia sama dan lebih dari 65 tahun. Satu dari tiga pasien usia diatas 65 tahun jatuh setiap tahunnya. (referensi ??) Rekomendasi kelompok untuk mencari angka kejadian anak yg jatuh dalam kurun waktu tertentu. Kejadian yang tidak diharapkan yang berhubungan dengan pasien jatuh meliputi : patah tulang, injuri jaringan lunak, dan ketakutan jatuh kembali. Intervensi yang didasarkan pada pengkajian proactive, antisipasi kebutuhan pasien, dan partisipasi dari tim multidisiplin dalam pencegahan pasien jatuh adalah kritis
Formula
Jumlah pasien jatuh
X 100%
Jumlah pasien yang beresiko jatuh Definisi operasional
Pasien Jatuh adalah jatuhnya pasien di unit perawatan pada saat istirahat maupun saat pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh serangan stroke, epilepsy, seizure, bahaya karena terlalu banyak aktivitas. Angka Kejadian Pasien Jatuh adalah presentasi jumlah insidensi pasien jatuh yang terjadi di unit perawatan pada periode waktu tertentu setiap bulan.
Numerator (Pembilang)
jumlah pasien jatuh adalah total/jumlah pasien jatuh yang dirawat di unit perawatan selama waktu tertentu setiap bulan.
Denumerator
Jumlah pasien yang beresiko jatuh dirawat adalah total/jumlah pasien yang beresiko jatuh (faktor intrinsik dan ektrinsik) yang dirawat di unit perawatan selama periode waktu tertentu setiap bulan
12
d. Angka Kejadian Cidera Akibat Restrain Topik Indikator Angka pasien dengan cidera akibat restrain Rasional
Pasien yang dipasang restrain sangat berpotensi terjadi cidera, bisa berupa lecet pada kulit, terjatuh, atau aspirasi.
Formula
Jumlah pasien dengan cidera akibat restrain X 100 % Total pasien yang dipasang restrain
Definisi operasional
Cedera akibat restrain adalah cedera berupa lecet pada kulit, terjatuh, atau aspirasi yang diakibatkan oleh pemasangan restrain. Pengecualiannya adalah semua pasien yang sudah cidera sebelum dilakukan pemasangan restrain, seperti lecet atau luka.
e.
Numerator (Pembilang)
Jumlah pasien cidera akibat pemasangan restrain adalah jumlah pasien yang cidera saat dipasang restrain.
Denumerator
Total pasien yang dipasang restrain adalah semua pasien yang terpasang restrain pada periode waktu tertentu
Angka Keterbatasan Perawatan Diri Topik Indikator
Angka TIDAK terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, toileting (eliminasi) yang disebabkan oleh keterbatasan perawatan diri
Rasional
Mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi) merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalahmasalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll. Pasien yang dirawat karena penyakitnya dapat mengalami keterbatasan perawatan diri. Keterbatasan diri tergantung tingkat ketergantungan diri klien pada asuhan keperawatan- sebagian atau total.
Formula
Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, berpakaian, toileting) pada tingkat ketergantungan sebagian dan total= Jumlah pasien yg tidak terpenuhi kebutuhan diri x 100% Jumlah pasien dirawat dgn tingkat ketergantungan sebagian & total
Definisi
Tingkat tidak terpenuhinya kebutuhan pasien terhadap kebutuhan diri untuk mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi).Pemenuhan
13
operasional
perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan diri untuk mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi). Keterbatasan diri dibagi menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan keperawatan. Cara Penghitungan:
Mengisi format sub indikator sesuai dengan kriteria Sub indikator harus terisi seluruhnya/lengkap Dilakukan pada survey waktu tertentu. Dilakukan penjumlahan pasien yang tidak terpenuhi kebutuhannya Sub Indikator tidak terpenuhinya perawatan diri adalah
Mandi : kulit, gigi, mata, rambut, tidak bau badan, perineum bersih. Berpakaian dan berpakaian: Baju bersih dan kering, rambut rapih, wajah segar
Toileting: berkemih (b.a.k) dan defekasi (b.a.b) pola normal
Numerator (Pembilang)
Jumlah pasien tidak terpenuhi kebutuhan diri pada bulan pengukuran
Denumerator
Jumlah pasien total dan partial care adalah jumlah pasien pada bulan pengukuran.
14
f.
Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga Terhadap Pelayanan Keperawatan Topik Indikator
Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap pelayanan keperawatan
Rasional
Pelayanan keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan sehingga kepuasan merupakan tujuan utama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Kepuasan merupakan bagian yang penting dan hal tersebut akan terwujud bila ada komitmen, persistensi dan determinasi mulai dari top manajer perawatan dan staf.
Formula
Angka kepuasan = jumlah pasien yang menyatakan puas thd yankep
X 100%
jumlah pasien yg dilakukan survey pada periode tertentu Definisi operasional
Kepuasan pasien adalah a. Terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang diharapkan. b. Persentase kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Elemen indikator adalah kriteria yang memperlihatkan tingkatan kepuasan pasien. Elemen indikator pada survey terdiri dari:
Numerator (Pembilang)
a. kelengkapan dan ketepatan informasi b. penurunan kecemasan c. perawat trampil profesional d. pasien merasa nyaman e. terhindar dari bahaya f. perawat ramah dan empati Jumlah pasien pulang yang menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
Denumerator
Jumlah pasien yang dilakukan survey pada periode tertentu. Kriteria pasien yang dilakukan survey adalah setiap pasien baru yang telah dirawat :
selama 3 hari
tidak pulang paksa
pulang hidup
15
g. Tatalaksana Nyeri Topik Indikator
Tatalaksana Pasien Nyeri
Rasional
Tatalaksana nyeri adalah merupakan inti dari pelayanan keperawatan. Buruknya pelayanan keperawatan dalam penatalaksanaan nyeri adalah merupakan indikator buruknya KUALITAS pelayanan.
Penatalaksanaan nyeri ditujukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memperbaiki kualitas kehidupan pasien.
Tujuan
Paling sedikit 90% askep yang terdokumentasi akan mencakup skala nyeri yang dialami pasien seperti yang didefinisikan dalam standar nyeri.
Paling sedikit 90% tindakan yang dilakukan perawat adalah respon terhadap nyeri yang dikemukakan oleh pasien untuk mencapai kriteria nyaman/ nyeri terkontrol.
Formula
Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam askep: Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100% Jumlah total pasien per periode waktu tertentu Persentase tatalaksana pasien nyeri: Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri x 100 % Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala > 4 per periode waktu tertentu
Definisi operasional
Tindakan perawat adalah berbagai tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk merespon nyeri sesuai ambang skala yang ditetapkan dan sesuai dengan rencana perawatan yang dibuat, termasuk kunjungan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain
16
Nyeri adalah sensasi atau perasaan tidak nyaman yang bersifat subjektif yang diutarakan/digambarkan oleh pasien dan perlu ditangani/ dilakukan tatalaksanan nyeri.
Untuk tujuan indikator ini, yang dimaksud dengan tindakan adalah berbagai tindakan yang dilakukan sebagai respon terhadap ambang nyeri pada skala nyeri 4 atau lebih TIDAK termasuk follow-up pengkajian karena termasuk pada kewajiban
Numerator (Pembilang) Denumerator
Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri pada skala 4/> per periode waktu tertentu
Sumber Data
Medical Record Pasien/ catatan medik pasien
Populasi
Semua pasien yang masuk di unit perawatan
Frekuensi
Per bulan
17
h. Pengetahuan Tentang Perawatan Penyakitnya Topik Indikator
Pengetahuan Tentang Perawatan Penyakitnya
Rasional
Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah dalam memberikan informasi pengetahuan kepada pasien di ruang perawatan. Informasi yang diterima oleh pasien berhubungan dengan kondisi dan perawatan yang diterimanya.
Formula
Jumlah pasien yang kurang pengetahuan 100%
x
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu Definisi operasional
Pengetahuan adalah kemampuan pasien mengetahui informasi tentang perawatan penyakitnya
Numerator (Pembilang)
Jumlah pasien yang kurang pengetahuan adalah jumlah pasien yang setelah dikaji menunjukkan bahwa pasien/keluarga kurang pengetahuan tentang penyakitnya dan perawatannya.
Denumerator
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat di ruang tertentu dan dihitung pada periode tertentu.
18
i.
Perencanaan Pasien Pulang Topik Indikator
Perencanaan Pemulangan Pasien (discharge planning)
Rasional
Waktu rawat pasien di ruang emergency menjadi lebih pendek berkaitan dengan pembiayaan, meskipun demikian pasien tetap membutuhkan perawatan bila pulang kerumah. Dischard planning merupakan proses antisipasi dan perencanaan kebutuhan pasien setelah pulang atau bila dirujuk ke sarana kesehatan lain. Perencanaan pemulangan dimulai sejak pasien masuk, bahkan dapat dilakukan sebelumnya, sebagai contoh untuk pasien yang akan dilakukan operasi, dokter telah memberikan penjelasan berapa lama pasien akan dirawat
Formula
Jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning pada periode tertentu x 100% Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
Definisi operasional
Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya.
Numerator (Pembilang)
Jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning pada periode tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu tidak dibuatkan discharge planning.
Denumerator
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
19 2. Indicator Mutu Keperawatan Menurut ANA ( American Nurse Assosiation )
Kategori
Ukuran
Ukuran
1
Anga kematian pasien karena komplikasi operasi
berfokus
2
Angka dekubitus
outcomes
3
Angka pasien jatuh
pasien
4
Angka psien jatuh dengan cidera
5
Angka restrain
6
ISK karena pemasangan cateter di ICU
7
Blood stream infection karena pemasangan cateter line central di ICU dan HDNC
8
VAP di ICU dn HDNC
Ukuran
9
Konseling berhenti merokok pada kasus AMI
berfokus pada
10
Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung
intervensi
11
Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia
Ukuran
12
Perbandingan antara RN, LVN/LPN, UAP dan kontrak
berfokus pada
13
Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan
perawat
sistem
UAP 14
Practice Environment Scale—Nursing Work Index
15
Turn over
20
1. Indikator mutu Keperawatan di Iran. Jenis
Kategori
struktur
Management and
Indikator 1
organizational leadership
Tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja
perawat manajer 2
Penetapan tujuan organisasi
3
Uraian tugas tenaga keperawatan
4
Supervisi keperawatan
Staffing and nursing 5
Perbandingan jumlah perawt: pasien di ICU
resources
6
Pendidikan berkelanjutan perawat
7
Jam kerja tenaga keperawatan
Facilities and
8
Jumlah jam peningkatan SDM perawat per tahun
budget
9
Fasilitas
untuk
meningkatkan
pengetahuan
perawat : Perpustakaan, internet, dll 10 Pengelolaan
dana
untuk
peningkatan
keselamatan pasien Proses
Time and quality of
11 Respon time perawat di IGD
care
12 Standar Pelayanan keperawatan di RS 13 Respon time dokter di IGD
Nursing satisfaction
14 Lingkungan yang aman untuk perawat
and work conditions 15 Kepuasan kerja perawat Outcomes Patient satisfaction
16 Kepuasan
pasien
terhadap
pelayanan
keperawatan 17 Kepuasan pasien secara umum 18 Kepuasan pasien terhadap komunikasi perawat Complications and
19 Rasio pasien dekubitus di ICU
adverse events
20 Rasio pasien infiltrasi intravaskuler pada pasien dengan terapi IV di ICU
Sumber: International Council of Nurses, 2008
21
2. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan di Thailand No 1
Indikator
Definisi
Rasio Perawat
Rasio Antara Tenaga Perawat Professional Dengan Total
Profesional
Jumlah Seluruh Tenaga Keperawatan
2
Jam Perawatan
Rasio jam perawatan per pasien per hari.
3
Integritas Kulit
Rasio pasien yang mengalami dekubitus setelah 72 jam perawatan dibagi dengan jumlah pasien yang keluar pada periode yang sama
4
Kepuasan Perawat
Skala respon atas pertanyaan kepada para perawat, mengenai their employment situation, meliputi : hubungan antar perawat, recognition, opportunity for advancement, safety, autonomy, workload, pay and benefits, achievement, and participation
5
Infeksi Nosokomial
Angka infeksi nosokomial pada saluran kemih adalah rasio infeksi saluran kemih setelah 48 jam dipasang kateter urine dibagi jumlah pasien yang keluar pada periode yang sama
6
Jatuh
Rasio antara pasien yang jatuh di rumah sakit dibagi dengan jumlah pasien yang keluar pada periode yang sama
7
Kepuasan Pasien
Persepsi pasien terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
Dalam Pendidikan
perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan sesuai
Kesehatan
kondisi pasien baik dari isi materi pendidikan kesehatan maupun cara penyampaian pendidikan kesehatan
8
9
Kepuasan Pasien
Persepsi pasien terhadap perawat dalam pengelolaan nyeri
Dalam Manajemen
meliputi perawatan, perhatian, pengobatan, kebutuhan dan
Nyeri
nasihat.
Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan secara
Terhadap
umum selama proses perawatan, dengan pertanyaan
Keperawatan Secara meliputi: fisik, psikologis, emosional, spiritual, hak-hak Umum
pasien dan partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan
Sumber: Kunaviktikul et al., 2005