CONTENT :
Perinatologi
Kardiologi
Respirologi
Tropik Infeksi
Imunologi
Neurologi
PERINATOLOGY
Diagnosis neonatus-Kurva Lubchenco UK 34 minggu = TBJ 1500-2800 gram Setiap +/-1 minggu, +/-200 gram!
Kategori
Berat badan
Berat lahir besar
>4000 gr
Berat lahir cukup
2500-4000 gr
Berat lahir rendah
<2500 gr
Berat lahir sangat rendah
<1500 gr
Berat lahir ekstrim rendah ≤1000 gr
How to differentiate? Characteristic
Preterm
At Term
Posture
More relaxed, limbs more extended, body size smaller, head larger in proportion, lanugo is abundant
More subcutaneous fat tissues, rest in a more flexed attitude
Ear
Cartilages are poorly developed
Cartilage well formed
Sole
More rigid, fine wrinkles
Deeply creased
Female genital
Clitoris prominent, labia major gaping
Fully developed
Male genital
Scrotum less pendulous, minimal ruggae, may develop UDT
Testes both in scrotal sac, well developed
Scarf sign
+
Resisting attempt
Reflex response Sluggish or incomplete
Well developed
Dubowitz Score
New Ballard Score Age = (2*score+120) /5)
Apgar Score
Asfiksia berat
0-3
Asfiksia sedang
4-6
Asfiksia ringan
7-9
Resusitasi Neonatus
2010 2015
Tachypnea in Newborns
Hyalin Membrane Diseases Patophysiology • Neonatal respiratory distress syndrome (RDS), lung disease of prematurity, surfactant deficiency • Risk Factors: • Maternal diabetes • Greater prematurity • Prenatal asphyxia • Multiple gestations
Radiographic features on plain Xray • Diffuse ground glass lungs with low volumes, bell shaped thorax • Bilateral and symmetrical air bronchograms • Hyperventilation if patient is intubated in a non ventilated patients, hyperventilation excludes diagnosis
Treatment • Surfactant administration in 24 hours every 6-12 hours, total 2-4 doses, intratracheal
Transient Tachypnea of Newborn • respiratory disorder seen shortly after delivery in full-term or late preterm babies • Transient tachypnea of the newborn (TTN) is a self-limited disease • Transient tachypnea is more likely to occur in babies who were: 1. Born before 38 weeks gestation 2. Delivered by C-section, especially if labor has not already started 3. Born to a mother with diabetes • Newborns with transient tachypnea have breathing problems soon after birth, most often within 1 - 2 hours. • Symptoms include: 1. Bluish skin color (cyanosis) 2. Rapid breathing, which may occur with noises such as grunting 3. Flaring nostrils or movements between the ribs or breastbone known as retractions
Hyalin Membrane Disease (HMD)
Transient Tachypneu of Newborn (TTN)
• Defisiensi surfaktan • Faktor risiko: prematur, ibu DM, prenatal asphyxia, multiple gestasi • Xray: bell-shaped thorax (small volume), granular, retikular, air bronkogram (+)
• Wet lung, retained lung fluid • Faktor risiko: prematur/aterm, SC, ibu DM • Xray: volume thorax normal/↑, garis perihiler prominent, cairan di fisura minor.
MAS
•Umumnya bayi post term, kecil masa kehamilan dengan kuku panjang dan kulit terwarnai oleh mekonium menjadi kuning kehijauan dan terdapat mekonium pada cairan ketuban. •Cairan amnion berwarna kehijauan dapat jernih maupun kental •Tanda sindrom gangguan pernafasan mulai tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir. •Kadang-kadang terdengar ronchi pada kedua paru dan mungkin terlihat empishema atau atelektasis. •Kesulitan benafas saat lahir •Retraksi •Takhipnea •Sianosis •Frekuensi denyut jantung rendah sebelum dilahirkan
Lesi
External swelling
Increases
Cross Suture
Blood Loss
Specific Treatment
Caput succadeneum
Soft, pitting No
Yes
No
No Resolve within 1st week.
Cephal hematoma
Firm, tense Yes (may calcify and later liquefy)
No
No
No Resolve within 2wk-3mo, treat hyperbilirubinemia.
Subgaleal hematome
Firm, fluctuant
Yes
Yes
monitored for coagulopathy, hypotension, anemia, and hyperbilirubinemia.
Yes
Sepsis Neonatorum • Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan. Mortalitas mencapai 13-25% • Jenis : – Early Onset = Dalam 3 hari pertama, awitan tiba-tiba, cepat berkembang menjadi syok septik – Late Onset = setelah usia 3 hari, sering diatas 1 minggu, ada fokus infeksi, sering disertai meningitis
• Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik → diperlukan skrining dan pengelolaan faktor risiko Sepsis Neonatal. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010.
Risk Factor • Maternal fever (≥38oC saat persalinan) • KPD > 24jam • Foul smelling amnion Diagnosis • Klinis: 4 sistem @ >1 gejala • KU: Tampak sakit, letargi, tak mau minum, hipotermi/demam, sklerema/skleredema • SCV: takikardia, edema, dehidrasi • S. Resp.: dispnea, takipnea, sianosis • SGI: muntah, diare, kembung, hepatomegali • SSP: Letargi, iritabel, kejang, fontanele bulging (meningitis) • Hematologi: ikterus, splenomegali, perdarahan, leukopenia/leukositosis, rasio neutrofil imatur:total > 0,2 (IT rasio) • Hasil kultur positif • Darah, urin, CSF bila suspek meningitis -> lakukan LP pada anak < 12 bulan
Tata Laksana Stabilisasi ABC Antibiotik • Ampicilin 50mg/kgBB tiap 6 jam + Gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari (sekali sehari), atau • Ceftriaxon IV 80-100 mg/kgBB per hari selama 30-60 menit • Jika tidak membaik lakukan kultur dan berikan antibiotik yg sesuai
Tangani penyakit penyerta/ komplikasi (kejang, gangguan metabolik, gangguan hematologi, hiperbilirubin, dll)
Tetanus Neonatorum Cause : bacterium Clostridium tetani.
Management of Neonatal Tetanus • • • • • • • •
Intravenous fluids Enteric feeding Temperature control Respiratory support, including mechanical ventilation and neuromuscular blockade Sedation and muscle relaxation, especially with highdose diazepam (20 to 40 mg/kg/day) Tetanus immune globulin 500 units, i.m, in divided doses Penicillin G 10,000 units/kg/day for 10 days Initial tetanus vaksin postponed 4-6 weeks after antitoksin
27
Down Syndrome
Children with Down syndrome have multiple malformations, medical conditions, and cognitive impairment because of the presence of extra genetic material from chromosome 21 (trisomy 21) Incidence 1:733
Spina Bifida Kurangnya asupan asam folat Tubuh bagian bawah dapat terkena dampaknya terutama kaki, bladder, dan usus. Gejala lain dapat berupa: orthopedic deformities, Hydrocephalus, Chiari II malformation (structural defects in the part of the brain that controls balance) Biasanya di setinggi Lumbal
NEONATAL JAUNDICE Bilirubin: Tidak terkonjugasi / Indirect Bil • Tidak larut dalam air • Berikatan dengan albumin untuk transport • Komponen bebas larut dalam lemak • Komponen bebas bersifat toksik untuk otak
Terkonjugasi / Direct Bil • Larut dalam air • Tidak larut dalam lemak • Tidak toksik untuk otak
Mengapa bayi mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupan? • Meningkatnya produksi bilirubin – Turnover sel darah merah yang lebih tinggi – Penurunan umur sel darah merah • Penurunan ekskresi bilirubin – Penurunan uptake dalam hati – Penurunan konjugasi oleh hati – Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik
Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu
IKTERUS NON FISIOLOGIS • Awitan terjadi sebelum usia 24 jam • Tingkat kenaikan > 5 mg/dl/24 jam • Tingkat cutoff indirect > 12 mg/dl pada bayi cukup bulan > 14 mg/dl pada bayi prematur • Ikterus bertahan 10-14 hari • Direct bilirubin > 2 mg/dL • Kramer 5 • Tanda-tanda penyakit lain
TOO EARLY TOO HIGH TOO LONG
Complication
bilirubin bilirubin ensefalopati
Acute • • • •
Lethargy, poor feeding Irritability, high-pitched cry retrocollis and opisthotonos Apnea, seizures, coma
Chronic (Kernicterus) • • • •
choreoathetoid cerebral palsy Gaze abnormality Auditory disturbances Dysplasia of the enamel of the deciduous teeth • MRI shows abnormalities of globus pallidus or the subthalamic nuclei, or both.
Kernicterus
Conjugated – - Biliary atresia - Neonatal hepatic syndrome
Hemolytic disease as a cause of jaundice? • • • • • • • • •
Family history of hemolytic disease Bilirubin rise of >0.5 mg/dL/h Failure of phototherapy to lower serum bilirubin levels Ethnicity suggestive of inherited disease (e.g., glucose 6phosphate dehydrogenase deficiency) Onset of jaundice before 24 hours of age Reticulocytosis (>8% at birth, >5% during first 2-3 days, >2% after first week) Changes in peripheral smear (microspherocytosis, anisocytosis, target cells) Significant decrease in hemoglobin Pallor and hepatosplenomegaly
Inkompatibilitas Definisi • Terjadi pada bayi golongan darah A atau B dengan ibu O ABO • Isoantibodi pada golongan O merupakan IgG yang dapat menembus plasenta
Klinis • Hemolisis signifikan terjadi <1% • Jaundice • Anemia • Hepatosplenomegaly • Sering muncul 24 jam pertama
Laboratorium • Peningkatan retikulosit, eritroblast • Coombs test direct newborn • Coombs test indirect ibu
Hyperbilirubinemia in breast-fed infants Breast-feeding Jaundice
Breast-milk Jaundice
Onset
During the first week of life (early onset)
After the first week of life (late onset)
Etiology
Poor caloric intake and/or dehydration Weight loss >8-10% Wet diapers<6x/day by day 3-4 Stool<4x/day by day 3-4 Nursing<8x/day 3-6 days
increased enterohepatic circulation of bilirubin as a result of the presence of beta-glucuronidase in human milk and/or to the inhibition of the hepatic glucuronosyl transferase by a factor such as free fatty acids in some human milk
Peak TSB
>12 mg/dl
>10mg/dl
Incidence
12-13%
2-4%
Usual time of peak bilirubin
5-15 days
Temporary interruption of breastfeeding is rarely needed and is not recommended unless serum bilirubin levels reach 20 mg/dL (340 µmol/L)
Kolestasis Manifestasi
Bilirubin direk >1mg/dl bila bil.total <5mg/dl ; atau bilirubin direk >20% bila bil.total >5mg/dl
Intrahepatik • Peningkatan SGOT/SGPT >10 kali, dengan peningkatan gamma GT <5 kali • Penyebab : proses infeksi hepatoseluler, kelainan metabolik/endokrin
• Ikterus tidak menghilang usia >3 minggu (bayi kurang bulan); atau >2 minggu (bayi cukup bulan) • Urin berwarna lebih gelap • Tinja pucat atau warna dempul (acholik)
Ekstrahepatik • Peningkatan SGOT/SGPT <5 kali, dengan peningkatan gamma GT >5 kali • Penyebab tersering : atresia bilier
Penunjang • USG • Kolangiografi • Biopsi
Guideline for Intensive Phototherapy
Guideline for Exchange Transfusion
Penatalaksanaan Usia
Terapi sinar Bayi sehat
Faktor Risiko*
mg/dL mol/L mg/dL Hari 1
Transfusi Tukar Bayi sehat
Faktor Risiko*
mol/L mg/dL mol/L mg/dL mol/L
Setiap ikterus yang terlihat
15
260
13
220
Hari 2
15
260
13
220
25
425
15
260
Hari 3
18
310
16
270
30
510
20
340
Hari 4 dst
20
340
17
290
30
510
20
340
* (American Academy of Pediatrics, Subcommittee on hyperbilirubinemia, Management of hyperbil in NB, 2004)
PEDIATRIC CARDIOLOGY
Rheumatic Fever (Jones Criteria) Required Criteria
Evidence of antecedent Strep infection: ASO / Strep antibodies / Strep group A throat culture
Major Criteria (CaPoCES)
Minor Criteria
Carditis
Fever
Polyarthritis migratory
Arthralgia
Chorea
Previous RF or RHD
Erythema marginatum
Acute phase reactants: ESR / CRP
Subcutaneous Nodules
Prolonged PR interval
1 Required Criteria + 2 Major Criteria + 0 Minor Criteria 1 Required Criteria + 1 Major Criteria + 2 Minor Criteria
Subcutaneous nodule
Erythema Marginatum
Penyakit Jantung Bawaan –Tanda Gejala
Acyanotic vs Cyanotic
Heart auscultation sites –punctum maximum?
Congenital Heart Disease
Typical Heart Sounds
ASD
S1 normal/mengeras, S2 split lebar dan menetap. Daerah pulmonal terdengar murmur ejeksi sistolik akibat stenosis pulmonal relatif
VSD
Pansistolik murmur, bisa didahului early systolic click. Punctum maximum di SIC III-IV LPS sinistra.
PDA
Murmur kontinu pada SIC II-III LPS sinistra
ToF
S1 normal, S2 tunggal. Murmur ejeksi sistolik di daerah pulmonal akibat stenosis pulmonal.
Coarctasio Aorta
• Right to left shunt (cyanosis)
Hypoxemic spell hallmark severe TOF Muncul usia 4-6 bulan Bayi muncul saat menangis atau menetek Anak muncul saat bermain
Tanda : • Sianosis/sianosis memburuk • Sesak nafas • Iritabel/syncope • Murmur sistolik berkurang/hilang Sianosis menghilang dengan jongkok/kneechest position atau pemberiaan oksigen
“Tet Spell”
Chest radiograph will show oligaemic lung fields. The cardiac silhouette may be normal size, or enlarged (in the case above, this was from right atrial enlargement due to poor communication between right and left atria via a restricted foramen ovale). Fistulae from the right ventricle to the coronary circulation may be present, particularly if the right ventricle and tricuspid valve are small.
GAGAL JANTUNG
GAGAL JANTUNG
PEDIATRIC RESPIROLOGY
Sistem Skoring TB Anak
klinis
• •
Cut-off point: > 6 TERAPI Adanya skrofuloderma langsung didiagnosis TB
• Cara : Suntikkan 0,1 ml PPD intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan 48-72 jam setelah penyuntikan 0 - 5 mm : negatif 5 - 9 mm : meragukan > 10 mm : positif
Bila Negatif: 1. 2. 3.
Tidak ada infeksi TB Masa inkubasi Anergi
Diagnosis TB Anak
©Bimbel UKDI MANTAP
Prinsip Pengobatan TB Anak
©Bimbel UKDI MANTAP
Terapi • Fase Intensif : Kombinasi 3-5 OAT selama 2 bulan awal (2 RHZ) • Fase Lanjutan : Kombinasi 2 OAT selama 4 bulan (4 RH)
Kontrol
Fase Intensif setiap minggu Fase Lanjutan setiap bulan
TB secara skoring
2 bulan gejala ↓ lanjut terapi
6 bulan klinis baik (dan foto thorax baik) terapi selesai
Evaluasi
TB BTA (+)
Evaluasi BTA sputum akhir fase intensif (2 bulan) seperti dewasa
Tidak teratur minum obat Tidak minum obat > 2 minggu Fase Intensif atau > 2 bulan Fase Lanjutan dan Gejala TB pengobatan ulang Tidak minum obat < 2 minggu Fase Intensif atau < 2 bulan Fase Lanjutan dan Gejala TB pengobatan lanjut
Pemantauan TB Anak
©Bimbel UKDI MANTAP
Klasifikasi TB (ATS/CDC modified) Kelas
Kontak
Infeksi
Sakit
Tindakan
-
(Tuberkulin)
0
-
1
+
-
2
+
+
-
3
+
+
+
Profilaksis I Profilaksis II
terapi
Profilaksis Primer • • • • • •
Mencegah Infeksi TB Kontak (+), Infeksi (-) uji tuberkulin negatif Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hari Selama kontak ada: kontak harus diobati 3-6 bulan Ulang uji tuberkulin: – Negatif: berhasil, stop INH – Positif: gagal, lacak apakah infeksi atau sakit ??
Profilaksis sekunder • Mencegah sakit TB: paparan (?), infeksi (+), sakit (-) • Uji tuberkulin positif • Populasi risiko tinggi – – – –
BALITA, Pubertas Penggunaan steroid yang lama Keganasan Infeksi khusus: campak, pertusis
• Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hari • Lama: 6-12 bulan
Wheezing on Children Diagnosis
Ciri
Asma -Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan Hipersensiti dengan batuk pilek -> ada pencetus fitas -hiperinflasi dinding dada -Ekspirasi memanjang -Berespon baik terhadap bronkodilator -Riwayat keluarga dengan alergi Bronkiolitis RSV
-Episode pertama Wheezing pada anak umur <2 tahun -Hiperinflasi dinding dada -Ekspirasi memanjang -Dapat disertai demam subfebris -Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai -Respon kurang/tidak ada respon dengan bronkodilator
Classification Derajat Serangan Derajat Keparahan KNAA: •Episodik Jarang •Episodik Sering •Persistent WHO/GINA: •Intermitent •Persisten ringan •Persisten sedang •Persisten Berat
•Ringan •Sedang •Berat Level Kontrol •Terkontrol •Partially controlled •Tidak terkontrol
Asthma pattern (KNAA)
Asthma pattern (GINA)
Terapi Berdasarkan Derajat Serangan • Ringan: – 1 kali nebulisasi membaik – Observasi 1-2 jam respon bertahan pulang. Dibekali B-agonis (inhalasi/oral) tiap 4-6 jam. – Jika dalam 2 jam gejala timbul kembali: derajat sedang.
• Sedang: – 2-3 kali nebulisasi incomplete respon. – Dirawat di ruang rawat sehari. Berikan kortikosteroid oral Metilprednisolon (0,5-1 mg/kgBB/ hari selama 35 hari.
Terapi Berdasarkan Derajat Serangan • Berat: – – – –
Jika 3 kali nebulisasi tidak ada respon O2 2-4 L/m (diberikan termasuk saat nebulisasi) Steroid intravena (0,5-1 mg/KgBB/hari) diberikan 6-8 jam. Nebulisasi B+agonis+antikolinergiik+O2 dilanjutkan tiap 1-2 jam. Jika 4-6 kali pemberian membaik dikurangi menjadi tiap 4-6 jam – Aminofilin IV: • Jika belum mendapat aminofilin berikan dosis inisial (6-8 mg/kgBB dilarutkan dalam D5%/NaCl 20 ml, berikan dalam 20-30 menit • Jika sebelumnya sudah mendapat (<4 jam) berikan ½ dosis inisial • Selanjutnya diberikan dosis rumatan (0,5-1 mg/KgBB/jam)
– Jika membaik, berikan nebulisasi tiap 6 jam selama 24 jam. Ganti streoid dan aminofilin menjadi oral – Jika dalam 24 jam stabil pulangkan, bekali B-agonis (inhalasi/oral) + steroid oral
Pneumonia Etiologi : Streptococcus pneumonia (tersering), Staphylococcus aureus (perburukan cepat) Klasifikasi
Klinis
Fast breathing
2-11mo
RR≥50
1-5yr
RR≥40
Terapi
Pneumonia Batuk atau sulit bernafas ditambah adanya nafas cepat atau tarikan dinding dada bawah
Amoxicillin oral 40 mg/kgBB/12 jam (3 atau 5 hari) Rawat jalan, kontrol 3 hari
Pneumonia Batuk atau sulit bernafas dengan: berat ■Saturasi oksigen <90% atau central cyanosis ■Distres pernafasan (merintih, tarikan dinding dada berat) ■Tanda pneumonia dengan tanda bahaya umum (tidak mau menetek, letargi/penurunan kesadaran, kejang)
Ampicillin 50 mg/kgBB atau benzylpenicillin 50 000 U/kgBB IM/IV per 6 jam (5 hari), ditambah Gentamicin 7.5 mg/kgBB IM /IV per 24 jam (5 hari) Rawat inap, O2 bila SaO2<90%, manajemen airway dan demam
WHO Pocket Book of Hospital Care for Children, 2013
S. pneumonia
gram-positive cocci, lancet-shaped, elongated cocci. Alpha -hemolytic on blood agar.
Pseudomonas aeruginosa
Gram negative, aerobic, coccobacillus bacterium with unipolar motility it can be isolated as clear colonies onMacConkey agar, positive oxidase test, non ferment lactosa
Klebsiella pneumoniae
Gram negative bacteria, bacilli, non-motile, lactose fementinge Haemophilus influenza
Gram negative, coccobacill, facultative anaerobic bacterium Media isolasi chocolate agar varian agar darah yg dilisiskan mll pemanasan
Diagnosis Banding Stridor
a sign of upper airway obstruction. Inspiratory stridor suggests airway obstruction above the glottis while an expiratory stridor is indicative of obstruction in the lower trachea. A biphasic stridor suggests a glottic or subglottic lesion.
Diagnosis
Gejala
Croup
- Batuk Menggonggong, Low grade fever - Suara Serak, Distress pernafasan
Benda Asing
- Riwayat tiba-tiba tersedak - Distres Pernafasan
Difteri
- Imunisasi DPT tidak ada/tidak lengkap - Bull neck - Tenggorokan merah / faringitis - Membran putih keabuan di faring/tonsil -> pseudomembran
Laryngomalacia Chronic stridor, anak usia < 2 tahun
Laryngomalacia
Supraglotis
Epiglotitis
Infeksi Saluran Pernafasan Atas Subglotis
Laringitis-LaringotrakeitisLaringotrakeobronkitis (Viral Croup)
Croup Cause: Most commonly Parainfluenza Virus
Dexamethasone dose: 0,6 mg/kgBB single dose, PO/IM/IV
Croup Klasifikasi
Penanganan
Croup Ringan: -Demam -Suara Serak -Batuk Menggonggong -Stridor Terdengar hanya jika anak gelisah
Corticosteroid (Dexamethasone)
Croup Sedang: -Batuk menggonggong lebih sering -Stridor terdengar walaupun anak tenang -Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Corticosteroid (Dexamethasone) Monitor dalam 4 jam Membaik -> Edukasi, rawat jalan Jika tidak membaik, tangani sebagai Croup Berat
Croup Berat: -Batuk menggonggong lebih sering -Stridor terdengar jelas -Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam -Anak agitasi dan stressed
- Corticosteroid (Dexamethasone) - Epinefrin rasemik. 2ml adrenalin 1/1000 dalam 2-3 ml NaCl, dengan nebulizer selama 20 menit, ulangi bila perlu - Oksigenasi
Edukasi, bila membaik -> rawat jalan
Antibiotik tidak seharusnya diberikan
EPIGLOTITIS : infeksi pada epiglotis/supraglotis Epiglotitis hampir selalu disebabkan oleh bakteri haemophilus influenza tipe b Gejala 3D: drooling (air liur keluar berlebihan), dysphagia (sulit menelan), dysphonia (suara serak) + stridor.
Normal Epiglotis : Halloween Sign
Thumb sign
Epiglotitis: Halloween Sign (-)
Epiglotitis
Haemophilus influenza tipe B Kondisi Pasien
Terapi/Penanganan
Stable (no airway compromise, respiratory difficulty, stridor, or drooling, and who have only mild swelling on laryngoscopy)
Broad-spectrum antibiotic. Immediate tx. Should not wait for the blood and tissue culture result. More targeted antibiotic. The drug may be changed later, depending on what's causing the epiglottitis.
Unstable (respiratory distress, airway compromise on examination, stridor, inability to swallow, drooling, sitting erect, and deterioration within 8-12 hours)
Jaga patensi jalan nafas: -Awasi ketat Jika diperlukan: intubasi/tracheostomy/ cricothyrotomy/percutaneous transtracheal jet ventilation (PTJV)
Epiglotitis & Croup Intubasi dan trakeostomi: Jika terdapat tanda obstruksi saluran respiratorik seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan anak gelisah, lakukan intubasi sedini mungkin.
Pertusis • Causa: Bordetella Pertusis • Batuk Berat lebih dari 2 minggu • Batuk Paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi “whooping cough” • Perdarahan Subkonjungtiva • Anak tidak tahu atau belum lengkap imunisasi terhadap pertusis • Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, tetapi batuk yang diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau napas berhenti tanpa batuk (apneic spell) • Tx: ERITROMISIN 40-50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis selama 14 hari
PEDIATRIC TROPIK INFEKSI
DENGUE CLINICAL COURSE
(WHO, 2011)
Normal hematocrit levels • • • • • • • • •
Newborns: 55%-68% One (1) week of age: 47%-65% One (1) month of age: 37%-49% Three (3) months of age: 30%-36% One (1) year of age: 29%-41% Ten (10) years of age: 36%-40% Adult males: 42%-54% Adult women: 38%-46% Adult pregnant women: about 30% - 34% lower limits and 46% upper limits
Dengue syok
O2 2-4 l/menit Larutan isotonis 20ml/kgbb/jam RL / RA / NS secepatnya (max 30 menit)
Evaluasi. Perbaikan? Tidak
Ya
Lanjutkan pemberian Kedua; atau pertimbangkan pemberian koloid 1020ml/kgBB/jam (max 30 ml.kgBB/24 jam
10 ml/KgBB/jam dalam 2-4 jam Evaluasi ketat
Tidak teratasi Syok teratasi Ht
Klinis stabil turun Stop cairan tidak >48 jam setelah syok teratasi
transfusi Inotropik
naik koloid Tdk ada perbaikan
IV fluid rates – Holiday-Segar
Tx: • • •
Anti Difteri Serum 40.000 IU im/iv Penicillin Prokain 50.000 IU / kgBB / im (7 hari) Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan gelisah merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi)
Tonsilitis membranosa: difteri
Tonsillitis Akut Membranosa:
Diphteria
Bull neck
Diseases With Rash
Fever With Rash
Laboratorium
• leukopenia (darah rutin) • Serologis IgM campak (3 hari setelah muncul ruam) • Deteksi langsung antigen campak dari swab nasopharyng
Pemberian Vit A diberikan 2x: • 50.000 IU pada < 6 bulan (1/2 kap biru) hari 1 dan hari 2 • 100.000 IU pada 6-11 bulan (1 kap biru) • 200.000 pada 12 bulan hingga 5 tahun (1 kap merah)
• Pada gizi buruk diberikan 3 kali: hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah pemberian kedua
• Komplikasi campak: – – – – –
Pneumonia Dehidrasi Gizi buruk Ensefalitis OMA
TRIAS RUBELLA CONGENITAL 1. Sensory neural deafness (58% of patients) 2. Eye abnormalities— especially retinopathy, cataract and microphtalmia (43% of patients) 3. Congenital heart disease
Scarlet Fever Group A Streptococcus
Strawberry tongue
Sandpaper texture, pastia line
Antibiotik : Golongan Penisilin selama 10 hari atau cephalosporin
Erythema Infectiosum
“Slapped cheek”
Parvovirus B19
Etiologi : Virus Coxsackie A16 (Genus Enterovirus) Komplikasi : Encephalitis, AFP, myocarditis, pericarditis, shock. Penyebaran : personal contact, udara, feses, benda yg terkontaminasi
Mumps Mumps is the classic virus known to cause parotitis. Mumps parotitis is bilateral in 70% of cases and usually follows a 1-2 day prodrome of fever, headache, emesis, and myalgias These diseases spread from person to person through the air. One can easily catch them by being around someone who is already infected.
Complications: Deafness (SNHL), meningitis and/or encephalitis, painful swelling of the testicles or ovaries, and rarely sterility.
PEDIATRIK IMMUNOLOGY
Reaksi Hipersensitivitas
“Non-Toxic Adverse Food Reactions” • Food Allergy – Ingestion of food results in hypersensitivity reactions mediated most commonly by IgE
• Food Intolerance – Ingestion of food results in symptoms not immunologically mediated, e.g: digestive and absorptive limitations of host (e.g., lactase deficiency)
Lactose Intolerance • Inability to digest lactose • Deficiency of the intestinal enzyme lactase that splits lactose into two smaller sugars, glucose and galactose • Symptoms: diarrhea, flatulence, abdominal pain, abdominal bloating, nausea
Type of Lactose Intolerance • Kongenital Defisiensi Laktase kongenital akibat mutasi gen – early onset • Primer induksi produksi laktase menurun, dapat terjadi akibat penurunan frekuensi minum susu setelah dewasa • Sekunder Adanya penyakit yang merusak mukosa usus halus (penghasil laktase) misal dengan adanya proses infeksi, post op GIT
Food Allergy Acute
Alergi Susu Sapi IgE mediated • kadar IgE susu sapi yang positif (uji tusuk kulit atau uji IgE RAST). • timbul dalam waktu 30 menit sampai 1 jam. • urtikaria, angioedema, ruam kulit, dermatitis atopik, muntah, nyeri perut, diare,bronkospasme, dan anafilaksis.
Non IgE mediated • diperantarai oleh IgG dan IgM. • klinis timbul lebih lambat (1-3 jam) • allergic eosinophilic gastroenteropathy, kolik, enterokolitis, anemia, dan gagal tumbuh. • Dapat dilakukan pemeriksaan Uji eliminasi dan provokasi Double Blind Placebo Controlled Food Challenge (DBPCFC) atau Pemeriksaan darah pada tinja
Bayi ASI Eksklusif
Bayi Susu Formula
PEDIATRIC NEUROLOGI
Kejang Demam : Klasifikasi • Kejang demam sederhana (KDS) • Kejang demam kompleks (KDK): Sifatnya fokal Lamanya >15’ Berulang dalam 24 jam
Faktor risiko berulangnya kejang demam • • • •
Riwayat kejang demam dalam keluarga Usia kurang dari 18 bulan Tingginya suhu badan sebelum kejang Lamanya demam sebelum kejang kemungkinan * Bila ada 3 faktor berulang 80% 10-15% * Bila tidak ada faktor * Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama
Pungsi lumbal • Dilakukan untuk menyingkirkan atau menegakkan diagnosis meningitis • Pertimbangkan pemeriksaan pungsi lumbal pada pasien dengan : – Pemeriksaan meningeal sign (+) – Usia kurang dari 12 bulan – Riwayat imunisasi tidak lengkap (terutama Hib dan pneumococcal) – Sudah mendapat tx antibiotik
Anti kejang pada neonatus Fenobarbital 20 mg/kgBB IV dlm 10-15 menit, ulang dengan dosis 10 mg/kgBB sebanyak 2x dengan jarak 30 menit
Fenitoin 20 mg/kgBB IV dalam garam fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit
Lorazepam 0,05-0,1 mg/kgBB setiap 8-12 jam Midazolam bolus 0,2 mg/kgBB lanjut titrasi 0,1-0,4 mg/kgBB/jam IV
Pemberian obat rumatan untuk kejang demam diberikan dengan indikasi berikut: · Kejang lama >15 menit
·Kejang fokal ·Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus. · Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila: * Kejang berulang 2 X atau lebih dalam 24 jam * Kejang demam 4 X atau lebih pertahun · Adanya gangguan perkembangan saraf (CP, mikrosefal)
Terapi Jangka Panjang Obat yang biasa digunakan: - Fenobarbital 4-5 mg / kg BB/hari - Asam Valproat 15-40 mg/kg BB/hari - Fenitoin & carbamazepin tidak efektif untuk pencegahan kejang demam Selama minimal 1 tahun bebas kejang, dengan penurunan dosis bertahap.
Febrile Seizures: Clinical Practice Guideline for the Long-term Management of the Child With Simple Febrile Seizures – AAP Guidelines 2008
absans umum: postiktal langsung sadar absans atipikal: postiktal kesadaran pulih berangsur
(PERDOSSI)
OAE Lini Pertama Tipe Kejang
OAE Lini Pertama Dewasa
OAE Lini Pertama Anak
Lena
VPA LTG
VPA ETX
Mioklonik
VPA
VPA
Tonik Klonik
VPA CBZ PHT PB
VPA CBZ PB
Atonik
VPA
Parsial
CBZ PHT PB OXC LTG TPM GBP
CBZ PHT PB OXC LTG TPM GBP
Tidak Terklasifikasi
VPA
VPA
Treatment Recommendation –Epilepsy “If complete seizure control is accomplished by an anticonvulsant, a minimum of 2 seizure-free years is an adequate and safe period of treatment for a patient with no risk factors” “When the decision is made to discontinue the drug, the weaning process should occur for 3–6 mo, because abrupt withdrawal may cause status epilepticus” National Institute of Health and Clinical Excellence. The diagnosis and management of the epilepsies in adults and children in primary and secondary care. 2012.
Cerebrospinal Fluid Appearance
Opening Pressure
Leukosit
Dominansi leukosit
Protein
Glucose
NORMAL
Clear
<18 cmH2O
0-3 sel/mm3
(-)
15-45
45-80
Pyogenic bacterial Meningitis
Yellowish, turbid
PMN
Viral Meningitis
Clear
N
Limfosit
N/
N/
Tuberculous Menigitis
Yellowish and viscous (N/slightly cloudy) Yellowish and viscous (fibrin web)
N
Limfosit
Limfosit
N/
Fungal Meningitis
Acute Bacterial Meningitis • A number of strains of bacteria can cause acute bacterial meningitis. The most common include: – Streptococcus pneumoniae (pneumococcus)* – Neisseria meningitidis (meningococcus)* – Haemophilus influenzae (haemophilus)* – Listeria monocytogenes (listeria)
*)tersedia vaksin
Meningeal Signs Nuchal Rigidity
Kernig’s Sign Brudzinski’s Contralateral Sign
Brudzinski’s Neck Sign
Superior Trunk (C5-C6) Injury: Antara leher dgn bahu teregang → Erb-Duchenne Palsy (Waiter’s Tip) → Paralisis m. deltoid, biceps, brachialis, dan brachioradialis. → Adduksi bahu, rotasi medial lengan, dan ekstensi siku. Parestesia lateral upper limb .
Inferior Trunk (C8-T1) Injury: Tarikan mendadak dan keras upper limb → Klumpke Palsy → Claw hand Refleks Genggam (-)
Cerebral palsy
• nonspecific term used to describe a chronic, static impairment of muscle tone, strength, coordination, or movements. • originated from some type of cerebral insult or injury before birth, during delivery, or in the perinatal period.